13
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Intensitas Perhatian Orang Tua Setiap orang tua selalu mengharapkan agar kelak anaknya memiliki kehidupan yang lebih baik dari orang tuanya, berguna bagi Nusa, Bangsa, dan Agama. Untuk itulah orang tua mempunyai tanggung jawab dan kewajiban dalam pendidikan anak-anaknya. Orang tua dari lapisan manapun pasti menginginkan keberhasilan pendidikan anak-anaknya, mereka akan berusaha sekuat tenaga dengan segala daya dan upaya semaksimal mungkin untuk mencapai hal tersebut. Salah satu peranan orang tua terhadap keberhasilan pendidikan anaknya adalah dengan memberikan perhatian, terutama perhatian pada kegiatan belajar anaknya. Perhatian orang tua sangat berpengaruh terhadap keberhasilan anak dalam belajar dan merupakan faktor yang paling penting dalam meningkatkan prestasi belajar anak. Hal ini mendorong orang tua untuk berupaya memperhatikan anaknya dalam belajar, sehingga anak merasa diperhatikan sehingga menimbulkan semangat belajar anak. Perhatian orang tua ini diharapkan membuat anak menjadi rajin belajar dan dari hasil belajarnya tersebut dapat memperoleh prestasi belajar yang maksimal. Mengingat hal tersebut, maka orang tua yang merupakan bagian dari keluarga, dan keluarga sebagai unit terkecil didalam masyarakat memiliki tanggungjawab untuk membimbing anak-anak dalam
13
14
proses pencapaian prestasi belajar. Perhatian orang tua merupakan salah satu wujud tanggung jawab orang tua dalam memenuhi kebutuhan psikologis anak yang turut mendukung tercapainya prestasi belajar. 1. Pengertian Intensitas Perhatian Orang Tua Sebelum membahas lebih lanjut mengenai intensitas perhatian orang tua, sebelumnya ada beberapa pendapat dari para ahli tentang perhatian itu sendiri. Sumadi Suryabrata, (Erlita Rahmawati, 2011: 11) menyatakan bahwa “perhatian adalah pemusatan tenaga psikis tertuju kepada suatu objek”. Objek dalam penelitian ini yaitu pemusatan perhatian orang tua terhadap anaknya yang masih membutuhkan perhatian dan bimbingan dalam mencapai prestasi belajar. Kartini Kartono, (Slamet Suparyoto, 2011: 12) menyatakan bahwa “perhatian itu merupakan reaksi umum dari organisme dan kesadaran, yang menyebabkan
bertambahnya
aktivitas,
daya
konsentrasi,
dan
pembatasan kesadaran terhadap satu objek. Kemudian Bimo Walgito (2004: 98) mengemukakan bahwa “perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktifitas individu yang ditujukan kepada suatu objek atau sekumpulan objek”. Sedangkan Abu Ahmadi (2009: 142) menjelaskan bahwa perhatian adalah “keaktifan jiwa yang diarahkan kepada sesuatu objek baik di dalam maupun di luar dirinya, perhatian timbul dengan adanya pemusatan kesadaran kita terhadap sesuatu”. Jadi berdasarkan disimpulkan bahwa
beberapa
yang dimaksud
pengertian dengan
diatas,
perhatian
dapat adalah
15
pemusatan tenaga psikis dari seluruh aktivitas individu yang tertuju pada suatu atau sekumpulan objek baik di dalam maupun di luar dirinya. Sedangkan pengertian orang tua menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 802) orang tua adalah “ayah ibu kandung, orang yang dianggap tua, orang yang dihormati”, dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian orang tua penelitian ini adalah ayah dan ibu dari anak (jika anak itu tinggal bersama ayah dan ibu) atau orang lain yang bertanggung jawab atas pendidikan anak tersebut, wali siswa atau orang tua asuh atau jika anak tersebut tinggal bersama wali. Orang tua dapat diartikan sebagai ayah-ibu, yang mendidik anak menjadi manusia yang bermanfaat bagi keluarga, masyarakat, dan warga negara yang baik. Dengan demikian perhatian orang tua dapat dinyatakan sebagai perhatian ayah dan ibu. Orang tua memiliki perasaan yang sangat penting dalam pendidikan anakanaknya, peran ini tidak bisa digantikan oleh guru di sekolah. Orang tua merupakan pendidik yang pertama dan paling utama, sedangkan guru di sekolah hanya merupakan pendidik setelah orang tua. Berkaitan dengan pengertian perhatian yang dipaparkan diatas, intensitas perhatian orang tua adalah tingkat keseringan perhatian orang tua yang ditujukan pada kegiatan belajar anak, memberikan bimbingan belajar, memperhatikan dan memenuhi kebutuhan alat-alat penunjang pembelajaran, memberikan dorongan untuk belajar memberikan
16
pengawasan, pengarah, dan lain sebagainya supaya siswa mencapai prestasi belajar yang memuaskan. 2. Macam-macam Perhatian Orang Tua Menurut Bimo Walgito (2004: 100) jenis-jenis perhatian dibedakan menjadi beberapa antara lain : a. berdasarkan bahan dari segi timbulnya perhatian, dibagi menjadi perhatian spontan dan perhatian tidak spontan, dan b. berdasarkan banyaknya objek yang dicakup, perhatian dibagi menjadi perhatian sempit dan perhatian luas. Menurut Sri Rumini dkk (1993: 13) menyebutkan macammacam perhatian dapat ditinjau dari beberapa sudut pandang yang pada prinsipnya adalah sebagai berikut. a. Macam-macam perhatian menurut cara kerjanya, dibedakan menjadi : 1) perhatian spontan, yaitu perhatian yang tidak disengaja atau tidak sekehendak subjek, dan 2) perhatian refleksi, yaitu perhatian yang disengaja atau sekehendak subjek. b. Macam-macam perhatian menurut intensitasnya, dibedakan menjadi : 1) perhatian intensif, yaitu perhatian yang banyak menyertakan aspek kesadarannya, dan 2) perhatian tidak intensif, yaitu perhatian yang tidak banyak menyertakan aspek kesadaran. c. Macam-macam perhatian menurut luasnya, dibedakan menjadi : 1) perhatian terpusat, yaitu perhatian yang tertuju pada lingkup objek yang sangat terbatas, perhatian ini sering disebut dengan perhatian konsentratif, dan 2) perhatian terpencar, yaitu perhatian yang tertuju kepada macam-macam objek yang luas atau tertuju kepada bermacam-macam objek.
