BAB II KAJIAN TEORETIS
A. Konsep Dasar Promosi Jabatan Promosi adalah kesempatan dimana seseorang dapat memperbaiki
posisi
jabatannya. Promosi berarti perpindahan dari suatu jabatan ke jabatan yang lain, yang mempunyai status dan tanggung jawab yang lebih tinggi. Hal ini memiliki nilai karena merupakan bukti pengakuan yang lain terhadap prestasi kerja yang dicapai seseorang. Seseorang yang dipromosikan pada umumnya dianggap mempunyai prestasi yang baik, dan juga ada beberapa pertimbangan lainnya yang menunjang. Ada pendapat lain yang menyebutkan bahwa promosi adalah dengan memberikan kesempatan untuk pertumbuhan pribadi, lebih bertanggung jawab dan meningkatkan status sosial, oleh karena itu individu yang merasakan adanya ketetapan promosi merupakan salah satu kepuasan dari pekerjaannya. Menurut Hasibuan (2005: 107), yang dimaksud dengan promosi jabatan adalah perpindahan yang memperbesar wewenang dan tanggung jawab karyawan ke jabatan yang lebih tinggi di dalam satu organisasi sehingga kewajiban, hak, status, dan penghasilannya semakin besar. Selanjutnya menurut Sastrohadiwiryo (2003: 258), bahwa promosi dapat diartikan sebagai proses perubahan dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain dalam hierarki wewenang dan tanggung jawab yang lebih tinggi daripada dengan wewenang
7
8
dan tanggung jawab yang telah diberikan kepada tenaga kerja pada waktu sebelumnya. Hal ini senada dengan yang dikatakan Edwin B. Flipo (dalam Hasibuan, 2005:108), “a promotion involves a change from one job to another job that is better in term status and responsibility. Ordinary the change to the higher job is accompanied by increased pay and privilefes, but not always. Pernyataan diatas dapat diartikan bahwa promosi adalah perpindahan dari suatu jabatan ke jabatan lain yang mempunyai status dan tanggung jawab yang lebih tinggi. Biasanya perpindahan ke jabatan yang lebih tinggi disertai dengan peningkatan gaji/upah lainnya, walaupun tidak selalu demikian. Selanjutnya pendapat Silalahi (2002: 102), Promosi jabatan adalah pemindahan seorang pegawai dari satu jabatan tertentu ke jabatan lain yang lebih tinggi baik gaji,tanggung jawab, maupun tingkat organisasi, yang memiliki lima dimensi yaitu: pengalaman, prestasi kerja, kerjasama, kejujuran, kecakapan, dan kepemimpinan. Menyoroti pendapat di atas, dapat dikemukakan oleh penulis bahwa promosi jabatan secara tekhnik adalah suatu perpindahan di dalam suatu organisasi khususnya lembaga pendidikan dari satu posisi ke posisi lainnya yang melibatkan baik peningkatan upah maupun status sehingga dalam pelaksanaan promosi harus memperhatikan Standar Operasional Prosedur (SOP).
9
B. Tujuan Promosi Kepala Sekolah Hasibuan (2005 : 113) menjelaskan bahwa tujuan-tujuan promosi diantaranya meliputi : 1) Untuk memberikan pengakuan, jabatan, dan imbalan jasa yang semakin besar kepada pegawai yang berprestasi kerja tinggi, 2) Dapat menimbulkan kepuasan dan kebanggaan pribadi, status sosial yang semakin tinggi, dan penghasilan yang semakin besar, 3) Untuk merangsang agar pegawai lebih bergairah bekerja, berdisiplin tinggi dan memperbesar produktivitas kerjanya, 4) Untuk menjamin stabilitas kepegawaian dengan direalisasinya promosi kepada pegawai dengan dasar dan pada waktu yang tepat serta penilaian yang jujur, 5) Kesempatan promosi dapat menimbulkan keuntungan berantai (multiplier effect) dalam sekolah karena timbulnya lowongan
berantai,
6)
Memberikan
kesempatan
kepada
pegawai
untuk
mengembangkan kreativitas dan inovasinya yang lebih baik demi keuntungan optimal perusahaan, 7) Untuk menambah/memperluas pengetahaun serta pengalaman kerja para pegawai dan ini merupakan daya dorong bagi pegawai lainnya, 8) Untuk mengisi kekosongan jabatan karena pejabatnya berhenti. Agar jabatan itu tidak lowong maka dipromosikan pegawai lainnya, 9) Pegawai yang dipromosikan kepada jabatan yang tepat, semangat kesenangan, dan ketenangannya dalam bekerja semakin meningkat sehingga produktivitas kerjanya juga meningkat, 10) Promosi akan memperbaiki status karyawan dari karyawan sementara menjadi karyawan tetap setelah lulus dalam masa percobaannya. Pendapat di atas menjelaskan bahwa promosi jabatan kepala sekolah pada dasarnya diarahkan pada peningkatan dari ketetapan sekolah dalam mencapai sasaran
10
dimana peran guru tersebut memperoleh kepuasan kerja, sehingga memungkinkan seorang guru sebagai calon kepala sekolah untuk memberikan hasil kerja yang terbaik kepada sekolah dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajemen sumber daya manusia secara keseluruhannya.
