BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Efektifitas kerja 2.1.1Pengertian Efektifitas Pada prinsipnya efektifitas adalah prinsip yang bersifat strategis dalam administrasi, dimana tujuan administrasi dan manajemen tersirat dalam definisinya adalah tercapainya tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Dengan demikian, efektifitas adalah tingkat kemampuan untuk mencapai tujuan dengan tepat dan baik. Menurut Peter F. Drucker (2005:19) Efektifitas adalah kemampuan untuk melakukan pekerjaan dengan benar.Menurut Chemers (2005:165) Efektifitas adalah banyak bergantung pada beberapa variabel, seperti kultur organisasi, sifat dari tugas dan aktifitas kerja, dan nilai serta pengalaman manajerial. Menurut Harold koontz (2009:45) Efektifitas adalah seleksi internal dan keputusan penempatan dan pengembangan karir yang bermanfaat bagi karyawan dan organisasi.Menurut Roulette (2008:162) Efektifitas adalah dengan melakukan hal yang benar pada saat yang tepat untuk jangka waktu yang panjang, baik pada organisasi tersebut dan pelanggan.Menurut Patterson (2006:17) Efektifitas adalah suatu keadaan dalam memilih cara dan peralatan yang di gunakan dengan tepat sehingga tujuan yang di inginkan dapat dicapai dengan hasil yang memuaskan. Menurut Handoko T. Hani (2005:23) Efektifitas adalah kemampuan untuk
memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk menentukan tujuan yang telah di tentukan.Menurut Frans sadikin (2006:33) Efektifitas adalah proses untuk menciptakan, memelihara, dan mengoperasikan organisasi perusahaan dengan tujuan tertentu melalui upaya manusia yang sistematis , terkoordinasi, dan kooperatif. 2.1.2 Pengertian Kinerja Pada dasarnya pengertian kinerja dapat dimaknai secara beragam. Beberapa pakar memandangnya sebagai hasil dari suatu proses penyelesaian pekerjaan, sementara sebagian yang lain memahaminya sebagai perilaku yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Agar terdapat kejelasan mengenai kinerja, akan disampaikan beberapa pengertian mengenai kinerja. Kinerja adalah penentuan secara standard efektivitas operasional organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standard an kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya (Srimindarti,2006:135). Menurut Veithzal Rival bahwa Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan seseorang sepatutnya memiliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu.Kinerja karyawan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam upaya perusahaan untuk mencapai tujuannya (2008:309).Menurut Bambang Guritno dan Waridin (2005:78).Kinerja merupakan perbandingan hasil kerja yang dicapai oleh karyawan dengan standar yang telah ditentukan. Sedangkan menurut Hakim (2006:103) Mendefinisikan kinerja sebagai hasil kerja yang dicapai oleh individu
yang disesuaikan dengan peran atau tugas individu tersebut dalam suatu perusahaan pada suatu periode waktu tertentu, yang dihubungkan dengan suatu ukuran nilai atau standar tertentu dari perusahaan dimana individu tersebut bekerja. Kinerja merupakan perbandingan hasil kerja yang dicapai oleh pegawai dengan standar yang telah ditentukan (Masrukhin danWaridin2004:35).Menurut Rivai dan Basri (2005:56) pengertian kinerja adalah kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk melakukan sesuatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawab dengan hasil seperti yang diharapkan. 2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja
Kinerja tidak terjadi dengan sendirinya. Dengan kata lain, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja. Adapun faktor-faktor tersebut menurut Amstrong (2004:16-17) adalah sebagai berikut:
1. Faktor individu (personal factors). Faktor individu berkaitan dengan keahlian, motivasi, komitmen, dll. 2. Faktor kepemimpinan (leadership factors). Faktor kepemimpinan berkaitan dengan kualitas dukungan dan pengarahan yang diberikan oleh pimpinan, manajer, atau ketua kelompok kerja. 3. Faktor kelompok/rekan kerja (team factors). Faktor kelompok/rekan kerja berkaitan dengan kualitas dukungan yang diberikan oleh rekan kerja.
4. Faktor sistem (system factors). Faktor sistem berkaitan dengan sistem/metode kerja yang ada dan fasilitas yang disediakan oleh organisasi. 5. Faktor situasi (contextual/situational factors). Faktor situasi berkaitan dengan tekanan dan perubahan lingkungan, baik lingkungan internal maupun eksternal.
Dari uraian yang disampaikan oleh Armstrong, terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja seorang pegawai.Faktor-faktor ini perlu mendapat perhatian serius dari pimpinan organisasi jika pegawai diharapkan dapat memberikan kontribusi yang optimal.
