BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
2.1. Kajian Pustaka Penyusunan kajian pustaka bertujuan mengumpulkan data dan informasi ilmiah, berupa teori-teori, metode, atau pendekatan yang pernah berkembang dan telah di dokumentasikan dalam bentuk buku, jurnal, naskah, catatan, rekaman sejarah, dokumen-dokumen, dan lain-lain yang terdapat di perpustakaan. Kajian ini dilakukan dengan tujuan menghindarkan terjadinya pengulangan, peniruan, plagiat, termasuk suaplagiat, Pohan (2012). Kajian pustaka memiliki tiga pengertian yang berbeda. Kajian pustaka adalah seluruh bahan bacaan yang mungkin pernah dibaca dan dianalisis, baik yang sudah dipublikasikan maupun sebagai koleksi pribadi. Kajian pustaka sering dikaitkan dengan kerangka teori atau landasan teori, yaitu teori-teori yang digunakan untuk menganalisis objek penelitian. Oleh sebab itu, sebagian peneliti menggabungkan kajian pustaka dengan kerangka teori. Kajian pustaka adalah bahan-bahan bacaan yang secara khusus berkaitan dengan objek penelitian yang sedang dikaji, Nyoman Kutha Ratna (2012),
2.1.1
Pengertian Manajemen Manajemen merupakan ilmu yang memiliki peran dalam mengidentifikasi,
menganalisis dan menetapkan tujuan-tujuan yang hendak dicapai, sekaligus mengkoordinasikan secara efektif dan efisien seluruh sumber daya yang dimliki
21
22
oleh organisasi atau perusahaan. Jadi pada intinya, manajemen mengatur arah untuk mencapai tujuan yang diingikan baik individu maupun kelompok.
2.1.1.1
Fungsi Manajemen Manajemen adalah serangkaian kegiatan yang dijalankan dalam manajemen
berdasarkan fungsinya masing-masing dan mengikuti satu tahapan-tahapan tertentu dalam pelaksanaannya. (Erne Trisnawati dan Kurniawan Saifullah, 2011). Pengertian manajemen tersebut menunjukan bahwa fungsi-fungsi manajemen itu berwujud kegiatan-kegiatan yang berhubungan sehingga satu kegiatan menjadi syarat kegiatan lainnya. Kegiatan-kegiatan tersebut harus dapat dilakukan oleh seseorang dan kelompok yang bergabung dalam suatu organisasi. Fungsi-fungsi manajemen berarti segenap kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai kegiatan yang telah ditetapkan dengan cara yang diatur sedemikian rupa dan sistematis sehingga tujuan dapat tercapai secara tertib, efektif dan efesien. Adapun Fungsi manajemen menurut G.R. Terry dalam Indrajit dan Djokopranoto (2013) adalah sebagai berikut: 1. Perencanaan (planning) yaitu sebagai dasar pemikiran dari tujuan dan penyusunan langkah-langkah yang akan dipakai untuk mencapai tujuan. Merencanakan berarti mempersiapkan segala kebutuhan, memperhitungkan matang-matang apa saja yang menjadi kendala, dan merumuskan bentuk pelaksanaan kegiatan yang bermaksud untuk mencapai tujuan.
23
2. Pengorganisasian (organization) yaitu sebagai cara untuk mengumpulkan orangorang dan menempatkan mereka menurut kemampuan dan keahliannya dalam pekerjaan yang sudah direncanakan. 3. Penggerakan (actuating) yaitu untuk menggerakan organisasi agar berjalan sesuai dengan pembagian kerja masing-masing serta menggerakan seluruh sumber daya yang ada dalam organisasi agar pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan bisa berjalan sesuai rencana dan bisa mencapai tujuan. 4. Pengawasan (controlling) yaitu untuk mengawasi apakah gerakan dari organisasi ini sudah sesuai dengan rencana atau belum. Serta mengawasi penggunaan sumber daya dalam organisasi agar bisa terpakai secara efektif dan efisien tanpa ada yang melenceng dari rencana. Hakikat dari fungsi manajemen Terry adalah yang direncakan itu yang akan dicapai. Maka dengan itu fungsi perencanaan harus dilakukan sebaik mungkin agar dalam proses pelaksanaanya bisa berjalan dengan baik serta segala kekurangan bisa diatasi. Sebelum kita melakukan perencanaan, ada baiknya merumuskan terlebih dahulu tujuan yang akan dicapai.
2.1.2 Manajemen Keuangan Salah satu fungsi perusahaan yang penting bagi keberhasilan usaha suatu perusahaan dalam pencapaian tujuannya adalah manajemen keuangan perusahaan. Oleh karena itu perusahaan harus memberi perhatian khusus terhadap kemajuan keuangan demi tercapainya tujuan perusahaan.
24
2.1.2.1 Pengertian Manajemen Keuangan Manajemen keuangan dapat diartikan sebagai semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan dana dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisiensi (Sutrisno, 2011:3). Manajemen keuangan adalah seluruh aktivitas perusahaan dalam rangka memperoleh dana, menggunakan dana dan mengelola asset (Martono dan D. Agus Hartijo, 2012:16). Manajemen keuangan adalah penerapan prinsip-prinsip ekonomi dalam mengelola keputusan yang menyangkut masalah finansial perusahaan (Lukman Syamsudin, 2012:3). Manajemen
keuangan
sebagai
segala
aktifitas
perusahaan
yang
berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana, menggunakan dana dan mengelola aset sesuai tujuan perusahaan secara menyeluruh (James. C Van Horne dalam Dewi Fitriasari dan Deny Arnos Kwary, 2013). Dengan kata lain, manajemen keuangan merupakan manajemen (pengelolaan) mengenai bagaimana memperoleh aset, mendanai aset dan mengelola aset untuk mencapai tujuan perusahaan. Manajemen keuangan sebagai aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk memperoleh modal yang semurah-murahnya dan menggunakan seefektif, seefisien, dan seproduktif mungkin untuk menghasilkan laba (Darsono Prawironegoro, 2011). Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen
keuangan
merupakan
aktivitas-aktivitas
yang
menyangkut
perencanaan, pencarian dan pemanfaatan dana perusahaan sehingga perusahaan bisa mencapai tujuan yang dibuat atau direncanakan.
25
2.1.2.2 Tujuan Manajemen Keuangan Manajer keuangan perlu mengambil keputusan-keputusan yang benar dalam penentuan tujuan perusahaan serta dalam usaha pencapaian tujuan tersebut. Keputusan yang diambil haruslah dengan prinsip memaksimumkan nilai perusahaan, yang identik dengan memaksimumkan laba, serta meminimumkan tingkat risiko. Agar keseimbangan tersebut dapat diperoleh, maka perusahaan harus melakukan pengawasan yang ketat terhadap aliran dana. Berdasarkan uraian Brigham dan Houston (2012) yang di alih bahasakan oleh Robinson Tarigan berpendapat mengenai tujuan manajemen keuangan adalah sebagai berikut: a. Laba yang maksimal b. Risiko yang minimal c. Melakukan pengawasan aliran dana, dimaksudkan agar penggunaan dan pencarian dana dapat diketahui segera d. Menjaga fleksibilitas perusahaan. Dapat disimpulkan dari pendapat diatas bahwa fungsi manajemen keuangan tidak hanya untuk dapat memperoleh laba saja tetapi ada beberapa hal lain yang perlu
diperhatikan
diantaranya
manajemen
keuangan
harus
mampu
meminimumkan risiko, melakukan pengawasan aliran dana dan menjaga fleksibilitas perusahaan.
