9
BAB II KAJIAN TEORI
2.1
Rasio Keuangan
2.1.1
Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan yang paling sering
digunakan. Rasio keuangan menghubungkan berbagai perkiraan yang terdapat pada laporan keuangan sehingga kondisi keuangan dan hasil operasi suatu perusahaan dapat diinterpretasikan. Menurut Simamora (2000: 822) “rasio merupakan pedoman yang berfaedah dalam mengevaluasi posisi dan operasi keuangan perusahaan dan mengadakan perbandingan dengan hasil-hasil dari tahun-tahun sebelumnya atau perusahaaan-perusahaan lain”. Rasio keuangan dapat digunakan untuk mengetahui apakah telah terjadi penyimpangan dalam melaksanakan aktivitas operasional perusahaan. Menurut Wild, Subramanyam, dan Halsey (2005: 36) “dari defenisi ini rasio dapat digunakan untuk mengetahui apakah terdapat penyimpangan-penyimpangan dengan cara membandingkan rasio keuangan dengan tahun-tahun sebelumnya.” Rasio keuangan menunjukkan hubungan sistematis dalam bentuk perbandingan
antara
perkiraan-perkiraan
laporan
keuangan.
Agar
hasil
perhitungan rasio keuangan dapat diinterpretasikan, perkiraan-perkiraan yang dibandingkan harus mengarah pada hubungan ekonomis yang penting. Contoh perbandingan yang tidak dapat diinterpretasikan adalah perbandingan antara beban perlengkapan dengan harga saham karena beban perlengkapan tidak ada
10
kaitannya dengan faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham perusahaan tersebut. Untuk dapat menginterpretasikan hasil perhitungan rasio keuangan, maka diperlukan adanya pembanding. Ada dua metode pembandingan rasio keuangan perusahaan menurut Syamsuddin (2000: 39) yaitu: − Cross-sectional approach Cross-sectional approach adalah suatu cara mengevaluasi dengan jalan membandingkan rasio-rasio antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya yang sejenis pada saat yang bersamaan. − Time series analysis Time series analysis dilakukan dengan jalan membandingkan rasio-rasio finansial perusahaan dari satu periode ke periode lainnya.
2.1.2
Pengertian Analisis Rasio Keuangan Analisis rasio keuangan merupakan bagian dari analisis keuangan. Analisis
rasio keuangan adalah analisis yang dilakukan dengan menghubungkan berbagai perkiraan yang terdapat pada laporan keuangan dalam bentuk rasio keuangan. Menurut Wild, Subramanyam, dan Halsey (2005: 36) “analisis rasio (ratio analysis) dapat mengungkapkan hubungan penting dan menjadi dasar perbandingan dalam menemukan kondisi dan tren yang sulit untuk dideteksi dengan mempelajari masing-masing komponen yang membentuk rasio”.
2.1.3 Kegunaan Analisis Rasio Keuangan Eko Bastian (2010) Rasio keuangan dapat digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan perusahaan dan kinerjanya. Dengan membandingkan rasio keuangan perusahaan dari tahun ke tahun dapat dipelajari komposisi perubahan dan dapat ditentukan apakah terdapat kenaikan atau penurunan kondisi dan
11
kinerja perusahaan selama waktu tersebut. Selain itu, dengan membandingkan rasio keuangan terhadap perusahaan lainnya yang sejenis atau terhadap rata-rata industri dapat membantu mengidentifikasi adanya penyimpangan. Analisis rasio keuangan pada umumnya digunakan oleh tiga kelompok utama pemakai laporan keuangan yaitu manajer perusahaan, analis kredit, dan analis saham. Kegunaan rasio keuangan bagi ketiga kelompok utama tersebut menurut Brigham dan Houston (2006: 119) adalah sebagai berikut: 1) 2)
3)
manajer, yang menerapkan rasio untuk membantu menganalisis, mengendalikan, dan kemudian meningkatkan operasi perusahaan, analis kredit, termasuk petugas pinjaman bank dan analis peringkat obligasi, yang menganalisis rasio-rasio untuk membantu memutuskan kemampuan perusahaan untuk membayar utangutangnya, dan analis saham, yang tertarik pada efisiensi, risiko, dan prospek pertumbuhan perusahaan.