17
Sedangkan
menurut
Abu
Ahmadi
(2009:
144-146)
mengemukakan macam-macam perhatian adalah sebagai berikut. a. Perhatian spontan dan disengaja Perhatian spontan adalah perhatian yang timbul dengan sendirinya oleh karena tertarik pada sesuatu dan tidak didorong oleh kemauan, perhatian ini sering disebut perhatian asli atau perhatian langsung. Sedangakan perhatian disengaja adalah perhatian yang timbulnya didorong oleh kemauan karena adanya tujuan tertentu. b. Perhatian statis dan dinamis Perhatian statis ialah perhatian yang tetap terhadap sesuatu. Sedangkan perhatian dinamis adalah perhatian yang mudah berubah-ubah, mudah bergerak, mudah berpindah dari objek yang satu ke objek yang lain. c. Perhatian konsentratif dan distributif Perhatian konsentratif (memusat), yakni perhatian yang hanya ditujukan kepada satu objek/masalah tertentu. Sedangkan perhatian distributif (terbagi-bagi), dengan sifat distributif ini orang dapat membagi-bagi perhatiannya kepada beberapa arah dengan sekali jalan/dalam waktu yang bersamaan. d. Perhatian sempit dan luas Orang yang mempunyai perhatian sempit dengan mudah dapat memusatkan perhatiannya pada suatu objek yang terbatas, sekalipun ia berada di tempat yang ramai. Selain itu juga tidak mudah memindahkan perhatiannya ke objek lain, jiwanya tidak mudah tergoda oleh keadaan sekelilingnya. Sedangkan orang yang mempunyai perhatian luas, ia mudah sekali tertarik oleh kejadian-kejadiannya disekelilingnya, mudah terangsang, dan perhatiannya tidak dapat mengarah kepada hal-hal tertentu. e. Perhatian fiktif dan fluktuatif Perhatian fiktif (melekat), yakni perhatian yang mudah dipusatkan pada suatu hal dan boleh dikatakan bahwa perhatiannya dapat melekat lama pada objek. Kemudian perhatian fluktuatif (bergelombang) adalah perhatian yang sangat subjektif, sehingga yang melekat hanyalah hal-hal yang dirasa penting bagi dirinya. 3. Bentuk-bentuk Perhatian Orang Tua Perhatian orang tua, terutama dalam hal pendidikan anak sangat diperlukan. Terlebih lagi yang harus difokuskan adalah
18
perhatian orang tua terhadap kegiatan belajar yang dilakukan anak sehari-hari. Berdasarkan pendapat M. Dalyono (2009: 59) dan Slameto
(2003:
61)
tentang
perhatian
orang
tua
yang
mempengaruhi keberhasilan belajar anak yang telah diungkapkan pada pendahuluan, maka dirumuskan bentuk perhatian orang tua terhadap kegiatan belajar anak dapat berupa pemberian bimbingan dan nasihat, pengawasan terhadap belajar anak, pemberian penghargaan dan hukuman, pemenuhan kebutuhan belajar, menciptakan suasana belajar yang tenang dan tenteram, memperhatikan kesehatan anak, memberikan petunjuk praktis, mengenai (cara belajar, cara mengatur waktu, disiplin belajar, konsentrasi dan persiapan menghadapi ujian). a. Pemberian bimbingan dan nasihat Menurut Abin Syamsudin Makmun, (2005: 227) bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu tertentu. Dari definisi bimbingan
tersebut
dapat
dikaitkan
dengan
bimbingan orang tua kepada anak, bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan orang tua kepada anaknya untuk memecahkan
masalah-masalah
yang
dihadapinya.