2.1.2.3 Fungsi Manajemen Keuangan
26
Tugas pokok manajemen keuangan antara lain meliputi keputusan tentang investasi, pembiayaan kegiatan usaha dan pembagian deviden suatu perusahaan. Terdapat 3 fungsi utama dalam manajemen keuangan (Bambang Riyanto, 2012) diantaranya yaitu: 1.
Keputusan Investasi (Investment Decision) Keputusan investasi merupakan keputusan terhadap aktiva apa yang di kelola
oleh perusahaan. Keputusan investasi ini merupakan keputusan paling penting diantara kedua fungsi keputusan lainnya. Hal ini karena keputusan investasi berpengaruh secara langsung terhadap besarnya rentabilitas investasi dan aliran kas perusahaan untuk waktu-waktu berikutnya. Dengan demikian keputusan investasi ini menentukan keseluruhan jumlah aktiva yang ada pada perusahaan, komposisi dari aktiva-aktiva tersebut beserta tingkat risiko perusahaannya. 2.
Keputusan Pemenuhan Kebutuhan Dana Keputusan mengenai kebutuhan dana bersangkutan dengan penentuan sumber
dana yang akan digunakan, penentuan pertimbangan pembelanjaan yang terbaik atau penentuan struktur modal yang optimal. Apakah perusahaan menggunakan sumber ekstern yang berasal dari utang atau emisi obligasi atau dengan cara emisi saham baru, merupakan aspek utama dari jenis keputusan mengenai kebutuhankebutuhan pemenuhan dana. 3.
Keputusan Dividen Keputusan mengenai dividen bersangkutan dengan penentuan persentase dari
keuntungan netto yang dibayarkan sebagai cash dividend, penentuan stock dividend
27
pembelian kembali saham. Keputusan mengenai dividen ini sangat erat kaitannya dengan keputusan pemenuhan kebutuhan dana. Tugas pokok manajemen keuangan diatas dikemukakan ada tiga hal diantaranya bagaimana manajemen keuangan mampu untuk melakuan keputusan investasinya karena keputusan investasi ini merupakan hal yang paling penting dibandingkan dengan fungsi lainnya kesalahan dalam menentukan investasi dapat berakibat kepada keuntungan yang diharapkan, kemudian manajemen keuangan harus mampu mengelola serta memutuskan pemenuhan kebutuhan dananya sehingga sumber pendanaan jelas bersumber darimana dan manajemen keuangan harus mampu meng
2.1.2
Signaling Theory Signalling theory menekankan kepada pentingnya informasi
yang
dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi. Teori Sinyal menurut Wolk, et al. dalam Gunarsih (2012) menjelaskan alasan perusahaan menyajikan informasi untuk pasar modal. Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri informasi antara manajemen perusahaan dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan informasi tersebut. Teori sinyal mengemukakan tentang
28
bagaimana seharusnya perusahaan memberikan sinyal-sinyal pada pengguna laporan keuangan. Signaling Theory mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain, Jama’an (dalam Ni Nyoman 2015) Signaling berakar dalam gagasan informasi asimetris , yang mengatakan bahwa dalam beberapa transaksi ekonomi, ketidaksetaraan dalam akses ke informasi pasar normal untuk pertukaran barang dan jasa. Dalam artikelnya, seminalis Michael Spence, 1973, mengusulkan agar kedua pihak bisa mendapatkan sekitar masalah informasi asimetris dengan memiliki salah satu pihak mengirimkan sinyal yang akan mengungkapkan beberapa bagian informasi yang relevan kepada pihak lain. Prinsip signaling ini mengajarkan bahwa setiap tindakan mengandung informasi. Hal ini disebabkan karena adanya asymetric information. Asymmetric information adalah kondisi dimana suatu pihak memiliki informasi yang lebih banyak daripada pihak lain. Misalnya, pihak manajemen perusahaan memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan pihak investor di pasar modal. Tingkat asymetric information ini bervariasi dari sangat tinggi ke sangat rendah . Oleh sebab itu, faktor keadaan dan posisi perusahaan harus dimasukkan ke dalam tahapan berupa siklus hidup perusahaan, sehingga dengan lebih memahami posisi
29
tahap siklus hidup perusahaan, pengguna laporan keuangan dapat menentukan informasi akuntansi yang selayaknya dipakai.
2.1.3.
Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Di pasar modal Indonesia khususnya Bursa Efek Indonesia (BEI), laporan
keuangan perusahaan dibedakan menjadi tiga macam, yaitu laporan keuangan tahunan, laporan tengah tahunan dan laporan keuangan triwulanan atau disebut juga sebagai laporan keuangan intern. Tuntutan akan kepatuhan terhadap ketepatan waktu (timeliness ) dalam penyajian laporan keuangan kepada publik di Indonesia telah diatur dalam UU
No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dan tanggal 1
Agustus 2012, Bapepam dan LK telah menerbitkan satu peraturan yaitu Peraturan Nomor X.K.6 lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor: Kep431/BL/2012 tentang Penyampaian Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik.
2.1.3.1
Pelaporan Keuangan (Financial Reporting)
Pelaporan keuangan adalah laporan keuangan yang ditambah dengan informasi-informasi lain yang berhubungan, baik langsung maupun tidak langsung dengan informasi yang disediakan oleh sistem akuntansi keuangan, seperti informasi tentang sumber daya perusahaan, earnings, current cost, informasi tentang prospek erusahaan yang merupakan baian integral dengan tujuan untuk memenuhi tingkat pengungkapan yang cukup.
30
Menurut statement of financial accounting concept (SFAC) Nomor 1 tentang Objective of Financial Reporting by Business Enterprises, tujuan pelaporan keuangan adalah: a.
Menyediakan informasi yang berguna bagi investor, kreditor, dan pengguna potensial lainnya dalam membantu proses pengambilan keputusan yang rasional atas investasi, kredit dan keputusan lain yang sejenis.
b. Menyediakan informasi yang berguna bagi investor, kreditor, dan pengguna potensial lainnya yang membantu dalam menilai jumlah, waktu, dan ketidakpastian prospek penerimaan kas dari dividen atau bunga dan pendapatan dari penjualan, penebusan atau jatuh tempo sekuritas atau pinjaman. Menaksir aliran kas masuk (future cash flow) pada perusahaan. c. Memberikan informasi tentang sumber daya ekonomi, klaim atas sumber daya tersebut dan perubahannya. Rumusan tujuan pelaporan keuangan tersebut, berkaitan dengan aspek-aspek sebagai berikut: a. Informasi yang berguna untuk keputusan kredit dan investasi. b. Informasi yang berguna untuk menilai prospek arus kas. c. Informasi tentang alokasi sumber daya ekonomi, klaim dan perubahannya. Dalam paragraf berikutnya SFAC mengemukakan bahwa pelaporan harus menyajikan tentang kinerja dan earnings dari satu kesatuan usaha tersebut, yaitu:
31
a. Pelaporan harus menyediakan informasi tentang kinerja keuangan perusahaan (financial performance) selama suatu periode tertentu. b. Pelaporan kinerja keuangan tersebut berguna untuk mengukur earning power dengan seluruh komponennya, karena para pengguna sangat berkepentingan atas prospek penerimaan kas bersih dari perusahaan. c. Pelaporan keuangan harus menyajikan informasi, bagaimana manajemen perusahaan mempertanggungjawabkan kepada para stakeholders¬-nya atas pengelolaan sumber daya ekonomi yang telah dipercayakan kepada manajemen. Statement of Financial Accounting Concepts (SPAC) mengemukakan bahwa tujuan pelaporan keuangan organisasi nonbisnis sebagai berikut: a. Memberikan informasi yang berguna kepada pengguna dalam mengambil keputusan rasional tentang alokasi sumber daya dalam organisasi. b. Memberika informasi yang berguna bagi penyedia sumber daya dalam menilai jasa yang diberikan dalam oleh organisasi nonbisnis dan kemampuannya untuk meneruskan penyediaan jasa tersebut. c. Memberika informasi yang berguna untuk menilai pekerjaan manajemen dan kinerja manajer organisasi nonbisnis dalam melaksanakan tugasnya, seperti akuntabilitasnya. d. Memberikan informasi tentang sumber daya ekonomi, kewajiban, penggunaan sumber daya, (aktivitas organisasi), atau sumber daya bersih dari organisasi nonbisnis tersebut.
