11
BAB II KAJIAN TEORI
A. Tinjauan Tentang Matematika Akhlak 1. Hakikat Matematika dan Akhlak a. Hakikat Matematika Dalam kehidupan sehari-hari matematika banyak srkali untuk memecahkan suatu masalah. Meskipun pemakaiannya seringkali tidak disadari oleh sebagian besar masyarakat. Hal tersebut disebabkan oleh diantara pemakai matematika banyak yang
tidak mengetahui apa
sebenarnya matematika. Tentunya itu bukan merupakan hal yang mengherankan, karena memang banyak sekali pengertian matematika yang dikemukakan oleh para ahli. Secara bahasa (lughowi), kata matematika berasal dari bahasa yunani yaitu “mathema” atau “mathematikos” yang berarti hal-hal yang dipelajari. Bagi orang yunani matematika tidak hanya meliputi pengetahuan mengenai angka dan ruang, tetapi juga mengenai musik dan ilmu falak (astronomi). Nasoetion menyatakan bahwa Matematika berasal dari bahasa Yunani “mathein” atau “mathenein” yang artinya mempelajari. Orang belanda menyebutnya dengan wiskunde, yang artinya ilmu pasti. Sedangkan orang Arab, menyebut matematika dengan ilmu al11
12
hisab yang artinya ilmu berhitung.1 Dinegara kita indonesia, matematika disebut dengan ilmu pasti dan ilmu hitung. Sebagian orang indonesia memberikan plesetan dengan menyebut matematika dengan sebutan “Matimatian”. Hal ini dikarenakan sebagian dari mereka merasa bahwa matematika sulit untuk dipelajari dan sangat memeras otak dan hal itu juga yang membuat sebagian besar anak didik indonesia merasa atau menganggap matematika sebagai momok (suatu hal yang menakutkan) bagi mereka. Secara istilah, hingga sekarang belum ada devinisi yang sepakati untuk menjelaskan apa itu matematika. Para ahli filsafat dan ahli matematika telah mncoba membuat devinisi matematika diantaranya adalah seperti yang penulis simpulkan dibawah ini : 1. Matematika adalah ilmu tantang bilangan dan ruang 2. Matematika adalah ilmu tentang hubungan (relasi) 3. Matematika adalah ilmu tentang besaran (kuantitas) 4. Matematika adalah ilmu tentang bentuk (abstrak) 5. Matematika adalah ilmu yang bersifat deduktif 6. Matematika adalah ilmu tentang struktur-struktur yang logik 7. Matematika adalah sebuah bahasa Dari
beberapa
devinisi
tersebut
diatas
semuanya
benar,
berdasarkan sudut pandang tertentu. Beragamnya devinisi tersebut dapat 1
Abdusysyakir, Ketika Kyai Mengajar Matematika, (Malang: UIN-Malang Press, 2004), hal. 5
13
disebabakan oleh keluasan wilayah kajian matematika itu sendiri dan sudut pandang yang digunakan. Dari segi wilayah kajian, matematika berawal dari lingkup yang sedehana, yang hanya menelaah tentang bilangan-bilangan dan ruang. Sekarang matematika sudah berkembang dengan menelaah hal-hal yang membutuhkan daya pikir dan imajinasi tingakat tinggi. Salah satu contohnya adalah matematika akhlak yang akan penulis uraikan berdasarkan penelitian yang penulis lakukan. b. Hakikat akhlak Akhlak berasal dari bahasa arab ق ٌ َاﺧْﻼyang merupakan bentuk jamak dari
ﻖ ٌ ﺧُﻠ ُ . secara bahasa akhlak mempunyai arti budi pekerti,
perangai, tingkah laku, tabiat atau watak. Khuluq merupakan gambaran sifat batin manusia, gambaran bentuk lahiriyah manusia seperti: raut wajah, gerak anggota badan, dan seluruh tubuh. Dalam bahasa yunani pengertian khuluq ini disamakan dengan kata ethicos atau ethos, artinya adab kebiasaan, perasaan batin, kecenderungan hati untuk melakukan perbuatan. Ethicos kemudian berubah menjadi etika.2 Jadi menurut bahasa (etimologi) akhlaq merupakan perilaku hidup manusia secara keseluruhan. Akhlak juga disamakan dengan kesusilaan, sopan santun dan tatakrama.
2
. M. Yatimin Abdullah, Studi akhlak dalam Perspektif al-Quran, (Jakarta: AMZAH, 2007) h.3
14
Secara istilah (Terminologi), para ahli berbeda pendapat. Namun pada intinya sama yaitu tentang prilaku manusia. Diantara pendapat para ahli tersebut adalah: 1. Menurut M. Quraisy syihab, ahli tafsir kontemporer indonesia. Akhlak dapat diartikan sebagai tingkahlaku yang lahir dari manusia dengan sengaja, tidak dibuat-buat dan telah menjadi kebiasaan. Sejak kelahirannya dimuka bumi, manusia membawa potensi untuk bertingkah laku baik dan buruk.3 2. Menurut Ibrahim Anis akhlak merupakan ilmu yang objeknya membahas nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatan manusia. Dapat disifatkan dengan baik dan buruknya. 3. Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak adalah kehendak yang biasa dilakukan. Maksudnya: segala sesuatu kehendak yang terbiasa dilakukan, itulah akhlak seperti contoh apabila kebiasaan memberi sesuatu yang baik, disebut akhlakul karimah dan apabila sebaliknya maka disebut akhlakul madzmumah. 4. Imam Al Ghozali mengatakan akhlak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan bermacam-macam perbuatan dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan
3
Bekti Hermawan Handoyo, Matematika Akhlak, Op. Cit, h. v.
15
5. M. Abdulloh Daraz mendefinisikan akhlak sebagai suatu kekuatan dalam kehendak yang mantap. Kekuatan berkombinasi membawa kecenderungan pada pemilihan pihak yang benar (akhlaqul karimah) atau pihak yang jahat (akhlakul madzmumah).4 Dari definisi-definisi tersebut dapat dirumuskan bahwa akhlak adalah ilmu yang mengajarkan kepada manusia tentang perbuatan baik yang harus dilakukan dan perbuatan buruk yang harus dicegah dan dihindari dalam hubungannya dengan Tuhan, manusia dan makhluq sekelilingnya. Karena pada hakikatnya akhlak merupakan suatu kondisi atau sifat ayang telah melekat dan meresap dalam diri dan telah menjadi kepribadian. Yang dari sanalah akhirnya muncul perbuatan secara spontan dan tidak dibuat-buat serta tanpa memerlukan pemikiran. Merupakan sumber ajaran akhlak adalah al-quran dan al-hadits. Al-Quran dan al-Hadits merupakan ajaran yang paling mulia dari ajaran manapun. Dan dari sanalah dapat diketahui kriteria perbuatan yang baik dan perbuatan yang buruk, sebagaimana sabda Nabi SAW: “Aku tinggalkan untukmu dua perkara, kamu tidak akan sesat selamanya jika kamu berpegang teguh kepada keduanya, yaitu alquran dan sunnahku.” (HR. Al-Muslim) Adapun menurut sifatnya, akhlaq dibagi menjadi dua yaitu akhlakul karimah (akhak terpuji) dan akhlakul madzmumah (akhlak 4
. M. Yatimin Abdullah, , Studi Akhlak dalam Perspektif al-Quran,………….Op. Cit., h. 4.
