BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Pustaka Berbagai peneliatan sudah dilakukan mengenai CSR dan penjelasan mengenai dampak dari CSR tersebut, seperti Trisna (2013) dengan judul penelitian Kemampuan Corporate Social Resposibility Memoderasi Pengaruh Kinerja Keuangan Pada Nilai Perusahaan melihat pengungkapan CSR mampu memoderasi pengaruh kinerja keuangan pada nilai perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Umbara (2014) dengan judul penelitian Pengaruh Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Nilai Perusahaan mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri namun harus memberikan manfaat bagi stakeholdernya. Apabila dapat memberikan kepuasaan pada stakeholdernya maka akan meningkatkan hasil perusahaan sehingga dapat menarik invenstor. Penelitian yang dilakukan Prasetya (2010) dengan judul penelitian Analisis Pengaruh CSR Lifebuoy Berbagi Sehat Terhadap Loyalitas Konsumen dan Citra Perusahaan Unilever Indonesia (Studi Kasus di Kota Bogor) menghasilkan temuan bahwa CSR mempengaruhi citra perusahaan secara signifikan namun menunjukan hubungan positif sedangkan penelitian yang dilakukan Stanaland et al, (2011) dengan judul penelitian Consumers Perception Of The Atecedents and Consequences of Corporate Social and Responsibility. Journal of Business Ethics menunjukan hubungan yang positif antara CSR dengan reputasi perusahaan.
Sheikh dan Beise-Zee (2011) menyatakan dalam penelitiannya Corporate Social and Responsibilityor Cause-Related Marketing? The Role of Cause Specificity of CSR. Journal of Consumers Marketing bahwa CSR secara signifikan dapat meningkatkan pengaruh sikap positif dari konsumen terhadap perusahaan. Penelitian mengenai perusahaan serta kaitannya dengan program CSR yang sudah dilakukan sebelumnya, menarik penulis mengkaji lebih dalam mengenai CSR yang dikaji dalam stakeholder theory. Karena sebagian besar penelitian yang telah dilakukan hanya melihat pengaruh terhadap perusahaan, bukan kepada bagaimana interaksi yang terjadi di dalam stakeholders yang berpengaruh terhadap masyarakat disekitar perusahaan.
2.2 Kerangka Konsep 2.2.1 Respon Masyarakat Menurut Soekanto, respon sebagai perilaku yang merupakan konsekuensi dari perilaku yang sebelumnnya sebagai tanggapan atau jawaban suatu persoalan dan masalah tertentu. Respon berasal dari kata response, yang berarti balasan atau tanggapan (reaction) (Soekanto, dkk 1993: 48). Respon merupakan istilah yang digunakan dalam ilmu psikologi untuk memberikan nama terhadap rangsang pada panca indra akibat reaksi yang diterima . Hal yang mendasari ukuran sebuah respon adalah sikap, persepsi, dan partisipasi. Sikap merupakan proses awal respon karena sikap adalah wujud dari seseorang untuk bertingkah laku jika menghadapi suatu rangsangan tertentu. Mengenai respon atau tidak respon bukan bagian dari pembahasan sikap. Respon dapat diartikan sebagai suatu tingkah laku atau sikap yang berwujud baik sebelum
pemahaman yang mendetail, penelitian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak suka serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu (Sobur, 2003:529).
2.2.2 Masyarakat Desa Adat Kuta Masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitasentitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur (Narwoko, Dwi dan Bagong 2004:4). Masyarakat secara umum merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup secara individual, adanya keterlibatan dengan lingkungan dapat menentukan perkembangan individu. Masyarakat merupakan sumber dan dasar dari mahluk sosial tersebut, sehingga jika hanya ada individu saja maka individu tersebut tidak mempunyai arti dan kedudukan dalam mahluk sosial (Upe, 2010:93). Masyarakat dapat terbentuk melalui proses relasi sosial yang berkelanjutan antara individu dengan individu, individu dengan kelompok dan antara kelompok dengan kelompok. Interaksi yang terjadi secara terus menerus dalam waktu lama menghasilkan perasaan kebersamaan di dalam masyarakat. Interaksi sosial juga menghasilkan beberapa pola hubungan bersama, dan nilai yang diakui bersama serta intitusi sosial. Menurut J.L Gilin J.P Gillin (dalam Hartomo dan Aziz, 2008) mengatakan bahwa masyarakat itu adalah kelompok manusia yang terbesar mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang sama. Masyarakat itu juga meliputi pengelompokanpengelompokan yang kecil.
