7
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah Dalam Undang-Undang RI. No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup pasal 1 ayat (12) menyebutkan : “Pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan/atau komponen lain kedalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai peruntukannya” (Mulia, 2007: 6). Makhluk hidup, zat atau energi yang dimasukkan kedalam lingkungan hidup tersebut biasanya merupakan sisa suatu usaha dan/atau kegiatan manusia. Sisa suatu usaha dan/atau kegiatan manusia tersebut berupa limbah/sampah. Karena itu dapat dikatakan bahwa salah satu penyebab pencemaran lingkungan adalah sebagai akibat adanya limbah/sampah yang dibuang kedalam lingkungan hingga daya dukungnya terlampaui. Sehingga menyebabkan pencemaran lingkungan yang merupakan sumber penyebab gangguan kesehatan pada masyarakat (Mulia, 2005: 6-7). Di dalam UU No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, disebutkan sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang kelingkungan.
8
Menurut World Health Organisation (WHO), sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2007: 111). Sedangkan menurut Soemirat, 2011:178. Pengertian sampah adalah suatu yang tidak dikehendaki lagi oleh yang punya dan bersifat padat. Sementara Menurut Sejati, 2009: 12. Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang; merupakan hasil aktivitas manusia maupun alam yang sudah tidak digunakan lagi karena sudah diambil unsur atau fungsi utamanya. Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Bentuk sampah bisa berada dalam setiap fase materi, yaitu padat, cair dan gas (Dewi, 2011: 6). Para ahli kesehatan masyarakat Amerika membuat batasan, sampah (waste) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan sendirinya. Sampah mengandung prinsip-prinsip : a. Adanya suatu benda atau benda padat b. Adanya hubungan langsung/tidak langsung dengan kegiatan manusia c. Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi (Notoatmodjo, 2007: 188). 2.1.1 Penggolongan Sampah 1.
Penggolongan sampah berdasarkan bentuknya a. Sampah padat, yaitu sampah yang berasal dari sisa-sisa tanaman, hewan, kotoran ataupun benda-benda lain yang bentuknya padat
9
b. Sampah cair, yaitu sampah yang berasal dari buangan pabrik, industri, pertanian, perikanan, peternakan ataupun manusia yang berbentuk cair, misal air buangan, air seni, dan sebagainya c. Sampah gas, yaitu sampah yang berasal dari knalpot kenderaan bermotor, cerobong pabrik, dan sebagainya yang kesemuanya berbentuk gas atau asap (Suriawiria, 2003: 213). 2.
Penggolongan sampah berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya a. Sampah organik atau sampah basah ialah sampah yang berasal dari makhluk hidup, seperti dedaunan dan sampah dapur. sampah jenis ini sangat mudah terurai secara alami (degradable) b. Sampah anorganik atau sampah kering adalah sampah yang tidak dapat terurai (undegradable) misalnya karet, plastik, pecahan gelas, kaleng dan logam (Dewi, 2011: 8).
3.
Penggolongan sampah berdasarkan komposisinya a. Sampah seragam, ialah sampah hasil kegiatan industri umumnya termasuk dalam golongan ini. Sampah dari kantor sering hanya terdiri atas kertas, karton, kertas karbon, dan semacamnya yang masih tergolong seragam atau sejenis. b. Sampah campuran, misalnya sampah yang berasal dari pasar atau sampah dari tempat-tempat umum yang sangat beraneka ragam dan bercampur menjadi satu.
10
4.
Penggolongan sampah berdasarkan proses terjadinya a. Sampah alami ialah sampah yang terjadi karena proses alami, misalnya rontokan dedaunan b. Sampah non alami ialah sampah yang terjadi karena kegiatan manusia. Misalnya plastik dan kertas (Sejati, 2011: 13-14).
5.
Penggolongan sampah berdasarkan dapat dan tidaknya dibakar a. Sampah yang mudah terbakar, misalnya : kertas plastik, daun kering, kayu b. Sampah yang tidak dapat terbakar, misalnya : kaleng, besi, besi, gelas, dan lain-lain (Chandra, 2007: 111).
