6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pemeliharaan Pemeliharaan atau maintenance adalah suatu aktivitas menjaga suatu fasilitas atau peralatan dan mengadakan perbaikan atau penggantian komponen yang diperlukan agar terdapat suatu kegiatan operasional atau produksi yang sesuai dengan apa yang direncanakan. Aktivitas pemeliharaan sangat dibutuhkan karena : 1.
Setiap peralatan mempunyai umur penggantian (useful life) dimana suatu saat dapat mengalami kegagalan atau kerusakan.
2.
Kerusakan (failure) dari suatu peralatan atau mesin tidak dapat diketahui secara pasti.
3.
Manusia selalu berusaha untuk meningkatkan umur penggunaan dengan melakukan pemeliharaan (maintenance). Kegiatan pemeliharaan suatu fasilitas memiliki tujuan. Adapun beberapa
tujuan dari kegiatan pemeliharaan : 1.
Memperpanjang usia kegunaan aset.
2.
Menjaga kualitas agar sesuai dengan standar produksi atau operasional.
3.
Mencapai
tingkat
biaya
pemeliharaan
serendah
mungkin,
dengan
melaksanakan kegiatan pemeliharaan secara efektif dan efisien. 4.
Agar kemampuan produksi atau operasional dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan rencana.
6
7
5.
Menghindari kegiatan pemeliharaan yang dapat membahayakan keselamatan pengguna.
2.2 Jenis – Jenis Pemeliharaan Dalam setiap kegiatan pemeliharaan baik itu pemeliharaan gedung, jalan, peralatan maupun pemeliharaan fasilitas lainnya, menurut Corder (1996) dapat digambarkan seperti diagram berikut: Maintenance
Planned Maintenance
Preventive Maintenance
Corrective Maintenance
Unplanned Maintenance
Breakdown Maintenance
Gambar 2.1 Jenis-jenis Pemeliharaan Sumber : Corder (1996)
2.2.1. Preventive Maintenance Preventive maintenance adalah kegiatan pemeliharan dan perawatan yang dilakukan secara rutin untuk mencegah timbulnya kerusakan-kerusakan pada suatu fasilitas, baik mesin ataupun peralatan, selama proses produksi berlangsung. Dalam prakteknya preventive maintenance yang dilakukan dapat dibedakan menjadi :
8
a. Continue maintenance adalah kegitan pemeliharaan dan perawatan yang di lakukan rutin. Contohnya membersihkan fasilitas atau peralatan, pelumasan, pengecekan oli, pengecekan isi bahan bakar atau pemanasan. b. Periodic maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang di lakukan secara periodik atau dalam jangka waktu tertentu. 2.2.2. Corrective Maintenance Corrective maintenance adalah pemeliharaan yang dilakukan setelah terjadinya suatu kerusakan atau kelainan pada suatu fasilitas atau
peralatan
sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik. Perawatan ini merupakan pemeliharaan yang tidak dijadwalkan dan seringkali terjadi. 2.2.3. Breakdown Maintenance Jenis perawatan ini hanya bisa dilakukan apabila fasilitas rusak atau mesin sama sekali mati karena ada kerusakan atau kelainan dan tidak mungkin dapat dioperasikan. Untuk dapat memperbaikinya maka prinsip kerja dari peralatan yang bersangkutan harus dapat dikuasai. Dengan dikuasainya prinsip kerja peralatan tersebut maka diagnosa terhadap kerusakan dapat dilakukan dengan cepat dan tepat. Sifat breakdown dapat di bedakan menjadi: a.
Sporadic, yatu breakdown yang terjadi mendadak, dramatis atau kerusakan – kerusakan alat yang yang tidak terduga, breakdown maintenance jenis ini bisa terjadi dan mudah ditanggulangi.
b.
Kronis, yaitu minor breakdown tetapi frekuensi kejadiannya tinggi. Breakdown jenis ini sering diabaikan atau dilupakan setelah beberapa kali usaha pengulangan yang gagal. Breakdown akan menyebabkan beberapa
9
kerugian baik yang langsung maupun yang tidak langsung. Kerugian langsung menyangkut biaya perbaikan, biaya pencegahan, kerugian cacat produk, dan lain sebagainya. Kerugian tidak langsung mencakup penurunan produksi, merosotnya moral karyawan, menurunkan atau merusak citra perusahaan.
2.3 Manajemen Pemeliharaan Fasilitas Manajemen pemeliharaan fasilitas adalah suatu upaya untuk menangani fasilitas secara tepat, menyeluruh dan terpadu dengan maksud bahwa semua tindakan yang dilakukan adalah untuk mempertahankan dan memulihkan kondisi fasilitas sesuai dengan spesifikasi semula sehingga fasilitas dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Tujuan pemeliharaan sangat tergantung pada tujuan penggunaan fasilitas, untuk itu setiap tujuan pemeliharaan harus ditetapkan terlebih dahulu. Dalam program pemeliharaan fasilitas dapat dibedakan atas (Labombang, 2008): a.
Pekerjaan
pemeliharaan
langsung,
yaitu
kegiatan
memelihara
dan
mengembalikan fungsi fasilitas dari ketidakberesan yang dibagi menjadi sub bagian antara lain : house keeping, ground keeping, pemeliharaan umum, pemeliharaan preventif, penggantian suku cadang dan peningkatan. b.
Pekerjaan pemeliharaan tidak langsung, yaitu aktivitas pekerjaan untuk mendukung pekerjaan langsung. Elemen pekerjaan tak langsung dalam kegiatan pemeliharaan fasilitas berupa: identifikasi pekerjaan, estimasi biaya,
10
pembelian, penyediaan, inventarisasi, penjadwalan, monitoring dan rekayasa teknik. Kegiatan pemeliharaan dirancang untuk menghasilkan fungsi, penampilan dan unjuk kerja fasilitas sesuai dengan harapan pengelola dan pemakai. Dalam mengelola fasilitas diperlukan suatu konsep penerapan manajeman pemeliharaan yang sistematis dan mudah untuk dilaksanakan. Langkah-langkah yang harus dilakukan yaitu : 1.
