8
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka 1. Efektivitas Pembelajaran Secara harfiah efektivitas berasal dari kata efektif. Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008) efektif memiliki arti ada efeknya (pengaruhnya, akibatnya), dapat membawa hasil, berhasil guna atau kegiatan yang dapat memberikan hasil yang memuaskan. Efektif juga dapat diberi makna berdampak, membawa pengaruh, memiliki akibat, dan membawa hasil. Efektivitas mengacu pada kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sehingga dapat disimpulkan efektivitas adalah kemampuan suatu usaha atau tindakan untuk mencapai suatu hasil atau tujuan yang telah ditetapkan Definisi pembelajaran menurut Uno (2006: 2) adalah perencanaan atau perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Perihal pembelajaran diungkapkan pula oleh Depdiknas (dalam Tapantoko 2011: 12) sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subyek didik yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subyek didik dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses
pembelajaran
berlangsung
(sesuai
dengan
tujuan
pembelajaran).
Efektivitas pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses membelajarkan
9 peserta didik dalam interaksinya dengan lingkungan belajar, baik dengan guru, buku pelajaran, atau media belajar lainnya dalam suasana edukatif sehingga tujuan pembelajaran dapat terlaksana. Sehingga dapat disimpulkan efektivitas pembelajaran adalah kegiatan belajar mengajar pada peserta didik dalam interaksinya dengan lingkungan belajar, baik dengan guru, buku pelajaran, atau media belajar lainnya dalam suasana edukatif yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dalam penelitian ini efektivitas pembelajaran adalah ketepatgunaan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan dimana indikator efektivitas dalam penelitian ini dipenuhi, antara lain rata-rata nilai pemahaman konsep matematika siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode Mind Mapping lebih baik daripada rata-rata nilai pemahaman konsep matematika siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode konvensional dan persentase ketuntasan belajar siswa yakni siswa yang tuntas belajar pada kelas eksperimen minimal 60%. 2. Mind Map Definisi dari Mind Map yang dikutip dari buku The Mind Map Book, Buzan (1993) adalah: A Mind Map is powerful graphic technique which provides a universal key to unlock the potential of the brain. It harnesses the full range of cortical skills word, image, number, logic, rhythm, colour, and special awareness in a single, uniquely powerfull manner. In so doing, it give you a freedom to Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Mind Map merupakan suatu teknik grafik yang sangat ampuh dan menjadi kunci yang universal untuk membuka potensi dari seluruh otak karena menggunakan seluruh keterampilan yang terdapat
10 pada bagian neo-korteks dari otak atau yang disebut otak kiri dan otak kanan. Menurut Gunawan (2003: 185)
Born to be
Genius mengungkapkan teknik Mind Map didasari hasil riset bahwa cara otak mengolah informasi dan menyimpan informasi tidaklah secara linier, setahap demi setahap, tetapi otak menyimpan informasi secara acak dan menyimpannya dalam bentuk gambar, dan bukan dalam bentuk huruf atau tulisan. DePorter (2000: 225) menyatakan bahwa Mind Map menirukan proses berpikir, yakni memungkinkan proses belajar berpindah-pindah topik dan rekaman informasi yang berupa simbol, gambar, arti emosional, dan dengan warna, persis seperti cara otak memprosesnya. Hal tersebut ditegaskan pula oleh MacGregor (2006: 47) yang menyatakan bahwa: ikiran itu pada mulanya tidak berpikir secara kronologis maupun secara analitis, kitalah yang melatihnya untuk berpikir seperti itu. Pikiran sebenarnya datang dari segala arah. Tidak ada sesuatu yang beraturan, kitalah yang membuatnya teratur. Mind Map membantu kita melakukan hal ini dengan mencatat pikiran-pikiran ini dalam susunan yang tidak beraturan. Mind Map adalah metode untuk membuat catatan untuk bepikir. Digunakan pula untuk memecahkan masalah, untuk mengingat dan melakukan sesuatu pada saat kita sedang berpikir, sewaktu pikiran memasuki otak kita. Karakteristik Mind Map diungkapkan oleh Buzan (2007: 6) sebagai berikut. Mind Map membuat kita tetap fokus pada ide utama dan semua ide tambahan lainnya. Mind Map membantu dalam menggunakan kedua belah otak sehingga kita ingin terus-terusan belajar. Mind Map adalah cara mudah menggali informasi dari dalam dan dari luar otak, cara untuk belajar dan berlatih yang cepat dan ampuh, cara membuat catatan yang tidak membosankan, cara terbaik untuk mendapatkan ide baru, dan merencanakan proyek.