2.1.2 Sumber- Sumber Sampah 1.
Sampah yang berasal dari pemukiman (domestic wastes) Sampah ini terdiri dari bahan-bahan padat sebagai hasil kegiatan rumah tangga yang sudah dipakai dan dibuang seperti sisa-sisa makanan baik yang sudah dimasak atau yang belum, bekas pembungkus berupa kertas, plastik, daun-daun dari kebun atau taman, pakaian-pakaian bekas, bahan-bahan bacaan, dan perabot rumah tangga.
2.
Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum Sampah ini berasal dari tempat-tempat umum, seperti pasar, tempattempat hiburan, terminal bus, stasiun kereta api, pelabuhan dan bandara. Sampah ini berupa: kertas, plastik, botol dan daun.
11
3.
Sampah yang berasal dari perkantoran Sampah dari perkantoran baik perkantoran pendidikan, perdagangan, departemen, dan perusahaan. Sampah ini berupa kertas-kertas, plastik, karbon, dan klip. Umumnya sampah ini bersifat kering dan mudah terbakar (rubbish).
4.
Sampah yang berasal dari jalan raya Sampah ini berasal dari pembersihan jalan yang umumnya terdiri dari : kertas-kertas. kardus-kardus, debu, batu-batuan, pasir, sbekan ban, onderdil-onderdil kenderaan yang jatuh, daun-daunan, dan plastikplastik.
5.
Sampah yang berasal dari industri (industrial wastes) Sampah ini berasal dari kawasan industri, termasuk sampah yang berasal dari pembuangan industri, dan segala sampah yang berasal dari proses produksi, misalnya sampah-sampah pengepakan barang, logam, plastik, kayu, potongan tekstil dan kaleng.
6.
Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan Sampah ini sebagai hasil dari perkebunan atau pertanian, misalnya: jerami, sisa sayur mayur, batang padi, batang jagung, dan ranting kayu yang patah.
7.
Sampah yang berasal dari pertambangan Sampah ini berasal dari daerah pertambangan, dan jenisnya tergantung dari jenis usaha pertambangan itu sendiri. Misalnya : batu-batuan, tanah/cadas, pasir, dan sisa-sisa pembakaran (arang).
12
8.
Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan berupa : kotorankotoran ternak, sisa-sisa makanan, dan bangkai binatang (Notoatmodjo, 2003: 166).
2.1.3 Karakteristik Sampah 1.
Garbage yaitu jenis sampah yang terdiri dari sisa potongan hewan atau sayur-sayuran yang berasal dari proses pengolahan, persiapan, pembuatan, dan penyediaan makanan yang sebagian besar terdiri dari bahan yang mudah membusuk, lembab dan mengandung sejumlah air.
2.
Rubbish yaitu sampah yang mudah atau susah terbakar, berasal dari rumah tangga, pusat perdagangan, dan kantor, yang tidak termasuk kategori garbage. Sampah yang mudah terbakar umumnya terdiri dari zat organik, seperti kertas, sobekan kain, kayu, plastik dan lain-lain. Sedangkan sampah yang sukar terbakar sebagian besar berupa zat anorganik seperti logam, mineral, kaleng dan gelas.
3.
Ashes (Abu) yaitu sisa pembakaran dari bahan yang mudah terbakar baik di rumah, di kantor, maupun industri.
4.
Street sweeping (sampah jalanan) berasal dari pembersihan jalan dan trotoar, terdiri dari kertas-kertas, kotoran, daun-daunan, dan lain-lain.
5.
Dead animal (bangkai binatang) yaitu bangkai-bangkai yang mati karena bencana alam, penyakit atau kecelakaan.
6.
Houshold refuse (sampah pemukiman) yaitu sampah campuran yang terdiri dari rubbish, garbage, ashes yang berasal dari daerah perumahan.
13
7.
Abandoned vehicles (bangkai kendaraan) yang termasuk jenis sampah ini adalah bangkai mobil, truk, kereta api, satelit, kapal laut dan alat transportasi lainnya.
8.
Sampah Industri terdiri dari sampah padat yang berasal dari industri pengolahan hasil bumi dan industri-industri lainnya.