32
2.1.3.2
Ketepatan Waktu
Ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan mendefinisikan informasi sebagai bukti yang mempunyai potensi untuk mempengaruhi keputusan individual. Ketepatan waktu diartikan bahwa informasi harus disampaikan sedini mungkin agar dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan ekonomi dan untuk menghindari tertundanya pengambilan keputusan tersebut, Scott dalam Roswita (2013). Owusu & Ansah (2012), secara konseptual yang dimaksud dengan ketepatan waktu adalah kualitas ketersediaan informasi pada saat yang diperlukan atau kualitas informasi yang baik dilihat dari segi waktu, sedangkan Chambers dan Pehman ( dalam Sigit Marteta 2015) mendefinisikan ketepatan waktu dalam dua cara, yaitu: 1.
ketepatan waktu didefinisikan sebagai keterlambatan waktu pelaporan dari tanggal laporan keuangan sampai tanggal melaporkan, dan
2.
ketepatan waktu ditentukan dengan ketepatan waktu pelaporan relatif atas tanggal pelaporan yang diharapkan. Menurut Givoly & Palmon (dalam Sigit Marteta 2015) menyatakan bahwa
ketepatan waktu pelaporan keuangan merupakan alat yang signifikan dalam memprediksi kesuksesan suatu perusahaan disamping beberapa faktor finansial lainnya maupun pertimbangan mengenai karakteristik pasar. Ketepatan waktu mengandung
pengertian
bahwa
informasi
tersedia
sebelum
kehilangan
kemampuannya untuk mempengaruhi atau membuat perbedaan dalam keputusan .
33
Menurut peraturan Bapepam, pengungkapan laporan keuangan tidak boleh lebih dari 120(seratus dua puluh) hari sejak tanggal neraca berakhir terhitung setelah tanggal 31 (tiga puluh satu) Desember. Maka pengungkapan yang melewati batas waktu tersebut sudah tidak mempunyai atau kehilangan manfaatnya dalam pengambilan keputusan. Dari segi regulasi di Indonesia bahwa ketepatan waktu (timeliness) merupakan kewajiban bagi perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk menyampaikan laporan keuangan secara berkala. Di pasar modal Indonesia khususnya Bursa Efek Indonesia (BEI), laporan keuangan perusahaan dibedakan menjadi tiga macam, yaitu laporan keuangan tahunan, laporan tengah tahunan dan laporan keuangan triwulanan atau disebut juga sebagai laporan keuangan intern. Tuntutan akan kepatuhan terhadap ketepatan waktu (timeliness) dalam penyajian laporan keuangan kepada publik di Indonesia telah diatur dalam UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dan tanggal 1 Agustus 2012, Bapepam dan LK telah menerbitkan satu peraturan yaitu Peraturan Nomor X.K.6 lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor: Kep-431/BL/2012
tentang
Penyampaian Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik. Penerbitan peraturan ini mencabut Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor: KEP134/BL/2006 tanggal 7 Desember 2006 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan Bagi Emiten dan Perusahaan Publik dan Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor: KEP-40/BL/2007 tanggal 30 Maret 2007 tentang Jangka Waktu Penyampaian Laporan Keuangan Berkala dan Laporan Tahunan Bagi Emiten atau
34
Perusahaan Publik yang Efeknya Tercatat di Bursa Efek di Indonesia dan di Bursa Efek di Negara Lain. Penyempurnaan Peraturan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas keterbukaan informasi dalam laporan tahunan Emiten dan Perusahaan Publik sebagai sumber informasi penting bagi pemegang saham dan masyarakat dalam membuat keputusan investasi. Dalam peraturan tersebut antara lain diatur mengenai kewajiban penyampaian bentuk, dan isi laporan tahunan., dari yang sebelumnya batas akhir penyampaian laporan keuangan yaitu 90 (Sembilan puluh) hari setelah tanggal tutup buku (31 Desember), menjadi 120 (seratus dua puluh) hari setelah tanggal tutup buku. Tujuan pelaporan keuangan
adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Saleh (dalam Sigit Marteta 2015) menyatakan bahwa informasi yang relevan dalam laporan keuangan akan bermanfaat bagi investor, kreditur, manajemen dan pihak pemakai lainnya. Agar informasi laporan keuangan tersebut bersifat relevan maka informasi harus tepat waktu bagi pengguna untuk pengambilan keputusan. Dengan demikian, informasi disebut relevan apabila informasi tersebut memiliki nilai prediksi, nilai umpan balik, dan tersedia tepat waktu. Ketepatan waktu pelaporan keuangan merupakan unsur penting dalam
pengambilan
keputusan investasi. Ketepatan waktu tidak menjamin relevansi, tetapi relevansi informasi tidak dimungkinkan tanpa ketepatan waktu informasi mengenai kondisi
35
dan proses perusahaan harus cepat dan tepat sampai kepada pengguna laporan keuangan.
2.1.4.
Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk memahami
corporate governance. Teori keagenan menyangkut hubungan kontraktual antara anggota-anggota di perusahaan. Jensen dan Meckling (dalam Ni Nyoman 2015) menjelaskan bahwa ”hubungan agensi terjadi ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan”. Yang disebut principal adalah pemegang saham atau investor dan yang dimaksud agent adalah manajemen yang mengelola perusahaan. Inti dari hubungan keagenan adalah adanya pemisahan fungsi antara kepemilikan di pihak investor dan pengendalian di pihak manajemen. Menurut Eisenhardt (dalam Ni Nyoman 2015) “teori agensi menggunakan tiga asumsi sifat manusia yaitu: (1) manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan (3) manusia selalu menghindari resiko (risk averse). Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut, manusia akan bertindak opportunistic, yaitu mengutamakan kepentingan pribadinya. Pihak agen
36
termotivasi untuk memaksimalkan fee kontraktual yang diterima sebagai sarana dalam pemenuhan kebutuhan ekonomis dan psikologisnya. Sebaliknya, pihak principal termotivasi untuk mengadakan kontrak atau memaksimalkan returns dari sumber daya untuk menyejahterakan dirinya dengan profitabilitas yang selalu meningkat. Konflik kepentingan ini terus meningkat karena pihak prinsipal tidak dapat memonitor aktivitas agen sehari-hari untuk memastikan bahwa agen bekerja sesuai dengan keinginan para pemegang saham. Sebaliknya, agent sendiri memiliki lebih banyak informasi penting mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja, dan perusahaan
secara
keseluruhan.
