BAB II KEPALA MADRASAH, KOMPETENSI PEDAGOGIK, DAN GURU
A. Kepala Madrasah 1. Pengertian Kepala Madrasah Kepala madrasah adalah sebutan lain dari kepala sekolah. Pemberian nama kepala madrasah biasanya digunakan untuk sekolah yang berada di bawah naungan Kementrian Agama. Kepala madrasah adalah seorang guru (jabatan fungfsional) yang diangkat untuk menduduki struktural (kepala sekolah) di sekolah.1 Orang yang memegang jabatan kepala sekolah adalah pemimpin pendidikan. Jadi, kepala sekolah harus mempunyai sifat kepemimpinan. Kepemimpinan dalam organisasi harus dapat mengarahkan dan mempengaruhi pola pikir anggotanya agar dapat bekerja secara mandiri. Dengan demikian, kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menggerakkan, mengarahkan, sekaligus mempengaruhi pola pikir, cara kerja setiap anggota agar bersikap mandiri dalam bekerja terutama dalam pengambilan keputusan untuk kepentingan percepatan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.2 Kepala sekolah harus dapat menterjemahkan misi-misi dan merealisasikan dalam bentuk tindakan yang nyata untuk mencapai visi.
1 Soebagio Atmodiwiro, Manajemen Pendidikan di Indonesia (Jakarta: Ardadiraja Jaya, 2000), hlm. 35. 2 Wahyudi, Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Organisasi Pembelajar (Learning Organization) (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 120.
24
25
Menurut Nawal Ath-Thuwairiqi dalam buku yang berjudul Sekolah Unggulan Berbasis Sirah Nabawiyah, menjelaskan bahwa kepala sekolah adalah pemimpin yang berhubungan langsung dengan sekolah. Ia adalah panglima pengawal pendidikan yang melaksanakan fungsi kontrol berbagai pola kegiatan pengajaran dan pendidikan di dalamnya, suksesnya sebuah sekolah tergantung di atas pundaknya, kepribadian dan kemampuannya dalam bergaul dengan unsur-unsur masyarakat. Oleh sebab itu, kepala sekolah harus berupaya mewujudkan kondisi sosial yang mendukung kegiatan sekolah. Demi suksesnya dalam mengemban berbagai beban dan tugas, maka ia harus memiliki sifat yang berkaitan dengan kepribadian dan profesinya.3 Kepala sekolah bukanlah sebuah jabatan yang tugas dan tanggungjawabnya mudah. Untuk menjalankan tugas, kepala sekolah harus memiliki kompetensi yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Kompetensi kepala sekolah adalah pengetahuan, ketrampilan, dan nilainilai dasar yang direfleksikan kepala sekolah dalam berfikir dan bertindak secara konsisten yang memungkinkannya menjadi kompeten atau berkemampuan
dalam
mengambil
keputusan
tentang
penyediaan,
pemanfaatan, dan peningkatan potensi sumber daya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.4 Dengan demikian, keberhasilan suatu lembaga pendidikan sangat tergantung pada kepemimpinan kepala madrasah. Karena ia merupakan 3
Nawal Ath-Thuwairiqi, Sekolah Unggulan Berbasis Sirah Nabawiyah (Jakarta: Darul Falah), 2004, hlm. 3. 4 Wahyudi, op.cit., hlm. 29.
26
pemimpin di lembaganya, maka ia harus mampu membawa lembaganya kearah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, ia harus mampu melihat adanya perubahan serta mampu melihat masa depan dalam kehidupan global yang lebih baik. Kepala sekolah/madrasah harus bertanggung jawab atas kelancaran dan keberhasilan semua urusan pengetahuan dan pengelolaan sekolah secara formal kepada atasannya atau secara informal kepada masyarakat yang telah menitipkan anak didiknya.5
2. Syarat-Syarat Kepala Sekolah/Madrasah Telah kita ketahui bahwa tugas kepala madrasah itu sedemikian banyak dan tanggungjawab sedemikian besar. Maka tidak sembarang orang patut menjadi kepala madrasah. Untuk dapat menjadi kepala madrasah harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Disamping syarat yang berupa ijazah (yang merupakan syarat formal) persyaratan pengalaman kerja dan kepribadian harus dipenuhi. Persyaratan menjadi kepala sekolah/ madrasah tentu tidak dapat hanya dilihat dari aspek administratif, yaitu memenuhi persyaratan golongan, masa kerja, senioritas, dan lainnya. Tetapi persyaratan menjadi kepala sekolah perlu diperhatikan dan dilengkapi dengan hasil monitoring para supervisor dan ahli pendidikan tentang kelayakannya untuk menduduki jabatan kepala sekolah di samping dukungan para guru dan masyarakat. Pentingnya latar belakang pendidikan sebagai gambaran 5
Marno dan Triyo Supriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam (Bandung: Refika Aditama, 2008), hlm. 33.