Di Bali peranan desa sangat penting yaitu untuk pusat orientasi para anggota masyarakat dalam suatu kegiatan-kegiatan seperti : ekonomi, ketertiban moral, politik, agama, upacara adat. Desa di Bali terbagi menjadi dua bagian yaitu desa adat dan desa dinas. Desa adat adalah suatu kesatuan wilayah yang mengutamakan pelaksanaan upacara-upacara keagamaan dan tradisi, sedangkan desa dinas adalah sebagai suatu kesatuan wilayah yang menekankan pada kependudukan serta catatan sipil. Komunitas dari desa dinas pun beragam, komunitasnya sebagian besar adalah pendatang yang menetap sedangkan komunitas desa adat merupakan masyarakat yang sudah ada sejak nenek moyang mereka yang menetap di wilayah desa adat dan malakukan regenerasi. Akan tetapi ciri khas dari cara pengolahan maupun menejemen yang dioperasionalkan di komunitas desa dinas berbeda dengan komunitas desa adat. Demikian tegasnya pembagian antara desa adat dan desa dinas. Berikut perbedaan desa adat dan desa dinas :
Tabel 2.1 Perbedaan desa adat dan desa dinas PERBEDAAN
DESA ADAT Bendesa
Prebekel atau (kelurahan)
Diikat dengan Khayangan Tiga
Tidak ada Khayangan Tiga
Diatur dengan awigawig (aturan tradisional)
Tidak ada awig-awig karena diatur oleh lembaga atasan seperti Camat dan seterusnya.
Lebih menekankan pada aktivitas keagamaan Tidak adanya organisasi seperti ibu-ibu PKK
Lebih menekankan pada masalah kependudukan
SEBUTAN PEMIMPINNYA UNSUR PENGIKATNYA
ATURAN
AKTIFITAS YANG DILAKUKAN
ORGANISASI
DESA DINAS Lurah
Ada organisasi seperti ibuibu PKK
2.2.3 Pengertian CSR CSR dapat diartikan sebagai upaya guna meningkatkan kesejahteraan kelompok dengan praktik bisnis yang opsional dan melalui sumber daya perusahaan
yang
dikelola.
CSR
mempunyai
peranan
penting
dalam
pengembangan masyarakat, dengan adanya interaksi antara perusahaan dengan masyarakat. Pendapat ini sejalan dengan penelitian Matshusita (dalam Untung, 2014: xv) yang berjudul Basic Management Objective pada tahun 1929. Dari hasil penelitian tersebut, menjelaskan bahwa CSR merupakan bagian penting yang terintegrasi dari strategi bisnis yang berkelanjutan dan dalam prosesnya sukses mengatasi permasalahan sosial dan lingkungan di masyarakat. CSR merupakan hubungan organik antara perusahaan dengan masyarakat, dalam upaya peningkatan keuntungan dan pembangunan sosial yang harus dijaga, karena semakin positif hubungan tersebut maka semakin menjamin keuntungan bagi perusahaan untuk jangka panjangnya. Pada Trinidad and Tobago Bureau of Standards (TTBS), CSR dapat dimaksudkan sebagai sebuah komitmen usaha dari perusahaan agar dapat bekontribusi untuk melakukan tindakan yang bersifat positif kepada masyarakat, dan beroperasi baik secara legal serta dapat berkontribusi untuk meningkatkan ekonomi bersama, dengan tujuan peningkatan kualitas hidup yang lebih baik dari karyawan dan keluarganya ataupun masyarakat secara lebih. Konsep CSR dipopulerkan pada tahun 1953 bersamaan dengan diterbitkan buku yang bertajuk Social Responsibilities Of The Businessman karya Howard R. Bowen, yang kemudian menjadikan Howard Bowen dikenal sebagai Bapak Corporate Social Responsibility (dalam Budimanta, Prasetijo dan Rudito 2004:72).
