9
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Sebagai agen pembelajaran guru memiliki peran sentral dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, minimal ada dua parameter yang dijadikan rujukan bagi keberhasilan guru dalam mengemban peran tersebut yaitu kualifikasi pendidikan dan kompetensi. Menurut UUGD pasal 10 kompetensi guru meliputi : 1.
Kompetensi Pedagogik yaitu kemampuan guru mengelola pembelajaran yang meliputi pemahaman terhadap siswa, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan potensi siswa,
2.
Kompetensi Kepribadian, kemampuan guru yang memiliki kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berakhlak mulia.
3.
Kompetensi Sosial, kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan lingkungan sekitar, dan
4.
Kompetensi Profesional, kemampuan guru dalam penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam dalam dan melakukan pengelolaan pembelajaran secara real untuk
membimbing siswa memenuhi standar
kompetensi yang ditetapkan. Dalam hal ini keterampilan mengajar guru merupakan bagian tak terpisahkan dari kompetensi profesional guru seperti yang diungkap Oemar Hamalik (1991 : 47) sebagai berikut : ’Profesional guru mengandung pengertian yang meliputi kepribadian, keilmuan, dan keterampilan. Dengan demikian dapat diartikan bahwa, kompetensi profesional guru tentu saja akan meliputi ketiga unsur itu kendatipun tekanan yang
10
lebih besar terletak pada unsur keterampilan sesuai dengan peranan yang dikerjakannya’. Profesional guru yang dimaksud bahwa untuk menjadi guru yang profesional guru harus memiliki ketiga unsur tersebut, dan unsur yang paling berperan adalah keterampilan mengajar guru.
2. 1 Pengertian Keterampilan Mengajar Guru Keterampilan belajar menurut Yulius S (1984 : 268), adalah ‘tingkat kemampuan, kemahiran atau ketangkasan terhadap sikap atau perilaku’. Sedangkan keterampilan menurut DEKDIKBUD (1984 : 84) ialah ‘kemampuan khusus untuk memanipulasi alat, ide, prinsip dalam melaksanakan suatu kegiatan maupun memasalahkan suatu persoalan, yang meliputi aspek komunikasi (hubungan), komputerisasi dan mekanis (penggunaan alat)’. Selain itu Moh. Uzer Usman (1989) mengemukakan pengertian mengajar, bahwa : ‘Mengajar ialah membimbing siswa dalam kegiatan belajar atau mengandung pengertian bahwa mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasikan lingkungan dalam hubungannya dengan peserta didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan terjadinya proses belajar’ Sehingga yang dimaksud dengan keterampilan mengajar guru ialah kemampuan khusus guru sebagai tenaga pendidik dalam mengorganisir lingkungan belajar bagi siswa dalam hal bimbingan belajar di kelas yang meliputi berbagai aspek pembelajaran yang menimbulkan terjadinya kegiatan belajar mengajar.
