BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONDISI DAN TEORI 2.1. Pendahuluan Dalam Bab ini diuraikan kajian pustaka, kondisi dan kebijakan pasar konstruksi nasional, kebijakan tenaga kerja konstruksi pekerjaan jalan, sistem dan kondisi ketenagakerjaan nasional dan definisi, pemahaman, ruang lingkup dan pengukuran kinerja daya saing tenaga kerja konstruksi pekerjaan jalan. Dalam teori yang terkait dengan kinerja daya saing tenaga kerja konstruksi pekerjaan jalan dilakukan identifikasi faktor dan variabelnya serta cara analisis penelitian. Untuk itu dipelajari konsep tentang kinerja tenaga kerja dan kinerja daya saing, manfaat peningkatan kinerja daya saing tenaga kerja pekerjaan jalan konstruksi bagi kontraktor dan pasar konstruksi. Dalam penelitian ini digunakan cara pendekatan manajemen risiko pada peningkatan kinerja tenaga kerja konstruksi untuk upaya peningkatan kinerja daya saing. Sebagai cara pembuktian dari suatu penelitian harus dilakukan analisis penelitian. Dalam penelitian ini analisisnya dilakukan dengan pendekatan manajemen risiko. Dari populasi dan sampel penelitiannya, disusun metode dan instrumen pengumpulan data serta cara melakukan analisis data. Analisis ini akan menguraikan bagaiamana dampak risiko pada kinerja daya saing, mencari variabel risiko yang paling menentukan kinerja daya saing, bagaimana melakukan mitigasi risiko dan penanganan risiko. Semua rangkaian analisis ini perlu diuji kembali dengan cara simulasi model. 2.2. Peran tenaga kerja konstruksi dalam persaingan usaha. Persaingan usaha dapat dapat terjadi dalam skala lokal di tingkat nasional maupun dalam skala internasional. Persaingan global adalah persaingan usaha untuk pekerjaan berskala internasional baik yang berada di Indonesia maupun di negara lain. Peningkatan teknologi dengan menggunakan peralatan yang lebih baru dan meningkatkan kapabilitas teknik, akan mengarahkan perusahaan untuk memenangkan persaingan. Dengan menggunakan teknologi yang lebih baik, metoda pelaksanaan yang efisien akan meningkatkan produktifitas tenaga
8 2008. Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI.,
Universitas Indonesia
kerjanya yang merubah sumber daya menjadi nilai tambah. 10 Untuk meningkatkan keuntungan, perusahaan harus meningkatkan produktifitas tenaga kerja, dan untuk ini maka diperlukan peralatan dan metoda pelaksanaan baru. Dalam persaingan global, competitiveness merupakan kunci dari survival dan long-run growth baik pada level perusahaan maupun nasional yang dilakukan dengan peningkatan produktifitas. Cara perusahaan dalam meningkatkan produktifitas tenaga kerjanya yaitu dengan technical and allocative efficiency dan technical progress, yang keduanya saling memperkuat satu dengan lainnya. 11 Kemampuan perusahaan untuk memanfaatkan technical progress akan lebih kuat lagi dengan meningkatkan kapabilitas manajerial dan teknologinya melalui strategi daya saing yaitu learning and adaption dan innovation. Hal ini ditunjukkan dalam Gambar 2.1. Competitiveness Strategy dari perusahaan konstruksi. Competitiveness Strategies Investment
Capital Deepening
Increase in Worker Productivity
Technical Progress
Learning and Adaptation
Innovation
Skill, Professional, Managerial and Technological Capabilities
Bahan : diolah dari Competitiveness in Developing Asia.
Gambar 2.1. Competitiveness strategies dari perusahaan konstruksi. Dari uraian di atas tergambarkan bahwa kinerja daya saing tenaga kerja konstruksi yang berupa bagian dari daya saing perusahaan, merupakan faktor dari
10 11
Competitiveness in Developing Asia, p 214, 2003. Competitiveness in Developing Asia, p 215, 2003
9 2008. Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT UI.,
Universitas Indonesia
skill, profesionalisme dan kapabilitas manajerial serta keteknikannya yang dapat meningkatkan produktifitasnya. 2.3. Kondisi dan kebijakan tenaga kerja konstruksi pekerjaan jalan. 2.3.1. Kondisi tenaga kerja konstruksi pekerjaan jalan. Pada umumnya pendidikan tenaga kerja konstruksi kita lebih rendah dibanding dengan kinerja tenaga kerja konstruksi dari negara-negara maju. Data BPS menyebutkan bahwa tenaga kerja yang berpendidikan SD 64 %, SMP 13 %, SMA 16%, Diploma 3 % dan Sarjana 2,6 % 12. Kondisi ini jauh tertinggal jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Thailand, Malaysia, dan Filipina, dimana jumlah tenaga kerja yang berpendidikan tinggi mencapai lebih dari 10 %. Tenaga kerja konstruksi pada umumnya dan tenaga kerja konstruksi pekerjaan jalan khususnya untuk tingkat pelaksana umumnya tidak berpendidikan formal. Untuk tingkat teknisi dan manajerial mempunyai latar pendidikan formal, walaupun belum sepenuhnya berdasarkan sistem pendidikan yang sesuai dengan keperluan pasar kerja konstruksi. Selain itu belum tertatanya standar kompetensi tenaga kerja untuk berbagai bidang pekerjaan konstruksi, khususnya dalam pekerjaan jalan. Penetapan standar kompetensi tersebut bertujuan untuk menstandarisasi dan meningkatkan kemampuan, keterampilan, dan sikap pekerja. 13 Standar kompetensi ini juga bertujuan pula untuk memperoleh pengakuan profesi dari dunia internasional, meningkatkan kualitas hasil pekerjaan, serta meminimalisasi risiko dari hasil pekerjaan. 14. Tenaga kerja dalam sektor konstruksi pada umumnya adalah pekerja tidak tetap. Tenaga kerja jasa konstruksi pekerjaan jalan dapat bekerja pada usaha perencana, pelaksana maupun pengawas jasa konstruksi. 2.3.2. Pekerjaan jalan. Pekerjaan pada proyek jalan meliputi berbagai jenis pekerjaan, setiap pekerjaan dikelompokkan berdasarkan uraian pekerjaan. Pendekatan yang dapat dilakukan untuk menyusun sebuah rincian pekerjaan dikenal dengan Work Breakdown Structure (WBS). Tujuan utama dari pendekatan WBS ini adalah 12
BPS: Stratifikasi Pendidikan Formal Angkatan Kerja, 1995. Jacob Nuwa Wea, Antara Kualitas Pencari Kerja dan Pasar, (www.suarapublik.org. 2005). 14 LPJK, Workshop Harmonisasi Standar Kompetensi 5 Bidang Jasa Konstruksi, (Jakarta: LPJKN, 2003). 13
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT 10 UI., 2008.
Universitas Indonesia
untuk menguraikan jenis-jenis pekerjaan pada suatu proyek. Uraian ini digunakan untuk perencanaan tenaga kerja sesuai dengan jenis pekerjaannya. Berdasarkan sifatnya proyek jalan dapat dibagi menjadi dua, yaitu proyek jalan baru dan proyek peningkatan. 15 Pada umumnya pekerjaan pada proyek jalan baru terdiri dari pekerjaan persiapan berupa pekerjaan tanah yang meliputi pekerjaan galian dan timbunan terutama untuk alignment atau pelurusan yang melalui daerah perbukitan dan konstruksi pembuatan jalan itu sendiri. Sedangkan proyek peningkatan merupakan pekerjaan pelapisan ulang pada jalan yang kondisinya telah menurun. Dilihat dari jenis perkerasannya, jalan dibagi menjadi dua yaitu perkerasan lentur atau flexible pavement dan perkerasan kaku atau rigid pavement (Asiyanto, 2003), serta jenis perkerasan lain seperti perkerasan komposit, beton prategang, cakar ayam dan conblok. 16 Struktur jalan untuk jenis flexible pavement pada dasarnya terdiri dari: 17
Subgrade – berupa tanah dasar baik galian maupun timbunan
Subbase / base course
Surface course
Menurut Asiyanto (2003), metode pelaksanaan pekerjaan jalan, dengan flexible pavement dapat dijelaskan dengan urutan kerja sebagai berikut: 1. Pekerjaan Persiapan 2. Pekerjaan Pengukuran 3. Pekerjaan Subgrade 4. Pekerjaan Subbase 5. Pekerjaan Mixtrial & Percobaan Pemadatan Hot Mix 6. Pekerjaan Base (ATB) 7. Pekerjaan Surface Material surface dibuat dari aspal beton, dengan ukuran agregat lebih halus dan void-nya lebih kecil yang berfungsi sebagai lapisan kedap air. 8. Cement Trade Base (CTB) 9. Pekerjaan Test Sampling 15
Asiyanto, , Metoda Pelaksanaan Pekerjaan Jalan Aspal, (Jakarta: Fakultas Teknik, UI, 1999). Listiana Rozana, ”Peningkatan Produktifitas Tenaga Kerja Konstruksi Pekerjaan Jalan Berdasarkan Elemen Waktu Kerja”, Tesis, Fakultas Teknik, UI, 2005. 17 Ibid 16
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT 11 UI., 2008.
Universitas Indonesia
10. Pekerjaan Bahu Jalan 11. Pekerjaan Marking Untuk pekerjaan marka jalan dapat dikerjakan secara manual atau menggunakan alat khusus untuk pekerjaan ini. 12. Pekerjaan Aspal Beton 13. Pekerjaan Pengetesan Pekerjaan jalan dibagi berdasarkan karakteristiknya sebagaimana diuraikan dalam Tabel 2.1. dan Tabel 2.2. Tabel 2.1. Karakteristik Jaringan Jalan 18 Sistem Jaringan Jalan
Klasifikasi Fungsi Jalan
Klasifikasi Administrasi
Wewenang Pembinaan
Arteri
Jalan tol Jalan nasional
PT. Jasa Marga
Jalan propinsi
Pemerintah Propinsi
Jalan kabupaten
Pemerintah Kabupaten
Klas 1 Sistem primer
Kolektor
Klas 2 Klas 3 Klas 4
Sistem sekunder
Lokal Arteri Kolektor Lokal
Jalan kota kotamadya
Dep. Pek Umum
/ Pemerintah Kota / Kotamadya
Tabel 2.2. Klasifikasi Jalan Berdasarkan Peruntukannya
18
Fisik Kewenangan & Kepemilikan
Peruntukannya
Bentuk Jalan
Publik
Jalan Umum
Semi Private
Jalan Tol
Private
Jalan Khusus
Pemerintah Pemerintah Swasta Swasta Perorangan
Sumber Dana Pemerintah, Dana Bantuan & Swasta dan Pengguna Jalan Tol & Swasta dan Perorangan
Purnomo, Manajemen Pembangunan Jalan, Seminar Orientasi Pegawai Baru di Proyek Induk Pembangunan Jalan Jalur Pantura, 2005.
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT 12 UI., 2008.
Universitas Indonesia
Pembagian klasifikasi usaha jasa konstruksi pekerjaan jalan berdasarkan Central Product Classification (CPC) adalah seperti terlihat dalam Tabel 2.3. Tabel 2.3. Pembagian Bidang Usaha Konstruksi Berdasarkan CPC 19 DIVISION
GROUP
CLASS
SUB CLASS
54 542 5421
5422
5429
54290
5431
54310
5432
54320
5433
54330
5440
54400
543
544
545 5451 54511 54512 5452
19
TITLE Construction services (Jasa konstruksi) General construction services of civil engineering works (Jasa konstruksi umum pekerjaan teknik sipil) General construction services of highways (except elevated highways), streets, roads, railways and airfield runways (Jasa konstruksi umum jalan raya (kecuali jalan layang), jalan rel kereta dan landasan terbang) General construction services of bridges, elevated highways, tunnels and subways (Jasa konstruksi umum jembatan, jalan laying, terowongan dan jalan bawah tanah) General construction services of other engineering works n.e.c (Jasa konstruksi umum pekerjaan-pekerjaan teknik sipil lainnya) Site preparation services (Jasa persiapan lokasi pekerjaan) Demolition services (Jasa pembongkaran) Site formation and clearance services (Jasa pembentukan dan perizinan lokasi pekerjaan) Excavating and earthmoving services (Jasa penggalian dan peningkatan tanah) Assembly and erection of prefabricated constructions (Perakitan dan pembangunan konstruksi prefabrikasi) Assembly and erection of prefabricated constructions (Perakitan dan pembangunan konstruksi prefabrikasi) Special trade construction services (Jasa konstruksi khusus) Pile driving and foundation services (Jasa pemasangan tiang pancang dan pondasi) Pile driving services (Jasa pemasangan tiang pancang) Foundation services (Jasa pemasangan pondasi) Construction framing services (Jasa konstruksi kerangka)
Central Product Classification – Version 11, United Nation, 2000.
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT 13 UI., 2008.
Universitas Indonesia
DIVISION
GROUP
CLASS
SUB CLASS
TITLE
54521
Building framing services (Pembangunan konstruksi kerangka) Roofing and water proofing services (Jasa pemasangan atap dan kedap air) Concrete services (Jasa konstruksi beton) Structure steel erection services (Jasa pemasangan kerangka baja) Masonry services (Jasa pemasangan batu) Scaffolding services (Jasa pemasangan perancah) Other special trade constructions services (Jasa konstruksi khusus lainnya)
5453
54530
5454
54540
5455
54550
5456
54560
5457
54570
5459
54590
Klasifikasi usaha untuk pekerjaan jalan berdasarkan Peraturan LPJK No. 11 tahun 2006 tentang registrasi usaha pelaksana konstruksi dan No. 12 tahun 2006 tentang registrasi usaha perencana dan pengawas konstruksi ditunjukkan dalam Tabel 2.4. untuk pekerjaan pelaksana konstruksi dan Tabel 2.5. untuk pekerjaan perencana dan pengawas konstruksi. Tabel 2.4. Bidang Pekerjaan Sipil Untuk Pelaksana Jalan 20 BIDANG PEKERJAAN Pekerjaan utama Jalan raya, jalan lingkungan
URAIAN PEKERJAAN
Jasa pelaksana pembangunan diluar jalan layang, seperti jalan raya, jalan lingkungan, jalan untuk kendaraan lain, jalan untuk pejalan kaki, serta tempat parkir kendaraan Jasa instalasi penghalang tabrakan, tembok median, rambu lalu-lintas dan sejenisnya Jasa pengecatan marka jalan, tempat parkir dan permukaan lainnya Termasuk perawatannya
Jalan kereta api
Lapangan terbang dan runway
20
Jasa pelaksana jalan kereta api mencakup : o Jasa pemasangan bantalan dan rel o Jasa pemasangan switch gear, points dan perlintasan kereta o Jasa instalasi sistem pengendalian dan keamanan dari jalur jalan kereta api dan rambu lalu lintas pada perlintasan kereta Jasa pelaksana jalan kereta api sistem funicular dan kereta gantung Termasuk perawatannya
Jasa pelaksana di pelabuhan udara, termasuk taxiways, dan apron untuk pesawat terbang Termasuk perawatannya
Peraturan LPJK No. 11 tahun 2006.