CSR merupakan salah satu komitmen di dunia bisnis dalam partisipasinya bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan. Adanya kerjasama yang dilakukan dengan karyawan dan komunitas setempat, sebagai cara untuk meningkatkan kualitas kehidupan yang bermanfaat bagi perusahaan itu sendiri maupun bagi pembangunan. Tanggung jawab sosial perusahaan menggambarkan ketersediaan informasi keuangan maupun non keuangan yang memiliki kaitan dengan interaksi organisasi dengan lingkungan fisik dan lngkungan sosialnya (Guthrie dan Parker, 1990 dalam Trisna 2013:16) Dalam Undang-undang di Indonesia, terdapat pasal yang mengatur CSR yakni Pasal 74 ayat (1) Undang-Undang Perseroan Terbatas menyatakan perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/ atau berkaitan dengan dengan segala sumber daya alam wajib melaksakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Inilah yang disebut CSR (Budi, 2009:15).
2.2.4 Prinsip-prinsip Social Responsibility Tanggung jawab sosial (social responsibility) memiliki arti yang sangat luas dan kompleks. Selain itu, tanggung jawab sosial juga memiliki gambaran yang sangat berbeda, terutama bila dikaitkan dengan kepentingan pemangku kepentingan (stakeholder). Untuk itu, dalam rangka memudahkan pemahaman dan penyederhanaan, banyak ahli mencoba menitikberatkan pada prinsip dasar yang terkandung dalam tanggung jawab sosial (Hadi, 2011:59).
Crowther David (dalam Hadi, 2011:60) mengurai prinsip-prinsip tanggung jawab sosial menjadi tiga, yaitu : 1. Sustainability Sustainability berkaitan erat dengan perusahaan dalam melakukan kegiatan yang tetap mengutamakan keberlanjutan sumber daya untuk di masa depan. Contohnya, mengarahkan penggunaan sumber daya yang ada saat ini supaya tetap mengutamakan dan memperhitungkan kebutuhan generasi yang akan datang. Sustainability atau keberlanjutan akan tetap berpihak kepada sociaty serta memanfaatkan sumber daya agar tetap memperhatikan generasi berikutnya di masa depan. 2. Accountability Accountability merupakan usaha dari suatu perusahaan yang terbuka dan bertanggung jawab terhadap kegiatan yang telah dilakukan oleh perusahaan. Akuntabilitas sangat diperlukan dalam kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan, guna untuk mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan eksternal. Konsep ini menjelaskan
pengaruh kuantitatif kegiatan dari
perusahaan terhadap pihak
internal dan eksternal. 3. Transparency Transparency merupakan hal yang juga sangat penting kepada
pihak
eksternal. Transparan berkaitan juga dengan pelaporan aktivitas kegiatan dari perusahaan dan dampak terhadap pihak eksternal. Guna mencapai CSR yang baik, perusahaan perlu berpedoman terhadap prinsip CSR, sehingga program CSR yang diharapkan dapat tepat sasaran. Prinsip yang telah di uraikan pun nantinya dapat menjawab regulasi yang diterapkan oleh
suatu perusahaan dan dapat melihat sikap dari perusahaan serta masyarakat terhadap CSR yang dilaksanakan perusahaan. CSR saat ini menjadi amanat konstitusi sesuai dengan Pasal 74 ayat (1) Undang-Undang Perseroan Terbatas sehingga tidak ada alasan perusahaan tidak melaksanakan kegiatan CSR.
