perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1.
Olahraga Pencak Silat Pencak Silat adalah seni beladiri dan sebagai salah satu alat untuk memperbaiki
serta mempertahankan kebudayaan. Pencak Silat merupakan salah satu hasil budaya masyarakat Indonesia yang tumbuh dan berkembang dengan pesat dari jaman ke jaman. Ditinjau dari falsafah dan nilai-nilainya, pencak silat merupakan cermin dari ideologi Pancasila. Pencak di definisikan sebagai gerak dasar beladiri yang terikat pada aturan dan digunakan dalam belajar, latihan dan pertunjukan. Silat dapat diartikan sebagai gerak beladiri yang sempurna yang bersumber pada kerohanian yang suci murni guna keselamatan diri atau kesejahteraan bersama, serta untuk menghindarkan manusia dari bencana/bahaya. Peranan pencak silat adalah
sebagai sarana dan prasarana untuk
membentuk manusia seutuhnya yang sehat, kuat, tangkas, terampil, sabar, ksatria, dan percaya diri. Pada awalnya Pencak Silat hanya sebagai alat untuk membela diri dari serangan dan berbagai ancaman. Seiring perkembangan jaman kini Pencak Silat tidak hanya sebagai alat untuk membela diri namun Pencak Silat digunakan sebagai sarana olahraga dan sarana untuk mencurahkan kecintaan pada aspek keindahan (estetika), dan alat pendidikan mental serta rohani ( Agung Nugroho, 2004: 15) Menurut PB. IPSI (2012: 1) Pencak silat mempunyai 4 aspek yang mencakup nilai-nilai luhur sebagai suatu kesatuan yang tak terpisahkan, aspek tersebut meliputi : a. Aspek Mental Spiritual -
Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
-
Tenggang rasa, percaya diri dan disiplin.
-
Cinta bangsa dan tanah air.
-
Solidaritas sosial, jujur, membela kebenaran dan keadilan.
b. Aspek Beladiri -
Berani dalam membela kebenaran dan keadilan.
-
Tahan uji dan tabah.
-
Tangguh dan ulet.
-
Tanggap, peka, dan cermat. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
c.
digilib.uns.ac.id 10
Aspek Seni - Mengembangkan pencak silat sebagai budaya bangsa Indonesia yang mencerminkan nilai-nilai luhur. - Mengembangkan pencak silat yang diarahkan pada penerapan nilai-nilai kepribadian bangsa. - Mencegah penonjolan secara sempit nilai-nilai pencak silat yang bersifat kedaerahan. - Menanggulangi pengaruh kebudayaan asing yang negatif.
d.
Aspek olahraga - Berlatih dan melaksanakan olahraga pencak silat sebagi bagian dari kehidupan sehari-hari. - Meningkatkan prestasi. - Menjunjung tinggi solidaritas. - Pantang menyerah Dalam keseluruhan aspeknya, pencak silat dapat diartikan sebagai sistem sikap
dan gerak terencana, terorganisir, terarah, terkoordinasi, dan terkendali yang bermoral dan beretika, yakni memiliki ukuran tentang baik dan buruk yang dapat digunakan untuk pembelaan diri serta kegiatan seni olahraga (Iskandar, 1992: 22). Pencak silat merupakan salah satu unsur budaya peninggalan nenek moyang bangsa Indonesia yang saat ini sudah berkembang sampai ke manca negara. Pencak silat adalah suatu cabang olahraga kebanggaan bangsa dan rakyat Indonesia yang lahir dan berkembang di bumi pertiwi untuk mempertahankan eksistensi bangsa dan mencapai keselarasan hidup, serta meningkatkan iman dan taqwa kepada tuhan Yang Maha Esa. Pada pesta-pesta olahraga baik tingkat regional, nasional, maupun internasional, pencak silat sudah sejajar kedudukannya dengan cabang olahraga lainnya. Hal ini telah terbukti dengan dibentuknya Persekutuan Pencak Silat Antar Bangsa (PERSILAT) pada tanggal 1 Maret 1980. Dengan demikian pencak silat bukan saja milik bangsa Indonesia tetapi juga milik bangsa-bangsa lain di Dunia. Para pendekar, dan perguruan secara aktif mengupayakan untuk membentuk pencak silat sebagai olahraga. Mereka berjuang keras untuk meyakinkan bahwa pencak silat perlu dikembangkan sebagi olahraga agar tidak musnah dimasyarakat. Alasannya, bahwa dengan berakhir masa peperangan, pencak silat sudah kehilangan peran sebagai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
sarana bela diri. Dalam upaya mencari peran baru, yang lebih sesuai dengan perkembangan zaman, pencak silat sebaiknya dicoba untuk dipertandingkan. Uji coba pertandingan pencak silat pertama diadakan antara pendekar-pendekar di Stadion Kalisari, Semarang tahun 1957. Pertandingan ini menggembirakan, karena berjalan dengan lancar, tanpa ada kecelakaan. Namun, uji coba di tempat lainnya tidak begitu berhasil, karena peraturan masih sangat longgar dan kontak antara pesilat tidak dibatasi. Akibatnya banyak terjadi cedera, bahkan sampai mengakibatkan kematian. Selanjutnya, pencak silat hanya dijadikan acara demonstrasi di Pekan Olahraga Nasional I (PON I) tahun 1948 sampai PON ke-VII tahun 1969. Pencak silat untuk pertama kali tampil sebagai cabang olahraga prestasi dan dipertandingkan secara resmi yaitu pada PON VIII tahun 1973 di Jakarta. Sejak saat itu dapat dikatakan Pencak Silat Tanding mengalami perkembangan pesat, baik teknik-teknik yang terus diperhalus agar lebih efektif dan efisien dan tidak bersifat mencelakai, maupun dalam bidang pembinaan dan pelatihannya. Pembinaan dan pelatihan Pencak Silat semakin disesuaikan dengan ilmu dan prinsip-prinsip olahraga, yang secara umum menitikberatkan kepada kemampuan maksimal tubuh. Kemampuan tersebut dibedakan menjadi beberapa spesifikasi, yaitu : strength (kekuatan), endurance (daya tahan), speed (kecepatan), flexibility (kelentukan), agility (kelicahan), fitness (kesegaran jasmani) dan reaction (reaksi) (Kosasih, 1993:21). Dimasa sekarang, perkembangan sistem pertandingn pencak silat terbagi dalam empat kategori yaitu: (1) kategori TGR (tunggal, ganda dan regu) dan (2) kategori tanding. Pencak silat kategori tunggal adalah pertandingan yang menampilkan seorang pesilat memperagakan kemahiranya dalam jurus tunggal baku secara benar, tepat, mantap dan penuh penjiwaan dengan tangan kosong dan bersenjata (PB IPSI, 2012: 1). Pencak silat kategori ganda adalah pertandingan yang menampilkan dua orang pesilat dari kubu yang sama memperagakan kemahiran dan kekayaan teknik jurus serang bela pencak silat yang dimiliki, gerakan serang bela ditampilkan secara terencana, efektif, estetis, mantap dan logis dalam sejumlah rangkaian seri yang teratur, baik bertenaga dan cepat maupun dalam gerakan lambat penuh penjiwaan dengan tangan kosong dan dilanjutkan dengan bersenjata (PB IPSI, 2012: 2). Pencak silat kategori regu adalah pertandingan pencak silat yang menampilkan tiga orang pesilat dari kubu yang sama memperagakan kemahiran dalam jurus regu baku secara benar, tepat, mantap, penuh penjiwaan dan kompak, dengan tangan kosong IPSI, 2012: 2). commit (PB to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
Pencak silat kategori tanding adalah pertandingan yang menampilkan dua orang pesilat dari kubu yang berbeda dan saling berhadapan menggunakan unsur pembelaan dan serangan yaitu menangkis, mengelak, menyerang pada sasaran dan menjatuhkan lawan. (PB IPSI, 2012: 1). Untuk dapat melakukan teknik belaan dan serangan, seorang pesilat harus menguasai teknik-teknik dalam pencak silat dengan baik dan benar. Untuk itu, diperlukan penguasaan teknik dalam pencak silat melalui proses latihan yang relatif lama dan dilakukan secara teratur, terprogram dan terukur. Pencak silat kategori tanding merupakan olah raga yang full body contact, kemungkinan terjadinya cedera relatif besar, untuk itu diperlukan kondisi fisik yang baik yang mampu menunjang penampilan pesilat di dalam gelanggang. Komponen fisik yang diperlukan dalam pencak silat diantaranya adalah kekuatan, kecepatan, power, fleksibilitas, kelincahaan dan koordinasi. Selain itu, aspek psikis berupa penguasaan emosi, motivasi dan intelegensi serta unsur lain yang berkaitan dengan kejiwaan diperlukan agar lebih mendukung untuk menjadi pesilat yang baik. a.
Teknik Dasar Pencak Silat Teknik adalah suatu proses gerakan dan pembuktian dalam praktek dengan
sebaik mungkin untuk menyelesaikan tugas yang pasti dalam cabang olahraga (Suharno, 1993) Selain itu, teknik merupakan cara paling efesien dan sederhana untuk memecahkan kewajiban fisik atau masalah yang dihadapi dalam pertandingan yang dibenarkan oleh peraturan. Menurut Suharno HP (1993: 43) mengemukakan bahwa ”teknik dasar ialah suatu teknik dimana proses gerak dalam melakukannya merupakan fundamen, gerakan itu dengan kondisi sederhana dan mudah”. Sedangkan menurut Sudjarwo (1993: 43) mengemukakan bahwa ”teknik dasar ialah penguasaan teknik tingkat awal yang terdiri dari gerakan dari proses gerak,bersifat sederhana dan mudah dilakukan”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa, teknik dasar permainan pencak silat merupakan bentuk tenik dasar yang masih sederhana dari pelaksanaan permainan yang sebenarnya. Gerak dasar pencak silat adalah suatu gerak terencana, terarah, terkoordinasi dan terkendali, yang mempunyai empat aspek sebagai satu kesatuan, yaitu aspek mental spiritual, aspek beladiri, aspek olahraga, dan aspek seni budaya. Dari jenis gerakannya gerak dasar dalam olahraga pencak silat termasuk dalam gerak manipulatif, menurut commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
Anita J. harrow (1977) gerakan manipulatif, yaitu gerakan yang menggunakan anggotaanggota badan yang terkoordinasi dan dikombinasikan dengan modalitas visual dan modalitas peraba. Dengan demikian, pencak silat merupakan cabang olahraga yang cukup lengkap untuk dipelajari karena memiliki empat aspek yang merupakan satu kesatuan utuh dan tidak dapat dipisah-pisahkan (Lubis, 2004 : 7). Teknik dasar dalam cabang olahraga pencak silat, meliputi : (1) Kuda-kuda, (2) Sikap pasang, (3) Pola langkah, (4) Belaan, (5) Serangan, (6) Hindaran, (7) Tangkapan, (8) Tangkisan Unsur teknik yang dibutuhkan oleh pesilat kategori tanding diantaranya adalah: teknik serangan (lengan dan kaki), dan teknik belaan (lengan, kaki, dan jatuhan). Menurut Muharnanto (1993: 89), teknik yang perlu dikembangkan dalam pencak silat meliputi: (1) teknik serangan, (2) teknik jatuhan, (3) teknik kuncian, (4) teknik belaan, (5) sikap pasang dan kembangan. Berdasarkan pendapat dari beberapa pakar pencak silat diatas, maka unsur unsur teknik pencak silat meliputi: (1) teknik pukulan, (2) teknik tendangan, (3) teknik jatuhan, (4) teknik kuncian. Hal ini sesuai dengan teknik dan taktik olahraga pencak silat antar bangsa oleh PB IPSI (1989: 4-5) yang menyatakan: 1.
Serangan dengan tangan atau pukulan dapat dilakukan dengan cara tangan mengepal, setengah mengepal, atau terbuka serta dengan siku.
2.
Serangan dengan tungkai/kaki dapat dilakukan menurut bentuk dan sikap kaki seperti: tendangan depan, tendangan samping, tendangan busur/ sabit, tendangan belakang, dan lututan.
3.
Teknik menjatuhkan dengan menggunakan kaki; menyapu tegak, menyapu rebah, mangait, mengungkit, dan menggunting.
4.
Teknik mengunci. Dalam pertandingan pencak silat tidak semua teknik dapat digunakan dan
dimainkan, penggunaan teknik pencak silat disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku dan kategori yang dipertandingkan. Sebagai contoh teknik kuncian dalam pertandingan olahraga pencak silat tidak digunakan, dan hanya boleh digunakan pada aspek seni beladiri atau pertandingan pencak silat kategori ganda (Penjelasan Peraturan Pertandingan Pencak Silat Antara Bangsa, 1999: 20)
Unsur-unsur teknik sangat menentukan dalam melakukan serang bela pada pertandingan pencak silat, karena teknik yang efektif dan efisien akan menghasilkan commit to user nilai prestasi teknik yang banyak. Dalam melakukan belaan maupun serangan pada
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
sasaran dapat dilakukan dengan beberapa macam cara. Menurut Januarno (1989: 70) sasaran yang sah tersebut dapat dilakukan dengan ketentuan unsur-unsur teknik meliputi: 1) serangan dengan tangan atau lengan 2) serangan dengan kaki atau tungkai 3) teknik pembelaan 4) teknik menjatuhkan 5) teknik mengunci Pada dasarnya, teknik dasar pencak silat dalam pelaksanaannya terbagi atas 2 unsur yaitu : belaan dan serangan. Dalam pencak silat, serangan merupakan bagian intregal dari belaan atau pertahanan, sehingga serangan dapat disebut sebagai belaan atau pertahanan aktif. Peraturan pertandingan mengatur tentang serangan beruntun yang diperkenankan yaitu yang pelaksanaannya dilakukan dengan teratur dan berangkai dengan berbagai cara, dalam arti tidak sejenis. Berikut ini adalah teknik-teknik pencak silat yang digunakan dan mendapatkan nilai dalam pertandingan pencak silat kategori tanding : 1) Pukulan Dalam Pencak Silat Teknik serangan dapat dilakukan dengan tangan/lengan biasa disebut "pukulan", dapat dilakukan dengan berbagai kuda-kuda dan bentuk tangan seperti mengepal, setengah mengepal atau terbuka, serta dengan siku memperhatikan lintasan serangan yang benar dan bertenaga. Serangan tangan/pukulan adalah semua jenis teknik menyerang yang dilakukan dengan menggunakan tangan dalam posisi terkepal. Teknik pukulan ada beberapa macam, yaitu : pukulan depan, pukulan samping, pukulan sangkol, dan pukulan lingkar.
(Sikap awal)
( Gerak pukulan)
(Perkenaan)
Gambar 2. 1. Rangkaian Gerak Pukulan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
Teknik pukulan sering digunakan sebagai teknik pembuka dalam melakukan serangan, tujuannya adalah sebagai sarana untuk mendapatkan jarak serang atau sekedar untuk mengganggu konsentrasi lawan. Teknik pukulan sebagai pendukung taktik dilakukan di awal serangan dengan maksud agar dalam proses serang bela susulan yang akan dilakukan tidak mudah di antisipasi lawan, sehingga perolehan poin dapat tercapai dengan baik. Selain sebagai serangan pembuka dan pendukung taktik, pukulan juga sering digunakan sebagai teknik “one point” dalam pencak silat kategori tanding, yaitu pukulan sebagai sarana memperoleh poin tunggal. Pukulan dapat dilakukan dengan menggunkan lengan depan atau lengan belakang dalam kaidah sikap pasang pencak silat. Pukulan akan lebih mudah dilakukan dengan cepat daripada teknik lainnya karena dalam sikap berhadapan dengan lawan lengan merupakan alat serang terdekat dengan sasaran. 2) Tendangan dalam Pencak Silat Teknik serangan dengan tungkai biasa disebut “tendangan”, dapat dilakukan dengan bebagai cara dan bentuk sikap kaki sperti: -
Tendangan depan atau lebih dikenal dangan tendangan lurus,
-
Tendangan samping atau lebih dikenal dengan tendangan “T”,
-
Tendangan busur/melintang atau lebih dikenal dengan tendangan “sabit”
-
Tendangan Jejag dapat dilakukan dengan mendorong kaki ke depan.
-
Tendangan belakang dan tendangan lutut yaitu serangan dengan menggunakan lutut. Unsur-unsur teknik serangan yang menggunakan kaki atau tungkai dapat
dijabarkan sebagai berikut: a)
Tendangan depan Tendangan depan atau lebih dikenal dengan tendangan lurus, di mana dalam
melakukan gerakan tersebut posisi badan condong ke depan, salah satu tungkai diangkat dan diluruskan dengan perkenaan pada ujung telapak kaki. Kotot Slamet (2003), menyatakan bahwa tendangan lurus ini sangat efektif untuk melumpuhkan lawan. Lebih lanjut dinyatakan bahwa efektifan tersebut tercipta, karena gerakan yang diperlukan oleh tubuh sewaktu melakukan teknik ini hanya sedikit, dengan demikian efisiensi gerak menjadi maksimal. Gerakan tendangan lurus dapat kita lihat pada gambar di bawah ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
(Sikap awal)
digilib.uns.ac.id 16
(Gerak tendangan depan)
(Perkenaan)
Gambar 2. 2. Rangkaian Gerak Tendangan Depan b) Tendangan sabit Tendangan sabit atau busur adalah sikap tubuh tegak, salah satu tungkai diangkat, bersamaan dengan sikap tubuh condong serong ke depan, kemudian tungkai diluruskan dengan lintasan membusur atau memotong dan perkenaannya pada punggung kaki atau kura-kura penuh. Untuk tendangan samping dilakukan jika lawan ada di posisi sisi kanan atau sisi kiri, di mana pesilat mengangkat salah satu tungkai dan diluruskan ke arah samping serta posisi badan menjaga keseimbangan dengan condong ke sisi sebaliknya, perkenaannya pada sisi tumit kaki, gerakan dimulai dari sikap pasang, angkat lutut setinggi sasaran. Putar pinggang mengikuti arah lintasan tendangan dan serentak diikuti oleh lecutan tungkai bawah, berpusat pada lutut. Jika dianalisa dari teknik gerakannya, benturan yang terjadi pada sasaran dari arah samping luar menuju arah dalam, dengan perkenaan punggung kaki. Sementara itu, efisiensi gerak serta tenaga maksimal diperoleh melalui koordinasi antara tungkai atas dan tungkai bawah yang dilecutkan pada lutut dengan perputaran pinggul searah gerakan kaki. Teknik gerakan tendangan sabit dapat dilihat pada gambar 3 sebagai berikut:
(Sikap awal)
(Gerak commit tendangan sabit) to user
(Perkenaan)
Gambar 2. 3. Rangkaian Gerak Tendangan Sabit
perpustakaan.uns.ac.id
c)
digilib.uns.ac.id 17
Tendangan “T“ atau samping Tendangan ”T” adalah dimana tendangan dengan gerakan tubuh dan salah satu
kaki yang menendang, berada pada posisi miring dengan bertumpu pada salah satu kaki. Tendangan ini diberi nama dengan tendangan ”T” karena merujuk pada bentuk akhir dari gerak tendangan itu sendiri yang jika dilihat dari samping menyerupai huruf ”T”. Tendangan ”T” juga dapat dijadikan sebagai blok terhadap serangan lawan, hal ini senada dengan yang dinyatakan oleh Kotot Slamet yakni; tendangan ini selain untuk menyerang, dapat pula digunakan untuk menahan laju serangan lawan, yaitu dengan memblok atau dalam pencak silat lebih dikenal dengan istilah ganjelan (bahasa jawa), kepada lawan yang akan melakukan suatu serangan. Bentuk gerakan daripada tendangan ”T” dapat dilihat pada gambar 4.
