BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teoritis 2.1.1. Pencemaran Air dan Klasifikasi Mutu Air Menurut peraturan Menteri Kesehatan tahun 2001, tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air. Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Adapun klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas : 1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut 2. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut 3. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut
10
11
4. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut 2.1.2. Ekosistem danau Menurut Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tahun 2005 tentang sungai dan danau, danau adalah wadah air dan ekosistem yang terbentuk secara alamiah termasuk situ dan wadah air sejenis dengan sebutan istilah lokal. Ditinjau dari kedudukannya, ekosistem air tawar dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu air diam misalnya kolam, danau dan waduk serta air yang mengalir misalnya sungai. Air diam digolongkan sebagai perairan lentik sedangkan air yang mengalir deras disebut lotik (Barus, dalam Siregar 2011). Menurut Jorgensen (1989) perairan danau merupakan salah satu bentuk ekosistem air tawar yang ada di permukaan bumi, Secara fisik, danau merupakan suatu tempat yang luas, mempunyai air yang tetap, jernih atau beragam dengan aliran tertentu (Jorgensen dalam Siregar, 2011: 5). Selanjutnya Wulandari (2006) menjelaskan bahwa danau adalah badan air yang dikelilingi daratan dan dikelompokkan sebagai salah sata jenis lahan basah. Danau digolongkan ke dalam lahan basah alami bersama hutan mangrove, rawa gambut, rawa air tawar, padang lemon dan terumbu karang (Wulandari dalam Siregar, 2011: 5). Berdasarkan keadaan nutrisinya, Payne (1986) menggolongkan danau menjadi 3 jenis yaitu:
12
1. Danau Oligotrofik yaitu danau yang mengandung sedikit nutrien (miskin nutrien), biasanya dalam dan produktivitas primernya rendah. Sedimen pada bagian dasar kebanyakan mengandung senyawa anorganik dan konsentrasi oksigen pada bagian hipolimnion tinggi. Walaupun jumlah organisme pada danau ini rendah tetapi keanekaragaman spesies tinggi. 2. Danau Eutrofik, yaitu danau yang mengandung banyak nutrien (kaya nutrien), khususnya nitrat dan fosfor yang menyebabkan pertumbuhan algae dan tumbuhan akuatik lainnya meningkat. Dengan demikian produktivitas primer pada danau ini tinggi dan konsentrasi oksigen rendah. Walaupun jumlah dan biomassa organisme pada danau ini tinggi tetapi keanekaragaman spesies rendah. 3. Danau Distrofik, yaitu danau yang memperoleh sejumlah bahan-bahan organik dari luar danau, khususnya senyawa-senyawa asam yang menyebabkan air berwarna coklat. Produktivitas primer pada danau ini rendah, yang umumnya berasal dari hasil fotosintesa plankton. Tipe danau distrofik ini juga sedikit mengandung nutrien dan pada bagian hipolimnion terjadi defisit oksigen. Suatu danau berlumpur mewakili bentuk danau distrofik (Payne dalam Siregar, 2011: 5-6). Odum (1994) menyatakan bahwa danau terdiri dari 3 zona yaitu: 1. Zona litoral, yaitu daerah perairan dangkal penetrasi cahaya sampai ke dasar. 2. Zona limnetik, yaitu daerah air terbuka sampai kedalaman penetrasi cahaya yang efektif.