2.1.4 Keunggulan dan Keterbatasan Analisis Ratio Keuangan Analisis rasio keuangan merupakan analisis yang paling sering dilakukan untuk menilai kondisi keuangan dan kinerja perusahaan dibandingkan alat analisis keuangan lainnya. Analisis rasio keuangan memiliki beberapa keunggulan sebagai alat analisis sebagaimana yang dikemukakan oleh Harahap (2006: 298). − Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan. − Rasio merupakan pengganti yang sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit. − Rasio mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain. − Rasio sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi (z-score). − Rasio menstandarisir size perusahaan.
12
− Dengan rasio lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau time series. − Dengan rasio lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang.
Sebagai alat analisis keuangan, analisis rasio keuangan juga memiliki keterbatasan atau kelemahan. Menurut Syahyunan (2004: 82-83) ada beberapa keterbatasan atau kelemahan analisis rasio keuangan. − Kesulitan dalam mengidentifikasi kategori industri dari perusahaan yang dianalisis apabila perusahaan tersebut bergerak di beberapa bidang usaha. − Perbedaan metode akuntansi akan menghasilkan perhitungan yang berbeda, misalnya perbedaan metode penyusutan atau metode penilaian persediaan. − Rasio keuangan disusun dari data akuntansi dan data tersebut dipengaruhi oleh cara penafsiran yang berbeda bahkan bisa merupakan hasil manipulasi. − Informasi rata-rata industri adalah data umum dan hanya merupakan hasil manipulasi. Keterbatasan utama dalam analisis rasio
keuangan adalah sulit
membandingkan hasil perhitungan rasio keuangan suatu perusahaan dengan ratarata industri. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Kieso, Weygandt, dan Warfield (2002: 495)
2.2
Return On Assets (ROA) Return On Assets merupakan salah satu ratio keuangan yang tergolong
dalam rasio profitabilitas. Menurut Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty (2008: 91) ROA di gunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan aktivanya untuk memperoleh laba. Ratio ini mengukur tingkat kembalian investasi
13
yang telah dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan seluruh dana (aktiva) yang dimilikinya. Return on assets menurut Syamsuddin (2000: 63) merupakan “pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan”. Dengan mengetahui ROA, kita dapat menilai apakah perusahaan telah efisien dalam menggunakan aktivanya dalam kegiatan operasi untuk menghasilkan keuntungan. Rumus untuk menghitung return on assets menurut Van Horne dan Wachowicz (2005: 224) Laba Bersih Setelah Pajak ROA = Total Aktiva Rumus lain yang dapat digunakan untuk menghitung ROA adalah dengan persamaan Du Pont. Dengan menggunakan persamaan Du Pont dapat dilihat lebih jelas bagaimana hubungan antara laba bersih dengan dengan total aktiva. Adapun persamaan Du Pont menurut Brigham dan Houston (2006: 114) ROA = Margin Laba x Perputaran Total Aktiva Laba Bersih =
Penjualan X
Penjualan
Total Aktiva
Setiap perusahaan menginginkan tingkat pengembalian yang tinggi atas aktivanya. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan tingkat pengembalian yang rendah menurut Brigham dan Houston (2006: 109) “merupakan akibat dari kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba yang rendah ditambah dan
14
biaya bunga yang tinggi yang dikarenakan oleh penggunaan utangnya yang di atas rata-rata di mana keduanya telah menyebabkan laba bersih relatif rendah”.
2.3
Aktiva
2.3.1
Pengertian Aktiva Berikut beberapa definisi aktiva menurut para ahli : Menurut S munawir (2002: 30) aktiva adalah sarana atau sumber daya
ekonomik yang diniliki oleh suatu kesatuan usaha atau perusahaan yang hargan perolehannya atau nilai wajarnya harus diukur secara objektif. Menurut Thompson learning yang diterjemahkan oleh skoussen dkk (2001: 131) aktiva adalah kemungkinan keuntungan ekonomi di masa depan yang diperoleh atau dikontrol oleh entitas tertentu sebagai hasil dari transaksi atau kejadian dimasa lalu. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2004: 16.2 ) “ Aktiva adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun“. Menurut Slamet dan Riyono (2008: 84) aktiva adalah manfaat ekonomik masa depan yang cukup pasti diperoleh atau dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu. Yang dimaksud dengan manfaat ekonomik masa depan adalah potensi aset tersebut untuk menghasilkan arus kas dan setara kas kepada perusahaan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
15
Bedasarkan pengertian dapat disimpulkan bahwa aktiva adalah sarana yang dimiliki oleh perusahaan yang harus dikelola dengan baik agar mendapat keuntungan dimasa depan.