(Sikap awal)
(Gerak tendangan T)
(Perkenaan)
Gambar 2. 4. Rangkaian Gerak Tendangan Samping d) Tendangan belakang Untuk tendangan belakang, dilakukan bila posisi lawan berada di belakang, dimana pesilat melakukan angkatan kaki dan meluruskan ke arah belakang bersamaan dengan posisi tubuh dicondongkan ke depan, sasaran perkenaannya adalah tumit. Pelaksanaan gerak tendangan belakang adalah, pesilat dari sikap pasang harus melakukan putaran tubuh (berbalik) terlebih dahulu, sehingga ia berada dalam posisi membelakangi lawan. Dalam teknik tendangan belakang, keseimbangan sangat dibutuhkan, untuk itu harus memperhatikan posisi akhir dari tendangan dimana tubuh harus sejajar atau lebih rendah dari pinggul. Teknik gerakan tendangan belakang dapat dilihat pada gambar 5. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
(Sikap awal)
digilib.uns.ac.id 18
(Gerak tendangan belakang)
(Posisi tendangan)
Gambar 2. 5. Rangkaian Gerak Tendangan Belakang Dari serangan menggunakan kaki tidak semuanya dapat dipergunakan pada pertandingan, misalnya lututan yang lintasannya dari bawah ke atas dilarang namun lututan dapat dilakukan apabila lintasannya dari samping. Serangan kaki yang dinilai adalah serangan yang masuk pada sasaran, menggunakan teknik serangan dengan kaki (dalam bentuk apapun), bertenaga dan mantap, tidak disertai tangkapan/pegangan, tanpa terhalang oleh tangkisan atau elakan dan dengan dukungan kuda-kuda, atau kaki tumpu yang baik, jarak jangkauan tepat dan lintasan serangan yang benar. Tendangan dalam olahraga pencak silat merupakan komponen yang paling dominan baik saat melakukan serangan maupun belaan. Tendangan yang baik apabila dilakukan secara keras, cepat serta didukung koordinasi gerak yang baik, sehingga menghasilkan kualitas tendangan yang efektif, efisien dan mampu melakukan dalam frekuensi yang banyak. Salah satu faktor yang sangat berperan dalam menghasilkan tendangan yang baik adalah faktor fisik yang dimiliki seorang atlet. Dengan demikian perlu diketahui komponen-komponen fisik apa saja yang mempengaruhi keterampilan dalam pencak silat. Dari berbagai macam-macam teknik dalam pertandingan pencak silat tersebut tentunya setiap pesilat harus dapat menguasainya agar bermanfaat saat menghadapi lawan khususnya dalam pertandingan. Penguasaan teknik yang baik memiliki manfaat diantaranya: a) cara efisien mencapai prestasi, b) mencegah atau mengurangi cedera, c) Modal untuk melakukan taktik dan, d) Meningkatkan percaya diri. Namun demikian, untuk mencapainya perlu memperhatikan proses latihannya. Keberhasilan dalam proses latihan teknik sangat tergantung dari kualitas latihan yang dilaksanakan. Artinya, bahwa keberhasilan dalam latihan sangat ditentukan kemampun atlet, pelatih profesional commitoleh to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
dan metode latihan yang digunakan, antara pelatih dan atlet harus memiliki kemampuan, kemauan dan komitmen yang tinggi untuk meraih hasil yang terbaik. Pelatih yang profesional tanpa didukung kemampuan atletnya akan sulit untuk dapat meraih prestasi puncak. Sebaliknya, atlet yang memiliki bakat istimewa tanpa didukung dan dibina dengan baik dan benar tidak akan dapat berprestasi secara optimal. Untuk itu diperlukan kerjasama yang baik antara pelatih dan atlet agar prestasi yang optimal dapat diraih. Ada beberapa faktor-faktor untuk mencapai kualitas teknik yang baik yaitu : a.
Kualitas fisik yang relevan.
b.
Kualitas psikologis dan kematangan bertanding.
c.
Metode latihan yang tepat.
d.
Kecerdasan atlet memilih teknik yang tepat dalam situasi tertentu Gerakan teknik dalam pencak silat merupakan rangkaian gerak yang kompleks,
sehingga relatif sulit dilakukan oleh pemula. Untuk itu pada setiap awal pembelajaran, gerakan harus diberikan secara bertahap dan berkelanjutan. Artinya proses pembelajaran diawali dari yang mudah kemudian meningkat menuju sulit dan dari yang sederhana menuju tingkatan yang lebih kompleks. b. Analisis Biomekanika Keterampilan Pencak Silat Kategori Tanding Keterampilan menurut Martens (2004:170) merupakan kecakapan untuk mengeksekusi teknik yang dibutuhkan pada waktu yang tepat dan sesuai. Seseorang dikatakan terampil apabila bergerak secara efisien dan efektif atau apabila mempunyai potensi yang baik untuk melakukan suatu gerakan yang khusus. Keterampilan juga merupakan gerakan dasar dalam cabang olahraga yang dilakukan secara teknik dengan gerakan efektif dan efisien untuk menghasilkan gerakan yang optimal sesuai apa yang diharapkan. Upaya untuk meningkatkan prestasi dalam olahraga, harus melalui latihan yang dilakukan dengan pendekatan ilmiah terhadap ilmu-ilmu yang terkait dalam olahraga dan kesehatan olahraga, menurut Nossek (1995: 1) antara lain adalah fisislogi latihan, biomekanika olahraga, paedagogi dibidang olahraga, sosiologi olahraga, psikologi olahraga, dan kesehatan olahraga. Ilmu pengetahuan yang ikut berperan dalam usaha menjelaskan tentang keterampilan pencak silat kategori tanding adalah biomekanika. Pada umumnya analisis dalam keterampilan gerak (olahraga) meliputi pengertian tentang:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
a.
Maksud dan tujuan gerakan
b.
Tipe atau jenis gerakan
c.
Kategori gerakan, yakni: mengenai besarnya, arahnya, titik tangkapnya, dan interaksi gaya dan bidang tumpunya.
d.
Uraian penampilan biomekanika, yakni: analisis mekanik dan analisis anatomois. Gerakan tendangan sabit merupakan gerakan yang menggunakan tungkai atas,
tungkai bawah dan pergelangan kaki. Dari posisi kuda kuda mengangakat tungkai atas, lutut sanpai mendekati dada dengan gerakan fleksi, lalu meluruskan tungkai bawah sehingga lutut menjadi lurus dengan gerakan ekstensi arahnya vertikal. Menurut Suharno HP. (1993:29) Gerakan keterampilan (skilled movement) adalah gerakan yang mengandung derajad efisiensi dalam pelaksanaannya. Drowatzky (1981) mengemukakan suatu skema yang menggambarkan komponen-komponen penting yang membentuk gerakan yang efisien. Di dalam gambar tersebut terdapat 3 lingkaran yang masing-masing mengelompokkan komponen fitness dan kemampuan gerak (fitness and motor abilities), kemampuan mengindera (sensory abilities) dan proses-proses perseptual (perseptual processes). Ketiga lingkaran saling bertautan yang melambangkan ketiganya saling berinteraksi untuk menghasilkan gerakan yang efisien.
Gambar 2.6 Komponen-komponen dari Gerakan yang Efisien Sumber: Sugiyanto (1987) dimodifikasi commit to user dari Barsch (1968)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
Keterampilan akan menentukan level bermain seseorang, semakin tinggi tingkat keterampilan seorang atlet akan menentukan prestasi yang diperolehnya. Untuk menguasai gerakan keterampilan memerlukan proses belajar dan untuk melakukan gerakan keterampilan diperlukan keterampilan gerak atau ketangkasan dan penguasaan gerak. Gerakan keterampilan dapat diklasifikasikan berdasarkan 2 sudut pandang, yaitu sudut pandang sebagai kontinum vertikal dan kontinum horizontal. 1) Kontinum vertikal. Yaitu pengklasifikasian berdasarkan derajad kesukaran atau level kompleksitas gerakan. Meliputi 3 level yaitu : a) Keterampilan adaptif sederhana. Adalah keterampilan yang dihasilkan dari penyesuaian gerak dasar fundamental dengan situasi atau kondisi tertentu pada saat melakukan gerakan. Misalnya berlari melewati bermacam-macam rintangan. b) Keterampilan adaptif terpadu. Adalah keterampilan yang dihasilkan dari perpaduan antara gerak dasar fundamental dengan penggunaan perlengkapan atau alat tertentu. Misalnya memukul bola menggunakan raket. c) Keterampilan adaptif kompleks. Adalah keterampilan yang memerlukan penguasaan gerakan dan koordinasi banyak bagian tubuh. Misalnya melakukan smash dalam bola voli. 2) Kontinum horizontal. Yaitu pengklasifikasian berdasarkan tingkat penguasaan keterampilan oleh pelajar atau level ketangkasan. Meliputi 4 level yaitu : a) Pemula (beginner) b) Madya (intermediate) c) Maju (advance) d) Mahir atau berketerampilan tinggi (highly skilled) Menurut Mardapi (2003) dalam bukunya menjelaskan keterampilan psikomotor terbagi menjadi enam (6) tahapan, yaitu : 1) Gerakan refleks, adalah respon gerak tanpa sadar yang muncul ketika bayi lahir. 2) Gerakan dasar, adalah gerakan yang mengarah pada keterampilan komplek yang khusus. 3) Kemampuan perseptual, adalah kombinasi kemampuan kognitif dan gerak. 4) Kemampuan fisik, adalah kemampuan untuk mengembangkan gerakan terampil. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
5) Gerakan terampil, adalah gerakan yang memerlukan belajar, seperti keterampilan dalam olahraga. 6) Komunikasi
nondiskursif,
adalah
kemampuan
berkomunikasi
dengan
menggunakan gerakan. Dwi Hatmisari dkk (2007:4) menyatakan jenis-jenis keterampilan diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok, antara lain: 1) Berdasarkan kompleksitas gerakan a) Simpel, misalnya kalestenik b) Lebih kompleks, beban bertambah, misalnya: lompat, gulat. c) Kompleks, misalnya: olahraga permainan, skating, anggar. 2) Berdasarkan objek a) Keterampilan tertutup (close skill), yaitu keterampilan dengan kondisi lingkungan dan objek statis, misalnya: menembak, panahan, lari, dan lain-lain. b) Keterampilan terbuka (open skill), yaitu keterampilan dengan kondisi lingkungan dan objek dinamis/berubah-ubah, misalnya olahraga permainan. 3) Berdasarkan jumlah atlet a) Individual (atletik, senam, tinju) b) Beregu (basket, voli, futsal, sepak bola) 4) Berdasarkan pola gerak a) Siklis (lari, renang, dayung, balap sepeda) b) Asiklis (lempar, lompat, tinju, anggar) c) Kombinasi siklis-asiklis Bentuk ketrampilan dalam pertandingan pencak silat kategori tanding adalah berupa rangkaian teknik dan gerak dasar, yaitu pesilat saling berhadapan menggunakan unsur pembelaan dan serangan pencak silat, yaitu menangkis/mengelak , mengenakan sasaran dan menjatuhkan lawan. PB. IPSI (2012: 16). Lebih kompleks lagi penerapan keterampilan pencak silat adalah pada saat pesilat dituntut untuk memperoleh nilai dengan kaidah pertandingan pencak silat secara beruntun, tersusun dengan teratur dan berangkai dengan berbagai cara ke arah sasaran. Yang dimaksud dengan kaidah adalah bahwa dalam mencapai prestasi teknik, seorang pesilat harus mengembangkan pola bertanding yang dimulai dari sikap pasang, langkah serta mengukur jarak terhadap commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
lawan dan koordinasi dalam emlakukan serangan / pembelaan serta kembali ke sikap pasang. PB. IPSI (2012). Gerak teknik dalam keterampilan pencak silat terdiri dari beberapa tahapan, yaitu: tahap persiapan (sikap pasang), tahap pelaksanaan (take-off), perkenaan (impact) dan tahap gerak lanjutan (follow through). 1) Tahap persiapan (sikap pasang) Sikap pasang merupakan sikap dasar dalam setiap melakukan teknik pertandingan pencak silat. Menurut Agung Nugroho (2001: 38) sikap pasang adalah sikap siaga untuk melakukan pembelaan atau serangan yang berpola dan dilakukan pada awal serta akhir dari rangkaian gerak. Selain itu, sikap pasang diartikan sebagai sikap taktik untuk menghadapi lawan yang berpola menyerang atau menyambut (Johansyah, 2004: 10). Dengan demikian, sikap pasang merupakan beragam sesuai dengan perguruan masingmasing. Hal tersebut menunjukkan kekayaan hal yang penting karena menjadi landasaan untuk melakukan gerakan berikutnya. Sikap pasang yang paling efektif adalah sikap pasang satu. Dalam sikap pasang satu kaki tidak dalam keadaan segaris sehingga memudahkan pesilat untuk melakukan serangan. Sikap pasang satu memiliki jarak lintasan paling pendek sehingga penyerangan bisa dilakukan secara cepat dengan asumsi jarak tempuh tungkai terhadap sasaran lebih pendek. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan teknik pencak silat kategori tanding, yaitu arah pandangan, fleksi lengan depan, letak proyeksi pusat gaya berat terhadap bidang tumpu, fleksi lutut depan dan fleksi lutut belakang, dan bidang tumpu.
Gambar 2. 7. Sikap commit Pasang to (Sikap user Pasang Satu)
perpustakaan.uns.ac.id
a.
digilib.uns.ac.id 24
Arah pandangan Pada sikap pasang, arah pandangan fokus terhadap target sasaran. Tujuannya
agar tendangan yang dilakukan memiliki tingkat akurasi (ketepatan) yang tinggi. b.
Fleksi lengan depan Fleksi lengan depan diupayakan sedekat mungkin pada sudut 90 o . Dengan
demikian akan mempermudah gerakan lengan depan pada saat ditarik ke arah luar, sehingga akan membantu gerak koordinasi alat serang dan mempercepat gerakan teknik serangan dan belaan. c.
Fleksi lutut depan dan fleksi lutut belakang Pada teknik tendangan yang menggunakan kaki belakang, letak proyaksi pusat
gaya berat akan lebih menguntungkan apabila berada lebih dekat dengan kaki tumpu (kaki yang berada di depan). Dengan demikian gaya yang digunakan untuk mengangkat kaki bagian belakang menjadi lebih kecil sehingga gerakan yang dilakukan dapat menjadi lebih cepat, karena tingkat keseimbangan pesilat berada pada posisi seimbang. d.
Letak proyeksi pusat gaya berat terhadap bidang tumpu Fleksi lutut sangat menentukan kecepatan hasil tendangan. Fleksi lutut yang
membentuk sudut terlalu kecil akan mengakibatkan letak proyeksi pusat gaya berat semakin mendekati bidang tumpu. Dengan demikian gaya gravitasi bumi akan memberikan pengaruh yang kuat pada saat akan mengawali gerakan. Sebagai akibatnya gerakan yang dilakukan menjadi lambat. Oleh karena itu, fleksi lutut pada saat melakukan sikap pasang tidak boleh terlalu mendekati titik berat badan (pusar) maupun terlalu besar. Pada saat sikap pasang, fleksi lutut depan harus lebih kecil dibandingkan dengan fleksi lutut belakang segingga letak proyeksi pusat gaya berat badan akan mengarah pada kaki yang berada di depan. e.
Bidang tumpu Semakin luas bidang tumpu, maka tingkat keseimbangan pesilat menjadi
semakin stabil. Sebagai akibatnya, pesilat harus mengeluarkan gaya yang lebih besar untuk dapat melakukan tendangan dengan cepat. Untuk itu, agar dapat melakukan tendangan dengan cepat maka kuda-kuda yang dilakukan pesilat sebaiknya tidak terlalu lebar. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
2) Tahap Pelaksanaan Dua tahapan pelaksanaan adalah sesaat sebelum take off dari tumpuan kaki dan ketika impact terhadap punch box. a.
Sesaat Sebelum Take Off Arah pandangan pada tahap ini tetap fokus pada sasaran yang akan ditendang
agar tendangan yang dilakukan memiliki tingkat ketepatan yang tinggi. Lutut diangkat ke depan menyamping dengan merubah posisi kaki tumpu ke arah laterah antara 45° 90°. Perputaran pinggul searah dengan pergerakan tungkai. Posisi lengan kiri ditarik ke arah kiri luar untuk membantu terjadinya rotasi pada bahu, sedangkan lengan kanan bergerak ke arah kiri atas untuk membantu mempercepat gerakan kaki serang. Pada tahap ini terjadi perubahan letak proyeksi pusat gaya berat, yaitu ke arah kaki tumpu dan cenderung lebih tinggi dibandingkan pada saat sikap pasang. Perpindahan letak proyeksi pusat gaya berat diakibatkan adanya perubahan fleksi pada lutut yang sebabkan adanya tarikan yang dilakukan oleh lengan kiri. Kesalahan yang sering terjadi pada tahap ini adalah posisi kaki tumpu yang cenderung masih menapak sepenuhnya pada lantai matras. Keadaan ini membuat gerakan kaki serang mengalami hambatan sehingga gerakan yang dilakukan menjadi lambat. Untuk itu, pada saat kaki serang pada posisi take-off, kaki tumpu sudah harus segera mengikuti untuk mempercepat gerakan kaki serang.
Gambar 2.8. Sesaat sebelum impact 3) Impact Impact adalah tahapan dimana kaki mulai menyerang atau menendang sampai mengenai sasaran. Tendangan sabit yang baik dapat dilihat di tahapan ini. Pergerakan yang ideal dari tahapan ini adalah arah kepala selalu melihat target, pergerakan lengan commit totangan user kiri di depan dada, ada putaran kanan tidak terlalu ke belakang dan pergerakan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
pinggul, lintasan tendangan yang benar adalah dari sisi bawah ke sisi atas, posisi gaya berat dalam bidang tumpu dalam kondisi seimbang. Lutut yang diangkat, dilecutkan ke arah depan/sasaran dengan lintasan dari samping dengan posisi badan tetap tegak menyamping menggunakan seluruh bagian punggung kaki.