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT 14 UI., 2008.
Universitas Indonesia
BIDANG PEKERJAAN
URAIAN PEKERJAAN
Jembatan
Jasa pelaksana jembatan jalan raya. Jasa pelaksana jembatan kereta api Jasa pelaksana jembatan penyeberangan pejalan kaki Termasuk perawatannya
Jalan layang
Jasa pelaksana pembangunan jalan yang beda elevasi untuk jalan raya dan jalan kereta api termasuk jasa instalasi tembok pengaman dan rambu lalu-lintas Termasuk perawatannya
Terowongan
Jalan yang menembus pegunungan untuk jalan raya dan jalan kereta api Termasuk perawatannya
Jalan bawah tanah
Jalan yang dibuat dibawah tanah (sub way) Termasuk perawatannya
Drainase
Jasa pelaksana untuk saluran drainase kota Jasa pelaksana untuk saluran drainase jalan Termasuk perawatannya
Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan Penghancuran
Pekerjaan Penyiapan pengupasan lahan
dan
Pekerjaan Penggalian pemindahan tanah
dan
Jasa penghancuran dan perobohan bangunan gedung dan struktur lainnya Jasa penghancuran jalan dan jalan raya Pembersihan lahan dan pembersihan dibawah lapisan tanah Jasa penyiapan dan pengupasan lahan Jasa penyiapan untuk tanah pertanian seperti pencetakan sawah dan pembukaan lahan Jasa pembukaan area / pemukiman transmigrasi Jasa penyiapan untuk pekerjaan konstruksi termasuk pekerjaan peledakan dan pembersihan batuan, stabilisasi tanah, tes pengeboran dan jasa coring, geofisika, geologi untuk konstruksi Jasa penyiapan lahan pertambangan termasuk pembangunan terowongan Pengeboran horizontal untuk pemasangan kabel atau pipa drainase Jasa penggalian dan pemindahan tanah skala besar untuk pembuatan tanggul atau pemaprasan atau cutting, untuk konstruksi jalan raya, jalan KA, bendung / bendungan, saluran drainase Jasa penggalian untuk pemisahan lapisan atas tanah yang terkontaminasi
Pekerjaan Struktur Pekerjaan pemancangan
Jasa pelaksana khusus pemancangan pondasi
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT 15 UI., 2008.
Universitas Indonesia
BIDANG PEKERJAAN
URAIAN PEKERJAAN
Pekerjaan pelaksanaan pondasi
Jasa pelaksana khusus bermacam - macam type pondasi Termasuk untuk perbaikannya
Pekerjaan kedap air
Jasa pembuatan kedap air untuk konstruksi luar dan struktur Termasuk pekerjaan water proofing, penanggulangan kebocoran dan sejenisnya Termasuk perawatannya
Pekerjaan Pembetonan
Pekerjaan pemasangan perancah pembetonan
Jasa penegakan kerangka beton bertulang yang membutuhkan keahlian khusus atau peralatan karena ukurannya atau metode yang digunakan Konstruksi beton untuk kubah atau konstruksi shell beton tipis Jasa pelaksana pembesian untuk pek.konstruksi beton bertulang Pemilihan pembentukan beton dan jasa pembuatan beton lainnya seperti pondasi umum, dasar jalan, jalan beton, raft foundations, tiang penyangga, lantai dan sebagainya Jasa yang meliputi pembentukan dan penguatan konstruksi Jasa pelaksana khusus pemasangan kerangka baja Jasa pelaksana pembuatan bagian-bagian komponen struktur baja untuk gedung dan struktur lainnya seperti jembatan, atau menara transmisi listrik Pemasangan sheet pile Jasa pelaksana pekerjaan mengelas dan menyambung baja Termasuk perawatannya Jasa pelaksana pemasangan perancah pembetonan, termasuk penyewaan struktur scaffolding
Pekerjaan Finishing Pekerjaan pengaspalan
Pekerjaan konstruksi baja
Jasa pelaksana pekerjaan penggelaran dan pemadatan aspal beton Termasuk perawatannya
Tabel 2.5. Bidang Pekerjaan Sipil Untuk Perencana dan Pengawas Jalan 21 BIDANG PERENCANAAN / LAYANAN JASA
21
URAIAN BIDANG / LAYANAN
Peraturan LPJK No. 12 tahun 2006.
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT 16 UI., 2008.
Universitas Indonesia
BIDANG PERENCANAAN / LAYANAN JASA Jasa Nasehat/Pra-Disain dan Disain Enjiniring Pekerjaan Teknik Sipil Transportasi.
Jasa Survey Permukaan
Jasa ini meliputi pekerjaan jalan bebas hambatan (highways), jalan raya (streets), jalan (roads), jalan kereta api, landasan pesawat, jembatan, jalan layang, terowongan dan jalan bawah tanah, Jasa ini mencakup kegiatan : jasa bantuan, nasehat dan rekomendasi yang terkait dengan masalah enjiniring melaksanakan persiapan studi kelayakan teknis dan studi dampak proyek jasa nasehat dan konsultasi enjiniring sebelum penggambaran proyek jasa studi kelayakan, studi dampak lingkungan, pengkajian ekonomi sebuah proyek nasehat teknis yang terkait dengan instalasi yang ada atau ketika perselisihan muncul jasa penilaian untuk instalasi struktur, mekanikal dan elektrikal kesaksian ahli dan kasus-kasus litigasi. disain enjiniring struktur; penggambaran draf awal, perkembangan proyek, spesifikasi perencanaan atas pelaksanaan atau spesifikasi pasti atas nama pihak-pihak yang mengikat kontrak; jasa parsial disain enjiniring. Jasa survey permukaan ini meliputi : jasa pengumpulan informasi dalam bentuk, posisi dan/atau batas bagian permukaan bumi dengan berbagai metoda termasuk transit, fotogrametri dan survey hidrografi, untuk keperluan membuat peta koleksi data dengan satelit jasa survey lapangan (land surveying) (misal, membuat tanda hak milik, penandaan batas) Jasa ini meliputi: jasa pembuatan peta, termasuk dalam persiapan dan revisi peta berbagai jenis (misal, jalan, kadastral, topografi, planimetri, hidrografi), menggunakan hasil aktifitas survey, peta-peta dan sumber informasi lain. Catatan : termasuk pembuatan peta analog dan digital (termasuk SIG - Sistem Informasi Geografi)
Jasa Pembuatan Peta
Jasa Geologi, Geofisik Prospek Lainnya
URAIAN BIDANG / LAYANAN
dan
Jasa ini meliputi: jasa geologi, geofisik, geokimia dan konsultansi saintifik lainnya. terkait dengan lokasi deposit mineral, minyak dan gas dan air bawah tanah dengan mempelajari sifat-sifat bumi dan pembentukkan batuan dan strukturnya.
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT 17 UI., 2008.
Universitas Indonesia
BIDANG PERENCANAAN / LAYANAN JASA
URAIAN BIDANG / LAYANAN
Jasa Enjiniring Lainnya
Jasa ini meliputi: jasa enjiniring geoteknik yang menyediakan informasi bawah tanah (subsurface) bagi para insinyur dan arsitek yang diperlukan untuk disain berbagai proyek jasa enjiniring air bawah tanah, termasuk pengkajian sumber air bawah tanah studi kontaminasi dan manajemen kualitas jasa enjiniring korosi, termasuk inspeksi, deteksi dan program kontrol korosi investigasi kegagalan
Jasa Enjiniring Fase Konstruksi dan Instalasi Pekerjaan Teknik Sipil Transportasi
Jasa ini meliputi pekerjaan inspeksi teknis selama fase konstruksi untuk : jalan bebas hambatan (highways) jalan raya (streets), jalan (roads), jalan kereta api, landasan pacu pesawat jembatan, jalan layang, terowongan dan jalan bawah tanah; Jasa ini meliputi pekerjaan inspeksi teknis selama fase konstruksi untuk : sistem kontrol lalulintas transportasi darat, udara dan laut
Jasa Enjiniring Fase Konstruksi dan Instalasi Sistem Kontrol Lalulintas Jasa Manajemen Proyek Terkait Konstruksi Sistem Kontrol Lalu Lintas
Jasa Enjiniring Terpadu
Jasa ini meliputi : jasa dalam pertangung-jawaban menyeluruh atas keberhasilan penyelesaian proyek konstruksi atas nama klien, termasuk pengorganisasian pembiayaan dan disain, undangan tender, dan pelaksanaan manajemen dan fungsifungsi kontrol; mencakup : Sistem kontrol lalu lintas untuk transportasi darat, udara dan laut. Jasa ini terdiri atas : jasa manajemen proyek yang terkait dengan konstruksi, jasa nasehat enjiniring dan jasa pra-disain, jasa disain enjiniring, jasa enjiniring selama konstruksi dan fase instalasi; dan jasa enjiniring lainnya Dapat mencakup sebagian atau seluruh pekerjaan :
konstruksi pekerjaan teknik sipil : - jalan bebas hambatan (highways), jalan raya (streets), jalan (roads), jalan kereta api, landas pacu pesawat; - jembatan, jalan layang, terowongan dan jalan bawah tanah; - pelabuhan, saluran air, bendungan, irigasi dan pekerjaan air lainnya; - pemipaan, kabel komunikasi dan jalur tenaga (power lines) jarak jauh; - pemipaan lokal dan kabel dan pekerjaan yang terkait
konstruksi sistem kontrol lalu lintas
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT 18 UI., 2008.
Universitas Indonesia
2.3.3. Sistem dan kondisi ketenagakerjaan nasional 2.3.3.1. Sistem Klasifikasi Jabatan Indonesia (KJI) Pengaturan tentang ketenagakerjaan nasional yang pernah ada adalah Klasifikasi Jabatan Indonesia (KJI) yang dipergunakan sejak tahun 1982 dan Kamus Jabatan National. Selain itu dikenal pula Standar Keterampilan Kerja (SKK) dan Standar Latihan Kerja (SLK) yang dibuat berdasarkan SK Menteri Tenaga Kerja No. 146 tahun 1990. Sistem klasifikasi dari KJI dibuat berdasarkan International Standard Classification of Occupation (ISCO) revised edition 1968, yang diterbitkan oleh International Labor Organization (ILO). Dalam KJI ini tidak ada pengelompokan dan pengaturan khusus untuk jabatan tenaga kerja sektor konstruksi. Berdasarkan penelitian sementara jumlah jabatan kerja dalam bidang konstruksi ada sekitar 600 dan khusus pekerjaan jalan sekitar 120. 22 2.3.3.2. Kamus Jabatan Nasional (KJN) KJN bukan sistem klasifikasi tenaga kerja, tetapi merupakan pendaftaran jabatan kerja yang secara sistimatik disusun untuk kemudahan referensi. KJN dikembangkan dengan pertimbangan kebutuhan industri, dimana Indonesia secara substansial berorientasi kepada sektor. Selain itu pertimbangan lainnya adalah dirasakannya KJI yang dikeluarkan tahun 1982 telah ketinggalan dan tidak didasarkan kepada kondisi sekarang yang berorientasi ke sektor. Pada bagian tertentu KJN mempunyai kesamaan dengan SOC-USA, tetapi pembagian sektornya belum dibuat sedetail seperti keperluan industri dari Amerika Serikat. Khusus untuk jabatan kerja dalam sektor konstruksi belum teridentifikasi dengan lengkap, khususnya dalam pekerjaan jalan. KJN ini kurang dimanfaatkan oleh masyarakat pada umumnya, karena peredarannya sangat terbatas. 2.3.3.3. Kerangka kerja dari International Classification Systems Standar internasional yang berlaku untuk sistem ketenagakerjaan dalam semua sektor umumnya diatur dalam Systems of Occupational Classification. International Standard Classification of Occupations (ISCO), diperkenalkan dengan kriteria struktur dan unsur, kemudian diikuti dengan pengenalan kerangka kerja klasifikasi dari beberapa negara yang maju yang sudah menetapkan system pendidikan tenaga kerjanya. Menurut Yearbook of Labour Statistics edisi tahun 22
CITS, Construction Industry Training Study, Puslatjakon dan LPJK, 2003.
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT 19 UI., 2008.
Universitas Indonesia
2002 sistem ini digunakan oleh 62 negara.23 Diantara negara-negara maju adalah Amerika, Inggris, Australia, New Zealand, dan negara-negara di lingkungan regional adalah Singapura, Malaysia, Thailand dan Philipina. Kerangka kerja yang ada di atas antara lain adalah :
International Standard Classification of Occupations (ISCO)
Australian Standard Classification of Occupations (ASCO)
USA – Standard Occupational Classification (USA-SOC)
UK – Standard Occupational classification (UK-SOC)
2.4. Tenaga kerja konstruksi pada pekerjaan jalan. Berdasarkan hasil kajian dan refensi dari sistem ketenagakerjaan yang umum digunakan di tingkat internasional diperoleh nama-nama jabatan kerja yang terdapat pada pekerjaan jalan, yang ditunjukkan dalam Tabel 2.6.
Tabel 2.6. Daftar Jabatan Kerja Berdasarkan Referensi Internasional. NO
JABATAN
A.
AHLI 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.
23
Manager of Roads / Bridge Construction Site Manager of Road Construction Site Manager of Bridge Construction Chief Construction Supervision Engineer of Bridges Chief Construction Supervision Engineer of Roads Supervision Engineer of Bridge Construction Supervision Engineer of Road Construction Road Construction Engineer Bridge Construction Engineer Material Engineer of Roads Material Engineer of Bridges Soil Mechanics Engineer of Roads Soil Mechanics Engineer of Bridges Quality Controller of Road Construction Quality Controller of Bridge Construction Quantity Surveying Engineer of Roads Quantity Surveying Engineer of Bridges Cost Estimator of Roads Structure Engineer of Roads Traffic Engineer Road Planning Engineer Cost Estimator of Bridges Transport Economic Specialist Plant Manager
REFERENSI ASCO 1191-11 SOC UK 1122 SOC UK 1122 DOT 969.131 – 014 DOT 969.131 – 014 DOT 182.267 – 010 DOT 182.267 – 010 DOT 2124 DOT 2124 ASCO 2127 – 15 ASCO 2127 – 15 ASCO 2124 – 11 ASCO 2124 – 11 Hasil Workshop Hasil Workshop Hasil Workshop Hasil Workshop SOC UK 3531 SOC UK2121DOT 2124 ASCO 2124 - 11 SOC USA 19 3051.00 SOC UK 3531 DOT 050.067-010 ASCO 2126-13
International Labour Office, Bureau of Statistics, 2002.