16
tercela). Merupakan golongan akhlak mahmudah antara lain: cinta kepada Allah dan rosulnya, sabar, amanah (dapat dipercaya), menempati janji, qonaah, jujur, pemaaf, menyambung tali silaturrohmi, menghargai dan menghormati orang lain, sopan santun, tolong-menolong, rajin, menjaga kebersihan dan lain sebagainya.sedangkan yang tergolong akhlak madzmumah adalah kufur, syirik, munafik, fasik, murtad, riya’, dengki, bohong, kikir, boros, denadam, khianat, fitnah, memutuskan silaturrohmi, sombong (takabur), putus asa, adudomba, dan lain sebagainya. Akhlak mahmudah memberi manfaat bagi diri maupun orang lain, sedangkan akhlak madzmumah akan merugikan diri sendiri dan orng lain. Sebagaimana yang di firmankan Allah dan disabdakan Rosulullah SAW:
(إِﻻ٥) ﻦ َ ﻞ ﺳَﺎ ِﻓﻠِﻴ َ ﺳ َﻔ ْ ( ُﺛﻢﱠ َر َد ْدﻧَﺎ ُﻩ َأ٤) ﻦ َﺗ ْﻘﻮِﻳ ٍﻢ ِﺴ َﺣ ْ ن ﻓِﻲ َأ َ ﺧَﻠ ْﻘﻨَﺎ اﻹ ْﻧﺴَﺎ َ َﻟ َﻘ ْﺪ (٦ ) ن ٍ ﻏ ْﻴ ُﺮ َﻣ ْﻤﻨُﻮ َ ﺟ ٌﺮ ْ ت َﻓَﻠ ُﻬ ْﻢ َأ ِ ﻋ ِﻤﻠُﻮا اﻟﺼﱠﺎِﻟﺤَﺎ َ ﻦ ﺁ َﻣﻨُﻮا َو َ اﱠﻟﺬِﻳ Artinya: “Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya, kemudian kami kembalikan ketempat yang serendahrendahnya (neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.” (QS. Attin:4-6) Sabda Rosulullah SAW:
ل ق ا ْﻟ َﻤﻨَﺎ ِز ﱢ َ ﺷ َﺮ ْ ﺧ َﺮ ِة َوَا ِ ﻈ ْﻴ َﻢ َد َرﺟَﺎت اﻻ ِﻋ َ ﺧُﻠ ِﻘ ِﻪ ُ ﻦ ٍﺴ ْﺤ ُ ن اﻟ َﻌ ْﺒ َﺪ ُﻟ َﻴ ْﺒُﻠ ُﻎ َﺑ ِا ﱠ .ﺟ َﻬ ﱠﻨ َﻢ َ ﺟ ٍﺔ ﻓِﻰ َ ﻞ َد َر َ ﻖ اَﺳ َﻔ ِ ﺧُﻠ ُ ﺴ ْﻮ ٍء ُ ﻒ اﻟ ِﻌﺒَﺎد ِة َوِا ﱠﻧ ُﻪ َﻟ َﻴ ْﺒُﻠ ُﻎ ِﺑ ُ ﻀ ِﻌ ْﻴ َ َوِا ﱠﻧ ُﻪ َﻟ .رواﻩ اﻟﻄﺒﺮان
17
Artinya: “Sesungguhnya manusia yang berakhlak mulia, dapat mencapai derajat yang tinggi dan kedudukan yang mulia di akhirat, dan sesungguhnya orang yang lemah ibadahnya dan jelek akhlaknya akan menjadi rendah derajatnya didalam neraka jahannam. (HR. Tabrani)
2. Relevansi Matematika dan Akhlak Matematika merupakan subjek yang sangat penting dalam sistem pendidikan diseluruh dunia. Bahkan ada yang berpendapat bahwa “Negara yang mengabaikan pendidikan matematika sebagai perioritas utama akan tertinggal dari kemajuan segala bidang terutama sains dan tegnologi, dibanding dengan negara lainnya yang memberikan tempat bagi matematika sebagai subjek yang sangat penting.”5 Hal ini dikarenakan matematika sejak peradaban manusia bermula, memainkan peranan yang sangat vital dalam kehidupan sehari-hari. Para ahli pendidikan dinegara kita telah merumuskan bahwa matematika berfungsi: a. Sebagai saran untuk mengembangkan kemampuan bernalar melalui kegiatan pendidikan, eksplorasi, dan eksperimen. b. Sebagi alat pemecahan masalah melalui pola pikir dan model matematika, c. Sebagi alat komunikasi melalui simbol, tabel, grafik, dan diagram dalm menjelaskan gagasan.6
5
moch. Masykur dan Halim Fatoni, Mathematical Intelligence Cara cerdas Melatih Otak dan Menanggulangi Kesulitan Belajar, (Jogyakarta: AR-RUZZ Media, 2007), h. 16. 6 Abdusysyakir,. Ketika Kyai Mengajar Matematika, Op. Cit., h. 67.
18
Tujuan matematika dirumuskan untuk melatih dan menumbuhkan cara berfikir secara sistematis, logis, analitis, kritis, kreatif dan konsisten, serta untuk mengembangkan sikap gigih dan percaya diri sesuai dalm menyelesaikan masalah serta kemampuan bekerja sama.7 Dari rumusan fungsi dan tujuan pembelajaran matematika yang dikemukakan para ahli pendidikan tersebut diatas, menunjukkan bahwa matematika seakan hanya untuk pengembangan kognitif atau daya pikir dan kurang memperhatikan pengembangan afektif, sikap atau prilaku terpuji (akhlak). Padahal jika kita memperhatikan dengan seksama, sesungguhnya dalam pembelajaran matematika erat hubungannya dengan sikap atau akhlak, diantaranya: a. Sikap teliti, cermat dan hemat Teliti atau cermat adalah sikap hati-hati dalam melakukan atau mengerjakan suatu hal. Matematika disebut sebagai ilmu hitung karena pada hakikatnya matematika berkaitan dengan masalah hitung-menghitung. Dalam pengerjaan oprasi hitung maka seseorang dituntut untuk bersikap teliti, cermat dan tepat. Teliti dan cermat sangat dibutuhkan dalam mengerjaan masalah matematika, karena jika ada satu langkah saja yang salah maka hasilnya akan salah. Oleh karena itu, langkah demi langkah dalam pengerjaan matematika harus diteliti dan dicermati. Setelah sudah 7
Ibid
19
diperoleh hasilnya pun perlu dicek kembali apakah sudah menjawab permasalahan atau tidak. Pada intinya matematika mengajari seseorang untuk jeli dan berhati-hati dalam melangkah. Sebagai contoh, perhatikan pengerjaan soal berikut: a. 85 135x 425 255 85 11475
b. 85 135x 425 255 85 765
c. 85 135x 425 255 85 1530
d. 85 135x 425 255 85 87975
85 x 135 = 11475. Jadi jawaban
a-lah yang benar. Mari kita perhatikan ketiga
langkah dalam menjawab soal tersebut, hanya berbeda dalam peletakan tempat saja hasilnya akan berbeda meskipun angkanya tetap sama. Inilah yang penulis maksud dengan teliti dan cermat, jika kita tidak teliti dalam peletakan angkanya maka hasilnya akan salah. Matematika juga melatih sikap hamat. Hemat (al-iqtishad) adalah penggunaan segala sesuatu yang tersedia baik berupa harta benda, waktu dan tenaga menurut ukuran keperluan, tidak kurang dan tidak berlebihan.8 Dalam hal ini dapat kita lihat pada penggunaan simbol sebagai alat berkomunikasi dalam matematika. Untuk menyatakan “unsur X merupakan anggota himpunan A” digunakan simbol “X∈A” dan untuk menyatakan “f adalah fungsi dari himpunan A ke himpunan B” digunakan 8
M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif al-Quran, Op. Cit., h. 44.
20
simbol “f : A → B”. hal ini sebagaimana yang dinyatakan oleh Hodojo (1979:97) bahwa simbol bermanfaat untuk penghematan inteleqtual, karena simbol dapat mengkomunikasikan ide secara efektif dan efisien.9 Dari pernyataan tersebut diatas dapat penulis simpulkan bahwa penggunaan simbol dalam matematika secara tidak langsung memberikan pelajaran
kepada
kita
tentang
pentingnya
menyederhanakan
pengungkapan bahkan menyederhanakan permasalahan. Selain itu, matematika pada umumnya berkaitan dengan usaha mencari penyelesaian atau solusi suatu permasalahan Matematika. Tetapi sebenarnya bukan solusi itu yang menjadi fokus melainkan bagaimana metode mencari solusi itulah yang diutamakan. Metode tercepat dan tertepat adalah metode yang diutamakan, tercepat disini bermakna terhemat dalam langkah-langkahnya, yakni efektif dan efisien. b. Sikap Jujur, Tegas dan Bertanggung Jawab Jujur dalam bahasa arab disebut dengan As-sidq ( ) اﻟﺼﺪق. Jujur artinya berbuat atau mengatakan dengan sebenarnya, sehingga antara perkataan dan perbuatan tidak bertentangan. Seseorang yang berperilaku jujur maka perbuatannya tidak akan pernah menyimpang dari perkataanya. Kejujuran merupakan salahsatu sarana untuk masuk surga. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:
9
Abdusysyakir, Ketika Kyai Mengajar Matematika, Op. Cit., h. 71.
21
ﻓﺎن اﻟﺼﺪق ﻳﻬﺪي اﻟﻰ اﻟﺒﺮواﻟﺒﺮﻳﻬﺪي اﻟﻰ اﻟﺠﻨﺔ )ﻣﺘﻔﻖ.ﻋﻠﻴﻜﻢ ﺑﺎﻟﺼﺪق (ﻋﻠﻴﻪ Artinya: “Berbuat jujurlah, sesungguhnya kejujuran itu menuju kepada kebaikan, sedangkan kebaikan itu merupakan sarana untuk dapat masuk surga.” Dalam pembelajaran matematika, tanpa kita rasakan sebenarnya kita telah berlatih tentang kejujuran diri sendiri. Misalnya saja pada oprasi bilangan bulat positif dan negatif, tanpa kita sadari ternyata dalam oprasi bilangan tersebut mengandung pesan kejujuran. Perhatikan salahsatu rumus oprasi bilangan bulat positif-negatif berikut: + + -
x - = x + = x + = + x - = +
Dari rumus tersebut dapat kita jadikan pegangan untuk senantisa berbuat dan berkata jujur, karena rumus tersebut mengandung makna: 1. ( + x - = -) artinya sesuatu yang benar jika kita nyatakan salah maka itu adalah salah 2. (- x + = -) artinya sesuatu yang salah jika kita nyatakan itu benar maka itu adalah salah 3. ( + x + = +) artinya sesuatu yang benar jika kita nyatakan itu benar maka itu adalah kebenaran.