13
3. Zona profundal, yaitu merupakan bagian dasar dan daerah air yang dalam yang tidak tercapai oleh penetrasi cahaya efektif (Odum dalam Siregar, 2011: 6) Danau mempunyai fungsi ekonomi yang sangat tinggi. Salah satu fungsi danau adalah perikanan, baik budidaya maupun perikanan tangkap. Danau juga penting dari sisi tata air dalam kaitannya dengan penyediaan air bersih, baik untuk minum, irigasi maupun industri. Dengan demikian danau mempunyai fungsi sebagai penyangga kehidupan. Penjagaan kebersihan sumber-sumber air danau, danau itu sendiri dan saluran-saluran keluarnya secara otomatis menjamin tersedianya air bersih di sepanjang alirannya (Siregar, 2011: 6). 2.1.3. Karakteristik Logam Berat Logam berasal dari kerak bumi yang berupa bahan-bahan murni, organik dan anorganik. Logam merupakan bahan pertama yang dikenal oleh manusia dan digunakan sebagai alat-alat yang berperanan penting dalam sejarah peradaban manusia. Logam mula-mula diambil dari pertambangan di bawah tanah (kerak bumi), yang kemudian dicairkan dan dimurnikan dalam pabrik menjadi logamlogam murni. Logam berat adalah unsur-unsur yang mempunyai daya hantar panas dan daya hantar listrik yang tinggi. Logam berat biasanya bernomor atom 22-29 dan periode 3 sampai 7 dalam susunan berkala unsur-unsur kimia. Beberapa unsur logam berat tersebut antara lain Hg, Pb, Cd, Cr, Zn, dan Cu. Pada umumnya semua logam berat tersebar di seluruh permukaan bumi baik di tanah, air dan udara. Logam berat ini dapat berbentuk organik, anorganik terlarut, atau terikat
14
dalam suatu partikel. Unsur logam berat ini dapat terakumulasi dalam tubuh organisme sebagai akibat terjadinya interaksi antara logam berat dan sel atau jaringan tubuh organisme tersebut. Bila kadar logam berat yang terlalu rendah di suatu perairan dapat menyebabkan kehidupan organisme mengalami defisiensi, namun bila unsur logam berat dalam jumlah yang berlebihan dapat bersifat racun. (Yuniar, 2009: 4) Berdasarkan kegunaannya, logam berat dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu : 1. Golongan yang dalam konsentrasi tertentu berfungsi sebagai mikronutrien yang bermanfaat bagi kehidupan organisme perairan, seperti Zn, Fe, Cu, Co. 2. Logam yang sama sekali belum diketahui manfaatnya bagi organisme perairan, seperti Hg, Cd, dan Pb. (Widowati,Sastiono dan Jusuf, 2008:2) 2.1.4. Logam Dalam Perairan Keberadaan logam-logam dalam badan perairan dapat berasal dari sumbersumber alamiah dan dari aktivitas yang dilakukan oleh manusia. Sumber-sumber logam alamiah yang masuk kedalam badan perairan bisa berupa pengikisan dari batu mineral yang banyak disekitar perairan. Di samping itu, partikel-partikel logam yang ada diudara, dikarenakan oleh hujan, juga dapat menjadi sumber logam di badan perairan. Adapun logam yang berasal dari aktivitas manusia dapat berupa buangan sisa dari industri ataupun buangan rumah tangga. Logam-logam berat yang terlarut dalam badan perairan pada konsentrasi tertentu dan berubah fungsi menjadi sumber racun bagi kehidupan perairan. Meskipun daya racun yang ditimbulkan oleh satu jenis logam berat terhadap
15