Pada garis besarnya, efektifitas adalah gerak dinamis yang berisi kemampuan dalam melakukan sesuatu pekerjaan sehingga dapat memberikan hasil kerja yang optimal. Dalam rangka meningkatkan efektifitas kerja dalam organisasi maka sasaran utamanya ada pada proses pelaksanaan dan tingkat kolaborasi yang di lakukan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Bila di lihat dari tingkatan yang dilakukan oleh pemerintah, dari tingkat efektifitas maka itu bukan ditentukan oleh seseorang atau beberapa osrang saja. Efektifitas ini justru merupakan hasil kerja antara satu dengan yang lain. Efektifitas organisasi menunjukan tingkat kemampuan organisasi dalam mencapai sasaran yang telah ditentukan selama periode waktu tertentu.Semakin mampu organisasi tersebut pada tujuan yang di capai, semakin efektilah organisasi yang bersangkutan.
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa, efektifitas kerja adalah suatu sikap yang bersifat mendasar yang sebenarnya hal ini telah terpancar dari aktivitas kehidupan manusia dan untuk lebih menghidupkan kembali sikap tersebut, maka manusia diberikan suatu kebebasan untuk bekerja sesuai dengan tupoksi dan profesional dalam menjalankan roda pemerintahan dengan gaya dan produk yang disukainya atau sikap mendasar yang dipancarkan oleh identitas diri untuk dijadikan sikap disiplin, motifasi, profesional, sikap ulet, sikap rajin, dalam kehidupan aparat termasuk aparatur pemerintah kecamatan yang merupakan perilaku khas suatu komunitas atau organisasi, mencakup motifasi yang mengerakkan, karakteristik utama, semangat dasar, pikiran dasar, kode etik, kode moral, kode sikap, aspirasiaspirasi, keyakinan-keyakinan, prinsip-prinsip dan standar-standar yang telah ditentukan. 2.1.4 Pengertian efektifitas kerja Efektifitas kerja terdiri dari dari dua kata yaitu “efektifitas” dan “kerja” Menurut Peter F. Drucker (2005:19) efektifitas yang berasal dari kata efektif yaitu suatu pekerjaan di katakan efektif jika suatu pekerjaan dapat menghasilkan satu unit keluaran (output). Suatu pekerjaan dikatakan efektif jika suatu pekerjan dapat diselesaikan
tepat waktunya dengan rencana yang telah di tetapkan.
Efektifitas menurut Bedjo Siswanto (2006:62) berarti menjalankan pekerjaan yang benar. Sedangkan menurut Ricard M. Steers (2007:46) Efektifitas kerja adalah dimana organisasi melaksanakan seluruh tugas pokoknya atau mencapai semua sasaran. Selain itu menurut Sutanto (1978:95) Efektifitas kerja adalah
suatu keadaan dimana aktifitas jasmaniah dan rohaniah yang dilakukan manusia dapat mencapai hasil akibat sesuai yang dikehendaki. Efektifitas kerja merupakan suatu ukuran tentang pencapaian suatu tugas atau tujuan. Dari beberapa pengertian tentang efektifitas kerja di atas, maka dapat disimpulkan bahwa efektifitas kerja dan kinerja adalah penyelesaian pekerjaaan tepat pada waktunya seperti yang telah ditetapkan sebelumnya untuk mencapai tujuan tertentu yang berhubungan dengan kelangsungan hidupnya. 2.2 Tolak ukur Efektifitas Kerja Dalam penelitian ini untuk mengukur efektifitas kerja karyawan, peneliti menggunakan kriteria ukuran yang dikemukakan oleh Ricard M. Steers yaitu dalam usaha membina pengertian efektifitas kerja yang semua bersifat abstrak, itu menjadi lebih kongkrit dan dapat diukur, beberapa analis organisasi berusaha mengidentifikasi segi-segi yang lebih menonjol yang berhubungan dengan konsep ini, walaupun ada kriteria evaluasi yang dipakai, namun kriteria yang paling banyak dipakai adalah kriteria uji menurut Ricard M. Streers (2007:134135) yang meliputi : 1. kemampuan menyesuaikan diri (keluwesan) 2. produktifitas (prestasi kerja) 3. kepuasan kerja Dalam hubungannya, ini lebih penting ditekankan pada kriteria yang berhubungan langsung dengan para karyawan yang akan melaksanakan tugas pekerjaan yaitu :