22
4. ( - x - = + ) artinya sesuatu yang salah kita nyatakan salah maka itu adalah kebenaran. Inilah yang penulis maksud dengan pesan kejujuran dalam oprasi bilangan bulat positif-negatif. Rumus tersebut dapat kita jadikan pegangan atau dasar dalam menjalani hidup sehari-hari agar kita tidak sampai terperosok dalam kejahatan yang nantinya akan memasukkan kita kedalam neraka jahannam. Karena dengan kita jujur sebagaimana yang penulis jelaskan diatas dapat menjadi pengantar kita masuk ke surga, yang mana didalamnya kita akan senantiasa dalam keadaan yang penuh dengan kenikmatan dan kebahagiaan. Abdusy-syakur dalam bukunya ketika kyai mengajar matematika, memberikan contoh lain tentang sifat jujur yang terkadangdalam pembelajaran matematika yaitu : misalnya seorang guru meminta seorang siswa menghitung hasil perkalian bilangan bulat 3 x 4 kalau tidak bisa menghitung, maka siswa tersebut harus jujur untuk mengatakan tidak bisa, jika tidak bisa tetapimengatakan bisa, maka saat disuruh mengerjakan akan ketahuan bahwa dia tidak bisa. Ketahuan kalau dia tidak jujur dan akan malu pada siswa yang lain. Jadi pesannya adalah lebih baik jujur walaupun itu pahit.10 Selain mengajarkan sifat jujur, menurut penulis, kasus diatas juga mengajarkan sifat tegas pada siswa. Pada kasus diatas, siswa dituntut 10
Ibid, h. 74
23
untuk tidak bertele-tele dalam memberikan jawaban sehingga tidak membingungkan yang bertanya, karena seringkali jawaban yang berteletele membingungkan untuk dimengerti dari pada jawaban yang tegas. Contohnya saja, jika ada seorang yang bertanya : berapa saudaramu ? Jawaban tegas : 5! 3 saudara kandung dan dua saudara tiri Jawaban yang bertele-tele : ”sebenarnya aku Cuma memiliki tiga saudara tapi karena dulu ayahku pernah menikah lagi, dan dari istri keduanya itu memiliki satu anak, dan sebelum menikah sama ayahku istri keduanya itu telah memiliki satu anak dengan suaminya yang terdahulu, jadi.......”( wah......mungkin kalau penulis lanjutkan akan menjadi sebuah novel....he...he...) Contoh lain selain diatas adalah pada hasil perkalian bilangan bulat 3 x 4 pasti 12. pada persoalan tersebut kita tegas mengatakan bahwa 3 x 4 = 12 adalah benar, kalau bukan 12, kita tegas mengatakan itu salah. Karena dalam ilmu matematika hanya ada dua pilihan yaitu salah dan benar, tidak mungkin benar sekaligus salah, separuh benar separuh salah. Jadi matematika mengajarkan sikap tegas, tegas mengatakan yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah, tidak abu-abu. Selain sifat tersebut diatas, matematika juga mengajarkan sikap hidup benar dan bertanggung jawab. Tanggungjawab secara sempit adalah suatu usaha seseorang yang diamanahkan, harus dilakukan. Dalam islam istilah tanggungjawab merupakan amanah. Secara luas tanggungjawab
24
diartikan sebagai usaha manusia untuk melakukan amanah secara cermat, teliti, memikirkan akibat baik dan buruknya, untung dan rugi serta segala hal yang berhubungan dengan perbuatan tersebut secara transparan menyebabkan orang percaya dan yakin, sehingga perbuatan tersebut mendapat imbalan baik maupun pujian dari orang lain. Dalam hal ini adalah matematika yang berkenaan dengan masalah pembuktian. Langkah-langkah
dalam
pembuktian
matematika
harus
berdasarkan pada hal-hal yang sudah diakui kebenarannya. Langkah demi langkah harus berdasarkan alasan yang jelas, kaut dan benar, seperti contoh: jika seorang siswa dapat menjawab; -2 + (-5) -2 + 7 – (-3) – (+4) + 9 – 10 + (-2) + 3 Hasilnya adalah -3, maka ia harus bisa menjelaskan alasan maupun langkah-langkah yang digunakan. Jika ia bisa menjelaskan , maka ia telah bertanggung jawab atas jawabannya, tetapi bila sebaliknya itu berarti tidak benar dan tidak bertanggung jawab. Berikut merupakan langkah-langkah penyelesaiannya: 1. Menyederhanakan bilangan positif negatif tersebut -2 -5 -2 +7 +3 -4 +9 -10 -2 +3 2. Kumpulkan sesuai tandanya dan jumlahkan -2 -5 -2 -4 -10 -2 +7 +3 +9 +3
25
3. Diperoleh +22 – 25 = -3 Dengan cara sepertia itulah sebenarnya matematika mengajarkan sikap hidup benar dan bertanggung jawab. Implikasi atau aplikasi dalam kehidupan, kita diajarkan bahwa setiap perkataan, kehendak dan perbuatan harus berdasar pada sumber yang benar, semua perbuatan ada dasarnya, dalam hal ini adalah al-quran dan al-hadits. Mengapa kita mengerjakan sholat? Dasarnya karena diperintahkan dalam al-quran, mengapa kita tidak boleh sombong? Dasarnya karena hal itu dilarang dalam al-quran.11 c. Sikap pantang menyerah dan percaya diri Sikap pantang menyerah terkadang memang sangat kita butuhkan ketika kita dalam keadaan yang sulit. Mencari solusi untuk menyelesaikan soal matematika, akan melatih kita untuk bersikap pantang menyerah dan percaya diri. Langkah demi langkah yang kita coba dan terus mencoba sampai akhirnya kita menemukan jawabannya itulah sikap pantang menyerah dan percaya diri. Saat gagal atau tidak bisa menjawab kita dituntut untuk mencari cara lain agar solusi dan jawaban itu dapat kita temukan, kegagalan dengan satu cara tidak boleh mengurangi semangat kita untuk terus berusaha, saat keberhasilan tercapai maka rasa puas dan bangga akan tumbuh ( tapi ingat jangan berlebihan ya......). Dari sini, sungguh matematika telah mengajarkan kepada kita tantang pentingnya
11
Ibid, h. 75
26
sikap pantang menyerah dan percaya diri, inilah mutiara yang sangat berguna dalam kehidupan. Dalam al-Quran sikap pantang menyerah, pantang berputus asa dan percaya diri sangat dianjurkan dan merupakan perintah dalam alquran, Firman Allah dalam QS. Al-ankabut ayat 23 menjelaskan:
ب َأﻟِﻴ ٌﻢ ٌ ﻋﺬَا َ ﻚ َﻟ ُﻬ ْﻢ َ ﺣ َﻤﺘِﻲ َوأُوَﻟ ِﺌ ْ ﻦ َر ْ ﻚ َﻳ ِﺌﺴُﻮا ِﻣ َ ت اﻟَّﻠ ِﻪ َوِﻟﻘَﺎ ِﺋ ِﻪ أُوَﻟ ِﺌ ِ ﻦ َآ َﻔﺮُوا ﺑِﺂﻳَﺎ َ وَاَّﻟﺬِﻳ Artinya: “Dan orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah dan pertemuan dengan dia, mereka putus asa dari rahmatku, dan mereka itu mendapat adzab yang pedih.”
Dalam QS yusuf ayat 87
ن َ ح اﻟَّﻠ ِﻪ إِﻻ ا ْﻟ َﻘ ْﻮ ُم ا ْﻟﻜَﺎ ِﻓﺮُو ِ ﻦ َر ْو ْ ﺲ ِﻣ ُ ح اﻟَّﻠ ِﻪ ِإ َﻧّ ُﻪ ﻻ َﻳ ْﻴ َﺌ ِ ﻦ َر ْو ْ وَﻻ َﺗ ْﻴَﺄﺳُﻮا ِﻣ..... Artinya: “Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum kafir.
Dalam QS Al-Hijr ayat 56
ن َ ﻀّﺎُﻟّﻮ َ ﺣ َﻤ ِﺔ َر ِّﺑ ِﻪ إِﻻ اﻟ ْ ﻦ َر ْ ﻂ ِﻣ ُ ﻦ َﻳ ْﻘ َﻨ ْ ل َو َﻣ َ ﻗَﺎ Artinya: “Ibrahim berkata: tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhan-nya, kecuali orang-orang yang sesat.”