Hal
inilah
yang
memicu
timbulnya
ketidaksinambungan informasi antara principal dan agent. Kondisi ini dinamakan dengan asimetri informasi. Hak pengendalian yang dimiliki oleh manajer memungkinkan untuk diselewengkan dan dapat menimbulkan masalah keagenan yang dapat diartikan dengan sulitnya investor memperoleh keyakinan bahwa dana yang mereka investasikan dikelola dengan semestinya oleh manajer. Manajer memiliki kewenangan untuk mengelola perusahaan dan dengan demikian manajer memiliki hak dalam mengelola dana investor, Ujiantho (dalam Ni Nyoman 2015). Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham). Manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan.
37
Laporan keuangan tersebut penting bagi pengguna eksternal terutama karena kelompok ini berada dalam kondisi yang paling besar ketidakpastiannya, pemisahan antara pemilik perusahaan (principal) dan pengelolaan oleh manajemen (agent) cenderung menimbulkan konflik keagenan di antara prinsipal dan agen. Konflik kepentingan antara pemilik dan agen terjadi karena kemungkinan agen tidak selalu berbuat sesuai dengan keinginan prinsipal, sehingga menimbulkan biaya keagenan (agency cost) Agency cost merupakan biaya yang dikeluarkan oleh prinsipal untuk biaya pengawasan terhadap agen, pengeluaran yang mengikat oleh agen, dan adanya residual loss, Jensen dan Meckling (dalam Ni Nyoman 2015). Adanya penyimpangan antara keputusan yang diambil agen dan keputusan yang akan meningkatkan kesejahteraan prinsipal akan menimbulkan kerugian atau pengurangan kesejahteraan prinsipal, nilai uang yang timbul dari adanya penyimpangan tersebut disebut residual loss, Jensen dan Meckling (1976). Adanya asimetri informasi dapat mendorong agen untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui prinsipal untuk memaksimalkan keuntungan bagi agen. Agen dapat termotivasi untuk melaporkan informasi yang tidak sebenarnya kepada prinsipal, terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja agen, Ujiantho (dalam Ni Nyoman 2015). manajer yang telah diberi wewenang untuk mengelola perusahaan bertanggung jawab untuk memaksimalkan keuntungan prinsipal dan melaporkan tanggung jawabnya melalui media laporan keuangan. Atas kinerja manajer tersebut, kompensasi manajemen diberikan sesuai dengan kontrak yang yang telah
38
disepakati. Dengan demikian terdapat dua kepentingan yang berbeda di dalam perusahaan untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki. Jensen dan Meckling (dalam Ni Nyoman 2015) menyatakan bahwa laporan keuangan yang dibuat dengan angka-angka akuntansi diharapkan dapat meminimalkan konflik di antara pihak-pihak yang berkepentingan. Dengan laporan keuangan yang dibuat manajemen, prinsipal dapat menilai kinerja manajemen untuk melaporkan laporan keuangan sesuai kepentingan pribadinya. Jika hal ini terjadi maka akan mengakibatkan rendahnya kualitas laba.
2.1.5
Corporate Governance Corporate governance yang merupakan konsep yang didasarkan pada teori
keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Corporate governance berkaitan dengan bagaimana para Investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka, yakin bahwa manajer tidak akan mencuri/menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan dana yang telah ditanamkan oleh investor, dan berkaitan dengan bagaimana para investor mengontrol para manajer (Shleifer dan Vishny, dalam Sutrisno, 2011). Dengan kata lain corporate governance diharapkan dapat berfungsi untuk menekan atau menurunkan biaya keagenan (agency cost).
39
2.1.5.1 Pengertian Corporate Governance Ada berbagai pengertian Corporate Governance yang dapat dijelaskan sebagai berikut: Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) mendefinisikan corporate governance sebagai suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ perusahaan
guna
memberikan
nilai
tambah
pada
perusahaan
secara
berkesinambungan dalam jangka panjang bagi pemegang saham, dengan tetap memperhatikan
kepentingan
stakeholder
lainnya,
berlandaskan
peraturan
perundangan dan norma yang berlaku. Forum corporate governance Indonesia/FCGI (2001:22) menyatakan: “Corporate governance adalah seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan”. Menurut
OECD
(Organization
for
Economic
Co-operation
and
Development), corporate governance didefinisikan: “Corporate governance is the system by which business corporations are directed and controlled. The corporate governance structure specifies the distribution of the right and responsibilities among different participants in the corporation, such as the board managers, shareholders, and other stakeholder.” Artinya "Tata kelola perusahaan adalah sistem dimana perusahaan bisnis diarahkan dan dikendalikan. Struktur tata kelola perusahaan menentukan distribusi hak dan tanggung jawab antara pihak yang
40
berbeda dalam perusahaan, seperti manajer, pemegang saham, dan pemangku kepentingan lainnya". Sedangkan Menurut World Bank: “Good Corporate Governance adalah kumpulan hukum, peraturan dan kaidah-kaidah yang wajib dipenuhi yang dapat mendorong
kinerja
sumber-sumber
perusahaan
bekerja
secara
efisien,
menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan”. Kemudian menurut Zarkashi (dalam dalam Arsanto 2014) mendefinisikan: “Good Corporate Governance (GCG) merupakan struktur yang oleh Stakeholder, pemegang saham, komisaris dan manajer untuk menyusun tujuan perusahaan dan sarana untuk mencapai tujuan perusahaan, serta sarana untuk mencapai tujuan tersebut dan mengawasi kinerja”, dan menurut Nasution dan Setiawan (2012) adalah sebagai berikut: “Corporate Governance adalah Konsep yang diajukan demi peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi atau monitoring kinerja manajemen dan menjamin akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder dengan mendasarkan pada kerangka peraturan“. Berdasarkan uraian mengenai corporate governance tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Corporate Governance adalah suatu sistem pengelolaan perusahaan yang dirancang untuk meningkatkan kinerja perusahaan, melindungi kepentingan stakeholders dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan serta nilai-nilai etika yang berlaku secara umum.
2.1.5.2 Prinsip - Prinsip Good Corporate Governance
41
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) mengungkapkan bahwa dalam prinsip corporate governance terdapat unsur penting yaitu: a. Fairness (keadilan) Menjamin perlindungan hak-hak para pemegang saham termasuk hak-hak pemegang saham minoritas dan para pemegang saham asing serta menjadi terlaksananya komitmen dengan para investor . b. Transparency (transparansi) Mewajibkan adanya suatu sistem informasi yang terbuka, tepat waktu, jelas dan dapat diperbandingkan yang menyangkut keadaan keuangan, pengelolaan perusahaan dan kepemilikan perusahaan . c. Accountability (akuntabilitas) Menjelaskan peran dan tanggung jawab serta mendukung usaha-usaha untuk menjamin penyeimbangan kepentingan manajemen dan pemegang saham sebagaimana diawali oleh dewan komisaris. d. Responsibility (pertanggungjawaban) Memastikan dipatuhinya peraturan serta ketentuan yang berlaku sebagai cerminan dipatuhinya nilai-nilai sosial. e. Independency (independensi) Untuk melancarkan pelaksanaan corporate governance , perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.