Gambar 2. 9. Proses take off dan Impact (teknik serangan menggunakan tungkai) Proses gerakan dalam tendangan pada olahraga pencak silat dilakukan dalam suatu pola gerak yang tidak terputus yaitu mulai dari posisi kuda-kuda, mengangkat kaki penendang setinggi lutut, dan meluruskan tungkai dengan gerakan cepat untuk mencapai sasaran tubuh lawan. Unsur-unsur gerakan teknik tersebut memerlukan otomatisasi gerakan secara terpadu disertai kemampuan mengoptimalkan panjang tungkai dan kekuatan otot tungkai. Apabila proses gerakan tendangan pencak silat dilakukan dengan tersendat-sendat atau ada gerakan yang berhenti, akan mengurangi kelincahan gerak sehingga mudah ditangkis atau dielakan oleh lawan dan kemungkinan besar lawan akan melakukan serangan balik. Banyak pesilat pemula yang selalu latihan tendangan pencak silat pada salah satu perguruan pencak silat, namun hasil yang dicapai belum optimal.Beberapa pesilat pemula yang melakukan latihan tidak mampu menunjukkan prestasi secara optimal. Banyak pesilat yang kemampuan fisik maupun teknik kurang sempurna, seperti kekuatan tungkai sangat kurang dalam melakukan serangan dengan tendangan, teknik tangkisan, elakan serta kemampuan memanfaatkan kelemahan lawan untuk menyerang balik karena tidak memiliki kemampuan tendangan yang memadai. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
Para pesilat dalam mengembangkan kemampuannya seperti tendangan, sering dilakukan dengan latihan teknik dengan cara melakukan tendangan secara berulangulang tanpa latihan pengembangan kekuatan kontraksi otot-otot tungkai. Teknik latihan ini, disadari kurang efektif untuk meningkatkan kemampuan tendangan pada olahraga pencak silat.Hal yang perlu dipikirkan bahwa untuk melakukan tendangan dalam olahraga pencak silat dibutuhkan kekuatan gerakan tungkai atau seluruh tubuh untuk membantu koordinasi, kelincahan dan kecepatan gerakan kaki pada saat melakukan tendangan. Bagi pesilat yang belum terbentuk koordinasigerak dan kecepatan kontraksi otot tungkainya secara optimal, serta kemampuan teknik untuk melakukan tendangan dalam pencak silat, seperti teknik mengangkat tungkai penendang secara tepat, cepat, dan kuat belum dikuasai dengan timing yang tepat, maka perlu diberikan latihan yang dapat meningkatkan kemampuan tersebut. Pola gerakan dalam melakukan tendangan dalam olahraga pencak silat dapat ditunjang dengan berbagai komponen kondisi fisik seperti daya ledak tungkai, kekuatan otot tungkai, kecepatan, kelentukan, kelincahan, koordinasi dan keseimbangan.Salah satu komponen lain yang tidak kalah penting dalam prestasi olahraga adalah postur dan struktur tubuh. Fox, Bowers dan Foss (1993:542) menyebutkan bahwa “olahragawan profesional dan guru mempunyai pandangan ketertarikan pada postur dan struktur tubuh sebagai pengertian relatif dari tipe tubuh dalam kesuksesan pada berbagai cabang olahraga”. Untuk mengetahui beberapa proses gerakan tendangan dalam olahraga pencak silat, maka dikemukakan menurut pendekatan fisiologi. Manusia adalah makhluk yang dibentuk oleh tulang dan jaringan sistem perototan. Fungsi otot-otot adalah menghasilkan gaya yang menimbulkan gerakan. Otot terikat pada tulang yaitu pada tendon. Kontraksi otot menimbulkan gaya, yang menggerakkan tulang yang satu ke arah tulang yang lainnya melalui ruang gerak tertentu. Kontraksi otot, pada dasarnya adalah memanjang dan memendeknya otot, dan biasanya terjadi pada persendian. Aktivitas tendangan dalam olahraga pencak silat adalah hasil dari kontraksi jaringan otot-otot yang menggerakkan tulang sehingga menjadi gerakan yang nyata. Melakukan tendangan dalam olahraga pencak silat selalu mempergunakan prinsip timbang badan, permainan posisi dengan perubahan pemindahan titik berat badan. Melakukan tendangan commit to user juga harus memanfaatkan setiap
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
serangan, tenaga lawan dan keadaan panjang tungkai lawan sehingga tendangan yang dilakukan lebih efektif mengenai sasaran. Sikap awal dari pelaksanaan tendangan pada pencak silat adalah mengangkat kaki penendang setinggi lutut. Posisi kaki seperti ini merupakan tindakan yang menguntungkan dibandingkan dengan menggunakan kaki penendang yang bertumpu di tanah karena jarak tempuh dari kaki penendang untuk mencapai sasaran akan lebih cepat. Menurut Soedarminto (1992: 60) kontraksi otot-otot tungkai dalam melakukan tendangan akan melibatkan otot-otot sebagai berikut: a)
Sendi pinggul: -
M. Iliopsoas.
-
M. Tensor Fasciae Latae
-
M. Rectus Femoris
-
M. Gluteus.
-
M. Hamstring
b) Sendi lutut: -
M. Bisep Femoris
-
M. Semitendinosus.
-
M. Semimembranosus.
-
M. Qadriceps Femoris
-
M. Vectus Femoris. Tegangan otot sangat menentukan kemampuan kontraksi pada saat melakukan
tendangan dalam olahraga pencak silat. Menurut Fox, et al (1988: 159) bahwa “the tension exerted by a muscle as it shortens is affected by several important factors, three of which are (1) the initial length of the muscle fibers, (2) the angle of pull of the muscle on the bony skeleton, and (3) the speed of shortening.”Fungsi kerja otot tungkai pada saat melakukan tendangan dalam olahraga pencak silat dapat berupa sinergis dan antagonis yang dikendalikan oleh otot-otot agar dapat dilakukan dengan gerakan cepat.Untuk memantapkan gerakan agar lebih efisien diperlukan kekuatan dari persendian maupun otot-otot yang bergerak.Kekuatan otot tungkai pada saat menendang dapat menunjang kecepatandan kelincahan sehingga memaksimalkan kemampuan tendangan. “Increased coordination of muscle (skill) can increase the speed of spesific movements”(Jansen, et al., 1983:169). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
Dalam pelaksanaan tendangan dalam olahraga pencak silat, tenaga yang digunakan dibawa ke telapak kaki sehingga sistem gerakannya yaitu sumbu putar gerakan tendangan berada pada persendian paha, tenaga berada pada tungkai dan beban adalah ujung kaki yang mengenai sasaran pada tubuh lawan. Tetapi proses tendangan pencak silat dapat pula menggunakan gerak dengan tenaga pada otot paha, titik sumbu gerakan pada persendian lutut dan beban pada ujung kaki. Sistem gerakan dengan berbagai teknik tendangan dalam olahraga pencak silat akan memberikan kemampuan untuk mengerahkan kekuatan pada tungkai ketika gerakan menendang dilakukan sehingga dapat dengan telak masuk pada sasaran tubuh lawan. Volume otot akan menentukan kekuatan dan kelincahan tungkai untuk melakukan gerakan tendangan. Tendangan yang dilakukan oleh gerakan tungkai termasuk proses gerak pada anggota gerak bawah dari tubuh atau “lower extremity”(Kreighbaum, et al., 1981: 217). Mengangkat kaki setinggi lutut pada saat melakukan tendangan membuat tubuh tidak seimbang yang disebabkan oleh perpindahan titik berat badan dan penyaluran tenaga ke telapak kaki atau tungkai bagian bawah. Untuk menjaga keseimbangan tubuh harus ditopang oleh posisi tubuh yang baik khususnya kuda-kuda yang mantap sehingga tenaga dapat dikerahkan secara maksimal. Dari keterangan di atas keterampilan pencak silat kategori tanding dapat digolongkan ke dalam jenis keterampilan kompleks, sedangkan berdasarkan objeknya keterampilan pencak silat kategori tanding merupakan jenis keterampilan terbuka dan berdasarkan pola gerak merupakan keterampilan asiklis. 2.
Faktor Anthropometri dan Fisik dalam Pencak Silat Kategori Tanding
a. Faktor anthropometri dalam Pencak Silat Antrhopometri adalah studi tentang pengukuran tubuh manusia dalam mengenai dimensi tulang, otot, dan adiposa (lemak) jaringan. Kata "antropometri" berasal dari kata Yunani "anthropo" yang berarti manusia dan "metron" yang berarti ukuran. Bidang antropometri meliputi berbagai pengukuran tubuh manusia. Berat badan, tinggi badan, postur tubuh, panjang rentangan, ketebalan lipatan kulit, lingkar (kepala, dada, pinggang, tungkai, dll), panjang anggota gerak (lengan, tungkai). Menurut Etty Indriati (2010:5)
Anthropometri
adalah
pengukuran tubuh.
Pengukuran yang dapat dilakukan pada manusia secara umum meliputi pengukuran massa, panjang, tinggi, lebar, dalam, circumference commit to user (putaran), curvatur (busur),
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
pengukuran jaringan lunak (lipatan kulit). Pengukuran dapat dilakukan pada tubuh secara keseluruhan (contoh: stature) maupun membagi tubuh dalam bagian yang spesifik (contoh: panjang tungkai). Menurut Djoko Pekik Irianto (2007:67) ukuran anthropometri mencakup kuantitas dari dimensi-dimensi tubuh didalamnya berat, ukuran panjang dan luas penampang tubuh memberikan tampilan yang berbeda-beda pada masing-masing individu. Gallahue dan Ozmun (1998:189) mengatakan bahwa perkembangan ukuran anthropometri tubuh berkembang sesuai dengan periode perkembangan individu. Perkembangan ukuran bagian-bagian tubuh ini dipengaruhi faktor-faktor perkembangan seperti faktor genetis, lingkungan serta aktivitas gerak fisik yang dilakukan. Perkembangan ukuran tubuh dan bagian-bagiannya berlangsung terus selama masa pertumbuhan dengan tingkat perkembangan yang berbeda-beda pada proporsi dan kecepatannya. Pertumbuhan ukuran bayi berlangsung sangat cepat, kemudian secara proporsional mengalami penurunan pada masa anak-anak dan kemudian mengalami ledakan pertumbuhan pada masa adolesensi. Perbedaan kecepatan pertumbuhan menyebabkan terjadinya variasi pada bentuk dan tipe tubuh seseorang. Ukuran anthropometri merupakan salah satu faktor penting dalam aktivitas olahraga. Masing-masing cabang olahraga memerlukan karakteristik anthropometri yang berbeda-beda. Hal ini berkaitan dengan karakteristik gerak yang diperlukan dalam masing-masing olahraga tersebut. Perbedaan perbandingan dari bagian-bagian tubuh serta perbedaan struktur tubuh memberikan kemungkinan efisiensi gerak yang berbeda pula. Faktor
anthropometri dalam olahraga
dibutuhkan untuk memaksimalkan
prestasi atlet, sebagaimana menurut Etty Indriati (2010: 92) peran anthropometri dalam olahraga beragam mulai dari penentuan cabang olahraga yang dapat memaksimalkan kondisi atlet, status kebugaran seseorang, komposisi lemak, tulang, ukuran tubuh, kadar air dan massa otot. Dalam kaitannya dengan pengukuran fisik, anthropometri merupakan salah satu teknik standar untuk melakukan pengukuran yang sistematis terhadap tubuh secara keseluruhan ataupun bagian-bagian tubuh (Malina, Bouchard dan Bar-Or, 2004: 42). Anthropometri melibatkan pengukuran bagian tubuh luar. Terdapat dua tipe pengukuran anthropometri yaitu dimensi tubuh dan somatotropi. Somatotropi adalah proses pengukuran dan pendiskripsian konfirmasi tubuh secara morfologi. Secara umum commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
dapat digambarkan 3 bentuk dan susunan tubuh manusia: (1) endomorph, (2) mesomorph, dan (3) ectomorph. Setiap tubuh manusia terbentuk dari macam-macam tingkat dari ketiganya. Klasifikasi yang pertama (somatotype) ditentukan dengan jumlah dari masing-masing komponen dalam satu fase. Bentuk tubuh yang ideal sesuai cabang olahraga yang dipelajari merupakan salah satu syarat yang dapat mempengaruhi pencapaian prestasi olahraga. Dalam hal ini Sajoto (1990:11)” salah satu aspek untuk mencapai prestasi dalam olahraga adalah aspek biologi yang meliputi struktur dan postur tubuh yaitu : 1. Ukuran tinggi dan panjang tungkai. 2. Ukuran besar, lebar , dan berat badan, 3. Somatotype (bentuk tubuh)”. Somatotype atau bentuk tubuh menurut Sheldon dibagi menjadi tiga tipe, yaitu mesomorp sebagai karakteristik bentuk tubuh yang berotot (atletis), endomorp menunjukan bentuk tubuh yang gemuk atau berlemak, dan ektomorp merupakan bentuk tubuh yang kurus, namun ada bentuk tubuh gabungan atau kombinasi dari ketiga benuk tubuh tersebut,
Gambar 2. 10. Macam-macam Bentuk Tubuh Manusia Endomorph, Mesomorph, Ectomorph. Verducci (1980: 217 & 219) Urutan pencapaian puncak pertumbuhan untuk anak laki-laki dimulai dengan panjang tungkai, kemudian disusul dengan pelebaran panggul dan dada, pertumbuhan puncak panjang tungkai dengan panjang togok kira-kira berselang satu tahun, kematangan yang terlambat ditandai variasi urutan, lamanya dan itensitas peningkatan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
berbagai segmen tubuh selama periode pertumbahan. Seorang anak yang lambat matang mengalami pertumbuhan tungkai lebih lama sehingga secara proporsional tungkai lebih panjang dibandingkan togok. Pada anak laki-laki yang cepat matang cenderung mempunyai tungkai yang lebih pendek dengan panggul lebih besar dibandingkan mereka yang lebih cepat matang. Bentuk tubuh yang tinggi, atletis yang memiliki otot-otot yang baik dapat mendukung penampilan pesilat untuk meraih prestasi pada umumnya orang yang atletis disertai anggota tubuh yang ideal (orang yang tinggi biasanya tangan dan tungkainya panjang). Dalam hal ini Yusuf Adisasmita dan Aip Syarifuddin (1996:73) menyatakan” orang yang tinggi umumnya anggota badannya, lengan dan tungkainya juga panjang. Bentuk tubuh serta anggota badan yang demikian akan memberi keuntungan bagi cabang olahraga yang spesifikasinya memerlukan tubuh yang demikian”. Menurut Frank M. Verducci (1980:215) pengukuran dimensi tubuh yang umum digunakan dalam pendidikan olahraga adalah
menitik beratkan pada diameter dan
keliling dari macam-macam ruas tubuh. Menurut ISAK (2001:17-18) menyatakan, pengukuran anthropometri dibagi menjadi 5 tipe/dimensi, yaitu : 1) Dasar
:
a) Berat badan b) Tinggi badan c) Tinggi duduk
2) Kadar Lemak
:
a) Triseps b) Subscapularis c) Biceps d) Iliac Crest e) Supraspinale f) Abdominal g) Front Thigh h) Medial Calf
3) Lebar
:
a) Biacromial b) Billocristal c) Foot lenght d) Transverse shest e) A-P chestcommit depth to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
f) Humerus g) Femur 4) Panjang
:
a) Acromiale-radiale b) Radiale-stylion c) Midstylion-dactylion d) Iliospinale height e) Trochanterion height f) Trochanterion-tibialte laterale g) Tibiale laterale height h) Tibiale-laterale-sphyrion tibiale
5) Lingkaran
:
a) Kepala b) Leher c) Lengan (relaks/relaksasi) d) Lengan (tengang/kontraksi) e) Lengan bawah f) Dada g) Pinggang h) Pantat i) Paha ( 1 cm dari pantat) j) Paha ( tengah) k) Betis l) Angkel
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
Gambar 2. 11. Cara Pengukuran dimensi Antropometri Tubuh Manusia Verducci (1980: 217 & 219)
Gambar 2. 12. Macam-macam alat ukur anthropometri tubuh Untuk mencapai prestasi yang tinggi, diperlukan ciri-ciri fisik dan postur tubuh tertentu sesuai dengan tuntutan cabang olahraga yang diikutinya. Ukuran anthropometri merupakan salah satu faktor penting dalam aktivitas olahraga. Masing-masing cabang olahraga memerlukan karakteristik anthropometri yang berbeda-beda. Hal ini berkaitan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
dengan karakteristik gerak yang diperlukan dalam masing-masing cabang olahraga tersebut. Perbedaan perbandingan dari bagian-bagian tubuh serta perbedaan struktur tubuh memberikan kemungkinan efisien gerak yang berbeda pula. Anthropometri atau postur tubuh berpengaruh terhadap kegiatan olahraga, terutama untuk meraih prestasi yang tinggi (olahraga prestasi). Untuk mencapai prestasi yang tinggi, diperlukan ciri-ciri fisik dan postur tubuh tertentu sesuai dengan tuntutan cabang olahraga yang diikuti, begitu juga dengan pencak silat. Beberapa faktor antrhropometri yang memiliki pengaruh cukup besar dalam aktivitas olahraga pencak silat diantaranya tinggi badan, berat badan, dan panjang tungkai. Tinggi badan merupakan faktor penting untuk membentuk pesilat yang ideal secara postural dalam cabang olahraga pencak silat, sedangkan berat badan memiliki peran yang besar dalam cabang olahraga pencak silat yang dijadikan acuan menentukan kelas tanding yang akan diikuti oleh pesilat, sedangkan panjang tungkai merupakan elemen penting yang menjadi faktor penunjang keterampilan pencak silat. Berikut ini dijelaskan pengertian dari tinggi badan, berat badan, dan panjang tungkai menurut pendapat para ahli yaitu : 1)
Tinggi Badan Tinggi badan adalah tinggi seseorang yang diukur dengan menggunakan alat
Stadiometer yang diukur dari ujung kaki (telapak kaki) sampai dengan kepala bagian atas (ubun-ubun) apabila berdiri dengan sikap tegak (Anwar, 1986: 15). Tinggi badan merupakan salah satu acuan untuk menentukan faktor penentu keterampilan pesilat. Postur tubuh atau tinggi badan bisa diukur di depan dinding. Atlet tidak bersepatu dan berdiri pada permukaan yang rata di sebelah kanan tiang vertikal atau papan stadiometer. Atlet berdiri tegak lurus dan kedua tumit harus menyentuh lantai. Kepala, punggung dan pantat juga menyentuh tiang vertikal. Kepala tegak dengan mata fokus ke depan. Tungkai yang menonjol ke depan dari alat pengukuran (stadiometer) berada di atas kepala. Posisi alat pengukur sejajar dengan deret ruas-ruas tulang belakang. Kedudukan kepala hendaknya sedemikian rupa sehingga lubang telinga dan batas bawah dari rongga mata berada dalam garis horizontal. Hasil pengukuran tinggi badan dicatat dalam satuan centimeter (Verducci, 1980: 217). Faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi badan badan antara lain : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
a) Genetik (keturunan) Faktor ini cukup dominan dalam menentukan tinggi badan seseorang. Dapat kita lihat bahwa orang-orang afrika meskipun tidak mendapatkan gizi makanan yang baik, namun memiliki postur yang tinggi. Hal ini dapat terjadi lebih dikarenakan faktor keturunan atau genetik ini. Namun tentu saja hal itu bukanlah suatu kepastian, namun hanya kecenderungan medis telah diamati. b) Asupan nutrisi Gizi makanan sangat penting dalam membantu pertumbuhan tinggi badan seseorang. Gizi makanan yang dikonsumsi orang eropa sehari-hari jauh lebih baik dari pada gizi makanan yang dikonsumsi oleh orang asia. Susu adalah makanan yang memiliki gizi “sempurna” bagi pertumbuhan tulang (tubuh). Susu mengandung semua zat yang dibutuhkan tulang untuk bertambah panjang. Selain itu, Faktor yang dapat mempengaruhi tinggi badan diantaranya adalah Zat besi. Zat besi merupakan zat yang penting, terutama untuk membentuk hemonglobin, mioglobin, dan zat lain, seperti enzim-enzim cytochrome oxidase, peroxidase, dan catalase. Jumlah total zat besi di dalam tubuh rata-rata 4 gram, sekitar 65% berbentuk hemonglobin, sekitar 4% dalam bentuk mioglobin, sekitar 1% dalam berbagai bentuk ikatan heme yang mengendalikan oksidasi intra-seluler, 0,1% bergabung dengan protein transferin di dalam plasma darah, dan 15-30% disimpan di dalam hati dalm bentuk feritin dan hemosiderin. Oleh karena itu di dalam menu sehari-hari zat besi harus selalu tersedia, karena menurut Smith dan Robert dalam Junusul Hairy (2003: 116) kebutuhan zat besi sangat meningkat terutama pada masa-masa lanjut pertumbuhan yang tinggi c) Tidur berkualitas Hormon pertumbuhan bekerja “penuh” sewaktu tidur. Semakin berkualitas tidur seseorang maka hormon pertumbuhan semakin bekerja optimal. Tinggi badan perenang bertambah sewaktu tidur (biasanya 1-2 cm). Ini disebabkan oleh karena adanya pertambahan panjang tulang rawan pada punggung dan kaki. Namun pertambhana ini bersifat sementara saja. Tidur yang sangat menunjang bagi pertumbuhan badan adalah tidur lelap (deep sleep) selama kurang lebih 7-8 jam tanpa terputus-putus, tanpa perasaan gelisah dan tanpa mimpi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
d) Olahraga teratur Olahraga teratur dapat memacu produksi hormon pertumbuhan oleh tubuh sehingga dapat menambah tinggi badan secara signifikan. Gerakan-gerakan dalam renang juga merangsang tulang kaki dan punggung untuk bertambah panjang.