27
Dari beberapa sifat dan sikap yang sudah penulis uraikan diatas, masih banyak lagi sifat positif yang dapat kita peroleh dari belajar matematika, diantaranya sikap suka bekerja sama, saling tolong menolong, dan saling menghargai orang lain. Itulah sikap-sikap yang terpuji yang merupakan cerminan Akhlaq Mahmudah. Dari sini dapat penulis simpulkan bahwa relevansi antara matematika dengan akhlaq adalah dalam membentuk pribadi yang berkualitas. Matematika tidak hanya dipandang sebagai ilmu yang mementingkan kemampuan kognitif. Matematika sangat berkaitan dengan pembentukan sikap dan perilaku yang terpuji. Matematika selain berguna untuk mengasah kemampuan bepikir juga berguna untuk membentuk akhlaqul mahmudah atau akhlaq yang terpuji. 3. Pengertian Matematika Akhlak Salah satu persoalan bangsa yang krusial dewasa ini adalah persoalan akhlak. Membudayanya KKN baik dikalangan birokrat maupun masyarakat bawah, menjamurnya media pornografi dan pornoaksi, dan kasus illegal logging dan pekerjaan legal lainnya adalah sekelumit dari persoalan akhlak bangsa yang sedang dihadapi oleh negara yang sudah merdeka ini. Banyak kalangan yang menilai bahwa munculnya prilaku tersebut merupakan hasil dari pendidikan masa lalu. Di bidang pendidikan sendiri, tak jarang guru agamalah yang dikambing hitamkan, karena materi yang diajarkan banyak menyangkut tentang akhlak.
28
Pendidikan memiliki peranan yang sangat besar dalam membentuk kepribadian setiap manusia. Pendidikan merupakan proses pengembangan potensi peserta didik sehingga menjadi pribadi yang paripurna (insan kamil). Salah satu indikator insan kamil tersebut adalah setiap peserta didik melahirkan akhlakul karimah. Sebagaimana yang dikemukakan oleh kihajar dewantoro, bahwa ada tiga lembaga pendidikan yang turut berperan dalam mengembangkan potensi tersebut, yaitu pendidikan formal, informal, dan non formal, yang masing-masing dimiliki oleh sekolah, keluarga dan lingkungan atau masyarakat. Dengan demikian sekolah sebagai lembaga pensisikan formal turut bertanggung jawab dalam mendidik akhlaq setiap peserta didiknya. Itu sebabnya, ketika muncul prilaku negatif ditengah-tengah masyarakat, maka salah satu faktor yang disorot adalah bidang pendidikan disamping faktor – faktor lainnya. Tetapi tidaklah tepat jika dikatakan bahwa tanggung jawab mendidik akhlaq siswa hanyalah tugas guru agama. Meskipun prinsip-prinsip dasar mata pelajaran pendidikan agama islam (PAI) tertuang dalam tiga kerangka dasar
ajaran
islam,
yaitu
akidah
(keimanan),
syariah
(ibadah),dan
ihsan(akhlaq), bukan berarti pendidikan akhlaq hanya menjadi tugas guru agama semata melainkan tugas semua guru dan terutama disini adalah orang tua. Setiap orang tua memiliki harapan mempunyai anak-anak yang bisa dibanggakan. Anak-anak yang kelak saat mereka dewasa menjadi satu
29
diantara deretan manusia-manusia sukses, baik akademik maupun akhlaknya. Karena pendidikan akademik yang bernilai tinggi belum tentu menjamin kesuksesan seseorang pada masa mendatang tanpa memiliki akhlak mulia. Tidak ada orang tua yang mengingkari hal ini, cita-cita boleh sama tapi cara mewujudkannya belum tentu sama. Melalui Matematika Akhlak mungkin orang tua atau guru dapat mewujudkan harapannya, yakni menjadikan anak didiknya menjadi deretan orang-orang sukses secara akademik maupun akhlaknya. Matematika Akhlaq adalah suatu pelajaran moral etika atau akhlak mulia yang diajarkan melalui angka dan bilangan. Angka dalam bahsa inggris disebut digit atau numeral, angka hanya berupa 0, 1, 2, 3, 4, 5,6, 7, 8, 9.12 sedangkan bilangan dalam kamus besar bahasa indonesia diartikan sebagai banyaknya benda, satuan dari jumlah atau banyaknya sesuatu, lingkungan, perhitungan untuk mengetahui untung dagang. Bilangan juga dapat didevinisikan sebagaisuatu ide atau gagasan yang bersifat abstrak dan menyatakan banyaknya anggota dari suatu kelompok atau himpunan.13 Menurut Bekti Hermawan selaku penemu matematika akhlak, mengajarkan Akhlak Qurani melalui pendekatan matematika, atau lebih tepatnya mengajarkan akhlaq yang abstrak dengan bahasa bilangan dapat beliau lakukan karena beliau yakin bahwa segala sesuatu itu sudah terpola 12
Moch. Mas’ud, Subhanaalah………………Quantum Bilangan-bilangan al-Quran, (Jogyakarta: DIVA Press, 2008), h.18 13 Ibid.
30
dan terukur. Pendidikan akhlak adalah suatu yang sudah terpola dan terukur. Matematika juga merupakan Ilmu Pengetahuan bilangan yang terpola. Dalam pembelajaran Matematika Akhlak siswa akan mengalami peningkatan pengetahuan dan teknis dalam menghadapi atau menyelesaikan suatu masalah. Karena disini, siswa juga diajari tentang Matematika. Dan dalam pembelajaran matematika siswa dilatih untuk menumbuhkan cara berfikir yang sistematis, logis, kritis dan kreatif. Dan dari latihan itulah siswa mudah dan terbiasa menghadapi bahkan menyelesaikan masalah yang muncul. Pail G. Stolts mengemukakan bahwa “IQ, sudah jelas setiap anak yang belajar matematika akhlak akan mengalami peningkatan pengetahuan dan teknis dalam bermatematika. EQ, seseorang akan mengalami kematangan emosional karena dalam mempelajari matematika akhlak digunakan pendekatan Akhlaq Qurani. Dan AQ, sudah pasti tercakup dalam matematika akhlak, karena metode Matematika Akhlak disampaikan secara demokratis dan dialogis kepada setiap orang yang mempelajarinya. Anak-anak pun juga dapat mempelajarinya dengan mudah serta dapat secara langsung diterapkan guna membantu penyelesaian soal-soal matematika disekolahnya.” Jadi selain menjadi unik dan menarik, matematika akhlaq cukup memenuhi faktor pendekatan IQ, EQ dan AQ seperti yang dijelaskan oleh Pail tersebut. Pada Bab sebelumnya sudah dijelaskan bahwa akhlak dapat diartikan sebagai tingkah laku yang lahir dari manusia dengan sengaja, tidak dibuatbuat dan telah menjadi kebiasaan. Sejak lahir, setiap manusia membawa
31
potensi untuk bertingkah laku baik dan buru. Tetapi akhlak dapat dirubah, akhlak dapat merupakan hasil dari pendidikan. Adapun
Matematika
menurut
Josiah
Willard
Gibbs
adalah
“mathematies is language” (Matematika adalah sebuah bahasa). Dan menurut Keith Devlin; Matematika, sebagai ilmu tentang pola, merupakan sebuah cara memandang dunia, baik dunia fisik, biologis, dan sosiologis dimana kita tinggal, dan juga cara memandang dunia batin dari pemikiran kita. Dari kedua pernyataan tersebutlah Bekti Hermawan akhirnya memiliki kesimpulan bahwa jika akhlaq dapat diubah melalui pendidikan, akhlak seharusnya bisa dijelaskan secara matematis, karena matematika dan akhlak adalah suatu bahasa dan sudah terpola dalam semesta ini. Selain itu, aspek kajian ilmu matematika ini dalam dunia islam memperkenalkan tertib aturan (sesuatu yang terpola), keseimbangan (sesuatu yang terukur sebagaimana persamaan-persamaan mtematis), dan keserasian (dapat digunakan untuk menjelaskan ilmu pengetahuan lain secara umum). Selain kedua pernyataan diatas ada beberapa ayat yang menjadi dasar dan membuat beliau yakin bahwa akhlak dapat diajarkan melalui bahasa matematika, yaitu:
ن ٍ ﻲ ٍء َﻣ ْﻮزُو ْ ﺷ َ ﻞ ِّ ﻦ ُآ ْ ﻲ َوَأ ْﻧ َﺒ ْﺘﻨَﺎ ﻓِﻴﻬَﺎ ِﻣ َﺳ ِ ض َﻣ َﺪ ْد َﻧﺎهَﺎ َوَأ ْﻟ َﻘ ْﻴﻨَﺎ ﻓِﻴﻬَﺎ َروَا َ وَاﻷ ْر
32
Artinya : “Dan kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunungdan kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran.” (QS. Hijr: 19)
ﺧَﻠ ْﻘﻨَﺎ ُﻩ ِﺑ َﻘ َﺪ ٍر َ ﻲ ٍء ْ ﺷ َ ﻞ َّ ِإ َﻧّﺎ ُآ Artinya : “Sesungguhnya kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” (QS. al-Qomar : 49)
Dan keyakinan tentang akhlak mulia bisa dijelaskan dengan bahasa bilangan adalah bedasarkan pada firman Allah dalam surat an-Nahl : 89
ﻦ َ ﺴِﻠﻤِﻴ ْ ﺸﺮَى ِﻟ ْﻠ ُﻤ ْ ﺣ َﻤ ًﺔ َو ُﺑ ْ ﻲ ٍء َو ُهﺪًى َو َر ْ ﺷ َ ﻞ ِّ ب ِﺗ ْﺒﻴَﺎﻧًﺎ ِﻟ ُﻜ َ ﻚ ا ْﻟ ِﻜﺘَﺎ َ ﻋَﻠ ْﻴ َ َو َﻧ َّﺰ ْﻟﻨَﺎ Artinya : “Dan kami turunkan kepadamu al-kitab (al-quran) untuk menjelaskan segala sesuatu.” (QS. An-Nahl : 89)
ﻋ َﺪدًا َ ﻲ ٍء ْ ﺷ َ ﻞ َّ ﺣﺼَﻰ ُآ ْ َوَأ Artinya : “Dan dia menghitung segala sesuatu satu persatu.” (QS. AlJinn:28).
