9
BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Efektivitas Pembinaan Kesiswaan 2.1.1 Pengertian Efektifitas Secara harfiah kata efektifitas berasal dari kata “efektif” yang artinya secara umum adalah berhasil guna. Menurut Wiyono (2007:137) bahwa “efektifitas diartikan suatu kegiatan yang dilaksanakan dan memiliki dampak serta hasil sesuai dengan yang diharapkan” Berdasarkan pengertian ini tampak bahwa efektifitas berkenaan dengan hasil yang dicapai dalam sebuah kegiatan atau pekerjaan baik jumlah pekerjaan, mutu pekerjaan maupun waktu yang digunakan menyelesaikan pekerjaan. Jadi dari pengertian menurut para ahli bisa di simpulkan,bahwah “efektifitas adalah melakukukan sesuatu untuk merubahnya kearah yang lebih baik dan berhasil guna agar bisa menghasilkan sesuatu yang bernilai dan bermutu. Abdurrahmat (2003:92) mengemukakan bahwa “Efektivitas adalah manfaat sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya. Berdasarkan pengertian ini
peneliti memberi
pandangan bahwa efektivitas adalah tujuan ditetapkan/direncanakan oleh suatu organisasi dengan cara dinilai atau diukur dari tingkat keberhasilan yang diperolehnya. 2.1.2 Unsur-unsur Efektivitas Unsur-unsur
efektifitas
merupakan
ruang
lingkup
yang
menjadi
pembangun efektifitas itu sendiri. Menurut Cahyono (1983:54), unsur-unsur
10
epektifitas terbagi atas tiga bagian, yaitu unsur sumber daya manusia, unsur sumber daya bukan manusia dan unsur hasil yang akan dicapai. Berdasarkan klasifikasi unsu efektifitas tersebut, peneliti menjelaskan bahwa: a. Unsur Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia sangat berperan penting dalam hal ini sumber daya manusia merupakan faktor utama dalam berbagai aktivitas guna untuk mencapai suatu tujuan yang telah di tentukan.Dalam sebuah organisasi faktor sumber daya manusia sebagai sumber penentu sukses tidaknya sebuah organisasi mempunyai wewenang dan tanggung jawab terhadap sumber daya yang dioprasikan sehingga efektipitas harus dapat tercapai ,namun sebaliknya jika sumber daya manusia tidak dapat bekerja efektif,maka efektivitas kerja tidak dapat tercapai. b. Unsur Sumber Daya bukan Manusia Sumber daya bukan manusia merupakan unsur kedua dari sumber daya manusia yang memiliki peran dalam suatu kegiatan atau aktivitas misalnya antara lain modal,tenaga kerja, mesin, peralatan dan sebagainya yang semuanya tentu menunjang keberhasilan organisasi. c. Unsur hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan Hasil merupakan tujuan akhir dari suatu kegiatan.Untuk mencapai hasil yang maksimal, maka seluruh bagian kegiatan yang dilaksanakan harus menggunakan kedua sumber di atas. Prosedur untuk mencapai hasil yang diinginkan membutuhkan mekanisme kerja yang efektif. Efektivitas kerja dapat tercapai dengan memadukan antara kedua unsur tersebut dengan sistem manajemen yang baik, sehigga terjalin sinkronisasi antara komponen di
11
dalamnya.Sistem manajemen kerja terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengerakan dan pengawasan.