Berdasarkan pemaparan Waruwu (2010) mengenai kegunaan Mind Map sebagai berikut: Memberi pandangan menyeluruh pokok masalah atau area yang luas. 2. Memungkinkan dalam perencanaan rute atau membuat pilihan-pilihan dan mengetahui ke arah mana langkah selanjutnya dan di mana berada.
11 3. Mengumpulkan sejumlah besar data di satu tempat. 4. Mendorong pemecahan masalah dengan jalan-jalan terobosan kreatif yang baru. 5. Menyenangkan untuk dilihat, dibaca, dicerna, dan diingat. Sedangkan cara membuat Mind Map dalam Buzan (2007: 10) adalah sebagai berikut:
2. 3.
4.
5.
Pergunakan selembar kertas kosong tanpa garis dan beberapa pena warna. Pastikan kertas tersebut miring (landscape). Buatlah sebuah gambar yang merangkum subjek utamamu di tengahtengah kertas. Gambar itu melambangkan topik utamamu. Buatlah beberapa garis tebal berlekuk-lekuk yang menyambung dari gambar di tengah kertas, masing-masing untuk setiap ide utama yang ada mengenai subjekmu. Cabang-cabang utama tersebut melambangkan sub-topik utamamu. Berilah nama pada setiap ide di atas dan, bila kamu mau, buatlah gambar-gambar kecil mengenai masing-masing ide tersebut hal ini menggunakan kedua sisi otak. Setiap kata dalam Mind Map akan digarisbawahi. Hal ini karena kata-kata merupakan kata-kata kunci, dan pemberian garis bawah, seperti pada catatan biasa, menunjukkan tingkat kepentingannya. Dari setiap ide yang ada, kamu bisa menarik garis penghubung lainnya, yang menyebar seperti cabang-cabang pohon. Tambahkan buah pikiranmu ke setiap ide tadi. Cabang-cabang tambahan ini melambangkan detail-detail yang ada.
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa Mind Map adalah metode belajar yang efektif dan bermanfaat untuk melatih sisi kreatif dan sisi analitis dari otak, sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan karena siswa aktif menggali ilmu dari materi yang dipelajari. Untuk membuat Mind Map sangatlah sederhana, karena yang diperlukan adalah kertas, beberapa pena berwarna, dan otak (kemampuan menganalisis dan kreativitas). 3. Metode Mind Mapping Pengertian metode dalam pembelajaran diungkapkan Asril (2010: 4) sebagai berikut. alam proses interaksi edukatif kedudukan metode mengajar sangat penting, karena pengertian metode tidaklah hanya sekedar suatu cara, akan tetapi
12 merupakan teknik di dalam proses penyampaian materi pengajaran. Di dalam istilah metode mengajar, terkandung dua pengertian yang bila disatukan akan menjadi suatu pengertian kegiatan yang menunjang pencapaian tujuan-tujuan pengajaran. Bila dirinci antara metode dan mengajar, terdapat suatu hubungan kuat yang tidak dapat dipisahkan. Metode berarti cara atau teknik-teknik tertentu yang dianggap baik (efisien dan efektif), sedangkan mengajar berarti merangkaikan kegiatan yang dilakukan oleh guru atau pengajar untuk menyampaikan sejumlah pengetahuan pada peserta didik (transfer of knowledge). Metode mengajar berfungsi pula sebagai alat yang tetap untuk menambah partisipasi peserta didik dan menanamkan kepemimpinan dengan usaha menciptakan situasi mengajar dan belajar yang tepat dan berguna. Pemaparan mengenai metode juga diungkapkan oleh Djamarah dan Zain (1995: 46). Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kedudukan metode dalam belajar mengajar antara lain metode sebagai alat motivasi ekstrinsik, metode sebagai strategi pengajaran, dan metode sebagai alat untuk mencapai tujuan. Menurut pendapat Roestiyah (dalam Djamarah dan Zain, 1995: 74) metode mengajar adalah strategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Karena itu, efektivitas penggunaan metode dapat terjadi bila ada kesesuaian antara metode dengan semua komponen pengajaran yang telah diprogramkan dalam satuan pelajaran. Hal serupa dinyatakan oleh Simanjuntak (1992: 80) bahwa metode mengajar yang diterapkan dalam suatu pengajaran dikatakan efektif bila menghasilkan sesuatu sesuai dengan yang diharapkan atau dengan kata lain tujuan tercapai, bila makin tinggi kekuatannya untuk menghasilkan sesuatu makin efektif metode tersebut. Secara umum dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh guru dengan memanfaatkan teknik-teknik belajar untuk menyampaikan materi yang diberikan pada siswa. Hendaknya dalam memilih suatu metode guru mempertimbangkan apakah metode tersebut efektif digunakan atau tidak. Keefektivitasan suatu metode dapat dilihat dari pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