4. Tujuan Matematika Akhlaq Tujuan merupakan suatu cita, anak didik macam apa yang harus dibentuk melalui lembaga pendidikan persekolahan. Tujuan berfungsi sebagai
33
pemberi arah yang jelas terhadap kegiatan pendidikan dan pengajaran. Dengan demikian, perangkat pendidikan dan pengajaran lainnya harus dipersiapkan untuk membantu pencapaian tujuan tersebut. Setiap negara mamiliki tujuan pendidikan dan pengajaran. Pemerintah indonesia telah menggariskan dasar-dasar dan tujuan pendidikan dan pengajarannya dalam undang-undang nomor 12 tahun 1945, terutama pasal 3 dan 4 yang berbunyi: Pasal 3
:
Tujuan pendidikan dan pengajaran ialah membentuk manusia susila yang cakap dan warga negara yang demokratis seta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air.
Pasal 4
:
Pendidikan dan pengajaran berdasarkan atas asas-asas yang termaktub dalam pancasila undang-undang dasar negara
republik
indonesia,
dan
atas
kebudayaan
kebangsaan indonesia. Itulah tujuan pendidikan dan pengajaran yang menjadi tugas guru dan harus mencapainya selama mengabdikan diri dalam dunia pendidikan. Untuk menciptakan anak didik yang dewasa susila memang tidak mudah, sebab banyak faktor yang mempengaruhi selama pembinaannya. Karena itu, kepada guru dituntut suatu pengabdian yang penuh dedikasi dan loyalitas yang ikhlas.
34
Pribadi dewasa susila memang tipe manusia ideal (manusia harapan). Dalam hal ini menurut Wens Tanlain adalah orang yang memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Memahami, mengerti dan mencintai dirinya (individualitas) b. Memahami, mengerti dan mencintai orang lain (sosialitas) c. Menyadari, memiliki norma kesusilaan dan nilai-nilai kemanusiaan d. Bertindak, berbuat sesuai norma keusilaan, nilai-nilai hidup atas tanggung jawabnya sendiri demi kebahagiaan dirinya dan kebahagiaan masyarakat (moralitas) Untuk menciptakan anak didik (manusia) dewasa susila, guru harus memiliki kepribadian dewasa susila. Guru tidak hanya mengajar, tetapi dia harus mendidik. Mengajar lebih cenderung mendidik anak didik menjadi orang yang pandai tentang ilmu pengetahuan saja, tetapi jiwa dn watak anak didik (akhlak) tidak dibangun dan dibina. Untuk membentuk jiwa dan akhlak anak didik, maka mendidik adalah jawabannya, karena mendidik adalh kegiatan transfer of values, memindahkan sejumlah nilai kepada anak didik. Kesusilaan bukan hanya berarti tingkahlaku yang sopan santun, bertindak dengan lemah lembut, taat dan berbakti kepada orang tua saja, tetapi lebih luas lagi dari itu, cinta bangsa dan sesama manusia, mengabdi kepada rakyat dan negara, berkemauan keras dan lain sebagainya. Termasuk normanorma kesusilaan yang harus dikembangkan dan ditanamkan dalam hati sanubari anak didik.
35
Pendidikan
di
Indonesia
sedikit
banyaknya
masih
bersifat
intelektualitas dan verbalitas. Disekolah-sekolah masih banyak yang mementingkan pendidikan intelektual, memompakan ilmu pengetahuan kepada anak didik, sehingga kurang atau tidak menghiraukan pendidikanpendidikan yang lain, terutama pendidikankesusilaan atau akhlak dan etika. Anak didik yang berintelektual tinggi tetapi tidak besusila dan berakhlakul karimah adalah pribadi yang tidak seimbang. Sebaliknya, anak didik yang bersusila tapi tidak berintelektual bukanlah pribadi anak didik yang diharapkan. Oleh karena itu, anak didik yang bersusiladan berakhlakul karimah serta berintelektual tinggilah yang menjadi tujuan pendidikan dan tujuan dalam pembelajaran matematika akhlak. Dalam UUD 1945 bab XIII tentang pendidikan dan kebudayaan, pasal 31 ayat (3) termaktub: “pemerintah mengusahakan dengan menyelenggarakan satu system pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlaq mulia dalm rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.” dari pasal tersebut dapat dipahami bahwa akhlaq mulia menjadi salah satu indikator utama, disamping iman dan taqwa dalam mewujudakan cita-cita bangsa, yaitu “mencerdaskan kehidupan bangsa” sebagaimana yang tertulis dalam pembukaan UUD 1945itu sendiri. Lebih lanjut amanah UUD 1945 itu dituangkan dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Dalm UU sisdiknas, pasal 3 ditegaskan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah “...... untuk
36
berkembangnya potensi peserta didikagar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif mandiri,dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab.” Lagi-lagi ditegaskan bahwa salh satu tujuan pendidikan nasional adalah mendidik akhlaq mulia. Karena mendidik akhlaq mulia menjadi salah satu tujuan pendidikan nasional, maka semua guru sebagai pendidik sudah selayaknya mengarahkan proses pembelajaran yang dilakukannya ke tujuan pendidikan sebagaimana dijelaskan dalam UU sisdiknas diatas. Setiap guru dituntut untuk berperan aktif dalm mendidik setiap akhlaq siswanya sekalipun itu guru matematika atau matapelajaran umum lainnya, sebagai contoh: Ketika seorang anak yang juga siswa diberi orang tuanya uang sebesar Rp. 10.000,- untuk membeli 1 liter beras seharga Rp. 6000,- sianak hanya mengembalikan uang kembalian sebesar Rp. 3000,-. Dalam kasus ini , seorang Guru matematika memiliki peran dalam akhlaq siwa tersebut. Karena 10.000 – 6000 = 4000. Lalu kenapa sianak hanya mengembalikan uang kembaliannya Rp. 3000.-? Jadi, Guru Matematika bertanggung jawab dalam mendidik akhlaq siswanya agar tidak curang dalam takaran. Guru bahasa bertanggung jawab mendidik akhlaq siswanya dalam berbicara, sehingga tidak mengucapkan kata-kata kotor. Guru IPA bertanggung jawab mendidik akhlaq siswanya agar tidak melakukan pencemaran terhadap alam. Demikian juga untuk guru-guru
37
bidang studi lainnya akan bertanggung jawab dalam mendidik akhlaq peseta didiknya, setidaknya yang berhubungan dengan bidang studi yang diasuhnya. Merujuk tujuan pendidikan yang sudah penulis jelaskan diatas, matematika akhlaq juga bertujuan untuk membentuk pribadi yang berakhlaq mulia dan berilmu pengetahuan. Karena dalam kajian matematika akhlaq, selain mengajarkan akhlaq melalui bahasa matematika, juga mengajarkan ilmu berhitung yang mudah.
