11
BAB II KAJIAN TEORETIS Keterampilan manusia yang dapat dikembangkan ataupun ditingkatkan salah satunya adalah kecerdasan. Dari sekian banyak kecerdasan yang dimiliki kecerdasan linguistic-verbal adalah hal yang sangat penting dikembangkan karena dengan kecerdasan linguistic-verbal maka seseorang dapat berkomunikasi dan mengungkapkan apa yang ada dalam otak/pikiran baik secara lisan maupun tulisan, seperti yang diungkapkan Lwin (2008: 11) bahwa kecerdasan linguisticverbal mengacu pada kemampuan untuk menyusun pikiran dengan jelas dan mampu menggunakan kemampuan ini secara kompeten melalui kata-kata untuk mengungkapkan pikiran-pikiran dalam berbicara, membaca, dan menulis.
A.
Model Pembelajaran Think Alouds Tidak seluruh siswa mampu mempelajari pelajaran yang diberikan di
sekolah maupun di lingkungan sekitarnya dengan mudah, cepat dan tepat. Dengan demikian, beberapa ahli pendidikan memberikan solusi belajar agar anak/siswa dapat menerima pembelajaran dengan baik. Walaupun tetap pada kenyataanya model pembelajaran ataupun strategi pembelajaran ini tidak selamanya selalu berhasil dalam menyelesaikan permasalahan yang muncul dalam pembelajaran khususnya membaca pemahaman. Namun demikian, dalam pembelajaran membaca pemahaman beberapa model pembelajaran diberikan para ahli pendidikan dengan harapan pemahaman membaca siswa dapat meningkat, sehingga meningkatkan kreatifitas berpikir dan
Rima Rikmasari, 2012 Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan Kemampuan Menulis Dongeng Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
12
menciptakan buah hasil fikiran yang berkualitas. Salah satu dari sekian banyak model pembelajaran yang diusulkan ahli pendidikan Davey adalah think-alouds. Think-Alouds (Davey, 1983 dalam Tierney, dkk., 1995:285) the modeling process is founded on the belief that if teachers describe their own thoughts about a text (so that students can see a mind responding to specific passage) the students will realize how and when to do the same Hesse (2011) berpendapat bahwa Think-alouds atau istilah lain Private speech is a useful tool in learning. The more we engage our brain on multiple "levels," the more we are able to make connections and retain what we learn. We read, create images or diagrams, listen, use music or motion, talk with others (collaborative learning) and with ourselves. Some of us like to talk things through with someone or in a group, either to help us understand or to remember better. And some of us don't need another person around to talk with in this process! This can be a learning style, and a very effective one. Baumann, J.F., Jones, L.A., & Seifert-Kessell, N. (2011): The intent behind the think-Alouds lessons was to help students develop the ability to monitor their reading comprehension and employ strategies to guide or facilitate understanding. b) Think-Alouds require a reader to stop periodically, reflect on how a text is being processed and understood, and relate orally what reading strategies are being employed. a)
Penggunaan strategi think-alouds ini untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam pemahaman membaca cerita, dengan strategi ini, siswa diajarkan bagaimana memperoleh pemahaman, diantaranya dengan memahami setiap kata atau kalimat dalam bacaan. Menemukan kata yang sukar dengan bantuan kamus atau ensiklopedi atau dapat bertanya pada teman bahkan orang dewasa. Strategi ini juga dapat membantu siswa memahami bagaimana kata atau kalimat itu diungkapkan, apakah dalam sebuah pernyataan, pertanyaan, atau pun kalimat yang membutuhkan ekspresi (marah, sedih, senang, dan lain-lain). Rima Rikmasari, 2012 Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan Kemampuan Menulis Dongeng Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
13
Menurut Farr dan Conner (2010) siswa perlu berpikir saat membaca. Dengan menggunakan model pembelajaran, latihan, dan refleksi, seorang guru dapat mengajari siswanya menggunakan strategi untuk membantu mereka berpikir saat membaca dan membangun pemahaman yaitu dengan menggunakan strategi think-alouds. The think-aloud strategy asks students to say out loud what they are thinking about when reading, solving math problems, or simply responding to questions posed by teachers or other students. Oster (2011). Mengungkapkan manfaat model pembelajaran think-alouds dalam pembelajaran membaca: a. The think-aloud is a technique in which students verbalize their thoughts as they read and thus bring into the open the strategies they are using to understand a text. b. This metacognitive awareness (being able to think about one's own thinking) is a crucial component of learning, because it enables learners to assess their level of comprehension and adjust their strategies for greater success. c. Several studies have shown that students who verbalize their reading strategies and thoughts while reading score significantly higher on comprehension tests. Oster (2011) memberikan persetujuan pada Davey dan Baumann bahwa Model think-alouds merupakan salah satu solusi yang baik digunakan dalam pembelajaran membaca pemahaman, dengan cara menuangkan ide/gagasan atau bahkan pendapat seorang pembaca secara lisan, setelah dia membaca kalimat/teks sehingga si pembaca faham sampai sejauhmana dia menerjemahkan pesan yang disampaikan penulis dalam tulisannya. Menurut Farr, seorang pembaca yang baik bisa melakukan hal-hal berikut ini: Rima Rikmasari, 2012 Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan Kemampuan Menulis Dongeng Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
14
a. b. c. d. e. f. g.
Draw on background knowledge as they read Make predictions as they read Visualize the events of a text as they read Recognize confusion as they read Recognize a text's structure/organization as they read Identify/recognize a purpose for reading Monitor their strategy use according to the purpose for reading the text Hal ini sejalan dengan pendapat Gunning (teacher vision, 2009) model
pembelajaran think-alouds digunakan untuk proses membaca pemahaman seperti membuat prediksi, menciptakan gambar, menghubungkan informasi dalam teks dengan pengetahuan sebelumnya, pemahaman selama membaca, dan mengatasi permasalahan yang timbul melalui kosakata yang dimunculkan penulis. Tujuan Think-Alouds diungkapkan Davey (dalam Tierney, dkk. 1995:284) are intended to help readers examine and develop reading behaviors and strategies. With this mind, Davey identifies five aspects of a skilled reader‟s thinking that studies have shown are frequently lacking among poor comprehenders (making predictions, visualizing, linking with prior knowledge, monitoring, and self-correction). Prosedur think-alouds: Berikut ini adalah prosedur think-alouds menurut pendapat T. Richard dan Joanne L. Vacca (tanpa tahun): 1. gunakan bagian yang mengandung kata yang tidak dikenal, bagian yang tidak jelas, atau kontradiksi. 2. guru membaca dengan nyaring, berhenti untuk verbalisasi pada bagian yang dianggap sulit. Para siswa memperhatikan dan mengikutinya dalam upaya untuk menyelaraskan maksud guru dan siswa. Kemudian dilanjutkan dengan penggunaan rangkaian pertanyaan yang mendukung (lihat contoh di bawah). a. Apa yang saya tahu tentang topik ini? b. Apa yang saya pikir saya akan belajar tentang topik ini? c. Apakah saya memahami apa yang baru saya baca? Rima Rikmasari, 2012 Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan Kemampuan Menulis Dongeng Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
15
d. Apakah saya memiliki gambaran yang jelas di kepala saya tentang informasi ini? e. Apa lagi yang bisa saya lakukan untuk memahami hal ini? f. Apa poin yang paling penting dalam membaca ini? g. Apa informasi baru yang saya pelajari? h. Apakah sesuai dengan apa yang saya sudah tahu? 3. siswa bekerjasama dengan teman sebanyanya untuk berlatih think-Alouds secara bergiliran; membaca singkat, menjelaskan teks berdasarkan pendapatnya, kemudian terjadi diskusi. 4. siswa dapat berlatih secara mandiri menggunakan checklist di bawah ini untuk memverifikasi penggunaan prosedur.