2.1.3 Pengukuran Efektifitas Kegiatan Untuk mengetahui efektifitas suatu kegiatan diperlukan pengetahuan tentang cara mengukur efektifitas. Menurur Sumaatmaja (2006:42) bahwa “pengukuran efektifitas secara umum dapat dilihat dari hasil kegiatan yang sesuai dengan tujuan dengan proses yang tidak membuang-buang waktu serta tenaga” Dari pendapat tersebut tampak bahwa pada dasarnya alat ukur efektfitas terletak pada waktu yang digunakan dalam pelaksanaan, tenaga yang melaksanakan dan hasil yang telah diperoleh. Guna kepentingan peneliian ini, peneliti akan menjelaskan alat ukur efektifitas sebagaimana pendapat ahli di atas sebagai berikut: a. Efektifitas Waktu Setiap orang atau kelompok yang melaksanakan kegiatan mengharapkan penggunaan waktu yang minimal mungkin. Hal ini berarti bahwa waktu sangatlah penting dalam menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan yang diharapkan. Jika waktu dalam menyelsesaikan pekerjaan tidak sesuai dengan target yang telah ditetapkan maka itu bearati kegiatan tidak efektif. b. Efektifitas Tenaga Tenaga yang dimaksud berkenaan dengan tenaga fisik dan pikiran individu maupun kelompok yang terlibat dalam suatu kegiatan. Tenaga juga berkenaan dengan kuantitas atau jumlah pekerja. Jika jumlah pekerja sangat banyak dan
12
hasil yang diperoleh tidak layak maka dapat dikatakan pekerjaan tersebut tidak efektif. c. Hasil yang Diperoleh Alat ukur yang paling utama dalam mengukur efektifitas suatu pekerjaan adalah hasil. Pencapaian hasil akhir dari suatu kegiatan dapat dilihat dengan menyesuaikan hasil yang diperoleh dengan tujuan yang telah disusun sebelum pekerjaan dilaksanakan. Oleh karena itu sebelum kegiatan dilaksanakan ditentukan dulu tujuan yang diharapkan. Jika tujuan tesesebut tidak sesuai dengan harapan maka artinya kegiatan tidak efektif.
2.2 Pembinaan Kesiswaan 2.2.1 Pengertian Pembinaan Menurut kamus lengkap bahasa Indonesia (Badudu, 2002:316) bahwa “pembinaan berarti usaha, tindakan dan kegiatan yang digunakan secara berdayaguna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang baik”. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pembinaan adalah suatu usaha dan kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan apa yang sudah ada kepada yang lebih baik (sempurna) baik terhadap yang sudah ada (yang sudah dimiliki). Dari penjelasan tersebut di atas, maka pembinaan yang di maksud adalah pembinaan
kepribadian secara keseluruhan .Secara efektif dilakukan dengan
memperhatikan sasaran yang akan dibina. Pembinaan dilakukan meliputi pembinaan moral, pembentukan sikap dan mental. Pembinaan mental merupakan salah satu cara untuk membentuk ahklak manusia agar memiliki pribadi yang bermoral, berbudi pekerti luhur dan bersusila, sehingga seseorang dapat terhindar
13
dari sifat tercela sebagai langkah penanggulangan terhadap timbulnya kenakalan remaja. 2.2.2.Bentuk–Bentuk Pembinaan Kesiswaan Mulyasa (2007:43) menjelaskan pembinaan kesiswaan kesiswaan adalah segala kegiatan yang meliputi perencanaan, pengawasan, penilaian,dan pemberian bantuan kepada siswa sebagai insan peribadi, insan pendidikan, insan pembangunan agar siswa tumbuh dan berkembang sebagai manusia seutuhnya dengan tujuan pendidikan nasional berdasarkan pancasila. Dasar hukum kegiatan pembinaan ini adalah
Peratuaran Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan Tujuan pembinaan kesiswaaan adalah: 1) Mengembangkan
potensi
siswa
secara
optimal
dan
terpadu
yang
meliputi minat, bakat dan kreativitas 2) Memantapkan sekolah usaha
kepribadian
sebagai dan
siswa
lingkungan
pengaruh
negatif
untuk
pendidikan dan
mewujudkan sehingga
bertentangan
ketahanan
terhindar dengan
dari tujuan
pendidikan 3) Mengaktualisasikan potensi siswa dalam pencapaian prestasi sesuai bakat dan minat 4) Menyiapkan siswa agar menjadi warga masyarakat yang berahklak mulia,demokratis, menghormati hak-hak asasi manusia dalam rangka mewujudkan masyarakat madani (Civil Society)
14