9.
Demolition wastes yaitu sampah yang berasal dari pembongkaran gedung/bangunan.
10. Construction wastes (sampah dari daerah pembangunan) yaitu sampah yang berasal dari sisa-sisa pembaharuan gedung. Sampah dari daerah ini mengandung tanah, batu-batuan, potongan kayu, alat perekat, dinding, dan lain-lain. 11. Sampah khusus yaitu sampah yang memerlukan penanganan khusus dalam pengelolaannya, misalnya kaleng cat, film bekas, zat radiokatif dan zat yang toksik (Mukono, 2011: 24-25). 12. Sewage Solid merupakan air limbah buangan rumah tangga maupun industri. Limbah cair rumah tangga umumnya dialirkan ke got tanpa proses penyaringan, seperti sisa air mandi, bekas cucian, dan limbah dapur. Terdiri dari benda-benda kasar yang umumnya zat organik hasil saringan pada pintu masuk suatu pusat pengelolaan air buangan (Dewi, 2011: 8). 2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sampah Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jumlah sampah antara lain: 1.
Jumlah penduduk
14
Semakin banyak jumlah penduduk semakin banyak pula produksi sampahnya. 2.
Faktor sosial ekonomi dan budaya Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi, semakin banyak jumlah perkapita sampah yang dibuang. Kualitas sampahpun semakin banyak bersifat tidak dapat membusuk. Perubahan kualitas sampah ini, tergantung pada bahan yang tersedia, peraturan yang berlaku, serta kesadaran
masyarakat
akan
persoalan
persampahan.
Kenaikan
kesejahteraan akan meningkatkan kegiatan konstruksi dan pembaharuan bangunan-bangunan, transportasi, produk pertanian dan industri akan bertambah dengan konsekuensi bertambahnya volume dan jenis sampah. 3.
Kemajuan teknologi Kemajuan teknologi dapat menambah jumlah maupun kualitas sampah, karena pemakaian bahan baku yang semakin beragam, cara pengepakan dan produk manufaktur yang semakin bergam pula (Soemirat, 2011: 180-181).
2.1.5 Dampak Sampah Terhadap Kesehatan Dampak sampah terhadap kesehatan terbagi atas 2, yakni dampak positif dan dampak negatif. 1. Dampak negatif sampah : a) Sampah merupakan tempat berkembang biaknya berbagai jenis binatang vektor penyakit seperti: lalat, tikus, dan lain-lain.
15
b) Pembuangan sampah di sembarang tempat dapat terbawa ke selokan sungai menyebabkan pencemaran air dan tersumbatnya saluran air. c) Sampah
yang
dibuang
sembarangan
akan
menyebabkan
pemandangan yang tidak enak dan mengeluarkan bau busuk. 2. Dampak positif sampah : a) Mengurangi insiden penyakit yang berhubungan dengan sampah b) Membina estetika lingkungan c) Keadaan lingkungan yang baik akan dapat menghemat pengeluaran devisa (Daryanto, 2004: 99). 2.1.6 Pemanfaatan Sampah Pemanfaatan sampah dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu: 1.
Pemanfaatan Sampah Organik Jenis sampah organik skala rumah tangga terdiri dari sampah-sampah basah yang dihasilkan dapur berupa sisa-sisa makanan dan sisa sayuran, juga sampah dedaunan dari pohon-pohn disekitar rumah. Berikut ini merupakan contoh-contoh pengolahan sampah organik: a) Pengomposan (composting) Composting merupakan proses pembusukan secara alami dari materi organik, misalnya daun, limbah pertanian, (sisa panen), sisa makanan dan lain-lain. Pembusukkan itu menghasilkan materi yang kaya unsur hara, antara lain nitrogen, fosfor dan kalium yang disebut kompos atau humus yang baik untuk pupuk tanaman.