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT 20 UI., 2008.
Universitas Indonesia
NO
B.
JABATAN 25. Surveying Engineer for Roads 26. Surveying Engineer for Bridges 27. Economic Engineering Specialist 28. Road Design Engineer 29. Bridge Design Engineer 30. Transportation Development Engineer 31. Quality Engineer of Road Construction 32. Quality Engineer of Bridge Construction 33. Construction Management Specialist 34. Urban Transport Management Specialist 35. Roads Maintenance Planning Engineer 36. Bridges Maintenance Planning Engineer 37. Roads Maintenance Engineer 38. Bridges Maintenance Engineer
REFERENSI ASCO 2123-13 ASCO 2123-13 ASCO 2122-11 ASCO 9910 ASCO 9910 Hasil Workshop ASCO 2124-11 ASCO 2124-11 Hasil Workshop Hasil Workshop Hasil Workshop Hasil Workshop Hasil Workshop Hasil Workshop
Nama-nama Jabatan Terkait : Construction Safety Engineer Geodetic Engineer Hydrology Engineer Environmental Specialist Geotechnical Engineer Urban and Regional Planner Tender Document Specialist Heavy Equipment Manager
ASCO 3992-11 ASCO 2112-11 SOC USA 19-2043.00 SOC USA 1-2041.00 SOC USA 19-2043.00 SOC USA 19.3051.00 DOT 005.061-014 ASCO 2126-13
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
TEKNISI 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.
SOC UK 3111 SOC UK 3111 SOC UK 3111 DOT182.267.010 DOT182.267.010 SOC USA 17-3022.00 SOC UK 2433 SOC USA17-3011.02 SOC USA17-3011.02 KJN 700.10 (KLUI 51200) KJN 700.10 (KLUI 51200) KJN 700.20 (KLUI 21.000) KJI 700.10 (KLUI 51.200) KJI 700.75 (KLUI 51.200) KJI 700.10 (KLUI 51.200) KJI 700.10 (KLUI 51.200) KJI 700.75 (KLUI 21.200) KJI 700.10 (KLUI 51.200) KJI 700.10 (KLUI 51.200)
Laboratory Technician of Asphalt Laboratory Technician of Concrete Laboratory Technician of Soil Site Inspector of Bridges Site Inspector of Roads Surveying Technician Quantity Surveying Technician Draftsman of Roads Draftsman of Bridges Foreman of Road Pavement Foreman of Asphalt Pavement Foreman of Quarry Foreman of Asphalt Production Foreman of Earth Works Foreman of Bridge Sub Structure Foreman of Bridge Super Structure Stone Laying Foreman Foreman of Structure Concrete Works
Nama-nama Jabatan Terkait : Mechanic of Heavy Equipment
(1)
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT 21 UI., 2008.
DOT 620.261-022
Universitas Indonesia
NO
C.
JABATAN Foreman of Heavy Equipment
(2)
REFERENSI KJN 700.75 (KLUI 21.200)
PEKERJA 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Worker of Asphalt Pavement Worker of Road Pavement Worker of Earth Works Worker of Road Drainage Stone Mason Steel Fixer Steel Worker of Bridges Concrete Worker Steel Frame Erector of Bridges
ASCO 9913-11 ASCO 9913-11 ASCO 9912-11 KJN 951.40 ASCO 4416-13 ASCO 7913-13 SOC USA 47-2221.00 ASCO 9917-11 ASCO 7913-15
10. 11. 12. 13. 14.
Culvert Worker Asphalt Blender Scaffolder - Steel Formworker Scaffolder – Timber
DOT 869.664-014 DOT 540.462.010 ASCO 7913 – 11 DOT 860.381-046 DOT 860.381-042
Nama-nama Jabatan Terkait : Blasting Worker
(1)
OPERATOR : 1. Pile Driver Operator 2. Jack Hammer Operator 3. Vibrating Compactor Operator 4. Batching Plant Operator 5. Concrete Mixer Operator 6. Bulldozer Operator 7. Motor grader Operator 8. Power Shovel Operator 9. Wheel Loader Operator 10. Asphalt Mixing Plant Operator 11. Concrete - Paver Operator 12. Concrete – Mixing Truck Operator 13. Water Tank Driver 14. Backhoe Operator 15. Dump Truck Operator 16. Asphalt Paver Operator 17. Bitumen Sprayer Operator 18. Tamping Machine Operator 19. Milling Machine Operator 20. Concrete Pump Operator 21. Street Sweeper Operator 22. Road Roller Operator 23. Box Spreader Operator
ASCO 7912 – 11
DOT 859.682.018 DOT 869.687-026 DOT 869.687-026 DOT 370.682-014 DOT 579.665-014 ASCO 7111-13 ASCO 7111-19 DOT 850.683.030 ASCO 7111-17 KJN 974.80 ASCO 7111-23 ASCO 7129-15 DOT 904.383.010 ASCO 7111-15 DOT 902.683-010 DOT 853.663.101 DOT 853.665.010 SOC USA 47.2071.00 SOC USA 51-4035.00 ASCO 7129.15 ASCO 7311-11 SOC USA 47-2151.00 ASCO 7111-25
Nama-nama Jabatan Terkait :
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT 22 UI., 2008.
Universitas Indonesia
NO
JABATAN Excavator Operator Water Pump Operator Crane Operator Scraper Operator Rock Drill Operator Earth Boring Operator Tractor-Trailer- Operator Air Compressor Operator
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
REFERENSI ASCO 7111-21 KJN 712.80 ASCO 7122-11 SOC-USA 47.2073.01 ASCO 4986-11 SOC-USA 47-5021-01 DOT 859.682-018 DOT 859.683.010
Jabatan kerja yang diuraikan di atas baru merupakan daftar identifikasi untuk bidang pekerjaan pelaksanaan, belum meliputi pekerjaan perencana dan pengawas. Setiap jabatan kerja tersebut mempunyai standar kompetensinya. 2.5. Peran dan kontribusi tenaga kerja konstruksi pada pekerjaan jalan. 2.5.1. Peran tenaga kerja konstruksi pada pekerjaan jalan. Pekerjaan proyek jalan pada umumnya mengunakan peralatan berat, khususnya pada pekerjaan dengan volume yang cukup besar dan pekerjaan yang tidak dapat dilakukan secara manual. Untuk jenis pekerjaan yang masih dikerjakan secara manual terdapat peran mandor borong kerja, yang berlaku sebagai penyedia tenaga kerja. Sesuai dengan jenis peralatan dan tingkat manajemen dalam pekerjaan ini, kontribusi tenaga kerja dalam pekerjaan konstruksi sangat signifikan, mulai dari perencana, manajer konstruksi, hingga tenaga kerja. 24 Peralatan berat digunakan untuk membantu pekerjaan agar dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan efisien. Beberapa kegiatan dalam proyek jalan yang menggunakan alat bantu diantaranya diperlihatkan pada Tabel 2.7. 25 Tabel 2.7. Pekerjaan Pada Proyek Jalan Yang Menggunakan Alat Berat Jenis Pekerjaan
Pemakaian Alat Berat
1
Pembersihan tempat kerja
Motor Grader, Excavator, Bulldozer, Truck
2
Penebangan pohon
Excavator
3
Pembongkaran pasangan batu
Excavator, Truck
4
Pembongkaran perkerasan aspal
Excavator, Truck
5
Pembongkaran perkerasan beton
Excavator, Truck
6
Galian tanah
Motor Grader, Excavator, Bulldozer, Truck
24
Dolly Yuono, Optimasi Biaya Tenaga Kerja Proyek Jalan Pada Kontraktor Jalan Kelas Besar, Tesis Manajemen Konstruksi, 2005. 25 Noor Dhulam, , Analisis Masalah Hambatan Dalam Pencapaian Kompetensi Kerja Tenaga Terampil Pada Proyek Konstruksi Jalan, Thesis Manajemen Konstruksi FTUI, 2005.
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT 23 UI., 2008.
Universitas Indonesia
7
Borrow material
Motor Grader, Excavator, Bulldozer, Truck
8
Persiapan tanah dasar
Motor Grader, Excavator, Bulldozer, Vibrator Tandem
9
Lapis pondasi agregat
Motor Grader, Excavator, Bulldozer, Vibrator Tandem
10
Asphalt treated base
Finisher, Tandem, Tire Roller, Truck
11
Asphalt Concrete Wearing Course
Mixing Plant, Finisher, Tandem, Tire Roller, Truck
12
Perkerasan beton
Concrete Mixing Plant, Molen
Tenaga kerja konstruksi dalam pekerjaan jalan ini masih menghadapi banyak masalah, antara lain adalah: 26 1. Tingkat pendidikan rata-rata tenaga kerja konstruksi jalan relatif rendah. 2. Penyedia jasa konstruksi mengalami kesulitan untuk mempertahankan kelompok kerja tenaga kerja yang tetap. Mobilitas proyek yang tinggi, sistem kerja sementara, jangka waktu pelaksanaan proyek yang relatif pendek,
serta
menyebabkan
organisasi
proyek
terbatasnya
yang
tidak
peluang untuk
permanen
promosi,
yang
menyulitkan
pemotivasian tenaga kerja. 3. Pekerja yang tidak tetap merupakan permasalahan yang dihadapi oleh usaha jasa konstruksi. Suatu perusahaan yang telah memperoleh sertfikat ISO 9000 akan mengalami kesulitan dalam melaksanakan elemen 4.18 Training. 4. Alasan-alasan subyektif dan obyektif yang menyebabkan rendahnya tingkat
partisipasi
tenaga
kerja.
Secara
subyektif,
manajemen
berpendapat bahwa mutu proyek lebih ditentukan oleh kontrak, manual kerja, dan mesin dibandingkan oleh tenaga kerja. Pada kenyataannya, tenaga kerjalah yang bertanggung-jawab atas produksi konstruksi dan turut menetukan biaya dan mutu proyek. 5. Khusus untuk pekerjaan pelaksanaan, penggunaan sistem subkontraktor termasuk
subkontraktor
tenaga
kerja
dengan
sistem
mandor,
menimbulkan ketidakjelasan mengenai tanggung jawab pengembangan tenaga kerja. Baik kontraktor maupun subkontraktor tidak merasa bertanggung-jawab atas pengembangan tenaga kerja, sehingga pada akhirnya tenaga kerja harus mengembangkan dirinya sendiri. 26
Ibid
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT 24 UI., 2008.
Universitas Indonesia
Terkait dengan kondisi geografis Indonesia, sangat memungkinkan sebuah perusahaan kontraktor mengerjakan proyek di beberapa wilayah. Menurut Kaming et al (1997), ketika kontraktor memiliki keterbatasan pengalaman, ada 3 alternatif pilihan yang berkaitan dengan tenaga kerja:
merekrut pekerja konstruksi yang sudah diketahui kualitas dan pengalamannya
menyerahkan kepada subkontraktor
merekrut pekerja konstruksi dari daerah hanya pada bidang keahlian yang belum ada.
2.5.2. Kontribusi tenaga kerja konstruksi terhadap perusahaan. Kontribusi tenaga kerja konstruksi pekerjaan jalan terhadap perusahan dapat diukur dengan komponen biaya tenaga kerja yang harus dikeluarkan perusahaan yang dibandingkan dengan output dari tenaga kerja itu sendiri. Pada proyek konstruksi jalan, komponen tenaga kerja terdiri dari tenaga kerja kontrak, tenaga kerja tetap, tenaga kerja upah per satuan waktu seperti tenaga dengan upah harian, dan tenaga kerja upah borongan melalui mandor kerja. Tenaga kerja konstruksi dimasukkan ke dalam kategori biaya tenaga kerja atau biaya upah. Dengan mengoptimalkan komponen-komponen tenaga kerja, akan diperoleh biaya tenaga kerja yang optimal dengan output yang maksimal. 2.6. Definisi, pemahaman, ruang lingkup dan pengukuran kinerja daya saing tenaga kerja konstruksi pekerjaan jalan. 2.6.1. Kinerja daya saing tenaga kerja konstruksi. Kinerja daya saing tenaga kerja konstruksi dapat didefinisikan sebagai suatu wujud unjuk kerja dari tenaga kerja yang diperbandingkan dengan unjuk kerja dari tenaga kerja lainnya dalam melakukan kegiatan konstruksi sesuai dengan persyaratan kompetensi kerja. 27 Kinerja daya saing tenaga kerja tergantung pada upaya menjaga agar tingkat kompetensinya sama atau lebih tinggi dari rata-rata tingkat kompetensi tenaga kerja yang ada di pasar tenaga kerja. Tingkat kompetensi berkaitan langsung dengan tingkat pendidikan, pengalaman dan kemampuannya. Model yang digunakan dalam melihat kekuatan kompetisi usaha
27
www.tamu.edu , International Competitiveness, 2003.
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT 25 UI., 2008.
Universitas Indonesia
adalah konsep Forces Driving Industry Competition. 28 Dalam pekerjaan jalan, kedudukan tenaga kerja sesuai dengan model di atas dapat dilihat kedudukannya pada Gambar 2.2. Kinerja daya saing tenaga kerja ini dapat dilihat dari kedudukannya terhadap perusahaan yang akan mempekerjakannya, diukur dari produktifitas dan kapabilitasnya. 29 Kesempatan kerja tenaga kerja konstruksi nasional tidak hanya untuk bekerja di di dalam negeri saja, akan tetapi meliputi seluruh kesempatan kerja baik pekerjaan di dalam negeri maupun di luar negeri pada perusahaan konstruksi nasional maupun asing, dan meliputi bekerja pada perusahaan substitusi jasa konstruksi, atau yang bekerja pada pihak pengguna jasa. Kesempatan kerja itu dapat lebih baik jika kinerja daya saingnya ditingkatkan.