Pembinaan kesiswaan merupakan program yang bertujuan mengembangkan kemampuan siswa secara optimal. Pembinaan ini dilakukan melalui jalur kegiatan OSIS, ekstrakurikuler, Latihan Dasar Kepemimpinan, dan Wawasan Wiyatamandala. Pembinaan Kesiswaan dibidang pendidikan diarahkan kepada pengembangan sumberdaya yang bermutu guna memenuhi kebutuhan dan menghadapi tantangan kehidupan di masa depan. Maka pendidikan, sumberdaya bermutu yang bersifat potensi diaktualisasikan hingga optimal dan seluruh aspek kepribadian dikembangkan secara terpadu. Sejalan dengan peningkatan mutu sumber daya bermutu, Departemen Pendidikan Nasional terus berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama (Direktorat PSMP), Ditjen Mandikdasmen, dalam hal ini telah melakukan berbagai upaya, baik pengembangan mutu pembelajaran, pengadaan sarana dan prasarana, perbaikan manajemen kelembagaan sekolah, maupun pembinaan kegiatan kesiswaan. Peningkatan mutu pendidikan di sekolah tidak hanya terpaku pada pencapaian aspek akademik, melainkan aspek non-akademik juga; baik penyelenggaraannya dalam bentuk kegiatan kurikuler ataupun ekstra kurikuler, melalui berbagai program kegiatan yang sistematis dan sistemik. Dengan upaya seperti itu, peserta didik (siswa) diharapkan memperoleh pengalaman belajar yang utuh; hingga seluruh modalitas belajarnya berkembang secara optimal. Di samping itu, peningkatan mutu diarahkan pula kepada guru sebagai tenaga kependidikan
yang berperan sentral
dan strategis
dalam memfasilitasi
perkembangan pribadi peserta didik di sekolah. Peningkatan mutu guru
15
merupakan upaya mediasi dalam rangka pembinaan kesiswaan. Tujuan dari peningkatan mutu guru adalah pengembangan kompetensi dalam layanan pembelajaran, pembimbingan, dan pembinaan kesiswaan secara terintegrasi dan bermutu. Dengan demikian, dalam pembinaan kesiswaan terlingkup program kegiatan yang langsung melibatkan peserta didik (siswa) sebagai sasaran; ada pula program yang melibatkan guru sebagai mediasi atau sasaran antara (tidak langsung). Namun, sasaran akhir dari kinerja pembinaan kesiswaan adalah perkembangan siswa yang optimal; sesuai dengan karakteristik pribadi, tugas perkembangan, kebutuhan, bakat, minat, dan kreativitasnya. 2.2.4. Kompetensi Pembina Kesiswaan Guru sebagai pendidik bertanggung jawab atas terselenggaranya proses tersebut di sekolah, baik melalui bimbingan, pengajaran, dan atau pelatihan. Seluruh tanggung jawab itu dijalankan dalam upaya memfasilitasi peserta didik agar kompetensi dan seluruh aspek pribadinya berkembang optimal. Apabila guru hanya menjalankan salah satu bagian dari tanggung jawabnya, maka perkembangan peserta didik tidak mungkin optimal. Dengan kata lain, pencapaian hasil pada diri peserta didik yang optimal,mempersyaratkan pelayanan dari guru yang optimal pula. Oleh karena guru merupakan tenaga kependidikan, maka guru bertanggung jawab atas terselenggaranya pembinaan kesiswaan di sekolah secara umum dan secara khusus terpadu dalam setiap mata pelajaran yang menjadi tanggung jawab masing-masing. Dengan demikian, setiap guru sebagai pendidik
16
seyogianya memahami, menguasai, dan menerapkan kompetensi bidang pembinaan kesiswaan. Dalam kerangka berpikir dan bertindak seperti itulah dikembangkan standar kompetensi guru bidang pembinaan kesiswaan; yang selanjutnya dirinci ke dalam sub-sub kompetensi dan indikator-indikator sebagai
rujukan
penyelenggaraan pembinaan kesiswaan. Keseluruhan indikator yang diturunkan dari enam kompetensi dasar yang dimaksud dapat dijadikan acuan, baik bagi penyelenggaraan pembinaan kesiswaan secara umum dalam program pendidikan di sekolah; maupun secara khusus terpadu dalam program pembelajaran dan bimbingan yang menjadi tanggung jawab guru mata pelajaran dan guru pembimbing.
2.3 Hakikat Kegiatan Ekstra Kurikuler 2.3.1 Pengertian Kegiatan Ekstra Kurikuler Pada dasarnya kegiatan di lembaga sekolah terdiri atas kegiatan kurikuler dan kegiatan ekstra kurikuler. Kegiatan kurikuler merupakan kegiatan lembaga pendidikan yang mencakup pendidikan, bimbingan dan pembelajaran. Sedangkan kegiatan ekstra kurikuler adalah kegiatan tambahan atau di luar jam sekolah yang diberikan oleh pendidik kepada siswa. Depdiknas (2003:14) menjelaskan bahwa kegiatan ekstra kurikuler merupakan kegiatan pendidikan diluar mata pelajaran untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhannya. Dari penjelasan ini tampak bahwa kegiatan ekstra kurikuler merupakan kegiatan tambahan yang membantu siswa dalam mengembangkan potensi dalam dirinya.