2.3.2
Klasifikasi Aktiva Menurut Slamet dan Riyono (2008: 84), aktiva terdiri dari beberapa jenis,
yaitu : -
Aset Lancar, meliputi kas dan sumber daya ekonomik lainnya yang dapat dicairkan menjadi kas, dijual, atau habis dipakai dalam rentang waktu satu tahun, antara lain: kas, piutang, perlengkapan, persediaan dan lain-lain.
-
Investasi jangka panjang, adalah penanaman diluar perusahaan dalam jangka panjang dengan maksud untuk menguasai perusahaan lain, atau memperoleh pendapatan tetap atau memperoleh kenaikan nilai.
-
Aktiva tetap, adalah sumber-sumber ekonomik yang berwujud yang perolehannya sudah dalam kondisi siap untuk dipakai atau dengan membangun lebih dahulu. Aset tetap teridiri dari mesin, gedung, kendaraan dan peralatan kantor.
-
Aktiva takberwujud, mencerminkan hak-hak istimewa atau kondisi yang menguntungkan perusahaan dalam mencapai pendapatan. Hak paten dan googwill merupakan bagian dari aktiva takberwujud.
-
Aktiva lain-lain, adalah aset-aset yang tak dapat dikelompokkan ke dalam aset lancar, investasi jangka panjang, aset tetap, dan aset tak
16
berwujud. Termasuk dalam aset lain-lain adalah gedung yang masih dalam proses pembangunan dan aset pajak tangguhan.
2.4
Laba
2.4.1
Pengertian Laba Tujuan
utama
perusahaan
adalah
memaksimalkan
laba.
Wild,
Subramanyam, dan Halsey (2005: 25) mendefenisikan laba sebagai berikut: Laba (earnings) atau laba bersih (net income) mengindikasikan profitabilitas perusahaan. Laba mencerminkan pengembalian kepada pemegang ekuitas untuk periode bersangkutan, sementara pos-pos dalam laporan merinci bagaimana laba didapat. Laba merupakan perkiraan atas kenaikan (atau penurunan) ekuitas sebelum distribusi kepada dan kontribusi dari pemegang ekuitas. Laba menurut IAI dalam Chariri dan Ghozali (2003: 213) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi peranan modal. Sedangkan menurut Harahap (2005: 263) laba merupakan angka yang penting dalam laporan keuangan karena berbagai alasan antara lain: laba merupakan dasar dalam perhitungan pajak, pedoman dalam menentukan kebijakan investasi dan pengambilan keputusan, dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi perusahaan lainnya di masa yang akan datang, dasar dalam perhitungan dan penilaian efisiensi dalam menjalankan perusahaan, serta sebagai dasar dalam penilaian prestasi atau kinerja perusahaan. Belkaoui dalam Chariri dan Ghozali (2003: 214) menyebutkan bahwa laba memiliki beberapa karakteristik antara lain sebagai berikut:
1) Laba didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi
17
2) Laba didasarkan pada postulat periodisasi, artinya merupakan prestasi perusahaan pada periode tertentu, 3) Laba didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan pemahaman khusus tentang definisi, pengukuran dan pengakuan pendapatan 4) Laba memerlukan pengukuran tentang biaya dalam bentuk biaya historis yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan pendapatan tertentu 5) Laba didasarkan pada prinsip penandingan (matching) antara pendapatan dan biaya yang relevan dan berkaitan dengan pendapatan tersebut.