Memberikan bimbingan kepada anak merupakan kewajiban orang tua. Bimbingan belajar
terhadap
anak
berarti
pemberian bantuan kepada anak dalam membuat pilihanpilihan secara bijaksana dan dalam penyesuaian diri terhadap
19
tuntutan-tuntutan hidup, agar anak lebih terarah dalam belajarnya
dan
bertanggung
jawab
dalam
menilai
kemampuannya sendiri dan menggunakan pengetahuan mereka secara efektif bagi dirinya, serta memiliki potensi yang berkembang secara optimal meliputi semua aspek pribadinya sebagai individu yang potensial. Di dalam belajar anak membutuhkan bimbingan. Anak tidak mungkin tumbuh sendiri dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Anak sangat memerlukan bimbingan dari orang tua, terlebih lagi dalam masalah belajar. Seorang anak mudah sekali putus asa karena ia masih labil, untuk itu orang tua perlu memberikan bimbingan pada anak selama ia belajar. Dengan pemberian bimbingan ini anak akan merasa semakin termotivasi, dan dapat menghindarkan kesalahan dan memperbaikinya. b. Pengawasan terhadap belajar Orang tua perlu mengawasi pendidikan anak-anaknya, sebab tanpa adanya pengawasan yang komitmen dari orang tua besar kemungkinan pendidikan anak tidak akan berjalan lancar. Pengawasan orang tua tersebut berarti mengontrol atau mengawasi semua kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh anak baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengawasan orang tua terhadap anaknya biasanya lebih
20
diutamakan dalam masalah belajar. Dengan cara ini orang tua akan
mengetahui
kesulitan
apa
yang
dialami
anak,
kemunduran atau kemajuan belajar anak, apa saja yang dibutuhkan anak sehubungan dengan aktifitas belajarnya, dan lain-lain. Dengan demikian orang tua dapat membenahi segala sesuatunya hingga akhirnya anak dapat meraih hasil belajar yang maksimal. Pengawasan orang tua bukanlah berarti pengekangan terhadap kebebasan anak untuk berkreasi tetapi lebih ditekankan pada pengawasan kewajiban anak yang bebas dan bertanggung jawab. Ketika anak sudah mulai menunjukan tanda-tanda penyimpangan, maka orang tua yang bertindak sebagai pengawas harus segera mengingatkan anak akan tanggung jawab yang dipikulnya terutama pada akibat-akibat yang mungkin timbul sebagai efek dari kelalaiannya. Kelalaiannya di sini contohnya adalah ketika anak malas belajar, maka tugas orang tua untuk mengingatkan anak akan kewajiban belajarnya dan memberi pengertian kepada anak akan akibat jika tidak belajar. Dengan demikian anak akan terpacu untuk belajar sehingga prestasi belajarnya akan meningkat. Pengawasan atau kontrol yang dilakukan orang tua tidak hanya ketika anak di rumah saja, akan tetapi hendaknya orang tua juga
21
terhadap kegiatan anak di sekolah. Pengetahuan orang tua tentang pengalaman anak di sekolah sanagt membantu orang tua lebih dapat memotivasi belajar anak dan membantu anak menghadapi masalah-masalah yang dihadapi anak di sekolah serta tugas-tugas sekolah. c. Pemberian penghargaan dan hukuman Yang
harus
diperhatikan
oleh
orang
tua
adalah
memberikan pujian dan penghargaan pada kemampuan atau prestasi
yang
diperoleh
anak.
Pujian
dimaksudkan
menunjukan bahwa orang tua menilai dan menghargai tindakan usahanya. Bentuk lain penghargaan orang tua selain memberikan pujian adalah dengan memberikan semacam hadiah atau yang lain. Hadiah ini dimaksudkan untuk memberikan motivasi pada anak, untuk menggembirakan, dan untuk menambah kepercayaan pada anak itu sendiri, serta untuk mempererat hubungan dengan anak. Jika anak memiliki prestasi yang bagus hendaknya orang tua
memberikan
meningkatkan
penghargaan
aktivitas
kepada
belajarnya.
anaknya
Untuk
untuk
mendorong
semangat belajar anak hendaknya orang tua mampu memberikan semacam hadiah untuk memotivasi belajar bagi anak itu sendiri. Namun, kadang kala orang tua juga dapat menggunakan hukuman. Hukuman diberikan jika anak
22
melakukan sesuatu yang buruk, misalnya ketika anak malas belajar atau malas masuk ke sekolah. Tujuan diberikan hukuman ini adalah untuk menghentikan tingkah laku yang kurang baik, dan tujuan selanjutnya adalah mendidik dan mendorong anak untuk menghentikan sendiri tingkah laku yang tidak baik. Di samping itu hukuman yang diberikan itu harus wajar, logis, objektif, dan tidak membebani mental, serta harus sebanding antara kesalahan yang diperbuat denagn hukuman yang diberika. Apabila hukuman terlalu berat, anak cenderung untuk menghindari atau meninggalkan. d. Pemenuhan kebutuhan belajar Kebutuhan belajar adalah segala alat dan sarana yang diperlukan
untuk
menunjang
kegiatan
belajar
anak.
Kebutuhan tersebut bisa berupa ruang belajar anak, seragam sekolah,
buku-buku,
alat-alat
belajar
dan
lain-lain.