Not very much
A little bit
Much of the time
All of the time
Making predictions – membuat prediksi Developing images – mengembangkan gambaran Share analogies – menggunakan analogi Monitor comprehension – menemukan masalah Regulate comprehension – memperoleh pemahaman Sumber: Richard dan Vacca Making predictions - students make predictions by using the chapter title or subheadings found within the chapter. Developing images - students get mental pictures of information found in the text. Share analogies - students use analogies to link new information to prior knowledge. Monitor comprehension - students think about their confusion over difficult information. Regulate comprehension - students read beyond a confusing section to see if the information that comes next will clear up their confusion.
Rima Rikmasari, 2012 Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan Kemampuan Menulis Dongeng Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
16
Model pembelajaran think-alouds membantu siswa bagaimana belajar dengan cara memantau pemikiran siswa saat membaca sebuah bacaan. Siswa diarahkan oleh serangkaian pertanyaan yang diarahkan untuk memperoleh pemahaman teks yang kemudian mereka utarakan secara lisan berdasarkan pemahaman mereka. Proses ini mengungkapkan bagaimana mereka memahami sebuah teks. Proses yang dilakukan dalam model pembelajaran think-alouds ini cukup sederhana. Guru membaca nyaring dari sebuah buku yang sesuai, dan berhenti secara periodik untuk membuat prediksi, memperjelas makna, mencari kata sulit, membuat koneksi pribadi, mempertanyakan unsur intrinsik tulisan, dan meringkas apa yang telah dibaca. Tujuan dari strategi think-alouds (berpikirnyaring) adalah model untuk siswa bagaimana pembaca terampil membangun makna dari teks.
B.
Pendekatan Metakognitif O’Malley (dalam Iskandarwasid, 2008:13) menggolongkan Strategi belajar
menjadi tiga kelompok, yaitu Strategi Metakognitif, Strategi Kognitif, dan SosioAfektif. Termasuk dalam kelompok strategi metakognitif adalah advance organizer, perhatian yang diarahkan, perhatian terpilih, manajemen diri sendiri, perencanaan fungsional, produksi tertunda, dan evaluasi diri. Arends (1997: ) mengemukakan pengetahuan metakognitif merupakan pengetahuan seseorang tentang pembelajaran diri sendiri atau kemampuan untuk menggunakan strategi-strategi belajar tertentu dengan benar. Berdasarkan makna strategi metakognitif dasar dan pengetahuan metakognitif, bahwa pembelajaran
Rima Rikmasari, 2012 Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan Kemampuan Menulis Dongeng Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
17
metakognitif bagi siswa adalah penting. Jika siswa telah memiliki metakognisi, siswa akan terampil dalam strategi metakognitif. Menurut Oxford dalam Iskandarwassid (2008: 19) yang termasuk dalam strategi metakognitif yaitu (1) memprioritaskan kegiatan belajar, (2) mengatur dan merencanakan kegiatan belajar, dan (3) melakukan evaluasi kegiatan belajar. Masih dalam Iskandarwassid (2008: 19) Subyantoro berpendapat bahwa strategi metakognitif berhubungan dengan berpikir peserta didik tentang berpikir mereka sendiri dan kemampuan menggunakan strategi belajar dengan tepat. Metakognitif ini memiliki dua komponen, yaitu pengetahuan tentang kognisi dan mekanisme pengendalian atau monitoring (pemantauan) kognisi. Metakognitif mementingkan learning how to learn, yaitu belajar bagaimana harusnya belajar. Huda dalam Iskandarwassid (2008: 20) berpendapat bahwa strategi metakognitif adalah langkah yang dipakai untuk mempertimbangkan proses kognitif, seperti pemantauan (monitoring) diri sendiri, penilaian diri sendiri, dan pemantapan diri sendiri. Metakognitif adalah pengetahuan dan kesadaran tentang proses kognisi. Metakognitif merupakan suatu proses meggugah rasa ingin tahu karena kita menggunakan proses kognitif kita untuk merenungkan proses kognitif kita sendiri. Metakognitif merupakan suatu kemampuan dimana individu berdiri di luar kepalanya dan mencoba untuk memahami cara ia berfikir atau memahami proses kognitif yang dilakukannya dengan melibatkan komponen-komponen perencanaan (functional planning), pengontrolan (self-monitoring), dan evaluasi (self-evaluation) (Desmita, 2010: 132). Rima Rikmasari, 2012 Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan Kemampuan Menulis Dongeng Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
18
Metacognition is an important concept in cognitive theory. It consists of two basic processes occurring simultaneously, monitoring your progress as you learn, and making changes and adapting your strategies if you perceive you are not doing so well. (Winn, W. & Snyder, D., 1998) It's about self-reflection, self-responsibility and initiative, as well as goal setting and time management. Metacognitive skills include taking conscious control of learning, planning and selecting strategies, monitoring the progress of learning, correcting errors, analyzing the effectiveness of learning strategies, and changing learning behaviors and strategies when necessary. (Ridley, D.S., Schutz, P.A., Glanz, R.S. & Weinstein, C.E., 1992: dalam Sapa‟atm, 2008) Dari kutipan tersebut disimpulkan metakognitif adalah kesadaran berpikir tentang apa yang diketahui dan apa yang tidak diketahui. Dalam konteks pembelajaran,
siswa
mengetahui
bagaimana
untuk
belajar,
mengetahui
kemampuan dan modalitas belajar yang dimiliki, dan mengetahui strategi belajar terbaik untuk belajar efektif. 1. Komponen Metakognitif Komponen metakognitif dalam Pengetahuan metakognitif (Metacognitive knowledge) yang dikemukakan oleh Flavell (dalam Harris; Waters, 2010: 227228), yaitu: a. Declarative knowledge, Refers to knowledge, skills, and strategies needed to effectively complete a task under one or more conditions. In other words,„knowing what‟. Within the context of writing: understanding the purpose for writing, the topic, needs of intended audiences, genre constraints, linguistic structures, and the higher order processes that underlie skillful composing, such as planning, drafting, and revising (Harris, dkk., 2010: 227). Yaitu pembelajaran tentang diri sendiri sebagai siswa serta strategi apa yang digunakan,
keterampilan
apa
yang
baik
digunakan
untuk
pembelajaran yang dihadapi untuk menunjang proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Dikaitkan dengan menulis, maka siswa mengetahui Rima Rikmasari, 2012 Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan Kemampuan Menulis Dongeng Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
19