Definisi laba atau profit dalam akuntansi konvensional oleh para akuntan merupakan kelebihan pendapatan (surplus) dari kegiatan usaha yang dihasilkan dengan mengaitkan (matching) antara pendapatan (revenue) dengan beban terkait dalam suatu periode yang bersangkutan (biasanya dalam waktu tahunan). Selanjutnya laba ditentukan setelah proses tersebut terjadi. Proses pengkaitan (matching) menyebabkan timbulnya kewajiban untuk mengalokasikan beban yang belum teralokasikan ke dalam neraca. Beban-beban yang belum teralokasikan (aset non moneter) bersama-sama dengan aset moneter (misal kas, persediaan, dan piutang) setelah dikurangkan dengan kewajiban yang timbul menghasilkan nilai sisa yang disebut accounting capital atau residual equity. Laba akuntansi berhubungan dengan pengukuran modal dan dalam kenyataannya digunakan sebagai analisa terhadap perubahan modal secara temporer.
Laba terdiri dari empat elemen utama yaitu pendapatan, beban, keuntungan, dan kerugian. Defenisi dari elemen-elemen laba tersebut telah dikemukakan oleh Financial Accounting Standard Board dalam Stice, dan Skousen (2004: 230). a. Pendapatan (revenue) adalah arus masuk atau peningkatan lain dari aktiva suatu entitas atau pelunasan kewajibannya (atau kombinasi dari
18
keduanya) dari penyerahan atau produksi suatu barang, pemberian jasa, atau aktivitas lain yang merupakan usaha terbesar atau usaha utama yang sedang dilakukan entitas tersebut. b. Beban (expense) adalah arus keluar atau penggunaan lain dari aktiva atau timbulnya kewajiban (atau kombinasi keduanya) dari penyerahan atau produksi suatu barang, pemberian jasa, atau pelaksanaan aktivitas lain yang merupakan usaha terbesar atau usaha utama yang sedang dilakukan entitas tersebut. c. Keuntungan (gain) adalah peningkatan dalam ekuitas (aktiva bersih) dari transaksi sampingan atau transaksi yang terjadi sesekali dari suatu entitas dan dari semua transaksi, kejadian, dan kondisi lainnya yang mempengaruhi entitas tersebut, kecuali yang berasal dari pendapatan atau investasi pemilik. d. Kerugian (loss) adalah penurunan dalam ekuitas (aktiva bersih) dari transaksi sampingan atau transaksi yang terjadi sesekali dari suatu entitas dan dari semua transaksi, kejadian, dan kondisi lainnya yang mempengaruhi entitas tersebut, kecuali yang berasal dari pendapatan atau investasi pemilik. Informasi tentang komponen-komponen laba merupakan hal yang penting karena kita dapat mengetahui dari mana perusahaan memperoleh labanya. Informasi tentang komponen-komponen laba akan membantu pemakai laporan keuangan untuk memprediksi laba dan arus kas di masa depan.
2.4.2
Pengertian Perubahan Laba Setiap perusahaan berusaha untuk memperoleh laba yang maksimal. Laba
yang diperoleh perusahaan akan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Perusahaan pasti menginginkan adanya peningkatan laba yang diperoleh dalam setiap tahunnya. Peningkatan dan penurunan laba dapat dilihat dari perubahan laba. Perubahan laba adalah peningkatan dan penurunan laba yang diperoleh perusahaan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Adapun perubahan laba yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perubahan laba bersih. Perubahan laba yang digunakan dalam penelitian ini adalah perubahan laba relatif.