16
Sampah basah (organik) bekas makanan atau minuman sehari-hari dipisahkan dari sampah kering (anorganik) seperti kaleng, plastik, kertas. Sampah basah itu kemudian ditumpuk dalam sebuah lubang kecil misalnya di pekarangan rumah. Dalam jangka waktu tertentu bagian paling bawah dalam tumpukan tersebut bisa diangkat kemudian ditebarkan ke tanaman sebagai pupuk kompos (Dewi, 2011: 37). b) Pupuk Cair Selain kompos, sampah terutama limbah got bisa dibuat pupuk cair. Pupuk jenis ini memiliki banyak kelebihan dibanding kompos padat. Selain mengandung konsentrasi unsur hara lebih tinggi, pupuk cair mudah diaplikasikan, cukup disemprot atau disiram pada media tanam. Pupuk cair dibuat dengan mencampurkan air dengan cairan ekstrak bahan organik yang dibusukkan dalam kondisi anaerobik (Dewi, 2011: 44). c) Briket Salah satu upaya dalam mengatasi ketergantungan terhadap pemakaian bahan bakar minyak ialah melalui bahan bakar alternatif seperti briket. Briket adalah padatan yang umumnya berasal dari limbah pertanian. sifat fisik briket tidak kompak, tidak keras, dan tidak padat, seperti serbuk gergaji dan sekam, dan briket kotoran sapi (Dewi, 2011: 46).
17
d) Biogas Sampah yang membusuk akan mengeluarkan biogas. Biogas merupakan hasil samping dari pembuatan kompos secara anaerob atau kotoran ternak. Sebagian besar biogas terdiri dari campuran gas metana sebanyak 50-60% dengan gas-gas lain, seperti CO2 dan H2S. Karena sumber energi, biogas dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar rumah tangga maupun bahan bakar untuk menggerakan pembangkit listrik (Dewi, 2011: 51). e) Batako Diantara materi yang dihasilkan pada limbah got adalah pasir. Karakteristik batako yang dibuat dari limbah got adalah bentuknya padat dan keras, serta tidak berbau. Selain itu pori-pori batako tampak lebih padat, tidak mudah rapuh atau pecah, tidak berbahaya bagi lingkungan, serta dapat digunakan untuk bangunan rumah, kantor, dan jenis bangunan lainnya (Dewi, 2011: 57). 2. Pemanfaatan Sampah Anorganik Sampah anorganik tidak dapat terdegradasi secara alami. Dengan berbagai kreativitas, sampah ini dapat didaur ulang untuk beragam kebutuhan. Sampah yang dapat dimanfaatkan tersebut meliputi : a) Sampah kertas Sampah kertas bisa dikumpulkan menjadi satu bagian yang dipisahkan dari sampah lainnya. Selanjutnya bisa dibuang ke
18
tempat sampah atau dijual ke tukang loak minimal kita sudah memudahkan langkah para pengelola sampah untuk melakukan pengolahan tingkat lanjut. Kumpulan sampah kertas bisa dibuat berbagai macam jenis kerajinan tangan seperti: topeng, patung, dan kertas daur ulang. Nilai jual sampah kertas daur ulang jauh lebih tinggi dari sekedar sampah kertas biasa. Kertas daur ulang bisa dijual ke pengrajin sebagai bahan pembuat kerajinan tangan. b) Sampah plastik Saat ini sudah banyak kerajinan yang dibuat dengan bahan dasar sampah plastik seperti tas, dompet, payung, sandal, dan lain-lain. c) Sampah kaleng Kaleng bekas dapat dimanfaatkan kembali sebagai pot bunga, sementara kaleng-kaleng minuman bersoda, dapat dijadikan sebagai hiasan vas bunga sebagai karya kerajinan tangan. Pendaur ulangan sampah kaleng sangat penting untuk dilakukan karena dapat mengurangi eksplorasi sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. d) Sampah botol Botol beling memiliki nilai tinggi, apalagi botol yang masih utuh. Jika sudah tidak utuh akan didaur ulang lagi bersama dengan berbagai jenis kaca lainnya untuk dicetak menjadi botol baru.