tujuan menulis, topic tulisan, mengetahui kebutuhan pembaca, dan bisa mengklasifikasikan bacaan/tulisan. b. Prosedural knowledge, Includes information about how to successfully apply the various actions or strategies comprising declarative knowledge, “the repertoire of behavior available from which the learner selects the one(s) best able to help reach a particular goal” (Raphael, dkk., 1989). In other words „knowing how‟. Within the context of writing include understanding of general strategies that allow for efficacious planning, text production, and revising (Harris, dkk., 2010: 227-228). Yaitu pengetahuan tentang bagaimana menggunakan apa saja yang telah diketahui dalam declarative knowledge untuk aktivitas belajarnya. Untuk mendapatkan kesuksesan belajar yang luar biasa, guru harus melatih siswa untuk merancang apa yang hendak dipelajari, memantau kemajuan belajar siswa, dan menilai apa yang telah dipelajari. c. Conditional knowledge, Allows the writer to determine the appropriate conditions in which to apply procedural and declarative knowledge (McCormick, 2003; Raphael, dkk., 1989). In other words „knowing when, where,and why‟. Within the context of composing, conditional knowledge enables the writer to, critically consider a specific writing task, determine what skills and strategies will best scaffold achievement of the goals for that task, identify when and why to employ various compositional process, and modify environmental conditions (Harris, dkk., 2010: 228). Yaitu pengetahuan tentang suatu kondisi dalam menggunakan suatu prosedur, keterampilan, atau strategi dan dalam kondisi apa hal tesebut digunakan serta dalam kondisi bagaimana sesuatu prosedur dinilai lebih baik dari pada prosedur-prosedur lainnya. Menurut Sapa’atm (2008) ada 3 strategi metakognitif yang dapat dikembangkan untuk meraih kesuksesan belajar siswa, diantaranya:
Rima Rikmasari, 2012 Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan Kemampuan Menulis Dongeng Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
20
a. Tahap proses sadar belajar, meliputi proses untuk menetapkan tujuan belajar, mempertimbangkan sumber belajar yang akan dan dapat diakses (contoh: menggunakan buku teks, mencari buku sumber di perpustakaan, mengakses internet di lab. komputer, atau belajar di tempat sunyi), menentukan
bagaimana
kinerja
terbaik
siswa
akan
dievaluasi,
mempertimbangkan tingkat motivasi belajar, menentukan tingkat kesulitan belajar siswa. b. Tahap merencanakan belajar, meliputi proses memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas belajar, merencanakan waktu belajar dalam bentuk jadwal serta menentukan skala prioritas dalam belajar, mengorganisasikan materi pelajaran, mengambil langkah-langkah yang sesuai untuk belajar dengan menggunakan berbagai strategi belajar (outlining, mind mapping, speed reading, dan strategi belajar lainnya). c. Tahap monitoring dan refleksi belajar, meliputi proses merefleksikan proses belajar, memantau proses belajar melalui pertanyaan dan tes diri (self-testing, seperti mengajukan pertanyaan, apakah materi ini bermakna dan bermanfaat bagi saya?, bagaimana pengetahuan pada materi ini dapat saya kuasai?, mengapa saya mudah/sukar menguasai materi ini?), menjaga konsentrasi dan motivasi tinggi dalam belajar. Menurut John Flavell dalam Desmita (2010: 134), pengetahuan metakognitif secara umum dapat dibedakan menjadi 3 variabel, yaitu:
a. Variabel Individu; Variabel individu mencakup pengetahuan tentang manusia (diri sendiri dan juga orang lain), yang mengandung wawasan Rima Rikmasari, 2012 Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan Kemampuan Menulis Dongeng Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
21
bahwa manusia memiliki keterbatasan dalam jumlah informasi yang dapat diproses. Termasuk juga pemahaman diri terhadap suatu bidang dan perbedaan kemampuan diri dengan orang lain. b. Variabel Tugas; Variabel tugas mencakup pengetahuan tentang tugastugas (task), yang mengandung wawasan bahwa beberapa kondisi sering menyebabkan kita lebih sulit atau lebih mudah memecahkan suatu masalah atau menyelesaikan tugas. c. Variabel Strategi; Variabel strategi mencakup pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu atau bagaimana mengatasi kesulitan. Variabel ini mengandung wawasan seperti: beberapa langkah kognitif dapat membantu menyelesaikan sejumlah tugas kognitif (mengingat, mengkomunikasikan, dan membaca). Table 2.1 Variabel Penilaian Metakognitif Variabel Metakognitif
Aspek Metacognitive knowledge
Sub Aspek a. declarative knowledge b. procedural knowledge
c. conditional knowledge
Indikator pengetahuan/ ide cerita kemampuan memahami cerita memahami cerita yang ditulis dapat mengungkapkan cerita secara lengkap focus, tidak memunculkan cerita lain dalam cerita dapat menempatkan cerita, sehingga menjadi cerita utuh dan hidup
Rima Rikmasari, 2012 Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan Kemampuan Menulis Dongeng Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
22
Dalam praktik mengajar di kelas, guru direkomendasikan untuk memberikan kesempatan luas kepada siswa untuk saling berdiskusi dan bertukar ide. Harapannya, setiap individu siswa dapat menilai kemampuan diri masingmasing, setiap siswa dapat menentukan kesuksesan belajar dengan menggunakan gaya belajar mereka sendiri, dan yang paling penting, setiap siswa dapat belajar efektif dengan memberdayakan modalitas belajar dirinya sendiri yang unik dan tak terbandingkan. Siswa perlu dibiasakan membuat jurnal harian, yang sangat membantu menterjemahkan setiap pikiran dan sikap siswa dalam berbagai bentuk (simbol, grafik, gambar, cerita). Dengan melihat kembali persepsi awal dan membandingkannya dengan keputusan yang dibuat, menjelaskan proses pemikiran tentang strategi dan cara membuat keputusan dalam kegiatan pembelajaran, maka mereka akan mengenali kelemahan dalam pilihan sikap yang diambil dan mengingat kembali kesulitan dan keberhasilan mereka dalam belajar (Sapa’atm, 2008). Strategi kognitif setiap individu tentunya berbeda dan unik. Setiap permasalahan tentunya akan dipandang secara berbeda-beda oleh setiap individu dan tentunya akan dicari solusi yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat executive control (kontrol tingkat tinggi) yang dimilikinya. Adanya executive control sejatinya dapat membentuk insan yang otonom dalam pemikiran, mandiri, dan tidak bergantung. Otonom karena setiap entitas atau suatu konsep ilmu akan dieksekusi dengan polanya sendiri, mandiri karena pemikirannya inheren dengan kediriannya, dan tidak bergantung karena Rima Rikmasari, 2012 Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan Kemampuan Menulis Dongeng Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
23
pengetahuan yang dimiliki merupakan hasil konstruksinya. Individu yang otonom dan
mampu
menyelesaikan
persoalan
konseptual
maupun
kontekstual
menandakan bahwa yang bersangkutan telah menguasai strategi kognitif, dan kemampuan tersebut jika dikelola nantinya dapat menjadi bakal terwujudnya individu berilmu. Strategi
kognitif
merupakan
aktivitas
yang
dilakukan
dalam