Identifikasi Pekerjaan Pemeliharaan Identifikasi pekerjaan pemeliharaan merupakan kegiatan awal dalam menangani pemeliharaan fasilitas. Masukan atas pekerjaan pemeliharaan dapat berasal dari pemakai atau staf pemeliharaan. Semua kegiatan pemeliharaan memerlukan identifikasi sesuai dengan tujuan pemeliharaan yang hendak dicapai.
2.
Pekerjaan Pemeliharaan Terencana Pekerjaan pemeliharaan terencana merupakan kegiatan pemeliharaan fasilitas seperti kegiatan house keeping, ground keeping, pemeliharaan umum dan preventif. Kegiatan pemeliharaan terencana disusun oleh Manajer Fasilitas (Facilities Manager) dengan menggunakan pengalaman masa lalu. Pekerjaan pemeliharaan terencana merupakan kegiatan pemeliharaan harian. Kegiatan disusun dalam program kerja yang terjadwal.
3.
Pekerjaan Pemeliharaan Tak Terencana Jika seluruh kegiatan pemeliharaan dapat direncanakan sebelumnya, maka ketepatan anggaran biaya akan sangat mudah diperoleh, namun tidak
11
demikian halnya. Ada pekerjaan pemeliharaan yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya seperti kerusakan mendadak, adanya gangguan alam, kegiatan perubahan pengguna setiap saat. Setiap ada pengaduan pemeliharaan yang tak terencana harus dicatat oleh pengelola fasilitas kemudian dievaluasi untuk penanganan. 4.
Program Pemeliharaan Fasilitas Untuk dapat merecanakan anggaran pemeliharaan yang akurat maka pihak Manajer Fasilitas menyusun program kerja dalam kurun waktu satu tahun, sehingga dapat dengan jelas menetapkan kegiatan pemeliharaan fasilitas. Agar dapat mengantisipasi berbagai permasalahan yang mungkin timbul pada fasilitas maka pihak manajemen pemeliharaan perlu melakukan inspeksi lapangan guna memperoleh data permasalahan lapangan dan digunakan sebagai bahan penyusun program kerja. Dengan data ini maka program pemeliharaan terencana akan semakin lengkap dan pemeliharaan tak terencana akan dapat diperkecil kemungkinan timbulnya, dengan demikain ketepatan penyusunan anggaran dapat lebih baik.
2.4 Tinjauan Estimasi Biaya Pemeliharaan Tinjauan terhadap biaya pemeliharaan dapat dilihat dalam tinjauan mengenai biaya proyek karena pada dasarnya kegiatan pemeliharaan juga dapat dikatakan sebagai sebuah proyek. Menurut Iman Soeharto (1999), estimasi biaya proyek memegang peranan penting dalam penyelengaraan proyek. Perkiraan biaya dibedakan dari anggaran. Perkiraan biaya terbatas pada tabulasi biaya yang
12
diperlukan untuk suatu kegiatan tertentu, sedangkan anggaran merupakan perencanaan terinci perkiraan biaya dari bagian atau keseluruhan kegiatan yang dikaitkan dengan waktu. Definisi perkiraan biaya menurut National Estimating Society – USA adalah sebagai berikut : “ Perkiraan biaya adalah seni memperkirakan (the art of approximating) kemungkinan jumlah biaya yang diperlukan untuk suatu kegiatan yang didasarkan atas informasi yang tersedia pada saat itu”. Dapat diambil kesimpulan bahwa menyusun perkiraan biaya berarti melihat masa depan, memperhitungkan dan mengadakan prakiraan atas hal-hal yang mungkin terjadi. Sedangkan analisis biaya menitikberatkan pada pengkajian dan pembahasan biaya kegiatan masa lalu yang akan dipakai sebagai masukan untuk menyusun perkiraan biaya. Menurut Soeharto (1999) ada beberapa metode estimasi biaya yaitu: 1.
Metode Parameter, yaitu metode yang mengaitkan biaya dengan karakteristik fisik tertentu dari obyek, misalnya : luas, panjang, berat, volume dan sebagainya.
2.
Memakai daftar indeks harga dan informasi proyek terdahulu, yaitu dengan mencari angka perbandingan antara harga pada suatu waktu (tahun tertentu) terhadap harga pada waktu (tahun) yang digunakan sebagai dasar. Juga pemakaian data dari manual hand book, katalog dan penerbitan berkala, amat membantu dalam memperkirakan biaya proyek.
3.
Metode analisis unsur-unsurnya (elemental cost analysis), yaitu dengan cara menguraikan lingkup proyek menjadi unsur-unsur menurut fungsinya.
13
4.
Metode faktor, yaitu dengan memakai asumsi bahwa terdapat angka korelasi di antara harga peralatan utama dengan komponen-komponen yang terkait.
5.
Quantity take-off, yaitu dengan membuat perkiraan biaya dengan mengukur kuantitas komponen-komponen proyek dari gambar, spesifikasi dan perencanaan.
6.
Metode harga satuan, yaitu dengan memperkirakan biaya berdasarkan harga satuan, dilakukan bilamana angka yang menunjukkan volume total pekerjaan belum dapat ditentukan dengan pasti, tetapi biaya per unitnya (per meter persegi, per meter kubik) telah dapat dihitung.
7.
Memakai data dan informasi proyek yang bersangkutan, yaitu metode yang memakai masukan dari proyek yang sedang ditangani, sehingga angka-angka yang diperoleh mencerminkan keadaan yang sesungguhnya.
2.5 Pengertian Bandar Udara Di dalam Annex 14 dari International Civil Aviation Organization (ICAO) : Bandar Udara adalah area tertentu di daratan atau perairan (termasuk bangunan, instalasi dan peralatan) yang diperuntukkan baik secara keseluruhan atau sebagian untuk kedatangan, keberangkatan dan pergerakan pesawat. Sedangkan menurut Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 2009 tentang Penerbangan, Bandar Udara adalah kawasan di daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang, dan tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan
14
fasilitas keselamatan dan keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya. Dengan definisi tersebut di atas maka dapat dijabarkan Bandar Udara secara terperinci sebagai berikut : a.
Harus jelas lokasi yang akan dipergunakan (di daratan atau di perairan).
b.
Harus ada sarana dan prasarana yang meliputi bangunan; instalasi; dan peralatan.
c.
Kegunaan dan manfaat dari Bandar Udara itu sendiri (melayani kedatangan dan keberangkatan pesawat udara).