PERUSAHAAN BARU KINERJA DAYA SAING PERALATAN
Ancaman pendatang baru, Perusahaan Asing
MATERIAL MODAL METODA TENAGA KERJA PEKERJAAN JALAN
• Produktifitas • Kapabilitas : -Kompetensi kerja
Bargaining power tenaga kerja
KONTRAKTOR, KONSULTAN JALAN
Bargaining power pengguna jasa
PENGGUNA JASA • Dalam Negeri • Luar Negeri
Persaingan diantara perusahaan sejenis
TENAGA KERJA KONTRAKTOR Tenaga Manajerial Tenaga Pelaksana
•Tetap •Tidak tetap •Borong upah (mandor)
TENAGA KERJA KONSULTAN Tenaga Perencana Tenaga Pengawas
•Tetap •Tidak tetap
Ancaman barang atau jasa substitusi
SUBSTITUSI JASA • Fabrikasi produk • BOT, dll
Sumber : Hasil olahan dengan menggunakan teori Michael E Porter: Competitive Strategy.
Gambar 2.2. Kedudukan tenaga kerja pekerjaan jalan dalam persaingan usaha.
28
Michael E Porter, Competitive Strategy: Techniques for Analyzing Industries and Competitors, The Free Press, 1980. 29 Competitiveness in Developing Asia, 2003.
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT 26 UI., 2008.
Universitas Indonesia
2.6.2. Kinerja tenaga kerja konstruksi pekerjaan jalan. Kinerja tenaga kerja konstruksi pekerjaan jalan baik individu maupun kelompok, sangat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. 30 Gibson, mengemukakan bahwa secara teoritis terdapat tiga kelompok variabel yang mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja, yaitu: variabel individu, variabel organisasi, dan variabel psikologis. Pada dasarnya ketiga kelompok variabel tersebut mempengaruhi perilaku kerja, namun pada akhirnya perilaku kerja individu tersebut akan mempengaruhi kinerja pekerja yang berpengaruh pada kinerja, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.7. 31 Menurut Ilyas Yaslis (2000), kinerja didefinisikan sebagai penampilan hasil karya pekerja baik kuantitas maupun kualitas. Kinerja dapat merupakan kinerja individu maupun kinerja kelompok individu, dan dalam suatu organisasi, hubungan antar individu dan kelompok tersebut menghasilkan suatu perilaku kerja individu. 32 Tabel 2.7. Faktor yang mempengaruhi kinerja tenaga kerja Faktor yang mempengaruhi kinerja
Indikator
Referensi
Faktor kemampuan
Kurangnya kemampuan yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan
Suttermeister [1976]
Faktor Usaha
Kurangnya usaha yang dilakukan untuk menyelesaikan pekerjaan, dalam hal ini sebenarnya pekerja mampu akan tetapi tidak mau berusaha atau tidak memiliki kemauan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan baik
Suttermeister [1976]
Faktor psikologis
Keadaan psikologis pekerja dapat mempengaruhi kinerja tenaga kerja.
Gibson [1996]
Faktor individu
Motivasi dan keinginan individu dalam mencapai tujuan pribadi maupun perusahaan.
Gibson [1996]
Faktor Situasi dan kondisi
Apabila situasi dan kondisi beban kerja yang dihadapi terlalu banyak, maka pekerjaannya tidak dapat diselesaikan dengan baik.
Suttermeister [1976]
Faktor Perusahaan
Kondisi manajemen perusahaan dan penyediaan peralatan kerja dalam memberdayakan pekerjanya.
Gibson [1996]
Faktor kebijakan Pemerintah
Kebijakan keberpihakan atas penggunaan tenaga kerja nasional untuk pekerjaan di dalam negeri, kebijakan dalam penyediaan sarana pendidikan dan pelatihan,
Competitiveness in Developing Asia [2003].
Internal
Eksternal
secara
langsung
30
Sutermeister, R.A. People and Productivity, (New York: Mc Graw Hill, 1976), hal. 45. Gibson, Organisasi-Perilaku-Proses Edisi III, Jilid 1, Jakarta: Erlangga, 1996. 32 Ilyas Yaslis, “Kinerja”, Makalah Pusat Kajian Administrasi, Jakarta, 2000. 31
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT 27 UI., 2008.
Universitas Indonesia
Keberhasilan pekerja dalam mencapai standar kinerja yang telah ditentukan sangat dipengaruhi oleh motivasi dan kemampuan melaksanakan pekerjaannya. Apabila dalam menjalankan suatu pekerjaan hasil yang dicapai tidak memenuhi persyaratan yang ditentukan, maka dapat dikatakan bahwa kinerjanya tidak memuaskan. 33 Penilaian kinerja adalah proses menilai hasil karya pekerja dalam suatu organisasi dengan menggunakan instrumen penilaian kinerja. Pada hakekatnya, penilaian kinerja merupakan suatu evaluasi terhadap penampilan pekerja dengan membandingkannya dengan standar baku kinerja.34 Penilaian kinerja juga dijelaskan sebagai : “A generic term encompassing the quantitative basis by which objectives are established and performance is assessed and gauged. Performance measures include performance objectives and criteria (POCs), performance indicators, and any other means that evaluate the success in achieving a specified goal ”. 35 Pada dasarnya penilaian kinerja terhadap tenaga kerja mempunyai tujuan-tujuan tersendiri, namun secara umum penilaian kinerja bertujuan untuk mengurangi aktifitas yang tidak bernilai tambah dan mengoptimalkan aktifitas yang bernilai tambah. Secara spesifik tujuan tersebut diantaranya adalah: 36
Untuk menilai kemampuan tenaga kerja.
Untuk pengembangan tenaga kerja.
Mengenali pekerja yang perlu dibina.
Menentukan kriteria pemberian kompensasi.
Memperbaiki kualitas pelaksanaan pekerjaan.
Bahan perencanaan tenaga kerja di masa mendatang.
Memperoleh umpan balik hasil prestasi.
Penilaian kinerja dapat memberikan manfaat untuk melakukan penilaian yang obyektif dari tenaga kerja, organisasi akan memperoleh informasi-informasi yang sangat membantu dalam memahami, mengendalikan, dan meningkatkan apa yang
33
Sutermeister R.A, loc.cit, hal. 45. Ilyas Yaslis, loc.cit. 35 US Department of Energy, How To Measure Performance, A Handbook Of Techniques And Tools, (www.ini.gov/PBM/Handbook), hal. 1-4. 36 Ilyas Yaslis, loc.cit. 34
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT 28 UI., 2008.
Universitas Indonesia
dilakukan oleh organisasi. Secara garis besar pengukuran kinerja memberikan informasi seperti : 37
Mengetahui seberapa baik pekerjaan yang telah dilakukan.
Tujuan yang telah dicapai.
Pelaksanaan pekerjaan yang terkontrol.
Pengembangan yang diperlukan oleh organisasi.
Menurut Ratna Juwita, penilaian kinerja dapat ditinjau dari tiga segi, yaitu: segi teknis pelaksanaan, administratif, dan perilaku individu. 38 Alternatif tersebut terbagi ke dalam kriteria yang lebih spesifik.
Tabel 2.8. Instrumen Penilaian Kinerja Tinjauan penilaian
Segi teknis pelaksanaan
Kriteria
Penjelasan
Kualitas pekerjaan
Akurasi dari suatu pekerjaan meliputi ketelitian, penampilan dan kerapihan hasil kerja
Jumlah pekerjaan
Volume hasil kerja dan kontribusinya dalam satu kesatuan tugas yang telah ditetapkan.
Pengetahuan pekerjaan
Penguasaan dan pemahaman tentang tahap-tahap dan faktorfaktor yang berhubungan dengan pekerjaan.
Pelaksanaan tugas
Efektifitas dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan waktu dan bahan yang telah ditentukan.
Kemampuan mempelajari
Kecepatan dan kemampuan dalam menangkap, memahami dan menyesuaikan diri terhadap tugas atau pekerjaan yang diberikan.
Disiplin / tata tertib
Melaksanakan tata tertib dan disiplin sekaligus mampu menciptakan suatu kondisi lingkungan dalam melaksanakan disiplin dan tata tertib
Absensi
Regularitas kehadiran, ketepatan efektifitaspenggunaan waktu kerja.
Inisiatif
Kesanggupan dalam mencapai tanggung jawab yang lebih tinggi yang dimulai dari diri sendiri tanpa menunggu pengarahan dan perintah serta mampu menciptakan kesempatan-kesempatan untuk menyempurnakan pekerjaan.
Kerjasama
Kemampuan dan kesediaan untuk memelihara kerjasama dengan tenaga kerja lain serta mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Tanggung jawab
Suatu sikap yang dapat diandalkan dalam memenuhi tugastugas dalam pekerjaannya tanpa memerlkan pengawasan.
Motivasi
Sikap untuk selalu melaksanakan pekerjaan dengan penuh gairah, giat dan selalu tampil dalam kinerja yang stabil dan terpuji.
Segi administratif
Segi perilaku individu
waktu
kerja,
dan
37
US Department of Energy, loc.cit. Ratna Juwita, “Hubungan Kepuasan Kerja dengan Kinerja Tenaga Kerja”, Makalah Program Studi Kajian Administrasi, (Jakarta: 2003). 38
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT 29 UI., 2008.
Universitas Indonesia
Penilaian kinerja terdiri dari angka dan satuan ukur (unit) untuk memberikan keterangan tentang skala besar (how much), dan skala arti (what). Pengukuran kinerja biasanya dikaitkan dengan tujuan yang ingin dicapai. Penilaian kinerja dapat dikembangkan dan disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi, tetapi secara garis besar penilaian kinerja dapat dikelompokan kedalam 6 kategori, yaitu : 39 Efektifitas (Evectiveness) : suatu karakteristik yang mengindikasikan bahwa output yang dihasilkan telah sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan. Efisiensi (Efficiency) : suatu karakteristik yang mengindikasikan bahwa output yang dihasilkan hanya memerlukan sumber daya / biaya minimum. Kualitas (Quality) : tingkat dimana produk maupun barang telah sesuai dengan kebutuhan, standar, dan harapan konsumen. Ketepatan waktu (Timeliness) : mengukur apakah pekerjaan telah diselesaikan dengan benar dan tepat waktu. Dalam hal ini diperlukan kriteria untuk menetapkan apakah yang disebut dengan ketepatan waktu dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Kriteria tersebut biasanya berdasarkan pendapat dan kebutuhan konsumen. Produktifitas (Productivity) : nilai yang diperoleh dari perbandingan nilai tenaga kerja dengan modal yang dihabiskan. Keselamatan (Safety) : mengukur tingkat keselamatan dan kesehatan tenaga kerja secara keseluruhan dalam suatu organisasi. Kinerja tenaga kerja ini akan tergantung pada pengaruh faktor-faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor individu yang tergantung pada tenaga kerja itu sendiri, sedangkan faktor eksternal adalah faktor lingkungan yang mempengaruhi situasi kerja. Faktor internal kinerja efektifitas dan kualitas hasil kerja pelaksanaan kerja tergantung kepada tingkat kemampuan dan kompetensi tenaga kerja. Faktor kinerja efisiensi internal dapat diukur dari komposisi dan kinerja biaya dari komponen tenaga kerja dibandingkan dengan biaya keseluruhan proyek. Faktor kinerja ketepatan waktu dan produktifitas tenaga kerja selain tergantung dari kompetensi kerja tiap individu tenaga kerja, 39
US Department of Energy, “How To Measure Performance, A Handbook Of Techniques And Tools”, 2001.
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT 30 UI., 2008.
Universitas Indonesia
tergantung pula pada peran manajerial karena pekerjaan konstruksi pada umumnya merupakan pekerjaan kelompok terja dan bukan hanya pekerjaan individu. Untuk menilai produktifitas dari tenaga kerja, dapat dilakukan dengan mengukur output dengan satuan ukur yang ditetapkan. Faktor kinerja keselamat kerja merupakan persyaratan mutlak yang harus dilaksanakan oleh setiap tenaga kerja. Untuk itu setiap pekerjaan harus mengikuti standar keselamatan kerja yang telah ditetapkan. Dari keseluruhan enam penilaian kinerja tenaga kerja di atas, semuanya terkait dengan kompetensi kerja. Berdasarkan hal ini maka penilaian kinerja daya saing tenaga kerja konstruksi dalam pekerjaan jalan, dapat dilakukan dengan meneliti tentang faktor-faktor kinerja di atas dan pencapaian kompetensi kerjanya. 2.6.3. Faktor kinerja efektifitas, kualitas hasil kerja dan keselamatan kerja pelaksanaan pekerjaan jalan. Ketiga faktor kinerja efektifitas, kualitas hasil kerja dan keselamatan kerja dapat tergantung pada unsur eksternal dan internal. Untuk unsur eksternal umumnya terdiri dari kondisi lingkungan kerja, baik di proyek, di perusahaan maupun lingkungan usaha. Unsur internal sendiri tergantung pada peran tenaga kerja, yaitu tergantung kepada kapabilitas tenaga kerja dalam mengerjakan proyek jalan tersebut, antara lain pengetahuan dalam melakukan suatu pekerjaan, pengalaman kerja, atau tingkat keterampilan dan pengetahunan tentang keselamatan dalam mengoperasikan alat kerja serta pengendalian lingkungan kerja. Faktor kinerja efektifitas dan kualitas hasil kerja pelaksanaan pekerjaan jalan tidak berbeda dengan kinerja daya saing tenaga kerja seluruh sektor konstruksi. Kondisi rendahnya kinerja ini antara lain disebabkan oleh: 40
Kompetensi tenaga kerja pekerjaan jalan masih belum terukur, belum adanya sistem ketenagakerjaan yang dapat digunakan sebagai acuan dalam penetapan kompetensi tenaga kerja pada jabatan kerja dalam bidang ini. Yang menjadi kelemahan disini belum teridentifikasikannya semua jabatan kerja dalam ketenagakerjaan untuk bidang pekerjaan ini
40
Capacity Building Workshop Sektor Konstruksi, LPJK, 2005.
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT 31 UI., 2008.
Universitas Indonesia
dan belum adanya standar kompetensi yang mengacu pada standar yang berlaku internasional.
Penguasaan tenaga kerja konstruksi jalan akan teknologi, khususnya dalam penggunaan peralatan kerja masih kurang. Kondisi ini dapat terjadi karena tenaga kerja tidak menguasai peralatan kerja, atau karena tidak tersedianya peralatan kerja yang memadai. Hal ini akan berpengaruh atas kualitas hasil pekerjaannya.
