BAB II KAJIAN TEORITIS
2.1 Definisi Judul Judul yang dipilih sebagai Tugas Akhir adalah “Sulam Motif Batik Indramayu Pada Kain Organdi”. Pengertian dan cakupan dari judul diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
2.1.1 Sulam Sulam atau bordir (embroidery) diartikan sebagai ragam hias yag ditambahkan pada kain dengan menggunakan benang (KBBI, 1989). Embroidery : the word comes from Anglo-Saxon and means a border. It was originaly used to describe ornamental needle-work consisting of designs worked on ecclesiastical garments or fabric with threads, either by machine or hands. (Encyclopedia of Textiles, 1960). Embroidery : Ornamental needlework applied to all varieties of fabrics and worked with many sort of thread linen, cotton, wool, silk, gold and eve hair. Decorative objects such as shell, feather, beads and jewel are often sewn to emboidery piece. (www.ensyclopedia.com)
Sejarah Sulam Secara fakta historis, seni menyulam tergolong salah satu di antara sekian banyak seni dunia yang paling muda. Jahitan dua potongan kain (atau kulit) itu secara indah akan membentuk sebuah bingkai dengan menggunakan jahitan setik silang yang sangat sederhana. Jahitan setik silang ini menciptakan pola yang tertata 14
rapi di sepanjang lipatan. Boleh jadi bahwa gagasan yang sangat apik dari jahitan setik silang berbentuk dekoratif itu menghias di sepanjang
lipatan
pakaian
yang
sudah
ada
sejak
zaman
prasejarah. Seni dekorasi tekstil yang digunakan kadang-kadang disebut sebagai seni bordir atau seni menyulam-telah diterapkan oleh banyak kultur atau budaya manusia zaman lampau. Era Ratu Elizabeth I dari Kerajaan Inggris (1558-1605) merupakan salah satu tonggak sejarah yang sangat penting bagi pengakuan eksistensi seni sulaman dalam menghias banyak pakaian indah bangsawan Eropa. Karya sulaman berupa emblem Kerajaan Inggris Raya ini disulam secara manual dengan menggunakan benang emas pada kain media berwarna biru gelap. Secara fisik, emblem Kerajaan Inggris Raya ini sama sekali tidak berbeda dengan hasil bordir yang menggunakan mesin jahit biasa. Seiring dengan semakin majunya perkembangan teknik (teknologi) lebih-lebih setelah meletusnya Revolusi Industri dan mekanisasi alat-alat bantu yang biasa digunakan manusia, teknik penyulaman pun tidak lagi dilakukan hanya dengan tangan (manual), tetapi juga menggunakan
mesin-mesin
sulam.
Mesin-mesin
tersebut
berkembang menjadi mesin jahit, dan akhirnya menjadi mesin khusus untuk pekerjaan membordir (mesin bordir). Begitu pula model-model yang sederhana (klasik) masih tetap menarik dan menyenangkan untuk disulam secara manual dengan
jari-jemari
yang
lincah
nan
terampil.
Pada
akhir
perkembangannya, seni bordir (sulaman) menemukan jalurnya
15
sendiri dan hanya dikerjakan dengan mesin-mesin jahit atau khusus bordir, tidak lagi dilakukan secara manual sebagaimana kegiatan menyulam yang masih dikerjakan dengan tangan manusia.
gambar II.1 Sulaman
Seni menyulam merupakan seni bidang pertekstilan yang mencakup prosedur teknis yang sangat luas. Tujuan umum seni menyulam adalah untuk menghias bahan atau kain dasar melalui pekerjaan jahit-menjahit untuk membuat sebuah hiasan yang sangat menarik. Kain yang biasa digunakan untuk sulaman adalah linen, sutra, satin, wol, beludru, dan kain screen yang terbuat dari kapas. sedangkan benang yang paling banyak digunakan untuk jahitmenjahit atau membordir adalah sutra, linen, kapas, wol, emas, dan perak.