13
Aplikasi Mind Mapping dalam pembelajaran dapat diterapkan dalam suatu metode belajar yang disebut dengan metode Mind Mapping. Metode ini dapat dijadikan alternatif untuk membantu siswa dan guru dalam proses pembelajaran di kelas. Menurut Ausubel dalam Hudojo (2002:10) menyatakan bahwa pembelajaran dengan metode Mind Mapping adalah pembelajaran yang membantu siswa dalam proses pembelajaran dalam menyerap ilmu baru karena siswa diajak meringkas materi pelajaran secara kreatif dan menarik sehingga lebih mudah dipahami siswa. Menurut Tapantoko (2011:
32) pembelajaran dengan metode Mind Mapping
adalah metode yang dirancang oleh guru untuk membantu siswa proses belajar, menyimpan informasi berupa materi pelajaran yang diterima oleh siswa pada saat pembelajaran, dan membantu siswa menyusun inti-inti yang penting dari materi pelajaran ke dalam bentuk peta atau grafik sehingga siswa lebih mudah memahaminya. Berdasarkan Buzan (dalam Yoga, 2007) proses pembelajaran metode Mind Mapping terdiri dari beberapa langkah sebagai berikut: a. Overview: Tinjauan menyeluruh terhadap suatu topik pada saat proses pembelajaran baru dimulai. Hal ini bertujuan untuk memberi gambaran umum kepada siswa tentang topik yang akan dipelajari. b. Preview: tinjauan awal merupakan lanjutan dari overview sehingga gambaran umum yang diberikan setingkat lebih detail daripada overview dan dapat berupa penjabaran lebih lanjut dari silabus. Dengan demikian diharapkan siswa telah memiliki pengetahuan awal yang cukup mengenai sub-topik dari bahan sebelum pembahasan yang lebih detail dimulai. Khusus untuk bahan yang sangat sederhana langkah preview dapat dilewati sehingga langsung masuk ke tahap inview. c. Inview: tinjauan mendalam yang merupakan inti dari suatu proses pembelajaran dimana suatu topik akan dibahas secara detail, terperinci, dan mendalam. Selama inview ini siswa diharapkan dapat mencatat informasi, konsep, atau rumus penting, beserta grafik, daftar atau diagram untuk membantu siswa dalam memahami dan menguasai bahan yang diajarkan.
14 d. Review: tinjauan ulang dilakukan menjelang berakhirnya jam pelajaran dan berupa ringkasan dari bahan yang telah diajarkan serta ditekankan pada informasi, konsep atau rumus penting yang harus diingat atau dikuasai siswa. Hal ini akan dapat membantu siswa untuk fokus dalam mempelajari ulang seluruh bahan yang diajarkan. Review dapat juga dilakukan pada saat pelajaran akan dimulai pada pertemuan berikutnya untuk membantu siswa mengingatkan kembali bahan yang telah diajarkan pada pertemuan sebelumnya. Menurut Pandley (dalam Tapantoko 2011: 30) pengembangan metode Mind Mapping dalam pembelajaran terangkum sebagai berikut. Guru menyampaikan materi dan tujuan pelajaran. 2. Siswa mempelajari konsep tentang materi yang dipelajari dengan bimbingan guru. 3. Setelah siswa memahami konsep yang diajarkan, siswa dikelompokkan dan siswa dihimbau untuk membuat Mind Mapping mengenai materi yang dipelajari. 4. Siswa diminta untuk mempresentasikan hasil Mind Mapping yang dibuat, hal ini untuk mengevaluasi pemahaman konsep siswa terhadap materi yang dipelajari. 5. Dari hasil presentasi siswa, guru membimbing siswa menuju pada suatu kesimpulan. 6. Guru memberi soal latihan tentang materi yang dipelajari secara individu. 7. Pada akhir pembelajaran, guru memberi tes untuk mengetahui pemahaman konsep dan kemampuan siswa. Berdarkan hasil penelitian dari beberapa sekolah yang menggunakan metode Mind Mapping, Yoga (2007) menambahkan beberapa catatan sebagai berikut: Metode Mind Mapping dapat menjadi suatu alternatif di samping metode konvensional yang dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran karena membantu mengorganisir informasi dengan baik serta hanya menyajikan informasi dan konsep yang penting/inti saja. b. Metode Mind Mapping dapat meningkatkan tingkat partisipasi siswa dalam belajar karena suasana belajar menjadi lebih menarik dan menyenangkan karena bahan pelajaran dapat diringkas ke dalam bentuk yang menarik serta mudah untuk dipahami dan diingat. c. Metode Mind Mapping dapat membantu guru dalam menyampaikan materi pelajaran secara lebih efektif dan efisien yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil akademis siswa. d. Metode Mind Mapping dapat meringankan tugas siswa dan guru dalam menyelesaikan seluruh materi pelajaran dalam waktu yang lebih singkat namun tidak mempengaruhi kualitasnya.