semua biota perairan tidak sama, namun kehancuran dari satu kelompok dapat menjadikan terputusnya satu mata rantai kehidupan. Pada tingkat lanjutnya, keadaan tersebut tentu saja dapat menghancurkan satu tatanan ekosistem perairan. Ada banyak factor yang mempengaruhi daya racun dari logam-logam berat yang terlarut dalam badan perairan. Dari sekian banyak factor yang ditimbulkan oleh logam-logam berat terlarut, ada 4 faktor yang sangat penting. Faktor-faktor tersebut adalah : 1. Bentuk logam dalam air Logam – logam tersebut berada dalam bentuk senyawa organik dan anorganik. Selanjutnya bentuk persenyawaan ini dibagi lagi, berupa senyawa-senyawa organik dan anorganik yang tidak dapat larut. Selanjutnya senyawa organik yang dapat larut dalam badan perairan akan diserap dengan mudah oleh biota perairan. 2. Keberadaan logam-logam lain Adanya logam-logam lain dalam perairan dapat menyebabkan logam-logam tertentu menjadi sinergentitas ataukah sebaliknya, menjadi antagonis bila telah membentuk suatu ikatan. 3. Fisiologis dari biota (organisme)nya Proses fisiologis yang terjadi pada setiap biota turut mempengaruhi tingkat logam berat yang menumpuk (akumulasi) dalam tubuh dari biota perairan. Disamping itu proses fisiologis ini turut mempengaruhi peningkatan kandungan logam berat dalam badan perairan. Ada biota-biota perairan
16
tertentu yang mempengaruhi kemampuan untuk menetralisasi (mentoleransi) logam-logam berat tertentu pula (mempunyai toleransi tinggi). 4. Kondisi Biota Kondisi dari Biota-Biota berkaitan dengan fase-fase kehidupan yang dilalui oleh biota dalam hidupnya. (Palar, 2008:36-38) 2.1.5. Toksisitas Logam pada Hewan Air Ikan merupakan jenis organisme air yang dapat bergerak dengan cepat didalam air. Ada jenis ikan yang biasanya hidup diperairan yang dangkal dan berenang didasar air, dan ada juga yang hidup diperairan yang dalam berenang dekat permukaan air. Adapun beberapa cara masuk logam berat pada hewan air, yaitu sebagai berikut : 1. Toksisitas Pada Insang Insang sebagai alat pernapasan ikan, juga digunakan sebagai alat pengatur tekanan antara air dan dalam tubuh ikan (osmoregulasi). Oleh sebab itu, insang merupakan organ yang penting pada ikan, disamping insang sangat peka terhadap pengaruh toksisitas logam. 2. Toksisitas Pada Alat Pencernaan Alat pencernaan seperti usus, sebagai saluran pencernaan dan hati sebagai produksi enzim pencernaan selalu mengalami gangguan oleh pengaruh logam toksik ini. Toksisitas logam dalam saluran pencernaan terjadi melalui pakan yang terkontaminasi oleh logam. Toksisitas logam pada saluran pencernaan juga dapat terjadi melalui air yang mengandung dosis toksik logam.
17
3. Toksisitas Pada Ginjal Ginjal berfungsi untuk filtrasi dan mengeskresikan bahan yang biasanya tidak dibutuhkan oleh tubuh, termasuk bahan racun seperti logam berat yang toksik. Hal tersebut menyebabkan ginjal sering mengalami kerusakan oleh daya toksik logam. (Darmono, 2010 : 87-93) 2.1.6. Logam Berat Merkuri Logam merkuri atau air raksa, mempunyai nama kimia hydragyrum yang berarti perak cair. Logam merkuri dilambangkan dengan Hg, Pada tabel periodika unsur-unsur kimia menempati urutan (NA) 80 dan mempunyai bobot atom (BA 200,59). Logam ini dihasilkan dari bijih Sinabar, HgS, yang mengandung unsure merkuri antara 0,1%-4%. Merkuri yang telah dilepaskan kemudian dikondensasi, sehingga diperoleh logam cair murni. Logam cair inilah yang kemudian digunakan oleh manusia untuk bermacam-macam kebutuhan. Menurut Pallar (2008:96), secara umum logam merkuri memiliki sifatsifat sebagai berikut : 1. Berwujud cair pada suhu kamar (250C) dengan titik beku paling rendah sekitar –390C, sehingga mudah menyebar di permukaan air dan sulit dikumpulkan. 2. Masih berwujud cair pada suhu 3960C, pada temperatur 3960C ini telah terjadi pemuaian secara menyeluruh. 3. Merupakan logam yang paling mudah menguap jika dibandingkan dengan logam yang lain. 4. Tahanan listrik yang dimiliki sangat rendah, sehingga menempatkan merkuri sebagai logam yang sangat baik untuk menghantarkan daya listrik.