27
kemampuan akademik juga menjadi hal penting, karena hal ini memberi jaminan bahwa sekolah itu mempunyai wawasan yang luas dan daya kompetitif yang tinggi.6 Untuk disebut sebagai kepala sekolah yang profesional diperlukan persyaratan-persyaratan khusus. Menurut Sanusi dan kawan-kawan dalam buku yang berjudul Inovasi Pendidikan mengemukakan kemampuan profesional yang harus ditunjukkan oleh kepala sekolah, yaitu: a. Kemampuan untuk menjalankan tanggungjawab yang diserahkan kepadanya selaku unit kehadiran murid. b. Kemampuann
untuk
menerapkan
keterampilan-keterampilan
konseptual, manusiawi, dan teknis pada kedudukan dari jenis ini. c. Kemampuan untuk memotivasi para bawahan untuk bekerjasama secara suakarela dalam mencapai maksud-maksud unit dan organisasi. d. Kemampuan untuk memahami implikasi-implikasi dari perubahan sosial, ekonomi, politik, dan educational, yaitu yang mereka sumbangkan kepada unit untuk memulai dan memimpin perubahanperubahan yang cocok di dalam unit didasarkan atas perubahanperubahan sosial yang luas.7
3. Tugas Pokok Kepala Madrasah Pada dasarnya tugas kepala madrasah itu sangat luas dan kompleks. Rutinitas kepala madrasah menyangkut serangkaian pertemuan 6
Syaiful Sagala, Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 89. 7 Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan (Bandung: Pustaka Setia, 2002), hlm. 133.
28
interpersonal secara berkelanjutan dengan murid, guru dan orang tua, atasan dan pihak-pihak terkait lainnya. Blimberg membagi tugas kepala sekolah sebagai berikut: pertama, menjaga agar segala program sekolah berjalan sedamai mungkin (as peaceful as possible). Kedua, menangani konflik atau menghindarinya. Ketiga, memulihkan kerjasama. Keempat, membina para staf dan murid. Kelima, mengembangkan organisasi. Keenam, mengimplementasi ide-ide pendidikan.8 Inti
kerja
kepala
sekolah
adalah
mengelola
tugas-tugas
administratif melalui proses yang tepat sehingga tugas-tugas tersebut dapat dilakukan secara efektif dan efesien. Efektifitas mengacu pada hasil kerja yang diperoleh, sedangkan efisiensi mengacu pada proses kerja untuk mencapai hasil yang diinginkan. Ukuran keberhasilan kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya adalah dengan mengukur kemampuannya di dalam menciptakan “iklim belajar mengajar”, dengan mempengaruhi, mengajak dan mendorong guru, murid dan staf lainnya untuk menjalankan tugasnya masing-masing dengan sebaik-baiknya. Terciptanya iklim belajar mengajar secara tertib, lancar dan efektif tidak terlepas dari sistem pengelolaan yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam kapasitasnya sebagai administrator dan pemimpin pendidikan di sekolah.9
8 9
103.
Ibid., hlm. 36. Musfirotun Yusuf, Administrasi Pendidikan (Pekalongan: STAIN Press, 2005), hlm.
29
4. Kompetensi Kepala Madrasah Keberhasilan pengelolaan sekolah ditentukan oleh kemampuan kepala madrasahnya, yaitu melakukan pengorganisasian secara sistematis, dan komitmennya terhadap perbaikan pengelolaan sekolah dalam wewenang dan tanggungjawabnya sebagai pemimpin. Dalam mewujudkan madrasah yang bermutu, jelas membutuhkan kepemimpinan madrasah efektif. Kriteria kepala madrasah yang efektif ialah mampu menciptakan atmosfir kondusif bagi murid-murid untuk belajar, para guru untuk terlibat dan berkembang secara personal dan profesional, serta seluruh masyarakat memberikan dukungan dan harapan yang tinggi. Jika seorang kepala madrasah berusaha dapat mengupayakan madrasah memenuhi kriteria di atas maka bisa disebut kepala madrasah efektif dan madrasah yang dikelolanya disebut sukses (succesfull school).10 Kepemimpinan bukanlah serangkaian kompetensi yang dibuat oleh seseorang, melainkan pendekatan atau cara kerja dengan manusia dalam suatu organisasi untuk menyelesaikan tugas bersama dan tanggungjawab bersama. Kemampuan memahami kondisi yang demikian ini bagi kepala madrasah amat penting artinya, yaitu kemampuan melihat secara tajam apa yang dapat dilakukan untuk memperbaiki pelaksanaan pendidikan di sekolah. Kepala sekolah yang efektif adalah kepala sekolah yang memiliki kompetensi 10
yang
dipersyaratkan
dan
berusaha
memanfaatkan
Mulyadi, Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Mengembangkan Budaya Mutu (Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, 2010), hlm. 28.