19
Menurut Machfoedz dalam (Bastian Eko, 2010) “perubahan laba relatif lebih representatif dibandingkan dengan perubahan laba absolut karena perubahan laba relatif akan mengurangi pengaruh ukuran perusahaan”. Perubahan laba biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase. Laba Bersih Tahun t – Laba Bersih Tahun t - 1 Perubahan Laba =
X 100% Laba Bersih Tahun t - 1
Perubahan laba dapat digunakan untuk menilai bagaimana kinerja suatu perusahaan. Menurut Stice, Stice, dan Skousen (2004: 225-226) “Riset mendukung pernyataan FASB bahwa indikator terbaik atas kinerja adalah laba. Jadi, memahami laba, apa yang diukur oleh laba dan komponen-komponennya adalah penting untuk dapat memahami dan menginterpretasikan keadaan keuangan suatu perusahaan”. Pada umumnya kinerja manajer perusahaan diukur dan dievaluasi berdasarkan laba yang diperoleh. Oleh karena itu, banyak manajer yang melakukan manajemen laba agar kinerja mereka terlihat baik. Tindakan manajemen tersebut dapat merugikan pemegang saham. Pemegang saham mengharapkan kinerja perusahaan mengalami peningkatan yang ditandai dengan peningkatan laba karena peningkatan laba akan meningkatkan pengembalian kepada pemegang saham. Dengan demikian, mengetahui perubahan laba yang diperoleh perusahaan sangat penting bagi pemakai laporan keuangan karena dengan mengetahui perubahan laba, mereka dapat menentukan apakah terdapat peningkatan atau penurunan kinerja keuangan suatu perusahaan. Perubahan laba dipengaruhi oleh
20
perubahan komponen-komponen dalam laporan keuangan. Perubahan laba yang disebabkan oleh perubahan komponen laporan keuangan misalnya perubahan penjualan, perubahan harga pokok penjualan, perubahan beban operasi, perubahan beban bunga, perubahan pajak penghasilan, adanya perubahan dalam pos-pos luar biasa, dan lain-lain. Perubahan laba dapat juga disebabkan oleh faktor-faktor luar seperti adanya peningkatan harga akibat inflasi dan adanya kebebasan manajerial (manajerial discreation) yang memungkinkan manajer memilih metode akuntansi dan membuat estimasi yang dapat meningkatkan laba.
2.4.3
Analisis Pertumbuhan Laba Menurut Angkoso (2006) dalam (Melinda Evi, 2010) ada dua macam
analisis untuk menentukan pertumbuhan laba yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal, tetapi dalam penelitian ini analisis yang digunakan adalah analisis fundamental. a.
Analisis Fundamental Analisis fundamental merupakan analisis yang berhubungan dengan kondisi keuangan perusahaan. Dengan analisis fundamental diharapkan calon investor akan mengetahui bagaimana operasional dari perusahaan yang nantinya menjadi milik investor, apakah sehat atau tidak, apakah menguntungkan atau tidak dan sebagainya. Hal ini penting karena nantinya akan berhubungan dengan hasil yang akan diperoleh dari investasi dan risiko yang harus ditanggung.
21
Analisis fundamental merupakan analisis historis atas kekuatan keuangan dari suatu perusahaan yang sering disebut dengan company analysis. Data yang digunakan adalah data historis, artinya data yang telah terjadi dan mencerminkan keadaan keuangan yang sebenarnya pada saat dianalisis. Dalam company analysis para analis akan menganalisis laporan keuangan perusahaan, salah satunya dengan rasio keuangan. Para analis fundamental mencoba memprediksikan pertumbuhan laba di masa yang akan datang dengan mengestimasi faktor fundamental yang mempengaruhi pertumbuhan laba yang akan datang, yaitu kondisi ekonomi dan kondisi keuangan yang tercermin melalui kinerja perusahaan. b.
Analisis Teknikal Analisis teknikal sering dipakai oleh investor, dan biasanya data atau catatan pasar yang digunakan berupa grafik. Analisis ini berupaya untuk memprediksi pertumbuhan laba di masa yang akan datang dengan mengamati perubahan laba di masa lalu. Teknik ini mengabaikan hal-hal yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan.
2.4.4
Laporan Laba Rugi Laba yang diperoleh perusahaan selam periode waktu tertentu dinyatakan
dalam laporan laba rugi. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007) “laporan laba rugi merupakan laporan utama untuk melaporkan kinerja dari suatu perusahaan selama suatu periode tertentu”. Defenisi laporan laba rugi menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2002: 150).
22
Laporan laba rugi (income statement) yang juga sering disebut statement of income atau statement of earnings, adalah laporan yang mengukur keberhasilan operasi perusahaan selama periode waktu tertentu. Komunitas bisnis dan investasi menggunakan laporan ini untuk menentukan profitabilitas, nilai investasi, dan kelayakan kredit atau kemampuan perusahaan melunasi kredit. Ada berbagai pos yang harus disajikan dalam laporan laba rugi. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007) laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos “pendapatan, laba rugi usaha, beban pinjaman, bagian dari laba atau rugi perusahaan afiliasi dan asosiasi yang diperlukan menggunakan metode ekuitas, beban pajak, laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan, pos luar biasa, hak minoritas, dan laba atau rugi bersih untuk periode berjalan”. Laporan laba rugi memberikan informasi mengenai kinerja perusahaan kepada para pemakai laporan keuangan. Adapun kegunaan laporan keuangan bagi investor dan kreditor menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2002: 152) adalah “mengevaluasi kinerja masa lalu perusahaan, memberikan dasar untuk memprediksi kinerja masa depan, dan membantu menilai risiko atau ketidakpastian mencapai arus kas masa depan”.