C. Manfaat Promosi Kepala Sekolah Menurut Simamora ( 1995: 587) manfaat dari promosi adalah sebagai berikut: 1.
Promosi memungkinkan sekolah untuk mendayagunakan keahlian dan kemampuan pegawai setinggi mungkin.
2.
Promosi seringkali diberikan mengimbali pegawai yang berkinerja sangat baik. Pegawai yang dihargai promosi akan termotivasi untuk memberikan kinerja yang lebih tinggi lagi jika mereka merasa bahwa kinerja yang efektif menyebabkan promosi.
3.
Riset memperlihatkan bahwa kesempatan untuk promosi dan tingkat kepuasan kerja yang sangat tinggi berkorelasi secara signifikan. Sistim promosi yang efektif dapat menyebabkan efisiensi organisasional yang lebih besar dan tingkat moral kerja pegawai yang tinggi. Jadi, promosi bermanfaat bagi sekolah dan para guru. Bagi sekolah promosi
bermanfaat untuk mendayagunakan kemampuan pegawai setinggi mungkin. Sedangkan, bagi guru memberikan motivasi untuk bekerja lebih serius lagi.
11
D. Persyaratan Seleksi Calon Kepala Sekolah dalam Promosi Jabatan Untuk menjaring bakal calon Kepala Sekolah yang akan dididik dan dilatih harus sesuai dengan Permendiknas No. 28 tahun 2010 tentang Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah/Madrasah, dan harus dilakukan penawaran kepada guru yang potensial dan memenuhi persyaratan administrasi serta persyaratan lain sebagaimana yang ditentukan. Bakal calon hendaknya bukan hasil tunjukkan Kepala Sekolahnya tetapi Kepala Sekolah dapat memberikan rekomendasi kelayakannya. Penawaran secara terbuka kepada para guru akan memberikan dorongan untuk mempersiapkan diri bagi yang berminat dan dapat memenuhi semua persyaratan yang ditetapkan. Proses pencalonan dapat dilakukan dengan cara berikut: 1) Setiap guru tetap yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan mempunyai hak untuk mencalonkan diri sebagai calon Kepala Sekolah, 2) Setiap guru yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan, diajukan oleh tiga komponen yakni musyawarah guru sekolah atau Kepala Sekolah serta komite sekolah sebagai calon Kepala Sekolah, 3) Daerah kabupaten atau kota dimungkinkan melakukan rekrutmen terbuka bagi calon Kepala Sekolah yang berasal dari luar Kabupaten/Kota. Secara administratif menurut Depdiknas (2004: 17-18) calon Kepala Sekolah dapat dipersyaratkan memenuhi hal-hal berikut: 1) Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, 2) Sehat jasmani dan rohani yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter, 3) Berkedudukan sebagai guru yang aktif mengajar, 4) Berpengalaman mengajar sekurang-kurangnya lima tahun (sejak diangkat menjadi
12
guru tetap). 5) Golongan ruang serendah-rendahnya IIIc, 6) Pendidikan serendahrendahnya Sarjana Strata (S1), 7) Usia maksimum 50 tahun (pada saat dicalonkan sebagai calon Kepala Sekolah, 8) Menyertakan bukti keterangan pelatihan yang relevan dengan tugas sebagai guru dan atau sebagai pimpinan unit kerja di sekolah, guru teladan, atau penghargaan prestasi luar biasa. 9) DP3 dua tahun terakhir minimal baik, 10) Belum pernah mendapat hukuman disiplin dan atau tindak pidana sedang, dan berat sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku. Hal tersebut juga didukung dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Gorontalo Nomor 1 tahun 2009 Pasal 48 tentang tata cara pengangkatan Kepala Sekolah yaitu : (1) Pengawas Sekolah bersama-sama Kepala Sekolah setempat mengusulkan calon Kepala Sekolah
yang
memenuhi
persyaratan; (2) usulan
calon
Kepala
Sekolah
sebagaimana dimaksud pada nomor 1 disampaikan kepada Kepala Dinas oleh Kepala Sekolah; (3) Kepala Dinas membentuk Tim Seleksi Calon Kepala Sekolah; (4) seleksi calon Kepala Sekolah dilakukan secara obyektif dan transparan; (5) berdasarkan hasil seleksi, Kepala Dinas mengusulkan calon Kepala Sekolah yang memenuhi persyaratan dan kompetensi kepada Bupati; (6) Bupati menetapkan Keputusan pengangkatan dan penempatan Kepala Sekolah. Ada tiga tahapan yang harus dilewati oleh seseorang guru yang akan melamar sebagai calon Kepala Sekolah, yaitu: tahap yang pertama yaitu seleksi adminsitrasi, sebagai prasarat untuk mengikuti tahap seleksi professional akademik. Tahap ini dimaksudkan untuk menilai apakah calon mempunyai kemampuan professional
13
akademik dan kepribadian sebagai calon Kepala Sekolah. Jika lolos dari seleksi tahap ini, calon di panggil untuk mengikuti tahap yang kedua yaitu tahap pendidikan dan pelatihan bagi calon Kepala Sekolah yang dirancang secara khusus. Setelah selesai mengikuti pendidikan dan latihan maka calon memasuki tahap yang ketiga yaitu seleksi pasca pendidikan dan pelatihan. Seleksi pada tahap terakhir ini untuk menilai ketepatan dan kepantasan untuk diangkat sebagai Kepala Sekolah. Penilaian didasarkan pada : 1) aspek kognitif, penguasaan materi yang diberikan dalam pendidikan dan pelatihan, wawasan dan pemahaman akan fungsi dan tugas Kepala Sekolah baik sebagai pemimpin, manajer dan pendidik, 2) aspek afektif, mencakup sikap, pengendalian emosi dan kepribadian sebagai pemimpin dan pemberi teladan, dan 3) aspek psikomotorik atau perilaku yang ditunjukkan dalam dan selama mengikuti pendidikan dan latihan maupun dari hasil pengamatan di tempat di mana calon melakukan praktek latihan. Bentuk dan jenis alat pengujian atau tes dapat berupa 1) tes kognitif secara tertulis dan lisan, 2) tes kinerja melakukan suatu tugas atau perintah dan bukti kinerja nyata, 3) tes kepribadian, wawancara, observasi perilaku kinerja melakukan suatu perintah atau tugas. Pemilihan alat uji tesebut disesuaikan dengan tujuan dan kebutuhan serta tahapan seleksi. Handoko (2000: 90-91) mengemukakan peralatan tes yang dapat digunakan dalam proses seleksi, yaitu: tes-tes psikologi, yang meliputi (1) tes kecerdasan, (2) tes kepribadian, (3) tes bakat, (4) tes minat, (5) tes prestasi; tes-tes pengetahuan; yaitu
14
bentuk tes yang menguji informasi atau pengetahuan yang dimiliki para pelamar dan performance tes, yaitu bentuk tes yang mengukur kemampuan para pelamar untuk melaksanakan beberapa bagian pekerjaan yang akan dipegangnya. Selain itu seleksi wawancara dapat dilakukan melalui lima tahapan, yaitu: 1) persiapan pewawancara, 2) pengarahan (penciptaan hubungan), 3) pertukaran informasi,4) terminasi, dan 5) evaluasi.
E. Indikator Penilaian Promosi Jabatan Kepala Sekolah Guru sebagai tenaga profesional di bidang pendidikan di samping memiliki dan memahami hal-hal yang bersifat filosofis, konseptual dan teknis harus juga memiliki kemampuan dasar. Menurut Sardiman (2000: 161-177) kemampuan dasar ini dikenal dengan sepuluh kompetensi guru yaitu : (1) menguasai bahan, (2) mengelola program belajar mengajar, (3) mengelola kelas, (4) menggunakan media, (5) menguasai landasan-landasan kependidikan, (6) mengelola interaksi belajar mengajar, (7) menilai prestasi siswa, (8) mengetahui fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan, (9) mengetahui dan menguasai administrasi sekolah, (10) memahami dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna untuk keperluan pengajaran. Prestasi kerja yang baik dapat juga dipengaruhi oleh keterampilan, kemampuan dan sifat-sifat individu itu sendiri dalam melaksanakan tugas. Setiap pekerjaan yang dilakukan tidak lepas dari tujuan yang ingin dicapai yang telah ditetapkan sebelumnya dan dengan terwujudnya tujuan tersebut berarti seseorang
15
telah melakukan kinerja dengan memiliki kemampuan (kompetensi) semangat, minat, mencintai pekerjaan dan mampu menghadapi tantangan, serta selalu mencari peluang untuk berkembang. Guru sebagai calon Kepala Sekolah bukan hanya suatu pekerjaan tetapi juga merupakan profesi yang harus memiliki ketrampilan khusus berupa keahlian, ketrampilan atau kreativitas dan pengetahuan. Dilihat dari dimensi proses pembelajaran, peranan guru di masyarakat tetap dominan kendati teknologi yang dimanfaatkan dalam proses pembelajaran berkembang amat cepat. Menurut Wijaya dan Rusyan (2000: 10) peranan guru antara lain: 1) sebagai pendidik dan pengajar, 2) sebagai anggota masyarakat, 3) sebagai pelaksana administrasi sekolah, 4) sebagai pemimpin pengajaran, 5) sebagai pengelola proses belajar mengajar. Untuk mencapai prestasi kerja yang baik, maka guru harus selalu berusaha meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya sebagai bekal dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar dan juga diharapkan mampu memanfaatkan sumber daya baik yang ada di lingkungan kelas maupun di luar kelas yang menunjang kegiatan belajar mengajar. Profil kompetensi calon Kepala Sekolah adalah: (1) memiliki keteladanan dalam beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (2) memiliki sikap dan kepribadian sebagai pemimpin, (3) memiliki pengetahuan dan wawasan kebijakan pendidikan, (4) memahami prinsip manajemen modern dan menerapkannya di
16
sekolah, (5) memahami prinsip dan gaya kepemimpinan serta mampu menerapkannya di sekolah, (6) memahami macam atau jenis manajemen dan mampu menerapkannya di sekolah, (7) memahami prinsip pengembangan sumber daya manusia yang dimiliki sekolah, (8) memahami konsep dan prinsip perencaan untuk pengembangan sekolah, (9) mampu menyusun usulan atau proposal bantuan sekolah, (10) memahami prinsip manajemen administrasi sekolah dan ruang lingkupnya, (11) memahami prinsip penyusunan anggaran dan mampu menerapkannya untuk menyusun RAPBS. Salisbury (1996: 194) menjelaskan bahwa upaya memperbaiki kualitas dalam satu organisasi sangat ditentukan oleh mutu kepemimpinan dan manajemen yang efektif. Dukungan dari bawah hanya akan muncul secara berkelanjutan ketika pimpinannya benar-benar berkualits atau unggul. Menurut Hoy (dalam Syarifuddin, 2002: 23), ada beberapa kompetensi Kepala Sekolah yang didaftar secara kualifikasi untuk mencapai keberhasilan pengelolaan sekolah, yakni: Visi, yaitu (1) kemampuan mengajukan tujuan dan sasaran sesuai keinginan bagi sekolah, (2) kemampuan untuk melaksanakan kebutuhan sementara dalam situasi tertentu, (3) kemampuan memprediksi kebutuhan sesuai tugas, (4) menghasilkan keaslian, mengungkapkan imajinasi
untuk
mengidentifikasi
tugas.
dan
yang
ke
(5)
kemampuan
mendemonstrasikan suatu kesadaran tentang dimensi nilai dan kesiapan terhadap tantangan asumsi. Keterampilan perencanaan, mencakup (1) kemampuan merencanakan pencapaian target, (2) kemampuan menilai urutan alternatif strategis sebelum
17
pelaksanaan suatu rencana, (3) kemampuan menyadari jadual yang sesuai, (4) kemampuan menentukan prioritas, (5) kemampuan menganalisis elemen penting, dan (6) kemampuan mengembangkan secara detail dan urutan logis rencana untuk mencapai sasaran. (Syarifuddin, 2000: 60). Berpikir kritis, mencakup (1) kemampuan berpikir analitis dan kritis, (2) kemampuan menerapkan konsep dan prinsip, dan (3) kemampuan membedakan berpikir rutin dan berpikir analitis. Keempat, Keterampilan kepemimpinan, yaitu (1) kemampuan meng-arahkan tindakan dari semua orang menuju sasaran yang disepakati, (2) menstruktur interaksi untuk menjangkau tujuan, (3) memimpin penyebaran secara efektif semua sumber daya, (4) keinginan menerima tanggung jawab untuk tindakan secara bersama dan untuk mencapai tujuan, dan (5) kemampuan bertindak secar meyakinkan dalam situasi yang sesuai. (Syarifuddin, 2000: 60). Keteguhan hati, mencakup (1) kesiapan membuat suatu urutan strategi untuk mencapai solusi masalah, (2) kemampuan untuk mendemonstrasikan suatu komitmen terhadap tugas, dan (3) kemampuan untuk mengenali kapan iklim yang diperlukan memberikan respons yang fleksibel. Keterampilan mempengaruhi yakni (1) kemampuan untuk memberikan pengaruh atas yang lain dengan tindakan atau keteladan, (2) kemampuan untuk memperoleh keterlibatan yang lain dalam proses manajemen, (3) membujuk staf untuk menyeimbangkan kebutuhan individual dan
18
keperluan organisasi, dan (4) membujuk personel untuk memperhatikan keleluasan berbagai pilihan. Keterampilan
hubungan
interpersonal,
mencakup
(1)
kemampuan
membangun dan memelihara hubungan positif, (2) kemampuan merasakan kebutuhan, perhatian dan keadaan pribadi dari orang lain, (3) kemampuan mengenali dan menyelesaikan konflik, (4) kemampuan menggunakan keterampilan dan mendengar-kan secara efektif, (5) kemampuan memberitahukan, menginter-prestasi dan merespon perilaku nonverbal, (6) kemampuan menggunakan secara efektif urutan komunikasi lisan dan tulisan, dan (7) kemampuan memberikan umpan balik yang sesuai dalam suasana yang sensitif. (Syarifuddin, 2000: 61). Percaya diri, mencakup (1) kemampuan untuk merasa yakin akan potensi pribadi dan penilaian, (2) kemampuan mendemonstrasikan perilaku tegas tanpa menggerakkan permusuhan, (3) kemampuan menyusun dan menerima umpan balik dari kinerja seseorang dan gaya manajemen, (4) kemampuan menyampaikan tantangan kepada yang lain agar menata sikap percaya diri mereka, dan (5) kemampuan menyampaikan umpan balik untuk mengem-bangkan percaya diri. Pengembangan, mencakup (1) kemampuan untuk secara aktif menemukan cara mengembangkan pengetahuan pribadi, (2) kemampuan mendemonstrasikan suatu pengertian mengenai bentuk pembelajaran diri dan yang lain, (3) kemampuan secara aktif menatap peluang untuk menangani pertumbuhan dalam diri dan yang lain, (4) kemampuan untuk memasuki pengembangan kebutuhan, (5) kemampuan
19
melakukan rancangan, melaksanakan, dan mengevaluasi program pengembangan, dan (6) kemampuan untuk mengimplementasikan iklim yang kondusif dan positif Empati, yakni: (1) kemampuan mengungkapkan kesadaran tentang kebutuhan kelompok dan kebutuhan seorang anggota, (2) kemampuan mendengarkan dan berkomunikasi dalam suasana yang konstruktif, dan (3) kemampuan menyatakan hal yang sensitive untuk mempengaruhi keputusan bagi yang lain. Kesebelas, Toleransi terhadap stress, yakni: (1) kemampuan menyatakan perilaku yang sesuai dalam keadaan stress, (2) kemampuan mendemonstrasikan ketabahan/ulet dalam situasi tekanan, (3) kemampuan menyisakan secara efektif suatu tingkat pekerjaan, (4) kemampuan memelihara keseimbangan antara beberapa prioritas, dan (5) kemampuan memperhitungkan tingkatan dari stress orang lain (Syarifuddin, 2000: 63). Keterampilan Kepala Sekolah yang diungkapkan di atas merupakan cakupan yang luas untuk dipenuhi. Oleh karena itu diperlukan pendidikan, latihan, dan pengalaman untuk memantapkan keterampilan mengelola sekolah dari setiap Kepala Sekolah.
Di
samping pengetahuan dan
pengalaman,
maka
latihan-latihan
kepemimpinan dan manajemen sekolah juga sangat diperlukan. Dalam hubungan kompetensi Kepala Sekolah dalam aktivitas pendidikan, maka Kepala Sekolah memiliki peranan yang tidak sedikit. Konstribusi peranan Kepala Sekolah antara lain: (1) sebagai pendidik dan pengajar, (2) sebagai anggota masyarakat, (3) sebagai pemimpin pengajaran, (4) sebagai pelaksana administrasi pengajaran, dan (5) sebagai pengelola proses pembelajaran (Wijaya, dkk. 2000: 35).
20
Peranan tersebut di atas akan memberikan konstribusi bagi aktivitas Kepala Sekolah yang sukses sekaligus sebagai instrumen ukur, yaitu: (1) persiapan dan proses pembelajaran, (2) manajemen sekolah, (3) pengetahuan materi pendidikan dan peralatan akademik, (4) karakteristik personal dan tanggung jawab personal. Dalam konteks vitalitas kerja Kepala Sekolah yang profesional dituntut memiliki kualifikasi profesional antaranya tingkatan kemampuan sendiri, maksudnya Kepala Sekolah diharapkan memiliki pengetahuan, kecakapan dan keterampilan serta sikap yang lebih mantap dan memadai sehingga mampu mengelola proses pendidikan secara efektif. Tingkat kedua adalah Kepala Sekolah sebagai inovator, yakni sebagai tenaga pendidikan yang memiliki komitmen terhadap upaya perubahan dan reformasi. Para Kepala Sekolah diharapkan memiliki pengetahuan, kecakapan dan keterampilan serta sikap yang tepat terhadap perbaharuan dan sekaligus merupakan penyebar ide pembaharuan yang efektif. Tingkat ketiga adalah Kepala Sekolah sebagai pengembang, Kepala Sekolah harus memiliki visi keguruan yang mantap dan luas presfektifnya. Kepala Sekolah harus mampu dan mau melihat jauh ke depan dalam menjawab tantangan yang dihadapi oleh sektor pendidikan sebagai suatu sistem dalam suatu organisasi. Pandangan Gilbert mengenai kinerja sangat konsisten dengan apa yang kita anggap penting untuk memberdayakan pekerja. Untuk bekerja secara cakap, pekerja membuat prestasi yang bernilai bagi organisasi seraya mengurangi biaya untuk mencapai tujuan.
21
Selanjutnya Mulyasa (2000: 98) mengemukakan bahwa fungsi Kepala Sekolah adalah EMASLIM, yaitu Educator, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator dan motivator. Dalam melakukan fungsinya sebagai educator, Kepala Sekolah harus memiliki strategi
yang tepat untuk meningkatkan
profesionalisme tenaga kependidikan di sekolahnya, menciptakan iklim kerja sekolah yang kondusif, memberikan nasehat kepada warga sekolah, memberikan dorongan kepada seluruh tenaga kependidikan, serta melaksanakan model pembelajaran. Untuk kepentingan tersebut, Kepala Sekolah harus berusaha menanamkan, memajukan dan meningkatkan sedikitnya empat macam nilai, yakni pembinaan mental, moral, fisik dan artistik. Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer, Kepala Sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerja sama atau kooperatif, memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah. Kepala Sekolah sebagai administrator memiliki hubungan yang sangat erat dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan dan pendokumenan seluruh program sekolah. Secara spesifik Kepala Sekolah harus memiliki kemampuan untuk mengelola kurikulum, mengelola peserta
22
didik, mengelola administrasi personalia, mengelola administrasi sarana dan prasarana, mengelola administrasi kearsipan, dan mengelola administrasi keuangan. Kepala Sekolah sebagai supervisor harus diwujudkan dalam kemampuan menyusun, dan melaksanakan program supervisi pendidikan, serta memanfaatkan hasilnya. Kemampuan menyusun program supervisi pendidikan harus diwujudkan dalam penyusunan supervisi kelas, pengembangan program supervisi untuk kegiatan ekstra kurikuler, pengembangan supervisi keperpustakaan, laboratorium dan ujian. Kepala Sekolah sebagai leader harus mampu memberikan petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua arah, dan mendelegasikan tugas. Kemampuan yang harus diwujudkan Kepala Sekolah sebagai leader dapat dianalisi dari kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga kependidikan, visi dan misi sekolah, kemampuan mengambil keputusan, dan kemampuan berkomunikasi. Dalam melakukan peran dan fungsinya sebagai inovator, Kepala Sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh tenaga kependidikan di sekolah, dan mengembangkan modelmodel pembelajaran yang inovatif. Sebagai motivator Kepala Sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan
23
fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif, dan penyediaan berbagai sumber belajar melalui pengembangan pusat sumber belajar. Sejalan dengan pendapat di atas, Toha (2004: 168) menyatakan bahwa fungsi Kepala Sekolah dalam manajemen sekolah adalah (a) merencanakan yaitu menyusun tujuan sekolah yang telah ditentukan agar dapat tercapai secara optimal, (b) mengorganisasikan yaitu mengatur dan menghubungkan sumber-sumber sekolah, sehingga dapat mewujudkan tujuan pendidikan secara efektif dan efesien, (c) memimpin yaitu memotivasi, membimbing dan mengawasi bawahannya agar bersedia bekerja, (d) mengawasi yaitu untuk menentukan keberhasilan dalam mengorganisasikan dan memimpin dalam mewujudkan tujuan yang telah dirumuskan. Lebih lanjut Atmodiwirio (2000: 163-165) mengemukakan kepala sekolah diwajibkan memenuhi atau memiliki sifat kepemimpinan sebagai berikut, yakni; (1) komitmen terhadap misi sekolah, dan berkepentingan untuk menjadikan gambaran sekolahnya; (2) orientasi kepemimpinan proaktif; (3) Ketegasan (Deciciveness); (4) sensitif terhadap hubungan yang bersifdat interpersonal dan organisasi (mencari hubungan interpersonal); (5) mengumpulkan informasi, menganalisis pembentukan konsep; (6) fleksibilitas intelektual (fleksibilitas konsepsi); (7) persuasif dan memanajemeni interaksi; (8) kemampuan beradaptasi secara taktis; (9) motivasi dan perhatian terhadap pengembangan (motivasi keberhasilan); (10) kontrol dan evaluasi
24