19
e) Sampah kain Sampah kain dapat digunakan untuk berbagai keperluan, misalnya digunakan sebagai kain lap, untuk mengelap meja, mengelap piring. Sementara kain perca dapat dimanfaatkan untuk banyak aplikasi misalnya dijahit sedemikian rupa untuk dijadikan taplak meja, keset kaki, serbet, dan lain-lain. 2.2 Sistem Pengelolaan Sampah Sistem pengelolaan sampah adalah proses pengelolaan sampah yang meliputi 5 (lima) aspek/komponen yang saling mendukung dimana antara satu dengan yang lainnya saling berinteraksi untuk mencapai tujuan yakni : aspek teknik operasional, aspek kelembagaan, aspek hukum dan peraturan, aspek pembiayaan, dan aspek peran serta masyarakat (SNI 19-2454-2002). Aspek-aspek tersebut saling berkaitan dan tidak dapat berdiri sendiri. Kelima aspek tersebut di atas ditunjukkan pada gambar 2.1 berikut ini.
(Sumber : Faizah, 2008: 27) Gambar 2.1 Skema Manajemen Pengelolaan Sampah
20
2.2.1 Aspek Teknis Operasional Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor 19-2454-2002 tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan. Teknik operasional pengelolaan sampah bersifat integral dan terpadu secara berantai dengan urutan yang
berkesinambungan
yaitu:
pewadahan,
pengumpulan,
pemindahan,
pengangkutan, pengolahan dan pembuangan akhir.
(Sumber: Faizah, 2008 : 28) Gambar 2.2 Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Aspek teknik operasional dalam pengelolaan sampah meliputi : a)
Pewadahan sampah Proses awal dalam penanganan sampah terkait langsung dengan sumber sampah adalah pewadahan. Pewadahan sampah adalah aktivitas menampung sampah sementara dalam suatu wadah individual atau komunal di tempat sumber sampah. Tujuannya adalah menghindari agar sampah tidak berserakan sehingga tidak mengganggu lingkungan (SNI 19-2454-2002).
21
b) Pengumpulan sampah Pengumpulan sampah adalah cara proses pengambilan sampah mulai dari tempat pewadahan sampah sampai ke tempat pembuangan sementara. Pola pengumpulan sampah pada dasarnya dikelompokkan dalam 2 (dua) yaitu pola individual dan pola komunal (SNI 19-2454-2002) sebagai berikut : (1) Pola Individual Proses pengumpulan sampah dimulai dari sumber sampah kemudian diangkut ke tempat pembuangan sementara/ TPS sebelum dibuang ke TPA. (2) Pola Kommunal Pengumpulan sampah dilakukan oleh penghasil sampah ke tempat penampungan sampah komunal yang telah disediakan / ke truk sampah yang menangani titik pengumpulan kemudian diangkut ke TPA tanpa proses pemindahan. c)
Pemindahan sampah Proses pemindahan sampah adalah memindahkan sampah hasil pengumpulan ke dalam alat pengangkutan untuk dibawa ke tempat pembuangan akhir. Tempat yang digunakan untuk pemindahan sampah adalah depo pemindahan sampah yang dilengkapi dengan container pengangkut dan atau ram dan atau kantor bengkel (SNI 19-2454-2002).