2.2.5 Hubungan CSR dengan Perusahaan Pemahaman mengenai mendirikan perusahaan pada awalnya adalah untuk mendapatkan laba maksimum dengan melakukan segala cara tanpa mempedulikan kerugian orang lain. CEO (Chief Executif Officer) berorientasi pada kepentingan pemegang saham (Shareholders). Pada saat itu, belum ada aturan pasti tentang etika bisnis yang mengarahkan para pengusaha untuk lebih bertanggung jawab atas kerugian akibat kegiatan usahanya. Dalam bukunya juga Dewi (2011:53) menyatakan bahwa paradigma shareholders mengalami pergeseran, karena bagaimana pun juga dalam kegiatan bisnis pada akhirnya muncul kesadaran bahwa dalam usaha memperoleh laba wajib juga diperhatikan pihak disekitar yang terkena dampak dari kegiatan bisnis yang dijalankan. Maka, perlu perusahaan memperhatikan dampak yang ditumbulkan akibat kegiatan bisnis yang dilakukannya, sehingga CSR merupakan solusi dalam upaya memperhatikan akibat yang ditimbulkan tersebut. Program CSR sebenarnya sangat berpengaruh bagi perusahaan karena CSR merupakan program yang memberi keuntungan bagi perusahaan, menurut Yusuf Wibisono (2007) aktifitas CSR dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi dan citra perusahaan. Kegiatan yang bersifat yang merusak pasti akan berpengaruh terhadap menurunnya reputasi dari perusahaan, sedangkan prilaku baik dari perusahaan akan dapat mempengaruhi image dan reputasi positif perusahaan dalam menunjang target dari perusahaan. 2. Layak Mendapatkan sosial licence to operate Masyarakat merupakan komunitas utama dari perusahaan,
jika
masyarakat mendapat hal positif dari perusahaan maka dengandirinya pula masyarakat akan merasa perusahaan bagian dari masyarakat. Prilaku yang akan diberikan dari masyarakat kepada perusahaan adalah keleluasaan dalam kegiatan bisnis di wilayah masyarakat tersebut. 3. Mereduksi Resiko Bisnis Perusahaan Mengurus permasalahan suatu perusahaan merupakan bagian dalam upaya mencapai kesuksesan dari perusahaan tersebut. kurang harmonisnya suatu hubungan dengan stakeholder dapat menghambat kegiatan bisnis dari perusahaan. Jika terjadi suatu permasalahan, akan menambah biaya untuk recovery yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan biaya untuk menjalankan kegiatan CSR. Sehingga, kegiatan CSR merupakan upaya preventif dalam mencegah hubungan buruk dengan stakeholder. 4. Melebarkan Akses Sumber Daya Track record dari perusahaan yang positif dalam menjalankan kegiatan CSR adalah nilai tambah untuk bersaing bagi suatu perusahaan, yang nantinya dapat membantu dalam melancarkan untuk mendapatkan sumber daya yang diperlukan perusahaan.
5. Membentangkan Akses Menuju Market Investasi yang dilakukan perusahaan dalam kegiatan CSR ini mampu menjadi keuntungan bagi perusahaan tersebut untuk mendapatkan peluang yang lebih besar, yakni memupuk loyalitas dari konsumen dan menembus pangsa pasar yang baru. 6. Mereduksi Biaya Dalam
penghematan biaya, perusahaan dapat melakukannya dengan
kegiatan CSR ini. Contohnya saja dengan mengolah limbah pabrik ke dalam proses produksi. Selain adanya penghematan biaya produksi, juga akan membantu agar limbah buangan yang ada menjadi berguna serta tidak merusak lingkungan. 7. Memperbaiki Hubungan dengan Stakehoder Dampak dari kegiatan CSR dapat membantu meningkatkan hubungan komunikasi dengan stakeholder, dengan komunikasi diharapkan memberikan trust stakeholder kepada perusahaan. 8. Memperbaiki Hubungan dengan Regulator Perusahaan yang melakukan kegiatan CSR dapat memudahkan beban dari pemerintah sebagai regulator terhadap kesejahteraan lingkungan dan masyarakat. 9. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan Image dari perusahaan yang positif di mata stakeholder dan pegaruh baik yang diberikan oleh perusahaan kepada masyarakat dan lingkungan sekitar, dapat memberikan kebanggan tersendiri terhadap karyawan yang bekerja di perusahaan tersebut sehingga dapat mempengaruhi motivasi kerja dari karyawan.
10. Peluang Mendapatkan Penghargaan. Saat ini penghargaan atau reward banyak diberikan terhadap perusahaan yang telah melakukan aktifitas
CSR, sehingga akan berdampak kepada
penambahan kans bagi perusahaan.
Jadi CSR menjadi harapan bagi suatu perusahaan dan masyarakat guna menjaga suatu hubungan yang harmonis. Dalam penelitian ini diharapkan kegiatan CSR dapat memberi dampak baik bagi DKPH dan masyarakat Desa Adat Kuta, sehingga DKPH harus bekerja guna mencapai hal diatas. Dewi (2011:78) mengemukakan bahwa CSR adalah pemanfaatan sumber daya yang ada demi mencapai laba yang sesuai dengan aturan tanpa kecurangan. CSR juga telah mengalami perkembangan yang cukup dramatik yang didorong oleh keinginan bersikap etis dan berperan dalam penciptaan investasi sosial. Menurut A+ CSR Indonesia (dalam Dewi, 2011: 79) sebagai social enterprise yang menghimpun para ahli dan profesional terkait isu-isu CSR (anonim, 2015: 1) mendefinisikan CSR sebagai upaya sungguh-sungguh dari perusahaan untuk meminimalisir dampak negatif dan memaksimalkan positif operasinya dalam ranah ekonomi, sosial, dan lingkungan untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan sehingga citra positif dapat diraih oleh perusahaan. Konsep citra dalam dunia bisnis telah berkembang dan menjadi perhatian para pemasar. Citra yang baik dari suatu organisasi akan mempunya dampak yang menguntungkan, sedangkan citra buruk akan merugikan organisasi tersebut.