2.6 Fasilitas – Fasilitas Dalam Bandar Udara Fasilitas bandar udara diatur di dalam Pasal 219 sampai dengan Pasal 221 UURI No.1/2009. Setiap badan usaha bandar udara atau unit penyelenggara bandar udara wajib menyediakan fasilitas bandar udara yang diberikan sertifikat fasilitas bandar udara oleh Menteri Perhubungan. Sertifikat tersebut diberikan oleh Menteri Perhubungan setelah memenuhi persyaratan keselamatan dan keamanan penerbangan, serta pelayanan jasa bandar udara sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan. Badan usaha bandar udara atau unit penyelenggara bandar udara wajib melakukan perawatan dalam jangka waktu tertentu dengan cara pengecekan, tes, varifikasi dan/atau kalibrasi fasilitas bandar udara untuk mempertahankan (sustainability) kesiapan fasilitas bandar udara, sedangkan untuk menjaga dan meningkatkan kinerja fasilitas, prosedur, dan personelnya, badan usaha bandar udara atau unit penyelenggara bandar udara wajib melakukan pelatihan penanggulangan keadaan darurat secara berkala.
15
Dalam SKEP 77/VI/2005 tentang Persyaratan Teknis Pengoperasian Fasilitas Teknik Bandar Udara disebutkan bahwa dalam KM 47 tahun 2002 tentang sertifikasi Operasi Bandar Udara disebutkan item-item fasilitas-fasilitas di bandar udara meliputi : 2.6.1 Fasilitas Sisi Udara Fasilitas-fasilitas yang ada pada Sisi Udara, meliputi : a. Fasilitas Landas Pacu (Runway). Fasilitas ini adalah fasilitas yang berupa suatu perkerasan yang disiapkan untuk pesawat melakukan kegiatan pendaratan dan tinggal landas. Elemen dasar runway meliputi perkerasan yang secara struktural cukup untuk mendukung beban pesawat yang dilayaninya, bahu runway, runway strip, landas pacu buangan panas mesin (blast pad), runway end safety area (RESA), stopway, clearway. b. Fasilitas penghubung landas pacu (taxiway). Taxiway adalah bagian dari fasilitas sisi udara yang dibangun untuk jalan keluar masuk pesawat dari landas pacu maupun sebagai sarana penghubung antara beberapa fasilitas seperti aircraft parking position taxiline, apron taxiway, dan rapid exit taxiway. c. Fasilitas pelataran parkir pesawat udara (apron), adalah fasilitas sisi udara yang disediakan bagi pesawat saat akan melakukan kegaitan menaikkan dan menurunkan penumpang, muatan pos dan kargo dari pesawat, pengisian bahan bakar, parkir dan perawatan pesawat. Apron merupakan bagian bandar udara yang melayani terminal, sehingga harus dirancang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik terminal tersebut. Beberapa pertimbangannya antara lain :
16
1) Menyediakan jarak paling pendek antara landas pacu dan tempat pesawat berhenti. 2) Memberikan keleluasaan pergerakan pesawat
untuk melakukan
manuver sehingga mengurangi tundaan. 3) Memberikan cukup cadangan daerah pengembangan yang dibutuhkan jika nantinya terjadi peningakatan permintaan penerbangan atau perkembangan teknologi pesawat terbang. 4) Memberikan efisiensi, keamanan, dan kenyamanan pengguna secara maksimum. 5) Meminimalkan dampak lingkungan. d. Fasilitas Drainase, merupakan salah satu bagian dari fasilitas sisi udara yang penting untuk memastikan keamanan daerah sisi udara saat terjadinya perubahan cuaca. Perhitungan drainase sisi udara mengacu pada aturan perhitungan drainase pada umumnya hanya saja dalam perencanaannya diupayakan agar saluran drainase yang dibuat dapat dirancang sebagaimana rupa sehingga tidak mengganggu pengoperasian fasilitas yang lain.
2.6.2 Fasilitas Sisi Darat Sisi darat suatu bandar udara adalah wilayah bandar udara yang tidak langsung berhubungan dengan kegiatan operasi penerbangan. Adapun ditinjau dari pengoperasiannya, fasilitas sisi darat sangat terkait erat dengan pola pergerakan barang dan penumpang serta pengunjung dalam suatu bandar udara. Bagian dari fasilitas sisi darat meliputi :
17
a.
Fasilitas Bangunan Terminal Penumpang Fasilitas bangunan terminal penumpang adalah bangunan yang disediakan untuk melayani seluruh kegiatan yang dilakukan oleh penumpang dari mulai keberangkatan hingga kedatangan. Di dalam terminal penumpang tebagi 2 (dua) bagian yang meliputi keberangkatan dan kedatangan. 1) Fasilitas Keberangkatan, yang terdiri dari fasilitas-fasilitas check in counter, check in area, rambu/marka terminal bandar udara, fasilitas Custom Immigration Quarantine / CIQ (bandar udara internasional), ruang tunggu, tempat duduk dan fasilitas umum lainnya (toilet, telepon, dan lain-lain). Jumlahnya dipengaruhi oleh jumlah penumpang waktu sibuk yang dilayani oleh bandar udara tersebut. Selain itu pada terminal keberangkatan juga terdapat fasilitas hall keberangkatan dimana hall ini menampung semua kegiatan yang berhubungan dengan keberangkatan calon penumpang dan dilengkapi dengan kerb keberangkatan, ruang tunggu penumpang, tempat duduk dan fasilitas umum toilet. 2) Fasilitas Kedatangan, yang terdiri dari fasilitas-fasilitas ruang kedatangan yang dilengkapi dengan kerb kedatangan dan baggage claim area, baggage conveyor belt dan rambu/marka terminal bandar udara, fasilitas Custom Immigration Quarantine / CIQ (bandar udara internasional), dan fasilitas umum lainnya (toilet, telepon dsb). Jumlahnya dan luasnya dipengaruhi oleh jumlah penumpang waktu sibuk yang dilayani oleh bandar udara tersebut.
b.