B. Tinjauan Tentang Pemahaman Siswa Pada Bidang Studi Aqidah Akhlaq 1. Pemahaman Siswa a. Pengertian Pemahaman Siswa “Sudah paham anak-anak ?.............”. seringkali kita mendengar pertanyaan tersebut diucapkan ole hampir setiap guru usai membveriakan penjelasan kepada anak didiknya. Kemudian diikuti oleh sebagian besar anak didiknya dengan jawaban “suda….h bu….!”, sebagai tanda kalau mereka sudah mengerti atas penjelasan yang disampaikan gurunya. Benarkah hal tersebut sebagai modifikasi pemahaman?. Berikut merupakan
devinisi-devinisi
yang
diungkapkan
oleh
para
pakar
pendidikan: 1. Dalam kamus umum bahasa indonesia, W.J.S poerwadarminta mengungkapkan bahwa pemahaman brasal dari kata paham yang
38
artinya mengerti benar tentang suatu hal. Sedangkan pemahaman adalah poses perbuatan cara memahami sesuatu.14 2. Menurut Abu Ahmadi dalam bukunya psikologi umum, devinisi pemahaman dibagi menjadi dua:15 a. Pengertian empiris : pengertian yang dibentuk dari pengalaman hidup sehari-hari, seperti; gedung, rumah, TV, kursi dan lain-lain. b. Pengertian logis : aktifitas berfikir dengan sengaja dan sadar memahami sesuatu yang bentuknya diperoleh melalui proses menguraikan, membandingkan dan merangkum pengetahuan yang dimiliki. 3. Menurut W. Poespojo, pemahaman merupakan nama untuk proses mengetahuikehidupan kejiwaan lewat ekspresi-ekspresi yang di berikan kepada siswa.16 Merujuk dari devinisi diatas, pemahaman adalah sustu proses berfikir
untuk
memecahkan
masalah
yang
dihadapi
melalui
pengamatan terhadap obyek-obyek yang diterima oleh alat indra kita. 4. Zahra idris dalam bukunya psikologi pengajaran menjelaskan bahwa pemahamanadlah kemampuan untuk memahami atau mengerti sesuatu bahan yang telah dipelajari.17
14
Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka,1993), hal. 694 A. Abu Ahmadi, psikologi Umum, (Jakarta: Renika Cipta Karya, 1992), h. 170 16 W. Poespojo, Interpretasi PN, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1997), h. 58 17 Zahra Idris, Pengantar Pendidikan I, (Jakarta: Gramedia, 1992), h. 33 15
39
Dari beberapa devinisi diatas dapat penulis simpulkan bahwa pemahaman merupakan hasil belajar yang diperoleh secara mendalam atau dengan kata lain mampu menangkap makna dan arti dari bahan yang telah diperoleh. Berpijak dari uraian diatas, belajar merupakan upaya untuk memperoleh pemahaman. Secara kualitatif (tinjauan mutu) belajar adalah proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia disekeliling siswa. Dalam hal ini belajar difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti dihadapi siswa.18 Bertalian dengan hal tersebut, J. Murshell mengatakan “isi pelajaran yang bermakana bagi anak dapat tercapai bila pengajaran mengutamakan pemahaman, wawasan (insight), bukan latihan dan hafalan.19 Banyak pelajaran disekolah yang penyampaiannya kurang bermakna bahkan tidak memberikan hasil yang maksimal kepada siswa. Hal tersebut disebabkan oleh penyampaian yang tidak mengandung arti bagi siswa, akibatnya mereka hanya menghafal diluar kepala tanpa memahaminya sehingga dengan cepat terlupakan. Adapun pemahaman dikelompokkan kedalam tiga kategori 1. Tingkat Terendah 18
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), h. 51 19 J. Mursell dan S. Nasution, Mengajar dengan Sukses, (Bandung: PN Jemmars, 1996), h. 4
40
Dalam kategori ini adalah pemahaman terjemahan mulai dari terjemahan dalam arti yang sebenarnya, misalnya dari bahasa inggris kedalam bahasa indonesia. 2. Tingkat Sedang Dalam kategori ini adalah pemahaman penafsiran, yakni menghubungkan bagian-bagian terdahuludengan yang diketahui berikutnya. 3. Tingkat tertinggi Sedangkan dalam kategori ini adalah pemahaman ekstrapolasi. Dengan ekstrapolasi diharapkan seseorang mampu melihat dibalik yang tertulis, dapat membuat ramalan konsekuensi atau dapat memperluas perepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus atau masalahnya. Merupakan tujuan guru mengajar adalah agar bahan yang disampaikannya dikuasai sepenuhnya oleh semua murid, bukan hanya oleh beberapa orang saja yang diberikan angka tertinggi. Pemahaman harus penuh, bukan tiga perempat, setengah atau seperempat saja. Dalam standarisasi mastery learning yakni penguasaan secara keseluruhan bahan yang dipelajari (belajar tuntas), siswa dapat dikatakan paham apabila siswa mengerti seta mampu menjelaskan dengan kata-katanya sendiri materi pelajaran yang telah disampaikan guru, bahkan mampu menerapkan kedalam konsep-konsep lain.
41
Dari sini, menurut penulis pemahaman merupakan aktifitas urgen yang harus dimiliki dan dikuasai siswa agar mampu mentransfer pengalaman belajarnya kedalam problem konkrit dalam hidupnya. Mengajar dikatakan sukses apabila siwa mampu mentrasfer hasil belajarnya, mentransfer berarti pula mengaplikasikannya. Siswa dikatakan berada dalam taraf penguasaan jika mampu menerapkan (mengaplikasikan) pengetahuannya kedalam problem yang konkrit. Oleh karena itu, semakin tinggi taraf pemahaman siswa maka semakin tinggi pula daya transfernya. 2. Tolak Ukur dalam Mengetahui Pemahaman Siswa Evaluasi selalu memegang peranan yang penting dalam segala bentuk pengajaran yang efektif. Dengan evaluasi diperoleh feedback yang dipakai utuk memperbaiki dan merevisi bahan atau metode pengajaran, atau untuk menyesuaikan bahan dengan ilmu pengetahuan. Selain itu evaluasi berguna untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran dimana tingkat keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan skala nilai berupa huruf, kata atau simbol. Adapun fungsi kegiatan evaluasi hasil belajar adlah untuk diagnostik dan pengembangan (sebagai pendiagnosis kelemahan dan keunggulan siswa, sehingga guru dapat mengadakan pengembangan KBM dalam meningkatkan prestasi.)20
20
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999), h.200
42
Dalam mengevaluasi tingkat keberhasilan atau pemahaman siswa dapat juga dilakukan melalui beberapa tes prestasi belajar berikut: a. Pre-tes dan Post-tes Pre-tes dilakukan guru secara rutin pada setiap akan memulai penyajian materi baru. Tes ini tidak berlangsung lama (singkat) dan sering tidak
memerlukan
instrumen
tertulis.
Tujuannya
adalah
untuk
mengidentivikasi taraf pengetahuan siswa mengenai bahan yang akan disajikan. Sedangkan post-tes dilakukan guru pada setiap akhir penyajian materi. Tujuannya adalah untuk mengetahui taraf penguasaan siswa atas materi yang telah diajarkan. b. Tes Diagnostik Tes ini dilakukan setelah penyajian sebuah satuan pelajaran dengan tujuan mengidentivikasi bagian-bagian tertentu yang belum dikuasai siswa. Instrumen tes ini dititik beratkan pada bahasan tertentu yang dipandang telah membuet siswa mendaoatkan kesulitan. c. Tes Formatif Tes ini dapat dipandang sebgai “ulangan” yang dilakukan pada setiap akhir penyajian satuan pelajaran atau modul. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran tentang daya serapsiswa terhadap pokok pembahasan tersebut. Hasil tes kemudian dimanfaatkan uantuk bahan pertimbangan pengajaran remidial (perbaikan).
43
d. Tes sumatif Tes ini juga dipandang sebagai “ulangan umum” yang dilakukan untuk mengukur kinerja akademik atau prestasi belajar siswa pada akhir priode pelaksanaan program pengajaran. Tes ini dilaksakan pada setiap akhir semester atau akhir tahun ajaran. Dan hasilnya dijadikan bahan laporan resmi mengenai kinerja akademik siswa dan bahan penentu naik atau tidaknya siswa ke kelas yang lebih tinggi. Banyak sekali faktor yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur dlam melihat keberhasilan pendidikan. Salah satunya adalah dengan melihat keberhasilan poses pembelajaran dalam mencapai tujuannya, keberhasilan proses belajr mengajar khususnya pada pambelajaran bidang studi aqidah akhlak dapat dilihat dari tingkat pemahaman dan penguasaan materi. Keberhasilan ppembelajaran bidang studi aqidah akhlak dapat diukur dari kemampuan siswa dalam memahami dan menerapakan kaidah-kaidah aqidah islam dan akhlak dalam kehidupan sehari-hari. Siswa dikatakan paham apabila indikator-indikator pemahaman tercapai. Adapun indikator yang dijadikan sebagai tolak ukur siswa dikatakan paham menurut abin syamsudin yaitu siswa dapat menjelaskan, mendivinisikan dengan kata-kata sendiri dengan cara pengungkapannya melalui pertanyaan, soal-soal dan tes tugas. Mengacu pada indikatorindikator tersebut, berarti apabila siswa dapat mengerjakan soal-soal yang diberikan dengan baik dan benar maka siswa dikatakan paham.
44
Secara informal, untuk mengecek pemahaman siswa dapat dilakukan dengan cara tanya jawab ketika pelajaran sedang berlangsung, bisa juga dalam bentuk mengecek pemahaman siswa tas pekerjaanya sendiri melalui pertanyaan-pertanyaan dan lain-lain, observasi guru dan dialog dengan siswa termasuk dalam kategori ini. Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya strategi belajar mengajar, menyatakan bahwa indikator keberhasilan sebagai tolak ukur dalam mengetahui pemahaman siswa adalah sebagi berikut: a. Daya serap terhadap pengajaran yang diajarkan untuk mencapai prestasi tinggi, baik secara individual atau kelompok (nilai raport) b. Penilaian yang digariskan dalam tujuan pengajaran intruksional khusus(TIK) telah dicapai oleh siswa baik secara individual maupun kelompok.21 Dari kedua indikator tersebut, daya serap merupakan indikator yang paling banyak dipakai sebagai tolak ukur keberhasilan (pemahaman). Adapun standarisasi atau taraf keberhasilan dalam belajar mengajar adalah sebagai berikut: a) Istimewa (maximal) = apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai siswa.