42
2.1.5.3 Mekanisme Corporate Govenance Setiap perusahaan dalam pelaksanaan aktivitas operasionalnya, prinsip Good Corporate Governance (GCG) dituangkan dalam suatu mekanisme. Mekanisme ini dibutuhkan agar aktivitas perusahaan dapat berjalan secara sehat sesuai dengan arah yang ditetapkan. Dalam kaitan ini, mekanisme governance menurut Akhmad Syakhroza (dalam dalam Arsanto 2014) dapat diartikan sebagai suatu aturan main, prosedur dan hubungan yang jelas antara pihak yang mengambil keputusan dengan pihak yang akan melakukan pengawasan terhadap keputusan tersebut. Sementara menurut Mas Ahmad Daniri (dalam roswita 2012) mekanisme Good Corporate Governance adalah suatu pola hubungan, sistem, dan proses yang digunakan oleh organ perusahaan (Direksi, Dewan komisaris, RUPS) guna memberikan nilai tambah kepada pemegang saham secara berkesinambungan dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya, berlandaskan peraturan dan perundangan dan norma yang berlaku”. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa mekanisme penerapan GCG merupakan suatu prosedur yang dapat mengendalikan perusahaan, sehingga memberikan nilai tambah terhadap pemegang saham dan stakeholders secara berkesinambungan dalam jangka panjang. Mekanisme corporate governance dibagi menjadi dua kelompok: 1.
Internal Mechanism (Mekanisme Internal) Mekanisme internal dari corporate governance adalah sebagai berikut
43
a.
Komisaris Independen Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) dalam rangka
memberdayakan fungsi pengawasan dewan komisaris, keberadaan komisaris independen adalah sangat diperlukan. Secara langsung keberadaan komisaris independen menjadi penting, karena di dalam praktik sering ditemukan transaksi yang mengandung benturan kepentingan yang mengabaikan kepentingan pemegang saham publik (pemegang saham minoritas) serta stakeholder lainnya, terutama pada perusahaan di Indonesia yang menggunakan dana masyarakat di dalam pembiayaan usahanya. Komisaris Independen memiliki tanggung jawab pokok untuk mendorong diterapkannya prinsip tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) di dalam perusahaan melalui pemberdayaan dewan komisaris agar dapat melakukan tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada direksi secara efektif dan lebih memberikan nilai tambah bagi perusahaan. b.
Kepemilikan institusional Semakin tinggi kepemilikan institusional maka semakin kuat control
eksternal terhadap perusahaan. Pozen (dalam Sutrisno, 2011)
mengungkapkan
beberapa metode yang digunakan oleh pemilik institusional dapat mempengaruhi pengambilan keputusan manajerial. Adanya kepemilikan oleh investor institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen perusahaan, sehingga kinerja perusahaan akan meningkat. Adanya kepemilikan oleh investor institusional seperti perusahaan efek, perusahaan asuransi, perbankan, perusahaan investasi, dana pensiun, dan kepemilikan institusi
44
lain akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen, karena kepemilikan saham mewakili suatu sumber kekuasaan ( source of power ) yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap keberadaan manajemen. c.
Kepemilikan Manejerial Dari sudut pandang teori akuntansi, manajemen laba sangat ditentukan oleh
motivasi manajer perusahaan. Motivasi yang berbeda akan menghasilkan besaran manajemen laba yang berbeda, seperti antara manajer yang juga sekaligus sebagai pemegang saham dan manajer yang tidak sebagai pemegang saham. Kepemilikan manajerial dapat diartikan sebagai pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan dalam suatu perusahaan (Direktur dan Komisaris). Kepemilikan manajerial juga dapat diartikan sebagai presentase saham yang dimiliki oleh manajer dan direktur perusahaan pada akhir tahun untuk masing-masing periode pengamatan. Kepemilikan manajerial adalah jumlah kepemilikan saham oleh pihak manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang dikelola (Boediono, dalam Herawaty, 2011). d.
Kualitas audit Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan
informasi yang terdapat pada para manajer dan para pemegang saham dengan menggunakan pihak luar untuk memberikan pengesahan terhadap laporan keuangan Akuntan publik sebagai auditor eksternal yang relatif lebih independen dari manajemen dibandingkan auditor internal sejauh ini diharapkan dapat
45
meminimalkan kasus rekayasa laba dan meningkatkan kredibilitas informasi akuntansi dalam laporan keuangan. Laporan keuangan auditan yang berkualitas, relevan dan reliabel dihasilkandari audit yang dilakukan secara efektif oleh auditor yang berkualitas. Pemakai laporan keuangan lebih percaya pada laporan keuangan auditan yang diaudit oleh auditor yang dianggap berkualitas tinggi dibanding auditor yang kurang berkualitas, karena mereka menganggap bahwa untuk mempertahankan kredibilitasnya, auditor akan lebih berhati-hati dalam melakukan proses audit untuk mendeteksi salah saji atau kecurangan (Sandra, dalam Sutrisno, 2011).
2. External Mechanisms (Mekasnisme Eksternal) External Mechanisms (Mekasnisme Eksternal) seperti pengendalian oleh pasar dan level debt financing . (Barnhart & Rosentein dalam Sutrisno,2011).
2.1.5.4 Manfaat Penerapan Good Corporate Governance Menurut Aldridge dan Sutojo (dalam dalam Arsanto 2014) penerapan Good Corporate Governance yang baik mempunyai lima manfaat, antara lain adalah : a. Mampu meningkatkan nilai perusahaan dan para pemegang saham. b. Mampu meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja manajemen level atas dan dewan komisaris. c.
Mampu melindungi hak dan kepentingan para pemegang saham.
d. Mampu melindungi hak dan kepentingan para anggota yang berkepentingan selain para pemegang saham.
46
e.
Meningkatkan kualitas hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris, dan manajemen level atas dari perusahaan. Penerapan corporate governance memberikan empat manfaat (FCGI,
2001),yaitu: 1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi perusahaan, serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders , 2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah dan tidak rigit (karena faktor kepercayaan) yang pada akhirnya akan meningkatkan corporate value , 3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia, dan 4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan meningkatkan shareholders’s values dan dividen.
2.1.6. Profitabilitas Profitabilitas menurut Bambang Riyanto (2012 : 35) , mengatakan: “Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama suatu periode tertentu.” Adapun pendapat menurut Agus Sartono (2012:122) menyatakan sebagai berikut: “Profitabilitas adalah Kempauan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun
modal
sendiri.”
Menurut
Sofyan
Syafri
Harahap
(2013:304),
mengemukakan bahwa: “Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan
47
mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya.” Sedangkan menurut Eugene F. Brigham dan Joel F. Houston (2012:107), menyatakan bahwa: “Profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan.” Dari berbagai pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa profitabilitas adalah pengukur kemampuan perusahaan atas laba yang dihasilkan dari berbagai aktivitas. Rasio profitabilitas merupakan salah satu alat analisis dari rasio keuangan yang bertujuan untuk melakukan evaluasi bagaimana suatu perusahaan berprestasi dan bagaimana menempatkan posisinya di masa yang akan datang. Rasio profitabilitas yang merupakan salah satu indikator dalam analisis rasio keuangan pun sebaiknya tidak dikerjakan secara mekanistis, akan tetapi harus dengan pertimbangan sebagai bagian dari proses evaluasi yang lebih luas. Menurut John J. Wild, K.R. Subramanyam, dan Robert F. Halsey (2012:39), menerangkan bahwa rasio profitabilitas diterapkan pada tiga area penting dalam analisis laporan keuangan, yaitu meliputi: 1. Tingkat pengembalian atas investasi (return on investment) untuk menilai kompensasi keuangan kepada penyedia pendanaan ekuitas dan utang. 2. Kinerja operasi. Untuk mengevaluasi margin laba dari aktivitas operasi. 3. Pemanfaatan aktiva (asset utilization). Untuk menilai efektivitas dan intensitas aktiva dalam menghasilkan penjualan, disebut pula perputaran (turnover). Menurut Lawrence J. Gitman (2012:65), “Terdapat banyak ukuran profitabilitas, yang keseluruhannya
48
merupakan ukuran untuk mengevaluasi keuntungan perusahaan yang berhubungan dengan penjualan, tingkat aktiva tertentu, atau investasi pemilik. Dalam penelitian ini penulis menggunakan rasio profitabilitas dengan membandingkan penghasilan bersih dengan total ekuitas yang dimiliki perusahaan, atau yang sering disebut ROE (Return on Equity), ROE menurut Suad Husnan (2011 : 76) merupakan rasio yang mengukur seberapa banyak keuntungan yang menjadi hak pemilik modal sendiri, karena itu dipergunakan angka laba setelah pajak. Angka modal sendiri juga sebaiknya dipergunakan angka rata – rata. Rasio ini dinyatakan sebagai berikut: 𝑅𝑂𝐸 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑎𝑥
Sumber: Suad Husnan & Ennny Pudjiastuti (2011 : 76)
2.1.7.
