BAB II KAJIAN TEORI
1.1 Pengertian 1.1.1
Analisis Salah satu bentuk analisis adalah merangkum sejumlah data besar data yang masih
mentah menjadi informasi yang dapat diinterpretasikan. Kategorisasi atau pemisahan dari komponen-komponen atau bagian-bagian yang relevan dari seperangkat data juga merupakan bentuk analisis untuk membuat data-data tersebut mudah diatur. Semua bentuk analisis berusaha menggambarkan pola-pola secara konsisten dalam data sehingga hasilnya dapat dipelajari dan diterjemahkan dengan cara yang singkat dan penuh arti. 2.1.2 Pengelolaan Dari segi etimologi, Pengelolaan berasal dari kata kelola yang artinya mengatur, maka dalam menjalankan suatu usaha pengelolaan adalah salah satu faktor utama dan yang sangat penting untuk diperhatikan, karena pengelolaan tersebut merupakan salah satu proses pengawasan pada suatu hal yang melibatkan kebijaksanaan untuk pencapaian tujuan sebagaimana ditegaskan dalam kamus besar bahasa Indonesia (2007: 534) bahwa Pengelolaan adalah suatu proses yang melakukan kegiatan tertentu dengan menggerakkan tenaga orang lain serta proses yang membantu merumuskan kebijaksanaan dan tujuan organisasi maupun proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan.
Berdasarkan pengertian di atas, maka suatu pengelolaan yang baik merupakan suatu faktor penunjang yang utama dalam keberhasilan perusahaan atau organisasi. Setiap pengusaha atau pengelola harus mampu mengelola usahanya tersebut dengan sebaik-baiknya, dengan demikian setiap pengusaha atau pengelola organisasi harus memiliki kemampuan dan kreatifitas dalam mengelola suatu kegiatan usaha. 2.1.3 Modal Kerja Koperasi Modal kerja merupakan salah satu unsur aktiva yang sangat penting dalam perusahaan. Karena tanpa adanya modal perusahaan tidak dapat memenuhi kebutuhan dana untuk menjalankan aktivitasnya. Masa perputaran suatu modal kerja perusahaan tidak dapat memenuhi kebutuhan dana untuk menjalankan aktivitasnya. Masa perputaran suatu modal kerja yaitu sejak kas ditanamkan pada elemen-elemen modal kerja sampai menjadi kas lagi, adalah kurang dari satu tahun atau berjangka pendek. Masa perputaran modal itu menunjukan tingkat efisiensi penggunaan modal kerja tersebut dan mengakibatkan investasi pada modal kerja semakin kecil. Oleh karena itu, pihak perusahaan dituntut mengelola modal kerja dengan baik sehingga dapat meningkatkan efisiensi dari modal kerja itu sendiri. Selain itu juga perusahaan harus memperhatikan sumber dana untuk memenuhi modal kerja tersebut. Menurut Agnes Sawir (2003: 129) modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari. Menurut Munawir (2004: 19) menyatakan bahwa modal kerja merupakan hak atau bagian yang dimiliki oleh perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba ditahan atau kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh
perusahaan terhadap seluruh hutang-hutangnya, jadi modal mencakup semua aspek pengelolaan baik aktiva maupun hutang lancar. Dengan demikian penulis dapat menarik kesimpulan bahwa pengelolaan modal kerja adalah pengaturan, penyediaan dan mencakup kebutuhan secara tepat, baik mengenai jumlah maupun waktu, pengelolaan modal juga meliputi evaluasi tentang sumber-sumber dan penggunaan, pengawasan aliran dana dalam perusahaan. Selain itu, pengelolaan modal kerja merupakan suatu hal yang penting untuk dianalisis, bagaimana perusahaan berperilaku terhadap pemenuhan kerja tersebut.
Menurut Undang-undang 1945 pasal 33 ayat 1 bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama atas dasar kekeluargaan, sebagai badan usaha yang sesuai adalah koperasi. Dalam Undang-undang No. 25 Tahun 1992 menyatakan bahwa “Koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat maupun sebagai badan usaha berperan serta umtuk mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 dalam tata perekonomian nasional yang disusun sebagai usaha bersama atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.” Sedangkan Koperasi Menurut ICA Cooperative Identity Statement, Manchester, 23 September 1995, Koperasi adalah perkumpulan otonom dari orang-orang yang bersatu secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan dan inspirasi ekonomi, social, dan budaya bersama melalui perusahaan yang mereka miliki bersama dan mereka kendalikan secara demokratis.