11
2.2 Lingkup Keterampilan mengajar guru Secara umum keterampilan mengajar guru merupakan gambaran dari kemampuan guru dalam proses pembelajaran mulai dari persiapan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan dalam menutup pelajaran beserta aspekaspeknya. Merujuk pengertian mengajar menurut Muh Uzer Usman, Dalam hal ini proses mengajar guru dibagi menjadi 2 bagian, yaitu : 1) Set Induction, yaitu usaha/kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan prakondisi bagi siswa agar mental maupun perhatian terpusat pada apa yang dipelajari 2) Closure, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran/kegiatan belajar mengajar Disamping membuka dan menutup pelajaran menutur Muh. Uzer Usman dikatakan juga bahwa dalam proses mengajar dan belajar ada yang disebut dengan langkah-langkah pembelajaran yang menurut Suharsimi Arikunto (1993 : 67) langkah-langkah pembelajaran merupakan ’Usaha dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud yang dicapai kondisi yang optimal, sehingga kegiatan belajar dapat terlaksana seperti yang diharapkan’ Merujuk lingkup keterampilan mengajar di atas penilaian keterampilan mengajar guru menurut Instrumen Penilaian Kinerja Guru II (IPKG II) dalam sertifikasi guru meliputi : 1. Membuka Pembelajaran 2. Kegiatan inti pembelajaran, dan 3. Penutup
12
Sehingga jelaslah bahwa keterampilan mengajar guru di depan kelas, meliputi : 1) Set Induction/membuka 2) Langkah-langkah pembelajaran 3) Closure/menutup
2. 3 Program Latihan Profesi (PLP) Undang-undang tentang guru bagian kesatu kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi. Salah satu kompetensi guru sebagai guru yang profesional adalah didapatkan melalui pendidikan profesi yang merupakan keterampilan mengajar guru di dalam kelas secara langsung atau real, salah satunya adalah PLP. Pelaksanaan kurikulum baru UPI menuntut adanya acuan baru dalam PLP. ‘Acuan baru itu ditandai oleh pengalaman dalam praktik yang mengembangkan berbagai wawasan dan kemampuan teknis yang diperlukan oleh seorang guru atau tenaga kependidikan serta keakraban calon guru di lapangan’ (DEPDIKNAS UPI, 2003 : 15). Untuk itu guru PLP harus diberi kesempatan mencoba dan melatih diri dalam melaksanakan tugas professional guru dengan memperhatikan perubahan di lapangan serta inovasi dalam ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam bidang pendidikan. Oleh karena itu, dalam PLP calon guru tidak hanya melakukan pengembangan kemampuan mengajar, melainkan juga hal – hal yang berkenaan dengan bantuan untuk menanggulangi penyelesaian berbagai hal yang berkaitan dengan kesulitan belajar siswa dan permasalahan pendidikan lainnya.
13
‘Dalam latihan praktik itu para calon guru bukan hanya berkesempatan menerapkan/mengaktifkan pengetahuan teoritisnya, tetapi juga akan memperoleh pengalaman baru yang tidak akan didapat dalam teori yang berguna untuk melengkapi pengetahuan profesi yang telah dimilkinya” (Oemar Hamalik, 1975 : 8)’. Melalui kegiatan Program Profesi Lapangan ini, guru PLP banyak mendapat pengetahuan serta pengalaman sebagai bekal guna menghadapi tugas mengajar apabila kelak ia menjadi tenaga pengajar.
2.4 Lingkup Keterampilan Mengajar Guru PLP Perbaikan kualitas guru sejalan dengan perbaikan pendidikan di Indonesia menuntut institusi pendidikan untuk memperbaiki kualitas lulusannya agar menjadi tenaga pengajar yang berkompeten. ’Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar siswa berada pada tingkat optimal” (Jaka Herwandi, 2000 : 13). Lingkup keterampilan mengajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keterampilan mengajar guru PLP yang penilainnya disesuaikan dengan pedoman dalam kompetensi profesional guru dan yang ditetapkan oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Program Latihan Profesi (PLP) yang dibatasi oleh beberapa aspek, yaitu : A. Set Induction/Kemampaun membuka pelajaran a. Menarik perhatian siswa b. Memotivasi siswa c. Membuat kaitan materi pelajaran pada pertemuan sebelumnya d. Memberikan acuan materi yang akan diajarkan