21
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997), h.20
45
b) Baik sekali (optimal) = apabila sebagian besar (76% - 99%) bahan pelajaran dapat dikuasai siswa c) Baik (minimal) = apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% 75% yang dapat dikuasai siswa. d) Kurang = apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% yang dapat dikuasai siswa. Suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila tujuannya dapat tercapai. Oleh sebab itu perlu dilakukan tes (ujian) untuk mengetahui daya serap (pemahaman)siswa dalam menerima mata pelajaran yang disampaikan oleh guru. Dengna adanya format daya serap dan prosentase keberhasilan siswa, dapat mempermudah guru dalam menentukan pemahaman atau keberhasilan dalam kegiatan belajar mengajar. 3. Faktor-faktor dalam Mengetahui Pemahaman Siswa Sebagian tokoh pendidikan yakin bahwa sebagian besar bahkan hampir semua anak didik sanggup menguasai bahan pelajaran tertentu dengan syarat-syarat tertemtu. Diantara beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar sehingga tercapai penguasaan penuh (pemahaman) adalah:
a. Bakat Untuk Mempelajari Sesuatu
46
Bakat, misalnya intelegensi, mempengaruhi prestasi belajar. Ada anggapan bahwa bakat dan prestasi terdapat hubungan kausal (sebab akibat). Bakat tinggi menyebabkan prestasi tinggi, sedangkan prestasi yang rendah dicari sebabnya pada bakat yang rendah. b. Mutu Pengajaran Tidak ada satu metode yang sesuai untuk semua anak. Tiap anak memerlukan metode tersendiri yang sesuai baginya. Maka dari itu kalau ditanya guru yang bagiamana yang baik, maka jawabannya adalah guru yang dapat membimbing setiap anak hingga ia menguasai bahan pelajaran sepenuhnya. Untuk itu ia harus berusaha
mencari langkah-langklah,
metode mengajar, alat pelajaran, hingga sumber palajaran yang sesuai dan bermutu. c. Kesanggupan Untuk Memeahami Pelajaran Kemampuan murid untuk menguasai suatu bidang studi banyak bergantung pada kemampuannya untuk memahami ucapan guru. Sebaliknya guru yang tidak sanggup menyatakan buah pikirannya dengan jelas sehingga ia dipahami oleh murid, juga tidak dapat membuat murid mencapai penguasaan penuh (pemahaman) atas bahan pelajaran yang dismpaikannya.
d. Katekunan
47
Ketekunan belajar ini tampaknya bertalian dengan sikap dan minat terhadap pelajaran. Bila karena suatu hal pelajaran menjadui tidak menarik, maka seorang murid akan segera menyampingkannya. Sebaliknya apabila suatu palajaran itu menarik perhatian karena akan memberi hasil yang menggembirakannya, maka seorang murid cenderung untuk memberikan waktu yang lebih banyak untuk pelajaran itu. Ketekunan itu sendiri tak begitu perlu kita pupuk dengan sengaja. Yang perlu adalah memberikan tugas yang dapat dikerjakannya dengan baik,
sehingga
ia
mengalami
rasa
sukses.
Keberhasilan
dalam
mengerjakan tugas akan menambah semangat belajar dan dengan sendirinya akan terjadi ketekunan belajar. e. Waktu yang tersedia untuk belajar Faktor waktu sangat esensial untuk menguasai bahan pelajaran tertentu sepenuhnya. Dengan memberikan waktu secukupnya, setiap murid dapat menguasai bahan pelajaran. Jika waktunya sama bagi semua murid, maka tingkat penguasaan ditentukan oleh bakat siswa. Anak yang berbakat lebih cepat menangkap isi pelajaran. Anak yang tidak begitu tinggi bakatnya juga akan mampu menguasainya asal kepadanya diberi waktu yang lebih banyak.22
22
S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h. 49
48
Selain faktor-faktor tersebut diatas, faktor-faktor lain yang mempengaruhi pemahaman atau keberhasilan belajar siswa antara lain: 1. Faktor internal a) Faktor fisiologis Dalam konteks ini meliputi kondisi tubuh dan kemampuan panca indra seorang pembelajar. Jika faktor fisiologis yang dimiliki serang pembelajar dalam keadaan baik dan berfungsi normal, maka proses belajar dapat berjalan secara efektif. b) Faktor psikologis Dalam
konteks
ini
menyangkut
kondisi
kejiwaan
seseorang. Faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi proses dan hasil belajar itu antara lain meliputi masalah bakat, minat, motivasi, intelegensi, kemampuan kognitif serta keadaan emosi dan kepribadian seorang pembelajar. Jika semua faktor psikologis itu mendukung, dapat diprediksikan bahwa proses dan hasil belajarnya akan berhasil dengan baik. 2. Faktor external a) Faktor sosial Secara ringkas faktor yang dimaksud adalah semua faktor yang melibatkanb unsur manusia (person) diluar diri seorang pembelajar. Faktor-faktor tersebut meliputi unsur guru, keluarga, dan lingkungan masyarakat.
49
b) Faktor non sosial Dalam konteks ini menyangkut egala faktor yang bukan manusia, baik faktor-faktor yang bersifat materiil maupun non materiil. Faktor-faktor yang dimaksud adalah meliputi masalah kurikulum, bahan dan sumber belajar, metode dan pendekatan, media pembelajaran, sistem evaluasi, sarana dan prasarana, serta sistem administrasi dan menejemen pendidikan yang dijalankan disuatu sekolah. Selainitu, masalah lingkungan alam seperti iklim dan keadaan geografis sekolah serta tempat tinggal siswa juga mempengaruhi proses dan hasil pembelajaran.
Jika ditinjau dari segi komponen pendidikan, beberapa faktor-faktor pendidikan yang menjadikan pola interaksi saling mempengaruhi diantaranya adalah guru, tujuan, anak didik, metode dan strategi belajar.23 1. Tujuan Tujuan pendidikan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh kegiatan pembelajaran. Peumusan tujuan juga akan mempengaruhi kegiatan pengajaran yangdilakukan guru sekaligus mempengaruhi kegiatan belajar siswa. Dalam hal ini tujuan yang dimaksud adalah pembuatan tujuan intruksionalkhusus oleh guru yang berpedoman pada tujuan intuksional umum. 23
Fuad Hasan, Dasar-dasar Kependidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), 6.
50
Perumusan
TIK
oleh
guru
yang
bermacam-macam
akan
menghasilkan hasil belajar (prilaku) anak yang bervariasi. Jika anak telah mampu menguasai TIK melalui tes formatif, maka bisa dikategorikan bahwa anak itu telah memahami materi yamg telah disampaikan guru. 2. Peseta Didik Peserta
didik
adalah
anggota
masyarakat
yang
berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Setiap peserta didik memiliki daya serap (pemahaman) yang berbeda-beda, karena mereka memang berkarakteristik yang berbeda-beda pula. Oleh sebab itu dalam menentukan hasil belajar siswa dikenalakan adanya tingkat keberhasilan yang terdiri dari tingkat maximal, optimal, dan minimal yang sudah penulis jelaskan pada bab sebelimnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peserta didik merupakan unsur manusiawi yang mempengaruhi kegiatan belajar mengajar sekaligus hasil belajar yakni pemahaman. 3. Pendidik atau Guru Pendidik adalah orang yang dengan sengaja mempengaruhi orang lain untuk mencapai tingkat kemanusiaan yang lebih tinggi. Secara akademik pendidik adalah tenaga kependidikan, yakni anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan.