d) Pengangkutan sampah Pengangkutan adalah kegiatan pengangkutan sampah yang telah dikumpulkan di tempat penampungan sementara atau dari tempat sumber sampah ke tempat
22
pembuangan akhir. Pengangkutan sampah yang ideal adalah dengan truck container tertentu yang dilengkapi alat pengepres, sehingga sampah dapat dipadatkan 2-4 kali lipat (SNI 19-2454-2002). e)
Pengolahan Sampah Pengolahan sampah adalah suatu proses untuk mengurangi volume sampah dan atau mengubah bentuk sampah menjadi yang bermanfaat, antara lain dengan
cara
pembakaran,
pengomposan,
pemadatan,
penghancuran,
pengeringan, dan pendaurulangan. Teknik-teknik pengolahan sampah dapat berupa: pengomposan, insenerasi berwawasan lingkungan, daur ulang, pencacahan atau pemadatan, dan biogasifikasi (SNI 19-2454-2002). f)
Pembuangan akhir sampah Pembuangan akhir merupakan tempat yang disediakan untuk membuang sampah dari semua hasil pengangkutan sampah untuk diolah lebih lanjut. Prinsip pembuang akhir sampah adalah memusnahkan sampah domestik di suatu lokasi pembuangan akhir. Jadi tempat pembuangan akhir merupakan tempat pengolahan sampah. Menurut UU No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah secara umum teknologi pengolahan sampah dibedakan menjadi 3 metode yaitu : (1) Metode Open Dumping (pembuangan terbuka) Merupakan sistem pengolahan sampah dengan hanya membuang/ menimbun sampah disuatu tempat tanpa ada perlakukan khusus/
23
pengolahan sehingga
sistem
ini sering menimbulkan gangguan
pencemaran lingkungan. (2) Metode Controlled Landfill (lahan uruk terkendali) Controlled Landfill merupakan peningkatan dari open dumping, dimana secara periodik sampah yang telah tertimbun ditutup dengan lapisan tanah
untuk
mengurangi
potensi
gangguan
lingkungan
yang
ditimbulkan. Dalam operasionalnya juga dilakukan perataan dan pemadatan sampah guna meningkatkan efisensi pemanfaatan lahan dan kestabilan permukaan lahan, untuk dapat melaksanakan metode ini diperlukan fasilitas seperti: saluran drainase untuk mengendalikan aliran air hujan, saluran pengumpul air lind dan kolam penampungan, pos pengendalian operasional, fasilitas pengendalian gas metan, dan alat berat. (3) Metode Sanitary landfill (lahan urug saniter) Sanitary Landfill adalah metode pengurugan sampah ke dalam tanah, dengan menyebarkan sampah secara lapis per-lapis pada sebuah site (lahan) yang telah disiapkan, kemudian dilakukan pemadatan dengan alat berat, dan pada akhir hari operasi, urugan sampah tersebut kemudian ditutup dengan tanah penutup setiap hari. Namun demikian diperlukan penyediaan prasarana dan sarana serta biaya operasional yang cukup mahal bagi penerapan metode ini. Secara umum sanitary landfill terdiri dari elemen-elemen sebagai berikut :
24
(a) Sistem untuk mencegah atau mengurangi kebocoran air lindi kedalam tanah yang akhirnya dapat mencemari air tanah. (b) Sistem pengumpulan dan pengolahan air lindi. (c) Sistem penutupan sampah, umumnya menggunakan tanah. (d) Sistem penangkapan gas, berguna untuk mengendalikan aliran dan konsentrasi gas di dalam landfill, dengan demikian mengurangi resiko gas mengalir didalam tanah tanpa terkendali yang akhirnya akan menimbulkan ledakan. (e) Sumur pantau, untuk mengetahui terjadinya pencemaran air tanah akibat air lindi. 2.2.2 Aspek Kelembagaan Organisasi dan manajemen merupakan suatu kegiatan yang multi disiplin yang bertumpu pada prinsip teknik dan manajemen yang menyangkut aspek-aspek ekonomi, sosial budaya dan kondisi fisik wilayah kota dan memperhatikan pihak yang dilayani yaitu masyarakat kota (Artiningsih, 2008 : 29). Jumlah personil pengelola persampahan harus cukup memadai sesuai dengan lingkup tugasnya. Untuk sistem pengumpulan jumlah personil minimal 1 orang per 1.000 penduduk yang dilayani sedangkan sistem pengangkutan, sistem pembuangan akhir dan staf minimal 1 orang per 1.000 penduduk (Faizah, 2008: 31).