Leverage Suatu
perusahaan
dalam
menjalankan
usahanya
sejalan
dengan
pengembangan yang dialami, selalu membutuhkan tambahan modal. Pada saat perusahaan didirikan, pemilik bisa menentukan sumber modal apa yang dipakai, apakah semuanya bersumber dari modal saham biasa atau perlu ada hutang jangka panjang. Setiap keputusan yang diambil tentang sumber modal selalu ada dampaknya. Misalnya bila sumber modal saham biasa ada kewajiban membayar dividen dan keputusan-keputusan kebijakan atau pengelolaan dari pemegang saham perlu diperhatikan. Bila sumber modal dari saham prefern ada kewajiban membayar dividen yang harus diprioritaskan demikian pula dalam keadaan perusahaan dilikuidasi maka pemegang saham prefern akan didahulukan peningkatan nilai
49
sahamnya. Jika sumber modal berasal dari hutang jangka panjang ada kewajiban membayar bunga dan pengembalian hutang pada saat jatuh tempo. Ada pertimbangan-pertimbangan tertentu dari perusahaan dalam mengatur perpaduan sumber modal mana akan dipakai. Misalnya suatu perusahaan tidak menyukai manajemen perusahaannya dikelola oleh banyak pemilik, karena itu keputusan sumber modal yang dipakai untuk pengembangan berikut adalah dari hutang jangka panjang. Arti leverage secara harfiah (literal) menurut Hanafi (2014:327) adalah pengungkit. Pengungkit biasanya digunakan untuk membantu mengangkat beban yang berat. Dalam keuangan, leverage juga mempunyai maksud yang serupa. Lebih spesifik lagi, leverage bisa digunakan untuk meningkatkan tingkat keuntungan yang diharapkan. Kemampuan perusahaan untuk menggunakan aktiva atau dana untuk memperbesar tingkat penghasilan (return) bagi pemilik perusahaan dengan memperbesar tingkat leverage maka hal ini akan berarti bahwa tingkat ketidakpastian (uncertainty) dari return yang akan diperoleh akan semakin tinggi pula, tetapi pada saat yang sama hal tersebut akan memperbesar jumlah return yang akan diperoleh. Tingkat leverage ini bisa saja berbeda-beda antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya, atau dari satu periode ke periode lainnya di dalam satu perusahaan, tetapi yang jelas, semakin tinggi tingkat leverage akan semakin tinggi risiko yang dihadapi serta semakin besar return atau penghasilan yang diharapkan. Leverage merupakan suatu gambaran dari kemampuan perusahaan dalam menggunakan hutangnya untuk dapat memperbesar keuntungan dan melunasi
50
utangnya. Leverage dapat diukur dengan menggunakan debt ratio (DR). Dengan menghitung debt ratio, maka kreditor dapat melihat resiko dari investasinya. Semakin tinggi nilai dari debt ratio, maka semakin tinggi resiko bagi kreditornya. Ratio utang terhadap ekuitas dihitung hanya dengan membagi total utang perusahaan (termasuk liabilitas jangka pendek) dengan ekuitas pemegang saham. 𝐷𝑒𝑏𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 (𝐷𝐴𝑅) =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
Sumber: Suad Husnan & Ennny Pudjiastuti (2011)
2.1.8.
Ukuran Perusahaan Secara umum perusahaan yang mempunyai total aset yang relatif besar dapat
beroperasi dengan tingkat efisiensi yang yang lebih tinggi dibandingkan dengan peusahaan yang total asetnya rendah. Oleh karena itu perusahaan dengan total aset yang lebih besar akan lebih mampu untuk menghasilkan tingkat keuntungan yang lebih tinggi (Marhamah, 2013). Menurut Sudarsi dalam Prasetia, Tommy, dan Saerang (2014) untuk menentukan ukuran perusahaan adalah dengan log natural dari total aset. Size = Ln Total Asset Sumber: Suad Husnan & Ennny Pudjiastuti (2011)
Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya perusahaan. Besar kecilnya usaha tersebut ditinjau dari lapangan usaha yang dijalankan. Penentuan skala besar kecilnya perusahaan dapat ditentukan berdasarkan total penjualan, total asset, rata-rata tingkat penjualan (Seftianne, 2011).
51
2.1.9.
Penelitian Terdahulu
52
Tabel 2. 1. Penelitian Terdahulu No. 1
2
Nama Peneliti (Tahun) Gunarsih & Hartadi (2008)
Amr Ezat and Ahmed El-Masry (2008)
Tujuan
Metode
Kesimpulan
Perbedaan
Persamaan
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menguji dampak dari struktur tata kelola perusahaan dan kinerja perusahaan terhadap ketepatan waktu perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini mempelajari struktur tata kelola perusahaan gabungan dan studi ketepatan waktu. Sampel dalam penelitian ini adalah layanan perusahaan publik. Pertanyaan penelitian diuji dengan menjalankan dua logistik model regresi.
Model Regresi Logistik
Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur corporate governance berpengaruh terhadap ketepatan penyampaian laporan keuangan pada perusahaan jasa yang tercatat di Bursa Efek Indonesia
sampel penelitian ini adalah perusahan jasa, dan tidak menggunakan model neural network
Variabel dependen dan independen sama dengan penelitian penulis
Penelitian ini ditujukan untuk mengkaji faktorfaktor kunci yang mempengaruhi ketepatan waktu
metode regresi berganda dan regresi logistik
ukuran perusahaan, likuiditas, struktur kepemilikan, layanan aktivitas jenis, komposisi dewan dan
Variabel X yang diteliti berbeda, objek penelitian bebeda
Metode yang digunakan sama, menggunakan Regresi Logistik
53
No.
Nama Peneliti (Tahun)
Tujuan
Metode
pelaporan internet perusahaan (CIR) oleh perusahaan Mesir yang terdaftar di Kairo dan Bursa Efek Alexandria.