2.4.5
Jenis – Jenis Laba
a. Laba Kotor Menurut Wild, Subramanyam, dan Halsey (2005: 120) laba kotor merupakan “pendapatan dikurangi harga pokok penjualan”. Apabila hasil penjualan barang daan jasa tidak dapat menutupi beban yang langsung terkait dengan barang dan jasa tersebut atau harga pokok penjualan, maka akan sulit bagi perusahaan tersebut untuk bertahan.
23
b. Laba Operasi Menurut Stice, dan Skousen (2004: 243) “laba operasi mengukur kinerja operasi bisnis fundamental yang dilakukan oleh sebuah perusahaan dan didapat dari laba kotor dikurangi beban operasi”. Laba operasi menunjukkan seberapa efisien dan efektif perusahaan melakukan aktivitas operasinya. c. Laba Sebelum Pajak Laba sebelum pajak menurut Wild, Subramanyam, dan Halsey (2005 : 25) merupakan “laba dari operasi berjalan sebelum cadangan untuk pajak penghasilan”. d. Laba dari Operasi Berjalan Laba dari operasi berjalan menurut Wild, Subramanyam, dan Halsey (2005 : 25) merupakan “laba dari bisnis perusahaan yang sedang berjalan setelah bunga dan pajak”. e. Laba Bersih Laba atau rugi bersih menurut Stice, dan Skousen (2004: 258) adalah “laba atau rugi operasi berkelanjutan dikombinasikan dengan hasil operasi yang dihentikan, pos luar biasa, dan pengaruh kumulatif dari perubahan prinsip akuntansi, memberi pemakai laporan ikhtisar pengukuran kinerja perusahaan untuk periode berjalan”
24
2.5
Pengaruh Return On Assets Terhadap Perubahan Laba Meythi (2005) Hubungan antara ROA dengan pertumbuhan laba adalah
positif yang berarti bahwa setiap kenaikan variabel ROA dapat menaikkan pertumbuhan laba. Menurut Suad Husnan (1998: 340) dalam (Sunarwan, 2007) Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik, karena return semakin besar. Apabila ROA meningkat, berarti profitabilitas perusahaan meningkat, sehingga dampak akhirnya adalah peningkatan profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang saham. Menurut Agus Endro Suwarno (2004) dalam (Meythi, 2005) Pengaruh Return On Assets terhadap pertumbuhan laba bersih perusahaan adalah semakin tinggi nilai rasio ini maka semakin tinggi pula tingkat laba yang dihasilkan karena penambahan aktiva dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan yang akhirnya dapat menghasilkan laba.