Adapun konsep modal kerja menurut Bambang Riyanto (2001:57) adalah sebagai berikut: 1. Konsep Kuantitatif Dalam konsep kuantitatif ini modal kerja adalah sejumlah dana yang tertanam dalam aktiva lancar yang berupa kas, piutang–piutang, persediaan. Dana yang tertanam dalam aktiva lancar akan mengalami perputaran dalam waktu yang pendek. Dengan demikian modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar. Modal kerja dalam pengertian ini adalah modal kerja bruto ( gross working capital ). 2. Konsep Kualitatif Konsep ini mendasarkan pada sebagian dari aktiva Lancar yang benar- benar dapat digunakan untuk membiayai oprasional perusahaan tanpangeganggu likuiditasnya yaitu yang merupakan kelebihan aktiva lancar diatas utang lancarnya. 3.
Konsep Fungsional Konsep ini mendasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan (income). Setiap dana yang digunakan dalam perusahaan adalah dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan.
2.2.3 Manajemen Modal Kerja Koperasi Modal kerja mengacu pada semua aspek penatalaksanaan aktiva lancar dan utang lancar. Manajemen modal kerja adalah kegiatan yang mencakup semua fungsi manajemen atas aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek perusahaan.
Adapun sasaran yang ingin dicapai dari manajemen modal kerja koperasi adalah: 1.
Memaksimalkan nilai perusahaan dengan mengelola aktiva lancar sehingga tingkat pengembalian investasi marjinal adalah sama atau lebih besar dari biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva-aktiva tersebut.
2.
Meminimalkan dalam jangka panjang biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva lancar.
3.
Pengawasan terhadap arus dana dalam aktiva lancar dan ketersediaan dana dari sumber utang, sehingga perusahaan selalu dapat memenuhi kewajiban keuangannya ketika jatuh tempo. Dari ketiga sasaran diatas mengindentifikasikan bahwa perusahaan harus
mempertahankan likuiditas yang cukup. Modal kerja yang harus tersedia dalam perusahaan harus cukup jumlahnya dalam arti harus mampu membiayai pengeluaran pengeluaran atau operasi perusahaan sehari – hari. Modal kerja yang cukup akan memberikan keuntungan bagi perusahaan antara lain: 1.
Melindungi perusahan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari aktiva lancar.
2.
Memungkinkan untuk dapat membayar kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya.
3.
Menjamin dimilikinya kredit standing perusahaan semakin besar dan memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya-bahaya atau kesulitan keuangan yang mungkin terjadi.
4.
Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk melayani para konsumen.
5.
Memungkinkan
perusahaan
untuk
memberikan
syarat
kredit
yang
lebih
menguntungkan kepada para langganannya. 6.
Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien, karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan.
2.3.3 Jenis - Jenis Modal Kerja Koperasi Modal koperasi terdiri dari: 1.
Modal Aktif Yaitu modal yang terbagi dalam elemen-elemen yang akan selalu berubah-ubah
dalam jangka waktu pendek seperti elemen kas, piutang, persediaan dan lain-lain. Yang terbagi dalam kelompok modal lancar dan modal tetap, yaitu: a. Modal lancar yang berupa uang tunai, simpanan di bank, persediaan-persediaan barang piutang atau tagihan-tagihan. b. Modal tetap berupa benda-benda tetap , misalnya tanah, gedung, peralatan dan inventaris lainnya yang mendorong usaha sehari-hari, menciptakan jasanya untuk di berikan kepada anggota dan umum sebagai konsumen. 2. Modal Pasif Yaitu nilai-nilai modal yang diperoleh koperasi baik dari para anggota maupun bukan anggota, yang menggambarkan sumber modal yang diperjanjikan bagaimana dengan para pemilik asalnya, yang dapat dikategorikan sebagai berikut: a.
Utang jangka pendek, misalnya: 1) Simpanan Sukarela 2) Biaya-biaya yang belum di bayar seperti biaya-biaya yang sudah waktunya dibayar, tapi belum sempat dibayar.