30
kompetensinya untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya bagi keefektifan sekolah.11 Pimpinan yang kompeten adalah yang memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk melakukan atau mengerjakan sesuatu. Tetapi kompetensi kepala sekolah tentu ada penyesuaian dengan tuntutan tugas dan tanggungjawabnya sebagai pemimpin dan manajer di sekolah. Untuk menjamin mutu pelayanan pendidikan dan mutu manajemen pendidikan, maka pengembangan standar kompetensi kepala sekolah meliputi kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial, kompetensi supervisi, dan kompetensi sosial.12 Perubahan sistem pengelolaan di sekolah, harus dimulai dari perubahan-perubahan secara mendasar terhadap kepemimpinan kepala sekolah/madrasah. Upaya penciptaan iklim kondusif bagi terwujudnya perubahan
dan
perkembangan
memang
tidak
lepas
dari
aspek
kepemimpinan kepala sekolah. Dalam kaitan ini, disarankan agar kepala sekolah memiliki beberapa kemampuan sebagai pemimpin, yaitu: a. Seorang pemimpin yang memiliki pengetahuan yang luas tentang teori pendidikan b. Kemampuan menganalisis situasi sekarang berdasarkan apa yang seharusnya c. Mampu mengidentifikasi masalah
11
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 125. 12 Ibid., hlm. 126.
31
d. Mampu mengkonseptualkan arah baru untuk perubahan.13 Dengan demikian, kualitas dan kompetensi kepala madrasah secara umum setidaknya mengacu kepada empat hal pokok, yaitu: sifat dan keterampilan
kepemimpinan,
kemampuan
pemecahan
masalah;
keterampilan sosial, dan pengetahuan dan kompetensi profesioanal.14
5. Peran Kepala Madrasah Kepala madrasah pada dasarnya memiliki peran utama yaitu school manager dan educational leader. Sebagai manajer atau administrator kepala madrasah bertugas melaksanakan fungsi-fungsi administrasi pendidikan di madrasah yang meliputi pengelolaan bersifat administratif dan operatif. Sedangkan sebagai pemimpin pendidik kepala madrasah bertugas
mendinamisasi
proses
pengelolaan
pendidikan
secara
administratif maupun edukatif.15 Salah satu peranan penting kepala sekolah/madrasah adalah dalam memerankan fungsinya sebagai pemimpin di sekolah. Sebagai pemimpin di sekolah, ia memiliki tanggungjawab untuk mengajar dan mempengaruhi semua yang terlibat dalam kegiatan pendidikan di sekolah untuk bekerjasama dalam mencapai tujuan sekolah.16 Oleh karena itu, pada
13
Musfirotun Yusuf, Administrasi Pendidikan (Pekalongan: STAIN Press, 2005), hlm.
104. 14
Marno dan Triyo Supriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam (Bandung: Refika Aditama, 2008), hlm. 37. 15 Mulyadi, Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Mengembangkan Budaya Mutu (Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, 2010), hlm. 33. 16 Musfirotun Yusuf, Administrasi Pendidikan (Pekalongan: STAIN Press, 2005), hlm. 103.
32
tingkat sekolah, kepala madrasah sebagai figur kunci dalam mendorong perkembangan dan kemajuan sekolah. Kepala madrasah tidak hanya meningkat tanggungjawab dan otoritasnya dalam program-program sekolah, kurikulum dan keputusan personel, tetapi juga memiliki tanggungjawab untuk meningkatkan akuntabilitas keberhasilan siswa dan programnya. Kepala madrasah harus pandai dalam memimpin kelompok dan pendelegasian tugas dan wewenang. Peran kepala sekolah dalam kepemimpinan adalah kepribadian dan sikap aktifnya dalam mencapai tujuan. Mereka aktif dan reaktif, membentuk ide daripada menanggapi untuk mereka. Kepemimpinan kepala sekolah cenderung mempengaruhi perubahan suasana hati, menimbulkan kesan dan harapan, dan tepat pada keinginan dan tujuan khusus yang ditetapkan untuk urusan yang terarah.17 Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan harus dapat mengenal dan mengerti berbagai kedudukan, keadaan, dan apa yang diinginkan, baik oleh guru maupun oleh pegawai tata usaha serta pembantu lainnya. Sehingga dengan kerjasama yang baik dapat menghasilkan pikiran yang harmonis dalam usaha perbaikan sekolah. Kegagalan dalam hal ini mencerminkan gagalnya perilaku serta peranan kepemimpinan seorang kepala sekolah.18 Bila dikaji secara lebih luas maka peran kepala sekolah/madrasah memiliki banyak fungsi antara lain sebagai berikut: 17
Marno dan Triyo Supriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam (Bandung: Refika Aditama, 2008), hlm. 35. 18 Ibid., hlm. 36.