Gambar 2.13 Posisi Pengukuran Tinggi Badan (Verducci, 1980:217)
Gambar 2. 14. Alat Ukur Tinggi Badan (httpwww.timbanganbadan & httptokoone.com) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
Tinggi badan selain digunakan sebagai pertimbangan anthopometri, juga dapat dijadikan sebagai pendukung asumsi kekuatan. Dalam upaya meningkatkan kekuatan otot dapat dilakukan dengan latihan secara sistematis dan teratur dengan program latihan yang tepat dan harus memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan otot
Sukadiyanto
(2011:91)
Secara
fisiologi,
kekuatan
adalah
kemampuan
neoromuskuler untuk mengatasi tahanan beban luar dan beban dalam. Artinya, tingkat kekuatan olahragawan diantaranya dipengaruhi oleh keadaan: panjang pendeknya otot, besar kecilnya otot, jauh dekatnya titik beban dengan titik tumpu, tingkat kelelahan, jenis otot, potensi otot, pemanfaatan potensi otot, teknik, dan kemampuan kontraksi otot. Sedangkan Suharno HP (1993:39-40) bahwa faktor-faktor penentu baik tidaknya kekuatan seseorang antara lain: 1) Besar kecilnya potongan melintang otot (potongan morfologis yang tergantung dari proses hypertropy otot). 2) Jumlah fibril otot yang turut bekerja dalam melawan beban, makin banyak fibril otot yang bekerja berarti kekuatan bertambah besar. 3) Tergantung besar kecilnya rangka tubuh, makin besar skelet makin besar kekuatan. 4) Innervasi otot baik pusat maupun perifer. 5) Keadaan zat kimia dalam otot (glycogen, ATP). 6) Keadaan tonus otot saat istirahat, tonus makin rendah berartikekuatan otot tersebut pada saat bekerja makin besar. 7) Umur dan jenis kelamin juga menentukan baik dan tidaknya kekuatan otot. Sajoto (1988:108) mengemukakan selain faktor fisiologis, ada beberapa faktor yang mempengaruhi kekuatan otot. Faktor tersebut adalah biomekanik, sistem pengungkit, ukuran otot, jenis kelamin dan faktor umur. 1) Faktor biomekanik Dilihat dari faktor biomekanik, sangat mungkin bila dua orang yang mempunyai jumlah tegangan otot yang sama akan berbeda dalam mengangkat beban. Sebagai contoh A dan B dapat mengangkat beban dengan gaya 200 pound. Keduanya memiliki panjang lengan bawah 12 cm. Tetapi A memiliki panjang jarak antara titik insersio dengan sudut siku 1,5 cm. B memiliki titik insersio dengan sudut siku 2 cm. Maka benda yang dapat diangkat dengan flexi sudut pada siku 900 berbeda jumlahnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
2) Faktor pengungkit Setiap gaya yang ada hubungannya dengan pengungkit dapat dihitung secara mekanik, sehingga letak gaya yang berbeda akan menghasilkan kekuatan yang berbeda. Menurut Sajoto (1988:109) pengungkit dikelompokkan dalam 3 kelas yaitu dibagi menurut letak sumbu pengungkit, gaya beban, dan gaya gerak mengangkat. a) Kelompok III : letak gaya angkat berada diantara sumbu dengan gaya beban b) Kelompok II : letak beban diantara sumbu dengan gaya angkat c) Kelompok I : letak sumbu diantara gaya beban dan gaya angkat.
Gambar 2.15. Sistem Pengungkit M Sajoto (1988:110) 3) Faktor ukuran Besar kecilnya suatu otot berpengaruh pada kekuatan tersebut. Semakin besar serabut otot seseorang, maka semakin kuat pula otot tersebut. Dan semakin panjang ukuran ototnya, semakin kuat juga ototnya. Pembesaran otot disebabkan karena bertambah luasnyaserabut otot akibat dari suatu latihan dan bukan akibat dari pecahnya serabut
per
serabut
otot. Pembesaran
pada
hypertrophy otot dan mengecilnya otot disebut dengan atrophy. commit to user
otot
disebut
dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
4) Faktor jenis kelamin Meskipun wanita yang mengikuti program latihan beban akan berkembang kekuatannya sama dengan perkembangan pada pria. Dan kekuatan otot laki-laki dan perempuan tiap centimeter sama besar. Namun fakta menunjukkan bahwa pada akhir masa puber, anak laki- laki mulai memiliki ukuran otot yang lebih besar dibanding dengan wanita. Dalam olahraga pencak silat gerakan lengan dan tungkai dipengaruhi oleh proporsi tinggi badan. Pesilat dengan tinggi badan yang ideal dimungkinkan memiliki alat gerak yang lebih kuat dan panjang. Dengan demikian dibutuhkan kekuatan untuk dapat menghasilkan tenaga atau gaya yang besar sebagai usaha peragaan teknik dan gerak dorongan kedepan. Kekuatan mutlak dibutuhkan tanpa kekuatan maka gerakan yang dilakukan tidak menghasilkan dorongan. Sesuai dengan hukum Newton III aksi reaksi besarnya gaya yang dikeluarkan oleh otot lengan dan otot tungkai dalam kaitannya dengan postur badan dalam melawan massa tubuh lawan. 2) Berat Badan Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Berat badan merupakan salah satu faktor anthropometri yang sangat penting bagi seorang pesilat, dengan berat badan pesilat akan dapat menentukan di kelas tanding manakah ia akan bertanding. Berat badan yang ideal disertai dengan kemampuan tanding yang mumpuni akan berpengaruh pada prestasi pesilat. Berat badan dan susunan tubuh ditentukan oleh serangkaian faktor keturunan dan perilaku. Pada atlet perorangan (pesilat) susunan tubuh bervariasi sesuai dengan perubahan jangka panjang dalam keseimbangan kalori. Berat badan akan bertambah apabila masukan kalori secara nyata melebihi pengeluaran kalori, berat menurun bila terjadi hal sebaliknya. (Pate, McClenaghan, dan Rotella, 1984: 312). Menurut Pate, McClenaghan, dan Rotella (1984: 312) menggolongkan berat badan adalah sebagai berikut: a)
Penggolongan Berat Badan Berdasar pengukuran tinggi badan (TB) dan berat badan (BB), seseorang dapat
digolongkan ke dalam klafikasi ideal atau normal, kelebihan berat (overweight), kurang berat (underweight), atau terlalu gemuk (obesity). Penggolongan tersebut berpedoman pada index Brocca yaitu BB ideal commit = (TB-100) to user± 10 % (TB-100). Orang yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
mempunyai berat badan 10% diatas berat idealnya termasuk dalam klasifikasi normal plus begitu juga sebaliknya. Golongan yang termasuk dalam klasifikasi overweight adalah orang yang mempunyai berat badan 25% di atas ideal, dan sebaliknya, underweight. 1) Berat Badan Normal Berat badan normal merupakan kondisi seseorang yang masih mempunyai ambang batas normal untuk berat badannya sesuai dengan standard Brocca. Sebagai contoh seseorang yang mempunyai tinggi badan 150 cm, berat badan ideal atau normalnya adalah (150-100) – 10% (150-100) = 45 kg berarti termasuk kategori normal. 2) Berat Badan Normal Plus Berat badan normal plus merupakan kondisi dimana seseorang masih mempunyai ambang batas normal untuk berat badannya sesuai dengan standard Brocca, yaitu berada 10% di atas berat normal. Sebagai contoh seseorang yang mempunyai tinggi badan 150 cm, berat badan ideal atau normalnya adalah (150-100) – 10% (150100) = 45 kg Apabila dia mempunyai berat badan 48 kg berarti termasuk kategori normal plus. 3) Berat Badan Normal Minus Berat badan normal minus merupakan kondisi dimana
seseorang masih
mempunyai ambang batas normal untuk berat badannya sesuai dengan standard Brocca , yaitu berada 10% di bawah berat badan normal. Sebagai contoh seseorang yang mempunyai tinggi badan 160 cm, berat badan ideal/normalnya adalah (160-100)10%(160-100) = 54 kg. Apabila dia mempunyai berat badan 50 kg termasuk kategori normal minus. b. Faktor yang mempengaruhi berat badan Ada beberapa faktor yan mempengaruhi berat badan, antara lain adalah : 1) Kelebihan makanan Kegemukan hanya mungkin terjadi jika terdapat kelebihan makanan dalam tubuh, terutama bahan makanan sumber energi. Dengan kata lain, jumlah makanan yang dimakan melebihi kebutuhan tubuh. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
2) Kekurangan aktifitas dan kemudahan hidup Kegemukan bukan hanya terjadi karena makanan berlebih, tetapi juga karena aktifitas fisik berkurang, sehingga terjadi kelebihan energi. Berbagai kemudahan hidup juga menyebabkan berkurangnya aktifitas fisik, serta kemajuan teknologi diberbagai bidang kehidupan mendorong masyarakat untuk menempuh kehidupan yang tidak memerlukan kerja fisik yang berat. 3) Faktor Psikologik dan Genetik Faktor psikologis sering juga disebut sebagai faktor yang mendorong terjadinya obesitas. Gangguan emosional akibat adanya tekanan psikologis atau lingkungan kehidupan masyarakat yang dirasakan tidak menguntungkan. Saat seseorang merasa cemas, sedih, kecewa atau tertekan, biasanya cenderung mengkonsumsi makanan lebih banyak untuk mengatasi perasan-perasaan tidak menyenangkan. Kegemukan dapat diturunkan dari generasi sebelumnya pada generasi berikutnya dalam sebuah keluarga. Itulah sebabnya kita sering menjumpai orang tua gemuk cenderung memiliki anak-anak yang gemuk pula. Dalam hal ini faktor genetik telah ikut campur menentukan jumlah unsur sel lemak dalam tubuh yang berjumlah besar melebihi ukuran normal, secara otomatis akan diturunkan kepada bayi selama didalam kandungan. Maka tidak heran bila bayi yang lahirpun memiliki unsur lemak tubuh yang relatif sama besar. 4) Pola konsumsi makan Pola makanan masyarakat perkotaan yang tinggi kalori dan lemak serta rendah serat akan memicu peningkatan jumlah penderita obesitas. 5) Kebudayaan Bayi-bayi yang gemuk bisanya dianggap bayi sehat. Bayi yang terlalu gemuk pada usia enam minggu pertama akan cenderung tumbuh menjadi remaja yang gemuk. Beberapa studi menunjukkan bahwa 80% dari anak-anak yang kegemukan akan tumbuh menjadi anak dewasa yang kegemukan (Hutapea, 1994) 6) Faktor hormonal Menurut hipotesa para ahli, Depo Medroxy Progetseron Acetat (DMPA) merangsang
pusat
pengendalian commit tonafsu user makan
dihipotalamus
yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
menyebabkan akseptor makan lebih banyak daripada biasanya (Hartanto, 2004). 7) Faktor lingkungan Faktor lingkungan ternyata juga mempengaruhi seorang menjadi gemuk, jika seseorang dibesarkan dalam lingkungan yang menganggap gemuk adalah simbol kemakmuran dan keindahan maka orang tersebut cenderung menjadi gemuk. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan, untuk memperoleh kondisi fisik yang prima dalam pertandingan pencak silat selain program latihan juga diperlukan program pengaturan berat badan yang dapat di wujudkan dengan menjaga pola makan. Oleh karena itu setiap pesilat yang bertanding pada kelas tanding diharuskan menjaga stabilitas berat badan sepanjang musim latihan dan pertandingan. 3) Panjang tungkai Salah satu komponen penting dalam prestasi olahraga adalah postur dan struktur tubuh. Fox, Bowers dan Foss (1993:542) menyebutkan bahwa “olahragawan profesional dan guru mempunyai pandangan ketertarikan pada postur dan struktur tubuh sebagai pengertian relatif dari tipe tubuh dalam kesuksesan pada berbagai cabang olahraga”, sedangkan M. Sajoto (1988:3) menyatakan bahwa “struktur dan postur tubuh meliputi a) ukuran tinggi dan panjang tungkai, b) ukuran besar, lebar dan berat tubuh, c) somatotype (bentuk tubuh)”. Tungkai merupakan anggota gerak bawah yang terdiri dari seluruh kaki, mulai dari pangkal paha sampai dengan kaki. Yang dimaksud dengan tungkai adalah anggota gerak badan bagian bawah yang terdiri dari tulang anggota gerak bawah bebas (skeleton extremitas inferior liberae). Menurut Soedarminto (1992: 60) tulang-tulang anggota gerak bawah bebas terdiri dari : 1) Femur (tulang paha) 2) Crus / crural (tungkai bawah) a) Tibia b) Fibula 3) Ossa pedis a) Ossa tarsalia Tulang-tulang pergelangan kaki yang terdiri dari tujuh buah tulang. b) Ossa metatarsalia
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
Tulang-tulang telapak kaki yang terdiri dari lima buah tulang. c) Ossa palangea digitorum pedis Tiap-tiap jari terdiri dari tiga ruas tulang kecuali ibu jari hanya terdiri dari dua ruas tulang. Dalam hal ini Ismaryati (2009:191) menyatakan bahwa ukuran panjang tungkai diukur dari tulang belakang bawah atau dapat juga dari trochanter sampai ke lantai (telapak kaki)”.
Gambar 2.16. Pengukuran panjang tungkai, Ismaryati (2009 : 100) Menentukan letak titik trochanter dapat dilakukan dengan cara berdiri di belakang subjek, kemudian meraba bagian lateral dari otot pantat dengan tumit tangan. Ketikan menekan pada sisi kanan subjek maka tangan sebelah kiri ikut membantu memberi penekanan kearah kanan agar trochanter segera dapat terasa dimana letaknya. Setelah menemukan trochanter major, pengukuran harus dilakukan dengan meraba keatas untuk menemukan titik tertinggi dari trochanter dimana tulang masih dapat terasa ketika diberi tekanan yg lebih kuat kebawah. Akan sulit menentukan trochanter pada subjek yang memiliki lemak banyak pada bagian ini. Perkembangan ukuran dan proporsi tubuh seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Pada usia tertentu ukuran dan proporsi tubuh mengalami perkembangan. Demikian juga panjangcommit tungkai juga mengalami peningkatan seiring to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
dengan perkembangan pertumbuhan anak. Sugiyanto (1996:149) menyatakan “Secara proporsi, kaki dan tangan tumbuh lebih cepat dibanding pertumbuhan thorax”. Hal ini terjadi pada masa anak kecil. Dengan percepatan pertumbuhan kaki dan pertumbuhan togok tidak sama, maka anak besar umumnya menjadi tampak panjang kakinya. Perkembangan ukuran dan proporsi tubuh dipengaruhi oleh makanan yang dikomsumsi setiap hari. Makanan yang bergizi akan mempengaruhi pertumbuhan seseorang, baik rangka tubuh maupun organ lainnya. Selain faktor gizi, keturunan merupakan faktor yang sangat menentukan keadaan fisik seseorang. Sugiyanto (1996: 37) mengemukakan bahwa” Faktor keturunan atau genetik merupakan sifat bawaan lahir yang diperoleh dari orang tuanya. Faktor ini menentukan potensi maksimum dan penampilan fisik”. Panjang tulang berkembang melalui osifikasi endokondral (tulang rawan digantikan oleh tulang). Pada janin manusia, model tulang rawan sudah mulai terbentuk. Osifikasi endokhondral dari kerangka tulang rawan dimulai sebelum kelahiran. Setelah lahir, poros dari tulang panjang telah kaku, namun ujung-ujungnya masih terdiri dari tulang rawan. Tulang rawan pada ujung tulang panjang mengeras segera setelah lahir, kecuali tulang rawan yang memisahkan ujung dari sisa tulang. Bagian yang tersisa dari tulang disebut diaphysis. karena tulang panjang tunggal pada anak-anak sebenarnya dapat terdiri dari dua atau tiga tulang yang terpisah, anak-anak memiliki tulang yang lebih daripada orang dewasa. Tulang rawan epifisis bertanggung jawab untuk pertumbuhan panjang dari tulang panjang. Tulang rawan ini tumbuh, tulang rawan terdekat diaphysis mulai mengeras. jika tingkat proses adalah sama, pertumbuhan tulang membujur terjadi. Jika tingkat osifikasi melebihi laju pertumbuhan tulang rawan, tulang rawan epiphysis seluruh mengeras, bergabung diaphysis dengan epiphysis dan berhenti pertumbuhan longitudinal. penutupan epiphysis seperti ini terjadi secara alami pada usia tertentu tetapi tidak menutup sampai setelah usia 25. Tulang pada tungkai dilapisi dengan berbagai macam otot. Otot-otot yang ada di tungkai menurut Luttgens dan Hamilton (1997:212-217) antara lain sebagai berikut: a. Musculus di femur a.
Anterior : -
M. rectus femoris
-
M. vastus intermedius
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
b.