a. Kemampuan menyesuaikan diri (keluwesan) Kemampuan kerja manusia terbatas baik fisik, waktu, tempat, pendidikan serta faktor lain yang membatasi kegiatan manusia. Adanya keterbatasan ini yang menyebabkan manusia tidak dapat mencapai pemenuhan semua kebutuhannya tanpa melalui yang lain. Setiap orang yang masuk ke dalam organisasi dituntun untuk menyesuaikan diri ini sangat penting karena hal tersebut merupakan sarana tercapainya tujuan organisasi. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Richard M.Steers berikut ini : Pada kenyataanya mudah dijelaskan bahwa kunci keberhasilan organisasi bagi pencapaian tujuan. b. Prestasi Kerja Prestasi kerja adalah penampilan hasil kerja SDM dalam suatu organisasi. Prestasi kerja dapat merupakan penampilan individu maupun kelompok kerja SDM. Penampilan hasil kerja tidak terbatas pada pegawai yang memangku jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga kepada keseluruhan jajaran SDM dalam suatu organisasi atau perusahaan. Penilian prestasi kerja adalah proses menilai hasil karya SDM dalam suatu organisasi melalui instrumen penilaian prestasi kerja. Menurut Drs. T. Hani Handoko (2006:163-165) terdapat Sembilan manfaat yang dapat dipetik dari penilaian prestasi kerja, yaitu sebagai berikut a. Perbaikan prestasi kerja b. Penyesuian kompensasi
c. Keputusan penempatan d. Kebutuhan latihan dan pengembangan e. Perencanaan dan pengembangan karier f. Penyimpangan proses staffing g. Ketidakakuratan informasional h. Kesalahan desain pekerjaan i. Kesempatan kerja yang adil c. Kepuasan Kerja Kepuasan kerja adalah faktor yang berhubungan langsung dengan Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai karyawan dalam pencapaian tujuan organisasi. Dalam hal ini Richard M. Steers mengemukakan hal sebagai berikut :“Kepuasan
kerja adalah tingkat kesenangan yang dirasakan
seseorang atas peranan atau pekerjaan dalam organisasi”. Tingkat rasa puas individu, bahwa mereka dapat imbalan yang setimpal dari bermacammacam aspek situasi pekerjaan dan organisasi tempat mereka berada. Berdasarkan uraian diatas, peneliti menarik kesimpulan tentang pengertian kepuasan kerja adalah tingkat kesenangan dalam melaksanakan pekerjaan yang dibebankan sebagai akibat dari imbalan yang diterima untuk memenuhi kebutuhan, bila kebutuhan karyawan terpenuhi maka mereka akan merasa puas dan senang. Jadi indikator yang digunakan dalam penelitian ini yakni indikator variabel Efektifitas Kerja. Efektifitas kerja dalam hal ini menurut Richard M. Steers (2007:134-135) adalah :
1. Kemampuan menyelesaikan diri (keluwesan) 2. Prestasi kerja 3. Kepuasan kerja 2.3 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Efektifitas Untuk mewujudkan efektifitas kerja dalam suatu organisasi maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhinya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi adalah sebagai berikut: 1.
Kesadaran Yang Tinggi Dengan timbulnya kesadaran dalam diri untuk melaksanakan tugas yang
dibebankan kepadanya sebagai suatu kewajiban yang harus
dijalankan
dengan
sungguh-sungguh
maka
dengan
sendirinya
efektifitas akan bisa dicapai. 2.
Kemauan Untuk Mengembangkan Diri. Adanya semangat dan kemajuan untuk mengembangkan diri merupakan aset yang sangat berharga. Usaha ini bukan hanya terbatas pada pengembangan pengetahuan dan keterampilan akan tetapi juga lebih pada sikap dan perilaku kearah yang lebih baik.
3.
Ikhlas Dalam Menunaikan Tugas. Untuk menjaga
lancarnya pelaksanaan tugas dan menunjang
tujuan maka perlu ditumbuhkan semangat diri yakni keikhlasan diri
dalam menjalankan tugas dengan tidak mempersalahkan perbedaan status, ras, agama antara pegawai dan pemipinan. 4.
Tingkat Pendidikan. Pendidikan merupakan hal yang fatal karena pendidikan adalah modal dalam menjalankan tugas yang menunjang keberhasilan tujuan.
5.
Citra Organisasi di Masyarakat . Keberhasilan
dan
kegagalan
organisasi
akan
dinilai
oleh
masyarakat artinya jika organisasi dalam kegiatannya didasarkan manfaatnya sebagai manifestasi kerja yang baik maka citra organisasi akan lebih baik dimata masyarakat. 6.
Mutu. Faktor ini harus diperhatikan oleh pengelolah organisasi sebab akanmempengaruhi maju mundurnya organisasi itu sendiri, oleh karena itu keterlibatan pemerintah sangat penting menunjang dan menjaga mutu
7.