18
5. Dapat melarutkan bermacam-macam logam untuk membentuk alloy yang disebut dengan amalgam. 6. Merupakan unsur yang sangat beracun bagi semua makhluk hidup, baik itu dalam bentuk unsur tunggal (logam) ataupun dalam bentuk persenyawaan. Widowati, Sastiono dan Jusuf (2008:129), mengemukakan bahwa ada beberapa bentuk Hg yang masuk dalam lingkungan perairan meliputi : 1. Hg anorganik yang berasal dari air hujan atau aliran sungai dan bersifat stabil pada pH rendah 2. Hg organik antara lain fenil merkuri (C6H5-Hg), metal merkuri (CH3-Hg), alkoksil merkuri, atau metoksi-etil merkuri (CH3O-CH2-CH2-Hg). Hg organik yang bisa berasal dari kegiatan pertanian yaitu pestisida 3. Terikat dalam bentuk suspended soil sebagai Hg-2 4. Logam Hg berasal dari kegiatan industri. 2.1.7. Senyawa-Senyawa Merkuri 1. Senyawa Merkuri Anorganik Diantara sesama senyawa anorganik, uap logam merkuri (Hg0), merupakan yang paling berbahaya. Ini disebabkan karena sebagai uap, merkuri tidak terlihat dan dengan sangat mudah akan terhisap seiring kegiatan pernafasan yang dilakukan. Senyawa-senyawa merkuri an-organik lainnya, seperti merkuri nitrat Hg(NO3)2, merkurikhlorida (HgCl2), dan merkurioksida (HgO).
19
2. Senyawa Merkuri Organik Senyawa - senyawa merkuri organik yang paling terkenal diantaranya adalah senyawa alkil-merkuri. Beberapa senyawa alkil-merkuri yang banyak digunakan, terutama dikawasan negara-negara sedang berkembang adalah Metil merkuri khlorida (CH3HgCl) dan etil khlorida (C2H5HgCl). Senyawa-senyawa tersebut digunakan sebagai pestisida dalam pertanian. Beberapa bentuk senyawa alkil-merkuri lainnya cukup banyak digunakan sebagai katalis dalam industri kimia (Pallar, 2008: 106-107). 2.1.8. Toksikokinetik Merkuri 1. Absorbsi Dari beberapa data pada manusia maupun hewan menunjukan bahwa metilmerkuri segera diserap melalui saluran cerna. Dosis tunggal metilmerkuri nitrat pada manusia 95% dapat diserap. Absorbsi yang efiesien dari metilmerkuri ini juga ditunjukan dari penelitian lain yang menggunakan sukarelawan manusia yang menerima dosis oral metilmerkuri terikat protein. Sampai 80% uap senyawa metilmerkuri seperti uap metilmerkuri klorida dapat diserap melalui pernafasan. Penyerapan metilmerkuri dapat juga melalui kulit namun data kuantitatifnya tidak tersedia. Garam merkuri klorida absorbsinya buruk pada saluran cerna, efek serius dari merkuri klorida adalah gastroenteritis. Logam merkuri bila tertelan tidak diserap oleh saluran cerna, namun uapnya lebih berbahaya karena menyebabkan kerusakan paru-paru dan otak.
20
2. Distribusi Dari segi toksisitas, konsentrasi dalam darah merupakan indikator yang sesuai dari dosis yang diserap dan jumlah yang ada secara sistemik. Metilmerkuri terikat pada hemoglobin, dan daya ikatnya yang tinggi pada hemoglobin janin berakibat pada tingginya kadar merkuri pada darah uri dibandingkan dengan darah ibunya. Dari analisis, konsentrasi total merkuri termasuk bentuk merkuri anorganik, merkuri pada darah tali uri hampir seluruhnya dalam bentuk termetilasi yang mudah masuk ke plasenta. Metilmerkuri sangat mudah melintas batas sawar darah-otak maupun plasenta. 3. Metabolisme Metilmerkuri dapat dimetabolisme menjadi merkuri anorganik oleh hati dan ginjal. Metilmerkuri dimetabolisme sebagai bentuk Hg++. Metilmerkuri yang ada dalam saluran cerna akan dikonversi menjadi merkuri anorganik oleh flora usus. 4. Eksresi Metilmerkuri dikeluarkan dari tubuh terutama melalui tinja sebagai merkuri anorganik. Proses ini sebagai hasil dari ekskresi empedu dari senyawa dan konversi menjadi bentuk anorganik oleh flora usus. Kebanyakan metilmerkuri yang diekskresi empedu diserap kembali melalui sirkulasi enterohepatik dalam bentuk organiknya. Kurang dari 1% metilmerkuri dapat dikeluarkan dari tubuh setiap harinya, hal ini karena waktu paruh biologisnya yang kira-kira 70 hari. Metilmerkuri juga dikeluarkan melalui ASI dengan kadar kira-kira 5% dari kadar