14
B. Kemampuan dalam Langkah-langkah Pembelajaran 1
Sikap guru PLP dalam proses belajar mengajar a. Kejelasan suara dalam komunikasi dengan siswa b. Tidak melakukan gerakan dan atau ungkapan yang mengganggu perhatian siswa c. Antusiasme mimik dalam penampilan d. Mobilitas posisi tempat dalam kelas
2
Penguasaan materi pembelajaran a. Memposisikan materi ajar yang disampaikan dengan materi lainnya yang terkait b. Kejelasan dalam menerangkan materi pelajaran sesuai aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik c. Kejelasan dalam memberikan contoh/ilustrasi d. Mencerminkan penguasaan materi pelajaran secara proporsional
3
Mengelola Kelas a. Mencerminkan komunikasi guru-siswa b. Antusias dalam menanggapi dan menggunakan respon dari siswa c. Cermat dalam memanfaatkan waktu
4
Penggunaan media belajar a. Memperhatikan prinsip penggunaan jenis media b. Tepat saat penggunaan c. Terampil saat mengoperasikan d. Membantu kelancaran proses belajar mengajar
15
5
Evaluasi a. Melakukan evaluasi berdasarkan tuntutan aspek kompetensi b. Melakukan evaluasi sesuai alokasi waktu yang direncanakan
C. Closure/Kemampuan menutup pelajaran a. Meninjau kembali/menyimpulkan materi pelajaran b. Memberi kesempatan bertanya c. Menugaskan kegiatan ko-kulikuler d. Menginformasikan materi pelajaran untuk pertemuan selanjutnya A. Set induction/kemampuan membuka pelajaran ’Secara sederhana membuka pelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan untuk menciptakan suasana siap mental’. (Soli Abimanyu, 1984 : 2). Untuk lebih jelasnya, di bawah ini merupakan penjelasan tentang kemampuan membuka pelajaran Yang dimaksud dengan membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar terpusat pada hal-hal yang akan dipelajari. Kegiatan membuka pelajaran semacam itu tidak saja harus dilakukan guru pada awal jam pelajaran, tetapi juga pada awal setiap penggal kegiatan dari inti pelajaran yang diberikan selama jam pelajaran itu.
B. Kemampuan dalam Langkah-langkah Pembelajaran 1. Sikap Guru dalam Proses Belajar Mengajar
16
Informasi dan ilmu yang disampaikan ketika proses belajar mengajar di dalam kelas berkaitan dengan sikap guru dalam kelas. Untuk menciptakan suasana siap mental siswa terhadap hal-hal yang akan dipelajari, guru dapat melakukan usaha-usaha memberikan acuan dan membuat kaitan antara materi pelajaran yang telah dikuasai siswa dengan bahan baru yang akan dipelajari. Hal ini tentu saja menuntut guru untuk bersikap lebih baik dan luwes saat berada dalam kelas terutama dalam proses belajar mengajar. Sikap guru dalam kegiatan belajar mengajar diantaranya meliputi kejelasan suara, tidak melakukan gerakan atau ungkapan yang mengganggu perhatian siswa, antusiasme mimik dan penampilan, dan mobilitas posisi guru dalam kelas. Sikap guru tersebut akan menimbulkan pendapat dan kesan siswa yang didapat melalui pengamatan secara audio dan visual. 2. Penguasaan Materi Pelajaran Ketika menyampaikan atau mentransfer ilmu kepada siswa, guru harus mempersiapkan materi apa yang akan disampaikan. Materi sendiri merupakan objek yang akan disampaikan kepada subjek atau peserta diklat dengan sempurna. Kesempurnaan materi yang disampaikan tergantung dari sejauh mana guru menguasai materi itu sendiri. Maka sebelum menyajikan bahan materi yang disampaikan, guru harus dapat menguasai materi atau bahan ajar dengan baik. Adapun penjabaran mengenai penguasaan materi pelajaran diantaranya materi pelajaran disampaikan secara bertahap, kejelasan dalam menerangkan materi
pelajaran,
kejelasan
dalam
memberikan
contoh/ilustrasi,
mencerminkan penguasaan materi pelajaran secara proporsional.