15 Dari beberapa tinjauan pustaka yang berkaitan dengan metode Mind Mapping dapat ditarik beberapa kesimpulan diantaranya, metode Mind Mapping adalah metode pembelajaran yang membantu siswa dalam menggali inti-inti yang penting dari materi pelajaran dengan membuat ringkasan materi menjadi bentuk yang sederhana dan menarik. Metode Mind Mapping dapat digunakan dalam proses pembelajaran karena teknik belajar dengan Mind Mapping merangsang siswa untuk aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran.
Langkah-langkah dalam
metode Mind Mapping terdiri dari overview (tinjauan menyeluruh) dimana guru mempersiapkan siswa untuk siap belajar, preview (tinjauan awal) siswa siap belajar bersama teman dalam kelompok, inview (tinjauan mendalam) siswa mengelaborasi dan mengeksplorasi materi yang dipelajari dengan memanfaatkan lingkungan belajar, dan review (tinjauan ulang) siswa menkonfirmasi ilmu yang diperoleh melalui Mind Mapping yang mereka buat sehingga membantu siswa dalam memahami materi dalam proses pembelajaran.
4. Pembelajaran Konvensional Menurut Sukarman (2008: 5) pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang menggunakan metode ceramah atau ekspositori, dimana guru mendominasi kelas dan sebagai pusat belajar. Pembelajaran konvensional lebih sering dipergunakan dalam pembelajaran dikarenakan pembelajaran ini dinilai lebih praktis, mudah dilaksanakan dengan peralatan yang sederhana, dan dapat dilakukan untuk mengajar siswa yang jumlahnya relatif besar.
16 Menurut Djamarah (1996) metode pembelajaran konvensional adalah metode pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran. Dalam pembelajaran, metode konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan, serta pembagian tugas dan latihan. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konvensional adalah suatu pembelajaran yang bersifat klasikal dimana pemahaman siswa dibangun berdasarkan hafalan, metode yang digunakan berupa ceramah, contoh, dan latihan soal. 5. Pemahaman Konsep Matematika Pemahaman berasal dari kata paham, dalam kamus besar bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008) paham berarti mengerti benar, tahu benar. Sehingga pemahaman dapat dimaksudkan sebagai proses, cara atau perbuatan memahami. Pemahaman akan suatu konsep terutama dalam matematika sangatlah penting. Menurut Soedjadi (2000: 13) konsep adalah ide abstrak yang digunakan untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan objek yang biasanya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata. Konsep berhubungan dengan definisi dan definisi merupakan ungkapan yang membatasi suatu konep. Hamalik (2002: 164) menjelaskan peranan konsep dalam suatu pembelajaran terangkum sebagai berikut. 1. Konsep mengurangi kerumitan lingkungan. 2. Konsep membantu siswa untuk mengidentifikasi objek-objek yang ada di sekitar mereka.