25
2.2.3 Aspek Hukum dan Peraturan Prinsip aspek peraturan pengelolaan persampahan berupa peraturanperaturan daerah yang merupakan dasar hukum pengelolaan persampahan yang meliputi (Hartoyo dalam Faizah, 2008: 32) : a)
Perda yang dikaitkan dengan ketentuan umum pengelolaan kebersihan.
b) Perda mengenai bentuk institusi formal pengelolaan kebersihan. c)
Perda yang khusus menentukan struktur tarif dan tarif dasar pengelolaan kebersihan. Peraturan–peraturan tersebut melibatkan wewenang dan tanggung jawab
pengelola kebersihan serta partisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan dan pembayaran retribusi. 2.2.4
Aspek Pembiayaan Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan, biaya pengelolaan
sampah dihitung berdasarkan biaya operasional dan pemeliharaan serta pergantian peralatan. Perbandingan biaya pengelolaan dari biaya total pengelolaan sampah sebagai berikut : a)
Biaya pengumpulan 20 % - 40 %
b) Biaya pengangkutan 40 % - 60 % c)
Biaya pembuangan akhir 10% - 30 % Biaya pengelolaan persampahan diusahakan diperoleh dari masyarakat
(80%) dan Pemerintah Daerah (20%) yang digunakan untuk pelayanan umum antara lain: penyapuan jalan, pembersihan saluran dan tempat-tempat umum. Sedangkan dana pengelolaan persampahan suatu kota besarnya disyaratkan
26
minimal ± 10 % dari APBD. Besarnya retribusi sampah didasarkan pada biaya operasional pengelolaan sampah (Faizah, 2008: 33). 2.2.5
Aspek Peran Serta Masyarakat Peran serta masyarakat dalam bidang persampahan merupakan kesediaan
masyarakat untuk membantu berhasilnya program pengembangan pengelolaan sampah sesuai dengan kemampuan setiap orang. Salah satu pendekatan masyarakat untuk dapat membantu program pemerintah dalam keberhasilan adalah membiasakan masyarakat pada tingkah laku yang sesuai dengan program persampahan yaitu merubah persepsi masyarakat terhadap pengelolaan sampah yang tertib, lancar dan merata (Artiningsih, 2008: 32). Bentuk peran serta masyarakat dalam penanganan atau pembuangan sampah
antara
lain:
pengetahuan
tentang
sampah/kebersihan,
rutinitas
pembayaran retribusi sampah, adanya iuran sampah RT/RW/Kelurahan, kegiatan kerja bakti, penyediaan tempat sampah (Faizah, 2008: 34). 2.3 Pengelolaan Sampah Dengan Konsep 3R Pengelolaan sampah dengan 3R secara umum adalah upaya pengurangan pembuangan
sampah,
melalui program
menggunakan
kembali (Reuse),
mengurangi (Reduce), dan mendaur ulang (Recycle). 1) Reuse (menggunakan kembali) yaitu penggunaan kembali sampah secara langsung, baik untuk fungsi yang sama maupun fungsi lain. 2) Reduce (mengurangi) yaitu mengurangi segala sesuatu yang menyebabkan timbulnya sampah.
27
3) Recycle (mendaur ulang) yaitu memanfaatkan kembali sampah setelah mengalami proses pengolahan (Artiningsih, 2008: 41). Contoh tindakan yang dapat dilakukan untuk menerapkan metode 3R sampah dalam skala rumah tangga yaitu: 1) Mengurangi (Reduce), melalui tindakan : a) Menghindari pemakaian dan pembelian produk yang berpotensi menghasilkan sampah dalam jumlah besar, misalnya mengurangi penggunaan kantong kresek dengan keranjang. b) Mengurangi penggunaan bahan sekali pakai, misalnya penggunaan tissue dapat diganti dengan menggunakan sapu tangan. c) Menggunakan produk yang bisa di isi ulang, misalnya penggunan bahan pencuci yang menggunakan wadah isi ulang. 2) Menggunakan kembali (Reuse), melalui tindakan : a) Menggunakan kembali wadah/kemasan untuk fungsi yang sama atau fungsi lainnya, misalnya penggunaan kertas bekas untuk membungkus kado atau membuat amplop. b) Menggunakan wadah atau kantong yang dapat digunakan berulang-ulang misalnya, wadah untuk belanja kebutuhan pokok yang terbuat dari bahan yang tahan lama sehingga dapat digunakan dalam waktu yang lama. 3) Daur ulang (Recycle), melalui tindakan : a) Mendaur ulang sampah anorganik misalnya mengubah botol, gelas plastik, dan kaleng bekas menjadi bahan kerajinan tangan berupa vas bunga, hiasan dinding, tudung saji, dan lain-lain.