Fasilitas Bangunan Terminal Barang (Kargo)
18
Fasilitas bangunan terminal barang (kargo) adalah bangunan terminal yang digunakan untuk kegaitan bongkar muat barang (kargo) udara yang dilayani oleh bandar udara tersebut. Luasannya dipengaruhi oleh berat dan volume kargo waktu sibuk yang dilayani bandar udara tersebut. Fasilitas ini meliputi gudang, kantor administrasi, parkir pesawat, gedung operasi, jalan masuk dan tempat parkir kendaraan umum. c.
Fasilitas Bangunan Operasi yang meliputi : 1) Gedung Operasional antara lain untuk kegiatan - kegiatan Penanggulangan Kecelakaan Pesawat - Pemadam Kebakaran (PKP-PK), menara kontrol, stasiun meteorologi, gedung Non Directional Beacon (NDB), Gedung Very High Frequency Omny Range (VOR) dan gedung Directional Measuring Equipment (DME). 2) Bangunan Teknik Penunjang yang terdiri dari power house dan stasiun bahan bakar. 3) Bangunan Administrasi dan Umum terdiri dari kantor bandara, kantor keamanan dan rumah dinas bandara serta bangunan kantin dan tempat ibadah.
d.
Fasilitas penunjang bandar udara Fasilitas penunjang bandar udara meliputi fasilitas jalan dan parkir dengan fasilitas penunjangnya serta fasilitas air bersih dan penanganan limbah. Fasilitas ini merupakan fasilitas yg ditujukan untuk mendukung pelayanan terhadap para pengunjung baik calon penumpang maupun pengunjung nonpenumpang, juga termasuk jembatan, drainase, turap dan pagar serta taman.
19
2.6.3 Fasilitas Instalasi Fasilitas Instalasi di suatu Bandar Udara dapat dikelompokkan meliputi : a. Instalasi Telekomunikasi Semua
peralatan elektronika/mekanik
yang
dipasang
di
daratan,
dipergunakan untuk hubungan jarak jauh dengan cara timbal balik darat ke darat, dan darat ke udara, dan yang didalam Instalasi Telekomunikasi ini antara lain : 1) AFTN (Aeronautical Fixed Telecommunication Network) 2) VHF (Very High Frequency) 3) AMS (Aeronautical Mobile Service) 4) SSB (Single Side Band) 5) AFS (Aeronautical Fixed Service) b. Instalasi Navigasi/Perambuan Semua
peralatan elektronika/mekanik
yang
dipasang
di
daratan,
dipergunakan untuk menuntun dan memandu pesawat terbang menuju kearah titik posisi tertentu melalui hubungan searah atau timbal balik, instalasi dimaksud dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1) DME (Directional Measuring Equipment) 2) ILS (Instrumen Landing System) 3) NDB (Non Directional Beacon) 4) VOR (Very High Frequency Omny Range) c. Instalasi Listrik Peralatan yang dipasang di daratan sebagai pembangkit tenaga listrik dan sumber daya listrik, instalasi listrik, untuk menunjang kegiatan operasi
20
keselamatan penerbangan dan operasi bandar udara, yang termasuk didalam instalasi listrik adalah : 1) Hazard Beacon 2) Obstruction Light 3) Rotating Beacon 4) Approach Light 5) Vasi 6) Papi (Precision Approach Path Instrument) 7) Reil 8) Threshold Light 9) Illuminated Landing T 10) Illuminated wind cone
2.6.4 Fasilitas Peralatan a. Peralatan Tower Semua peralatan elektronika yang dipergunakan untuk hubungan timbal balik dengan pesawat terbang melalui frekuensi radio darat ke udara yang masih dalam lingkup pengawasannya. b. Peralatan Communication Centre Peralatan yang dipergunakan untuk merubah gelombang radio teletype menjadi arus searah dalam hubungan antar stasiun darat secara timbal balik. c. Peralatan Terminal
21
Peralatan yang menunjang pelayanan terhadap penumpang, barang, pos yang akan datang dan diberangkatkan dengan pesawat terbang. d. Peralatan Alat-Alat Berat Alat-alat yang dipergunakan untuk membangun dan memelihara lapangan terbang yang terdiri ; Bolduzer; AMP (Asphalt Mixer Processing); alat pemotong rumput; finisher; roller; stone chrusher; tractor; tipper; crane & sweaper. Menurut Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : SKEP 80/VI/2005 tanggal 20 Juni 2005 tentang Pedoman Teknis Spesifikasi Peralatan Sisi Udara dan Sisi Darat Bandar Udara dijelaskan bahwa peralatan sisi udara mencakup: 1. Wheel Tractor sebagai alat penarik dan penggerak mower atau grass collector 2. Mower sebagai alat pemotong rumput 3. Grass Collector sebagai pengumpul rumput hasil pemotongan 4. Runway Sweeper sebagai alat membersihkan runway, taxiway dan apron 5. Pushback Tracktor sebagai alat untuk menarik atau mendorong suatu benda beroda, misalkan pesawat terbang maupun trailer 6. Dump Truck sebagai alat angkut material untuk pekerjaan konstruksi landasan serta dapat digunakan mengangkut lainnya 7. Handy Mower sebagai alat pemotong rumput ringan / berkapasitas kecil dengan pisau yang berputar, digerakkan dengan tenaga mesin 8. Pick Up sebagai alat kendaraan inspeksi fasilitas bandara dan alat treansportasi pengangkutan dengan kapasitas kecil
22
9. Workshop Equipment Tools, yaitu peralatan perbengkelan yang berfungsi sebagai peralatan penunjang perawatan guna menjaga kesinambungan kinerja peralatan fasilitas sisi udara agar memperoleh efisiensi kerja yang optimal. Workshop Equipment Tools terdiri dari bermacam peralatan namun tidak terbatas dari daftar peralatan berikut ini : a. Electric Welding Machine untuk menyambung dan memotong logam besi yang secara umum sering digunakan dalam konstruksi besi. b. Service Tools Kit untuk mendukung mekanik dalam perawatan dan perbaikan suatu peralatan c. Battery Charger untuk pengisian ampere battery agar battery yang ada dapat terawat dengan baik dan dapat tahan lebih lama (awet) d. Air Compressor untuk menghasilkan udara bertekanan yang disimpan dalam tabung yang dapat dipindahkan sesuai dengan kebutuhan, untuk itu alat ini dibutuhkan Engine Driver Outdoor, artinya penggerak pompa kompresi udara dengan menggunakan mesin sendiri (diesel atau bensin), hal ini untuk dapat menghemat pemakaian listrik. e. Electric Bench Drill untuk membuat lubang pada metal yang mempunyai kapasitas kerja maksimum yang dapat dipergunakan untuk melubangi besi flat setebal 13 mm. f. Gear Oil Lubricator untuk memindahkan/memompakan oli ke dalam transmisi, gear box dan differential box, agar oli yang dimasukkan sesuai yang disyaratkan (minimum oil sae 90).