17 3. Konsep dan prinsip untuk mempelajari sesuatu yang baru, lebih luas dan lebih maju. Siswa tidak harus belajar secara konstan, tetapi dapat menggunakan konsep-konsep yang telah dimilikinya untuk mempelajari sesuatu yang baru. 4. Konsep mengarahkan kegiatan instrumental. 5. Konsep memungkinkan pelaksanaan pengajaran. Ditinjau dari segi fungsi, Sutton dan Hayso (dalam Wanhar, 2008) mengungkapkan bahwa konsep matematika terbagi menjadi tiga golongan, yaitu konsep yang memungkinkan siswa dapat mengklasifikasikan obyek-obyek, konsep yang memungkinkan siswa untuk dapat menghubungkan konsep satu dengan yang lainnya, dan konsep yang memungkinkan siswa untuk menjelaskan fakta. Menurut Gagne (dalam Wanhar, 2008) penggolongkan konsep matematika ditinjau dari segi bentuknya menjadi dua golongan, yaitu konsep berdasarkan pengamatan dan berdasarkan definisi. Hal ini dapat diartikan bahwa suatu konsep matematika sangat berguna bagi ketercapaian suatu tujuan pembelajaran. Hal ini serupa dengan Hamalik (2002: 164) yang menjelaskan bahwa konsep dapat berguna dalam suatu pembelajaran, yaitu untuk mengurangi kerumitan, membantu siswa mengidentifikasi obyek-obyek yang ada, membantu mempelajari sesuatu yang lebih luas dan lebih maju, dan mengarahkan siswa kepada kegiatan instrumental. Berdasarkan pemaparan J.S. Bruner (dalam Simanjuntak, 1992: 70) dalam teori belajar matematikanya menyatakan bahwa belajar matematika adalah dengan melakukan penyusunan presentasinya, karena langkah permulaan belajar konsep, pengertian atau pemahaman akan lebih melekat bila kegiatan-kegiatan yang menunjukkan representasi (model) konsep dilakukan oleh siswa sendiri dan antara
18 pelajaran yang lalu dengan yang dipelajari harus ada kaitannya. Sedangkan Dines (dalam Simanjuntak 1992: 72) menyatakan bahwa pembelajaran matematika menekankan pengertian atau pemahaman, dengan demikian anak diharapkan akan lebih mudah mempelajarinya dan lebih menarik. Lebih lanjut Dines (dalam Simanjuntak 1992: 72) menyatakan supaya pemahaman akan konsep-konsep matematika dapat dipahami oleh siswa lebih mendasar harus diadakan pendekatan belajar dalam mengajar antara lain: a. Siswa yang belajar matematika harus menggunakan benda-benda konkret dan membuat abstraksinya dari konsep-konsepnya. b. Materi pelajaran yang diajarkan harus ada hubungannya atau pengaitan yang sudah dipelajari. c. Supaya siswa memperoleh sesuatu dari belajar metematika harus mengubah suasana abstrak dengan menggunakan simbol-simbol. d. Matematika adalah ilmu seni kreatif oleh karena itu harus dipelajari dan diajarkan sebagai ilmu seni. Membicarakan konsep matematika tidak lepas dari karakteristik matematika, berdasarkan Marsigit (2011) karakteristik matematika sekolah terangkum sebagai berikut: 1. Matematika sebagai kegiatan penelusuran pola dan hubungan, sehingga dalam pembelajaran matematika kegiatannya adalah melakukan kegiatan penemuan dan penyelidikan pola-pola untuk menentukan hubungan matematika, melakukan percobaan matematika dengan berbagai cara, menemukan adanya urutan, perbedaan, perbandingan, pengelompokan dalam matematika, menarik
19 kesimpulan umum (membuktikan rumus), dan menemukan hubungan antara pengertian matematika yang satu dengan yang lainnya. 2. Matematika sebagai kreativitas yang memerlukan imajinasi, intuisi, dan penemuan, sehingga dalam pembelajaran matematika kegiatannya adalah memiliki inisiatif dalam menyelesaikan soal matematika, memiliki sifat rasa ingin tahu, keinginan bertanya, menyanggah dan kemampuan memperkirakan, adanya usah menemukan struktur dan desain matematika, dan mau mencoba menyelesaikan persoalan matematika dalam berbagai metode. 3. Matematika sebagai kegiatan pemecahan masalah, sehingga pembelajaran matematika lingkungan belajar hendaknya merangsang timbulnya persoalan matematika, mau memecahkan persoalan dengan caranya sendiri dengan mengumpulkan berbagai informasi, dan memerlukan kegiatan berpikir logis, konsisten, sistematis, dan membuat catatan; memiliki kemampuan dalam mengembangkan kemampuan dan keterampilan untuk memecahkan persoalan matematika, serta mau mempelajari cara menggunakan berbagai alat peraga matematika seperti: jangka, kalkulator, penggaris, busur derajat, dan sebagainya. 4. Matematika sebagai alat berkomunikasi, sehingga dalam pembelajaran matematika mau berusaha mengenali dan menjelaskan sifat-sifat matematika, berusaha membuat contoh-contoh persoalan matematika sendiri, mengetahui alasan mengapa siswa perlu mempelajari matematika, mendiskusikan penyelesaian soal-soal matematika dengan teman yang lain, mengerjakan contoh soal dan soal-soal matematika dan menjelaskan jawaban siswa kepada teman yang lain.