33
a. Sebagai evaluator maka kepala sekolah harus melakukan langkah awal, yaitu melakukan pengukuran seperti kehadiran, kerajinan dan pribadi para guru, tenaga kependidikan, administrator sekolah dan siswa. b. Sebagai manajer maka kepala sekolah harus memerankan fungsi manajerial dengan melakukan proses perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan
dan
mengkoordinasikan
(planning,
organizing,
actuating, dan controlling). c. Sebagai administrator maka kepala sekolah memiliki dua tugas utama. Pertama, sebagai pengendali struktur organisasi, yaitu mengendalikan bagaimana cara pelaporan, dengan siapa tugas tersebut harus dikerjakan dan dengan siapa berinteraksi dalam mengerjakan tugas tersebut. Kedua,
melaksanakan
administrasi
substantif
yang
mencakup
administrasi kurikulum, kesiswaan, personalia, keuangan, sarana, hubungan dengan masyarakat, dan administrasi umum. d. Sebagai
supervisor
maka
kepala
sekolah
berkewajiban
untuk
memberikan pembinaan atau bimbingan kepada para guru dan tenaga kependidikan serta administrator lainnya. e. Sebagai leader maka kepala sekolah harus mampu menggerakkan orang lain agar secara sadar dan sukarela melaksanakan kewajibannya secara baik sesuai dengan yang diharapkan pimpinan dalam rangka mencapai tujuan.
34
f. Sebagai inovator maka kepala sekolah melaksanakan pembaruanpembaruan terhadap pelaksanaan pendidikan di sekolah yang dipimpin berdasarkan prediksi-prediksi yang tela dilakukan sebelumnya. g. Sebagai motivator maka kepala sekolah harus selalu memberikan motivasi kepada guru dan tenaga kependidikan dan adminisratir sehingga mereka bersemangat dan bergairah dalam menjalankan tugasnya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.19
B. Kompetensi Pedagogik 1. Pengertian Kompetensi Pedagogik Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.20 Seseorang yang memiliki kompetensi dapat diartikan sebagai orang yang memiliki kemampuan kekuasaan, kewenangan, keterampilan, pengetahuan yang diperlukan untuk melakukan suatu tugas tertentu. Kompetensi dapat dimiliki melalui pendidikan dan pelatihan. Sedangkan secara etimologis kata pedagogik/pedagogis berasal dari kata bahasa Yunani, paedos dan agagos (paedos = anak dan agoge = mengantar atau membimbing anak). Tugas membimbing ini melekat dalam tugas seorang pendidik, yaitu guru. Karena itu pedagogik berarti
19
Nurkolis, Manajemen Berbasis Sekolah (Jakarta: Grasindo, 2003), hlm. 120-121. Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), hlm. 5. 20
35
segala usaha yang dilakukan oleh pendidik untuk membimbing anak muda menjadi manusia dewasa dan matang.21 Pedagogik merupakan ilmu yang membahas pendidikan, yaitu ilmu pendidikan anak. Jadi pedagogik mencoba menjelaskan tentang seluk beluk pendidikan anak, pedagogik merupakan teori pendidikan anak. Pedagogik merupakan suatu teori dan kajian yang secara teliti, kritis, dan obyektif mengembangkan konsep-konsepnya mengenai hakikat manusia, hakikat anak, hakikat tujuan pendidikan serta hakikat proses pendidikan.22 Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir a dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliknya.23 Dengan demikian, kompetensi pedagogik terkait erat dengan kemampuan didaktik dan metodik yang harus dimiliki guru sehingga dia dapat berperan sebagai pendidik dan pembimbing yang baik.24 Kompetensi pedagogik merupakan kompetensi khas, yang akan membedakan guru dengan profesi lainnya. Penguasaan kompetensi pedagogik 21
disertai
dengan
profesional akan
menentukan
tingkat
Marselus R. Payong, Sertifikasi Profesi Guru (Konsep Dasar, Problematika, dan Implementasinya) (Jakarta: Indeks, 2011), hlm. 28. 22 Uyoh Sadulloh, Pedagogik (Ilmu Mendidik) (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 1. 23 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 75. 24 Marselus R. Payong, Sertifikasi Profesi Guru (Konsep Dasar, Problematika, dan Implementasinya) (Jakarta: Indeks, 2011), hlm. 29.