Pemenuhan kebutuhan belajar ini sangat penting bagi anak, karena akan dapat mempermudah baginya untuk belajar dengan baik. Tersedianya fasilitas dan kebutuhan belajar yang memadai akan berdampak positif dalam aktivitas belajar anak. Anakanak yang tidak terpenuhi kebutuhan belajarnya seringkali tidak memiliki semangat belajar. Lain halnya jika segala kebutuhan belajarnya tercukupi, maka anak tersebut lebih
23
bersemangat dan termotivasi dalam belajar. Mengenai perhatian terhadap kebutuhan belajar, kaitannya dengan motivasi belajar mempunyai pengaruh yang sangat kuat. Hal itu dapat diketahui bahwa dengan dicukupinya kebutuhan belajar, berarti anak merasa diperhatikan oleh orang tuanya. Kebutuhan belajar, seperti buku termasuk unsur yang sangat penting dalam upaya meningkatkan prestasi belajar. Pada dasarnya buku merupakan salah satu sumber belajar, disamping sumber belajar yang lain. Dengan dicukupinya buku yang merupakan salah satu sumber belajar, akan memperlancar proses belajar mengajar di dalam kelas dan mempermudah dalam belajar di rumah. Dengan demikian sudah sepatutnya bagi para orang tua untuk memperhatikan dan berusaha memenuhi kebutuhan belajar anak. e. Menciptakan suasana belajar yang tenang dan tenteram Orang tua harus menciptakan ruang dan suasana rumah yang aman dan nyaman ketika anak belajar di rumah, sehingga anak dalam belajar tidak terganggu. Suasana rumah yang gaduh dan ramai tidak akan memberi ketenangan kepada anak yang sedang belajar. Rumah yang bising dengan suara radio, tape recorder, TV, suara penghuni rumah yang rebut, maupun suara pertengkaran orang tua pada waktu belajar,
dapat
mengganggu
konsentrasi
belajar
anak
24
(Slameto, 2003: 63). Suasana rumah yang tenang dan tentram anak
merasa
kerasan/betah
tinggal
di
rumah,
dapat
berkonsentrasi dalam belajar, dan dapat belajar dengan baik sehingga akan mendukung belajar anak. Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa usaha dan berbagai bentuk perhatian orang tua dapat mendukung kelancaran dan keberhasilan kegiatan belajar sehingga dapat mempengaruhi prestasi belajar anak. Bagaimanapun sibuknya orang tua, mereka harus memberikan waktu dan perhatian kepada anak-anaknya setiap hari karena anak merupakan tunas dan harapan masa depan bangsa. f. Memperhatikan kesehatan Orang tua harus memperhatikan makanan yang dimakan anak, gizi makanan yang diberikan, istirahat anak, dan kesehatan badan yang lainnya. Selain itu juga memeriksakan anak ke dokter atau Puskesmas terdekat ketika anak sakit. g. Memberikan petunjuk-petunjuk praktis mengenai : 1) cara belajar, 2) cara mengatur waktu, 3) disiplin belajar, 4) konsentrasi, dan 5) persiapan menghadapi ujian.
25
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perhatian Orang Tua Menurut Abu Ahmadi (2009: 146-147), perhatian dipengaruhi oleh beberapa faktor adalah sebagai berikut. a. Pembawaan Adanya pembawaan tertentu yang berhubungan dengan objek yang berhubungan dengan objek yang direaksi, maka timbul perhatian terhadap objek tertentu. b. Latihan dan kebiasaan Dari hasil latihan-latihan atau kebiasaan dapat menyebabkan mudah timbulnya perhatian terhadap bidang tertentu walaupun tidak ada bakat pembawaan tentang bidang tersebut. c. Kebutuhan Kebutuhan merupakan dorongan, sedangkan dorongan tersebut mempunyai tujuan yang harus dicurahkan kepadanya. Adanya kebutuhan tentang sesuatu memungkinkan timbulnya perhatian terhadap objek tersebut. d. Kewajiban Di dalam kewajiban terkandung tanggung jawab yang harus dipenuhi oleh orang yang bersangkutan, ia menyadari atas kewajibannya itu. Dia tidak akan bersikap masa bodoh, apa yang menjadi kewajibannya akan dijalankan dengan penuh perhatian. e. Keadaan jasmani Sehat tidaknya jasmani sangat mempengaruhi perhatian kita terhadap suatu objek. f. Suasana jiwa Keadaan batin, perasaan, fantasi dan pikiran sangat mempengaruhi perhatin kita. Mungkin dapat mendorong dan sebaliknya dapat juga menghambat. g. Suasana di sekitar Adanya macam-macam suasana di sekitar kita, seperti kegaduhan, keributan, kekacauan, temperatur, sosial ekonomi, keindahan, dan sebagainya dapat mempengaruhi perhatian. h. Kuat tidaknya perangsang dari objek itu sendiri Berapa kuatnya perangsang yang bersangkutan dengan objek perhatian sangat mempengaruhi perhatian kita. Jika rangsangannya kuat, kemungkinan perhatian terhadap objek tersebut besar pula. Sebaliknya jika rangsangannya lemah, perhatian kita juga tidak begitu besar.
26
B. Tinjauan Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi Belajar “Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar” Syaiful Bahri Djamarah, (2002: 114). Motivasi berasal dari kata Latin “movere” yang artinya dorongan atau menggerakan. Menurut Mc. Donald dalam Syaiful Bahri Djamarah, (2002: 114), Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan. Seseorang dikatakan berhasil dalam belajar apabila didalam dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar, sebab tanpa mengerti apa yang akan dipelajari dan tidak memahami mengapa hal tersebut perlu dipelajari, maka kegiatan belajar mengajar sulit untuk mencapai keberhasilan. Keinginan atau dorongan inilah yang disebut sebagai motivasi. Dengan motivasi orang akan terdorong untuk bekerja mencapai sasaran dan tujuannya karena yakin dan sadar akan kebaikan, kepentingan dan manfaatnya. Bagi siswa motivasi ini sangat penting karena dapat menggerakkan perilaku siswa kearah yang positif sehingga mampu menghadapi segala tuntutan, kesulitan serta menanggung resiko dalam belajar. Dalam kaitannya dengan belajar, motivasi sangat erat hubungannya dengan kebutuhan aktualisasi diri sehingga motivasi paling besar
27
pengaruhnya pada kegiatan belajar siswa yang bertujuan untuk mencapai prestasi tinggi. Apabila tidak ada motivasi belajar dalam diri siswa, maka akan menimbulkan rasa malas untuk belajar baik dalam mengikuti proses belajar mengajar maupun mengerjakan tugas-tugas individu dari guru. Orang yang mempunyai motivasi yang tinggi dalam belajar maka akan timbul minat yang besar dalam mengerjakan tugas, membangun sikap dan kebiasaan belajar yang sehat melalui penyusunan jadwal belajar dan melaksanakannya dengan tekun. “Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa
yang
menimbulkan
kegiatan
belajar,
yang
menjamin
kelangsungan berlangsung dari kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki siswa yaitu pencapaian prestasi belajar yang optimal dapat dicapai.” Winkel, (Fajar Kurniawan Saputro, 2006: 17). “Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang khas dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar.” (Sardiman, 2007: 75). Menurut beberapa pendapat di atas motivasi belajar adalah suatu dorongan yang kuat terdapat dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas belajar sehingga mencapai tujuan tertentu atau mencapai prestasi yang optimal. Motivasi belajar yang kuat akan mempengaruhi intensitas usaha belajar yang tekun dan tidak lekas putus asa dalam menghadapi tugas sehingga akan mempengaruhi prestasi belajar yang dicapai. Seseorang akan berhasil dalam belajar, kalau pada dirinya
28
sendiri ada keinginan untuk belajar. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi belajar secara keseluruhan daya penggerak atau dorongan yang kuat dalam diri siswa yang
menimbulkan
kegiatan
untuk
belajar,
yang
menjamin
kelangsungan dari kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki siswa yaitu mencapai tujuan prestasi belajar yang optimal yang dapat dicapai. Motivasi yang kuat akan membuat siswa sanggup bekerja keras untuk mencapai sesuatu yang menjadi tujuannya, dan motivasi itu muncul karena dorongan adanya kebutuhan. Dorongan seseorang untuk belajar menurut Maslow, (Sardiman 2007: 80) sebagai berikut : a. kebutuhan fisiologis, seperti lapar, haus, kebutuhan untuk istirahat dan sebagainya, b. kebutuhan akan keamanan, yakni rasa aman bebas dari rasa takut dan kecemasan, c. kebutuhan akan cinta kasih, rasa diterima dalam suatu masyarakat atau golongan (keluarga, sekolah, kelompok), dan d. kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri, yakni mengembangkan bakat dengan usaha mencapai hasil dalam bidang pengetahuan, sosial dan pembentukan pribadi. 2. Macam-macam Motivasi Belajar Macam-macam motivasi belajar, menurut Sardiman (2007: 89-91) motivasi dibagi menjadi dua tipe: a) motivasi intrinsik, merupakan motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Contohnya seseorang yang senang membaca tidak usah disuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin membaca buku-buku untuk dibacanya, b) motivasi ekstrinsik,
29
merupakan motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Contohnya seseorang itu belajar, karena tahu besok pagi ada ujian dengan harapan akan mendapatkan nilai baik, atau agar mendapatkan hadiah. Jadi kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya, tidak secara langsung bergayut dengan esensi apa yang dilakukannya itu. Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2002: 115) yang tergolong bentuk motivasi intrinsik adalah bentuk motivasi yang di dalam aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Yang tergolong dalam motivasi intrinsik yaitu: a) belajar karena ingin mengetahui selukbeluk masalah selengkap-lengkapnya, b) belajar karena ingin menjadi orang terdidik atau menjadi ahli bidang studi pada penghayatan kebutuhan dan siswa berdaya upaya melalui kegiatan belajar untuk memenuhi kebutuhan ini hanya dapat dipenuhi dengan belajar giat. Sedangkan yang dimaksud dengan motivasi belajar ekstrinsik yaitu: a) belajar demi memenuhi kewajiban, b) belajar demi menghindari hukuman yang diancam, c) belajar demi memperoleh hadiah material yang dijanjikan, d) belajar demi meningkatkan gengsi sosial, e) belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi memenuhi persyaratan kenaikan jenjang, f) belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting.
30
3. Fungsi Motivasi Motivasi mempunyai fungsi yang sangat penting dalam belajar siswa, karena motivasi akan menentukan intensitas usaha belajar yang dilakukan oleh siswa. Menurut Sardiman (2007: 85) fungsi motivasi adalah: a. mendorong manusia untuk berbuat. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan, b. menentukan arah perbuatan, yaitu ke arah tujuan yang hendak dicapai, dengan demikian motivasi dapat memberi arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya, dan c. menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatanperbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Dari penjelasan di atas bahwa motivasi sangat penting dalam proses belajar mengajar, karena motivasi dapat mendorong siswa untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu yang berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar tersebut diperlukan suatu upaya yang dapat meningkatkan motivasi siswa, sehingga siswa yang bersangkutan dapat mencapai hasil belajar yang optimal. 4. Indikator Motivasi Menurut Max Darsono, 2000: 65 ; Dimyati dan Mudjiono, 1994: 90-92, (Fajar Kurniawan Saputro, 2006: 11-13) indikator dari motivasi, yaitu: a) cita-cita, b) kemampuan belajar, c) kondisi siswa, d) kondisi lingkungan, e) unsur-unsur dinamis dalam belajar, dan f)
31
upaya guru membelajarkan siswa. a. Cita-cita Cita-cita adalah sesuatu target yang ingin dicapai. Target ini diartikan sebagai tujuan yang ditetapkan dalam suatu kegiatan yang mengandung makna bagi seseorang. Munculnya cita-cita seseorang disertai dengan perkembangan akar, moral kemauan, bahasa dan nilai-nilai kehidupan yang juga menimbulkan adanya perkembangan kepribadian. b. Kemampuan belajar Setiap siswa memiliki kemampuan belajar yang berbeda. Hal ini diukur melalui taraf perkembangan berpikir siswa, dimana siswa yang taraf perkembangan berpikirnya konkrit tidak sama dengan siswa yang sudah sampai pada taraf perkembangan berpikir rasional. Siswa yang merasa dirinya memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu, maka akan mendorong dirinya berbuat sesuatu untuk dapat mewujudkan tujuan yang ingin diperolehnya dan sebaliknya yang merasa tidak mampu akan merasa malas untuk berbuat sesuatu. c. Kondisi siswa Kondisi siswa dapat diketahui dari kondisi fisik dan kondisi psikologis, karena siswa adalah makluk yang terdiri dari kesatuan psikofisik. Kondisi fisik siswa lebih cepat diketahui daripada kondisi psikologis. Hal ini dikarenakan kondisi fisik lebih jelas menunjukkan gejalanya daripada kondisi psikologis. d. Kondisi lingkungan Kondisi lingkungan merupakan unsur yang datang dari luar diri siswa yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Lingkungan fisik sekolah, sarana dan prasarana perlu ditata dan dikelola agar dapat menyenangkan dan membuat siswa merasa nyaman untuk belajar. Kebutuhan emosional psikologis juga perlu mendapat perhatian, misalnya kebutuhan rasa aman, berprestasi, dihargai, diakui yang harus dipenuhi agar motivasi belajar timbul dan dapat dipertahankan. e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar Unsur-unsur dinamis adalah unsur-unsur yang keberadaannya didalam proses belajar tidak stabil, kadang-kadang kuat, kadangkadang lemah dan bahkan hilang sama sekali misalnya gairah belajar, emosi siswa dan lain-lain. Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, dan pikiran yang mengalami perubahan selama proses belajar, kadang-kadang kuat atau lemah. f. Upaya guru membelajarkan siswa Upaya guru membelajarkan siswa adalah usaha guru dalam mempersiapkan diri untuk membelajarkan siswa mulai dari penguasaan materi, cara menyampaikannya, menarik perhatian siswa dan mengevaluasi hasil belajar siswa. Bila upaya guru
32
hanya sekedar mengajar, artinya keberhasilan guru yang menjadi titik tolak, besar kemungkinan siswa tidak tertarik untuk belajar sehingga motivasi belajar siswa menjadi melemah atau hilang.
C. Tinjauan Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar diperlukan adanya evaluasi yang nantinya akan dijadikan sebagai tolok ukur maksimal yang telah dicapai siswa setelah melakukan kegiatan belajar selama waktu yang telah ditentukan. Apabila pemberian materi telah dirasa cukup, guru dapat melakukan tes yang hasilnya akan digunakan sebagai ukuran dari prestasi belajar. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai prestasi belajar, terlebih dahulu akan dibahas mengenai prestasi dan belajar. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 895) prestasi adalah “hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya)”. Kemudian Sutisna, (Erlita Rahmawati, 2011: 27) mengemukakan bahwa prestasi adalah suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individual atau kelompok. Jadi dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, baik secara perorangan maupun kelompok dengan jalan keuletan kerja. Berbagai pendapat yang dikemukakan para ahli tentang pengertian belajar, diantaranya Slameto, (2003: 2) menyatakan bahwa “belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
33
hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Selanjutnya Wittig, (Muhibin Syah, 2006: 65-66), mengemukakan bahwa “belajar ialah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai
hasil
pengalaman”.
Sedangkan Sardiman (2007: 21)
menjelaskan bahwa “belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotorik”. Beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan keseluruhan tingkah laku individu yang menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotorik yang relatif menetap sebagai hasil dari latihan dan pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Masalah belajar merupakan suatu hal yang sangat penting dalam perubahan proses belajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, (2002: 700) dijelaskan bahwa prestasi belajar adalah “penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru”. Selanjutnya Muhibin Syah (2006: 213) menyebutkan bahwa “pada prinsipnya pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa”.
34
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil perubahan kemampuan yang meliputi kemampuan kognitif, afektif, psikomotor, yang dapat diukur secara langsung dengan menggunakan alat ukur berupa tes dan lazimnya ditunjukkan dengan angka nilai. Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat
dijelaskan
bahwa
prestasi
belajar
merupakan
tingkat
kemampuan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar.
Prestasi
belajar
seseorang
sesuai
dengan
tingkat
keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni kognitif, afektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut. 2. Macam-macam Tes Prestasi Belajar Dalam proses pembelajaran untuk mengetahui hasil belajar sebagai tolok ukur prestasi belajar yang dicapai peserta didik diperlukan evaluasi belajar. “Melalui evaluasi, dapat diketahui kemajuankemajuan belajar yang dialami oleh anak, dapat ditetapkan keputusan
35
penting mengenai apa yang diperoleh dan diketahui anak, serta dapat merencanakan apa yang seharusnya dilakukan pada tahap berikutnya” (Abu ahmadi dan Widodo Supriyono, 2004: 198). Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar. Berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya, menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 106-107) mengolongkan tes prestasi belajar sebagai berikut. a. Tes Formatif Penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar bahan/pokok bahasan tertentu dalam waktu tertentu. Dapat pula dimanfaatkan guru untuk mengetahui keberhasilan proses belajar mengajar. b. Tes Subsumatif Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran/sejumlah pokok bahasan tertentu yang telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran daya serap siswa terhadap sejumlah pokok bahasan yang telah diajarkan, untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar siswa. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan nilai rapor.
36
c. Tes Sumatif Tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan pokok-pokok bahasan yang telah yang telah diajarkan selama satu semester, satu atau dua tahun pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat keberhasilan siswa dalam suatu periode belajar tertentu. Tes ini meliputi ujian akhir semester, tes kenaikan kelas, ujian akhir sekolah dan ujian akhir nasional. Hasil dari tes ini dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat atau sebagai ukuran mutu sekolah. Tes hasil belajar akan menggambarkan sejauh mana siswa telah mencapai hasil yang diharapkan dari proses belajar mengajar dan prestasi yang telah dicapai siswa. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Perubahan yang terjadi sebagai akibat dari kegiatan belajar yang telah dilakukan oleh individu adalah hasil yang telah dicapai dari proses belajar. Salah satu hasil dari proses belajar adalah prestasi belajar. Jadi, untuk memperoleh hasil belajar dalam bentuk “perubahan” harus melalui proses tertentu yang dipengaruhi oleh faktor dari dalam individu dan dari luar individu. Nohei Nasution, dkk (Syaiful Bahri Djamarah 2002: 141) memandang belajar itu bukanlah suatu aktifitas yang berdiri sendiri. Mereka berkesimpulan ada unsur-unsur lain yang ikut terlibat langsung di dalamnya, yaitu raw input, learning teaching proses, output,
37
invoremental input, dan instrumenal input. Raw input adalah masukan mentah yang merupakan bahan pengalaman belajar tertentu dalam proses belajar mengajar (learning teaching proces) dengan harapan dapat berubah menjadi keluaran (output) dengan kualifikasi tertentu. Dalam proses belajar mengajar sejumlah faktor lingkungan, yang merupakan masukan dari lingkungan (invoremental input) dan sejumlah faktor instrumental (instrumenal input) yang sengaja dirancang dan dimanipulasi untuk menunjang tercapainya keluaran yang diinginkan. Untuk memperjelas apa yang disebutkan diatas Nohei Nasution, dkk (Syaiful Bahri Djamarah 2002: 142-171) mengemukakan berbagai faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar, adalah sebagai berikut. a. Faktor dari luar (eksternal) adalah: 1) faktor Lingkungan yaitu: lingkungan alami dan lingkungan sosial budaya, dan 2) faktor Instrumenal yaitu: kurikulum, program, sarana dan fasilitas, dan guru. b. Faktor dari dalam (internal) meliputi: kondisi fisiologi dan kondisi panca indra, dan kondisi psikologis (minat, kecerdasan, bakat, motivasi, kemampuan kognitif). Sedangkan Abu Ahmadi dan Widodo (2004: 138-139) menyatakan bahwa prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal) individu. Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam rangka membantu murid dalam mencapai prestasi yang sebaik-baiknya.
38
a. Faktor internal 1) Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dsb. 2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh terdiri atas: a) faktor intelektif, yaitu: faktor potensial (kecerdasan dan bakat) dan faktor kecakapan nyata (prestasi yang telah dimiliki), dan b) faktor non intelektif, yaitu: unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri. 3) Faktor kematangan fisik maupun psikis. b. Faktor eksternal 1) Faktor sosial terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, dan lingkungan kelompok. 2) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, tekhnologi, kesenian. 3) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim. 4) Faktor lingkungan spiritual atau keamanan. Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi secara langsung ataupun tidak langsung dalam mencapai prestasi belajar. Dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi belajar secara garis besar dapat digolongkan menjadi 2, yaitu faktor internal yang berasal dari diri seseorang dan faktor internal yang berasal dari luar diri seseorang. Faktor internal meliputi kesehatan jasmani dan rohani, kecerdasan (intelegency), bakat, minat, motivasi, dan cara belajar. Sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan sosial (lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, dan lingkungan sekitar), budaya, lingkungan fisik, dan lingkungan spiritual atau keagamaan. Pencapaian prestasi belajar yang baik tidak hanya diperoleh dari tingkat kecerdasan siswa saja, tetapi juga didukung oleh lingkungan keluarga dan sekolah
39
dimana guru, kurikulum, sarana dan prasarana belajar dijadikan sebagai sumber belajar bagi kelancaran proses belajar mengajar.
D. Kerangka Pikir 1. Pengaruh Intensitas Perhatian Orang Tua terhadap Prestasi Belajar Segala bentuk intensitas perhatian dari orang tua sangatlah dibutuhkan peserta didik. Karena intensitas perhatian orang tua terhadap belajar peserta didik akan dapat menjadi pendorong untuk giat belajar dan untuk mencapai prestasi belajar yang baik. Bentuk intensitas perhatian orang tua tersebut dapat berupa pemberian bimbingan dan nasihat, pengawasan terhadap kegiatan belajar anak, pemberian penghargaan dan hukuman, pemenuhan fasilitas belajar, menciptakan suasana tenang dan tenteram, memperhatikan kesehatan anak, dan memberikan petunjuk praktis mengenai: cara belajar, cara mengatur
waktu,
disiplin
belajar,
konsentrasi,
dan
persiapan
menghadapi ujian. Semakin baik intensitas perhatian orang tua yang diberikan kepada anak, maka akan semakin berpengaruh terhadap prestasi belajar. Lain halnya bagi peserta didik yang orang tuanya kurang/tidak memperhatikan pendidikan anaknya, acuh tak acuh terhadap aktifitas belajar anaknya, dapat menyebabkan anak kurang termotivasi untuk belajar dan mengakibatkan prestasi yang dicapai rendah/tidak memuaskan. Jadi intensitas perhatian orang tua dan segala bentuk perhatian orang tua terhadap pendidikan dan kegiatan
40
belajar anak dapat mempengaruhi prestasi belajar anak. 2. Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Prestasi belajar Selain perhatian dari orang tua dengan semangat belajar yang tinggi siswa cenderung mempunyai keinginan untuk belajar lebih giat sehingga bisa mendapatkan yang ia inginkan. Dalam hal ini persoalan motivasi dikaitkan dengan prestasi belajar yang diperoleh dari proses belajar. Motivasi belajar disini adalah suatu dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas belajar sehingga mencapai suatu tujuan tertentu atau mencapai prestasi yang optimal. Motivasi belajar dipengaruhi oleh faktor dari dalam yaitu rasa ingin tahu dan cita-cita, selain itu dipengaruhi faktor dari luar yaitu memenuhi kewajiban, menghindari hukuman, memperoleh hadiah, meningkatkan gengsi sosial, memperoleh pujian dan tuntutan. Siswa yang mempunyai semangat yang tinggi untuk belajar dengan keras akan mempunyai prestasi seperti yang ia harapkan. Jadi dengan motivasi belajar yang tinggi akan berpengaruh terhadap prestasi belajar. 3. Pengaruh Intensitas Perhatian Orang Tua dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Faktor intensitas perhatian orang tua dan motivasi belajar merupakan faktor besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar anak. Orang tua yang dapat mendidik anaknya dengan cara memberikan perhatian dan dorongan yang lebih akan berpengaruh positif terhadap
41
prestasi belajar anak. Dan sebaliknya, orang tua yang tidak memperhatikan anaknya, acuh tak acuh, tidak memberikan dorongan akan berpengaruh negatif terhadap prestasi belajar anak. Sehingga dengan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa jika siswa memiliki intensitas perhatian lebih dari orang tua dan mempunyai motivasi belajar yang tinggi, maka akan mempunyai pengaruh yang positif terhadap prestasi belajar siswa tersebut. Untuk mengetahui pengaruh intensitas perhatian orang tua dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar, maka akan dilakukan penelitian mengenai hal tersebut. Dalam penelitian ini, terdapat dua variabel bebas (independent variable) dan satu variabel terikat (dependent variable). 1. Variabel bebas Sebagai variabel bebas dalam penelitian ini adalah intensitas perhatian orang tua dan motivasi belajar. 2. Variabel terikat Sebagai variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar siswa. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut: X1
Y X2
Gambar 1. Desain Penelitian
42
Keterangan: X1
= intensitas perhatian orang tua
X2
= motivasi belajar
Y
= prestasi belajar siswa = garis hubungan/keterkaitan
E. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kajian teori dengan rumusan kerangka di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut. 1. H1 : Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara intensitas perhatian orang tua terhadap prestasi belajar pada siswa kelas IV SD se Gugus Ontoseno Bagelen Purworejo Tahun Ajaran 2011/2012. 2. H2 : Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara motivasi belajar terhadap prestasi belajar pada siswa kelas IV SD se Gugus Ontoseno Bagelen Purworejo Tahun Ajaran 2011/2012. 3. H3 : Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara intensitas perhatian orang tua dan motivasi belajar secara bersama-sama terhadap prestasi belajar pada siswa kelas IV SD se-Gugus Ontoseno Bagelen Purworejo Tahun Ajaran 2011/2012.