Lingkungan Organisasi Keadaan lingkungan yang kurang memadai akan berpengaruh pada efektifitas kerja, sebab bagaimana faktor ini cukup mendukung usaha peningkatan hal yang dimaksud.
8.
Pelayanan Pelayanan
yang
memuaskan
dari
pihak
organisasi
menciptakan simpati dan kepercayaan dari masyarakat .
akan
9.
Motivasi kerja Pada dasarnya manusia memiliki alasan mengapa bersedia melakukan jenis kegiatan atau pekerjaan tertentu, bekerja lebih giat tentunya ada sesuatu hal yang menyebabkan dan mendorong seseorang untuk mau melakukan dan tentu saja hal tersebut adalah motivasi.
10.
Keterampilan Adanya keterampilan dapat menunjang meningkatkan efektifitas kerja, karena hasil kerja tanpa dibekali keterampilan tidak akan menghasilkan hasil yang memuaskan.
11.
Disiplin Kerja Disiplin merupakan sikap jiwa seseorang atau kelompok yang selalu berkehendak untuk mengikuti dan memenuhi segala aturan yang ditemukan. Sedangkan menurut Sinamo (2005:57)
ada beberapa faktor yang
mempengaruhi efektifitas kerja, yaitu: a. Agama Pada dasarnya agama merupakan suatu sistem nilai, sistem nilai ini tentunya akan mempengaruhi atau menentukan pola hidup para penganutnya. Cara berpikir, bersikap dan bertindak seseorang pastilah diwarnai oleh jajaran agama yang dianutnya jika ia sungguh-sungguh dalam kehidupan beragama. Dengan demikian, kalau ajaran agama itu mengandung nilai-nilai yang dapat memacu
pembangunan, jelaslah bahwa agama akan turut menetukan jalannya pembangunan atau modernisasi. b. Budaya Sikap
mental,
tekad,
disiplin
dan
semangat
masyarakat juga disebut sebagai efektifitas budaya dan
kerja secara
operasional, efektifitas budaya ini juga disebut sebagai efektifitas kerja. Kualitas efektifitas kerja ini ditentukan oleh sistem orientasi nilai budaya masyarakat yang bersangkutan. Masyarakat yang memiliki sistem nilai budaya maju akan memiliki efektifitas kerja yang tinggi dan sebaliknya, masyarakat yang memiliki sistem nilai budaya yang konservatif akan memiliki efektifitas kerja yang rendah, bahkan bisa sama sekali tidak memiliki efektifitas kerja. c. Sosial politik Tinggi rendahnya efektifitas kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau tidaknya struktur politik yang mendorong masyarakat untuk bekerja keras dan dapat menikmati hasil kerja kerasnya mereka dengan penuh. Efektifitas kerja harus dengan kesadaran akan pentingnya arti tanggung jawab kepada masa depan bangsa dan negara. Dorongan untuk mengatasi kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan hanya mungkin timbul, jika masyarakat secara keseluruhan memiliki orientasi kehidupan yang terpacu ke masa depan yang lebih baik. Orientasi ke depan itu harus di ikuti oleh penghargaan yang cukup kepada
kompetensi dan pencapaian
( achievement ). Orientasi ini akan
melahirkan orientasi lain, yaitu semangat profesionalisme yang mejadi tulang punggung masyarakat modern. d. Kondisi Linkungan / Geografis Efektifitas kerja dapat muncul dikarenakan faktor kondisi geografis. Lingkungan alam yang mendukung mempengaruhi manusia yang berada di dalamnya melakukan usaha untuk dapat mengelola dan mengambil manfaat, dan bahkan dapat mengundang pendatang untuk turut mencari penghidupan di lingkungan tersebut. e. Pendidikan Efektifitas kerja dapat dipisahkan dengan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan sumber daya manusia akan membuat seseorang mempunyai efektifitas kerja keras. Meningkatnya kualitas penduduk dapat tercapai apa bila ada pendidikan yang merata dan bermutu, di sertai dengan peningkatan dan perluasan pendidikan,
keahlian
dan
keterampilan,
sehingga
semakin
meningkat pula aktivitas dan produktivitas masyarakat sebagai pelaku ekonomi.
f. Struktur Ekonomi
Masyarakat untuk bekerja keras dan menikmati hasil kerja keras mereka dengan penuh.
g. Motivasi dari dalam diri individu Individu yang akan memiliki efektifitas kerja yang tinggi adalah individu yang bermotivasi tinggi. Efektifitas kerja merupakan suatu pandangan dan sikap, yang tentunya didasari oleh nilai-nilai yang di yakini seseorang. Keyakinan inilah yang menjadi suatu motivasi kerja. Efektifitas kerja juga dipengaruhi oleh motivasi seseorang yang sesungguhnya.