17
Seiring dengan penjelasan ini Danim (2006:14) mengemukakan bahwa “Kegiatan ekstra kurikuler merupakan layanan yang diberikan oleh tenaga pendidik maupun kependidikan di lembaga sekolah bagi siswa tidak terkecuali dalam mengembangkan potensi bakat dan minat sehingga potensi dapat berkembang dengan optimal” Berdasarkan pedapat ini tampak bahwa kegiatan ekstra kurikuler sangat penting bagi siswa sebagai salah satu model pembinaan bagi siswa dalam mengembagkan talenta yang dimiliki.
2.3.2 Fungsi Kegiatan Ekstra Kurikuler Setiap kegiatan yang dilaksanakan di sekolah memiliki fungsi bagi siswa, termasuk pula dengan kegiatan ekstra kurikuler. Suparlan (2006:27) menjelaskan fungsi-fungsi kegiatan ekstra kurikuler bagi siswa sebagai berikut: a. Sebagai wadah dalam pengembangan kemampua dan kreativitas siswa. b. Sebagai alat dalam meningkatkan interaksi sosial bagi siswa c. Merupakan sarana rekreatif yang dapat membuat siswa berpikir segar d. Dapat mengembanngkan potens dan karir siswa dengan optimal Sebagai wadah dalam pengembangan kemampuan dan kreativitas siswa, kegiatan ektra kurikuler menyediakan berbagai kegiatan seperti pelatihan seni dan olah raga, pramuka PMR serta kegiatan akdemik lainnya berupa karya ilmiah seminar, workshop dan sebagainya. Selanjutnya sebagai alat dalam meningkatkan interaksi sosial bagi siswa, kegiatan ini merupakan wahana bagi siswa dalam bergaul dengan teman-temannya serta seluruh warga sekolah. Kegiatan ekstra kurikuler sebagai sarana rekreatif yang dapat membuat siswa berpikir segar dapat dilihat pada kegembiraan siswa dalam mengebankan
18
bakat dan minat secara sadar sesuai dengan potensi yang dimiliki sehingga siswa dapat pula mengembanngkan potens dan karir sebagai modal lifeskill dimasa yang akan datang. Berdasarkan kajian-kajian teori di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekstra
kurikuler merupakan suatu layanan yang diberikan oleh tenaga pendidik maupun kependidikan di lembaga sekolah yang dilakukan secara terprogram di luar jam pelajaran yang memiliki fungsi dalam mengembangkan kemampuan, kreativitas siswa, meningkatkan interaksi sosial, sarana rekreatif dan mengembanngkan potensi siswa dengan baik.
2.4 Kajian Yang Relevan Penelusuran peneliti, tentang kajian-kajian penelitian yang relevan dengan penelitian ini, maka ditemui satu penelitian yang dilakukan oleh Syafrudin yang berjudul Pengaruh Kegiatan Ekstra Kurikuler Terhadap Jiwa Kepemimpinan Siswa
Skripisi Jurusan Ilmu Pendidikan Universita Muhammadiyah Malang
Tahun 2004. Kajian skripsi tersebut dalam bentuk kuantitatif dan hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh positif terhadap jiwa kepemimpinan siswa di sekolah.. Kelebihan dari penelitian tersebut adalah temuan dan pengungkapan pengaruh positif terhadap jiwa kepemimpinan siswa di sekolah akan tetapi peneliti tidak mendeskripsikan dengan jelas kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler yang telah dilaksanakan sehimgga sangat perlu untuk menyusun penelitian kembali dengan pijakan kajian penelitian tersebut.
19
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini terletak pada permasalahan yang dikajii. Pada penelitian terdahulu masalah yang dikaji adalah pengaruh kegiatan ekstrakurikuler terhadap jiwa kepemimpinan siswa, sedangkan pada penelitian ini masalah dikaji difokuskan pada efektifitas pembinaan siswa yang dilakukan oleh pembina
yang ada di sekolah melalui kegiatan
ekstrakurikuler dengan berbagai jenis kegiatan baik akademik maupun non akademik.