3
Mohd Hassan Che Haat, Rashidah Abdul Rahman, dan Sakthi Mahenthiran Butler (2008)
Makalah ini bertujuan untuk menguji pengaruh praktik tata kelola perusahaan yang baik pada transparansi dan kinerja emiten pada perusahaan di Malaysia
Regresi berganda
Kesimpulan ukuran papan yang positif signifikan dan berhubungan dengan CIR ketepatan waktu. Kedua, menurut regresi logistik, studi ini menemukan bahwa seluruh variabel secara signifikan terkait dengan item ketepatan waktu yang berbeda Hasil penelitian menunjukkan bahwa utang-untuk-aset dan kualitas audit memiliki yang signifikan dalam memengaruhi atas kinerja pasar perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa audit eksternal berfungsi sebagai mekanisme governance penting bagi kreditur, terutama untuk memastikan bahwa miskin rms kinerja fi dengan tingkat tinggi manajemen utang yang baik praktek utang yang pada akhirnya
Perbedaan
Persamaan
Metode analisis yang digunakan berbeda
Sama sama memasukan variabel komite audit dalam variabel independen
54
No.
4
Nama Peneliti (Tahun)
Robert W. McGee & Xiaoli Yuan (2010)
5
Gunarsih (2010)
6
Siti Rochmah Ika dan Nazli A. Mohd Ghazali (2011)
Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk menguji ketepatan waktu pelaporan keuangan di Republik Rakyat Cina dan untuk membandingkannya dengan ketepatan waktu di Amerika Serikat dan Uni Eropa (UE). Tujuan penelitian ini adalah menguji dampak corporate governance structure dan ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan di perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan 2(dua) alternatif metode, regresi logistik dan neural network untuk menguji hubungan antara efektivitas komite audit dan ketepatan waktu
Metode
Mengkomparasi annual report perusahaan China dan Amerika
Kesimpulan membantu mereka memperbaiki kondisi keuangan mereka The study found that Chinese companies take significantly longer to issue their financial statements than do EU or US companies
Perbedaan
Persamaan
Metode, dan tujuan penelitian berbeda
Mempermasalahkan Y yang sama, yaitu ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan
Model Regresi Logistik dan Neural Network
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil analisis pada model regresi logistik memiliki angka ketepatan prediksi sebesar 61,2% sedangkan hasil NN menunjukan ketepatan prediksi lebih dari 96%.
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah perusahaan jasa
Menggunakan metode yang sama
Pengujian Hipotesis metode regresi berganda.
efektivitas komite audit merupakan faktor yang signifikan memastikan ketepatan waktu
Metode yang digunakan berbeda, hanya memakai regresi
Variabel dependen yang diteliti sama, yaitu ketepatan waktu
55
No.
Nama Peneliti (Tahun)
7
Like Monisa Wati (2012)
8
Reny Dyah Retno M. & Denies Priantinah M.Si., A (2012)
Tujuan pelaporan. Secara khusus, kertas menyelidiki apakah ada hubungan antara efektivitas komite audit dan penyerahan diaudit laporan keuangan kepada Bursa Efek Indonesia (BE Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh Good Corporate Governance terhadap kinerja keuangan perusahaan (ROE dan NPM) di Bursa Efek Indonesia
Penelitian ini untuk mengetahui 1) Pengaruh GCG Terhadap Nilai Perusahaan dengan variabel kontrol Size dan Leverage pada perusahaan yang terdaftar di BEI periode
Metode
Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi sederhana. Untuk pengujia n hipotesis menggunakan uji t statistic
1) Statistik deskriptif 2) Uji Asumsi Klasik: Normalitas, Multikolinearita s, Autokorelasi dan
Kesimpulan
Perbedaan
Persamaan
penyampaian laporan keuangan diaudit
berganda, variabel X yang di teliti berbeda
penyampaian laporan keuangan.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Good Corporate Governance (CGPI) yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan (ROE dan NPM). Kata kunci : Tata Kelola Perusahaan, Tingkat Pengembalian Ekuitas, Laba Operasi Bersih 1) GCG berpengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan dengan variabel kontrol Size dan Leverage
Variabel dependen yang diteliti berbeda, metode berbeda
Variabel (independen) diteliti sama.
Variabel Y (Dependen) berbeda, metode uji fit tidak dilakukan peneliti
Variabel X
X yang
56
No.
9
Nama Peneliti (Tahun)
Santanu Mitra, Mahmud Hossain dan Barry R. Marks (2012)
Tujuan
Metode
Kesimpulan
2007-2010 2) Pengaruh Pengungkapan CSR Terhadap Nilai Perusahaan dengan variabel kontrol Size, Jenis industri, Profitabilitas, dan Leverage pada perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2007-2010 3) Pengaruh GCG Dan Pengungkapan CSR Terhadap Nilai Perusahaan pada perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2007-2010. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji hubungan antara karakteristik kepemilikan perusahaan dan remediasi tepat waktu kelemahan pengendalian internal atas keuangan pelaporan menurut Pasal 404 dari Undang-Undang
Heteroskedastisi tas 3) Pengujian Fit and Goodness 4) Pengujian Hipotesis metode regresi berganda.
pada perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2007-2010 2) Pengungkapan CSR berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Nilai Perusahaan dengan variabel kontrol Size, Jenis industri, Profitabilitas, dan Leverage pada perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2007-2010
Model Regresi logistik
Hasil model pertama kami menganalisis menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang memiliki kepemilikan saham manajerial yang lebih tinggi lebih cenderung untuk memulihkan ICW pada waktu yang tepat. Analisis lebih lanjut menunjukkan
Perbedaan
Persamaan
Menggunakan 2 model penelitian, dan memasukan kepemilikan manajerial dan institusi manjadi variabel independen
Menggunakan model penelitian yang sama, yaitu model regresi logistik
57
No.
Nama Peneliti (Tahun)
Tujuan
Metode
Sarbanes-Oxley (SOX) 2002
10
Dr. N.O Dibia, & J.C Onwuchekwa (2013)
meneliti laporan audit lag perusahaan yang dikutip di bursa Nigeria untuk periode 2008 - 2011
Analisis regresi berganda dan least square
Kesimpulan bahwa konsentrasi kepemilikan saham institusional dan noninstitusional kepemilikan blockholder terkait dengan perbaikan cepat dari ICW. Hasil model kedua kami analisis menunjukkan bahwa kepemilikan pemegang saham dominan berhubungan positif dengan ketepatan waktu ICW remediasi Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur perusahaan dan total aset memiliki dampak signifikan pada lag laporan audit di Nigeria. Namun, hasilnya menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan beralih perusahaan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan lag laporan audit di perusahaan Nigeria
Perbedaan
Persamaan
Varabel Y dalam Penelitian ini adalah macetnya atau keterlambatan proses audit dalam perusahaan di nigeria, objek penelitian pada penelitian ini menyatukan berbagai sektor, baik jasa maupun manufaktur
Variabel X pada penelitian ini memasukan Ukuran perusahaan.
58
No. 11
12
Nama Peneliti (Tahun) Komang Meitradi Setyawan & I Gusti Ayu Made Asri Dwija Putri (2013) Reza Nugraha, & Dini Wahjoe Hapsari (2013)
Tujuan
Metode
Kesimpulan
Perbedaan
Pengaruh good corporate governance terhadap kinerja keuangan lembaga perkreditan desa di Kecamatan Mengwi Kabupaten Bandung Untuk menguji apakah leverage, profitabilitas dan ukuran perusahaan berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan Perusahaan Jasa Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 20102013.
analisis regresi linear sederhana
good corporate governance berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan LPD di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung. hasil pengujian menggunakan regersi data panel dapat disimpulkan bahwa secara simultan leverage, profitabilitas, dan ukuran perusahaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap ketepatan waktu di perusahaan sektor jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 20102013. Leverage dan profitabilitas secara parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ketepatan waktu, sedangkan ukuran perusahaan.