dan
17
3. Mengelola Kelas Langkah-langkah guru dalam pembelajaran yang menyangkut materi ajar harus menggunakan materi ajar yang sesuai menurut rencana pengajaran pembelajaran. Kemudian ketika pembelajaran berlangsung guru harus dapat berkomunikasi baik dengan siswa khususnya menyangkut masalah belajar. Selain itu guru harus dapat tanggap dan antusias terhadap respon dari siswa. Dan selanjutnya guru harus dapat mencermati waktu dengan memanfaatkan waktu sesuai alokasi yang direncanakan. 4. Penggunaan Media Belajar Penyampaian materi yang monoton tanpa didukung media belajar dapat menimbulkan rasa bosan siswa terhadap pelajaran, apabila rasa bosan mulai timbul, maka penyampaian materi kepada siswa tidak akan sempurna. Media belajar sebagai salah satu unsur penting dalam melengkapi bahan ajar yang disampaikan, dan memiliki efek yang cukup tinggi untuk menarik perhatian siswa terhadap materi yang disampaikan. Sehingga siswa merasa tertarik dan memiliki rasa ingin tahu tinggi terhadap pelajaran yang disampaikan. Media dapat digolongkan menjadi jenis media yang dapat dilihat (visual), media yang dapat didengar (visual), media yang dapat dilihat dan didengar (audio visual), media yang dapat diraba, ataupun media yang dapat dilihat, didengar dan diraba. Langkah-langkah yang dilakukan guru ketika menggunakan media yaitu dengan : a. Memperhatikan prinsip penggunaan jenis media b. Tepat saat menggunakan media
18
c. Terampil saat mengoperasionalkan media, dan d. Menggunakan media yang membantu kelancaran proses belajar mengajar 5. Evaluasi Evaluasi merupakan salah satu tes atau uji kompetensi siswa selama mengikuti pelajaran. Evaluasi dapat dilihat pada proses dan hasil belajar. Pada aspek ini dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu melakukan penilaian awal, memantau kemajuan belajar, dan melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi. Melakukan penilaian awal dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan/tugas terkait kompetensi yang akan dicapai, termasuk prasyarat pada awal pembelajaran. Memantau kemajuan belajar dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan/tugas terkait kompetensi yang akan dicapai, selama proses pembelajaran termasuk assessment otentik dan melakukan penilaian dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan juga tugas terkait kompetensi yang dicapai, pada akhir pembelajaran sesuai alokasi waktu yang direncanakan. C. Closure/Kemampuan menutup pelajaran Menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran, yaitu dengan meninjau kembali dan menyimpulkan materi pelajaran yang telah diterima peserta didik, setelah menyimpulkan guru memberi kesempatan bertanya kepada siswa dengan maksud agar guru mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap pelajaran yang disampaikan, kemudian menugaskan atau memberikan pekerjaan rumah agar siswa tidak segera melupakan apa yang dipelajarinya. Dan yang terakhir adalah menginformasikan
19
materi pelajaran yang akan diberikan pada pertemuan selanjutunya dengan maksud agar siswa dapat mempersiapkan dan membaca materi sebelum diterangkan lebih jauh dan mendalam.
2.5 Pengertian Persepsi Persepsi merupakan istilah serapan dari bahasa Inggris yaitu ”perception” yang dapat diterjemahkan dengan arti ”penglihatan, keyakinan, dapat melihat atau mengerti”. Menurut Gunawan Jiwanto (1985 : 15) ’Persepsi sebagai proses pengamatan yang dilakukan individu terhadap objek psikologik tertentu dengan komponen kognisi yang akan menimbulkan ide, kemudian konsep apa yang telah diamati dan berdasarkan norma yang telah dimiliki yang akhirnya terjadi keyakinan terhadap objek tertentu’ Dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah proses pemberian makna atau kesan oleh seseorang berupa pandangan dan pendapat terhadap objek tertentu, sehingga melalui prosesnya seseorang dapat menyimpulkan sesuatu mengenai suatu objek. Dalam penelitian ini, yang ingin diketahui adalah pendapat dan kesan siswa pada kenyataan yang sebenarnya terhadap keterampilan mengajar guru PLP.
2.6 Proses Pembentukan Persepsi Menurut Santhy Handayani (2005 ; 8), persepsi pada dasarnya hanya akan terjadi bila individu menerima rangsangan dari luar dirinya, sehingga persepsi akan timbul setelah adanya pengamatan terhadap objek.