23
g. Bench Vise untuk menjepit material dalam rangka mempermudah pekerjaan yang harus terbuat dari baja berkualitas baik. h. Hidroulic Garage Jack 5 tons untuk menaikkan kendaraan guna memudahkan pekerjaan pada bagian bawah kendaraan. i.
Injection Nozzle Tester untuk pengetesan semprotan nozzle apakah masih memenuhi persyaratan yang ditentukan.
j.
Torque Wrench untuk pengunci mur / baut yang dapat distel.
k. Water Jet Washer untuk membersihkan peralatan pemeliharaan fasilitas sisi udara apabila sudah dipergunakan. Hal ini dimaksudkan untuk merawat peralatan tersebut, jika ternyata ada kebocorankebocoran atau kerusakan-kerusakan pada bagian under body segera dapat terdeteksi. l.
Engine Crane 2 ton untuk memindahkan atau mengangkat mesin atau deferential gear / gear box.
10. Water Tank Car untuk penyiraman tanaman dan penyediaan air cadangan. 11. Ridding Mower adalah peralatan pemotong rumput yang mana unit tractor dan mower terakit menyatu, maka peralatan ini disebut juga sebagai Lawn Tractor. Sedangkan peralatan sisi darat (pekerjaan mekanikal, air bersih serta pipa) di dalam bangunan dan di halaman mencakup: 1. Pompa Air dengan jenis pompa centrifugal dan submersible pump 2. Air Conditioning dan ventilasi dengan jenis-jenis sebagai berikut: a. AC Central, dengan bagian-bagian :
24
-
Mesin Pendingin (chiller)
-
Sistem pipa air dingin, pipa kondensor dan perlengkapannya
-
Pompa Chilled dan Pompa Kondensor
-
Mesin Pengatur Udara (Air Handling Unit), Fan Coil Unit (FCU)
-
Sistem terowongan udara segar dan udara balik (Duct)
-
Kabinet sambungan unit kontrol
b. AC Split yang dipasang pada bangunan dan ruangan yang tidak terlalu besar terutama ruangan – ruangan elektronik yang harus memenuhi persyaratan tersendiri mengenai tingkat suhu, tingkat kelembaban dan tingkat kebisingan. c. AC Jendela / Window yang dipasang pada bangunan / ruangan yang tidak terlalu besar. Kapasitas disesuaikan dengan kebutuhan, tegangan kerja 220 volt, 50 Hz, fasa tunggal, dua penghantar, ditambah satu penghantar untuk ground / arde, steker khusus dilengkapi dengan pengaman arus type cartridge. d. Exhaust Fan e. Cooling Tower 3. Escalator dengan kelengkapannya 4. Elevator / Lift 5. Sprinkler 6. Fire Hydrant 7. Conveyor Belt yang terdiri dari :
25
a. Conveyor Keberangkatan, yang terdiri atas beberapa Bangku Ban Berjalan / Conveyor sebagai berikut : -
Sebuah conveyor penimbang
-
Sebuah conveyor pemberian label
-
Sebuah atau beberapa buah conveyor penyalur dan pengumpul
-
Sebuah atau beberapa buah bangku roller
-
Pintu conveyor
-
Perlengkapan lain seperti panel listrik, tombol dan sensor
b. Conveyor Kedatangan, yang memiliki komponen sebagai berikut : -
Sirip – sirip pembawa
-
Mesin penggerak dan rem
-
Penggalang atas dan tutup bagian bawah
-
Pintu conveyor
-
Perlengkapan lain seperti panel listrik, tombol dan sensor
8. Sumber Air Tanah dan Instalasi Penjernihan Air 9. Pipa dan Accessoriesnya 10. Jaringan air bersih dalam bangunan 11. Jaringan air kotor dalam bangunan 12. Bak kontrol untuk air hujan dan air limbah 13. Saluran air halaman 14. Septic tank dan saluran 15. Saluran air bersih
26
2.6.5 Fasilitas Navigasi Udara 1.
Fasilitas Navigasi Udara NDB ( Non Directional Beacon ) a. Fasilitas Navigasi Jenis ini yang terpasang dalam stasiun NDB ditanah, memancarkan informasi dalam bentuk sinyal radio ke segala arah (Non Directional). Pemancar ini biasanya beroperasi pada frekwensi 200-415 KHz dan secara terus menerus memancarkan frekwensi pembawa dengan modulasi 1020 Hz untuk Identifikasi dengan kode morse yang terdiri dari 2 atau 3 huruf dan kiriman dengan kecepatan rata-rata 7 kata permenit. b. Klasifikasi Makin besar kekuatan pancaran NDB,makin besar pula daerah cakup NDB tersebut. Type dan pancaran NDB dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1. Low Range 2. Medium Range 3. High Range c. Fungsi dan kegunaan NDB mempunyai beberapa macam fungsi kegunaan yaitu : 1. Homing 2. En-Route 3. Holding 4. Locater
2. Fasilitas Navigasi Udara VOR (VHF Omni Directional Range)
27
a. VOR merupakan alat bantu navigasi jarak sedang, yang bekerja menggunakan frekwensi radio sangat tinggi (VHF). Dengan station VOR yang diletakkan sedemikian rupa, VOR dapat digunakan untuk menuntun suatu pesawat menuju ke suatu bandar udara. Posisi pesawat terbang tiap saat ditentukan oleh penerbang dengan bantuan VOR dan DME. b.
Manfaat bagi penerbang Perlengkapann penerima VOR di Pesawat Terbang mempunyai 3 macam fungsi atau indikator : 1. Untuk menentukan Azimut 2. Untuk menunjukkan deviasi kepada pilot 3. Menunjukkan arah pesawat terbang menuju atau meninggalkan station VOR
c.