28
b) Mendaur ulang sampah organik menjadi kompos. (Suryati, 2011: 17). 2.4 Tahap-tahap Pengelolaan Sampah Terpadu Tahap-tahap pengelolaan sampah terpadu dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.1 Pengelolaan Sampah Terpadu Tahapan Pengelolaan Sampah Terpadu 1. Cegah
2. Pakai ulang (reuse)
3. Daur ulang (recycle)
4. Buang (dispotal)
5. Tangkap energi (energy recovery)
Sumber : Dewi, 2010
Keterangan Diterapkan dengan meminimalisir jumlah barang yang digunakan. pengurangan dilakukan tidak hanya berupa jumlah saja, tetapi juga mencegah penggunaan barang-barang yang mengandung kimia berbahaya dan tidak mudah terdekomposisi. Memperpanjang usia penggunaan barang melalui perawatan dan pemanfaatan kembali barang secara langsung. sampah diusahakan dipakai berulang-ulang. Mengolah barang yang tidak terpakai menjadi barang baru. upaya ini memerlukan campur tangan produsen dalam praktiknya. namun beberapa sampah dapat didaur ulang secara langsung oleh masyarakat. Pengomposan, pembuatan batako, dan briket merupakan contoh produk hasilnya. Merupakan alternatif terakhir jika semua cara di atas telah dioptimalkan. pembuangan sampah pun harus dilakukan secara aman pada lokasi yang telah disepakati. Banyak diterapkan pada sampah yang memiliki nilai kalor bakar tinggi. Sampah organik pun bisa diaplikasikan pada upaya ini melalui gas metana yang dihasilkan saat proses pembusukkan upaya tangkap energi bisa diterapkan sebelum atau sesudah upaya buang sampah berlangsung.
29
2.5 Kerangka Berpikir 2.5.1
Kerangka Teori Pengelolaan Sampah
Pewadahan
Pengumpulan
Pemindahan
Pengangkutan
Pengolahan
Pembuangan Akhir/ TPA
SNI 19-2454-2002 Tata Cara Teknik Operasional Pengelolan Sampah Perkotaan Gambar 2.3 Kerangka Teori
30
2.5.2
Kerangka Konsep Pengelolaan Sampah di UD. Loak Jaya
Pengumpulan Pemilahan Penggilingan Sampah Bahan Dasar Plastik Pengeringan Sampah bahan Dasar Plastik Pengepakan Pengiriman
Meminimalisir Jumlah Sampah Anorganik Gambar 2.4 Kerangka Konsep
31
2.5.3 Definisi Operasional 1.
Pengelolaan sampah adalah tahap pengelolaan sampah anorganik yang dilakukan oleh UD Loak Jaya mulai dari tahap pengumpulan sampai pada tahap pengiriman.
2.
Pengumpulan adalah tahap awal yang dilakukan oleh UD Loak Jaya dalam mengelola sampah, pengumpulan sampah merupakan sampah anorganik yang terkumpul setiap harinya.
3.
Pemilahan adalah proses yang dilakukan oleh UD Loak Jaya untuk memilah sampah anorganik agar tidak tercampur antara sampah yang satu dengan sampah yang lainnya.
4.
Penggilingan sampah bahan dasar plastik yaitu sampah plastik yang dikumpulkan oleh UD. Loak Jaya, dihancurkan berkeping-keping dengan menggunakan alat/mesin penggiling.
5.
Pengeringan sampah bahan dasar plastik yaitu sampah plastik yang telah digiling kemudian dikeringkan dengan bantuan sinar matahari.
6.
Pengepakan adalah proses yang dilakukan oleh UD Loak Jaya untuk mengepak sampah anorganik yang telah dipilah maupun yang telah digiling.
7.
Pengiriman adalah proses yang dilakukan oleh UD Loak Jaya untuk mengirim sampah anorganik yang telah dikepak
8.
Meminimalisir sampah anorganik yaitu proses pengurangan jumlah sampah anorganik yang dilakukan oleh UD. Loak Jaya.