Kemampuan untuk belajar meningkatkan kompetensinya sangat terbatas. Umumnya tenaga kerja memperoleh kemampuan kerja secara informal tanpa melalui pendidikan atau pelatihan yang memadai. Ketersediaan biaya dan sarana pelatihan menjadi kendala dalam peningkatan kompetensi kerja.
Kemampuan tenaga kerja untuk melakukan temuan baru atau inovasi dalam menunjang pelaksanan kerja untuk pekerjaan ini belum ada. Proses pelaksanaan dan metoda kerja umumnya masih konvensional.
Pemahaman tentang keselamatan kerja pelaksanaan konstruksi masih rendah. Belum memadainya peraturan keselamatan kerja serta implementasinya.
2.6.4. Faktor kinerja efisiensi kerja pelaksanaan pekerjaan jalan. Efisiensi kerja dapat dicapai dengan mengoptimumkan sumber daya dan tenaga kerja dalam pelaksanaan kerja dan biaya yang dikeluarkan seefisien mungkin. Untuk itu harus dilakukan perencanaan penggunaan tenaga kerja yang tepat guna. Pekerjaan pada proyek jalan meliputi berbagai jenis pekerjaan, setiap pekerjaan dikelompokkan berdasarkan uraian pekerjaan. Perincian ini yang kemudian digunakan untuk perencanaan alokasi tenaga kerja sesuai dengan jenis pekerjaan tersebut. Keberhasilan proyek konstruksi ditentukan oleh batasan waktu, standar mutu yang telah ditentukan, dan anggaran biaya yang direncanakan. Biaya proyek dibagi atas dua jenis yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung terbagi atas empat komponen yaitu biaya material, biaya alat, biaya tenaga kerja, dan biaya subkontraktor. Sedangkan biaya tidak langsung terbagi atas enam komponen yaitu biaya alokasi umum, biaya penyusutan, biaya bunga,
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT 32 UI., 2008.
Universitas Indonesia
pajak, ketidak-pastian (contingency), dan laba. Untuk biaya material dan biaya subkontraktor dapat dikatakan tetap, karena biaya tersebut sesuai dengan spesifikasi pekerjaan yang dibutuhkan. Tetapi untuk biaya alat dan biaya tenaga kerja sifatnya dinamis, karena biaya tersebut dapat berubah sesuai dengan kebutuhan dan kondisi di lapangan. Biaya alat pada proyek jalan memiliki kontribusi yang besar, hal ini disebabkan oleh biaya untuk membeli/menyewa alat yang cukup tinggi. Dengan memperhatikan kondisi yang demikian, maka alternatif lain yang dapat dilakukan untuk mencari biaya yang optimal adalah dengan mengoptimalkan biaya tenaga kerja. Pada proyek konstruksi, komponen tenaga kerja terdiri dari tenaga kerja kontrak, tenaga kerja tetap, tenaga kerja upah per jam, dan tenaga kerja upah borongan. Dalam mengoptimalkan biaya tenaga kerja dalam pekerjaan jalan, faktor-faktor penting yang harus diketahui adalah besarnya anggaran biaya yang direncanakan dan besarnya realisasi biaya pelaksanaan proyek. Kedua data tersebut kemudian diintegrasikan dan dianalisis sehingga dapat diketahui besarnya performansi biaya yang terjadi dalam setiap proyek.
Performansi
biaya
tersebut
yang
menjadi
pedoman
dalam
mengoptimalkan biaya tenaga kerja. Dengan mengoptimalkan biaya tenaga kerja diharapkan dapat mengoptimalkan biaya pelaksanaan proyek, karena biaya tenaga kerja adalah salah satu komponen penting dari biaya total proyek. 41 2.6.5. Faktor kinerja ketepatan waktu dan produktifitas. Pengukuran ketepatan waktu dan produktifitas sebagai bagian dari kinerja daya saing tenaga kerja konstruksi dapat dilakukan pada berbagai skala unit kegiatan. Produktifitas tenaga kerja dalam bidang pekerjaan jalan umumnya bukan produktifitas individu, akan tetapi produktifitas kelompok. 42 Produktifitas ini tergantung pada faktor-faktor internal dan eksternal tenga kerjanya. Manfaat pengukuran produktifitas yang dapat diambil untuk tingkat perusahaan adalah sebagai berikut : 43 1. Organisasi dapat menilai efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa. 41
Dolly Yuono Optimasi Biaya Tenaga Kerja Proyek Jalan Pada Kontraktor Jalan Kelas Besar, Tesis Manajemen Konstruksi FTUI, 2005. 42 CITS, Construction Industry Training Study, Puslatjakon dan LPJK, 2003. 43 Kurniawan,Wawan. Pengukuran dan peningkatan produktifitas PT “P”. 1996.
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT 33 UI., 2008.
Universitas Indonesia
2. Pengukuran produktifitas berguna untuk merencanakan sumber daya, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. 3. Usaha pengukuran produktifitas dapat dipakai untuk menyusun kembali tujuan ekonomi dan non ekonomi perusahaan. 4. Berdasarkan hasil pengukuran produktifitas pada saat ini dapat direncanakan target tingkat produktifitas di masa yang akan datang. 5. Strategi
untuk
meningkatkan
produktifitas
dapat
ditentukan
berdasarkan perbedaan antara tingkat produktifitas yang direncanakan dengan tingkat produktifitas yang diukur. 6. Pengukuran produktifitas dapat dipakai untuk membandingkan unjuk kerja manajemen dalam perusahaan yang sejenis, baik di sektor industri maupun nasional. 7. Nilai-nilai produktifitas yang dihasilkan dari pengukuran produktifitas dapat digunakan dalam perencanaan tingkat keuntungan perusahaan. Pendekatan dalam membandingkan tingkat hasil pengukuran produktifitas dapat dibedakan dengan beberapa cara yaitu 44: 1. Membandingkan unjuk kerja periode yang diukur dengan unjuk kerja periode dasar. 2. Membandingkan antara unjuk kerja suatu unit organisasi dengan unit organisasi yang lain. Yang paling dapat diterima dalam mengukur produktifitas adalah output atau satu satuan waktu yang dicapai oleh pekerja. Definisi produktifitas disesuaikan dengan aplikasinya, meliputi mulai dari parameter industri ekonomi yang luas sampai pengukuran tingkat kelompok dan individu. Berikut ini berbagai definisi produktifitas 45: 1. Model Ekonomi Model Produktifitas Ekonomi biasanya bermanfaat untuk membuat kebijakan dan mengevaluasi ekonomi dari suatu negara tetapi tidak umum
44 45
Kurniawan,Wawan. Pengukuran dan peningkatan produktifitas PT “P”. 1996. Thomas, H. Randolp; Maloney, William F.; Horner,R. Malcolm; Smith,W. Gary R.; Handa, Vir K. dan Steve R. Sanders, 1990, Modeling Construction Labor Productivity, Journal of Construction Engineering and Management, ASCE Vol. 116 No.4 December 1990, NP, ASCE
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT 34 UI., 2008.
Universitas Indonesia
digunakan oleh kontraktor, diperoleh dengan menggunakan Rumus 2.1. atau 2.2.
Total Factor Productivity (TFP)
Total output .... (2.1.) labor material equipment energy capital
Total Factor Productivity (TFP)
Dollars of output Dollars of input
....................... (2.2.)
2. Model Proyek yang Spesifik Model produktifitas proyek yang spesifik ini lebih akurat sehingga dapat digunakan oleh agen pemerintah dalam merencanakan program yang spesifik dan sektor swasta dapat menggunakannya untuk estimasi konseptual dalam proyek individu, diperoleh dengan menggunakan Rumus 2.3.
Productivity
output ..........(2.3) labor material equipment
3. Model yang Berorientasi pada Aktivitas Untuk model yang berorientasi pada aktifitas, digunakan Rumus 2.4. Productivi ty
square feet dollars
………………….(2.4)
Jasa pelaksana konstruksi dalam bidang konstruksi jalan pada umumnya lebih menggunakan rumus 2.3. dan 2.4. Namun biasanya mereka yang membutuhkan produktifitas tenaga kerja di lokasi proyek akan menggunakan Rumus 2.5. dan 2.6. sebagai berikut:
Labor Productivity
output labor cost
........................ ( 2.5. )
Labor Productivity
output work - hour
.........................(2.6.)
Tidak ada definisi yang standar dalam produktifitas sehingga terkadang beberapa kontraktor menggunakan kebalikannya, yaitu Rumus 2.7. untuk menghitung unit rate Labor Productivity
labor cost or work hours output
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT 35 UI., 2008.
……(2.7.)
Universitas Indonesia
Ada juga beberapa kontraktor yang menggunakan rumus performa untuk mengukur produktifitas dengan Rumus 2.7.
Performance Factor
estimated unit rate actual unit rate
.................(2.7.)
Produktifitas tenaga kerja menjadi didasarkan atas waktu kerja yang tersedia dan waktu kerja efektif 46. Waktu-waktu yang terjadi selama proses kerja disebut sebagai elemen waktu kerja. Waktu kerja yang terjadi dapat dibagi menjadi waktu yang dipakai secara efektif, waktu yang dipakai secara tidak efektif dan waktu yang dipakai dengan tidak bekerja. Untuk mengukur produktifitas tenaga kerja relatif sehubungan dengan proses kerja, lokasi kerja, kontraktor, industri konstruksi pada tingkat regional atau nasional dalam perkerjaan jalan diperlukan sebuah sistem ranking yang didasarkan pada indikator-indikator yang dapat langsung dipersamakan. 47 Indikator produktifitas (IP) didefinisikan dalam Rumus 2.8. IP
Elemen Waktu Produktif Elemen Waktu Non Produktif
................ (2.8.)
Produktifitas adalah hal yang paling kompleks di dalam industri konstruksi karena interaksinya dengan manajemen, material, peralatan, pekerja, dan lainlain. Namun produktifitas adalah alat ukur yang paling umum digunakan untuk menilai performa sektor konstruksi, dan tujuannya adalah untuk menghasilkan produktifitas yang lebih tinggi. Dari produktifitas yang telah diketahui dapat diterjemahkan menjadi biaya, dan keuntungan atau kerugian dapat diketahui. Perbaikan produktifitas akan terdiri dari banyak komponen, antara lain hubungan kerja antara pekerja dan atasannya. Untuk menghitung produktifitas tenaga kerja dapat dilakukan sesuai dengan hirarhi berikut:48 Sektor konstruksi pada level nasional. Sektor konstruksi pada level daerah; atau 46
Thomas, H. Randolp; Maloney, William F.; Horner,R. Malcolm; Smith,W. Gary R.; Handa, Vir K. dan Steve R. Sanders, 1990, Modeling Construction Labor Productivity, Journal of Construction Engineering and Management, ASCE Vol. 116 No.4 December 1990, NP, ASCE 47 CITS, Construction Industry Training Study, Puslatjakon dan LPJK, 2003. 48 Ibid.
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT 36 UI., 2008.
Universitas Indonesia
Kontraktor tertentu; Jenis proyek tertentu; Lokasi proyek tertentu; Proses kerja tertentu; Produktifitas yang umum antara lain adalah : Labour Productivity, yang merupakan hubungan output ke jumlah jam kerja dari tenaga kerja yang digunakan; atau Capital Productivity, yang merupakan hubungan output terhadap input kapital Perhitungan waktu akan menghasilkan informasi berikut : Total waktu observasi (jumlah jam), waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh proses. Total waktu produktif (jumlah jam), waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh proses dan dibagi dalam bagian proses atau bagian pekerjaan. Total waktu tidak produktif (jumlah jam), waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh proses dan dibagi dalam bagian proses atau bagian pekerjaan yang tidak produktif. Dalam penetapan suatu standar produktifitas kerja, indikator produktifitas merupakan identifikasi yang dipergunakan dalam program serta implementasi peningkatan produktifitas. Produktifitas dalam pelaksanan konstruksi biasanya diartikan sebagai bagaimana suatu proyek dilaksanakan secara efisien, mendeteksi masalah dan melakukan langkah korektif, menetapkan dampak perubahan metode konstruksi atau kondisi, membandingkan dengan standar yang ada di regional/internasional, membandingkan hasil dari kontraktor yang berbeda dan menjadikan alat untuk mencapai biaya yang efektif dalam pelaksanaan konstruksi. Indikator produktifitas dan tingkat unjuk kerja ditetapkan sesuai dengan prosedur yang berdasarkan input waktu dan jumlah kuantitas hasil kerja yang diukur di lapangan. Produktifitas pada lokasi kerja dipengaruhi juga berbagai faktor, terutama karakteristik tenaga kerja yang meliputi : 49 umur, skill dan pengalaman tenaga kerja 49
CITS, Construction Industry Training Study, Puslatjakon dan LPJK, 2003.
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT 37 UI., 2008.
Universitas Indonesia
kepemimpinan dan motivasi dan kondisi kerja proyek, antara lain : Besarnya proyek dan kompleksitas Lokasi proyek dan pencapaian Ketersediaan tenaga kerja Ketersediaan peralatan Ketentuan kontrak Iklim setempat Budaya setempat Dan lain-lain. Menurut Charles P Woodward (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi produktifitas diantaranya adalah sebagai berikut: 1.
Ketersediaan pekerja yang ahli
2.
Peraturan pekerja lokal
3.
Skala upah
4.
Iklim atau cuaca
5.
Lokasi fasilitas yang temporer
6.
Kondisi site
7.
Akses pekerja ke tempat kerja
8.
Jumlah pekerja
9.
Kepadatan tempat kerja
10.
Pengalaman perusahaan
11.
Pengalaman manajemen SDM
12.
Liburan kerja
13.
Kerja shift
14.
Ketinggian lokasi proyek (altitude)
15.
Ukuran komunitas yang mendukung
16.
Waktu pergantian
17.
Kompleksitas proyek
18.
Quality Asurance/Quality Control
19.
Penyelesaian desain
20.
Jadwal waktu kerja
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT 38 UI., 2008.
Universitas Indonesia
Selain itu terdapat pula faktor-faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi produktifitas. Faktor eksternal adalah faktor di luar kemampuan tenaga kerja untuk memperbaikinya, sedangkan faktor internal adalah faktor yang masih dapat perbaiki oleh yang bersangkutan. Faktor-faktor ini yang diperoleh dari kajian pustaka diuraikan pada Tabel 2.9.
Tabel 2.9. Variabel independent produktifitas tenaga kerja pekerjaan jalan No.