Fungsi dan Kegunaan VOR Seperti halnya NDB, maka VOR pun mempunyai fungsi yang sama.
d.
Kegunaan VOR terhadap NDB VOR bekerja pada frekwensi VHF antara 108-118 MHz sehingga informasi yang dipancarkan tidak terganggu oleh keadaan cuaca, berbeda dengan NDB yang dipergunakan frekwensi rendah/LF.
e.
VOR di Indonesia Ada 2 jenis VOR yang telah terpasang di Indonesia,yaitu : a. C-VOR (Convensional-VOR) b. D-VOR (Doppler-VOR)
3. Fasilitas Navigasi DME (Distance Measuring Equipment)
28
a. Fasilitas DME Biasanya dipasang melengkapi VOR untuk memberikan informasi kepada penerbang tentang jarak pesawat terbang terhadap DME. Bekerja pada bidang Ultra High Frequensi (UHF) antara 960 MHz-1215 MHz,sehingga pancarannya tidak tergantung dari keadaan cuaca. b. Fungsi kegunaannya DME biasanya dipasang pada station VOR untuk melengkapinya (komplementer) sehingga posisi pesawat terbang secara teliti dapat terus menerus diketahui para penerbang. DME memberikan informasi jarak dalam Nm, sesuai dengan koordinat polar dalam penentuan posisi pesawat terbang. 4. Fasilitas Navigasi Udara ILS (Instrument Landing System) a. Fasilitas ILS Dipasang untuk membantu pendaratan pesawat dengan tepat terutama pada saat-saat cuaca jelek. Peralatan ditanah terdiri dari dua jenis pemancar yaitu “Localizer yang bekerja pada frekweansi 108,4 MHz-112 MHz dan Glide Slope bekerja pada frekwensi 329,15 MHz-335,00 MHz”. Marker Beacon seperti Auter Marker, Middle Marker, Inner Marker. Bekerja pada frekwensi 75 MHz. b. Fungsi kegunaannya Dengan bantuan ILS, pilot dapat mendaratkan pesawat terbangnya dengan berpedoman pada indikator-indikator di pesawat yang menerima sinyalsinyal dari ILS. Pendaratan dapat dilakukan dengan baik, walaupun daya
29
lihat/jarak pandang (visibility) sangat rendah karena pengaruh cuaca. Ada beberapa tingkatan ketelitian dari pada ILS yang dinyatakan dalam kategori yaitu I , II , III. 5. Fasilitas Navigasi Udara RADAR (Radio Deteksi And Ranging) a.
Radar Merupakan suatu cara dimana gelombang radio yang dipancarkan ke angkasa akan diterima kembali setelah suatu benda di angkasa menyebabkan pantulan atau refleksi ketika gelombang radio tersebut mengenainya. Radar ada beberapa macam dan yang umum yang dipergunakan pada Bandar Udara adalah : 1. Primary Surveillince Radar (PSR) 2. Secondary Surveillince Radar (SSR)
b.
Fungsi dan Kegunaannya Kedua jenis radar tersebut mempunyai cara kerja yang berbeda. PSR bersifat aktif dan pesawat yang ditargetkan sifatnya pasif karena PSR hanya menerima pantulan gelombang radio refleksi pesawat tersebut (ECHO), sedangkan pesawat itu sendiri tidak tahu menahu dengan kegiatan dari arah bawah. Pada SSR, kedua-duanya aktif baik radar dibawah maupun pesawat terbang. Hal ini dapat dilakukan karena pesawat terbang dilengkapi dengan pemancar yang disebut Transponder.
6. Fasilitas Navigasi Udara RVR (Runway Visual Range) a.
RVR
30
Adalah alat untuk memperoleh informasi Meteorologi yaitu visibility di daerah sekitar landasan. Fasilitas ini berupa Instrument Landing System (ILS) yang dibagi dalam 3 kategori yaitu : 1. ILS Category I 2. ILS Category II 3. ILS Category III b.
Macam peralatan dan cara kerja RVR sistem ini terdiri dari beberapa peralatan yaitu : (1) Skopograph simplex, yang terdiri dari : (a) Projektor (b) Receiver (c) Visibility Recorder (2) Back ground brigjetness sensor “STIL BUS” (3) RVR Computer (4) Digit Step
7. Kalibrasi Peralatan Navigasi Udara Mengingat peranan fasilitas navigasi udara yang sangat besar dalam menunjang keselamatan penerbangan, maka wajarlah bila mana tingkat ketelitian informasi yang dihasilkan oleh stasiun-stasiun navigasi udara di darat dikalibrasi secara berkala dengan cermat. Kalibrasi ini dilaksanakan oleh “Unit Flight Inspection” yang dilengkapi dengan fasilitas : 1.
Laboratorium (Darat) Kalibrasi peralatan Navigasi Udara di Curug Tanggerang.
31
2.
Pesawat-pesawat terbang khusus laboratorium kalibrasi. Dalam hal ini sebuah BEECHCHRAFT KING AIR-A100, Sebuah FALKON/203, (LEAR JET). Jadwal waktu kalibrasi peralatan navigasi udara di Indonesia sesuai
dengan ketentuan internasional ditetapkan : 1.
NDB satu kali dalam setahun
2.
VOR atau DME dua kali dalam setahun
3.
ILS tiga kali dalam setahun
2.7 Manajemen Pemeliharaan Fasilitas di Bandar Udara Untuk membahas kinerja fasilitas tidak terlepas dari teori pemeliharaan fasilitas secara teknis dan manajemen serta teknisi yang melaksanakannya. Tujuan dari sistem manajemen pemeliharaan adalah untuk menjamin tingkat ketersediaan yang maksimum dari semua fasilitas yang ada pada biaya yang minimum. Untuk fasilitas-fasilitas yang ada di Bandar Udara terdapat petunjuk teknis pelaksanaan
pemeliharaan
yang
dikeluarkan
oleh
Direktorat
Jenderal
Perhubungan Udara, di antaranya adalah : 1.
Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : SKEP /80/VI/2005 tanggal 20 Juni 2005 tentang Pedoman Teknis Spesifikasi Peralatan Sisi Udara dan Sisi Darat Bandar Udara.
2.
Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : SKEP /79/VI/2005 tanggal 20 Juni 2005 tentang Petunjuk Teknis Pengoperasian dan Pemeliharaan Peralatan Fasilitas Sisi Udara dan Sisi Darat Bandar Udara
32
2.8 Penerapan Cost Significant Model Cost Significant Model adalah salah satu model peramalan biaya total sebuah proyek berdasarkan data biaya yang lalu, yang lebih mengandalkan pada harga paling signifikan didalam mempengaruhi biaya total proyek sebagai dasar peramalan (estimasi), yang diterjemahkan ke dalam perumusan regresi berganda (Indrawan, Gede Sony, 2011). Untuk melakukan estimasi biaya suatu pekerjaan, menurut Poh dan Horner (1995) dapat dilakukan dengan mengandalkan pada penemuan yang terdokumentasi dengan baik bahwa 80% dari nilai total biaya proyek terdapat 20% item-item pekerjaan yang paling mahal. Untuk proyek-proyek yang memiliki ciriciri yang sejenis maka item-item cost significant secara kasar adalah sama. Itemitem cost significant ini dapat meyajikan proporsi yang tepat dari total biaya anggaran yang biasanya mendekati 80%. Nilai total dari proyek biasanya dapat diperhitungkan dengan mengalikan total harga dari paket-paket cost significant dengan faktor yang tepat, yaitu mendekati 1,25. Nilai ini bervariasi tergantung kategori dan analisis data historis. Cost Significant Model dapat digunakan untuk mengestimasi biaya lebih baik dari 5% dan perhitungan akhir lebih baik dari 1%. Akurasinya dapat ditingkatkan atau diturunkan dengan memperbaiki model dan tegantung dari data yang tersedia. Metode Cost Significant Model ini pernah diterapkan di proyek pembangunan gedung asrama mahasiswa Nanyang Technological University (NTU) Singapura pada tahun 1993 dengan menggunakan data 6 paket pekerjaan yang menggunakan metode tradisional BQ (Bill of Quantity). Data tersebut
33
dipakai sebagai dasar untuk menghitung estimasi biaya 2 buah paket pekerjaan yang akan dilaksanakan. Hasilnya adalah bahwa perkiraan biaya proyek mendekati nilai riilnya dengan perbedaan apabila dibandingkan dengan 6 paket sebelumnya hanya terletak pada perbedaan luas, pengaruh inflasi dan beberapa perubahan spesifikasi. Penelitian lain mengenai metode ini dilakukan pada perhitungan estimasi biaya pemeliharaan jalan pada kabupaten Jembrana, Bali dengan mengambil data 48 paket pekerjaan. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa akurasi model biaya dengan menggunakan metode Cost Significant Model berkisar antara -25,21% sampai dengan 26,84% dengan rata-rata 12,53% dari biaya riil pekerjaan. Metode Cost Significant Model yang didasarkan pada analisis data proyek yang lalu, mengikuti langkah-langkah berikut ini: 1.
Tidak mengikutsertakan item pekerjaan yang jumlahnya kadang cukup besar namun tidak setiap pekerjaan ada. Item-item tersebut sering merupakan variabel biaya tinggi dan tergantung sekali pada karakteristik lapangan dan persyaratan pengguna, sehingga akan menghambat keakuratan pengembangan model.
2.
Mengelompokkan item-item pekerjaan dimana penggabungan item pekerjaan bisa dilaksanakan apabila pekerjaan tersebut mempunyai satuan yang sama, harga satuannya tidak berbeda secara signifikan, atau bisa menggambarkan operasi kerja lapangan.
34
3.
Menghitung pengaruh time value terhadap harga-harga item pekerjaan. Harga pekerjaan pada tahun pelaksanaan disesuaikan dengan harga pada tahun yang diproyeksikan dengan memperhitungakan faktor inflasi.
4.
Mencari cost significant items, yang diidentifikasi sebagai item-item yang terbesar yang jumlah prosentasinya sama atau lebih besar dari 80% total biaya proyek.
5.
Membuat model biaya dari cost significant items yang telah ditentukan.
6.
Mencari rata-rata Cost Model Factor (CMF) dengan cara membagi nilai proyek yang didapatkan dari model dengan nilai aktual proyek.
7.
Menghitung estimasi biaya proyek dari cost significant model dengan cara membagi nilai proyek yang diprediksi dari model dengan rata-rata CMF.
8.
Menghitung akurasi model dalam bentuk prosentase dari selisih antara harga yang diprediksi dengan harga sebenarnya dibagi dengan harga sebenarnya. Kelebihan Cost Significant Model adalah dapat memprediksi biaya proyek
dengan mudah, cepat dan cukup akurat, walaupun belum tersedianya uraian dan spesifikasi pekerjaan. Metode ini dapat digunakan pada tahap awal sebuah proyek seperti pada saat penyusunan konsep, studi kelayakan dan perencanaan pendahuluan. Kelemahan dari metode ini adalah proyek yang ditinjau harus sama, dibutuhkan data historis proyek terdahulu dan akurasi model sangat dipengaruhi oleh baik tidaknya data yang dikumpulkan.