16
Teknik Sulam Sudah banyak gaya dan teknik seni sulam yang telah dikembangkan. Diantara teknik dan gaya sulaman yang sangat khas adalah bordiran batang (jenis bordir isian yang dibuat di atas kain satin), gaya tambor (teknik jahitan mata rantai yang dibuat di atas kain yang mudah renggang dalam bingkai berbentuk drum dan yang ditingkatkan menjadi sulaman kroket dan rajutan permaidani), curwork (semacam hiasan yang dikembangkan menjadi renda), hiasan crervel (yang dibuat dari benang wol), dan bordir gaya Spanyol (yang dibuat dari benang hitam di atas kain linen). Rajutan kain sulam untuk hiasan dinding dimaksudkan untuk tujuan rekaman dan latihan jahitan setik silang. Jahitan setik silang yang paling penting meliputi setik silang tenda (titik sudut kecil), bulu, rantai, jahitan setik silang, satin, hiasan seperti kerangka ikan haring, tangga atau lubang kancing dan selimut. Penggunaan
seni
sulam
atau
bordir
mulai
menurun
sepanjang abad sembilan belas. Kini, nilai komersial seni border atau seni sulam terkait dengan mesin bordir yang mulai banyak diproduksi sehingga
para pengrajin bordir terus memproduksi
karya-karyanya di berbagai belahan dunia. Terdapat beberapa perbedaan mendasar mengenai teknik menjahit yang dapat dilakukan pada penyulaman dan pembordiran kain. Dalam beberap hal, penyulaman yang dikerjakan manual dengan tangan ternyata lebih fleksibel dan mampu mengakomodasi
17
beberapa teknik yang tak dapat dikerjakan dengan mesin jahit seperti dalam pembordiran. Tusuk kelim, tusuk pipih, tusuk tikam jejak, tusuk silang, tusuk tangkai, dan tusuk kembang adalah teknik-teknik yang dapat dikerjakan, baik pada penyulaman manual maupun bordir dengan menggunakan mesin. Sementara tusuk feston, tusuk holbein, tusuk miring, dan tusuk rantai hanya dapat dilakukan pada penyulaman manual, dan tidak dapat dikerjakan dengan mesin. Keterbatasan kemampuan jarum jahit mesin memang menjadi salah satu faktor pembatas dalam teknik ini. Namun pada dasarnya, terdapat dua jenis bordiran yang biasa digunakan. Yaitu teknik bordir karancang, dimana pada bagian
tertentu
dari
motifnya
terdapat
lubang-lubang
yang
mengikuti desain rancangan (terawang). Kemudian teknik bordir dasar yang dibuat pipih dan rapat tanpa lubang-lubang. Bordiran karancang yang biasa digunakan oleh para perajin adalah: a. Karancang Tembokan, proses awalnya adalah dengan terlebih dahulu melubangi bagian-bagian tertentu dengan meggunakan gunting, kemudian dibordir dengan karancangnya. b. Karancang Tusuk, kain terlebih dahulu telah dibordir sesuai dengan motif yang diinginkan, kemudian pada bagian-bagian tertentu dilubangi dengan menggunakan solder listrik. Biasanya teknik ini digunakan pada bordiran diatas kain yang tipis seperti chiffon atau organdi.
18
c. Karancang Solo, setelah kain terlebih dahulu dibordir kemudian dilubangi dengan menggunakan gunting kecil. d. Karancang Endog Remek, yaitu berupa karancang dengan susunan jaringan benang yang menyerupai kulit telur yang remuk. e. Karancang
Anyam Korsi,
yaitu
karancang
yang
berupa
anyaman seperti kursi rotan. f. Karancang Rante Palang, yaitu bordiran dengan bentuk menyerupai rantai besi yang melintang. g. Karancang Urat Kuciat, yaitu bordiran yang tampilannya menyerupai urat daun. h. Karancang Ramat Lancah, ysitu bordiran yang menyerupai sarang laba-laba. i.
Karancang Saroja, yaitu bordiran dengan anyaman polos.
Sedangkan teknik bordiran yang bisasa digunakan antara lain : a. Bordir Seret, yaitu bordiran yang dibentuk oleh sekumpulan tusuk jelujur yang tersusun rapat. b. Bordir Tutup, yaitu bordiran dengan menggunakan sekumpulan tusuk satin datar. c. Bordir Uter, yaitu bordiran dengan kumpulan tusuk berbentuk ukel. d. Bordir Bulu Kusut, yaitu bordiran dengan kumpulan tusuk satin yang tumpang tindih namun searah.
19
Waktu terus berlalu dan seni bordir pun terus berkembang seiring dengan perkembangan tingkat peradaban manusia dan dunia seni. Eksistensinya kini tak dapat terpisahkan dari dunia mode internasional. Oleh karena itu, seni bordir tidak lagi sekadar penghias kain, tetapi juga menjadi unsur-unsur utama (main element) yang ditonjolkan dan menjadi kekuatan busana yang dipamerkan.
2.1.2 Motif n 1 pola; corak (Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka.1989. Hal 593)
2.1.3 Batik n 1 corak atau gambar (pd kain) yang pembuatannya secara khusus dengan menerakan malam kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu.; n 2 cak kain bergambar yang pembuatannya secara khusus dengan menerakan malam pada kain itu kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu. (Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka.1989. Hal 84) Batik : A printing or dyeing method by which the design areas are covered with wax which repels the color. When the wax is later dissolved the design appears in white on the colored ground. (Encyclopedia of Textiles, 1960)
Batik Sejak zaman neolitik bangsa indonesia terpilah kedalam masyarakat bahari yang memiliki mata pencaharian dari hasil laut 20
dan masyarakat agraris yang memiliki mata pencaharian dari bertani. Di sela-sela kegiatan bertani maupun berlaut berbagai kegiatan berkriya dilakukan dan berkembang dalam berbagai ragam produk yang salah satunya disebabkan oleh melimpahnya bahan di alam Indonesia, hingga memungkinkan dihasilkannya berbagai macam ragam jenis produk. Perbedaan keadaan alam dan perkembangan budaya antar daerah di indonesia menjadikan setiap daerah memiliki keunikan dan kekhasan masing-masing yang diteruskan secara turun temurun. Hal ini sejalan dengan evolusi kebudayaan yang terdiri dari simbol berfungsi sebagai latar. Berbagi dan dipelajari diantara kelompok masyarakat diadaptasi oleh dan dari kelompok yang sama maupun yang lainnya. Dan diantaranya adalah Batik sebagai warisan yang cukup populer ditengah masyarakat indonesia. Batik itu asal katanya dari tiba nitik, maksudnya adalah Tiba itu tetesan malam atau lilin, bahan pembuat batik, lalu Nitik itu tetesan malam yang membentuk gambar di selembar kain. Kegiatan
membatik
di
Kabupaten
Indramayu
telah
tumbuhsejak ratusan tahun lalu, hal ini dapat dibuktikan dengan ditemukaanya batik-batik kuno yang telah berumur sekitar 200-300 tahun yang dimiliki oleh orang-orang tua yang merupakan warisan turun temurun dari nenek moyang mereka.
21
gambar II.2 Membatik
Budaya batik ini konon kabarnya diperkenalkan oleh pendatang bangsa Cina di daerah pesisir pantai utara, yang kemudian di pelajari oleh para wanita istri nelayan pada saat senggang menunggu para suami melaut. Lama-kelamaan budaya membatik ini berkembang dan memiliki cirri khas kedaerahan baik dalam motif maupun dalam pewarnaan yang dipengaruhi oleh karakteristik masyarakat dan lingkungan alam sekitarnya. Motif batik di Indramayu pada umumnya bernuansakan tumbuh-tumbuhan yang ada di daerah pesawahan, motif ikan dan burung. Ciri yang menonjol dari Batik Indramayu adalah langgam flora dan fauna diungkap secara datar, dengan banyak lengkung dan gari-garis yang meruncing (riritan), latar putih dan warna gelap dan banyak titik yang dibuat dengan teknik cocolan jarum, serta bentuk isen-isen (sawut) yang pendek dan kaku. Saat ini, ada
22
sekitar 50 motif Batik Pesisir khas Indramayu. Beberapa motif batik yang mencirikan motif Batik Pesisir khas Indramayu di antaranya adalah Etong, Kapal Kandas, Ganggeng, Kembang Gunda, dan Loksan. Motif Etong, menggambarkan berbagai satwa laut yang biasa dibawa pulang oleh kalangan nelayan seusai melaut seperti ikan, udang, cumi-cumi, ubur-ubur dan kepiting. Motif Kapal Kandas menyiratkan kapal nelayan yang sedang berada di batu-batu karang sehingga terancam kandas.
gambar II.3 Pesisir Indramayu
Motif Ganggeng, sesuai namanya menggambarkan berbagai ganggang laut yang terdapat di Pantai Utara Jawa. Sedangkan motif Kembang Gunda merupakan tumbuhan yang hidup di pesisir pantai dan bisa dijadikan lauk pecel. Selain menggambarkan kegiatan di pesisir, motif batik khas Indramayu juga ada yang 23
menggambarkan kegiatan sehari-hari seperti Motif Swastika, Motif Merak Ngibing, Motif Kereta Kencana, dan Motif Jati Rombeng. Motif Swastika diilhami oleh masa Penjajahan Jepang, swastika menurut para perajin batik di Indramayu menggambarkan simbol kekerasan yang terjadi selama masa Kependudukan Jepang. Motif Merak Ngibing diilhami oleh keindahan burung merak. Sedangkan Motif Kereta Kencana merupakan penggambaran Raja Wilarodra yang sedang mengendarai kuda mengelilingi kerajaannya. Bahan baku untuk batik pada jaman dahulu hanya menggunakan kain mori jenis primis untuk batik yang berkualitas baik, karena kainnya halus, dan jenis prima untuk kualitas sedang. Sejak tahun 1980-an bahan baku untuk batik berkembang sejalan dengan tuntutan jaman, jenisnya bermacam-macam selain kain mori digunakan bahan rayon, sutera dan linen.
2.1.4 Pada p 1 kata perangkai yag digunakan untuk menunjukan posisi diatas atau di dalam hubugan dengan, searti dengan di (Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka.1989. hal 633)
2.1.5 Kain n 1 Barang-barang tenun (seperti cita, kain putih) yang dipakai untuk pakaian atau maksud lain; bahan pakaian; cita; wastra. (Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka.1989. hal 378)
24
2.1.6 Organdi n 1 kain katun yang tipis, kaku, tembus pandang, yang dibuat dengan system tenun sederhana. (Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka.1989. hal 630) Organdy : sheer, stiff transparent plain-weave cotton cloth. Textures range from 72 x 64 up to 84 x 80. combet yarn always used. Tiffness is permanent or temporary. Very attractive cloth, but difficult to launder and not practical for daily wear. (Encyclopedia of Textile, 1960)
2.1.7 Kesimpulan Judul Berdasarkan kajian definisi yang telah disebutkan diatas, maka Sulam Motif Batik Idramayu Pada Kain Organdi berarti penambahan ornamen ragam hias batik Indramayu diatas kain Organdi dengan cara disulam atau dijahit atau dbordir dan mempunyai nilai keindahan, fungsi, dan ekonomi.
25