menyelesaikan persoalan baik konseptual maupun kontekstual, sedangkan strategi metakognitif merupakan informasi mengenai aktivitas atau kemajuan yang dicapai. Strategi kognitif membantu dalam mencapai tujuan, sedangkan strategi metakognitif memonitor kemajuan yang dicapai (dalam M. Clarawesti, 2006). Dengan demikian metakognitif merupakan landasan bagi strategi kognitif itu sendiri. Menurut Preisseisen dalam Barnawi (2008), metakognisi terdiri atas empat keterampilan yakni problems solving, decision making, critical thinking, dan creative thinking. a. problems solving merupakan kemampuan individu dalam memecahkan masalah melalui pengumpulan fakta, analisis informasi, menyusun berbagai alternatif pemecahan, dan memilih pemecahan yang paling efektif. Untuk menjadi problems solver yang handal dibutuhkan jam terbang yang tinggi, dan di sini diperlukan penguasaan metode keilmuan sebagai pisau bedah terhadap masalah yang dihadapi. b. decision making merupakan kemampuan individu untuk memilih suatu keputusan yang terbaik dari berbagai pilihan yang ada. Keputusan yang Rima Rikmasari, 2012 Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan Kemampuan Menulis Dongeng Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
24
diambil tentunya berdasar pengalaman atau informasi, pertimbangan etika dan tata nilai, dan disertai alasan-alasan rasional. Kemampuan dalam decision making dapat menggambarkan tingkat kematangan dan kebijaksanaan seseorang. c. critical thinking merupakan kemampuan individu untuk berfikir kritis dalam menanggapi suatu konsep, pendapat, dan kebijakan. Berfikir kritis tentunya mendasarkan pada logika rasional, dan mampu membaca kesenjangan antara konsep dengan realitas, antara das solen dengan das sein atau menganalisis dengan mendasarkan pada sesuatu yang sifatnya given dari Tuhan. Dalam berpikir kritis siswa dapat menilai kelebihan-kelebihan atau proses berdasarkan criteria-kriteria yang telah ditetapkan. Anderson (2010) memberikan contoh; siswa mengkritik kebijakan sekolah tentang penghapusan
liburan
semester,
siswa
menunjukan
konsekuensi-
konsekuensi positifnya seperti meniadakan kerugian belajar, dan konsekuensi negatifnya adalah merusak acara liburan keluarga. d. creative thinking merupakan kemampuan individu untuk berfikir kreatif atau mencipta dan memodifikasi sesuatu yang baru dengan mendasarkan pada konsep-konsep, hukum-hukum, logika, dan intuisi yang dimiliki. Dalam berpikir kreatif siswa harus dapat mengumpulkan elemenelemen dari banyak sumber dan menggabungkan menjadi struktur atau pola baru yang bertalian dengan pengetahuan siswa sebelumnya (schemata). Rima Rikmasari, 2012 Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan Kemampuan Menulis Dongeng Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
25
Proses berpikir kreatif dalam Anderson (2010: 129) dibagi dalam tiga tahap: pertama, penggambaran masalah, siswa berusaha memahami tugas assesmen dan mencari solusinya, kedua, perencanaan solusi, yang didalamnya siswa mengkaji kemungkinan-kemungkinan dan membuat rencana yang dapat dilakukan. Ketiga, eksekusi solusi, siswa berhasil melaksanakan rencananya dengan baik. Keempat keterampilan tersebut merupakan satu-kesatuan yang terintegrasi, artinya pada saat seseorang memecahkan masalah maka dengan
sendirinya
individu
tersebut
telah
melakukan
tindakan
pengambilan keputusan berdasarkan nalar kritisnya dan dikreasi dengan dirinya. Metakognitif berhubungan dengan konstruktivisme dalam hal bahwa banyak siswa yang efektif makin sadar bagaimana mereka belajar; mereka mengembangkan pikiran dan pengamatan. Dengan kata lain mengembangkan kontrol eksekutif pada strategi-strategi belajar dari pada secara pasif merespon lingkungan pembelajaran. Hal ini akan terlihat ketika siswa memahami buku bacaan, ada yang menanggapi secara pasif, membiarkan berjalan sebagaimana biasa tanpa mengkonstruksi pengetahuan secara aktif, dan ada pula siswa yang dengan sadar berusaha kritis pada materi dan membuat konsep pada suatu materi, meningkatkan pemahaman dengan cara mengolah informasi dan membuat konsep pada materi tersebut. Dalam hubungannya dengan kurikulum dan pengajaran, terlihat pada hubungan antara konsep-konsep konstruktivisme dan metakognitif. Dengannya Rima Rikmasari, 2012 Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan Kemampuan Menulis Dongeng Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
26
pengajar dapat menggunakan proses ”learning how to learn”. Dalam pengajaran bahasa dapat mengajarkan kepada siswa tidak hanya soal proses berfikir ilmiah, tetapi juga bagaimana menggunakan proses tersebut untuk belajar. Perkins mengatakan, berbicara tentang keterampilan berfikir dalam semua bidang kurikulum, siswa harus dilatih untuk memperoleh dan menyimpan pengetahuan, memahaminya dengan membangun konsep, kemudian menerapkannya agar mereka bisa jadi seorang pemikir generatif (produktif) (Joyce, et al, 2009: 122). 2. Manfaat Metakognitif Menurut Budiraharjo (2010) dengan metakognitif yang berkembang, seseorang akan menjadi lebih: a. menyadari atas tindakan dan dampak dari berbagai tindakan terhadap lingkungan mereka, b. memunculkan berbagai pertanyaan dalam pencarian informasi dan makna yang lebih mendalam, c. mengembangkan peta-peta mental atau rancangan tindakan, d. menimbang-ulang di dalam pikirannya sebelum menuangkan bahasa dalam tulisan atau bentuk kinerja lainnya, e. memonitor rancangan tersebut dimana dalam diimplementasinya seseorang menyadari diperlukannya perbaikan di tengah-tengah proses tertentu jika rencana tidak sesuai dengan harapan, f. merefleksikan rancangan yang telah diselesaikan untuk evaluasi diri, dan g. memperbaiki peta-peta mental untuk memperbaiki kinerja selanjutnya. Siegler (dalam Papalia 2008: 456) berpendapat bahwa metakognitif (metacognitive) merupakan kesadaran akan apa yang ada dalam pikiran, membantu anak untuk memonitor pemahaman terhadap apa yang mereka baca dan mengembangkan strategi-seperti membaca ulang bagian yang sulit, membaca lebih lambat, mencoba memvisualisasikan apa yang telah digambarkan, dan Rima Rikmasari, 2012 Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan Kemampuan Menulis Dongeng Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
27
memikirkan contoh, untuk menjelaskan berbagai masalah yang ada. Seiring dengan meningkatnya simpanan atau skemata pengetahuan anak, mereka akan lebih siap untuk mengecek informasi baru terhadap apa yang telah mereka ketahui. Dari sekian banyak pendapat yang diungkapkan para ahli penulis mencatat hal-hal yang cukup penting dalam metakognitif, bahwa metakognitif merupakan informasi kemajuan dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai. Selain itu metakognisi merupakan alur belajar yang hendaknya dimiliki setiap orang dalam memahami suatu kejadian sehingga dapat mempertimbangkan hal mana yang harus didahulukan dan yang lebih diprioritaskan dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang dihadapi sesuai dengan istilah belajar yang dipergunakan ‘learning how to learn’.
C.