35
2.9
Nilai Waktu Terhadap Uang (Time Value of Money) Pengaruh nilai uang terhadap waktu atau yang biasa disebut dengan time
value of money merupakan suatu konsep yang menyatakan bahwa nilai uang sekarang akan lebih berharga dari pada nilai uang masa yang akan datang atau suatu konsep yang mengacu pada perbedaan nilai uang yang disebabkan karena perbedaaan waktu. Nilai uang akan berubah menurut waktu disebabkan oleh banyak faktor yang mempengaruhinya seperti adanya inflasi, perubahan suku bunga, kebijakan pemerintah dalam hal pajak, suasana politik, dan lain lain. Time value of money berguna untuk menghitung anggaran. Dalam melakukan perencanaan keuangan,
time value of
money harus selalu
diperhitungkan. Dalam hal ini dapat dicontohkan dalam analisa investasi sebuah proyek. Investor dapat menganalisa apakah proyek tersebut dapat memberikan keuntungan atau tidak dengan memperhitungkan perubahan nilai uang terhadap waktu. Tentunya investor lebih menyukai suatu proyek yang memberikan keuntungan setiap tahun dimulai tahun pertama sampai tahun berikutnya. Pengaruh time value dapat dihitung menggunakan persamaan berikut ini (Giatman, 2007) : F = P(1 + i)n ......................................................................................... (4.2) Dimana : F
: nilai harga pada proyeksi yang ditentukan
P
: harga sebelum diproyeksi
i
: faktor inflasi atau tingkat suku bunga
n
: tahun proyeksi
36
2.10
Regresi Linier Berganda Regresi linear adalah alat statistik yang dipergunakan untuk mengetahui
pengaruh antara satu atau beberapa variabel terhadap satu buah variabel. Variabel yang mempengaruhi sering disebut variabel bebas, variabel independen atau variabel penjelas. Variabel yang dipengaruhi sering disebut dengan variabel terikat atau variabel dependen. Secara umum regresi linear terdiri dari dua, yaitu regresi linear sederhana yaitu dengan satu buah variabel bebas dan satu buah variabel terikat; dan regresi linear berganda dengan beberapa variabel bebas dan satu buah variabel terikat. Analisis regresi linear merupakan metode statistik yang paling sering dipergunakan dalam penelitian. Program komputer yang paling banyak digunakan adalah SPSS (Statistical Package for Service Solutions). Analisis regresi linear berganda memiliki variabel bebas lebih dari satu buah. Persamaan umumnya adalah: Y = a + b1 X1 + b2 X2 + .... + bn Xn. Dengan Y adalah variabel terikat, dan X adalah variabel-variabel bebas, a adalah konstanta (intersept) dan b adalah koefisien regresi pada masing-masing variabel bebas. Analisis regresi linear berganda memerlukan pengujian secara serempak dengan menggunakan Fhitung. Signifikansi ditentukan dengan membandingkan Fhitung dengan Ftabel atau melihat signifikansi pada output SPSS. Dalam beberapa kasus dapat terjadi bahwa secara simultan (serempak) beberapa variabel mempunyai pengaruh yang signifikan, tetapi secara parsial tidak. Sebagai
37
ilustrasi: seorang penjahat takut terhadap polisi yang membawa pistol (diasumsikan polisi dan pistol secara serempak membuat takut penjahat). Akan tetapi secara parsial, pistol tidak membuat takut seorang penjahat. Contoh lain: air panas, kopi dan gula menimbulkan kenikmatan, tetapi secara parsial, kopi saja belum tentu menimbulkan kenikmatan. Penggunaan metode analisis regresi linear berganda memerlukan asumsi klasik yang secara statistik harus dipenuhi. Asumsi klasik tersebut meliputi asumsi normalitas, multikolinearitas, autokorelasi, heteroskedastisitas dan asumsi linearitas. Langkah-langkah yang lazim dipergunakan dalam analisis regresi linear berganda adalah: 1) koefisien determinasi; 2) Uji F dan 3 ) uji t. Persamaan regresi sebaiknya dilakukan di akhir analisis karena interpretasi terhadap persamaan regresi akan lebih akurat jika telah diketahui signifikansinya. Koefisien determinasi sebaiknya menggunakan adjusted R Square dan jika bernilai negatif maka uji F dan uji t tidak dapat dilakukan.
2.11
Analisis Koefisien Korelasi (R) Suatu model dikatakan sempurna apabila mempunyai nilai koefisien
penentu (Coeffisien of Determination) mendekati = 1. Besar nilai R dapat diinterpretasi untuk memperkirakan kekuatan hubungan korelasi yang memiliki nilai antara -1 sampai 1. Jika nilai R=0 atau mendekati 0 menunjukkna hubungan
38
yang lemah antara variabel tersebut. Jika R=-1 atau mendekati -1 berarti ada hubungan yang kuat dalam korelasi negatif, yang berarti kenaikan nilai X mengakibatkan penurunan nilai Y atau sebaliknya. Jika R = 1 atau mendekati 1 berarti ada hubungan yang kuat dalam korelasi positif, yang berarti kenaikan atau penurunan nilai X mengakibatkan kenaikan atau penurunan nilai Y. Ketepatan atau kecocokan garis regeresi yang diperoleh dalam mewakili kelompok data yang diteliti dapat diketahui dengan melihat sampai seberapa jauh model yang terbentuk dapat menerangakan kondisi yang sebenarnya. Dalam analisis regresi dikenal suatu ukuran yang dapat digunakan yaitu koefisien determinasi (R2). Nilai R2 berkisar antara 0 dan 1. Apabila R2=0 berarti tidak ada hubungan antara X dan Y atau model regresi yang terbentuk tidak sesuai untuk meramalkan Y, dan bila R2=1 maka model regresi yang terbentuk dapat meramalkan secara sempurna. Jadi suatu model apabila nilai koefisien penentu adjusted R2 semakin mendekati angka 1, hal ini menunjukkan bahwa semakin besarnya atau kuatnya pengaruh variabel bebas penentu (Xi) dalam menentukan besarnya nilai expected terhadap variabel tidak bebas yaitu biaya pemeliharaan (Y1,2).
2.12
Uji ANNOVA atau F Test dan Uji t Uji ANOVA atau F test dan uji t dilakukan untuk menganalisa apakah
model regresi yang diperoleh layak dipergunakan dalam melaksanakan estimasi nilai variabel terikatnya.
39
Uji F dilakukan dengan cara membandingkan nilai probabilitas (Sig) dari F hitung dengan
hitung
niali tingkat signifikansi (α = 0,05). Jika nilai probabilitas (Sig) dari F
memiliki nilai lebih kecil dari tingkat signifikansi yang digunakan dalam
penelitian ini (α = 0,05), model regresi yang diperoleh dapat dipakai untuk memprediksi nilai variabel terikatnya. Dan sebaliknya jika nilai probabilitas (Sig) dari F
hitung
memiliki nilai lebih besar dari tingkat signifikansi yang digunakan
dalam penelitian ini (α = 0,05), model regresi yang diperoleh tidak dapat dipakai untuk memprediksi nilai variabel terikatnya. Uji t dilakukan dengan cara membandingkan nilai probabilitas (Sig) dari thitung dengan nilai tingkat signifikansi (α = 0,05). Apabila nilai probabilitas (Sig) dari t
hitung
< 0,05 maka persamaan dapat dinyatakan memenuhi syarat sebagai
model persamaan.