Metode dan objek penelitian berbeda
Variabel X diteliti sama
Variabel X yang diteliti berbeda, metode penelitian berbeda, objek penelitian berbeda
Variabel Y sama
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data panel
Persamaan yang
59
Tabel diatas menunjukan gap penelitian, pada penelitian ini penulis akan menggunakan variabel yang akan diteliti pada perusahaan sektor industri barang konsumsi pada tahun 2012-2014 yaitu Corporate Governance (Dewan Komisaris dan Komite Audit), Profitabilitas (ROE), Leverage (DAR), dan Ukuran Perusahaan(Ln Total Aset) sebagai variabel bebas, dan Ketepatan Waktu sebagai variabel terikat. Penulis mencoba menyajikan penelitian yang sama dengan beberapa penelitian sebelumnya, yaitu menggunakan analisis regresi berganda dan analisis neural network, sehingga akan mengetahui sejauh mana variabel bebas yaitu Corporate Governance (Dewan Komisaris dan Komite Audit), Profitabilitas (ROE), Leverage (DAR), dan Ukuran Perusahaan(Ln Total Aset) tehadap Ketepatan Waktu sebagai variabel terikat.
2.2. Kerangka Pemikiran
2.2.1. Pengaruh komite audit terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan Dalam Peraturan Nomor IX.1.5 tentang Pembuntukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit yang dikeluarkan oleh Bapepam Nomor: Kep29/PM/2004 dijelaskan bahwa peran komite audit adalah membatu para komisaris dalam melaksanakan tugasnya termasuk memastikan agar laporan keuangan disajikan wajar sesuai SAK, struktur pengendalian internal yang baik, pelaksanaan audit internal
60
dan eksternal yang sesuai standar audit yang berlaku, serta tindak lanjut manajemen tentang temuan audit yang dilakukan manajemen. Dari hal tersebut diatas, semakin baik komite audit dalam menjalankan perannya maka akan semakin singkat waktu penyampaian laporan audit, karna jika komite audit berperan dengan baik maka temuan dalam laporan keuangan menjadi semakin sedikit sehingga dapat mempersingkat pelaksanaan audit, begitu juga sebaliknya.
2.2.2. Pengaruh dewan Komisaris terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan Menurut Moh. Wahyudin Zarkasyi (2008 : 36) Good Corporate Governance pada dasarnya merupakan suatu system (input, proses, output) dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang kepentingan (stakeholders) terutama dalam arti sempit hubungan pemengang saham, dewan komisaris, dewan direksi demi tercapainya tujuan perusahaan. Penelitian yang dilakukan Gunarsih dan Hartadi (2008) Menyatakn bahwa struktur corporate governance yang menggunakan indikator jumlah direksi dan komisaris berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan pada perusahaan yang terdaftar di BEI
2.2.3. Pengaruh profitabilitas terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan menurut Agus Sartono (2010:122) menyatakan sebagai berikut: “Profitabilitas adalah Kempauan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan,
61
total aktiva maupun modal sendiri.” Menurut Sofyan Syafri Harahap (2008:304), mengemukakan bahwa: “Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya.” Profitabilitas merupakan salah satu indikator keberhasilan perusahaan di dalam menghasilkan laba sehingga semakin tinggi profitabilitas maka semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bagi perusahaanya. Perusahaan yang mampu menghasilkan laba yang optimal akan cendrung lebih tepat waktu dalam menyampaikan pelaporan keuangannya dibandingkan perusahaan yang mengalami kerugian. Penelitian Oktorina dan Suharli (2005) menunjukan bahwa perusahaan yang menghasilkan profit cendrung lebih tepat waktu menyampaikan laporan keuangan jika dibandingkan dengan perusahaan yang mengalami kerugian. Jadi dapat dikatakan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Selain itu, Penelitian dari Carslaw dan Kaplan (1991) juga menemukan bahwa perusahaan yang mengalami kerugian meminta auditornya untuk menjadwalkan pengauditannya lebih lambat dari yang seharusnya, akibatnya penyerahan laporan keuangannya terlambat.
2.2.4. pengaruh leverage terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan Leverage atau Solvabilitas mengacu pada seberapa jauh perusahaan bergantung pada kreditur dalam membiayai aktiva perusahaan yang diukur dengan menggunakan
62
Debt to Asset Ratio. Tingginya debt to asset ratio mencerminkan tingginya risiko keuangan perusahaan. Tingginya risiko keuangan menunjukkan adanya kemungkinan bahwa perusahaan tersebut tidak bisa melunasi kewajiban atau hutangnya baik berupa pokok maupun bunganya. Resiko perusahaan yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Kesulitan keuangan perusahaan merupakan berita buruk yang akan mempengaruhi kondisi perusahaan di mata masyarakat. Pihak manajemen lebih cendrung akan menunda penyampaian laporan keuangan yang berisi berita buruk. Perusahaan dengan kondisi debt to asset ratio yang tinggi akan terlambat dalam penyampaian pelaporan keuangannya, karena waktu yang ada digunakan untuk menekan debt to asset ratio (Respati,2011). Leverage merupakan suatu gambaran dari kemampuan perusahaan dalam menggunakan utangnya untuk dapat memperbesar keuntungan dan melunasi utangnya. Leverage dapat diukur dengan menggunakan debt ratio (DR). Dengan menghitung debt ratio, maka kreditor dapat melihat resiko dari investasinya. Semakin tinggi nilai dari debt ratio, maka semakin tinggi resiko bagi kreditornya. Rasio utang terhadap aset dihitung hanya dengan membagi total utang perusahaan (termasuk liabilitas jangka pendek) dengan Total Aset Perusahaan (Van Horne et al, 2012: 169)
2.2.5. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan Ukuran perusahaan dapat dinilai dari beberapa segi. Besar kecilnya ukuran perusahaan dapat didasarkan pada total nilai aset, total penjualan, kapitalisasi pasar,
63
jumlah tenaga kerja dan sebagainya. Perusahaan yang memiliki aset yang lebih besar melaporkan lebih cepat dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki aset yang lebih kecil. Mereka berargumen bahwa perusahaan yang memiliki sumber daya (aset) yang besar memiliki lebih banyak sumber informasi, lebih banyak staf akuntansi dan sistem informasi yang lebih canggih, memiliki sistem pengendalian intern yang kuat, adanya pengawasan dari investor, regulator dan sorotan masyarakat, maka hal ini memungkinkan perusahaan untuk melaporkan laporan keuangan auditannya lebih cepat ke publik (Hilmi dan Ali, 2008).
Corporate Governance X a. Jumlah Komite Audit b. Jumlah Dewan Komisaris
Profitabilitas Return On Equity (ROE)
Leverage Total Hutang Total Aset
Dr. N.O Dibia, & J.C Onwuchekwa (2013) Tri Gunarsih dan Hartadi (2008) (Jensen dan Meckling, 1976) (Jensen dan Meckling, 1976) (Jensen dan Meckling, 1976)
Ukuran Perusahaan Ln Total Aset
Gambar 2. 1 Paradigma Penelitian
KETEPATAN WAKTU PENYAMPAIAN LAPORAN KEUANGAN ( Nominal )
64
2.3.
Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikirian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
hipotesis penelitian ini sebagai berikut: 1. : struktur corporate governance (jumlah komite audit dan jumlah dewan direksi), profitabilitas(ROA), leverage (perbandignan total utang dengan total aset, ukuran perusahaan (Ln Total Aset) berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan keuangan pada perusahaan sektor industri barang konsumsi di BEI