Keterampilan Menulis
I. Keterampilan Berbahasa Depdiknas merumuskan, Kompetensi Dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia SD dan MI, adalah sebagai berikut: 1. Menyimak Siswa mampu berkonsentrasi menyimak sampai dengan tiga puluh menit, dan mampu menyerap gagasan pokok dari berita, petunjuk, pengumuman, perintah, bunyi, suara, bunyi bahasa, lagu, kaset, pesan, penjelasan, laporan, ceramah, khotbah, pidato, pembicaraan, nara sumber, dialog, serta percakapan yang didengarnya dengan memberikan respon secara tepat serta mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan menyimak Rima Rikmasari, 2012 Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan Kemampuan Menulis Dongeng Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
28
hasil sastra berupa dongeng, cerita anak-anak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi anak, syair lagu, dan menonton drama anak. Keterampilan menyimak di sini bukan hanya sekedar mendengarkan bunyi-bunyi bahasa melainkan sekaligus memahaminya 2. Berbicara Siswa mampu mengungkapkan gagasan dan perasaan, menyampaikan sambutan, dialog, pesan, pengalaman suatu proses, menceritakan diri sendiri, teman, keluarga, masyarakat, benda, tanaman, biantaang, gambar tunggal, gambar seri, kegiatan sehari-hari, peristiwa, tokoh, kesukaan/ sebaliknya, kegemaran, peraturan, tata tertib, petunjuk, dan laporan serta mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan melisankan hasil sastra berupa dongeng, cerita anak-anak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi anak, syair lagu, pantun, dan drama anak. 3. Membaca Siswa mampu membaca huruf, suku kata, kalimat, paragraf, berbagai teks bacaan, denah, petunjuk, tata tertib, pengumuman, kamus, ensiklopedia serta mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan membaca hasil sastra berupa dongeng, cerita anak-anak, cerita rakyat dan drama anak. Kompetensi membaca juga diarahkan menumbuhkan budaya membaca. 4. Menulis Siswa mampu menulis huruf, suku kata, kalimat, paragraph dengan tulisan rapih dan jelas, menulis karangan sederhana, berbagai petunjuk, teks percakapan, surat pribadi, dan surat resmi dengan memperhatikan tujuan Rima Rikmasari, 2012 Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan Kemampuan Menulis Dongeng Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
29
dari ragam pembeda dan menggunakan ejaan dan kosa kata yang tepat dengan menggunakan kalimat tunggal dan klaimat majemuk. Menulis berbagai formulir, pengumuman, tata tertib, berbagai laporan, buku harian, poster, iklan, teks pidato dan sambutan. Kompetensi menulis juga diarahkan menumbuhkan kebiasaan menulis.
II. Keterampilan Menulis Keterampilan menulis adalah mengungkapkan gagasan/ide, pendapat/ opini, dan perasaan kepada pihak lain melalui tulisan. Ketepatan dalam mengungkapkan pikiran harus didukung dengan ketepatan bahasa yang dipergunakan. Selain kosakata dan gramatikal/struktur kalimat, ketepatan kebahasaan juga sebaiknya didukung oleh konteks dan penggunaan ejaan (depdiknas, 2005: 4) Pendapat Heaton (dalam Widodo, 2009: 62) bahwa Seorang penulis yang baik harus memiliki beberapa keterampilan. Keterampilan yang seharusnya dimiliki seorang penulis diantaranya adalah: (1) keterampilan gramatika, (2) keterampilan mekanis, (3) kemampuan mengorganisasikan pikiran secara kreatif, dan (4) keterampilan dalam membuat keputusan atau pertimbangan terhadap individu pembaca (menyeleksi, mengorganisasikan, dan mengurutkan informasi secara relevan). Keterampilan Menulis (writing skills) menurut Syafei (2011: 51) adalah kemampuan dalam mendeskripsikan atau mengungkapkan isi pikiran, mulai dari aspek yang sederhana seperti menulis kata sampai kepada aspek yang lebih kompleks yaitu wacana. Syafei (2011: 52) mengemukakan bahwa sebagai sebuah Rima Rikmasari, 2012 Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan Kemampuan Menulis Dongeng Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
30
keterampilan, menulis dapat dilihat dari dua pendekatan yaitu product approach dan process approach. Pendekatan produk menitikberatkan pada bentuk hasil akhirnya, dapat berupa surat, esai, cerita, dsb, memenuhi atau tidak indikator sebagai berikut ini: (1) enak dibaca; (2) struktur kalimat disusun sesuai dengan aturan yang berlaku, dan (3) mematuhi konvensi wacana yang berkaitan dengan topic utama, rincian pendukung, dsb. Sedangkan pendekatan proses lebih memfokuskan pada sarana variabel, dan latar belakang dalam proses terciptanya sebuah rangkaian tulisan. Bagaimana sebuah gagasan diperbaiki, dikembangkan, dan kemudian ditransformasikan ke dalam sebuah tulisan sebelum akhirnya tulisan tersebut diperbaiki kembali dan bahkan kalau perlu ditulis ulang merupakan hal yang paling penting dalam pendekatan ini. Berdasarkan pendapat ahli berkenaan dengan komponen menulis dan keterampilan menulis, haruslah terdiri dari: a. dapat mengorganisasi pikiran, menyadari pembicaraan apa yang akan diujarkan, tahu mana yang akan didahulukan dan yang diucapkan kemudian. b. mengetahui bagaimana membahasakan dalam bentuk tulisan, sehingga dapat dipahami. c. menguasai banyak kata dan kosakata, sehingga bisa mengungkapkan berbagai bervariasi kata. Keterampilan menulis adalah satu dari sekian keterampilan yang harus dikuasai oleh siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Keterampilan menulis Rima Rikmasari, 2012 Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan Kemampuan Menulis Dongeng Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
31
dapat dikembang-kan oleh siswa dibantu oleh pembimbing yang dapat mengarahkan pada kegiatan yang baik dan fungsional (bermanfaat). Ada beberapa pendapat mengenai pengertian menulis menurut para ahli;
1.
Menulis adalah membuat huruf (angka) dengan pena, melahirkan pikiran dan perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan (Depdikbud, 1986 dalam Resmini, 2007: 26).
2.
Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambing-lambang grafik yang menggambarkan atau membahasakan yang difahami oleh seseorang sehinga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa gambar tersebut (Tarigan, 1996: 21). Menulis adalah sebuah aktivitas yang dilakukan dan digunakan sebagai
alat komunikasi antara penulis dan pembaca, seorang penulis yang baik adalah dia yang bisa membawa perasaan pembaca ke arah yang dimaksud penulis, sehingga dapat terjalin suatu ikatan yang baik antara produsen dan konsumen. Siegler (dalam Papalia, 2008: 457) memberikan pernyataan bahwa menulis adalah sesuatu yang sulit bagi anak kecil, yang belum memiliki pengalaman, dimana karangan pertama biasanya berupa paragraph pendek atau kalimat-kalimat sederhana. Tidak seperti percakapan, yang menawarkan umpan balik seketika, menulis mensyaratkan anak untuk menilai secara independen apakah tujuannya sudah tercapai. Anak juga harus memperhatikan berbagai aturan dalam menulis; ejaan, tanda baca, tata bahasa, dan penulisan huruf. Papalia (2008: 457) menambahkan penguasaan keterampilan menulis sejalan beriringan dengan perkembangan membaca. Ketika anak belajar Rima Rikmasari, 2012 Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan Kemampuan Menulis Dongeng Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
32
memahami kata yang tertulis dalam perkataan, mereka mencoba menggunakan bahasa tulisan untuk mengekspresikan ide, pemikiran dan perasaan. Chandrasegaran (Rochman, 2010: 51) menjelaskan bahwa pada saat menulis seseorang terlibat dalam menentukan langkah/keputusan dan putusankeputusan selanjutnya. Ketika melakukan proses menulis seseorang mulai menentukan apa yang akan dimulai, bagaimana menghilangkan atau memasaukan ide baru atau informasi tambahan lainnya. Hasil tulisan akan dikatakan sukses manakala penulis dapat dengan tepat menentukan dan menyusun hingga merevisi tulisan tersebut. Untuk menghasilkan sebuah tulisan yang baik dan benar, siswa harus memiliki kemampuan dasar menulis, sebagaimana diungkapkan Nurmina (2011);