2.2.6 Hubungan CSR dengan Masyarakat Pada dasarnya CSR diharapkan mampu memberikan sumbangsih besar kepada masyarakat selain memberikan filantropi dan karitatif, pemberdayaan masyarakat bisa menjadi hal yang sangat diperhatikan. Pada abad ke -21 ini telah ada kesepakatan global yang melahirkan MDG’s (Millenium Development Goal’s) dimana Indonesia harus mencapai target dalam poin-poin MDG’s tersebut. Tetapi, kenyataan lain menunjukan semua itu masih terhambat karena keterbatasan
anggaran
dari
pemerintah,
karena
itu
program-program
pemberdayaan masyarakat untuk memperbaiki mutu hidup dan peningkatan kesejahteraan perlu dihadirkan (Untung, 2014:110). CSR jika digunakan untuk pemberdayaan masyarakat akan memberikan manfaat langsung, karena secara bertahap akan membantu dalam mengembangkan kemandirian masyarakat, sehingga tidak lagi tergantung oleh pemerintah maupun korporasi. Menurut Totok dalam (dalam Untung, 2014: xvii) menyampaikan, melalui pemberdayaan masyarakat maka masyarakat akan disiapkan untuk: 1. Menyadari keadaan serta masalah yang dihadapi sehingga bisa melihat peluang yang bisa dilakukan untuk perbaikan kehidupan. 2. Dengan adanya proses belajar serta berlatih untuk membuat perencanaan bagi kehidupan masyarakat. 3. Melakukan kegiatan, masyarakat secara partisipatif tanpa bantuan dari pihak lain 4. Melakukan evaluasi terhadap kegiatan yang telah dilakukan. 5. Memanfaatkan hasil kegiatan secara partisipatif.
2.3 Landasan Teori 2.3.1 Stakeholder Theory Dalam pengambilan keputusan pada suatu perusahaan bisa menghasilkan keputusan yang tepat dan tidak tepat. Dikatakan tidak tepat jika pengambilan keputusan berdampak seperti keuntungan atau kekayaan yang diperuntukkan kepada shareholder saja. Namun tidak demikian, pada dasarnya perusahaan saat ini tidak bisa hanya mencapai keuntungan saja, namun harus memperhatikan aspek sekitar (stakeholder). Oleh sebab itu, stakeholder theory yang digunakan dapat menjelaskan bagaimana perusahaan dalam pengambilan keputusan bisa berdampak kepada stakeholder atau tidak. Adanya stakeholder di dalam suatu perusahaan mempunyai peranan penting, karena stakeholder dianggap dapat mempengaruhi perusahaan, namun juga dapat dipengaruhi oleh perusahaan yang bersangkutan pada pengambilan keputusan. Keputusan tersebut menyangkut program CSR dari DKPH. Salah satu contoh keputusan yang terkait program CSR dari DKPH adalah DKPH memutuskan pengadaan motor sampah dimana masyarakat Desa Adat Kuta sangat membutuhkan
moda
transportasi
pengangkutan
sampah.