36
keberhasilan proses dan hasil pembelajaran peserta didik. Kompetensi ini tidak diperoleh secara tiba-tiba tetapi melalui upaya belajar secara terus menerus dan sistematis, baik pada masa pra jabatan (pendidikan calon guru) maupun selama dalam jabatan, yang didukung oleh bakat, minat dan potensi keguruan lainnya dari masing-masing individu yang bersangkutan.
2. Komponen Kompetensi Pedagogik Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru telah menggarisbawahi 10 kompetensi inti yang harus dimiliki oleh guru yang terkait dengan standar kompetensi pedagogik. Kesepuluh kompetensi inti tersebut adalah sebagai berikut: a. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, kultural, emosional, dan intelektual. b. Menguasai teori-teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. c. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran atau bidang pengembangan yang diampu. d. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik. e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran. f. Memfasilitasi
pengembangan
potensi
peserta
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
didik
untuk
37
g. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik. h. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. i. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran. j. Melakukan
tindakan
reflektif
untuk
peningkatan
kualitas
pembelajaran.25
3. Pengembangan dan Peningkatan Kompetensi Pedagogik Secara formal, untuk menjadi guru profesional disyaratkan memenuhi kualifikasi akademik minimum dan bersertifikat pendidik. Untuk memenuhi kriteria profesional tersebut, guru harus menjalani profesionalisasi
atau
proses
menuju
derajat
profesional
yang
sesungguhnya secara terus-menerus, termasuk kompetensi mengelola kelas. Peningkatan kompetensi guru dilakukan melalui pendidikan profesi guru berkelanjutan. Peningkatan profesi secara berkelanjutan (continous improvement ) mutlak diperlukan sebagai upaya penyesuaian dengan dinamika
zaman.
Secara
personal,
guru
dapat
meningkatkan
kompetensinya melalui informasi kekinian yang dapat diakses dari
25
Ibid., hlm. 29.
38
berbagai laman, jurnal ilmiah, dan dapat workshop atau short course sebagai bentuk upgrading keilmuan dan kapasitas pribadi.26 Pengembangan dan peningkatan kompetensi bagi guru yang sudah memiliki sertifikat pendidik dilakukan dalam rangka menjaga agar kompetensi keprofesiannya tetap sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya atau olah raga. Upaya peningkatan kompetensi dan profesionalitas ini tentu saja harus sejalan dengan
upaya
untuk
memberikan
penghargaan,
peningkatan
kesejahteraan, dan perlindungan terhadap guru. 27 Peningkatan kompetensi pedagogik guru erat kaitannya dengan kinerja yang dilakukan oleh guru, karena hal ini ditunjukkan dari seberapa besar kompetensi-kompetensi yang dipersyaratkan dipenuhi. Kinerja guru dalam pembelajaran menjadi bagian terpenting dalam mendukung terciptanya proses pendidikan secara efektif terutama dalam membangun sikap disiplin dan mutu hasil belajar siswa. Peningkatan terhadap kinerja guru di madrasah perlu dilakukan, baik oleh guru sendiri melalui motivasi yang dimilikinya maupun pihak kepala madrasah melalui pembinaanpembinaan. Kinerja guru di madrasah ditentukan oleh faktor supervisi kepala madrasah, pemahaman terhadap kurikulum serta iklim kerja yang tercipta di madrasah. 28
26 Barnawi & Mohammad Arifin, Etika dan Profesi Kependidikan (Jogjakarta: Ar-Ruzz, 2012), hlm. 26. 27 Ali Mudlofir, Pendidik Profesional (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), hlm. 122. 28 Supardi, Kinerja Guru (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 53-54
39
Pengembangan kompetensi guru dilaksanakan melalui kurikulum SPG, program penataran guru dan berbagai usaha yang dapat dilakukan oleh IKIP pengembangan kompetensi guru di SPG terutama dilaksanakan dalam program pendidikan keguruan, pengembangan kompetensi melalui penataran dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan pendidikan dan dalam bidang ilmu kependidikan dan latihan simulasi praktek mengajar.29
C. GURU 1. Pengertian Guru Dalam UU Republik Indonesia tentang Guru dan Dosen pasal 1 disebutkan “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah”.30 Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di masjid, di surau/mushala, di rumah, dan sebagainya. Guru
memang
menempati
kedudukan
yang
terhormat
di
masyarakat. Kewibawaanlah yang menyebabkan guru dihormati,
29 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), hlm. 60. 30 Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), hlm. 3.