Uraian Variabel
Referensi
Faktor Eksternal Tenaga Kerja 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Kontraktor tertentu; Jenis proyek tertentu; Lokasi proyek tertentu; Proses kerja tertentu; Besarnya proyek dan kompleksitas Lokasi proyek dan pencapaian Ketersediaan tenaga kerja Ketersediaan peralatan Ketentuan kontrak Iklim setempat Budaya setempat Peraturan pekerja lokal Skala upah Iklim atau cuaca Kondisi site Kepadatan tempat kerja Pengalaman perusahaan Liburan kerja Ketinggian lokasi proyek (altitude) Ukuran komunitas yang mendukung Kompleksitas proyek Quality Asurance/Quality Control Penyelesaian desain Pendidikan & pelatihan, Kompleksitas atau pekerjaan yang unik dan ukuran dari proyek Pemogokan Perubahan dalam aturan kebijakan
Kondisi lingkungan, cuaca
CITS CITS CITS CITS Charles P Woodward Charles P Woodward Charles P Woodward Charles P Woodward Charles P Woodward Charles P Woodward Charles P Woodward Charles P Woodward Charles P Woodward Charles P Woodward Charles P Woodward Charles P Woodward Charles P Woodward Charles P Woodward Charles P Woodward Charles P Woodward Jergeas, Chishty Jergeas, Chishty Jergeas, Chishty Jergeas, Chishty Jergeas, Chishty Halligan, Demsetz Halligan, Demsetz Halligan, Demsetz
Faktor Internal Tenaga Kerja 1 2 3 4 5 6
Umur, skill dan pengalaman tenaga kerja Kepemimpinan dan motivasi Ketersediaan pekerja yang ahli Lokasi fasilitas yang temporer Akses pekerja ke tempat kerja Jumlah pekerja
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT 39 UI., 2008.
Jergeas, Chishty Jergeas, Chishty Jergeas, Chishty Charles P Woodward Charles P Woodward Charles P Woodward
Universitas Indonesia
No.
Uraian Variabel
Referensi Charles P Woodward Jergeas, Chishty Jergeas, Chishty Jergeas, Chishty Jergeas, Chishty Jergeas, Chishty Charles P Woodward Charles P Woodward Charles P Woodward Jergeas, Chishty CITS CITS CITS Charles P Woodward Charles P Woodward CITS CITS CITS CITS CITS CITS CITS CITS CITS CITS CITS CITS CITS CITS CITS CITS CITS
Pengalaman manajemen SDM Kerja shift Waktu pergantian Jadwal waktu kerja Kemampuan dan pengalaman dari pekerja Perencanaan yang tepat Kualitas staf manajemen Kesulitan pekerjaan, Kondisi tempat bekerja, Kepadatan tenaga kerja Alat bantu, peralatan Perlengkapan rusak Penundaan administrasi/ manajemen Moral, motivasi dari pekerja Jadwal waktu / kerja lembur Perlengkapan atau alat yang rusak Mencari peralatan, bahan dan informasi Menunggu bahan Bahan tidak tersedia Menunggu alat atau perlengkapan Mencari alat, perlengkapan atau informasi Kesalahan individual Persiapan awal dan akhir Kesalahan pekerja Kekurangan bahan Alasan pribadi pekerja Datang terlambat dan pulang lebih awal Terlambat melakukan persiapan kerja Waktu idle Kelambatan kerja Menunggu teman kerja Kegiatan dengan alasan pribadi
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
2.7. Referensi pengukuran kinerja tenaga kerja konstruksi. Salah
satu
pengukuran
kinerja
adalah
produktifitas,
dimana
pengukurannya adalah dengan meneliti prosentase waktu kerja yang efektif. Penelitian Modeling Construction Labor Productivity, Journal of Construction Engineering and Management 50 menyatakan bahwa beberapa kegiatan dalam konstruksi memiliki prosentase waktu seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.3.
50
Thomas, H. Randolp; Maloney, William F.; Horner,R. Malcolm; Smith,W. Gary R.; Handa, Vir K. dan Steve R. Sanders, 1990, Modeling Construction Labor Productivity, Journal of Construction Engineering and Management, ASCE Vol. 116 No.4 December 1990, NP, ASCE,p 2
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT 40 UI., 2008.
Universitas Indonesia
Waktu produktif sekitar 33% dan 67% non produktif yang berupa kerja tak langsung merupakan potensi untuk peningkatan produktifitas.
direct work 33%
transporting 5%
instructions 6% tools/materials 5%
waiting & idle 32% travelling personal breaks 12% 4%
late starts/ early quits 3%
Gambar 2.3. Waktu harian tipikal pekerjaan konstruksi Selain itu terdapat penelitian Cost and Optimization Engineering 51 untuk pekerjaan fasilitas umum menggambarkan elemen waktu kerja seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.4. kerja produktif 35% transport peralatan dan material 8% perjalanan dari base camp ke site 13% membaca gambar menerima instruksi 1% dan rencana kerja 4%
terlambat mulai, pulang lebih awal 3% personal 2% istirahat 2% menunggu dan waktu idle tidak terjelaskan 32%
Gambar 2.4. Waktu harian tipikal pekerjaan konstruksi fasilitas umum Penilaian kinerja tenaga kerja konstruksi jalan lainnya adalah unsur efisiensi. Unsur ini dapat dicapai dengan optimalisasi kontribusi komponen biaya dan kinerja biaya tenaga kerjanya. Pada proyek pembangunan jalan, biaya alat mempunyai kontribusi yang besar dari total keseluruhan biaya proyek. Hal ini disebabkan karena biaya yang dikeluarkan untuk alat berat baik sebagai biaya 51
Humphreys, Kenneth K., 1991, Jelen’s Cost and Optimization Engineering 3rd Ed., Singapore, McGraw-Hill International Editions.
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT 41 UI., 2008.
Universitas Indonesia
investasi untuk membeli maupun untuk menyewa cukup besar. Pembangunan infrastruktur merupakan bagian dari pekerjaan konstruksi dengan alat berat yang memiliki kontribusi 50% dari pekerjaan konstruksi di Indonesia 52. Menurut perhitungan Soenarno (2004) 53, sekitar 20-25% biaya sektor konstruksi jalan, digunakan untuk biaya tenaga kerja. Oleh karena itu diperlukan suatu penelitian lebih mendalam untuk menghitung kembali efisiensi biaya tenaga kerja dalam pekerjaan jalan. Dalam
penelitian
Management
Science
and
Statistics
Journal 54
diungkapkan bahwa efektifitas pekerjaan tergantung pada pengembangan sikap kerja (Attitude) sebagai bagian dari kompetensi kerja, yang mampu mengurangi pekerjaan ulang proyek (Rework) sebesar 1.27%. Disamping itu, pelatihan tenaga kerja dan peningkatan kualitas hidup tenaga kerja mampu meningkatkan sikap kerja tenaga kerja sebesar 9.38% dan 10.97%. Apabila ditinjau dari sudut kesuksesan proyek, maka hal-hal tersebut akan mampu meningkatkan kinerja proyek secara keseluruhan. Dengan adanya penelitian tersebut, membuktikan bahwa peningkatan kinerja efektifitas tenaga kerja merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan. 2.8. Pendekatan manajemen risiko pada peningkatan kinerja daya saing tenaga kerja konstruksi. Langkah – langkah manajemen risiko yang akan dilakukan mengikuti referensi Australian Standard 4360 ( AS 4360 ) dan Project Management Body Of Knowledge ( PMBOK ), dengan tahapan sebagai berikut : a. Menetapkan b. Mengidentifikasi Risiko c. Menganalisis Risiko d. Mengevaluasi Risiko e. Menanggulangi Risiko 52
Trigunarsyah, B. Constructability Practices among Construction Contractors in Indonesia. Journal of Construction Engineering and Management, ASCE. Vol.130 No.5. October 2004. 53 Soenarno, Pemerintah Akan Dorong Teknologi Tepat Guna di Bidang Konstruksi, (Jakarta: Properti.net, 2004). 54
Young H. Park & David M. Miller, Multi-Factor Analysis of Firm-Level Performance through Feed-Forward, Feed-Back Relationships, (Alabama: Management Science and Statistics Journal, University of Alabama, 2003).
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT 42 UI., 2008.
Universitas Indonesia
Dalam melakukan pendekatan manajemen risiko untuk peningkatan daya saing ini perlu ditetapkan the stategic context, dilihat dari kerangka macro level, market level dan project level. Model dari Construction Risk Assessment 55 untuk proyek berskala internasional ditunjukkan pada Gambar 2.5.
MACRO LEVEL
Macro Level Risk Indicators
Risk Assessment Indicators
Degree of Significance (Weight)
OVERALL MACRO LEVEL RISK
Degree of Significance (weight)
OVERALL MARKET LEVEL RISK
Degree of Significance (weight)
OVERALL PROJECT LEVEL RISK
MARKET LEVEL
Indicators Impacted by the Macro Level
Impact Analysis
Other Market Level Indicators
Risk Assessment Indicators
Risk Assessment Indicators
PROJECT LEVEL
Indicators Impacted by the Macro
Indicators Impacted by the Market
Other Project Level Indicators
Impact Analysis
Risk Assessment Indicators
Impact Analysis
Risk Assessment Indicators
Risk Assessment Indicators
Bahan: Makarand Hastak and Aury Shaked, Journal of Management in Engineering, January-February 2000
Gambar 2.5. Construction Risk Assesment
55
Makarand Hastak and Aury Shaked, Journal of Management in Engineering – JanuaryFebruary 2000
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT 43 UI., 2008.
Universitas Indonesia
Risk indicators dari ketiga level tersebut merupakan bagian yang harus diperhatikan dalam konteks peningkatan daya saing. Risk indicators yang relevan dengan kondisi sektor konstruksi nasional dalam persaingan global untuk macro level diuraikan dalam Tabel 2.10. , market level pada Tabel 2.11., dan project level pada Tabel 2.12. 56 Tabel 2.10. Macro Level Risk Indicators Criteria (1) Operational Risk
Political risk
Financial risk
Sub criteria (2) Government
Risk Indicator (3) Political situation Attitude toward investor Enforceability of Contracts Government Incentives Economic & Monetary inflation Economic growth Financial Bureaucratic delays Communication and transportation Administration Professional services other than construction Hostilities with neighbouring External causes countries/region Dependence on or importance of major Internal causes power Fragmented political structure Restrains to retaining power Symptoms of Mentality, including nationalism, corruption Social conditions instability Legal framework Societal conflict (e.g., demonstrations, strikes) Foreign Instability because of nonconstitutional exchange changes generation Actual laws versus practices of capital International Current account balance reserves Foreign debt Capital flow Foreign exchange reserves assessment Budget Debt as GDP converted to US $ performance Capacity service debt Extent of deficity/surplus Sources of revenue and major spending
56
Makarand Hastak and Aury Shaked, Journal of Management in Engineering – JanuaryFebruary 2000
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT 44 UI., 2008.
Universitas Indonesia
Tabel 2.11. Market Level Risk Indicators. Criteria (1) Technology
Contracts requirement
and
Resources
Financing
Business culture
Market potential
Sub criteria (risk indicators) (2) Firm’s technological advantage Technology protection system Market suitability for advanced technology Availability of basic construction/technologies and equipment legal Type of partnership Type of contracts Enforceability of construction contract Procedure for bidding and design approvals Availability and quality of contractors Availability of construction materials Availability of skilled and unskilled workers Labor cost / productivity Availability of equipment and parts Medium and long term financing for construction project Tax and nontax incentives in construction industry Interaction of management and contractors Consultant firm – client or owner relationship Competitive/negotiated bidding Current market condition Future market volume condition Occupancy rate Rental rate Interest rate Bidding volume index
Tabel 2.12. Project Level Risk Indicators Criteria (1) Technology Contracts and legal issues
Resources
Design
Sub criteria (risk indicators) (2) Problems in technology implementation Retention of technological advantage Possibility of contractual disputes Problems in dispute settlement due to Government Laws Shortage of skilled and unskilled workers Availability of special equipment Delays in material supply Delay in design and regulatory approvals Defective design, error, and rework Work change order Difficulties to meet construction programs
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT 45 UI., 2008.
Universitas Indonesia
Criteria (1) Quality Financial
Construction
Others
Sub criteria (risk indicators) (2) Unforeseen adverse ground conditions Bad quality materials Bad quality of workmanship Financing difficulties because of tax or capital Financing difficulties because of currency exchange rate Drop in project revenue Difficulty in converting local currency to foreign exchange Construction manager Third party delays Safety Weather conditions and other natural causes of delay Physical damage to project by riots and others
Dari semua risk factor dalam international market hanya terdapat pada market level dan project level dan tidak ada yang terdapat pada macro level. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja daya saing tenaga kerja hanya ada pada market level saja. Risk indicator yang terkait adalah : Market Level Risk Indicators:
Firm’s technological advantage
Technology protection system
Market suitability for advanced technology
Availability of basic construction/technologies and equipment
Availability and quality of contractors
Availability of skilled and unskilled workers
Labor cost / productivity
Availability of equipment and parts
Interaction of management and contractors
Competitive/negotiated bidding
Project Level Indicators:
Problems in technology implementation
Retention of technological advantage
Shortage of skilled and unskilled workers
Availability of special equipment
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT 46 UI., 2008.
Universitas Indonesia
Defective design, error, and rework
Safety
Bad quality of workmanship
Construction manager
Difficulties to meet construction programs
2.9. Lingkup tugas tenaga kerja konstruksi pekerjaan jalan. 2.9.1. Lingkup tugas tenaga kerja manajerial pekerjaan jalan. Ruang lingkup tanggung jawab dan tugas-tugas manajer konstruksi berdasarkan
CITS (Constructions Industry Training Study) dan ASCO
(Australian Standard Clasifications Occupation) adalah sebagai berikut 57: 1. Ruang lingkup tanggung jawab:
Menguasai isi dokumen kontrak beserta lampiran-lampirannya.
Merencanakan secara matang pelaksanaan pekerjaan jalan.
Mengorganisir dan mendelegasikan pelaksanaan pekerjaan jalan.
Melakukan evaluasi dan pengendalian ketetapan dan kecermatan pelaksanaan metoda pekerjaan jalan sesuai gambar rencana dan standar spesifikasi.
Melakukan evaluasi dan pengendalian mutu, dimensi, besaran, waktu, dan keuangan secara tepat dan cermat.
Menerapkan prosedur administrasi teknik dan keuangan secara tertib.
Melakukan hubungan kerja untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan jalan.
Terlibat mempersiapkan technical proposal dan cost proposal untuk mengikuti tender.