20 Sehingga pemahaman konsep matematika dapat diartikan sebagai keadaan dimana siswa memahami atau mengerti ide-ide serta dalam pembelajaran nmatematika siswa dapat mengekspresikan karakteristik matematika. Dalam penelitian ini, hasil belajar diperoleh berdasarkan hasil tes pada pemahaman konsep matematika siswa. Oleh karena itu, berdasarkan penjelasan teknis Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor 506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11 November 2004 tentang penilaian diuraikan bahwa indikator siswa memahami konsep matematika adalah siswa mampu: 1. Menyatakan ulang suatu konsep. 2. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya. 3. Memberi contoh dan non contoh dari konsep. 4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis. 5. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup dari suatu konsep. 6. Menggunakan,memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu. 7. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah. Sehingga dari beberapa tinjauan di atas pemahaman konsep matematika dimana keadaan dimana siswa memahami atau mengerti ide-ide yang ada pada materi matematika dapat dilihat pencapaiannya apabila telah memenuhi kriteria pemahaman konsep matematika. Kriteria tersebut adalah siswa mampu menyatakan ulang suatu konsep, siswa mampu mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu, siswa mampu memberi contoh dan non-contoh dari konsep, siswa mampu menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika, siswa mampu mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup, siswa mampu menggunakan atau memilih prosedur tertentu dalam menyelesaikan soal, dan siswa mampu mengaplikasikan konsep yang diterima untuk memecahkan masalah.
21
B. Kerangka Pikir Permasalahan yang sering ditemukan dalam pembelajaran matematika adalah rendahnya pemahaman konsep siswa karena guru masih menggunakan paradigma pembelajaran lama artinya komunikasi dalam pembelajaran matematika cenderung berlangsung satu arah umumnya dari guru ke peserta didik, guru lebih mendominasi pembelajaran, pembelajaran cenderung monoton, mengakibatkan peserta didik merasa jenuh dan tersiksa. Ditambah lagi konsep matematika yang abstrak menjadi penyebab sulitnya memahami pelajaran matematika. Pemahaman konsep matematika yang rendah mengakibatkan rendahnya kemampuan matematika siswa. Hal ini perlu ditanggapi secara serius agar mutu pendidikan matematika secara keseluruhan dapat ditingkatkan. Dalam pembelajaran matematika, guru hendaknya cerdik memilih variasi pendekatan, strategi, metode yang sesuai dengan situasi sehingga tujuan pembelajaran yang direncanakan dapat tercapai. Hal tersebut dimaksudkan agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Metode pembelajaran yang diterapkan dalam suatu proses pembelajaran dikatakan efektif bila menghasilkan sesuatu sesuai dengan yang diharapkan atau dengan kata lain tujuan tercapai, bila makin tinggi kekuatannya dalam mencapai tujuan makin efektif metode tersebut. Pembelajaran dengan metode Mind Mapping mengajak keterlibatan siswa untuk berpikir komprehensif, kreatif, dan meningkatkan tingkat partisipasi siswa dalam belajar. Di samping itu, penerapan metode ini dapat membuat suasana belajar menjadi lebih menarik dan menyenangkan karena bahan pelajaran dapat diringkas
22 ke dalam bentuk yang menarik serta mudah untuk dipahami dan diingat. Langkah-langkah metode Mind Mapping terdiri dari overview (tinjauan menyeluruh), preview (tinjauan awal), inview (tinjauan mendalam), dan review (tinjauan ulang) yang dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa dalam proses pembelajaran. Pembelajaran metode Mind Mapping mengajak siswa untuk aktif karena guru bersifat sebagai fasilitator artinya peran guru membimbing, memotivasi, dan mengarahkan. Langkah awal yakni overview atau tinjauan menyeluruh terhadap suatu topik pada saat proses pembelajaran baru dimulai. Hal ini bertujuan