3) Pajak yang terutang merupakan pajak yang sudah diperhitungkan jumlahnya tetapi belum sempat dibayar. b. Utang jangka panjang, misalnya: 1) Simpanan wajib 2) Dana-dana lain yang masih lama dijangkau waktu pengembaliannya atau waktu penggunaannya yang lebih lama 1 tahun. 3. Modal Sendiri: a. Simpanan pokok b. Cadangan, penyisihan sebagian dari SHU koperasi c. SHU koperasi selama belum ada penetapan pembagiannya oleh rapat anggota. 2.4.3 Sumber Modal Kerja Koperasi Diuraikan dalam Undang-Undang Koperasi, bahwa sumber modal Koperasi terdiri dari beberapa jenis yaitu berupa simpanan-simpanan baik pokok, wajib, maupun sukarela dan cadangan yang dikumpulkan dari SHU yang merupakan kekayaan Koperasi. Menurut pasal 41 ayat 1 UU Perkoperasian No.25 tahun 1992 modal koperasi dikelompokan menjadi dua, yaitu modal sendiri dan modal pinjaman. Modal sendiri merupakan modal yang benar-benar milik koperasi dan ikut menanggung resiko kerugian koperasi contohnya seperti simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan dan dana modal pinjaman dari anggota koperasi lainnya. Sementara itu, modal pinjaman merupakan modal yang bukan milik koperasi, tidak menanggung resiko kerugian koperasi dan harus dikembalikan kepada pemiliknya / sumbernya sesuai perjanjian yang
telah disetujui oleh kedua belah pihak contohnya Bank atau lembaga keuangan lainnya, penerbitan obligasi serta sumber lainnya. Disamping itu koperasi juga memiliki modal yang bersifat potensial yang didasarkan pada sikap anggota terhadap koperasinya, modal ini dapat besar dan dapat pula kecil nilainya berkaitan dengan besar/kecilnya kesadaran orang dalam berkoperasi, selain sumber yang diuraikan diatas, yang disebut juga sebagai modal intern yaitu koperasi dapat pula menambah modalnya yang berasal dari sumber ekstern yang berasal dari pinjaman dan atau simpanan-simpanan/deposito dari luar keanggotaan koperasi.
Umaedi (2002: 32) menjelaskan masing-masing sumber modal koperasi berasal sebagai berikut: 1) Simpanan Pokok Simpanan pokok sebagai modal pertama koperasi adalah simpanan yang besarnya sama diwajibkan kepada para calon anggota saat hendak masuk menjadi anggota koperasi, simpanan pokok ini tidak bisa diambil lagi selama anggota yang bersangkutan masih aktif menjadi anggota koperasi. Simpanan pokok ini mempunyai sifat sebagai berikut: a. Menanggung resiko kerugian koperasi b. Tidak bisa diambil selama pemilik yang bersangkutan masih menjadi anggota koperasi. c. Tidak mendapatkan bunga, tetapi mendapatkan jasa dari pembagian SHU
d. Akan dikembalikan kepada pemiliknya atau yang berhak, jika pemilik yang bersangkutan telah dinyatakan tidak lagi menjadi anggota koperasi. 2) Simpanan Wajib Simpanan wajib adalah simpanan yand diwajibkan kepada anggota untuk menyetornya dalam waktu dan kesempatan tertentu, simpanan ini dapat ditarik kembali dengan cara dan waktu yang ditentukan koperasi, oleh anggaran dasar dan keputusankeputusan Rapat Anggota (RA) dengan mengutamakan kepentingan koperasi. Sudarsono (2002: 6) menyatakan bahwa, setiap koperasi harus tetap berusaha memupuk modal intern sebesar-besarnya walaupun seringkali terpaksa menerima modal ekstern, hal ini untuk menghindari ketergantungan dari pihak luar, sebab dana dari pihak luar tersebut harus tetap sebagai pelengkap dari keseluruhan modal koperasi. 3) Simpanan Sukarela Simpanan sukarela merupakan simpanan yang dapat disetor oleh anggota maupun bukan anggota koperasi dalam jumlah yang sesuai dengan ketentuan koperasi. Simpanan ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) simpanan yang dapat diambil sewaktu-waktu (demand positif); (2) simpanan yang hanya dapat diambil dalam waktu tertentu sesuai dengan kontraknya (time positif). Simpanan sukarela mempunyai sifat sebagai berikut: a. Tidak menanggung kerugian koperasi. b. Mendapatkan jasa berupa bunga yang besarnya ditentukan sesuai dengan ketetapan koperasi. c. Bisa disetor sewaktu-waktu oleh anggota maupun bukan anggota.
Menurut Widiyanti (2007: 134) modal dari perkumpulan koperasi terdapat dari 3 sumber yaitu: 1.
Dari anggota-anggotanya sendiri, berupa simpanan-simpanan.
2.
Dari sisa hasil usaha koperasi , yaitu bagian yang dimasukan ke cadangan.
3.