1. Menguasai bahasa yang digunakan untuk menulis. Jika menulis dalam Bahasa Indonesia, ia harus menguasai Bahasa Indonesia dan mampu menggunakannya dengan baik dan benar. 2. Mengetahui dan mampu menggunakan ejaan bahasa yang berlaku, misalnya Bahasa Indonesia maka dia harus menguasai ejaan bahasa Indonesia yang sesuai dengan ejaan yang disempurnakan. 3. Mengetahui dan dapat menggunakan kosa kata bahasa Indonesia. Pengenalan kata atau jumlah kata yang terbatas berarti pembatasan sumber daya untuk mengungkapkan diri di dalam tulis-menulis. 4. Mengetahui dan mampu menyusun kalimat secara efektif dan efisien. 5. Mengetahui dan mampu mengembangkan paragraph sehingga menjadi sebuah wacana yang baik dan menarik. Rima Rikmasari, 2012 Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan Kemampuan Menulis Dongeng Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
33
1. Unsur-Unsur Tulisan Berdasarkan International Study of Achievement in Written composition (dalam Rahman, 2011) bahwa unsur-unsur yang harus ada dalam sebuah tulisan antara lain: a. Kulitas dan lingkup isi (quality and scope of content) Dimensi kualitas dan lingkup isi mengkaji jumlah gagasan dalam tulisan yang disusun oleh siswa didik b. Organisasi dan tampilan isi (organization & presentation of content) Dimensi organisasi isi dan tampilan isi berhubungan dengan jumlah uraian isi karangan (uraian ide) dalam penyusunan tulisan. Kerap mengemukakan bahwa organisasi karangan mencakup pendahuluan, tubuh karangan, dan simpulan. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan organisasi dan tampilan isi adalah uraian ide (batang tubuh tulisan) yang terdapat dalam kalimat-kalimat lanjutan. c. Gaya dan ketepatan (style & appropriateness) Dimensi pemilihan gaya & ketepatan tulisan berupa penggunaan variasi frasa dalam tulisan. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pemilihan gaya dan ketepatan adalah penggunaan sekurang-kurangnya satu frasa. d. Bentuk gramatikal (grammatical features) Dimensi bentuk gramatikal tulisan mencakup bentuk kalimat yang ditampilkan murid dalam sebuah tulisan dimana sebuah kalimat memiliki fungsi kalimat. Dimana Inti kalimat (the essentials of sentence) ditulis oleh Rook "A sentence must always have a subject and verb. Sebuah Rima Rikmasari, 2012 Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan Kemampuan Menulis Dongeng Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
34
kalimat mesti memiliki subjek dan predikat. fungsi kalimat mencakup fungsi S (Subjek), P (Predikat), O (Objek), Pel. (Pelaku), dan Ket. (Keterangan). Unsur fungsi S (Subjek) dan P (Predikat) sebagai unsur wajib, serta unsur O (Objek), Pel. (Pelaku), dan Ket. (keterangan). e. Ejaan (spelling) Ejaan yang dijadikan patokan dalam penelitian adalah EYD (ejaan yang disempurnakan). Dalam kajian ini difokuskan pada penggunaan huruf besar, kata depan, awalan, pemenggalan suku kata, dan penggunaan tanda baca. f. Tulisan tangan dan kerapihan (handwriting & neatness) Merupakan indicator tampilan fisik. Tulisan tangan adalah tulisan buatan para murid dengan menggunakan huruf berangkai. Kerapihan tulisan tangan adalah kejelasan (keteridentifikasian huruf) tulisan, bentuk tulisan (font). 2. Bentuk-bentuk Tulisan Pembelajaran menulis dalam penelitian ini adalah tulisan sebagai wacana, bukan sebagai lambang bunyi dalam bentuk grafis. tulisan sebaagi wacana komunikatif berupa karangan yang utuh. Berdasarkan bentuknya, tulisan dapat dikelompokkan atas empat macam yaitu: narasi, deskripsi, eksposisi, dan argumentasi (keraf dalam Janasa, 2009: 37-38) a. Karangan narasi adalah bentuk wacana yang menuturkan cerita kepada pembacanya. Narasi biasanya ditulis berdasarkan rekaan atau imajinasi. Akan tetapi, narasi dapat juga ditulis berdasarkan pengamatan atau wawancara. Narasi pada umumnya merupakan himpunan peristiwa yang disusun Rima Rikmasari, 2012 Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan Kemampuan Menulis Dongeng Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
35
berdasarkan urutan waktu atau urutan kejadian. Dalam tulisan narasi, selalau ada tokoh-tokoh yg terlibat. b. Karangan deskripsi adalah wacana yang menggambarkan bentuk, sifat, rasa, corak, dari hal yang diamati dan yang mempengaruhinya. Deskripsi juga dilakukan untuk melukiskan perasaan seperti bahagia, takut, sepi, sedih, dsb. penggambaran itu merupakan tugas yang dipercayakan pada panca indera peneliti, dalam proses penguraiannya. Deskripsi yang baik harus didasarkan pada pengamatan dan penyususnan yang tepat. Tujuannya adalah menuangkan ide/ gagasan yang dimiliki penulis ke dalam bahasa, agar pembaca dapat membayangkan suasana, orang, peristiwa, dan agar mereka dapat memahami suatu sensasi atau emosi. c. Karangan eksposisi adalah wacana yg memberikan informasi, penjelasan, keterangan atau pemahaman. Berita merupakan bentuk tulisan eksposisi karena memberikan informasi. Pada dasarnya eksposisi merupakan karangan yang berusaha menjelaskan suatu prosedur atau proses, memberikan definisi, menerangkan, menjelaskan, menafsirkan gagasan, menerangkan bagan atau table, serta membahas berkenaan dengan sesuatu. d. Karangan argumentasi bertujuan meyakinkan orang, membuktikan pendapat atau pendirian pribadi atau membujuk pembaca agar pendapat pribadi penulis dapat diterima. Bentuk argumentasi dikembangkan untuk menunjang kalimat utama. Kalimat utama biasanya merupakan sebuah pernyataan untuk
Rima Rikmasari, 2012 Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan Kemampuan Menulis Dongeng Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
36
meyakinkan atau membujuk pembaca. Dalam sebuah majalah atau surat kabar, misalnya, argumentasi seringkali ditemui dalam kolom/ pendapat/ opini. Harris (dalam Waters, 2010: 236) memaparkan proses pembelajaran menulis sebagai berikut: Based on criteria regarding the strength of the evidence and impact on writing, they included (in this order): (1) teach strategies for planning, revising, and editing writing; (2) set clear and specific goals for what writers are to accomplish in their writing product; (3) help writers learn to write more sophisticated sentences; (4) engage students in prewriting activities that help them gather and organize ideas for their composition; (5) engages students in the process writing approach; (6) teach students strategies and procedures for summarizing reading material, as this improves their ability concisely accurately present information in writing; (7) incorporate instructional arrangements composition; (8) make it possible for students to used word processing a as a tool for writing; (9) involve Students in writing activities designed to sharpen their inquiry skills; (10) provide good models for each type of writing that is the focus of instruction; (11) have students monitor their writing performance or behavior; (12) provide ample time for writing. Dengan kata lain, siswa harus berpikir saat mereka membaca. Dengan menggunakan pemodelan, latihan, dan refleksi, guru dapat mengajari siswanya strategi sehingga dapat membantu siswanya berpikir saat mereka membaca dan membangun pemahaman. Table 2.2 Penilaian Hasil Kemampuan Menulis Dongeng No. Aspek Penilaian 1. Isi dongeng
skor 37-40
Tingkat Amat Baik
Deskripsi Kriteria Ide cerita memberikan gambaran sesuatu yang tajam, menunjukkan kesatuan bentuk yang utuh, alur mengalir, latar rinci, cerita hidup.