digilib.uns.ac.id 46
-
M. vastus lateralis
-
M. vastus medialis Posterior :
-
M. biceps femoris
-
M. semimembranosus
-
M. semitendinosus
-
M. sartorius
-
M. gracilis
-
M. popliteus
-
M. gastrocnemius
Gambar 2. 17. Muscle of the knee joint Luttgens dan Hamilton (1997:214) a. Musculi regio cruris 1) Anterior : -
M. tibialis anterior
-
M. extensor digitorum longus
-
M. extensor hallucis longus
-
M. peroneus tertius
2) Lateral : -
M. peroneus longus
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
-
digilib.uns.ac.id 47
M. peroneus brevis
3) Posterior : -
M. gastrocnemius
-
M. soleus
-
M. tibialis posterior
-
M. flexor digitorum longus
-
M. flexor hallucis longus
4) Musculi di planta pedis: a) M. extensor digitorum brevis b) M. flexor digitorum brevis c) M. quadratus plantae d) M. lumbricales e) M. abductor hallucis f) M. flexor hallucis brevis g) M. adductor hallucis h) M. abductor digiti minimi i) M. flexor digiti minimi brevis j) M. dorsal interossei k) M. plantar interossei
Gambar 2. 18. Muscle of the ankle and foot Sobotta commit(2006: to user490)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
Tungkai dalam pencak silat memberikan kontribusi dalam membawa tubuh bergerak, gerakan tungkai yang eksplosif merupakan salah satu cara untuk mendukung gerakan tubuh kesegala arah. Semakin besar gaya yang dihasilkan oleh tungkai akan semakin baik gerakan tubuh pesilat untuk mengelak dan menghindar, serta melakukan serang bela, sebagaimana hukum Newton III yaitu hukum aksi reaksi. Selain itu, tungkai merupakan alat serang yang utama dalam pencak silat. Serangan menggunakan tungkai merupakan yang tertinggi dalam setiap pertandingan pencak silat. Pesilat dengan panjang tungkai yang ideal dan baik akan lebih di untungkan dalam hal teknis, seperti jangkauan langkah, jangkauan tendangan serta jarak dalam melakukan serang bela. b. Faktor Fisik dalam Pencak Silat Kategori Tanding Menurut M. Sajoto, (1988 : 57) Kondisi fisik adalah satu kesatuan utuh dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun pemeliharaanya. Artinya bahwa di dalam usaha peningkatan kondisi fisik, seluruh komponen tersebut harus dikembangkan. Kualitas fisik sangat berpengaruh terhadap prestasi seorang olahragawan untuk meraih prestasi sebab teknik, taktik dan mental akan dapat dikembangkan lebih lanjut jika memiliki kualitas fisik yang baik. Sasaran latihan fisik adalah meningkatkan meningkatkan kualitas sistem otot dan kualitas sistem energi yakni melatih unsur gerak atau biomotor, (Djoko Pekik I, 2002: 65). Kondisi fisik yang baik mempunyai keuntungan, diantaranya atlet mampu dan mudah mempelajari keterampilan yang relatif sulit, tidak mudah lelah saat mengikuti latihan maupun pertandingan, program latihan dapat diselesaikan tanpa mempunyai banyak kendala serta dapat menyelesaikan latihan yang berat. Kondisi fisik sangat diperlukan oleh seorang atlet, karena tanpa didukung oleh kondisi fisik yang prima maka pencapaian prestasi puncak akan mengalami banyak kendala, dan mustahil dapat berprestasi tinggi. Adapun kebugaran fisik dapat diartikan sebagai kemampuan untuk berfungsi secara efektif sepanjang hari pada saat melakukan aktifitas, biasanya pada saat kita melakukan kegiatan lain, masih memiliki sisa energi yang cukup untuk menangani tekanan tambahan atau keadaan darurat yang mungkin timbul. Status kondisi fisik seseorang diketahui dengan cara penilaian yang berbentuk tes pengukuran. Tes ini dapat dilakukan di dalam laboratorium ataupun di lapangan. Meskipun tes yang dilakukan di dalam commit laboratorium to usermemerlukan alat-alat yang mahal,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
tetapi kedua tes tersebut hendaknya dilakukan agar hasil penilaian benar-benar objektif. Kondisi fisik dapat mencapai titik optimal jika latihan dimulai sejak usia dini dan dilakukan secara terus menerus. Karena untuk mengembangkan kondisi fisik bukan merupakan pekerjaan yang mudah, harus mempunyai pelatih fisik yang mempunyai kualifikasi tertentu sehingga mampu membina perkembangan fisik atlet secara menyeluruh tanpa menimbulkan efek dikemudian hari. Latihan terprogram berdasarkan prinsip-prinsip latihan secara benar, dapat mencapai hasil sesuai yang diharapkan. Prinsip-prinsip dasar latihan tersebut perlu di implementasikan dalam proses latihan. Penyusunan program latihan yang baik dan benar perlu memperhatikan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan program latihan tersebut dalam meningkatkan prestasi. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah : 1) Intensitas latihan Intensitas latihan adalah dosis beban latihan yang harus dilakukan atlet dalam suatu program latihan tertentu. Intensitas (intensity) latihan sering diartikan sebagai besarnya beban yang harus ditanggung selama latihan dengan indikator jumlah denyutan jantung meningkat tiap menitnya atau denyut nadi latihan (heart rate). Intensitas yang diberikan tidak boleh terlalu rendah atau terlalu tinggi. Apabila intensitas terlalu rendah maka pengaruh latihan sangat kecil atau bahkan tidak ada sama sekali. Sebaliknya apabila terlalu tinggi dapat berakibat terjadinya cedera atau sakit. Jadi dalam menentukan intensitas latihan harus memperhatikan kemampuan masingmasing atlet. Dalam menentukan dosis latihan ada tiga cara yang bisa dicapai sebagai patokan ambang rangsang, yaitu: denyut nadi, asam laktat, dan ambang rangsang anaerobik. Cara yang termudah adalah dengan pengukuran perhitungan denyut nadi. 2) Lama latihan Lama latihan atau durasi latihan adalah berapa minggu atau bulan program latihan itu dijalankan serta berapa lama latihan dilakukan setiap kali latihan (Soekarman, 1987:63, Bompa, Tudor.O, 1990:239), sehingga seorang atlet dapat mencapai kondisi yang diharapkan. Lama latihan ditentukan berdasarkan kegiatan latihan per minggu, per bulan atau aktivitas latihan yang dilakukan dalam jangka waktu per menit atau jam. Lama latihan berbanding terbalik dengan intensitas latihan. Bila commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
intensitas latihan tinggi maka durasi latihan lebih singkat, sebaliknya bila intensitas latihan rendah maka durasi latihan lebih panjang. M. Sajoto (1995:70) menyatakan bahwa “lama latihan hendaknya dilakukan 4 – 8 minggu”. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Pate, Russell R. Clanaghan, Bruce Mc & Rotella Robert (1993 : 318) lama pelatihan 6 - 8 minggu akan memberikan efek yang cukup bagi yang berlatih. Sedangkan Harsono (1988: 117) berpendapat bahwa “untuk tujuan olahraga prestasi, lama latihan 45-120 menit dan untuk olahraga kesehatan lama latihan 20-30 menit dan training zone”. 3) Frekuensi latihan Frekuensi latihan adalah jumlah latihan intensif yang dilakukan dalam satu minggu. Untuk menentukan frekuensi latihan harus memperhatikan kemampuan seseorang, sebab kemampuan setiap orang tidak sama dalam beradaptasi dengan program latihan. Bila frekuensi latihan terlebih dapat mengakibatkan cedera, tetapi bila frekuensi kurang maka tidak memberikan hasil karena otot sudah kembali pada kondisi semula sebelum latihan. Jumlah frekuensi latihan bergantung pada jenis, sifat dan karakter olahraga yang dilakukan. Latihan sebaiknya dilakukan 3 kali dalam satu minggu untuk memberi kesempatan bagi tubuh beradaptasi dengan beban latihan. Sajoto, M (1995: 35) mengemukakan bahwa, ”program latihan yang dilaksanakan 4 kali setiap minggu selama 6 minggu cukup efektif, namun para pelatih cenderung melaksanakan 3 kali setiap minggu untuk menghindari terjadinya kelelahan yang kronis, dengan lama latihan yang dilakukan selama 6 minggu atau lebih. Latihan dengan frekuensi 3 kali perminggu sangat sesuai bagi pemula dan tidak menimbulkan kelelahan yang berarti”. 4) Prosedur Pelatihan Pelaksanaan pelatihan harus sesuai dengan prosedur pelatihan, dimana pelatihan dibagi menjadi 3 bagian yaitu : pemanasan, pelatihan inti dan pelatihan penutup. Halhal tersebut di atas sangat penting dalam menyusun program latihan suatu cabang olahraga, sehingga usaha latihan untuk meningkatkan dari maksimal ke super maksimal dapat terwujud tanpa merugikan atlet karena terjadinya cedera. Otot yang dilatih secara teratur dengan dosis dan waktu yang cukup, akan menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan secara fisiologis yang mengarah pada kemampuan menghasilkan energi yang commit lebih besar dan dapat memperbaiki penampilan to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
fisik (Fox, Bowers, D. Foss:1988). Perubahan-perubahan biokimia yang terjadi dalam otot skelet sebagai akibat dari latihan yang dilakukan berupa : 1) Konsentrasi karotin otot meningkat 39 %, PC 22%, ATP 18% dan Glikogen 66%. 2) Aktivitas enzim glikolitik meningkat 3) Aktivitas enzim pembentuk kembali ATP disebut dapat meningkat kecil dan tidak dapat ditentukan. 4) Aktivitas enzim daur Kreb’s mengalami sedikit peningkatan. 5) Konsentrasi mitochondria tampak menurun karena akibat meningkatnya ukuran myofibril dan bertambahnya cairan otot atau sarkoplasma. Adapun perubahan fisiologis sebagai akibat dari latihan menurut (Fox, Edward. L; Bowers; D Foss, 1988) adalah sebagai berikut: 1) Perubahan biokimia dalam jaringan 2) Perubahan sistemik, yaitu perubahan sistem sirkulasi dan respirasi dan sistem pengangkutan oksigen 3) Perubahan yang terjadi pada komposisi tubuh, kadar kolesterol dan trigliserida, perubahan tekanan darah, perubahan oklimatisasi pada panas Latihan fisik yang dilakukan secara sistematis, teratur dan kontinyu serta menerapkan prinsip-prinsip latihan yang baik dan tepat akan menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan terhadap tubuh yang mengarah pada peningkatan kemampuan tubuh untuk melaksanakan kerja yang lebih berat. Agar dapat mencapai hasil sesuai yang diharapkan, program latihan yang disusun dan dilakukan harus memperhatikan prinsip-prinsip latihan secara benar. Prinsip- prinsip latihan yang perlu digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan latihan, menurut Sajoto, M. (1995:30-31) yaitu: 1) Prinsip overload (beban lebih) 2) Prinsip penggunaan beban secara progresif 3) Prinsip pengaturan latihan 4) Prinsip kekhususan program latihan Menurut Sadoso Sumosardjuno (1994:10) bahwa, “latihan harus dikhususkan pada olahraga yang dipilihnya serta memenuhi kebutuhan khusus dan strategi untuk olahraga yang dipilih”. Proses latihan yang dilakukan harus menyangkut beberapa aspek diantaranya: (1) khusus terhadap sistem energi utama yang diperlukan (2) khusus terhadap kelompok otot yang dilatih, dan (3) khusus commit to user terhadap pola gerak yang sesuai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
dengan keterampilan cabang olahraga yang akan dikembangkan, pada pembinaan prestasi pencak silat, pembentukan unsur-unsur fisik antara lain meliputi latihan daya tahan (endurance), latihan kekuatan otot (muscle strenght), latihan kecepatan (speed), latihan tenaga ledak (muscle explosive power), latihan ketangkasan (agility), latihan kelentukan (flexibility), latihan keseimbangan (balance). (Joko Subroto, 1994;22). Sementara itu Claude Bouchard dkk (1974) mengunakan istilah Physical Qualities mengklasifikasi domain fisik sebagai berikut : a. Kualitas Organik 1) Kapasitas Aerobik 2) Kapasitas Anaerobik b. Kualitas Otot 1) Kekuatan Otot 2) Kapasitas Aerobik Otot Lokal 3) Kapasitas Anaerobik Otot Lokal 4) Power 5) Fleksibilitas c. Kualitas Persepsi Kinetik 1) Kecepatan Mereaksi 2) Kecepatan Bergerak 3) Koordinasi Syaraf-Otot 4) Kepekaan Kinetik Masing-masing pengertian diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Kualitas Organik 1) Kapasitas aerobik adalah kualitas yang membuat seseorang mampu melaksanakan kerja otot yang bersifat menyeluruh selama mungkin dalam kondisi aerobik, yaitu kondisi dimana kebutuhan oksigen perlu tercukupi untuk memproduksi adenosine tri posphat (ATP). Kapasitas aerobik ditentukan oleh kapasitas fungsional jantung dan efisiensi penyediaan oksigen. 2) Kapasitas anaerobik adalah kualitas yang membuat
seseorang mampu
melaksanakan kerja otot yang bersifat menyeluruh selama mungkin dalam kondisi anaerobik, yaitu kondisi dimana oksigen tidak mutlak diperlukan dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
memproduksi ATP. Kapasitas anaerobik ditentukan oleh kapasitas maksimum konsumsi oksigen dan kapasitas psikologis melawan kesulitan fisiologis. b. Kualitas Otot 1) Kekuatan Otot adalah kualitas yang memungkinkan pengembangan tegangan otot dalam kontraksi yang maksimal atau kemampuan menggunakan daya tegang untuk melawan beban atau hambatan. Kekuatan ditentukan oleh volume otot dan kualitas control pada otot yang bersangkutan. 2) Kapasitas aerobik otot lokal adalah kualitas yang memungkinkan seseorang melakukan usaha yang menggunakan otot lokal atau sekelompok otot tertentu selama mungkin dalam kondisi aerobik. Kapasitas ini ditentukan oleh kualitas sirkulasi lokal serta konsentrasi mioglobin dan kekuatan otot. 3) Kapasitas anaerobik otot lokal adalah kualitas yang memungkinkan seseorang melakukan usaha yang menggunakan otot lokal selama mungkin dalam kondisi anaerobik. Kapasitas ini ditentukan oleh tingkat kekuatan otot dan kapasitas psikologis untuk bertahan terhadap rasa sakit pada otot. 4) Power atau daya ledak eksplosif adalah kualitas yang memungkinkan otot atau sekelompok otot untuk menghasilkan kerja fisik yang eksplosif. Power ditentukan oleh kekuatan otot dan kecepatan rangsang syaraf serta kecepatan kontraksi otot, produksi energi secara biokimia dan pertimbangan mekanik gerak. Dari berbagai prinsip yang telah diuraikan di atas, maka faktor kondisi fisik yang sesuai dengan karakteristik cabang olahraga pencak silat adalah sebagai berikut : 1.
Fleksibilitas Menurut Setiawan (1991: 67) fleksibilitas adalah kemampuan seseorang dapat
melakukan gerak dengan ruang gerak seluas-luasnya dalam persendian, sedangkan fleksibilitas menurut Bompa (1994: 317) yaitu kapasitas melakukan pergerakan dengan jangkauan yang seluas-luasnya. Fleksibilitas mengandung pengertian, yaitu luas gerak satu persendian atau beberapa persendian. Ada dua macam fleksibilitas , yaitu (1) fleksibilitas statis, dan (2) fleksibilitas dinamis. Fleksibilitas statis ditentukan oleh ukuran dari luas gerak satu persendian atau beberapa persendian. Sebagi contoh untuk pengukur luas gerak persendian tulang belakang dengan cara sit and reach, front splits, dan slide splits. Sedangkan fleksibilitas dinamis adalah kemampuan seseorang dalam bergerak dengan kecepatan yang tinggi (Sukadiyanto, 2002: 119). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
Fleksibilitas yang baik pada umumnya dicapai bila semua sendi tubuh menunjukkan kemampuan dapat bergerak dengan lancar sesuai dengan fungsinya. Lentuk tidaknya seseorang ditentukan oleh luas sempitnya ruang gerak sendi-sendi yang dapat dilakukan. Fleksibilitas yang dimiliki oleh seseorang tergantung pada beberapa faktor. Faktor penentu kelentukan adalah: (1) elastisitas dari otot, ligamentum, tendo, dan capsul, (2) luas sempitnya ruang gerak sendi (ROM), (3) tonus otot, tendo, ligamentum, dan cupsula, (4) tergantung dari derajat panas diluar (temperatur), (5) unsur jemu, muram, takut, senang, semangat (6) kualitas tulang-tulang yang membentuk persendian (7) faktor umur dan jenis kelamin (Suharno, 1993: 53). Fleksibilitas adalah suatu kualitas fisik yang sangat mudah dikembangkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan M. Sajoto (1988:45), bahwa: fleksibilitas adalah kemampuan untuk menggunakan ayunan-ayunan, gerakan-gerakan dalam persendian kemampuan maksimum. Lebar ayunan gerakan-gerakan (keleluasaan gerakan-gerakan) dalam tulang-tulang sendi harus dilatih dalam semua arah yang mungkin sesuai dengan struktur anatomi tubuh. Dalam gerakan-gerakan yang memerlukan lebar ayunan maksimum, fleksibilitas sering terbatas karena kapasitas pengembangan otot-otot antagonis. Perkembangan fleksibilitas seseorang dipengaruhi oleh usia. Perkembangan fleksibilitas pada tiap tingkatan usia berbeda. Pada umumnya anak kecil memiliki otot yang lebih lentur (fleksibel), keadaan tersebut akan terus meningkat pada usia belasan tahun (usia sekolah). Memasuki usia remaja fleksibilitas mereka cenderung mencapai puncak perkembangannya, setelah fase itu secara perlahan-lahan fleksibilitas mereka menurun (Michael J. Alter, 1996: 15). Perbaikan dalam fleksibilitas otot dapat mengurangi terjadinya cidera pada otototot, membantu dalam mengembangkan kecepatan, koordinasi, kelincahan atau agility, membantu memperkembangkan prestasi, menghemat pengeluaran tenaga pada waktu melaksanakan gerakan dan memperbaiki sikap tubuh (Harsono, 1988: 163). Macammacam latihan peregangan terdiri dari, 1) peregangan balistik, 2) peregangan statis, 3) peregangan pasif, dan 4) peregangan kontraksi-relaksasi (Pate, 1993: 330).. Suharno H.P (1993:35) mengatakan ada dua macam fleksibilitas, yaitu : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
a) Fleksibilitas umum; yaitu kemampuan seseorang dalam gerak dengan amplitude yang keras dimana sangat berguna dalam gerakan olahraga pada umumnya dan menghadapi dunia kerja dalam kehidupan sehari-hari. b) Fleksibilitas khusus; yaitu kemampuan seseorang dalam gerak amplitude yang luas dan berada dalam suatu cabang olahraga. Kapasitas melakukan pergerakan yang tinggi dan lebar disebut fleksibilitas atau mobilitas dan merupakan hal yang signifikan dalam olahraga. Hal ini merupakan persyaratan yang mutlak bagi keterampilan dengan pergerakan tinggi dan meningkatkan peringanan dimana pergerakan cepat mungkin akan dilakukan. Keberhasilan dalam melakukan pergerakan semacam ini bergantung pada lebar tulang sendi atau jarak gerakan, yang harus lentuk dan dikembangkan agar berada dalam sisi yang aman. Kelentukan yang baik menurut Harsono, (1988:163) akan bermanfaat bagi atlet, diantaranya adalah : a. Mengurangi kemungkinan terjadinya cedera-cedera pada otot dan sendi. b. Membantu dalam mengembangkan kecepatan, koordinasi, dan kelincahan. c. Membantu perkembangan prestasi d. Menghemat pengeluaran tenaga pada waktu melakukan gerakan-gerakan. e. Membantu memperbaiki sikap tubuh Menurut Tudor O. Bompa (1994:317), suatu perkembangan fleksibilitas yang tidak mencukupi atau tidak adanya fleksibilitas mungkin berakibat pada beragam difisiensi, antara lain : (a) belajar, atau penyempurnaan beragam pergerakan terganggu, (b) atlet gampang menderita luka-luka, (c) perkembangan kekuatan, kecepatan dan koordinasi berefek dirugikan, (d) kualitas pergerakan jadi terbatas, ketika seseorang memiliki fleksibilitas maka keterampilannya mungkin akan dilakukan lebih cepat, lebih energik, lebih mudah dan lebih ekspresif. Selanjutnya faktor-faktor yang mempengaruhi fleksibilitas menurut Tudor O. Bompa (1994:317-319) adalah sebagai berikut : a) Fleksibilitas dipengaruhi bentuk, tipe, struktur persendian. Ikatan ligament dan urat daging tendon juga mempengaruhi fleksibilitas, lebih elastis dan lebih lebar pergerakan. b) Otot yang melewati atau berbatasan dengan tulang sendi juga mempengaruhi fleksibilitas. Dalam pergerakan apapun, otot secara aktif (agonist) commit tokontraksi user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
bersamaan dengan relaksasi atau pertentangan otot antagonist. Lebih mudah otot mengalahkan resistensinya. Kapasitas urat otot untuk merentang meningkat sebagai hasil pembinaan fleksibilitas. Bagaimanapun juga daya fleksibilitas sering terbatas tanpa memperhatikan jumlah aktifitas gerak yang dilakukan. Jika otot antagonist tidak kendur atau kurang koordinasi antara kontraksi (agonist) dan relaksasi (antagonist). Oleh karena itu, tidak mengejutkan jika seseorang dengan koordinasi kurang/ketidakmampuan
merelaksasi
otot
antagonist,
mungkin
memiliki
fleksibilitas yang rendah. c) Usia dan jenis kelamin mempengaruhi fleksibilitas, individu lebih muda dan perempuan cenderung lebih lentuk. Fleksibilitas maksimum dapat dicapai pada usia 15-16 tahun. d) Temperatur tubuh. Pada umumnya temperature otot khususnya mempengaruhi lebar pergerakan. Sama halnya dengan lebar pergerakan naik mengikuti pemanasan normal karena aktifitas fisik progresif mengintensifkan aliran darah dan membuat otot lebih elastis. e) Melakukan peregangan (stretching) sebelum pemanasan, merupakan hal yang penting. Seperti ditunjukkan oleh rangkaian gerak yang diikuti selama pemanasan, pembinaan fleksibilitas mengikuti beragam tipe jogging dan senam. Sewaktu pergerakan fleksibilitas dilakukan, temperature otot meregang tanpa menyebabkan luka. Hasil yang diharapkan merupakan nilai tertinggi fleksibilitas didapak dengan mengikuti pemanasan normal dan 21% lebih besar daripada minum air panas dan 89% lebih besar daripada tidak melakukan pemanasan sama sekali. f) Fleksibilitas dapat beragam dalam waktu-waktu tertentu. Pergerakan paling lebar adalah jam 10.00-11.00 dan 16.00-17.00, sementara pergerakan terendah terjadi di waktu fajar. g) Kekuatan otot yang kurang memadai juga menghambat lebar beragam gerak. Jadi kekuatan merupakan komponen penting fleksibilitas dan sebaiknya diperhatikan oleh pelatih. Bagaimanapun juga ada pelatih dan atlet yang memiliki kesan mendapatkan fleksibilitas tinggi akan berefek terhadap kekuatan. Teori tertentu berdasar fakta kalau peningkatan ukuran otot mengurangi fleksibilitas tulang sendi. Bagaimanapun juga kapasitas otot untuk meregang mempengaruhi kemampuan untuk melakukan kekuatan. Kekuatan danto kelemahan tersebut harmonis karena commit user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
kekuatan bergantung pada seksi persaingan otot sementara fleksibilitas bergantung pada seberapa jauh otot mampu direnggangkan. Hal tersebut merupakan mekanisme berbeda dan tidak saling melenyapkan satu dengan lainnya. h) Kelelahan dan kondisi emosi mempengaruhi fleksibilitas secara signifikan. Kondisi emosional positif memberi pengaruh positif terhadap fleksibilitas dibandingkan dengan rasa depresif. Fleksibilitas juga dipengaruhi oleh keletihan dan keletihan berakumulasi terhadap gerak akhir. Fleksibilitas adalah suatu kualitas fisik yang sangat mudah dikembangkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan M. Sajoto (1988:45), bahwa: fleksibilitas adalah kemampuan untuk menggunakan ayunan-ayunan, gerakan-gerakan dalam persendian kemampuan maksimum. Lebar ayunan gerakan-gerakan (keleluasaan gerakan-gerakan) dalam tulang-tulang sendi harus dilatih dalam semua arah yang mungkin sesuai dengan struktur anatomi tubuh. Gerakan-gerakan yang memerlukan lebar ayunan maksimum, fleksibilitas sering terbatas karena kapasitas pengembangan otot-otot antagonis. Menurut Harsono (2001) ada beberapa metode latihan untuk mengembangkan kemampuan kelentukan seseorang adalah sebagai berikut : 1. Peregangan dinamis (dynamic stretching) Metode latihan tradisional untuk melatih fleksibilitas adalah metode peregangan dinamis (dynamic stretch). Peregangan dinamis biasanya dilakukan dengan menggerak-gerakkkan tubuh atau anggota tubuh secara ritmis (berirama) dengan gerakan memutar atau memantul-mantulkan anggota-anggota tubuh, sedemikian rupa sehingga otot-otot Terasa teregangka, dan yang dimaksud ialah untuk secra bertahap meningkatkan secara progresif ruang gerak sendi-sendi. Metode peregangan dinamis akan menyebabkan terjadinya refleks-regang. Seperti dikatakan oleh De vrie (1961) a rapid forcefull stretch is known to evoke the stretch reflex. Oleh karena itu gerakan yang dinamis berfungsi untuk melindungi otot dari cedera akibat peregangan yang berlebihan (overstretching) 2. Peregangan statis (static stretching) Cara lain untuk mengembangkan kelentukan adalah dengan latihan peregangan statis (static stretch). Dalam latihan peregangan statis pelaku mengambil sikap sedemikian rupa sehingga meregangkan suatu kelompok otot tertentu. Misalnya sikap berdiricommit denganto tungkai lurus, badan dibungkukkan, user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
tangan menyentuh lantai. Sikap demikian meregangkan kelompok otot belakang paha dan sendi panggul. Sikap ini dipertahankan secar statis (tidak digerakgerakkan) untuk beberapa detik. Yaitu sekitar 20-30 detik. 3. Peregangan pasif (passive stretching) Dalm metode ini pelaku merilekskan suatu kelompok otot tertentu, kemuduian temannya membantu meregangkan otot tersebut. Secara perlahanlahan sampai titik fleksibilitas maksimal tercapai, tanpa keikutsertaan secara aktif dari pelaku. Sikap regang ini dipertahankan selama 20-30 detik. Selain efektif untuk melatih fleksibilitas, keuntungan peregangan pasif adalah juga rileksasi dari otot-otot yang meregang lebih rileks daripada peregangan statis, karena otot-otot akan dapat meregang lebih jauh. 4. Peregangan PNF (Propioceptive Neuromuscular Facilitation) Sebelum diregangkan otot ditegangkan dulu secar isometric (6-10 detik) kemudian otot diregangkan dengan metode pasif selam 20-30 detik. Suatu penelitian menunjukkan bahwa metode peregangan ini lebih efektif daripada metode peregangan yang lain. Menurut
M.Furqon
H
(1982:89)
pembinaan
fleksibilitas
merupakan
pengembangan elastisitas legamentum-legamentum, tendon-tendon dan terutama otototot. Faktor internal dan eksternal yang berbeda sangat mempengaruhi fleksibilitas. Di dalam kondisi-kondisi eksternal dimasukkan kondisi cuaca dan iklim (dalam hal ini sore hari lebih menguntungkan dan akhirnya durasi dan kualitas pemanasan dalam beban kerja seharian). Kondisi-kondisi internal mencakup keadaan kelelahan atau tingkat perangsangan sebelum dan selama kompetisi. Menurut M. Sajoto (1988:21) kelelahan dan keadaan emosional yang tinggi berpengaruh negatif terhadap kemungkinan fleksibilitas. Faktor-faktor yang mempengaruhi fleksibilitas menurut M. Furqon H (1982: 99100) antara lain (1) pengaruh usia, (2) persyaratan-persyaratan fleksiblitas dari cabang olahraga dan teknk olahraga, (c) faktor internal dan eksternal. Perkembangan fleksibilitas dari anak, remaja dan dewasa dipengarui oleh otot dan tulang. Pada usia enam tahun peningkatan jaringan otot lebih banyak dan pertumbuhan tulang juga meningkat. Diantara penelitian fleksibilitas yang dilakukan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
yang cukup menarik dilakukan oleh Hupprich dan Sigerseth dalam (Koesnadi et al, 1988:56). Mereka mengukur fleksibilitas : 1) Sampai umur 12 tahun anak perempuan mengalami peningkatan fleksibilitas secaraumum dan setelah usia 12 tahun akan mengalami penurunan. 2) Ada pengecualian penurunan fleksibilitas secara umum tersebut, yaitu pada bahu, lutut dan paha. Fleksibilitas sudah mulai menurun sesudah umur 6 tahun. 3) Fleksibilitas pergelangan kaki konstan seumur hidup. 4) Fleksibilitas salah satu bagian tubuh tidak bisa menaksir fleksibilitas tubuh yang lain. Untuk mengembangkan fleksibilitas tungkai dapat dilakukan latihan peregangan otot, seperti: peregangan dinamis dan peregangan statis. Memperbaiki kelentukan daerah gerak suatu persendian, harus dilakukan beberapa bentuk peregangan yang dinamis dan statis agar badan menjadi normal kembali atau bahkan kondisi lebih baik. Komponen fleksibilitas merupakan unsur penting dalam pembinaan olahraga prestasi. Oleh karena fleksibilitas sangat berpengaruh terhadap komponen biomotor yang lain. Kurang lentuk (lentur) adalah salah satu faktor yang menyebabkan prestasi kurang memuaskan dan teknik yang tidak efisien, termasuk pula penyebab dari banyak ketegangan dan sobeknya otot dalam berolahraga. Lebih jauh lagi kelentukan yang tidak memadai juga menjadi penyebab tidak meningkatnya kecepatan dan terbatasnya daya tahan. Kelentukan yang tidak memadai akan memaksa otot untuk bekerja lebih keras untuk mengatasi tahanan kegiatan yang dinamis dan berlangsung lama. Dengan menambah luas ruang gerak di sendi bahu, panggul, togok dan engkel mungkin saja kecepatan dan kelincahan seseoang akan bertambah baik, bahkan dampaknya sampai pada adanya penghematan dalam penggunaan energi. Sehingga atlit dapat bekerja lebih keras dan lebih lama. Fleksibilitas tungkai akan menunjang penguasaan teknik pencak silat. Pesilat akan dapat menerapkan setiap teknik tanding dengan hasil yang memuaskan jika memiliki tubuh yang lentur dan tidak kaku. Fleksibilitas juga akan mempengaruhi nilai estetika pencak silat yang luwes, mempermudah pesilat untuk meraih poin karena kejelasan nilai teknik yang diperagakan, sedangkan menurut Harsono (1988:163), mengemukakan bahwa kelentukan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
sendi, ruang gerakan sendi kelentukan juga ditentukan oleh elastis tidaknya otot-otot, tendo, dan ligamen. Kesimpulan yang dapat ditarik dari pendapat di atas adalah, orang yang mempunyai kelentukan yang baik, khususnya kelentukan tungkai adalah orang yang mempunyai ruang gerak yang luas pada sendi-sendi tungkai dan mempunyai otot-otot yang elastis pada tungkai. Karena kebanyakan pesilat menggunakan teknik serangan dan bertahan menggunakan tungkai untuk meraih poin, maka kelentukan pada otot tungkai harus dimiliki oleh setip pesilat. Dalam pencak silat fleksibilitas mutlak dimiliki oleh pesilat, mengingat pencak silat adalah olahraga beladiri yang mengutamakan keluwesan dan estetika gerak yang baik. Semakin baik fleksibilitas yang dimiliki oleh pesilat maka akan semakin halus gerakan yang ditampilkan dalam serang bela. 2.
Daya tahan Daya tahan merupakan kemampuan tubuh atau bagian tubuh dalam
melakukan kerja dalam waktu tertentu yang dipengaruhi oleh kemampuan kerja dari sistem kerja kardiorespiratori. Daya tahan sering didefinisikan sebagai kemampuan kerja otot melakukan kerja dalam waktu yang lama, namun para ahli mengklasifikasikan daya tahan berdasarkan lama kerja kedalam tiga kelompok, yaitu daya tahan waktu lama, sedang dan pendek. Dalam olahraga, daya tahan dikenal sebagai kapasitas daya tahan organisme melawan kelelahan dalam penampilan yang berlangsung lama. Namun demikian arti penampilan yang berlangsung lama adalah, juga tidak sesederhana itu, karena dalam perlombaan lari 200 m, seorang atlet memerlukan kualitas daya tahan tertentu. Berbagai cabang olahraga yang memerlukan unsur daya tahan adalah sangat luas.Ini mencakup nomor-nomor yang memerlukan waktu beberapa detik sampai lari marathon yang lebih dari 2 jam. Lama waktu suatu penampilan dalam olahraga berada dalam hubungan langsung dengan intensitas latihan. Oleh karena itu makin lama penampilan berlangsung, maka makin rendah intensitas atau kesempatan penampilan dan sebaliknya. Berkaitan dengan daya tahan, Suharto (2000:115) mengemukakan, daya tahan adalah kemampuan organisme tubuh untuk mengatasi kelelahan yang disebabkan oleh pembebanan yang berlangsung relatif lama. Suharto juga membagi daya tahan menjadi dua, yaitu: daya tahan aerobik dan daya tahan anaerobik. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
a) Daya tahan Aerobik Adalah kemampuan organisme tubuh mengatasi kelelahan yang disebabkan pembebanan aerobik yang berlangsung lama.Yang termasuk pembebanan aerobik adalah segala aktivitas fisik yang berlangsung relatif lama dengan intensitas rendah sampai sedang. Gallahue dan Ozmun (1997:375) mengatakan bahwa ‘cardiovascular or aerobic endurance is related to the functioning of the heart, lungs and vascular system’. b) Daya tahan Anaerobik Adalah kemampuan organ tubuh mengatasi kelelahan yang disebabkan pembebanan yang berlangsung secara anaerobik dengan intensitas tinggi (80%-100%). Daya tahan yang dibutuhkan dalam pencak silat kategori tanding adalah daya tahan anaerobic, sedangkan sistem energi yang dibutuhkan adalah anaerobik alaktik yang menghasilkan ATP-PC. Pertandingan pencak silat dilakukan dalam 3 babak dengan waktu 2 menit bersih setiap babak. Selama dalam pertandingan kurun waktu terjadi fight rata-rata 14 kali dalam satu babak. Hal ini menyebabkan kecenderungan adanya sisa pembakaran yang tidak dapat diresintesis menjadi energi kembali untuk itu diperlukan sistem energi anaerobik laktik agar kerja otot dapat berlangsung lebih lama lagi. Dengan adanya bantuan dari sistem glikolisis anaerobik akan dapat memperpanjang kerja otot kira-kira 120 detik. Pada umumnya latihan daya tahan mengembangkan kapasitas fungsional suatu organisme. Ekspresi-ekspresi seperti kesegaran jasmani atau stamina adalah erat kaitannya dengan masalah ini. Realisasi pentingnya latihan daya tahan untuk setiap orang berakibat dalam kegiatan seluruh dunia. Olahraga untuk setiap orang (sport for all) untuk meningkatkan kesehatan dalam individu-individu dengan daya tahan yang mudah dikonsentrasikan dengan latihan-latihan seperti jogging, bersepeda atau renang. Organ-organ yang dibebani dengan latihan daya tahan adalah: a. Jantung dan sirkulasi darah (sistem kardiovaskuler) b. Paru-paru dan ventilasi paru-paru (sistem pulmonary) c. Sistem jantung dan sirkulasi dalam hubungannya dengan paru-paru dan respirasi (sistem kardiopulmonari) Latihan daya tahan mengembangkan kapasitas fungsional di samping daya tahan otot-otot elawan kelelahan. Menurut Josef Nosseck (1982) dalam M. Furqon H. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
(1995: 75), berdasarkan jumlah otot yang terlibat dalam aktivitas gerakan, dibuat pembagian berikut: a. Nomor-nomor dan latihan-latihan dimana hanya 1/3 dari otot tubuh yang bekerja menyebabkan kelelahan lokal dengan latihan daya tahan (misalnya latihan gerak halus). b. Nomor-nomor dan latihan-latihan yang menyebabkan yang menyebabkan kelelahan regional dengan hamper 2/3 otot tubuh bekerja dalam aktivitas (misalnya latihan sirkuit). c. Nomor-nomor dan latihan-latihan yang menyebabkan kelelahan global atau total dengan lebih dari 2/3 otot-otot tubuh bekerja (misalnya dayung, tinju, dsb.). Fox, Edward. L; Bowers; D Foss (1988:27) menyatakan bahwa, prinsip dasar dalam program latihan adalah mengetahui sistem energi utama yang dipakai untuk melakukan aktivitas dan kemudian melalui prinsip overload, disusunlah suatu program latihan yang akan mengembangkan sistem energi khusus tersebut. Menurut Fox, Edward L (1984 : 34-36 ), sistem energi berdasarkan waktu penampilan olahraga secara umum dibedakan menjadi 4 (empat) bidang, yaitu : 1) Bidang 1, semua aktivitas yang memerlukan waktu penampilan kurang dari 30 detik. Sistem energi utama yang terlibat adalah ATP-PC, contoh olahraganya adalah lari 100 m, pukulan dalam tenis dan golf, gerakan lari pemain belakang sepakbola. 2) Bidang 2, semua aktivitas yang memerlukan waktu penampilan antara 30 detik sampai 1 ½ menit. Sistem energi utama yang terlibat adalah ATP-PC dan asam laktat, contoh olahraganya adalah lari 200 meter dan 400 meter, renang gaya bebas 100 meter 3) Bidang 3, semua aktivitas yang memerlukan waktu penampilan antara 1 ½ menit sampai 3 menit. Sistem energi utama yang terlibat adalah asam laktat dan Oksigen, contoh olahraganya adalah lari 800 meter dan 1500 meter, renang gaya bebas 200 dan 400 meter, nomor-nomor senam, tinju (3 menit tiap ronde ) dan gulat (2 menit tiap babak) 4) Bidang 4, semua aktivitas yang memerlukan waktu penampilan lebih dari 3 menit. Sistem energi utama yang terlibat adalah Oksigen. Contoh olahraganya adalah lari commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
marathon, renang gaya bebas 1500 meter dan jogging, sedangkan karakteristik umum dari sistem energi tersebut, dapat dilihat dalam tabel dibawah ini : Tabel 2.1 Karakteristik Umum Sistem Energi Sistem ATP-PC
Sistem Lactid Acid
Sistem Oksigen
Anaerobik (tanpa
Anaerobik
Aerobik
Sangat cepat
Cepat
Lambat
Bahan bakar kimia : PC
Bahan bakar makanan :
Bahan bakar makanan :
Glikogen
glikogen dan protein
Produksi ATP terbatas
Produksi ATP tidak
oksigen)
Produksi ATP sangat terbatas
terbatas
Penyimpanan /
Dengan memproduksi
Dengan memproduksi
penimbunan di otot
Lactid Acid
Lactid acid
terbatas
menyebabkan kelelahan
tidak melelahkan
otot Menggunakan aktivitas
Menggunakan aktivitas
Menggunakan daya tahan
lari cepat atau berbagai
dengan lama antara 1 –
atau aktivitas dengan
power yang tinggi,
3 menit
durasi panjang
waktu aktivitasnya pendek (Dikutip dari Fox, Edward. L,1984:22) Berdasarkan pendapat diatas, Pencak silat merupakan olahraga yang masuk pada bidang 3, karena pencak silat menggunakan memerlukan waktu penampilan antara 1 ½ menit sampai 3 menit. Sistem energi utama yang terlibat adalah asam laktat dan Oksigen. Dalam pertandingan pencak silat kategori tanding, pemenuhan energi menjadi sangat penting karena akan menunjang penampilan pesilat di dalam gelanggang. Menurut Awan Hariono (2006: 30) rata-rata pada waktu kerja melakukan fight dalam pertandingan pencak silat diperlukan waktu kira-kira selama 3-5 detik. Bila pada serangan terakhir masing-masing pesilat melakukan empat jenis serangan dan kaki tidak dapat ditangkap lawan, maka akumulasi waktu yang diperlukan selama proses tersebut menjadi 10 detik dengan demikian sistem energi yang diperlukan adalah sistem energi commit user memerlukan waktu maksimal 10 anaerobik alaktik ATP-PC, sebab waktu kerja to hanya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
detik. Hal ini sesuai dengan ciri-ciri sistem energi anaerobik alaktik yaitu: (1) intensitas kerja maksimal (2) lama kerja 10 detik, (3) irama kerja eksplosif (4) aktifitas menghasilkan adenosin diposphat (ADP + energi) (Sukadiyanto, 2005: 35). 3.
Kecepatan Kecepatan merupakan salah satu komponen kondisi fisik yang diperlukan dalam
setiap cabang olahraga. Setiap aktivitas olahraga baik yang bersifat permainan, perlombaan, maupun pertandingan selalu memerlukan komponen kondisi fisik kecepatan. Untuk itu kecepatan merupakan salah satu unsur kondisi fisik dasar yang harus dilatihkan dalam upaya mendukung pencapaian prestasi olahragawan. Kecepatan menurut Suharno HP (1986:47) adalah “kemampuan atlet untuk melakukan gerakangerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya”. Kecepatan merupakan komponen fisik yang sangat esensial dalam berbagai cabang olahraga, karena kecepatan termasuk dalam unsur-unsur kondisi fisik dasar selain kekuatan (strength) dan daya tahan (endurance) (Nosseck, Joseph; 1982:19). Kecepatan harus dirangsang agar tercipta gerak secepat mungkin. Kecepatan umumnya terbagi ke dalam 3 bentuk: (1) kecepatan gerak dari segmen–segmen tubuh, (2) kecepatan lari akselerasi, dan (3) kecepatan lari maksimal. Sementara itu pada bagian lain Jonath membagi kecepatan sesuai dengan pembagian gerak yaitu kecepatan gerak siklis dan kecepatan gerak asiklis. Kecepatan gerak siklis adalah produk yang dihitung dari frekuensi gerak dan amplitudo gerak, maka gerak ini dapat dibedakan pada faktor; kecepatan reaksi, percepatan gerak, ketepatan dan stamina. Contoh gerak ini adalah lari 100 meter. Sedangkan kecepatan asiklis merupakan kecepatan masing– masing otot yang terletak dalam otot, dalam hal ini adalah keterampilan. Dengan kata lain bahwa keterampilan disusun berdasarkan pengintegrasian penampilan gerakan secara fungsional dalam satu gerakan, contoh gerakan ini seperti tolak peluru, lempar cakram atau seperti gerakan menendang dalam pencak silat. Menurut Sukadiyanto (2002) terdapat dua macam kecepatan, yaitu : kecepatan reaksi dan kecepatan gerak. Dengan demikian yang dimaksud dengan kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk menjawab rangsang dengan bentuk gerak atau serangkaian gerak dalam waktu secepat mungkin yang terdiri dari kecepatan reaksi dan kecepatan gerak. Kecepatan dalam olahraga pencak silat dilakukan untuk melakukan berbagai teknik serangan dan belaan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
Sementara itu Bompa (1990:263) mengemukakan kecepatan adalah salah satu komponen biomotorik yang penting untuk aktivitas olahraga. Menurut Nosseck, Joseph (1982:870) ”Kecepatan merupakan kualitas kondisional yang memungkinkan seorang olahragawan untuk bereaksi secara cepat bila dirangsang dan untuk menampilkan atau melakukan gerakan secepat mungkin”. Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli, dapat diambil kesimpulan bahwa kecepatan adalah suatu kemampuan tubuh untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang singkat, atau kemampuan untuk menempuh suatu jarak dalam waktu yang secepat-cepatnya. Menurut Nosseck, Joseph (1982:91) kecepatan dibagi menjadi tiga macam yaitu : 1) Kecepatan sprint (sprinting speed) adalah kemampuan untuk gerak kedepan dengan kekuatan dan kecepatan maksimal 2) Kecepatan reaksi (reaction speed) adalah kecepatan untuk merespon suatu rangsangan 3) Kecepatan bergerak (speed of movement) adalah kemampuan kecepatan kontraksi secara maksimal otot dalam suatu gerakan yang terpututs (gerak mendadak / gerak eksplosif) Berdasarkan sifatnya, menurut Bompa (1990:315), kecepatan dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu : 1) Kecepatan Umum Kecepatan umum adalah kapasitas untuk melakukan berbagai macam gerakan (reaksi motorik) dengan cara yang tepat. Persiapan fisik umum maupun khusus dapat memperbaiki kecepatan umum. 2) Kecepatan Khusus Kecepatan khusus adalah kapasitas untuk melakukan suatu latihan atau ketrampilan tertentu yang biasanya sangat tinggi, kecepatan ini adalah khusus untuk cabang olahraga dan sebagian besar tidak dapat ditransferkan, kemungkinan hanya dapat dikembangkan melalui metode khusus namun kiranya perlu dicarikan bentuk latihan alternatifnya. Gerakan-gerakan kecepatan melawan beban yang berbeda-beda (berat badan, berat besi, air dan sebagainya), dengan efek bahwa pengaruh kekuatan juga menjadi faktor yang kuat. Karena gerakan-gerakan kecepatan dilakukan dalam waktu sesingkat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
mungkin, maka kecepatan secara langsung bergantung pada waktu yang ada dan pengaruh kekuatan (Nosseck, Joseph; 1982:87). Pate, Russell R; Clanaghan, Bruce Mc & Rotella, Robert. (1993:300) mengemukakan bahwa kemampuan dan kecepatan ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut : 1) Jenis serabut otot, distribusi serabut otot cepat (FT) dan otot lambat (ST) 2) Koordinasi otot saraf 3) Faktor-faktor biomekanik, misalnya ketrampilan 4) Kekuatan otot Lebih lanjut Bompa, Tudor O; (1990:18-19) menyatakan perbandingan karakteristik otot putih atau fast twist (FT) dengan otot merah atau slow twist (ST). Otot putih memiliki jumlah sel saraf yang besar hingga 300 – 500 fiber, sedangkan otot merah memiliki jumlah sel saraf yang kecil antara 10 – 180 fiber. Berdasarkan perbedaan jumlah tersebut, maka otot putih mempunyai fungsi keberhasilan pada kecepatan dan power tetapi juga cepat mengalami kelelahan. Untuk otot merah dapat berfungsi untuk aktivitas yang lama atau aktivitas yang membutuhkan daya tahan (endurance), untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut : Tabel 2.2 Perbandingan Karakteristik Otot Cepat dan Otot Lambat (Bompa,Tudor O; 1990:9) Comparison of FT and ST Characteristic Fast Twist (FT)
Slow Twist (ST)
Type II, anaerobic
Type I, aerobic
Fast fatiguing
Slow fatiguing
Large nerve sel-innervates from 300 to Smaller nerve sel-innervates from 10 to more than 500 muscle fiber
180 muscle fiber only
Develops short, forcefull contractions
Develops long, continuous contractions
Speed and power
Endurance
Recruited only during high intensity Recruited during low and high intensity work
work
Kecepatan merupakan pembawaan sejak lahir (genetika), sehingga komponen to userpada struktur otot dan mobilitas kecepatan memiliki keterbatasan yaitucommit tergantung
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
syaraf. Sebagai akibatnya peningkatan kecepatan juga relatif terbatas yaitu antara 2030%. Seseorang yang mempunyai serat otot putih lebih dominan maka orang tersebut akan memiliki kecenderungan lebih cepat dari pada orang yang mempunyai serat otot merah yang lebih dominan. Orang yang memiliki kecepatan tinggi memiliki kelebihan lebih mudah dalam melakukan berbagai aktivitas olahraga. Hal ini dikarenakan setiap aktivitas olahraga memerlukan unsur kecepatan baik kecepatan tangan, kecepatan kaki, kecepatan koordinasi mata dan tangan dan sebagainya. Hal ini selaras dengan kebutuhan fisik olahraga pencak silat yang semua unsur tekniknya didominasi oleh komponen kecepatan. Menurut Nossek (1982: 62) gerakan-gerakan kecepatan dilakukan dengan melawan tahanan yang berbeda (berat badan, berat peralatan, air, dsb). Dengan demikian kecepatan secara langsung tergantung dari pada waktu dan pengaruh kekuatan. Beberapa prinsip latihan kecepatan menurut Nosseck (1982:100-101) adalah sebagai berikut : 1) Otot-otot dipersiapkan dengan intensitas pemanasan yang intensif, penguatan dan pengenduran otot-otot yang berlangsung kira-kira selama 30 menit. 2) Intensitas maksimum dan submaksimum harus diterapkan. 3) Jarak antara 30-80 meter dipandang menguntungkan untuk pengembangan kecepatan lari secara umum. 4) Volume latihan berjumlah 10-16 pengulangan dalam 3-4 seri. 5) Kecepatan dapat dilatih setiap hari, bahkan untuk yang bukan pelari. Kecepatan akan berpengaruh terhadap cabang olahraga yang digeluti. Seperti dalam kaitannya dengan power. Hal ini dikarenakan semakin baik kecepatan seseorang maka power yang dihasilkan akan semakin baik. Hal ini dikarenakan kecepatan merupakan unsur pembangun dari power. Kecepatan merupakan komponen yang penting untuk meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan, dalam melatih kecepatan ada beberapa komponen biomotor yang ikut terpengaruh atau terlatihkan, antara lain adalah kekuatan, power, ketahanan anaerobik, keseimbangan, dan kelincahan. Oleh karena itu beberapa latihan kecepatan merniliki kesamaan bentuk dengan latihan komponen
biomotor tersebut.
Selain
itu, pada
latihan kecepatan, komponen
keseimbangan dan kelincahan merupakan kesatuan yang sulit dipisahkan. Artinya, selama proses latihan kecepatan akan memberikan pengaruh terhadap komponen commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
keseimbangan atau kelincahan. Menurut M Furqon H (1995:62) faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas kecepatan digambarkan dalam gambar di bawah ini. Mobility proses syaraf
Perangsanganpenghentian
Kekuatan kecepatan dan daya tahan kecepatan Kecepatan Teknik olahraga Elastisitas otot
Kontraksi-relaksasi Peregangan dan kontraksi kapasitas otot-otot
Daya kehendak Koordinasi otot antara sinergis dan antagonis
Gambar 2.19. Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Kecepatan (M. Furqon H, 1995:62) Kecepatan gerak pesilat adalah hasil kontraksi yang kuat dan cepat dari otot-otot yang diubah menjadi gerakan halus, lancar dan efisien yang sangat dibutuhkan oleh pesilat untuk melakukan teknik dengan kecepatan yang tinggi. Seorang pesilat yang potensial dapat dilihat dari komposisi atau susunan serabut otot dengan persentase serabut otot cepat (fast twitch) lebih besar atau tinggi dengan kemampuan sampai 40 kali perdetik dalam vitro dibanding dengan serabut otot lambat (slow twitch). Oleh karena itu, terbentuknya seorang pesilat berbakat dilahirkan bukan dibuat. Olahraga pencak silat memiliki karakteristik kecepatan saat melakukan serang bela. Pesilat diharuskan untuk selalu bergerak cepat pada saat melakukan gebrakan, agar dapat menunjang kualitas teknik dan pola taktik. Kecepatan mengandung unsur adanya jarak tempuh terhadap rangsang yang muncul. (Awan Hariono, 2007: 72). Untuk itu kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan gerak atau serangkaian gerak secepat mungkin sebagai jawaban terhadap rangsang. Dari pendapat di atas dapat dikatan bahwa kecepatan merupakan komponen fisik yang sangat esensial dalam pertandingan pencak silat, unsur kecepatan sangat diperlukan, baik untuk melakukan serangan maupun untuk mengantisipasi serangan lawan dalam pencak silat. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
4.
digilib.uns.ac.id 69
Power otot lengan Lengan merupakan anggota gerak atas (extremitas superior liberae). Menurut
Yusuf dan Aip (1996:75) panjang lengan adalah jarak tulang bagian atas lengan (humerus) sampai tulang hasta (ulna). Sedang Johson (1979:180), mengatakan bahwa panjang lengan adalah jarak yang diukur dari acromion pada humerus sampai titik styloid pada ulna. Sedangkan panjang tangan adalah jarak terpendek dari garis midstylion sampai dactylion seperti pada gambar 2.19. Sehingga panjang LenganTangan merupakan jarak terpendek yang diukur mulai dari acromion hingga dactylion. Midstylion merupakan titik tengah permukaan anterior pergelangan tangan tepat pada garis horizontal yang ditarik setinggi stylion/styloid. Susunan tulang dari lengan-tangan yaitu : Os. Humeri, Os. Ulnaris, Os.Radialis dan Ossa.Carpalea, ossa metacarpalia dan ossa phalages. Otot-Otot yang menyusun lengan-tangan ini yaitu : M.Deltoideus, M.Triceps Brachii, M.Biceps Brachii, M. Brachialis, M.Pronator Teres, M.Brachioradialis, M. Extensor digitorum, M. extensor carpi radialis longus, M. extensor carpi radialis brevis, M. flexor carpi radialis, M flexor pollicis longus, M abductor pollicis longus, M. extensor pollicis brevis dan M. adductor pollicis.
Gambar 2.21 Otot-Otot Lengan (Sobotta, 2006 : 180-181) Berdasarkan sistem energinya, pencak silat merupakan olahraga gerak cepat yang didalamnya didominasi oleh unsur kondisi fisik yang disebut power. Menurut M. Sajoto (1995: 8) power adalah :”Daya ledak otot (muscular power) kemampuan seseorang untuk mempergunakan power lengan maksimum yang dikerahkan dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
waktu yang sependek-pendeknya dalam hal ini dapat dinyatakan bahwa daya ledak otot = power (force) x kecepatan (velocity). Pendapat tersebut ditegaskan oleh Suharno, H.P (1993: 59) yang menyatakan bahwa “Daya ledak adalah kemampuan sebuah atau sekelompok otot untuk mengatasi tahanan beban dengan kekuatan dan kecepatan maksimal dalam satu gerakan yang utuh”. Sebagian besar olahraga berkaitan dengan power. Power kadangkala disebut sebagai power eksplosif. Power menyangkut kekuatan dan kecepatan kontraksi otot dinamika dan eksplosif serta melibatkan pengeluaran power maksimal dalam durasi waktu pendek. Susunan pada otot rangka pada manusia dilengkapi dengan suatu sistem pengungkit yang kompleks, memiliki fungsi yang penting dalam penampilan olahraga. Pengungkit pada tulang digunakan untuk mengatasi suatu tahanan atau untuk menambah kecepatan bagian badan. Menurut Pate, Mc Clenaghan dan Rotella (1984:182) pengungkit adalah sebuah mesin sederhana yang dipergunakan untuk mendapatkan keuntungan mekanik dalam melakukan suatu kegiatan. Tergantung pada
macam
pengungkit
dan
susunan
serta
panjang
lengan pengungkit.
Keuntungan pada mekanik pengungkit adalah sebagai penambah kecepatan suatu bagian. Pengungkit dengan lengan usaha yang lebih besar atau panjang memungkinkan untuk penggunaan gaya yang bertambah. Sedangkan memperpanjang lengan tahanan akan menghasilkan kecepatan bagian yang lebih besar. Sistem rangka pada manusia terdiri dari pengungkit jenis ke-3 yang dirancang untuk kecepatan. Selain itu banyak
olahraga
menggunakan
yang
suatu
memerlukan penggunaan alat
kekuatan
tenaga
dengan
untuk memperpanjang lengan tahanan sehingga
menghasilkan kecepatan yang tinggi. Apabila lengan tahanan diperpanjang maka akan memerlukan tambahan penggunaan tenaga. Hal ini akan menghasilkan kontrol dan ketepatan yang kurang. Menurut Suharno (1998: 86) daya ledak adalah kekuatan sebuah otot untuk mengatasi tahanan beban dengan kecepatan tinggi dalam gerakan yang utuh. Daya ledak khususnya otot tungkai digunakan sebagai tenaga pendorong pada saat melakukan tolakan setelah melakukan awalan untuk memperoleh kecepatan vertikal sehingga dapat menambah jarak tolakan yang dilakukan. Power juga merupakan kekuatan otot yang bekerja dalam waktu singkat. Faktor penentu power menurut Suharno (1993: 59) : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
a) Banyak sedikitnya macam fibril otot putih (phasic) dari atlet. b) Kekuatan dan kecepatan otot. Rumus P = F x V. P = power; F = force (kekuatan); V = velocity c) Waktu rangsangan maksimal, misalnya waktu rangsangan 15 detik, power akan lebih baik dibandingkan dengan waktu rangsangan selama 34 detik. d) Koordinasi gerakan yang harmonis antara kekuata dan kecepatan. e) Tergantung banyak sedikitnya zat kimia dalam otot yaitu Adenosine Tri Phosphat (ATP). f) Penguasaan gerak yang benar. Menurut Bompa (1994) mengatakan bahwa power seorang individu terdiri dari kecepatan dan kekuatan yang efisien, koordinasi dan keterampilan. Selanjutnya dikatakan pula bahwa seorang individu yang mempunyai power adalah seorang yang mempunyai; 1) Kekuatan tingkat tinggi, 2) Kecepatan yang tinggi, 3) Tingkat keterampilan yang tinggi dalam gabungan kecepatan dan kekuatan otot. Antara kekuatan, daya ledak dan power ketiganya saling berkaitan.Unsur yang utama adalah kekuatan. Kekuatan merupakan komponen dasar otot untuk membentuk power dan daya tahan otot. Berdasarkan hal tersebut kekuatan merupakan unsur utama untuk menghasilkan power dan daya tahan otot. Faktor utama daya ledak otot adalah kekuatan dan kecepatan. Artinya daya ledak otot adalah gabungan dari kekuatan otot dan kecepatan. Semua faktor yang mempengaruhi kedua hal tersebut di atas akan mempengaruhi tenaga ledak otot yang dihasilkan. Daya ledak dibutuhkan dalam kegiatan apapun yang membutuhkan tenaga lebih besar dan usaha maksimal yang eksplosif. Untuk meningkatkan daya ledak dapat dilakukan dengan: 1) Meningkatkan
kekuatan
tanpa
mengabaikan
kecepatan
dan
sebaliknya
meningkatkan kecepatan tanpa mengabaikan kekuatan. 2) Meningkatkan kemampuan kekuatan dan kecepatan bersama atau peningkatan pelatihan kekuatan dan kecepatan dilakukan simultan. Pelaksanaan pelatihan mengembangkan power, perlu diperhatikan adalah titik berat latihan yang ingin ditingkatkan. Latihan yang dilakukan tidak boleh hanya menekankan pada beban, akan tetapi harus pada kecepatan mengangkat, mendorong, atau menarik beban. Oleh karena harus mengangkat dengan cepat, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
maka dengan sendirinya berat bebannya tidak seberat untuk latihan kekuatan. Akan tetapi tidak boleh juga terlalu ringan sehingga otot tidak merasakan rangsangan beban. Dasar untuk mengembangkan daya ledak (power) oleh Pyke (1991:140) secara sederhana ada tiga rancangan, yaitu: 1) Menambah kekuatan dengan menjaga jarak dan waktu konstan. 2) Menambah jarak tindakan kekuatan dengan menjaga kekuatan dan waktu konstan. 3) Mengurangi waktu (kecepatan gerak), dengan menjaga kekuatan dan jarak konstan. Pengembangan
daya
ledak
khusus
pada
dua
komponen
yaitu:
pengembangan kekuatan untuk menambah daya gerak, dan mengembangkan kecepatan untuk mengurangi waktu gerak. Pyke (1991:142), mengatakan bahwa daya ledak otot yang paling besar pada angkatan kecepatan dengan daya gerak kirakira 30%-40% dari daya gerak maksimal. Untuk lebih jelasnya hubungan antara daya ledak otot, kekuatan dan kecepatan adalah jika latihan dititik beratkan pada kekuatan dan kecepatan maka pelatihan kekuatan harus dilakukan secara berulang melawan tahanan, sedangkan pelatihan kecepatan harus dilakukan secara cepat dan berulang. Gerakan lengan yang mengayun dan memukul merupakan salah satu contoh dari torsi. Menurut McGinnis (2005:121) Dimana besarnya torsi ditentukan oleh dua hal yaitu panjang lengan torsi dan gaya yang digunakan ( T = F x r ). Dalam hal ini lengan pesilat merupakan lengan torsi sehingga semakin panjang lengan torsi maka akan semakin besar pula torsi yang dihasilkan sehingga semakin besar tenaga yang dihasilkan untuk mendorong lawan ke mundur. Dalam pencak silat kategori tanding power otot lengan sangat diperlukan terutama dalam melakukan teknik pukulan dan bantingan, dengan power otot lengan yang baik pesilat akan mudah memperagakan teknik pukulan yang sesuai dengan kaidah pencak silat, pukulan tidak mudah terhalang tangkisan ataupun belaan dari lawan sehingga memudahkan pesilat dalam mengumpulkan poin, begitu juga dalam melakukan bantingan, pesilat yang mempunyai power otot lengan yang baik akan melakukan bantingan secara eksplosif dan cepat, sehingga hasil akhir dari bantingan adalah jatuhnya lawan sebelum wasit menghentikan proses bantingan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
5.
digilib.uns.ac.id 73
Power otot tungkai Tungkai merupakan anggota gerak bawah yang terdiri dari tulang anggota gerak
bawah bebas (skeleton extremitas inferior liberae). Menurut Frank M. Verducci (1980:218) panjang tungkai jika dalam keadaan berdiri diukur mulai dari lantai hingga coccyx. Dalam hal ini Johnson dan Nelson (1986:191) menyatakan bahwa ukuran panjang tungkai diukur dari tulang belakang bawah atau dapat juga dari trochanter sampai ke lantai/telapak kaki. Sedangkan menurut ISAK (2001:99) Panjang tungkai atas diukur dari trochanter hingga tibiale laterale. Bompa (1999:61) juga menjelaskan singkat tentang daya ledak atau power, menurutnya daya ledak adalah kemampuan otot untuk mengeluarkan kekuatan maksimal dalam waktu yang amat singkat. Rumus yang digunakan dalam daya ledak adalah: power/daya ledak otot = kerja/waktu = kekuatan x jarak tempuh. Power dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu : a)
Kekuatan daya ledak; kekuatan ini digunakan untuk mengatasi resistensi yang lebih rendah, tetapi dengan percepatan daya ledak maksimum. Power sering digunakan untuk melakukan satu gerakan atau satu ulangan (lompat jauh, lempar cakram,dll).
b) Kekuatan gerak cepat; gerakan ini dilakukan terhadap resistensi dengan percepatan dibawah maksimum, jenis ini digunakan untuk melakukan gerakan berulang-ulang, misalnya lari, mengayuh,dll.
Gambar 2. 21. Pengukuran Power Otot Tungkai (httpwww.seriousgoalkeeping.net) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
Sementara itu, Jansen, C.R. Schultn. G W and Bongerter, B.C (1983: 167-178) mengatakan, Komponen fisik yang sangat penting untuk melakukan suatu aktivitas yang sangat berat adalah power, karena dapat menentukan seberapa orang dapat orang berlari dengan cepat. Semua usaha maksimal yang exsplosive tergantung pada power, sedangkan menurut Bompa (1990: 285) dilihat dari segi kesesuaian jenis gerakan atas keterampilan gerak power dibedakan menjadi dua, yaitu: 1) Power Asiklik Power merupakan kemampuan fisik yang tersusun dari beberapa komponen. Komponen tersebut saling berinteraksi/terkait satu sama lain. Sementara Nossek (1982: 46-48) menyampaikan power adalah kemampuan seseorang untuk mengatasi tahanan dengan suatu kecepatan kontraksi otot. Jadi, power otot adalah kualitas yang memungkinkan otot atau sekelompok otot untuk menghasilkan kerja fisik secara explosive. Dalam kegiatan olahraga power dapat dikenal dari peranannya pada suatu cabang olahraga, power asiklik dibutuhkan dalam gerakan-gerakan pencak silat. 2) Power Siklik Dari segi kesesuaian jenis gerak dari peranannya pada suatu cabang olahraga lari cepat, lebih dominan pada power sikliknya. Menurut Jansen, C.R. Schultn. G W and Bangerter, B.C (1983: 167-178) untuk meningkatkan power dapat dengan cara meningkatkan kekuatan, meningkatkan kecepatan kontraksi, atau meningkatkan keduanya, yaitu meningkatkan kekuatan dan kecepatan kontraksi otot. Secara anatomi otot-otot yang bekerja ketika melakukan gerakan jump shoot adalah Gluteus Maximus, Semi Membranosus, Membranosu, M. Semi Tendinosus, M. Biseps Femoris, M. Rectus Femoris, M. Vastus Medialis, M. Vastus Lateralis, M. Vastus Intermedius, M. Gastroknemius, M. Soleus, M. Flexor Hallusis longus, M. Flexor Digitorum Longis, M. Tibialis Posterior, M. poroneus Longus, poroneus Brevis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
Gambar 2. 22. Susunan Otot Tungkai (Paulsen & Wascheke, 485, 488: 2011 ) Pada dasarnya penentu baik dan tidaknya power yang dimiliki seseorang bergantung pada intensitas kontraksi dan kemampuan otot-otot untuk berkontraksi secara maksimal dalam waktu yang singkat setelah menerima rangsangan serta produksi energi biokimia dalam otot-otot
yang bekerja. Jika semua unsur tersebut
tercukupi/dimiliki oleh seseorang maka power seseorang tersebut akan baik dan sebaliknya. Menurut Suharno HP (1993:59), baik tidaknya power yang dimiliki seseorang ditentukan oleh : 1) Banyak sedikitnya macam fibril otot putih (phasic) dari atlet. 2) Kekuatan otot dan kecepatan otot atlet. 3) Waktu rangsang. 4) Koordinasi gerakan yang harmonis antara kekuatan dan kecepatan. 5) Banyak sedikitnya zat kimia dalam otot (ATP). 6) Penguasaan teknik dasar yang benar. Dari penjelasan mengenai power otot tungkai diatas dapat di katakana bahwa untuk mencapai kualitas power yang relevan seperti yang dibutuhkan dalam olahraga, khususnya pencak silat diperlukan pemahaman yang mendalam terhadap faktor yang ikut berperan dalam membangun power. Selain itu power juga dipengaruhi oleh kondisi genetik seseorang karena berkaitan dengan jumlah dan jenis fibril otot. Sehingga untuk melahirkan pesilat dengan keterampilancommit yang baik sesuai tuntutan olahraga pencak silat to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
perlu memperhatikan hasil pengamatan dari power otot tungkai, agar dalam proses pelatihan dan pertandingan pencak silat yang sesungguhnya kualitas teknik pencak silat yang berhubungan dengan tungkai dapat di implementasikan melalui secara maksimal. 6.
Koordinasi mata kaki Keterampilan pencak silat banyak dipengaruhi oleh kemampuan fisik maupun
keterampilan teknik. Salah satu komponen fisik yang harus dimiliki oleh seorang atlet pencak silat dalam melakukan gerakan serang-bela adalah koordinasi. Menurut Harsono (2001: 39) koordinasi adalah kemampuan untuk memadukan berbagai macam gerakan ke dalam satu atau lebih pola gerak khusus. Koordinasi adalah kemampuan biomotor yang sangat kompleks dan menurut Bompa (1994) koordinasi erat hubungannya dengan kecepatan, kekuatan, daya tahan, dan fleksibilitas. Barrow and mc Gee (1979) dalam Harsono (2001) menambahkan bahwa dalam koordinasi termasuk juga agilitas, keseimbangan, kinesthetic sense, oleh karena itu koordinasi sangat penting untuk mempelajari dan menyempurnakan keterampilan teknik dan taktik. Koordinasi adalah kemampuan melakukan gerakan pada berbagai tingkat kesukaran dengan cepat dan tepat secara efisien. Sementara itu Sajoto (1995:9) menyatakan koordinasi adalah kemampuan seseorang mengintegrasikan bermacam-macam gerak yang berada berada kedalam pola garakan tunggal secara efektif Koordinasi menyatakan hubungan harmonis berbagai faktor yang terjadi pada suatu gerakan (Dangsina Moeloek, 1984 : 4). Jadi apabila seseorang itu mempunyai koordinasi yang baik maka ia akan dapat melaksanakan tugas dengan mudah secara efektif. Menurut Bompa (1999:380) “coordination is a complex biomotor ability, closely interrelated with speed, strength, endurance and fleksibility”. Hal ini seperti yang digambarkan dalam diagram dibawah ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Streght
digilib.uns.ac.id 77
Muscular Endurance
Coordination
Speed
Endurance
Speed Endurance
Agility
Flexibility
Mobility
Power
Max Strength
Anaerobic Endurance
Erobic Endurance
Max Speed
Perfect Coordination
Full Range Of Flexibility
Gambar 2. 23 Ilustrasi Keterkaitan diantara Kemampuan Biomotorik (Bompa 1990: 264) Koordinasi selalu berkaitan dengan komponen biomotor yang lain terutama kelincahan dan ketangkasan. Harsono (1988) menyatakan bahwa koordinasi adalah suatu kemampuan biomotorik yang sangat komplek, yang juga erat hubungannya dengan kecepatan (speed), kekuatan (strength), daya tahan (endurance), dan kelentukan (fleksibilitas). Singer menyatakan bahwa koordinasi adalah bagian penting dari kemampuan penguasaan gerak keterampilan. Pendapat lain menyatakan bahwa koordinasi adalah hubungan yang saling mempengaruhi terhadap sekolompok otot selama suatu penampilan gerak yang diindikasikan sama dengan keterampilan. Selanjutnya koordinasi merupakan salah satu tugas utama untuk mencapai keahlian atau menguasai keterampilan. Dari beberapa pendapat yang tersebut di atas, maka dapat dilihat adanya suatu persamaan yang pada prinsipnya koordinasi merupakan keharmonisan irama gerak pada saat menampilkan suatu teknik yang baik. Pengalaman yang panjang dalam menghasilkan kemampuan koordinasi yang baik melalui tahapan perkembangan belajar gerak seperti yang dinyatakan Fitts dan Posner, bahwa tahapan belajar gerak masingmasing adalah: 1) tahapan awalan atau kognitif; 2) tahapan antara atau asosiatif; dan 3) tahapan akhir atau otonom. Latihan koordinasi yang baik ialah dengan melakukajn berbagai variasi gerak dan keterampilan. Beberapa metode latihan koordinasi menurut Pecthl yang dikutip Bompa (1994) ialah : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
1. Latihan dengan perubahan kecepatan dan irama 2. Melakukan keterampilan dengan anggota badan yang lain 3. Pembatasan daerah keterampilan 4. Melakukan skill baru 5. Latihan untuk mengembangkan reaksi Menurut Bompa (1994) yang dikutip oleh Sukadiyanto (2002:140), menyatakan bahwa koordinasi yang dimiliki seseorang dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu koordinasi yang bersifat umum dan koordinasi yang bersifat khusus. a) Koordinasi Umum Merupakan kemampuan seluruh tubuh dalam menyesuaikan dan mengatur gerakan secara simultan pada saat melakukan suatu gerak.Artinya pada setiap gerakan yang dilakukan melibatkan semua atau sebagian besar otot-otot, sistem syaraf dan persendian.Koordinasi umum diperlukan adanya keteraturan gerak dari beberapa anggota badan yang lainnya agar gerak yang dilakukan dapat harmonis dan efektif sehingga dapat menguasai keterampilan gerak yang dipelajari.Koordinasi umum juga diperlukan sebagai dasar mengembangkan koordinasi khusus. b) Koordinasi Khusus Koordinasi khusus merupakan koordinasi antar beberapa anggota badan, yaitu kemampuan untuk mengkoordinasikan gerak dari sejumlah anggota badan secara simultan. Gerakan yang terkoordinasi merupakan gerakan yang saling berhubungan di dalam pelaksanaan fungsinya, yang berarti terjadi kombinasi secara serasi antara timing, keseimbangan dan koordinasi otot. Timing adalah suatu pengatur irama gerak, yang mana hal ini terwujud dalam bentuk ketepatan waktu kontraksi sekelompok otot sehingga dapat menghasilkan gerakan cepat, urut dan lamanya unsur gerak yang dilakukan. Sedangkan keseimbangan menyesuaikan pusat gravitasi secara efektif dalam bidang tumpuan dan fungsi versibular yang ditunjang oleh mata. Menurut Suharno HP. (1993:29) mengemukakan pendapat bahwa: kegunaan koordinasi selain untuk mengkoordinir secara baik beberapa gerakan, juga untuk : 1) Efisiensi tenaga dan efektif dalam gerakan. 2) Menghindari cidera dalam bermain. 3) Berlatih menguasai teknik-teknik tinggi dan taktik, akan lebih cepat bila anak latih memiliki koordinasi tinggi.commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
4) Memantapkan kesiapan mental atlet dalam bermain. Faktor-faktor penentu untuk mencapai suatu koordinasi yang baik guna mendukung gerakan yang efektif dan efisien diperlukan unsur-unsur sebagai penentu koordinasi, menurut Suharno HP. (1993:30) koordinasi meliputi : 1) Kemampuan pengaturan syaraf pusat dan tepi, hal ini berdasarkan pembawaan anak sejak lahir. 2) Tergantung dari kemampuan tonus dan elastisitas dari otot yang bekerja. 3) Baik dan tidaknya unsru keseimbangan dan kelincahan serta kecepatan. 4) Koordinasi kerja yang harmonis antara pusat saraf, otot-otot dan panca indera. Dalam olahraga pencak silat, koordinasi digunakan pesilat agar dapat melakukan gerakan teknik dalam pencak silat secara berkesinambungan, misalnya rangkaian serangan memukul dan menendang, melangkah, menghindar, mengelak atau menangkis dilanjutkan menyerang atau bertahan aktif. Koordinasi mata kaki diperlukan untuk meningkatan keterampilan olahraga beladiri pencak silat. B. Penelitian yang Relevan Beberapa penelitian yang mempunyai relevansi dan keterkaitan teoritis dengan penelitian ini antara lain : 1.
Nursubekti (2013) : Kemampuan Tendangan Sabit Mahasiswa Pembinaan Prestasi Pencak Silat UNS Surakarta Ditinjau dari Koordinasi Mata-Kaki Kecepatan Rasio Panjang Tungkai dan Tinggi Badan. Sumbangan relatif masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat sebagai berikut: koordinasi mata-kaki sebesar 52,17%, kecepatan 35,75%, dan rasio panjang tungkai-tinggi badan 12,02%. Sedangkan sumbangan efektif masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat sebagai berikut; koordinasi mata-kaki sebesar 35,11%, kecepatan 24,06% dan rasio panjang tungkai-tinggi badan 8,09% sehingga total sembangan efektif sebesar 67,26%.
2.
Rahmat Putra Perdana (2014) meneliti tentang faktor fisik dominan penentu prestasi bermain bulutangkis. Analisis faktor power otot lengan, power otot tungkai, fleksibilitas, koordinasi mata tangan, kecepatan reaksi dan kelincahan pada mahasiswa putra pembinaan prestasi bulutangkis Universitas Tunas Pembangunan Surakarta. Penelitian tersebut menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan analisis faktor konfirmatori. Hasil dari keenam faktor kondisi fisik yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
diteliti yang mendukung keterampilan bermain bulutangkis adalah kelincahan dengan nilai korelasi 0.390, flekibilitas dengan nilai korelasi 0.366, daya ledak otot tungkai dengan nilai korelasi 0.238, koordinasi mata tangan dengan nilai korelasi sebesar 0.237, daya ledak otot lengan dengan nilai korelasi sebesar 0.151 dan kecepatan dengan nilai korelasi sebesar 0.128. C. Kerangka Berfikir 1.
Faktor Anthropometri Menentukan Keterampilan Pencak Silat Kategori Tanding. Perkembangan
keilmuan
olahraga
yang
menjadi
dasar
teoritis
bagi
pengembangan olahraga tentu akan memberikan sumbangan yang berharga terhadap prestasi olahraga itu sendiri, khususnya pencak silat. Sebagai olahraga yang berkembang ke ranah olahraga prestasi tentunya pencak silat memerlukan berbagai kajian ilmu olahraga sebagai landasan pengembangan prestasi. Antrhopometri sebagai studi tentang pengukuran tubuh manusia yang berkaitan dengan dimensi tulang, otot, dan adiposa (lemak) jaringan, kini telah menjadikan wawasan tersendiri bagi keilmuan olahraga. Bidang ukur antropometri yang mencakup berbagai pengukuran diantaranya : Berat badan, tinggi badan, postur tubuh, panjang rentangan, ketebalan lipatan kulit, lingkar (kepala, dada, pinggang, tungkai, dll), panjang anggota gerak (lengan, tungkai) kini telah di
asimilasikan dengan ilmu
olahraga dan menjadikan pertimbangan tersendiri dalam menentukan parameter pembibitan olahraga.. Faktor anthropometri Tinggi badan merupakan faktor antropometrik yang dibutuhkan pada olahraga beladiri khususnya pecak silat. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa tinggi badan mempunyai sumbangan yang nyata terhadap keberhasilan teknik pencak silat, yang akan ikut menentukan kualitas tanding seorang pesilat, sedangkan berat badan adalah satu-satunya patokan dalam pencak silat untuk menentukan kelas tanding. Tidak bedasarkan tinggi badan atau panjang tungkai, melainkan berat badan itu sendiri, sehingga dengan berat badan yang sama pesilat yang mempunyai tinggi badan dan panjang tungkai yang baik akan lebih diutungkan, dengan panjang tungkai yang ideal pesilat akan dimudahkan dalam melakukan teknik-teknik belaan ataupun serangan, sehingga ketiga aspek ini tidak bisa diabakan dan menjadi bagian yang patut dipertimbangkan dalam olahraga pencak silat kategori tanding. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
2.
digilib.uns.ac.id 81
Faktor Fisik Menentukan Keterampilan Pencak Silat Kategori Tanding. Kondisi fisik sebagai elemen mendasar dalam segala aktivitas olahraga
merupakan kebutuhan yang mutlak dimiliki bagi pelaku olahraga, khususnya olahraga prestasi. Kondisi fisik yang relevan harus dimiliki oleh setiap pelaku olahraga prestasi, khususnya pesilat. Olahraga pencak silat sebagai olahraga beladiri yang full body contact menuntut para pesilat untuk terus memacu kemampuannya hingga ambang batas tertinggi sesuai tuntutan olahraga pencak silat. Faktor fisik dalam setiap kategori dalam pencak silat mempunyai beberapa kebutuhan yang berbeda. Kondisi fisik merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, namun dalam praktiknya ada beberapa kondisi fisik yang dominan yang mempunyai kontribusi lebih besar dan pengaruh terhadap suatu cabang olahraga tertentu, dalam pencak silat faktor fisik yang dibutuhkan diantaranya adalah fleksibilitas, kelincahan, kecepatan, daya tahan, power, kekuatan, dan koordinasi. Fleksibilitas adalah pondasi dasar yang harus dimiliki oleh pesilat, dengan fleksibilitas yang baik pesilat akan mampu melakukan peragaan teknik yang sempurna, baik lintasan teknik maupun sasaran, karena Pencak silat adalah olahraga yang mengandalkan keluwesan dalam bergerak, tanpa fleksibilitas maka sulit untuk mencapai prestasi teknik yang tinggi. Daya tahan yang dibutuhkan dalam olahraga pencak silat kategori tanding adalah daya tahan anaerobik. Kondisi pertandingan pencak silat yang berlangsung dalam tempo tinggi dan cepat menuntut pesilat untuk mengerahkan segala kemampuan fisiknya dalam melakukan serang-bela. Teknik tanding diperagakan secara berulangulang untuk mendapatkan poin, dengan waktu istirahat yang relatif pendek setiap gebrakan dan babaknya. Oleh karena itu pesilat dengan daya tahan yang baik akan mampu bertahan sampai akhir pertandingan dan mampu mengontrol situasi pertandingan menjadi menguntungkan baginya, serta akan mampu menjaga kualitas tekniknya dan memudahkan dalam melakukan serang-bela. Nilai dari serangan atau belaan yang dihitung adalah apabila serangan atau belaan mengenai bidang sasaran dengan tepat, cepat, mantap, dan bertenaga, maka untuk hal ini power sangat diperlukan dalam setiap teknik yang diperagakan. Power yang dimaksudkan adalah power yang berkaitan dengan alat serang-bela dalam pencak silat, yaitu lengan dan tungkai. Pesilat commit yang mempunyai power otot lengan yang baik to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
akan mudah melakukan pukulan atau serangan lain yang menggunakan lengan dengan baik dan betenaga, ditunjang dengan koordinasi yang baik maka akan menghasilkan poin yang diharapkan. Begitu juga dengan power otot tungkai, pesilat dengan nilai power tungkai yang tinggi akan menghasilkan tendangan yang keras, dan cepat sehingga tidak akan mudah diantisipasi oleh lawan . Untuk dapat melakukan teknik serangan dan belaan dengan cepat, tepat sasaran maka di perlukan koordinasi. Koordinasi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah koordinasi mata kaki. Merujuk pada penelitian yang relevan tentang pencak silat, serangan menggunakan kaki merupakan yang tertinggi dalam setiap pertandingan yang dilaksanakan, atau dapat dikatakan rata-rata pesilat bertanding dengan menggunakan teknik serangan kaki, sehingga koordinasi mata kaki mutlak dipelukan, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa semua komponen anthropometri dan fisik yang diuraikan di atas salig berkaitan, serta mempunyai peranan terhadap keterampilan pencak silat. Dengan demikian yang diharapkan dalam penelitian ini adalah terdapat korelasi antara variabel indikator dengan variabel terikat, sehingga dapat diketahui nilai peranannya terhadap variabel terikat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
Tinggi Badan (X1)
Berat Badan (X2)
Anthropometri Variabel Laten(ξ1)
Panjang Tungkai (X3)
Keterampilan Pencak Silat
Fleksibilitas (X4)
Variabel Terikat (Y) Daya Tahan Anaerob
(X5) Kecepatan (X6)
Fisik Variabel Laten (ξ2)
Power Otot Lengan
(X7) Power Otot Tungkai
(X8) Koordinasi Mata Kaki
(X9)
Gambar 2. 21. Diagram Kerangka Pemikiran (Analisis Faktor Konfirmatori) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kajian teori yang diuraikan di atas, maka hipotesis dalam rencana penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Faktor anthropometri tinggi badan, berat badan, dan panjang tungkai menentukan keterampilan pencak silat kategori tanding.
2.
Faktor fisik fleksibilitas, daya tahan, kecepatan, power otot lengan, power otot tungkai, dan koordinasi mata kaki menentukan keterampilan pencak silat kategori tanding.
commit to user