2.6
Tinjauan Penelitian Terdahulu 1. Penelitian Meythi (2005) Judul Penelitian adalah “Rasio Keuangan Yang Paling Baik untuk Memprediksi Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Basic and Chemical Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta Periode 20002003”. Meythi menganalisis dengan rasio keuangan yaitu, Current Ratio (CR), Gross Profit Margin (GPM), Operating Profit Margin (OPM), Net Income Sales (NIS), Return On Assets (ROA), Inventory Turnover (ITO), Total Assets Turnover (TATO), Sales to Current Liabilities (SCL) dengan menggunakan analisis linier berganda. Hasilnya Return On Assets (ROA)
25
yang paling baik dalam memprediksi pertumbuhan laba Perusahaan Manufaktur Sektor Basic and Chemical Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta Periode 2000-2003. 2. Penelitian Sunarwan (2007) Judul
Penelitian
adalah
“Analisis
Faktor-Faktor
Yang
Mempengaruhi Perubahan Laba Pada Masa Satu dan Dua Tahun Mendatang Pada Bank Umum Di Indonesia Periode 2001-2005. Sunarwan menggunakan 6 rasio, yaitu Capital Adequacy Ratio, Return On Assets, Loan to Deposit Ratio, Non Performing Loan, BOPO, dan Giro Wajib Minimum. Hasilnya hanya ROA yang berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba pada satu tahun mendatang, sedangkan untuk dua tahun mendatang hanya CAR dan ROA yang berpengaruh signifikan. 3. Penelitian Eka Khairunnisa (2009) Judul Penelitian adalah “Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Perubahan Laba Pada Perusahaaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”. Eka menggunakan 15 rasio, yaitu CR, CATA, TDTCA, DER CGSI, CGSNS, NSQA, PBTSE, WCNS, WCTA, GPNS, INS, OPPBT, IWC, ROA. Hasilnya secara simultan rasio keuangan tersebut berpengaruh terhadap perubahan laba, sedangkan secara parsial hanya rasio keuangan Current Ratio, Total Debt to Total Capital Assets Ratio, Debt to Equity Ratio, Profit Before Taxes to Shareholders. Equity, Working Capital to Net Sales, Working Capital to Total Assets, Gross
26
Profit to Net Sales, Inventories to Working Capital dan Return On Assets yang berpengaruh terhadap perubahan laba. Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu Nama
Judul
Meythi (2005)
Rasio Keuangan Yang Paling Baik untuk Memprediksi Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Basic and Chemical Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta
Sunarwan (2007)
Analisis FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Laba Pada Masa Satu dan Dua Tahun Mendatang
Eka Khairunnisa (2009)
Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Perubahan Laba Pada Perusahaaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Variabel yang Digunakan Current Ratio (CR), Gross Profit Margin (GPM), Operating Profit Margin (OPM), Net Income Sales (NIS), Return On Assets (ROA), Inventory Turnover (ITO), Total Assets Turnover (TATO), Sales to Current Liabilities (SCL) CAR, ROA, LDR, NPL, BOPO, dan GWM
Metode Analisis Analisis Regresi Linier Berganda
Hasil Penelitian Return On Assets (ROA) yang paling baik dalam memprediksi pertumbuhan laba Perusahaan Manufaktur Sektor Basic and Chemical Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta
Analisis Regresi Linier Berganda
Current Ratio (CR), Quick Assets to Total Assets Ratio (QATA), Total Debt to Total Capital Assets Ratio (TDTCA),
Analisis Regresi Linier Berganda
ROA berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba pada masa satu dan dua tahun mendatang Secara simultan rasio keuangan berpengaruh terhadap perubahan laba, baik pada masa satu tahun yang
27
Indonesia
Debt to Equity Ratio (DER) Cost of Good Sold to Inventories (CGSI), Cost of Good Sold to Net Sales(CGSNS), Net Sales to Quick Assets (NSQA), Profit Before Taxes to Shareholders . Equity (PBTSE), Working Capital to Net Sales (WCNS, Working Capital to Total Assets (WCTA), Gross Profit to Net Sales (GPNS), Inventories to Net Sales (INS), Operating Profit to Profit Before Taxes (OPPBT), 14. Inventories to Working Capital (IWC), Return On Assets (ROA)
Sumber : Data diolah peneliti, 2012
akan datang maupun pada masa dua tahun yang akan datang. Secara parsial hanya rasio keuangan Current Ratio, Total Debt to Total Capital Assets Ratio, Debt to Equity Ratio, Profit Before Taxes to Shareholders . Equity, Working Capital to Net Sales, Working Capital to Total Assets, Gross Profit to Net Sales, Inventories to Working Capital dan Return On Assets yang berpengaruh terhadap perubahan laba.
28
2.7
Kerangka Konseptual Kinerja suatu perusahaan merupakan hasil dari suatu proses dengan
mengorbankan berbagai sumber daya. Salah satu parameter kinerja tersebut adalah laba. Laba bagi perusahaan sangat diperlukan karena untuk kelangsungan hidup perusahaan. Untuk memperoleh laba, perusahaan harus melakukan kegiatan operasional. Kegiatan operasional ini dapat terlaksana jika perusahaan mempunyai sumber daya. Sumber daya perusahaan tercantum di dalam neraca, dan hubungan antara unsur-unsur yang membentuk neraca dapat ditunjukkan oleh rasio keuangan. Rasio keuangan adalah perbandingan antara dua elemen laporan keuangan yang menunjukkan suatu indikator kesehatan keuangan pada waktu tertentu (Meriewaty dan Yuli, 2005). Tujuan
utama
perusahaan
adalah
memaksimalkan
laba.