20
Persepsi seseorang tidaklah timbul begitu saja, melainkan dipengaruhi beberapa faktor baik eksternal maupun internal, seperti yang dikatakan Jalaludin Rakhmat (1986 : 72), sebagai berikut : a. Faktor-faktor yang bersifat fungsional, diantaranya kebutuhan, pengalaman, motivasi, perhatian, emosi, dan suasana hati. b. Faktor yang bersifat struktural, diantaranya intensitas rangsangan, ukuran rangsangan, perubahan rangsangan, dan pertentangan dari rangsangan. c. Faktor kultural atau kebudayaan yaitu norma-norma yang dianut oleh individu. Berdasarkan
uraian
di
atas,
dapat
disimpulkan
bahwa persepsi
seseorang/individu dipengaruhi oleh faktor bersifat fungsional, struktural, dan kutural yang dirasakan berbeda-beda oleh tiap individu. Oleh karena itu persepsi tiap individu berbeda-beda.
2.7 Persepsi Siswa Seringkali timbul pendapat bahwa tidaklah layak siswa dimintai pendapat atau tanggapan bahkan menilai mengenai keterampilan mengajar guru. Alasan pendapat ini adalah pengetahuan siswa tentang keterampilan mengajar gurunya tidak sepadan dengan pengetahuan guru. Pada kenyataannya alasan ini dapat dibenarkan, akan tetapi siswa sebagai salah satu indikator/parameter tarcapainya tujuan pendidikan justru merupakan objek yang paling berkepentingam di dalam interaksi belajar mengajar. Bagaimanapun juga tindakan-tindakan guru harus berorientasi pada kemampuan dan kebutuhan siswa.
21
Guru tidak boleh menganggap baik dengan menilai dirinya sendiri. ”Seorang guru yang baik dan bijaksana ditinjau dari sudut murid dan bukan dari sudut guru itu sendiri”. (Winarno Surakhmad 1980 : 138).
2.8 Pengertian Prestasi Belajar ’Prestasi belajar adalah keseluruhan kecakapan hasil capai (achievement) yang diperoleh melalui proses-proses belajar di sekolah, yang dinyatakan dengan nilainilai dari prestasi belajar berdasarkan hasil tes prestasi belajar’. (Moh. Surya, 1979: 174). Demikian pula dengan pendapat Abas Nurdin (1984: 41) yang berkenaan dengan prestasi belajar : ’Prestasi belajar pada hakikatnya adalah hasil belajar yang dimanifestasikan kedalam diri individu dan dimanifestasikan kedalam pola tingkah laku dan perubahan skill pada pengetahuan dan dapat dilihat pada nilai hasil belajar itu sendiri’. Adapun aspek-aspek yang dinilai dalam pengajaran menurut B.S Bloom , yaitu : 1) Domain kognitif adalah sekelompok tingkah laku yang tergolong dalam kemampuan berfikir atau intelektual atau disebut juga bidang kemampuan intelektual/pengetahuan.Yang termasuk dalam domain kognitif, yaitu : •
Ingatan/pengetahuan siswa, yaitu kemampuan siswa mengenal dan mengingat materi yang sudah dipelajari
•
Pemahaman siswa, yaitu kemampuan siswa untuk mengerti dan memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui atau diingat dan memaknai arti dari bahan maupun materi yang dipelajari
22
•
Penerapan/aplikasi, yaitu kemampuan menggunakan atau menerapkan pengetahuan atau menggunakan ide-ide umum, prinsip-prinsip yang sudah dimiliki pada situasi baru dan konkret
•
Analisis, yaitu kemampuan mengkaji atau menguraikan sesuatu bahan atau keadaan ke dalam komponen-komponen yang lebih spesifik, serta mampu memahami hubungan diantara keduanya
•
Sintesis, yaitu kemampuan memadukan berbagai konsep atau komponen, sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru.
•
Evaluasi, yaitu kemampuan memberikan pertimbangan atau penilaian terhadap gejala atau peristiwa berdasarkan norma-norma kriteria tertentu.
2) Domain Afektif adalah kelompok tingkah laku dalam belajar yang tergolong dalam kemampuan dalam sikap dan nilai, yang termasuk dalam domain afektif adalah : •
Kemampuan menerima (receiving atau attending), yaitu kemampuan siswa untuk mengikuti atau menerima fenomena khusus atau stimuli atau rangsangan (misalnya kegiatan kelas, buku teks, dll) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dll.