40
sehingga masyarakat tidak meragukan figur guru. Masyarakat yakin bahwa gurulah yang dapat mendidik anak mereka agar menjadi orang yang berkepribadian mulia. 31
2. Syarat-syarat Guru Guru sebagai pendidik harus memenuhi beberapa syarat khusus. Untuk mengajar ia dibekali dengan berbagai ilmu kependidikan dan keguruan sebagai dasar, disertai seperangkat latihan keterampilan keguruan
(Praktek
Pengalaman
Lapangan),
disitulah
ia
belajar
mempersonalisasikan (menjadi milik pribadi) beberapa sikap keguruan dan kependidikan yang diperlukan.32 Menjadi guru berdasarkan tuntutan hati nurani tidaklah semua orang dapat melakukannya, karena orang harus merelakan sebagaian besar dari seluruh hidup dan kehidupannya mengabdi kepada negara dan bangsa guna mendidik anak didik menjadi manusia susila yang cakap, demokratis, dan bertanggung jawab atas pembangunan dirinya dan pembangunan bangsa dan negara. Menurut Zakiah Daradjat dan kawan-kawan dalam buku yang berjudul Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif menjelaskan bahwa untuk menjadi guru harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu: a. Takwa kepada Allah SWT
31
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 31 32 Uyoh Sadulloh, Pedagogik (Ilmu Mendidik) (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 132.
41
Guru, sesuai dengan tujuan ilmu pendidikan Islam, tidak mungkin mendidik anak didik agar bertakwa kepada Allah, jika ia sendiri tidak bertakwa kepada-Nya. Sebab ia adalah teladan bagi anak didiknya sebagaimana Rasulullah SAW menjadi teladan bagi umatnya. Berilmu Ijazah bukan semata-mata secarik kertas, tetapi suatu bukti, bahwa pemiliknya telah mempunyai ilmu pengetahuan dan kesanggupan tertentu yang diperlukannya untuk suatu jabatan. b. Sehat Jasmani Kesehatan jasmani kerapkali dijadikan salah satu syarat bagi mereka yang melamar untuk menjadi guru. Guru yang mengidap penyakit menular, umpamanya sangat membahayakan kesehatan anak-anak. Disamping itu, guru yang berpenyakit tidak akan bergairah mengajar. Kita kenal ucapan “mens sana in corpore”, yang artinya dalam tubuh yang sehat terkandung jiwa yang sehat. Walaupun pepatah itu tidak benar secara keseluruhan, akan tetapi kesehatan badan sangat mempengaruhi semangat kerja. Guru yang sakit-sakitan kerapkali terpaksa absen dan tentunya merugikan anak didik. c. Berkelakuan Baik Budi pekerti guru penting dalam pendidikan watak anak didik. Guru harus menjadi teladan, karena anak-anak bersifat suka meniru. Diantara tujuan pendidikan yaitu membentuk akhlak yang mulia pada
42
diri pribadi anak didik dan ini hanya mungkin bisa dilakukan jika pribadi guru berakhlak mulia pula.33 Guru berfungsi sebagai pendidik disamping sebagai pengajar. Guru membentuk sikap siswa, bahwa guru menjadi contoh atau teladan bagi siswa-siswanya. Hal itu tidak mungkin kalau guru hanya bertugas mengajar saja. Untuk menjadi seorang pendidik, ada beberapa hal yang harus dimiliki seorang guru, yaitu: a. Guru harus sudah memiliki kedewasaan. b. Guru harus mampu menjadikan dirinya sebagai teladan. c. Guru harus mempu menghayati kehidupan anak, serta bersedia membantunya. d. Guru harus mengikuti keadaan kejiwaan dan perkembangan anak didik. e. Guru harus mengenal masing-masing anak sebgai pribadi. f. Guru harus menjadi seorang pribadi.34
3. Tugas dan Peran Guru Jabatan guru mempunyai banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun di luar dinas dalam bentuk pengabdian. Tugas guru tidak hanya sebagai suatu profesi, tetapi juga sebagai suatu tugas kemanusiaan dan kemasyarakatan. Tugas guru sebagai profesi menuntut kepada guru untuk mengembangkan profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu 33 34
Syaiful Bahri Djamarah, op.cit., hlm. 32-34. Uyoh Sadulloh, op.cit., hlm. 132-133.
43
pengetahuan dan teknologi. Mendidik, mengajar, dan melatih anak didik adalah tugas guru sebagai suatu profesi. Tugas guru sebagai pendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup kepada anak didik.