21
dalam darah. Pengeluaran merkuri anorganik melalui ekshalasi, ludah, dan keringat yang berasal dari metabolisme merkuri organik (Yanuar, 2008: 2-3) 2.1.9. Toksisitas Merkuri pada Manusia Toksisitas merkuri pada manusia dapat memberikan efek keracunan secara kronis dan akut. 1. Keracunan kronis Keracunan kronis adalah keracunan yang terjadi secara perlahan dan berlangsung dalam selang waktu yang panjang. Penderita keracunan kronis biasanya tidak menyadari bahwa dirinya telah menumpuk sejumlah racun dalam tubuh mereka, sehingga pada batas daya tahan yang dimiliki tubuh, racun yang telah mengendap dalam selang waktu yang panjang tersebut bekerja. Pada peristiwa keracunan kronis oleh merkuri, ada dua organ tubuh yang paling sering mengalami gangguan, yaitu gangguan pada system pencernaan dan system syaraf. Radang gusi (gingivitis) merupakan gangguan paling umum yang terjadi pada system pencernaan. Radang gusi pada akhirnnya akan merusak jaringan penahanan gigi, sehingga gigi mudah lepas. Gangguan terhadap sistem syaraf, dapat terjadi dengan atau tanpa diikuti oleh gangguan pada lambung dan usus. Ada dua bentuk gejala umum yang dapat dilihat bila korban mengalami gangguan pada sistem syaraf sebagai akibat keracunan kronis merkuri, yaitu tremor (gemetar) ringan dan parkinsonisme yang juga disertai dengan tremor pada fungsi otot sadar.
22
2. Keracunan akut Keracunan akut yang ditimbulkan oleh logam merkuri dapat diketahui dengan mengamati gejala-gejala berupa peradangan pada tekak (pharyngitis), dysphagia, rasa sakit pada bagian perut, mual-mual dan muntah, murus disertai dengan darah dan shok. Bila gejala-gejala awal ini tidak segera diatasi, penderita selanjutnya akan mengalami pembengkakan pada kelenjar ludah, radang pada ginjal (nephritis), dan radang pada hati (hepatitis), (Pallar, 2008: 111-113). 2.1.10. Klasifikasi dan Morfologi Ikan 1. Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Dalam perkembanganya pakar perikanan memutuskan bahwa nama ilmiah yang tepat untuk ikan nila adalah Oreochromis niloticus, adapun klasifikasi ikan nila yaitu sebagai berikut. Filum
: Chordata
Subfilum
: Vertebrata
Kelas
: Pisces
Subkelas
: Acanthopterigii
Ordo
: Perciformes
Familia
: Cichlidae
Genus
: Oreochromis
Spesies
: Oreochromis niloticus
Nama Asing
: Nile tilapia
Nama Lokal
: Nila
23
Secara umum, bentuk tubuh nila memanjang dan ramping, dengan sisik berukuran besar. Bentuk matanya besar dengan tepi berwarna putih. Gurat sisi (linea literalis) terputus dibagian tengah tubuh, kemudian berlanjut lagi, tetapi letaknya lebih ke bawah dibandingkan dengan letak garis yang memanjang diatas sirip dada. Jumlah sisik pada gurat sisi 34 buah. Sirip punggung, sirip perut, dan sirip duburnya memiliki jari-jari lemah, tetapi keras dan tajam seperti duri. Sirip punggung dan sirip dada berwarna hitam, pinggir sirip punggung berwarna abuabu atau hitam. Nila memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan hidupnya, sehingga bisa dipelihara didataran rendah yang berair payau hingga didataran tinggi yang berair tawar. Habitat hidup ikan ini cukup beragam, bisa di sungai, danau, waduk, rawa, sawah, kolam atau tambak. Nila dapat tumbuh secara normal pada kisaran suhu 14-380C. Selain suhu, faktor lain yang mempengaruhi kehidupan nila yaitu salinitas atau kadar garam. Nila bisa tumbuh dan berkembang biak di perairan dengan salinitas 0-29% (Khairuman,dan Amri 2008:100-105). Adapun tabel mengenai karakteristik sirip dari ikan nila, yaitu sebagai berikut : Tabel 2.1. Karakteristik Sirip Ikan Nila (Oreochromis niloticus) No 1.