51
Pendidik
merupakan
tenaga
profesional
yang
bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan bimbingan, pelatihan dan lain sebagainya. Segala kegiatan yang dilakukan guru dalam pembelajaran akan mempengaruhi pemahaman siswa. Disinilah guru dituntut untuk memberikan pendidikan pembelajaran yang sesuai dengan keadaan anak didik sehingga tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. 4. Kegiatan pembelajaran Kegiatan pembelajaran adalah proses terjadinya interaksi antara guru dengan anak didik dalam kegiatan balajar mengajar.24 Kegiatan pembelajaran ini meliputi bagaimana guru menciptakan lingkungan belajar yang sehat, strategi belajar yang digunakan, pendekatanpendekatan, metode dan media pembelajaran serta evaluasi pengajaran. Dalam hal tersebut jika dipilih dan digunakan secara tepat, maka akan mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar 5. Bahan evaluasi Bahan evaluasi adalah suatu bahan yang terdapat didalam kurikulum yang sudah dipelajari siswa dalam rangka evaluasi. Alat evaluasi meliputi cara-cara dalam menyajikan bahan evaluasi diantaranya adalah benar-salah (true- false), pilihan ganda (multiple choice), menjodohkan (matching), melengkapi (completation) dan essay. 24
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Op. Cit., h. 129
52
Yang mana guru dalam menggunakannya tidak hanya salah satu evaluasi tetapi menggabungkan lebih dari satu alat evaluasi. Hal ini untuk melengkapi kekurangan dari setiap evaluasi. Pemahaman siswa tergantung pula pada evaluasi yang diberiakan guru kepada siswa. Hal ini berarti jika siswa telah mampu mengerjakan atau menjawab bahan evaluasi dengan baik, maka siswa dapat dikatakan paham terhadap materi yang diberikan waktu lalu. 6. Suasana evaluasi Keadaan yang tenang, aman dan nyaman juga mempengaruhi terhadap tingkat pemahaman siswa pada materi (soal) ujian, yang berarti pula mempengaruhi jawaban yang diberikan oleh siswa. Jika pemahaman siswa tinggi, maka keberhasilan proses belajar mengajar pun akan tercapai. 4. Langkah-langkah dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada dasarnya ada bermacam-macam usaha yang dapat dijalankan yang pada pokoknya berkisar pada usaha untuk memberi bantuan kepada anak didik agar dapat menguasai (memahami) bahan pelajaran sepenuhnya menurut kebutuhan dan perbedaan masing-masing, antara lain: a.
Adanya tutor untuk setiap anak Tutor yaitu bantuan pribadi dari seorang guru atau orang lain. Cara ini tentu mahal sekali dan sukar dilaksanakan disekolah, namun banyak anak-anak yang ditutor dirumah oleh ibu, ayah, atau kakaknya. Dengan
53
adanya tutor ini, dapat memberi bantuan kepada anak menurut kebutuhan anak tersebut. Sistem tutor ini menurut Prof. Dr. S. nasution merupakan sistem yang sangat ideal dan paling efektif.25 b. Menghapus batas-batas kelas Maksudnya adalah sekolah tanpa tingkat kelas. Sistem ini memungkinkan anak maju menurut kecepatan masing-masing c. Merumuskan secara khusus bahan yang harus dikuasai siswa Diantara perumusan tujuan yang harus dicapai, yakni bahan yang harus dikuasai dengan evaluasi keberhasilan untuk mencapai tujuan tersebut yaitu proses belajar mengajar, dimana guru maupun anak didik masing-masing memegang peranan tertentu. d. Memberikan feedback (umpan balik) Feedback atau umpan balik diberikan melalui tes-tes formatif. Tes formatif itu bersifat diaognosis dan serentak menunjukkan kemajuan atau keberhasilan siswa. Mula-mula bahan pelajaran dibagi dalam satuansatuan pelajaran. Satu satuan pelajaran meliputi bahan pelajaran satu bab atau bahan yang dapat dikuasai siswa dalam waktu satu atau dua minggu.
25
. S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, Op. Cit., h.50
54
Tes formatif disini berfungsi sebagai: a. Motivasi untuk siswa agar bekerja (belajar) dengan sungguh-sungguh dalam waktu secukupnya b. Alat untuk mengungkapkan dimana sebetulnya letak kesulitan dalam memahami bahan pelajar (alat untuk mendiagnosis kelemahan) c. Alat assessment yaitu memperoleh keterangan dengan maksud perbaikan, dan lain-lain. e. Sumber dan metode-metode pengajaran tambahan Metode dan sumber belajar yang beraneka ragam dapat disajikan kepada murid-murid untuk menguasai bahan yang belum dipahaminya, yang terungkap oleh hasil tes formatif. Usaha tambahan itu dimaksud untuk memperbaiki mutu pengajaran dan meningkatkan kemampuan anak memahami apa yang diajarkan dan dengan demikian mengurangi jumlah waktu untuk menguasai bahan pelajaran sepenuhnya.
55
C. Peran Pendekatan Matematika Akhlak dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa pada Bidang Studi Akhlak Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak akan pernah berhenti. Belajar sebaiknya dilakukan oleh setiap manusia tanpa dibatasi oleh usia dan latar belakang pendidikan seseorang. Seseorang berlatar belakang penidikan agama maupun pertanian, tidak dilarang untuk mempelajari ilmu lain selain ilmu agama maupun ilmu pertanian. Matematika misalnya, sangat memungkinkan dipelajari lebih mendalam oleh seorang sarjana bidang agama maupun sarjana pertanian. Mengapa? Karena disegala bidang kehidupan matematika selalu hadir, untuk itu, jika kita dan anak-anak kita nanti ingin mempelajari sesuatu, sebaiknya berpedoman kepada imajinasi, bukan hanya pengetahuan. Albert Einstein mengatakan, “imajinasi lebih penting daripada pengetahuan.”26 Allah tidak menjadikan sesuatu yang lebih utama dari pada akal. Pada hakikatnya, seseorang dapat mengerjakan sholat, puasa, zakat, haji dan semua pekerjaan yang baik, tetapi pahala yang akan diterima hanyalah seimbang dengan akal yang dia pergunakan. Maka janganlah kita dan anak-anak kita termasuk golongan orang-orang yang bodoh, karena Allah tidak menyukai orang yang bodoh.
26
. Bekti Hermawan Handoyo, Matematika Akhlak, Op. Cit., h. 15
56
Allah berfirman:
3 ⎯ÏμÎn/u‘ sπuΗ÷qu‘ (#θã_ötƒuρ nοtÅzFψ$# â‘x‹øts† $VϑÍ←!$s%uρ #Y‰É`$y™ È≅ø‹©9$# u™!$tΡ#u™ ìMÏΖ≈s% uθèδ ô⎯¨Βr& (#θä9'ρé& ã©.x‹tGtƒ $yϑ¯ΡÎ) 3 tβθßϑn=ôètƒ Ÿω t⎦⎪Ï%©!$#uρ tβθçΗs>ôètƒ t⎦⎪Ï%©!$# “ÈθtGó¡o„ ö≅yδ ö≅è% ∩®∪ É=≈t7ø9F{$#
Artinya : “Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.”(QS. Az-zumzar: 9)
ﻦ َ ﻦ ا ْﻟﺠَﺎ ِهﻠِﻴ ِﻋ َ ض ْ ﻋ ِﺮ ْ َوَأ Artyinya : “Serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh”
Tantowi Yahya, sang presenter dan MC kawakan yang kini menjadi duta baca mengatakan, “tidak membaca itu sama dengan tidak tahu. Tidak tahu itu sangat dekat dengan kebodohan. Dan kebodohan itu sangat dekat dengan kemiskinan”. Pesan itu sangat jelas bagi kita, bahwa belajar harus selalu dilakukan agar kita jauh dari kebodohan dan kemiskinan. Dan yang lebih penting lagi agar kita mengenal diri kita sendiri dan dapat lebih mendekatkan diri kepada sang pencipta. Karena kesuksesan yang kita raih nanti tak lain adalah anugrah dariNya.
57
Dalam kehidupan kita sekarang ini, kerap kali orang tua menjadikan prestasi akademis khususnya matematika, sebagi satu-satunya acuan dalam menentukan program belajar bagi anak-anak mereka, guna mendukung kesuksesan mereka. Namun sayangnya kesuksesan anak-anak kita dimasa depan tidak hanya dipengaruhi prestasi akademis mereka saja, tetapi pembentukan akhlak mereka juga ikut berperan. Bahkan menurut penulis sendiri jika pembentukan akhlak mereka bisa tumbuh dan berkembang dengan baik maka pendidikan
akademis
maupun
non
akademis
mereka
akan
membawa
kesuksesan.tetapi jika pendidikan akademis mereka saja yang berkembang tanpa di barengi dengan pembentukan akhlak yang baik maka belum tentu kesuksesan akan berpihak padanya. Dalam hal ini Matematika Akhlak yang merupakan program bimbingan pendidikan dan belajar matematika berdasarkan akhlak qurani akan membantu kita untuk dapat memahami akhlak dengan lebih baik melalui konsep matematika serta dapat mengerti konsep matematika sebagaiman tercantum dalam Al-Qur’an. Matematika Akhlak sebagai suatu pelajaran moral, etika atau akhlak mulia yang diajarkan melalui angka dan bilangan berdasarkan al qur’an.dapat dipelajari oleh siapa saja. Anak-anak kita pun dapat dengan mudah menerapkan matematika akhlak untuk mempermudah pelajaran matematika di sekolahnya. Proses belajar mengajar matematika akhlak dilakukan secara demokratis dan dialogis sehingga materi pelajaran dapat diajarkan secara intensif dengan pendekatan AQ.
58
Dengan matematika akhlak diharapkan anak-anak kita nanti dapat sukses baik akademik maupun akhlaknya. Sehingga kesuksesan tersebut dapat menjadikan ia hidup bahagia dunia maupun akhirat.