Tugas
guru
sebagai
pengajar
berarti
meneruskan
dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada anak didik. Tugas guru sebagai pelatih berarti mengembangkan keterampilan dan menerapkannya dalam kehidupan demi masa depan anak didik.35 Banyak peranan yang diperlukan dari guru sebagai pendidik, atau siapa saja yang telah menerjunkan diri menjadi guru. Semua peranan yang diharapkan dari guru seperti diuraikan di bawah ini: a.
Korektor Sebagai korektor, guru harus bisa membedakan mana nilai yang baik dan mana nilai yang buruk. Koreksi yang harus guru lakukan terhadap sikap dan sifat anak didik tidak hanya di sekolah, tetapi di luar sekolah pun harus dilakukan. Sebab tidak jarang di luar sekolah anak didik justru lebih banyak melakukan pelanggaran terhadap norma-norma susila, moral, sosila, dan agama yang hidup di masyarakat. Lepas dari pengawasan guru dan kurangnya pengertian
anak
didik
terhadap
perbedaan
menyebabkan anak didik mudah larut di dalamnya.
35
Syaiful Bahri Djamarah, op.cit., hlm. 37.
nilai
kehidupan
44
b.
Inspirator Sebagai inspirator, guru harus dapat memberikan ilham yang baik bagi kemajuan belajar anak didik. Persoalan belajar adalah masalah utama anak didik. Guru harus dapat memberikan petunjuk (ilham) bagaimana cara belajar yang baik.
c.
Informator Sebagai
informator,
guru
harus
dapat
memberikan
informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, selain sejumlah bahan pelajaran untuk setiap mata pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum, informasi yang baik dan efektif diperlukan dari guru. Kesalahan informasi adalah racun bagi anak didik. Untuk menjadi informator yang baik dan efektif, penguasaan bahasalah sebagai kuncinya, ditopang dengan penguasaan bahan yang akan diberikan kepada anak didik. Informator yang baik adalah guru yang mengerti apa kebutuhan anak didik dan mengabdi untuk anak didik. d.
Organisator Sebagai organisator, adalah sisi lain dari peranan yang diperlukan dari guru. Dalam bidang ini guru memiliki kegiatan pengelolaan kegiatan akademik, menyusun tata tertib sekolah, menyusun kalender, dan sebagainya. Semuanya diorganisasikan, sehingga dapat mencapai efektivitas dan efisiensi dalam belajar pada diri anak didik.
45
e.
Motivator Sebagai motivator, guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah dan aktif belajar. Dalam upaya memberikan motivasi, guru dapat menganalisis moti-motif yang melatarbelakangi anak didik malas belajar dan menurun prestasinya di sekolah.
f.
Inisiator Dalam peranannya sebagai inisiator, guru harus dapat menjadi
pencetus
ide-ide
kemajuan
dalam
pendidikan
dan
pengajaran. g.
Fasilitator Sebagai fasilitator, guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak didik. Lingkungan belajar yang tidak menyenangkan, suasana ruang kelas yang pengap, meja dan kursi yang berantakan, fasilitas belajar yang kurang tersedia, menyebabkan anak didik malas belajar. Oleh karena itu menjadi tugas guru bagaimana menyediakan fasilitas, sehingga akan tercipta lingkungan belajar yang menyenangkan anak didik.
h.
Pembimbing Peranan guru yang tidak kalah pentingnya dari semua peran yang telah disebutkan di atas, adalah sebagai pembimbing. Peranan ini harus lebih dipentingkan, karena kehadiran guru di sekolah
46
adalah untuk membimbing anak didik menjadi manusia dewasa susila yang cakap. i.
Demonstrator Dalam interaksi edukatif, tidak semua bahan pelajaran dapat anak didik pahami. Apalagi anak didik yang memiliki inteligensi yang sedang. Untuk bahan pelajaran yang sukar dipahami anak didik guru harus berusaha dengan membantunya, dengan cara memperagakan apa yang diajarkan secara didaktis, sehingga apa yang guru inginkan sejalan dengan pemahaman anak didik, tidak terjadi kesalahan pengertian antara guru dan anak didik. Tujuan pengajaran pun dapat tercapai dengan efektif dan efesien.
j.
Pengelola Kelas Sebagai pengelola kelas, guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik, karena kelas adalah tempat berhimpun semua nak didik dan guru dalam rangka menerima bahan pelajaran dari guru. Kelas yang dikelola dengan baik akan menunjang jalannya interaksi edukatif.
k.
Mediator Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan dalam berbagai bentuk dan jenisnya, baik media nonmaterial maupun materiil.