Wild,
Subramanyam, dan Halsey (2005: 25) mendefenisikan laba sebagai berikut: Laba (earnings) atau laba bersih (net income) mengindikasikan profitabilitas perusahaan. Laba mencerminkan pengembalian kepada pemegang ekuitas untuk periode bersangkutan, sementara pos-pos dalam laporan merinci bagaimana laba didapat. Laba merupakan perkiraan atas kenaikan (atau penurunan) ekuitas sebelum distribusi kepada dan kontribusi dari pemegang ekuitas. Menurut Stice dan Skousen (2004: 225-226) Perubahan laba dipengaruhi oleh perubahan komponen-komponen dalam laporan keuangan. Perubahan laba yang disebabkan oleh perubahan komponen laporan keuangan misalnya perubahan penjualan, perubahan harga pokok penjualan, perubahan beban operasi, perubahan beban bunga, perubahan pajak penghasilan, adanya perubahan dalam pos-pos luar biasa, dan lain-lain.
29
Pertumbuhan laba perusahaan yang baik mencerminkan bahwa kinerja perusahaan juga baik. Karena laba merupakan ukuran kinerja dari suatu perusahaan, maka semakin tinggi laba yang dicapai perusahaan, mengindikasikan semakin baik kinerja perusahaan. Dengan demikian apabila rasio keuangan perusahaan baik, maka pertumbuhan laba perusahaan juga baik (Meriewaty dan Yuli, 2005). Dalam penelitian Meythi (2005) Semua rasio keuangan cukup beralasan dalam memprediksi pertumbuhan laba dan Return On Asset yang paling baik dalam memprediksi pertumbuhan laba perusahaan. Return on assets menurut Syamsuddin (2000: 63) merupakan “pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan”. Menurut Agus Endro Suwarno (2004) dalam (Meythi, 2005) Pengaruh Return On Assets terhadap pertumbuhan laba bersih perusahaan adalah semakin tinggi nilai rasio ini maka semakin tinggi pula tingkat laba yang dihasilkan karena penambahan aktiva dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan yang akhirnya dapat menghasilkan laba. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah Return On Assets (ROA), Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perubahan laba. Semakin tinggi ROA, semakin tinggi laba yang diperoleh perusahaan dari aktiva yang dimilikinya akan berpengaruh terhadap perubahan laba. Dengan demikian, Return On Assets (ROA) berpengaruh terhadap perubahan laba.
30
Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan teoritis, dan tinjauan penelitian terdahulu, maka dirumuskan kerangka konseptual penelitian pada gambar 2.1: Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Permasalahan Penelitian Berdasarkan fenomena dan kajian teori secara singkat permasalahan penelitian ini adalah: Apakah Return On Assets berpengaruh Terhadap Perubahan Laba
Dasar Teori : - Rasio Keuangan : Simamora (2000) - Kegunaan Rasio Keuangan : Wild dkk (2005) - Return On Assets : Syamsudin (2000) - Laba : Stice dan Skousen (2004), Wild dkk (2005) - Pengaruh Return On Asstes Terhadap Perubahan Laba : Suad Hasnan (1998), Agus Endro Suwarno (2004)
Penelitian Terdahulu : - Meythi (2005) - Sunarwan (2007) - Eka Khairunnisa (2009)
Laporan Keuangan Perusahaan Food and Beverage Yang Terdaftar Di BEI
Rasio Keuangan: Laba Bersih ROA = Total Aktiva
Perubahan Laba Sumber : Data diolah Peneliti, 2012
31
2.8
Hipotesis Penelitian Menurut Sugiyono (2007: 51) hipotesis dikembangkan dari telaah teoritis
sebagai jawaban sementara dari masalah atau pernyataan penelitian yang memerlukan ujian secara empiris. Hipotesis merupakan jawaban sementara dari penelitian yang akan dilakukan. Hipotesis dalam penelitian ini adalah Return On Assets (ROA) berpengaruh terhadap perubahan laba pada perusahaan food dan beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2011.