untuk memberi gambaran umum kepada siswa tentang topik yang akan dipelajari. Dalam overview siswa diajak untuk mempelajari konsep suatu materi pelajaran dan dimaksudkan agar siswa siap mempelajari materi yang akan diajarkan. Preview adalah tinjauan awal merupakan lanjutan dari overview sehingga gambaran umum yang diberikan setingkat lebih detail daripada overview dan dapat berupa penjabaran lebih lanjut dari silabus mengenai sub-topik dari bahan sebelum pembahasan yang lebih detail dimulai. Diawali dengan guru mengelompokkan siswa ke dalam beberapa kelompok, hal ini dimaksudkan agar melalui interaksi dalam kelompok dapat merangsang kreativitas atau ide sehingga terjalin kerja sama yang memperkaya pengetahuan yang diperoleh siswa. Inview adalah tinjauan mendalam yang merupakan inti dari suatu proses pembelajaran dimana suatu topik akan dibahas secara detail, terperinci, dan mendalam. Langkah ketiga ini mengajak siswa yang berada dalam kelompok mempelajari dan memahami konsep tentang materi pelajaran yang dipelajari melalui media lembar kerja dengan bimbingan guru. Selama inview ini siswa
23 diharapkan dapat memperoleh informasi, konsep, atau rumus penting, beserta gambar, grafik, daftar atau diagram untuk membantu siswa dalam memahami dan menguasai bahan yang diajarkan. Siswa aktif mengeksplorasi dan mengelaborasi materi yang sedang dipelajari dengan memanfaatkan sumber belajar baik dengan mengikuti petunjuk yang ada dalam lembar kerja maupun memanfaatkan sumber belajar di sekitar seperti buku referensi, hasil diskusi, bertanya pada guru, atau dengan menggunakan media pembelajaran yang ada. Review adalah tinjauan ulang berupa ringkasan dari bahan yang telah diajarkan serta ditekankan pada informasi, konsep atau rumus penting yang harus diingat atau dikuasai sebagai bentuk konfirmasi dari materi yang telah dipelajari siswa. Siswa dihimbau untuk membuat Mind Mapping dari materi yang dipelajari secara mandiri dalam kelompok, hal ini dapat membantu siswa untuk fokus dalam mempelajari ulang seluruh bahan yang diajarkan namun masih dalam suasana kerja sama. Kemudian untuk mengevaluasi siswa tentang pemahaman konsep siswa, guru menunjuk beberapa siswa untuk mempresentasikan hasil Mind Mapping mengenai materi yang dipelajari, melalui komunikasi ini diharapkan dapat meluruskan kesalahpahaman konsep pada siswa, guru pun aktif mengarahkan.
Setelah itu guru memberi tes untuk mengetahui pemahaman
konsep dan kemampuan akademis siswa. Empat langkah tersebut mengharapkan siswa aktif menggali inti-inti penting dari materi pelajaran dan membuat ringkasan materi menjadi bentuk yang sederhana dan menarik sehingga mudah dipelajari dan diingat. Dari kondisi tersebut diharapkan dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran karena membantu siswa dalam mengorganisir informasi dengan baik sehingga pemahaman konsep dapat
24 diperoleh secara optimal. Oleh karena itu metode Mind Mapping memungkinkan siswa untuk memahami konsep dengan baik sehingga siswa dapat belajar secara efektif dan efisien, dan mengena pada tujuan yang diharapkan. C. Anggapan Dasar Penelitian ini memiliki anggapan dasar sebagai berikut: 1. Semua siswa kelas VII semester genap SMP Xaverius 4 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011-2012 memperoleh materi yang sama dan sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan. 2. Faktor lain yang mempengaruhi pemahaman konsep matematika siswa selain metode pembelajaran diabaikan. D. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Rata-rata nilai pemahaman konsep matematika siswa pada kelas yang menggunakan pembelajaran dengan metode Mind Mapping lebih tinggi daripada rata-rata nilai pemahaman konsep matematika siswa pada kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional. 2. Persentase siswa tuntas belajar pada kelas yang menggunakan pembelajaran dengan metode Mind Mapping lebih dari atau sama dengan 60% dari jumlah siswa.