•
Kemampuan menganggapi (responding), yaitu kemampuan memberikan respon yang berkenaan dengan partisipasi aktif dari siswa (misalnya membaca untuk kesenangan).
•
Kemampuan menilai (valuing), yaitu kemampuan siswa dalam memberi penghargaan atau memberi penilaian terhadap suatu subyek, gejala atau
23
tingkah laku.(misalnya keinginan untuk meningkatkan keterampilan kelompok). •
Kemampuan mengorganisasi (organization), yaitu kemampuan memberi penilaian yang menyangkut atau berhubungan dengan mempersatukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan pertentangan antara nilai-nilai tersebut
dan
mulai
membangun
satu
sistem
nilai-nilai
yang
konsisten.(misalnya mengenal tanggung jawab dari setiap individu untuk meningkatkan hubungan manusia). •
Kemampuan
menyatakan
(characterization),
yaitu
kemampuan
menyatakan/melukiskan watak yaitu kemampuan mengontrol tingkah lakunya untuk jangka waktu yang cukup lama. (misalnya personal, sosial, emosional). 3) Domain psikomotorik adalah kelompok tingkah laku dalam bentuk keterampilan otot atau keterampilan fisik atau kemampuan skill dan bertindak. Yang termasuk dalam domain psikomotorik adalah : •
Berdasarkan Kebiasaan/gerak dasar yang fundamental, misalnya segera memasuki kelas saat guru datang.
•
Keterampilan karena bimbingan/kemampuan, misalnya kemampuan membedakan permukaan halus dan kasar.
•
Keterampilan berdasarkan kesiapannya/kemampuan fisik, misalnya daya tahan, kekuatan, keluwesan
•
Keterampilan berdasarkan pemahaman (misalnya setelah memahami pelajaran siswa langsung pergi ke perpustakaan)
24
•
Kemampuan
berkomunikasi
nondiskursive,
yaitu
kemampuan
berkomunikasi secara non-verbal (misalnya mengacungkan tangan). Kemampuan psikomotorik tidak berdiri sendiri, melainkan saling berhubungan dengan kemampuan afektif. Kemampuan psikomotorik bertindak setelah menerima pengalaman belajar tertentu atau hasil belajar domain afektif dapat menjadi hasil belajar psikomotorik. Penilaian dalam mata diklat praktik konstruksi batu dan beton aspek yang dinilai adalah aspek psikomotorik yang terlahir dari aspek kognitif dan afektif, yaitu penilaian terhadap kemampuan skill dalam bertindak, sebab dalam mata diklat praktik konstruksi batu dan beton hasil yang dinilai berupa hasil kerja praktik siswa dalam membuat suatu konstruksi batu dan beton.
2.9 Mengukur Prestasi Belajar Mengukur prestasi belajar yang dilaksanakan oleh seorang guru dengan menggunakan alat ukur akan memberikan hasil ukur yang bersifat kuantitatif atau nilai. ’Pengukuran adalah penetapan/pemberian angka terhadap objek atau fenomena menurut aturan tertentu’. (Stevens, 1951) Menurut Syaiful Bahri Djamarah (1994 : 21) ‘Prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka dan nilai – nilai yang terdapat di dalam kurikulum’. Dan Menurut kamus besar bahasa Indonesia (1989) ‘penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran dan ditunjukkan dengan tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru’.