Melakukan negosiasi dengan pemilik proyek, subkontraktor dan pengawas.
2. Tugas-tugas meliputi
Menerjemahkan gambar-gambar pokok dan jumlah dari tagihantagihan.
57
Akbar Alfa, Standar Kompetensi Jabatan Kerja Manajer Konstruksi Jalan dalam Pekerjaan Jalan, Tesis Manajemen Konstruksi FTUI, 2005.
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT 47 UI., 2008.
Universitas Indonesia
Konsultasi dengan para insinyur dan profesional lainnya dan pekerjaan-pekerjaan teknik lapangan.
Negosiasi dengan pemilik proyek, pengawas dan subkontraktor.
Mengambil persiapan perkiraan tender dan tawaran kontrak.
Menaksir ukuran dan jangkauan dari lokasi pekerjaan dan menciptakan dan mengkoordinasikan program peralatan untuk aktifitas kerja dan sistem kontrol kerja.
Mengkoordinasikan sumber daya manusia, memperoleh dan mendistribusikan semua bahan dan perlengkapan kerja.
Membuat dan mengkoordinasikan program peralatan untuk aktivitas kerja dan sistem kontrol kerja.
Memastikan mengikuti untuk mengatur jalannya pekerjaan dan kinerja standar mutu.
Mengikuti
program
dan
kebijaksanaan
good
corporate
governance. Selain syarat-syarat minumal yang harus dipenuhi, Manajer Konstruksi jalan memiliki tugas dan tangung jawab sebagai berikut 58: 1. Tugas Pokok;
Melaksanakan fungsi representatif tingkat proyek,
Melaksanakan pengelolaan sumberdaya proyek secara efisien dan efektif,
Mengendalikan pelaksanaan produksi di proyek,
Mengendalikan proses value engineering di proyek,
Mengendalikan administrasi kontrak di proyek,
Melaksanakan pembinaan hubungan baik antara proyek dan lingkungannya,
Melaksanakan dokumentasi dan pelaporan proyek,
Menyelenggarakan manajemen keuangan, akuntansi, personalia dan perkantoran sesuai dengan kebijakan perusahaan,
Melaksanakan penghimpunan informasi pasar dalam lingkup proyeknya,
58
PT. Wijaya Karya, “Rencana Kerja Proyek”, 2004
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT 48 UI., 2008.
Universitas Indonesia
Menyajikan laporan proyek selesai,
Melaksanakan penerapan sistem manajemen mutu ISO 9000 dan sistem manajemen mutu lainnya yang dikembangkan perusahaan,
Melaksanakan
pembinaan
bawahan
yang
menjadi
tanggungjawabnya sesuai dengan arah perkembangan perusahaan. 2. Tanggungjawab;
Menetapkan tingkat produktifitas proyek,
Menetapkan rencana anggaran biaya proyek,
Menetapkan rencana kerja proyek,
Menetapkan pengeluaran biaya proyek,
Mengesahkan bukti kas dan memorial di proyek,
Menetapkan pembayaran kepada subkontraktor dan pemasok.
Menetapkan pembelian alat, bahan dan upah di proyek sesuai batas anggaran,
Menetapkan hubungan kerja tenaga mandor di proyek,
Menilai kinerja bawahan, dan
Menetapkan penugasan bawahan.
Adapun deskripsi kerja manajer proyek yang terdapat dalam organisasi proyek 59, adalah sebagai berkut: 1. Fungsi;
Penanggungjawab tercapainya tujuan proyek (quality, cost, delivery, safety and morale).
Pengelola dan bertanggungjawab atas seluruh sumberdaya sehingga efektif dan efisien tercapainya sasaran/tujuan di unitnya.
Bertanggungjawab terhadap jalannya proyek sesuai dengan prosedur keselamatan yang berlaku (K3).
2. Tugas;
Membuat anggaran biaya/budget dan cash flow proyek dan kegiatan perencanaan yang lain (document review, specification, hitung kembali dan metode pelaksanaan)
59
Menangani tugas-tugas:
PT. Wijaya Karya, “Rencana Kerja Proyek”, 2004.
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT 49 UI., 2008.
Universitas Indonesia
▫ Engineering (termasuk administrasi kontrak). ▫ Administrasi keuangan, personalia dan umum. ▫ Operasi lapangan (quality plan, production plan and safety plan)
Membina hubungan kerja dengan: ▫ Owner. ▫ Konsultan perencanan/pengawas. ▫ Mitra kerja (supplier, subkontraktor dan mandor)
Melaksanakan rapat mingguan atau rapat bulanan internal dan eksternal.
Mengadakan evaluasi terhadap progres fisik, biaya, quality, standar, moral dan maintenance.
Membuat rencana tindak lanjut / corrective action terhadap penyimpangan yang terjadi.
Membina engineering manager, site manager dan administration manager guna peningkatan kinerja.
3. Tanggungjawab;
Bertanggungjawab
langsung
kepada
kepala
cabang
atas
terlaksananya dengan baik tugas yang diberikan. 2.9.2. Lingkup tugas tenaga kerja pelaksana jalan. Tenaga pelaksana jalan yang terdiri dari tenaga terampil, tenaga operator dan tenaga teknisi umumnya bekerja sebagai bagian dari sebuah tim dan bekerja sama dengan berbagai bidang keahlian
lainnya
dalam
menyelesaikan
pekerjaannya. Tenaga pelaksana juga harus mampu bekerja sendiri, membaca dan menginterpretasikan perintah, rencana dan spesifikasi dengan sedikit pengawasan maupun tanpa pengawasan sekalipun. 60 Dengan demikian, tenaga pelaksana yang berkompeten mempunyai posisi yang sangat menentukan. 61 Beberapa jenis tenaga pelaksana pada proyek jalan diantaranya: 62
60
U.S. Department of Labor, Bureau of Labor Statistics, Construction Laborers [http://www.bls.gov, Mei 2005] 61 Construction Online, Promoting Competence in Construction [www.ConstructionOnline.com, 2005] 62 CITS, Construction Industry Training Study, Puslatjakon dan LPJK, 2003.
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT 50 UI., 2008.
Universitas Indonesia
Truck Operator
Asphalt Finisher Operator
Asphalt Mixing Plant Operator
Asphalt Sprayer Operator
Road Asphalt Worker
Tire Roller Operator
Motor Grader Operator
Excavator Operator
Dozer Operator
Tandem Operator
Apabila dilihat dari jenis alat bantu yang digunakan, maka tenaga pelaksana mempunyai area kerja yang berbeda-beda. Pada kasus perkerasan lentur, maka pekerjaan finishing tersebut berawal dari penyediaan alat kerja, membersihkan area kerja, mencampur material, menghampar aspal, sampai dengan menggilas lapisan perkerasan. Apabila di asumsikan bahwa lapisan dasar perkerasan (sub base / base course, dan subgrade) telah dipadatkan dengan sempurna, maka tahap finishing inilah yang menentukan baik buruknya kualitas jalan. Dalam penelitian yang dilakukan diperoleh tenaga pelaksana yang menentukan akan kualitas akhir yaitu tenaga operator pekerjaan jalan : 63
Asphalt Finisher Operator
Asphalt Mixing Plant Operator
Asphalt Sprayer Operator
Road Asphalt Worker
Tenaga operator di atas mempunyai peran dalam mengoperasikan alat-alat kerja. Untuk mengoperasikan alat-alat kerja tersebut diperlukan kompetensi minimal yang harus dimiliki oleh tenaga terampil agar hasil kerja menjadi optimal. 2.10. Analisis penelitian peningkatan kinerja daya saing. 2.10.1. Pendekatan manajemen risiko. Perbaikan dalam proses konstruksi diperlukan untuk memperoleh kualitas kinerja manajemen yang lebih baik. Perbaikan ini harus memperhatikan faktor-
63
Ibid.
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT 51 UI., 2008.
Universitas Indonesia
faktor yang mempengaruhi secara langsung kualitas dari proses konstruksi, terutama yang berhubungan dengan pendokumentasian lesson learned, teknik manajemen dan teknologi yang digunakan. 64 Kerangka petunjuk untuk memformulasikan hubungan yang kompleks yang menghasilkan rangkaian pembuatan keputusan termasuk sumber risiko untuk kejadian terkait, dampak, penyebab dan lessons learned untuk tindakan koreksi, dapat diuraikan dalam suatu model matematik. 65 Dalam upaya peningkatan kinerja daya saing tenaga kerja konstruksi khususnya dalam bidang jalan, analisis penelitiannya dilakukan dengan mengikuti model matematik di atas yang disesuaikan dengan permasalahannya seperti diuraikan berikut ini :
Analisis pemodelan, simulasi dan kebijakan peningkatan kinerja daya saing tenaga kerja konstruksi pekerjaan jalan : Yi = K[R{ f [(Xij) (Dijk) (Pijkl) (Tijklm)]}] dimana :
R = Rencana , K = Kebijakan, D = Dampak, P =Penyebab, T= Tindakan. i j k l m
= variabel-variabel bebas ke i = sampel ke j = keterkaitan antar variabel ke k = keterkaitan antar sampel ke l = keterkaitan antar solusi ke m
Analisis faktor dan variabel kinerja daya saing daya saing tenaga kerja konstruksi pekerjaan jalan ……… (Yi)
Analisis dampak faktor dan variabel yang berpengaruh pada kinerja daya saing tenaga kerja konstruksi pekerjaan jalan …….. (Xij) & (Dijl)
Analisis penyebab kinerja daya saing rendah tenaga kerja konstruksi pekerjaan jalan ……….. (Pijkl)
Analisis tindakan peningkatan kinerja daya saing tenaga kerja konstruksi pekerjaan jalan...(Tijklm)
Validasi hasil pemodelan, simulasi dan kebijakan peningkatan kinerja daya saing tenaga kerja konstruksi pekerjaan jalan.
64
Arditi, David and Gunaydin, H.Murat, (1998). Factor That Affect Process Quality In The Life Cycle of Building Project, Journal of Construction Engineering and Management, Vol. 124, No. 3, ASCE. 65 Ibid.
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT 52 UI., 2008.
Universitas Indonesia
Proses analisis seperti diuraikan di atas dapat diperlihatkan dalam Gambar 2.6. dimana dilihat hubungan antara faktor dan variabel yang terkait kepada peningkatan kinerja daya saing, dimana Y adalah variabel-variabel terikat (dependent variables),
X adalah variabel bebas (independent variable). I
menunjukkan dampak, P adalah penyebab dan T adalah tindakan, yang dapat berupa tindakan preventif atau korektif.
YA
YB
YD
YC
YE
Yij
Yn
Iij X1
X2
P1
X3
P2
T 1
T 2
P3
T 3
X4
P4
T 4
T 5
X5
P5
T 6
P6
T 7
P7
T 8
X7
X6
P9
P8
T 9
T 10
T 11
X8
P10
T 12
T 13
P11
T 14
X9
P12
T 15
X 10
P13
T 16
X 11
P14
T 17
T 18
P15
T 19
T 20
T 21
Xn
Xij
Pn
Pij
T n
Tij
Sumber : Dikembangkan dari, Knowledge-based Material Cost Control for Building Construction Project using Expert System Approach, Bear 2008, Heritance Kandalama, Sri Langka, Latief, Y., Abidin, I.S. & Trigunarsyah, B., 2008 Gambar 2.6. Pola hubungan variabel-kejadian-penyebab-tindakan dalam peningkatan kinerja daya saing tenaga kerja konstruksi. Variabel penelitian yang dapat digunakan pada penelitian ini adalah:
Tipe variable bebas (independent) dan variable tergantung (dependent). Variabel terikatnya akan terdiri dari faktor yang mempengaruhi kinerja daya saing, baik faktor internal maupun eksternal.
Skala pengukurannya dapat berupa empat macam yaitu
nominal,
ordinal, interval dan ratio. 2.10.2. Populasi dan sampel penelitian. Populasi didefinisikan sebagai the totality of the observation with which we are concerned – seluruh data observasi yang dipedulikan oleh peneliti, 66
66
Ronald E. Walpole dan Raymond H. Myers, Probability and Statictics for Engineers and Scientist, Edisi IV, (Macmillan Publishing, 1990).
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT 53 UI., 2008.
Universitas Indonesia
sekumpulan data yang mengidentifikasi fenomena, 67 atau suatu kumpulan unit yang diteliti, unit tersebut dapat berupa manusia, tempat, obyek, waktu, standar, ataupun banyak hal lainnya. 68 Sedangkan sampel didefinisikan sebagai suatu subset dari populasi, 69 sekumpulan data yang diambil atau diseleksi dari suatu populasi, 70 atau suatu kumpulan/koleksi unit dari suatu populasi. 71 2.10.3. Metode dan instrumen pengumpulan data. Penelitian adalah suatu proses mencari sesuatu secara sistematik dalam waktu yang relatif lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku. 72 Dalam suatu penelitian terdapat suatu tahapan yang mengharuskan peneliti melakukan pengumpulan data. Pengumpulan data tersebut dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian, tujuan tersebut diungkapkan dalam bentuk hipotesis yang merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian, sehingga jawabannya masih perlu dijawab secara empiris, dan untuk maksud inilah dilakukan pengumpulan data. 73 Untuk membantu proses pengumpulan data, maka diperlukan metode dan instrumen yang dapat membantu proses pengumpulan data menjadi lebih efisien dan terstruktur. Metode pengumpulan data diartikan sebagai teknik atau cara-cara yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data.74 Sedangkan instrumen pengumpulan data didefinisikan sebagai alat bantu yang dipilih agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan mudah dilakukan. 75 Yin [1994] memberikan alternatif metode/strategi yang dapat digunakan dalam suatu penelitian, metode tersebut adalah eksperimen (experiment), survei (survey), analisis arsip (archieval analysis), sejarah (historical events), atau studi kasus (case study). Dasar penentuan strategi penelitian yang digunakan adalah dengan pertanyaan yang diuraikan dalam Tabel 2.10. 67
Singgih Santoso, Mengatasi Berbagai Masalah Statistik dengan SPSS versi 11.5, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2003). 68 Phillip B. Stark, Glossary of Statistical Term, (www.berkeley.edu/~stark/SticiGui/Text /gloss.htm. 2004). 69 Ronald E. Walpole dan Raymond H. Myers, loc.cit. 70 Singgih Santoso, loc.cit. 71 Phillip B. Stark, loc.cit. 72 M. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), hal. 99. 73 W. Gulo, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Grasindo, 2002), hal. 110. 74 Riduwan, Skala Pengukuran dan Variabel-Variabel Penelitian, (Jakarta: Alfabeta, 2002), hal. 24. 75 Ibid.