Media
berfungsi
sebagai
mengefektifkan proses interaksi edukatif.
alat
komunikasi
guna
47
l.
Supervisor Sebagai supervisor, guru hendaknya dapat membantu, memperbaiki, dan menilai secara kritis terhadap proses pengajaran. Teknik-teknik supervisi harus guru kuasai dengan baik agar dapat melakukan perbaikan terhadap situasi belajar mengajar menjadi lebih baik.
m. Evaluator Sebagai evaluator, guru dituntut untuk menjadi seorang evaluator yang baik dan jujur, dengan memberikan penilaian yang menyentuh aspek ekstrinsik dan instrinsik. Guru tidak hanya menilai produk (hasil pengajaran), tetapi juga menilai proses (jalannya pengajaran). Dari kedua kegiatan ini akan mendapatkan umpan balik (feedback) tentang pelaksanaan interaksi edukatif yang telah dilakukan.36
4. Kompetensi Guru Kompetensi guru merupakan kemampuan seseorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak. Guru sebagai pelaku otonomi kelas memiliki wewenang untuk melakukan reformasi kelas (classroom reform) dalam rangka melakukan perubahan
36
Ibid., hlm. 43-49.
48
perilaku peserta didik secara berkelanjutan yang sejalan dengan tugas perkembangannya dan tuntutan lingkungan sekitar.37 Guru sebagai arsitek perubahan perilaku peserta didik dan sekaligus sebagai model panutan para peserta didik dituntut memiliki kompetensi yang paripurna. Kompetensi tersebut adalah sebagai berikut: a.
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan dalam pengelolaan peserta didik meliputi: Pertama, pemahaman wawasan guru akan landasan dan filsafat pendidikan. Kedua, guru memahami potensi dan keberagaman peserta didik, sehingga dapat didesain strategi pelayanan belajar sesuai keunikan masing-masing peserta didik. Ketiga, guru mampu mengembangkan kurikulum/silabus baik dalam bentuk dokumen maupun implementasi dalam bentuk pengalaman belajar, Keempat, guru mampu menyusun rencana dan strategi pembelajaran berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Kelima, mampu melaksanakan pembelajaran yang mendidik dengan suasana dialogis dan interaktif. Keenam, mampu melakukan evaluasi hasil belajar dengan memenuhi prosedur dan standar yang dipersyaratkan. Ketujuh, mampu mengembangkan bakat dan minat peserta didik melalui
kegiatan
intrakurikuler
dan
ekstrakurikuler
untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.38
37 Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran (Bandung: Refika Aditama, 2012), hlm. 103. 38 Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 32.
49
b.
Kompetensi kepribadian guru menunjukkan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian. Pertama, mantap dan stabil yaitu memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai norma hukum, norma sosial dan etika yang berlaku. Kedua, dewasa yang berarti mempunyai kemandirian untuk bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru. Ketiga, arif dan bijaksana yaitu tampilannya bermanfaat bagi peserta didik, sekolah dan masyarakat dengan menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak. Keempat, berwibawa yaitu perilaku guru yang disegani sehingga berpengaruh positif terhadap peserta didik. Kelima, memiliki akhlak mulia dan memiliki perilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik, bertindak sesuai norma religius, jujur, ikhlas, dan suka menolong. Nilai kompetensi kepribadian dapat digunakan sebagai sumber kekuatan, inspirasi, motivasi dan inovasi bagi peserta didiknya.39
c.
Kompetensi profesional, yakni menguasai keilmuan bidang studi dan langkah kajian kritis pendalaman isi bidang studi. Dalam UU No. 14 tahun 2007 pasal 7 ayat (1) menyatakan profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme; memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia; memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas;
39
Ibid., hlm. 33-34.
50
memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat; memiliki jaminan
perlindungan
hukum
dalam
melaksanakan
tugas
keprofesionalan; dan memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.40 d.
Kompetensi sosial, artinya kompetensi sosial terkait dengan kemampuan guru sebagai makhluk sosial dalam berinteraksi dengan orang lain. Sebagai makhluk sosial guru berperilaku santun, mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan secara efektif dan menarik mempunyai rasa empati terhadap orang lain. Kemampuan guru berinteraksi secara efektif dan menarik dengan peserta didik, sesama pendidik dan tenaga kependidikan, orang tua dan wali peserta didik, masyarakat sekitar sekolah dan sekitar dimana pendidik itu tinggal, dan dengan pihak-pihak berkepentingan dengan sekolah.41
40 41
Ibid., hlm. 40. Ibid., hlm. 38.