25
Sehingga prestasi belajar merupakan hasil penilaian tentang kemajuan siswa setelah melakukan aktivitas belajar, yang dituangkan dalam bentuk nilai perolehan siswa pada akhir kenaikan tingkat. Hal ini menunjukkan prestasi tidak dapat diketahui tanpa dilakukan penilaian atas hasil aktivitas belajar siswa, atau dengan kata lain melakukan evaluasi merupakan cara mengukur prestasi. Evaluasi berfungsi mengukur tingkat pencapaian prestasi belajar siswa, juga memiliki fungsi psikologis yang cukup berpengaruh bagi siswa, guru, dan orang tua. Pada umumnya, guru menggunakan sekumpulan soal untuk mengukur dan menilai hasil belajar siswa. Hamzah B. Uno (2006: 94) memaparkan ‘Apabila guru mengukur siswa sebagai objek yang akan diukur dengan alat ukur berupa sekumpulan soal, maka hasil pengukuran yang didapat berupa angka. Kemudian untuk mengambil keputusan, angka yang diperoleh itu ditransformasikan kedalam nilai A, B, C, dan seterusnya’ Dalam penelitian ini prestasi belajar yang akan diperoleh berupa nilai pada setiap pertemuan atau pada setiap kegiatan belajar mengajar yang diakumulasikan dengan tes akhir, sehingga didapatkan nilai rapor kelas X TKB dan X TSP 2 pada mata diklat praktik konstruksi batu dan beton. Hal ini juga berdasarkan pada nilai yang didapatkan dari sejumlah kemampuan psikomotor. Sehingga nilai rapor ini dapat dikatakan telah dapat menunjukkan prestasi belajar siswa. Prestasi belajar siswa dilihat dari aspek pskomotorik yaitu keterampilan praktik di bengkel yang penilaiannya terdiri dari enam kriteria sesuai dengan standar penilaian di SMKN 5 Bandung, yaitu: a.
Konstruksi
b.
Penampilan
26
c.
Profesionalisme Kerja
d.
Kerapihan area konstruksi
e.
Kebersihan lingkungan praktik
f.
Penggunaan alat praktik
g.
Ketepatan waktu praktik Dan masing-masing kriteria dibenikan skor maksimal , sehingga diperoleh
skor tertinggi untuk satu konstruksi sebesar 90. Dalam praktik batu dan beton guru tidak memberikan nilai diatas 90, karena nilai 90 keatas termasuk nilai kesempurnaan konstruksi sehingga tidak diperlukan lagi proses perbaikan atau koreksi. Untuk menentukan nilai rapor, guru mengikuti keriteria nilai kelulusan untuk kelas X TKB dan TSP 2 pada mata diklat produktif di bawah ini Tabel 2.1 Kriteria Nilai Kelulusan Produktif Kelas X Rentang Nilai Hasil 90-100
A
Amat Baik
80-89
B
Baik
70-79
C
Cukup
Sumber : SMK negeri 5 Bandung
2.10 Hubungan Antara Persepsi Siswa tentang Keterampilan Mengajar Guru Program Latihan Profesi (PLP) terhadap Prestasi Belajar Siswa Keterampilan mengajar guru tidak lepas dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa, yaitu aspek yang menunjang keberhasilan guru dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Aspek kognitif yang merupakan kemampuan
27
dalam penguasaan ilmu pengetahuan, aspek afektif merupakan kesadaran atau keinginan siswa dalam menerima pelajaran, dan psikomotorik adalah kemampuan gerak tubuh siswa atau rangsangan setelah menerima pengalaman belajar. Dan tugas guru dalam membina ke 3 aspek tersebut agar tercapai tujuan pendidikan yang diinginkan.Sehingga jelas bahwa keterampilan mengajar merupakan salah satu unsur kompetensi profesional seorang guru yang mutlak diperlukan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
Gambar 2.1 Diagram faktor-faktor faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa
28
(Purwanto, 2004 : 107) Menurut Purwanto prestasi belajar siswa dipengaruhi 2 faktor, yaitu faktor luar dan dalam, dan keterampilan mengajar guru merupakan salah satu faktor luar yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Tujuan yang diharapkan guru sebagai salah satu faktor luar prestasi belajar siswa dalam proses belajar mengajar ialah optimalnya prestasi belajar siswa, namun hal tersebut tentu saja menuntut guru untuk senantiasa memperbaiki keterampilan mengajarnya apabila tujuan tersebut belum dapat tercapai. Dengan demikian, ada timbal balik antara apa yang dikerjakan oleh guru dengan hasil yang dicapai. Hal ini sekaligus menjadi ukuran bagi guru untuk mengetahui kualitas keterampilan mengajarnya.