Namun
realita
dilapangan jalan di Desa Adat Kuta tergolong kecil sehingga truk sampah yang pada umumnya digunakan tidak dapat menjangkau titik-titik sampah pada wilayah tersebut, sehingga pihak DKPH mengusulkan lebih baik menggunakan motor sampah untuk mengangkut sampah. Yang berarti para stakeholder dapat menggunakan informasi yang ada dalam perusahaan untuk mengambil sebuah keputusan guna mempengaruhi perusahaan tersebut. Wujud pengaruh-mempengaruhi antara stakeholder dengan
perusahaan adalah dengan adanya prosesnya komunikasi terus menerus hingga tercapai kesepakatan bersama antara perusahaan dengan stakeholder. Mengenai hubungan saling pengaruh-mempengaruhi sangat berkaitan dengan ranah bidang ilmu sosiologi yakni interaksi sosial. Proses sosial ini menurut Susanto (1983 : 16) menyatakan suatu proses yang didasarkan pada kegiatan pengaruh-mempengaruhi dimana proses yang melibatkan aspek sikap, nilai serta harapan yang pada akhirnya menghasilkan kebiasaan. Pada penelitian ini, interaksi terjadi antara perusahaan dengan stakeholder, seperti yang dapat dilihat pada bagan 2.1
PERUSAHAAN
CSR
STAKEHOLDER
Bagan 2.1 Bentuk Interaksi Perusahaan dengan Stakeholder Keterangan : Saling mempengaruhi
Implementasi CSR tersebut merupakan hasil dari proses interaksi sosial antara perusahaan dengan stakeholder untuk menyepakati bentuk CSR apa yang akan dilakukan dan bersifat sustainablity. Jika salah satu pihak tidak beperan seperti stakeholder, maka interaksi sosial yang diharapkan tidak dapat terjadi dan keberlangsungan dari perusahaan tidak dapat tercapai.
Kasali (dalam Wibisono, 2007) membagi stakeholder menjadi sebagai berikut: 1. Stakeholders Internal dan stakeholders eksternal Stakeholder internal merupakan stakeholder yang berada di antara lingkungan organisasi. Contohnya seperti, karyawan, manajer dan pemegang saham (shareholder). Sedangkan
stakeholder eksternal
merupakan stakeholder yang berada di luar dari lingkungan suatu organisasi, contohnya seperti penyalur atau pemasok, konsumen atau pelanggan, masyarakat, pemerintah, pers, kelompok sosial responsible investor, licensing partner dan lain-lain. 2. Stakeholder primer, sekunder dan marjinal Tidak semua bagian dalam stakeholder perlu mendapat perhatian. Suatu perusahaan perlu menyiapkan skala prioritas dari staketeholder. Stakeholder yang paling penting atau utama biasa disebut stakeholder primer, kemudian stakeholders yang kurang penting atau berpengaruh disebut stakeholder sekunder dan yang terakhir adalah stakeholder biasa atau memang diabaikan disebut stakeholder marjinal. Dalam urutan prioritas dari stakeholder ini berbeda pada setiap perusahaan, walaupun produk atau jasa yang dilakukan sifatnya sama. Urutan ini pula dapat berubah dari waktu ke waktu. 3. Stakeholder tradisional dan stakeholders masa depan Stakeholder tradisional terdiri dari karyawan dan konsumen. Karyawan dan konsumen ini berada di dalam internal perusahaan. Perusahaan juga mengharapkan keberadaan dari stakeholder masa depan
yang
nantinya
akan
memberikan
kontribusi
kepada
perusahaan.
Stakeholder masa depan teridiri dari mahasiswa dan peneliti. 4. Proponents, opponents, dan uncommitted Dalam
perusahaan
melakukan
kegiatan
bisnisnya
terdapat
pengaruh yang ditimbulkan sehingga terwujud kelompok yang mendukung (proponents), yang berbeda dengan perusahaan (opponents), dan yang tidak menghiraukan perusahaan (uncommitted). Perusahaan sangat perlu mengetahui stakeholder yang berbeda-beda guna dapat menyusun suatu rencana dan strategi yang dapat ditarik benang merahnya. 5. Silent majority dan vokal minority Dalam kegiatan dari stakeholder untuk melakukan perasaan kurang puas atau mendukung dari suatu perusahaan, tentu ada yang menyatakan diri untuk bertentangan atau menerima dari perusahaan
secara vokal
(aktif) serta ada juga yang menyatakan secara silent (pasif). Berdasarkan pembagian stakeholder yang dijabarkan diatas, dalam penelitian ini semua stakeholder tersebut ada dan aktif. Dari hal tersebut peneliti dapat mengetahui bagaimana mekanisme CSR dijalankan, bagaimana bentuk program CSR yang dijalankan oleh DKPH dan pada akhirnya bagaimana pengaruh dari CSR tersebut bagi DKPH maupun masyarakat Desa Adat Kuta.