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT 54 UI., 2008.
Universitas Indonesia
Tabel 2.10. Strategi Penelitian 76
Strategi
Eksperimen Survei Analisis arsip Sejarah Studi kasus
Jenis pertanyaan yang digunakan Bagaimana, Mengapa Siapa, Apa, Dimana, Berapa banyak, Berapa besar Siapa, Apa, Dimana, Berapa banyak, Berapa Besar Bagaimana, Mengapa Bagaimana, Mengapa
Fokus terhadap Kontrol terhadap peristiwa peristiwa yang yang sedang berjalan / baru diteliti diselesaikan Ya
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya /Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Selain metode penelitian diperlukan juga instrumen penelitian yang digunakan sebagai alat bantu dalam pengumpulan data, misalnya metode survei, pengambilan sampel dari satu populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. 77 Beberapa alternatif metode dan instrumen pengumpulan data yang dapat digunakan dalam suatu penelitian, diuraikan dalam Tabel 2.11. 78 Tabel 2.11. Metode Dan Instrumen Pengumpulan Data No
Jenis Metode
Jenis Instrumen
1
Angket (Questionnaire)
2
Wawancara (Interview)
3
Pengamatan (Observation)
4
Ujian atau Tes (Test)
5
Dokumentasi
-Angket -Daftar cocok (Checklist) -Skala (Scale) -Inventori (Inventory) -Pedoman wawancara (interview guide) -Daftar cocok (Checklist) -Lembar pengamatan -Panduan pengamatan -Panduan observasi (Observation Schedule) -Daftar cocok (Checklist) -Soal ujian -Inventori (Inventory) -Daftar cocok (Checklist) -Tabel
/
Observasi
2.10.4. Analisis data. Data statistik yang diperoleh dari hasil survei, atau pengamatan lainnya, umumnya masih acak dan tidak terorganisir dengan baik, sehingga data tersebut 76
Robert K.Yin, Case Study Research ; Design and Methods, Edisi II, (India: SAGE Publication, 1994), hal. 6. 77 Masri Singarimbun, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 1989), hal. 3. 78 Riduwan, loc.cit.
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT 55 UI., 2008.
Universitas Indonesia
harus diringkas dengan teratur, baik dalam bentuk tabel atau grafis, dan digunakan sebagai dasar untuk berbagai pengambilan keputusan. 79 Analisis data akan di bantu dengan tiga metode analisis, yaitu metode AHP, Analisis dengan perangkat lunak SPSS, dan perangkat lunak Crystall ball. Penelitian dilakukan dengan melakukan analisis berikut ini : 1. Analisis Analytical Hierarchy Process 80 Proses AHP (Analitycal Hierarchy Process), digunakan untuk memisahkan variabel-variabel yang tidak perlu dilakukan analisis lebih lanjut, agar data yang akan dimasukan dalam program statistik SPSS (Statistical Program for Social Science) terbatas yang paling significant. Langkah untuk menentukan prioritas variabel berdasarkan metode AHP tersebut diuraikan pada Gambar 2.7.
Gambar 2.7. Proses Menentukan Prioritas Variabel Dengan AHP 2. Analisis korelasi dan interkorelasi 81 Analisis data akan menggunakan alat bantu perangkat lunak SPSS, skema analisis dapat dilihat pada Gambar 2.8.
79
Singgih Santoso, Menguasai Statistik di Era Informasi dengan SPSS 12, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2005). 80 Saaty, T.L., Fundamental of Decision Making, RSW Publication, Pittsburg, PA, 1994. 81 Boediono dan Wayan Koster, Teori dan Aplikasi Statistik dan Probabilitas, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004).
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT 56 UI., 2008.
Universitas Indonesia
Gambar 2.8. Tahap-tahap analisis dengan SPSS Analisis korelasi pada penelitian ini dilakukan untuk mengukur kekuatan hubungan antara variabel-variabel terikat (dependent variables) dengan variabel bebas (independent variable). Untuk data dengan kriteria data interval/rasio yang berdistribusi normal dapat dilakukan analisis data dengan metode statistik parametrik. Analisis korelasi dilakukan dengan metode
korelasi
Pearson
(product
moment
correlation),
dengan
persamaan: 82 Y = f (X i,j,k,l) ..........................................2.11 Dimana : i =
variabel-variabel bebas ke i
j =
sampel ke j
k=
keterkaitan antar variabel ke k
l =
keterkaitan antar sampel ke l
Dari persamaan di atas disusun model matematik yang menggambarkan hubungan antara berbagai variabel faktor hambatan internal dan eksternal dengan variabel yang menggambarkan hambatan untuk meningkatkan kinerja daya saing. Analisis korelasi menunjukkan keeratan hubungan antara dua variable atau lebih. Analisis korelasi dalam mencari hubungan 82
Singgih Santoso, loc.cit.
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT 57 UI., 2008.
Universitas Indonesia
antara variable tanpa memperhatikan ada atau tidaknya hubungan kausal diantara variable-variable tersebut. Hubungan antara variable dapat linier atau non linier. Dikatakan linier apabila pasangan semua titik (xi, yi) terlihat bergorombol di sekitar garis lurus, dan dikatakan non linier apabila pasangan titik-titik tersebut terletak di sekitar kurva non linier. Nilai yang dapat diperoleh dari korelasi adalah positif, negatif atau tidak berkorelasi. Dua variable dikatakan positif, jika data tersebut cenderung berubah secara berpasangan dalam arah yang sama. Nilai koefisien korelasi berkisar -1. Metode yang digunakan adalah analisis korelasi sederhana dengan metode korelasi bivariat. Korelasi linier sederhana merupakan hubungan antara dua variable yang ditunjuk dari besarnya koefisien korelasi yang dinyatakan dengan symbol “r” (Pearsonian Coefficient Correlation), yang ditunjukkan pada Tabel 2.12. Tabel 2.12. Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi Terhadap Koefisien Korelasi 83 Interval korelasi
Tingkat hubungan
0,00 – 0,199
Sangat lemah
0,20 – 0,399
Lemah
0,40 – 0,599
Sedang
0,60 – 0,799
Kuat
0,80 – 1,00
Sangat kuat
Model yang digunakan dalam analisis korelasi adalah sebagai berikut 84 : rxy
(x y ) i
2
i
2
( xi )( y i )
dimana : r = koefisien korelasi
x xx y yy
83
Boediono dan Wayan Koster, Teori dan Aplikasi Statistik dan Probabilitas, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004 84 Ibid.
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT 58 UI., 2008.
Universitas Indonesia
Analisis interkorelasi dilakukan untuk mengetahui besarnya hubungan interkorelasi r antara variabel bebas yang satu terhadap variabel bebas lainnya. Apabila antar variabel-variabel tersebut terjadi hubungan interkorelasi, yaitu saling mempengaruhi, dan langsung digunakan sebagai variabel persamaan, maka mempunyai risiko terjadinya gangguan terhadap stabilitas model, sehingga dapat mengurangi asumsi linier independence dan juga mengurangi real significant final interpretation dari model yang terbuat dari variabel tersebut. 3. Analisis faktor 85 Untuk menyederhanakan jumlah variabel bebas yang mempunyai nilai R > 0.4 terhadap variabel terikat, maka dilakukan analisis faktor dengan menggunakan metode Principal Componen Analysis dan metode Rotasi Varimax dengan kriteria dari Kaiser, yaitu mengambil eigenvallue > 1. Setiap faktor mempunyai sekelompok variabel bebas yang dapat menggambarkan karakteristik umum dari faktor tersebut, 4. Analisis variabel penentu 86 Untuk menentukan variabel-variabel penentu yang akan dipilih, dilakukan analisis variabel penentu dengan cara menganalisis berbagai kombinasi antara setiap variabel bebas yang potensial dari setiap faktor. Kriteria yang digunakan untuk memilih ada dua. Pertama, variabel bebas setiap faktor memiliki interkorelasi r < 0.4. Kedua, kombinasi yang dipilih adalah yang mempunyai interkorelasi r paling rendah sehingga kombinasi tersebut menghasilkan variabel-variabel penentu yang optimal terhadap variabel terikat. Optimalitasnya diukur dari R2 dan stabilitas model yang optimal, serta memenuhi semua kriteria proses pengujian (F, t, d, Multi Collinearity dan validasi). 2.10.5. Dampak risiko pada kinerja daya saing.
85
Andi, 10 Model Penelitian dan Pengolahannya Dengan SPSS 10.01., Wahana Komputer Yogyakarta, 2002. 86 Ibid.
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT 59 UI., 2008.
Universitas Indonesia
1. Analisis risk ranking 87 Penentuan risk ranking ini bermaksud dari variabel yang telah teridentifikasi, dicari risk ranking atau prioritas dari elemen tersebut. Berdasarkan data frekuensi terjadinya elemen tersebut dan dampaknya terhadap kinerja daya saing, dilakukan analisis risk ranking dengan membuat bobot dari frekuensi dan dampak dari tiap elemen. 2. Analisis risk level 88 Berdasarkan data frekuensi terjadinya elemen tersebut dan dampaknya terhadap kinerja daya saing, dilakukan analisis risk level dengan membuat bobot dari frekuensi dan dampak dari tiap elemen. 2.10.6. Variabel risiko yang paling menentukan kinerja daya saing. 1. Analisis regresi 89 Analisis regresi merupakan salah satu analisis statistik yang cukup penting dan berkaitan dengan masalah permodelan matematik dari suatu pasangan data pengamatan.
Hubungan antara pasangan variable tersebut dapat
menunjukkan hubungan dari dua atau lebih variable tersebut. Dalam penelitian ini akan digunakan analisis regresi berganda yaitu suatu analisis regresi yang digunakan jika ada satu variable tak bebas atau variable terikat tergantung pada lebih dari satu variable atau peubah bebas. Hubungan antara kedua variable tersebut dapat dicirikan melalui model matematik yang disebut sebagai model regresi. Metode yang digunakan adalah stepwise regression, setiap variable dimasukkan kedalam model regresi berdasarkan urutan kontribusi besar nilai R2 terhadap model regresi yang diharapkan. Persamaan regresi untuk n predictor adalah : 90 Y = a + biXi + b2X2…………bnXn
............................... 2.12.
Persamaan regresi di atas didapat setelah dilakukan analisis korelasi yang dilanjutkan dengan mencari persamaan regresinya. Persamaan regresi
87
Ibid. Andi, 10 Model Penelitian dan Pengolahannya Dengan SPSS 10.01., Wahana Komputer Yogyakarta, 2002. 89 Ibid. 90 Ibid. 88
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT 60 UI., 2008.
Universitas Indonesia
tersebut menggambarkan model antara variabel dependent hasil kali antara frekuensi dan dampak dari elemen tersebut. biXi = hasil kali frekuensi terjadinya dan dampaknya dan dari Sensitivity Chart yang terjadi , bahwa variabel biXi mempunyai sensitivitas tertentu terhadap model tersebut. 2.10.7. Mitigasi risiko dan penanganan risiko. 91 Analisis deskriptif dampak, penyebab dan tindakan Data dalam kuisioner mencakup semua kemungkinan dampak yang terjadi, faktor penyebabnya dan tindakan yang harus dilakukan. Data tersebut dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui tindakan yang harus dilakukan dalam peningkatan kinerja daya saing yang paling banyak sampai yang paling sedikit yang dipilih responden dengan membuat tabulasi dari masing-masing tindakan korektif. Selain itu dibuat ranking dari tabulasi terendah hingga terbanyak. 2.10.8. Simulasi model. Simulasi adalah proses model matematika atau model logika dari suatu sistem atau masalah pengambilan keputusan. Langkah selanjutnya adalah eksperimen dengan model tersebut untuk menganalisis hasilnya agar dapat membantu dalam pengambilan keputusan. 92 Setelah diperoleh persamaan dari simulasi SPSS, selanjutnya dilakukan simulasi probability dengan menggunakan metode simulasi Montecarlo. Simulasi Montecarlo adalah sebuah eksperimen sampling yang bertujuan untuk mengestimasi distribusi dari variable-variable terikat, yang kemungkinan dipengaruhi oleh variablevariable bebas. Simulasi Montecarlo merupakan suatu teknik simulasi untuk situasi yang diliputi ketidakpastian untuk mendapatkan suatu pendekatan, bila eksperimen secara fisik atau pendekatan analitis tidak memungkinkan. Analisis dalam penelitian ini dimulai dengan pemilihan hasil (outcome) dengan suatu jumlah angka yang tetap dan melakukan perhitungan untuk memperoleh trial outcome dalam memperoleh jawaban yang diinginkan (measure of merit). Perhitungan ini dilakukan berulang91 92
Ibid. James R. Evans and David L. Olson, Introduction to Simulation and Risk Analysis, Prentice Hall Inc., New Jersey, 1998.
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT 61 UI., 2008.
Universitas Indonesia
ulang sehingga menghasilkan trial outcome yang mendekati nilai rata-rata (mean), variant 2, bentuk distribusi atau karakteristik lainnya dari jawaban yang diinginkan.
Persyaratan utama dari teknik Montecarlo adalah
outcome dari sebuah variable dipilah secara acak (random).
93
Fenomena
random, umumnya memiliki suatu distribusi normal dan hasil (element outcomes) yang diinginkan juga membentuk suatu distribusi normal. Metode untuk menentukan jumlah trials dengan teknik ini adalah dengan memperhatikan nilai rata-rata yang dihasilkan.
Jumlah trial ditentukan
pada saat hasil simulasi dalam batas-batas ketelitian yang diinginkan. Jumlah kejadian yang disimulasikan untuk memberikan gambaran yang mungkin terjadi adalah menggunakan rumus n, sebagai berikut : 94 n dimana :
n
Z 2 / 2 2
2 = jumlah sample simulasi
Z 2 / 2 = Degree of confidence level
2
= Standard deviation
2
= Error tolerance level
dari jumlah kejadian n tersebut di atas yang di random untuk mendapatkan nilai standard deviation, mean dan range. Secara skematis, teknik simulasi
Montecarlo dapat dilihat pada Gambar 2.9. 95
Gambar 2.9. Teknik Simulasi Montecarlo 93
Walpole, R.E and R.H. Myers, Probability and statistics for engineers and scientist, 5-th edition, New Jersey, Prentice Hall. 94 Ibid. 95 Ibid.
Peningkatan kinerja ..., Suntana Sukma Djatnika, FT 62 UI., 2008.
Universitas Indonesia