Sirip Punggung
Keterangan Memanjang dari bagian atas tutup insang sampai bagian atas sirip ekor, berjumlah 8 buah 2. Perut 1 pasang 3. Dada 1 pasang 4. Anus 1 buah berbentuk agak panjang 5. Ekor 6 buah Sumber : Khairuman dan Amri, 2008
24
Adapun gambar ikan nila seperti berikut.
Gambar 2.1 Ikan Nila (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2013) 2. Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) Mujair merupakan ikan pemakan segala (omnivora) yang memiliki sifat rakus terhadap pakan. Pakan utamanya adalah lumut-lumutan, lumut lumutan, tumbuhan air, serta serangga dan hewan kecil seperti cacing. cacing. adapun klasifikasi ikan mujair yaitu sebagai berikut : Filum
: Chordata
Subfilum
: Vertebrata
Kelas
: Pisces
Subkelas
: Acanthopterigii
Ordo
: Perciformes
Familia
: Cichlidae
Genus
: Oreochromis
Spesies
: Oreochromis mossambicus
Nama Asing
: Mossambique tilapia
Nama Lokal
: Mujair, ikan Jepang, Jabir
25
Mujair ir mempunyai bentuk badan yang pipih dan bersisik kecil-kecil kecil seperti sisir. Bentuk badan ikan mujair tampak pipih kesamping memanjang, mempunyai garis vertikal, garis pada ekor berwarna merah dan memiliki garis pada sisip ekor berwarna merah dan memiliki garis (gurat sisi ditengah tubuh). Tubuhnya sedikit gepeng, pada bagian depan badan dan kepala bentuknya lebih bulat. Warna tubuhnya nya ada yang hitam, cokelat tua atau abu-abu. abu abu. Warna ikan ini tergantung pada lingkungan atau habitat yang dihuni. Mulut ikan berukuran be agak besar, berada diujung tubuh dan posisi sirip dan gigi halus. Perut terhadap terhada sirip dada berbentuk sejajar, (Setianto,2011: 2-5). Berikut tabel mengenai tulang yang menyusun sirip ikan mujair. mujair Tabel 2.2. Tulang yang menyusun sirip ikan mujair (Oreochromis mossambicus) No Sirip 1. Punggung 2. Perut 3. Dada 4. Anus 5. Ekor Sumber : Setianto, 2011
Keterangan 17 jari-jari keras dan 13 jari-jari jari lunak 1 jari-jari keras melunak dan 5 jari--jari lemah 15 jari-jari lemah 3 jari-jari keras dan 10 jari-jari jari lemah 8 jari-jari jari keras melunak
Adapun gambar ikan mujair yaitu seperti berikut.
Gambar 2.2 Ikan Mujair (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2013)
26
2.2.Kerangka Berpikir 2.2.1. Kerangka Teori Aktivitas Manusia (Pertambangan, Pertanian, Domestik)
Faktor Alam (Hujan, Erosi)
Pencemaran Lingkungan
Limbah Logam Berat (Merkuri) Perairan (Danau) Fitoplankton Zooplankton
Kegiatan Budidaya Kegiatan Penangkapan
Ikan Kecil Ikan Besar (Nila dan Mujair)
Manusia
Keracunan Akut Gambar 2.3 Kerangka Teori
Keracunan Kronis
27
2.2.2. Kerangka Konsep
< 0,5 ppm (Memenuhi Syarat)
Ikan Nila
Ikan Mujair > 0,5 ppm (Tidak Memenuhi Syarat) Kadar Merkuri
< 0,002 ppm (Memenuhi Syarat) Air
> 0,002 ppm (Tidak Memenuhi Syarat) Gambar 2.4 Kerangka Konsep