33-36
Baik
Ide cerita memberikan gambaran sesuatu
Rima Rikmasari, 2012 Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan Kemampuan Menulis Dongeng Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
37
2.
Organisasi isi teks
29-32
Sedang
25-28
Kurang
27-30
Amat Baik
23-26
19-22
15-18
3.
Ketepatan diksi
17-20
13-16
9-12
5-8
yang tajam, menunjukkan kesatuan bentuk yang utuh, alur mengalir, latar rinci, tetapi cerita kurang hidup Ide cerita memberikan gambaran yang cukup tajam, menunjukkan kesatuan bentuk yang utuh, alur kurang mengalir, latar kurang rinci, cerita kurang hidup Ide cerita menggambarkan sesuatu hal, tetapi tidak tajam, tidak menunjukkan kesatuan bentuk yang utuh, alur tidak mengalir, latar tidak rinci, cerita pun tidak hidup
Tulisan cerpen mengandung kerangka alur yang lengkap, yaitu tahap pengenalan, timbulnya konflik, klimaks, dan tahap akhir cerita, memiliki kohesi dan kloherensi dengan sangat baik Baik Tulisan cerpen memiliki kerangka alur kurang lengkap, hanya ada tahap pengenalan dan konflik, tetapi tetap memiliki kohesi dan koherensi yang baik Sedang Tulisan cerpen langsung memunculkan konflik, tetapi masih menunjukkan kohesi dan koherensi yang baik Kurang Tulisan cerpen langsung memunculkan konflik dan tidak memiliki kohesi dan koherensi yang baik Amat Baik Tulisan menggunakan diksi dengan tepat, variatif, mampu membuat cerita menjadi hidup, gamblang, dan menarik Baik Tulisan menggunakan diksi dengan tepat, tetapi membuat cerita kurang hidup, kurang gamblang, dan kurang menarik Tulisan menggunakan diksi yang kurang Sedang tepat, membuat cerita kurang hidup, kurang gamblang, dan kurang menarik Kurang Tulisan menggunakan diksi yang tidak tepat, membuat cerita tidak hidup, tidak gamblang, dan tidak menarik
Rima Rikmasari, 2012 Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan Kemampuan Menulis Dongeng Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
38
4.
Ejaan sesuai dengan EYD
8-10
Amat Baik
Penggunaan ejaan dalam tulisan sesuai dengan aturan yang telah ditentukan 5-7 Baik Penggunaan ejaan dalam tulisan lebih dari setengahnya sesuai dengan aturan yang telah ditentukan 2-4 Sedang Penggunaan ejaan dalam tulisan lebih dari setengahnya tidak sesuai dengan aturan yang telah ditentukan 0-1 Kurang Penggunaan ejaan dalam tulisan tidak sesuai dengan aturan yang telas ditentukan teori menulis cerpen Jakob Sumardjo (Cahyani, 2009: 30)
Dengan proses pembelajaran tersebut diharapkan siswa dapat mengetahui
mulai
dari
latar
belakang,
dapat
memprediksi
cerita,
menggambarkan peristiwa, memaparkan permasalahan dan solusi yang mungkin terjadi, hingga mengetahui organisasi teks dan tujuan teks tersebut, hal ini juga ditunjang dengan pemberian waktu dan kesempatan yang cukup dan memadai untuk menulis dan menyelesaikan tulisan mereka. D. Bercerita atau Mendongeng Cerita dalam sastra dikreasikan berdasarkan pada pengalaman hidup, pengamatan, pemahaman, dan penghayatan terhadap berbagai peristiwa kehidupan yang secara faktual dijumpai di masyarakat, maka ia dapat dipadang sebagai salah satu interpretasi terhadap kehidupan itu sendiri (Nurgiyantoro, 2010: 5). Dapat dipahami bahwa cerita dapat berupa kisah-kisah yang dekat kehidupan manusia sehari-hari, dan dapat pula berupa cerita-cerita yang bersumber dari orang lain atau bahkan suatu yang abstrak terjadi atau tidak pernah terjadi yang dapat mengembangkan kompetensi dasar peserta didik/siswa. Rima Rikmasari, 2012 Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan Kemampuan Menulis Dongeng Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
39
1.
Pengertian Dongeng Menurut Irafani (2010) Dongeng merupakan suatu kisah yang di angkat
dari pemikiran fiktif dan kisah nyata, menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan pesan moral, yang mengandung makna hidup dan cara berinteraksi dengan mahluk lainnya. Dongeng juga merupakan dunia hayalan dan imajinasi, dari pemikiran seseorang yang kemudian di ceritakan secara turun-temurun dari generasi kegenerasi. terkadang kisah dongeng bisa membawa pendengarnya terhanyut kedalam dunia fantasi, tergantung cara penyampaian dongeng tersebut dan pesan moral yang disampaikan. Majid (2008: 8) berpendapat bahwa cerita adalah salah satu bentuk sastra yang bisa dibaca atau hanya didengar oleh orang yang tidak bisa membaca. Dalam hal ini proses bercerita atau mendongeng bisa disampaikan dengan cara dibacakan atau didongengkan kepada si pendengar/ penyimak dengan harapan dapat memahami isi dongeng yang dibacakan. Titik W.S (dalam Yudha, 2009:18) menjelaskan bahwa cerita anak-anak adalah cerita sederhana yang kompleks. Kesederhanaan itu ditandai oleh syarat wacananya yang baku dan berkualitas tinggi, namun tidak ruwet sehingga komunikastif. Cerita anak-anak harus berbicara tentang kehidupan anak-anak dengan segala aspek yang ada dan mempengaruhi mereka. Dalam cerita atau dongeng terdiri dari ide, tujuan, imajinasi, bahasa, dan gaya bahasa. Unsur-unsur tersebut berpengaruh terhadap pembentukan pribadi anak. Maka haruslah diseleksi secara tepat cerita atau dongeng mana yang pantas
Rima Rikmasari, 2012 Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan Kemampuan Menulis Dongeng Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
40
dan baik bila diberikan pada anak usia tertentu. Misalnya; apakah legenda ‘tangkuban perahu’ dapat diberikan pada anak sebagai bahan pembelajaran? Untuk menjawab pertanyaan ini maka jelas anak haruslah diberikan pengertian dan pemahaman dalam menerima dan mengolah sebuah dongeng atau cerita. Karena tidak seluruh kisah yang terdapat dalam cerita ‘Tangkuban Perahu’ tidak baik. Namun masih ada hal-hal dimana nilai-nilai kerja keras dan kemadirian yang dilakukan Sangkuriang merupakan nilai kebaikan yang selayaknya ditiru oleh anak-anak sekarang ini.