(manajemen kontrol); (11) kemampuan berorganisasi dan pendelegasian (kemampuan berorganisasi); (12) komunikasi (penyampaian gagasan secara pribadi) Untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, maka Kepala Sekolah melakukan perbaikan kegiatan belajar mengajar melalui langkah-langkah sebagai berikut; Pertama, pembenahan kurikulum pendidikan yang dapat memberikan kemampuan dan keterampilan dasar minimal, menerapkan konsep belajar tuntas, dan membangkitkan sikap kreatif, inovatif, demokratis dan mandiri bagi para siswa. Kedua, peningkatan kualifikasi, kompetensi dan profesionalisme tenaga kependidikan sesuai dengan kebutuhan mereka melalui pendidikan dan latihan, melalui Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) dan Lembaga Diklat Profesional. Itu semua untuk menyiapkan calon tenaga pendidik. Oleh karena itu suatu keharusan agar LPTK memperbaiki sistem penyediaan tenaga kependidikan, mulai dari sistem rekrutmen, pembelajaran serta kegiatan praktek di lapangan. Ketiga, penetapan standar kelengkapan dan kualitas sarana dan prasarana pendidikan yang menjadi persyaratan bagi setiap Lembaga Pendidikan Dasar dan Menengah, sehingga sekolah dapat melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara optimal. Keempat, pelaksanaan Program Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah (PMPBS) sebagai upaya pemberian otonomi pedagogis kepada guru dan Kepala Sekolah dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, sehingga mereka dapat melakukan yang terbaik untuk meningkatkan prestasi siswa dan kinerja sekolah serta dapat bertanggung jawab kepada orang tua dan masyarakat tentang kualitas pembelajaran dan hasil belajar
25
siswa yang dicapai. Kelima, penciptaan iklim dan suasana kompetitif dan koperatif antar sekolah dalam memajukan dan meningkatkan kualitas siswa dan sekolah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan (Sidi, 2001: 74-75). Selanjutnya menurut Depdiknas (2004: 17-18) kepala sekolah dalam kepemimpinannya memenuhi beberapa indikator yaitu: 1) memenuhi persyaratan administrasi, 2) kemampuan akademik, 3) keterampilan dalam proses belajar mengajar, 4) percaya diri, 5) kerjasama. Adapun indikator-indikator yang telah dikemukakan dapat uraian berikut: Indikator persyaratan administrasi meliputi: (1) beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (2) sehat jasmani dan rohani, (3) berkedudukan sebagai guru aktif mengajar, (4) berpengalaman mengajar sekurang-kurangnya lima tahun, (5) golongan serendah-rendahnya IIIc, (6) pendidikan serendah-rendahnya Sarjana Strata 1 (S1), (7) usia maksium 50 tahun pada saat dicalonkan sebagai calon Kepala Sekolah, (8) mengikuti pelatihan yang relevan dengan tugas sebagai guru, (9) DP3 dua tahun terakhir minimal baik, (10) belum pernah mendapat hukuman disiplin dan atau tindak pidana sedang dan berat sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Indikator kemampuan akademik meliputi: (1) kemampuan mengajar, (2) kemampuan mendidik, (2) mampu mengadakan perencanaan, (3) mampu mengorganisasikan pekerjaan-pekerjaan, (4) mampu melakukan pengawasan terhadap kegiatan-kegiatan sekolah, (5) mampu mempengaruhi orang lain, (6) mampu memberikan dorongan untuk bekerja kepada orang lain, (7) taat pada aturan, (8)
26
mempunyai dorongan untuk maju, (9) melakukan inovasi dalam pembelajaran, (10) mampu menjalin komunikasi dengan orang lain, (11) menjaga hubungan yang baik dengan komponen sekolah. Indikator keterampilan dalam proses belajar mengajar meliputi: (1) kemampuan membangun dan memelihara hubungan positif, (2) kemampuan merasakan kebutuhan, perhatian dan keadaan pribadi dari orang lain, (3) kemampuan mengenali dan menyelesaikan konflik, (4) kemampuan menggunakan keterampilan dan
mendengarkan
secara
efektif,
(5)
kemampuan
memberitahukan,
menginterprestasi dan merespon perilaku nonverbal, (6) kemampuan menggunakan secara efektif urutan komunikasi lisan dan tulisan, dan (7) kemampuan memberikan umpan balik yang sesuai dalam suasana yang sensitive (peka). Indikator percaya diri meliputi: Percaya diri, yaitu: (1) kemampuan untuk merasa yakin akan potensi pribadi dan penilaian, (2) kemampuan mendemonstrasikan perilaku tegas tanpa menggerakkan permusuhan, (3) kemampuan menyusun dan menerima umpan balik dari kinerja seseorang dan gaya manajemen, (4) kemampuan menyampaikan tantangan kepada yang lain agar menata sikap percaya diri mereka, dan (5) kemampuan menyampaikan umpan balik untuk mengembangkan percaya diri Indikator kerjasama meliputi: (1) kemampuan pengetahuan tentang metode, teknik dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas tertentu seperti pada
pendidikan dan latihan, (2) kemampuan bekerja sama dengan orang lain
27
termasuk pemahaman tentang motivasi efektif, (3) kemampuan memahami masalahmasalah organisasi yang sangat kompleks. Berdasarkan seluruh uraian di atas, yang dimaksud dengan sistem promosi jabatan Kepala Sekolah dalam penelitian ini adalah rangkaian kegiatan rekrutmen untuk menduduki jabatan pimpinan sebagai Kepala Sekolah dengan indikator memenuhi
persyaratan administrasi, kemampuan akademik, keterampilan dalam
proses belajar mengajar, percaya diri dan kerjasama.