Dana dari luar misalnya pinjaman.
2.5.3 Kebutuhan Modal Kerja Koperasi Koperasi maupun perusahaan pada umumnya memerlukan modal dalam jumlah dan peristiwa tertentu sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan usahanya, yaitu: 1. Pada waktu didirikan dan hendak memulai usaha koperasi memerlukan modal dalam jumlah minimum tertentu, 2. Pada waktu melakukan perluasan usaha memerlukan tambahan modal. 3. Pada waktu mengalami kesulitan yang dapat di atasi dengan menambah modal. Kebutuhan modal kerja yang permanen seharusnya dibiayai oleh pemilik perusahaan atau para pemengang saham. Semakin besar jumlah modal kerja yang dibiayai atau yang berasal dari investasi pemilik perusahaan akan semakin baik bagi perusahaan tersebut, karena akan memperbesar kemampuan perusahaan untuk memperoleh kredit dan memperbesar jaminan bagi kreditor jangka pendek. Sumber yang bersifat permanen, digunakan untuk keperluan mempertahankan sirkulasi modal sehingga tidak terjadi suatu kemacetan. Untuk itu sumber yang paling utama adalah dengan modal sendiri, atau jika terdapat kekurangan dapat ditambah dengan pinjaman jangka panjang. Perusahaan pada umumnya memiliki mekanisme untuk mengatasi permodalan dengan saham, yaitu ada ketentuan tentang minimum modal saat didirikan dalam bentuk
modal dasar, modal ditempatkan dan modal disetor. Mekanisme penambahan modal dilakukan dengan mengeluarkan saham baru. Mekanisme dan cara penghimpunan modal pada koperasi tidak sama dengan cara penghimpunan modal pada perusahaan secara umum. Pada koperasi ketentuan yang mengharuskan adanya minimum modal pada waktu didirikan tidak ada, kecuali untuk Koperasi Simpan Pinjam (KSP) dan Unit Simpan Pinjam (USP). Adanya ketentuan seperti itu tidak menggembirakan dan banyak ditantang oleh kalangan KSP dan USP, karena dianggap memberatkan. Kebiasaan penghimpunan simpanan berangsur secara berkala menyulitkan mekanisme penambahan modal yang diperlukan pada waktu tertentu. Simpanan pokok merupakan syarat keanggotaan yang dibayar waktu masuk menjadi anggota, yang umumnya dalam jumlah kecil . Simpanan wajib dibayar secara berkala, bulanan maupun musiman, memakan waktu lama untuk mencapai jumlah tertentu. Selain itu juga disebabkan karena umumnya anggota koperasi tidak mempunyai kemampuan untuk menyimpan dalam jumlah yang besar. 2.6.3 Unsur-unsur Permodalan Koperasi Koperasi sebagai badan usaha memerlukan modal. Besar kecilnya lapangan koperasi dipengaruhi juga oleh besar kecilnarya modal yang dapat dihimpun, baik dari anggota maupun bukan anggota. Sutarih (1995: 21) mengemukakan bahwa unsur-unsur permodalan koperasi, sebagai berikut: 1. Anggota
Modal koperasi dari anggota berupa simpanan-simpanan. Simpanan artinya milik anggota yang pada satu waktu akan diterima kembali oleh pemiliknya. 2. Bukan Anggota Pemupukan dan koperasi dengan melakukan pinjaman dari luar, untuk membiayai usaha secara produktif dan dapat dipertanggungjawabkan. 3. Pemerintah Modal yang diperoleh dari luar koperasi karena adanya fasilitas dari pemerintah melalui Keppres, Inpres, dan Banpers. 4. Bank Umum Koperasi Modal yang diperoleh dari bank dan bank-bank lainnya. Bank ini biasanya memberi bantuan dalam bentuk KMKP dan KIK serta kegiatan simpan pinjam. 5. Hasil-hasil Usaha Modal yang dibentuk dari SHU yang tidak dibagikan atau ditahan, modal ini adalah tetap menjadi milik anggota dengan nama simpanan sukarela.
2.7.3 Tujuan dan Prinsip Koperasi 1) Tujuan Koperasi Menurut (pasal 35 Undang-undang No. 25/1992), Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.
2) Prinsip Koperasi Menurut Budianto (2002:4) Koperasi melaksanakan prinsip koperasi sebagai berikut: a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka. b. Pengelolaan dilakukan secara demokratis. c. Pembagian SHU dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota. d. Pemberian balas jasa yang terbatas trhadap modal. e. Kemandirian.