2. Tujuan Dongeng Tujuan dongeng/bercerita yang diungkapkan Suwarni (dalam Hana, 2011: 30) adalah bahwa bagi anak usia 4-5 tahun diharapkan anak mampu mendengarkan dengan seksama terhadap apa yang disampaikan orang lain, anak dapat menjawab pertanyaan, selanjutnya anak dapat menceritakan dan mengekspresikan terhadap apa yang didengarkan dan diceritakan, sehingga hikmah dari isi cerita dapat dipahami dan lambat laun didengarkan, diperhatikan, dilaksanakan, dan diceritakan pada orang lain. Menurut seorang ahli psikologi pendidikan, Hana (2011: 29) bahwa pentingnya mendongeng merupakan ajang peningkatan pengetahuan anak sekaligus melatih anak untuk memecahkan masalah. Namun demikian muncul pertanyaan, mulai usia berapakah anak sudah diberikan dongeng? Hana menjelaskan bahwa: a. Usia 2-4 tahun, anak sedang masa pembentukan dan masa penuh fantasi dan serba mungkin (magic), sehingga bisa diberikan cerita Rima Rikmasari, 2012 Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan Kemampuan Menulis Dongeng Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
41
fairy tales, dongeng horror dan menyeramkan, seperti tentang anak nakal yang tersesat di hutan, cerita nenek sihir, cerita raksasa, dll. b. Usia 4-7 tahun, dapat diperkenalkan dongeng-dongeng yang lebih kompleks. Usia ini anak mulai suka cerita tentang terjadinya suatu benda dan bagaimana cara kerjanya. c. Usia 8-13 tahun, anak-anak suka dongeng petualangan, dan sedikit cerita roman sudah bisa diberikan pada anak usia ini. 3. Unsur-Unsur Intrinsik Dongeng a.
Pelaku atau Tokoh Dongeng Tokoh cerita akan menjadi hal pertama dan utama yang menjadi fokus
perhatian anak, baik karena pelukisan fisik maupun karakter yang disandang. Tokoh cerita akan menjadi cerminan dalam menemukan sosok pahlawan/ idola/hero dalam diri tokoh yang bersangkutan, maka dari itu terkadang tokoh tersebut menjadi idola, atau dikagumi anak; misalnya Harry Potter, Kapten Tsubasa, Crayon Sincan,dan lain-lain. Berikut ini tokoh dongeng yang biasa diceritakan para penulis dongeng anak-anak: a) Dewa dan dewi, ibu dan saudara tiri yang jahat, raja dan ratu, pangeran dan putri, ahli nujum; b) peri, wanita penyihir, raksasa, orang kerdil, putri duyung, monster, naga; c) binatang, misalnya ikan ajaib dan kancil; d) kastil, hutan yang memikat, negeri ajaib; e) benda ajaib, misalnya lampu ajaib, cincin, permadani, dan cermin. b.
Latar Dongeng Lukens (dalam Nurgiyantoro, 2010: 237) dalam fiksi dewasa latar dapat
terjadi di mana saja termasuk dalam benak tokoh, sehingga latar tidak terlalu Rima Rikmasari, 2012 Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan Kemampuan Menulis Dongeng Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
42
dibutuhkan. Namun, berbeda dengan cerita fiksi anak. Dalam fiksi anak hampir semua peristiwa yang dikisahkan membutuhkan kejelasan tempat dan waktu kejadian, karena membutuhkan deskripsi latar secara lebih detil. c.
Tema Dongeng Biasanya, suatu dongeng mempunyai tema seperti ini. 1) Moral tentang kebaikan yang selalu menang melawan kejahatan. 2) Kejadian yang terjadi di masa lampau, di suatu tempat yang jauh sekali 3) Tugas yang tak mungkin dilaksanakan. 4) Mantra ajaib, misalnya mantra untuk mengubah orang menjadi binatang. 5) Daya tarik yang timbul melalui kebaikan dan cinta. 6) Pertolongan yang diberikan kepada orang baik oleh makhluk dengan kekuatan ajaib. 7) keberhasilan anak ketiga atau anak bungsu ketika sang kakak gagal. 8) Kecantikan dan keluhuran anak ketiga atau anak bungsu. 9) Kecemburuan saudara kandung yang lebih tua. 10) Kejahatan ibu tiri.
d.
Alur Dongeng Nurgiyantoro (2010: 236) mengemukakan bahwa alur disebut juga
tulang punggung cerita karena alur yang menentukan perkembangan cerita. Bagi pembaca dewasa, tokoh lebih terlihat lebih menarik, namun bagi pembaca anak-anak pertanyaan seperti apa yang akan terjadi, bagaimana kisah selanjutnya, bagaimana akhirnya, dan lain-lain merupakan hal yang lebih menarik dari hanya sekedar tokoh. Hal itu menunjukan pentingnya alur dalam cerita fiksi anak. Rima Rikmasari, 2012 Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan Kemampuan Menulis Dongeng Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
43
4. Jenis Dongeng a. Dongeng binatang/fabel Fabel adalah dongeng binatang yang mengandung pendidikan tentang perbuatan baik dan buruk. Dalam fabel, tokoh binatang berperilaku seperti manusia. Hal tersebut menggambarkan watak dan budi pekeri manusia. Dongeng Kancil dan Buaya, dan Kucing Bersepatu Bot merupakan contoh dongeng binatang. Biasanya, mereka digambarkan sebagai hewan cerdik, licik, dan jenaka.
b. Dongeng biasa Dongeng biasa adalah cerita tentang tokoh suka dan duka. Contohnya adalah cerita Bawang Merah dan Bawang Putih dan Jaka Tarub. c. Dongeng lelucon Dongeng lelucon berisi cerita lucu tetang tokoh tertentu. Contoh dongeng ini yaitu Si Kabayan dari Jawa Barat, Lebai Malang, Pak Pandir, Pak Belalang, Lucai dari Melayu, dan Pan Balangtamak dari Bali. Ciri-Ciri Lain Dongeng: a. Menggunakan alur sederhana. b. Cerita singkat dan bergerak cepat. c. Karakter tokoh tidak diuraikan secara rinci. d. Ditulis dengan gaya penceritaan secara lisan. 5. Manfaat Dongeng bagi Anak Yudha (2009: 27) mengemukakan pendapat Josette Frank bahwa sama halnya dengan orang dewasa, anak-anak memperoleh pelepasan emosional Rima Rikmasari, 2012 Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan Kemampuan Menulis Dongeng Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
44
melalui pengalaman fiktif yang tidak pernah dialami dalam kehidupan nyata. Manfaat mendongeng diantaranya: a) Merupakan alat komunikasi yang menarik perhatian anak-anak b) Mampu melatih daya konsentrasi anak c) Cara belajar yang menyenangkan d) Mengajak anak ke alam fantasi/ khayalan e) Melatih anak bersosialisasi f) Dapat memupuk rasa keindahan dan kehalusan budi g) Membangkitkan keharuan dan kepekaan h) Apresiatif terhadap indera manusia; lihat, dengar, gerak, dan emosi (feeling) anak i) Membuat anak dapat berkomunikasi dengan diri sendiri (refleksi diri) sekaligus orang lain j) Lambang ketulusan dan kasih sayang k) Merangsang jiwa berpetualang anak l) Memicu daya kritis dan curiousity anak m) Pengantar tidur n) Jendela pengalaman bagi anak o) Melatih kemampuan berbahasa anak p) Menggiring anak senang membaca, bahkan buku q) Bisa memacu kreativitas (multiple intellengences) anak r) Sumber kearifan Suwarni (dalam Hana, 2011: 93) mengemukakan bahwa kegiatan bercerita dapat membantu perkembangan bahasa anak. Dengan bercerita, pendengaran anak dapat difungsikan dengan baik untuk membantu kemampuan berbicara, menambah perbendaharaan kosakata, kemampuan mengucapkan katakata, melatih kalimat sesuai dengan perkembangannya. Kemampuan tersebut adalah hasil dari proses menyimak dalam tahap perkembangan bahasa anak. Rima Rikmasari, 2012 Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan Kemampuan Menulis Dongeng Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
45
Rima Rikmasari, 2012 Pengaruh Model Pembelajaran Think-Alouds Terhadap Perkembangan Metakognitif Dan Kemampuan Menulis Dongeng Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu