BAB II
KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar NPB 2.1.1
Definisi NPB Non-spesifik Nyeri punggung bawah suatu keadaan dengan rasa tidak nyaman atau
nyeri akut pada tulang belakang bagian lumbalis kelima dan sakralis (L5-S1). Nyeri pada punggung bawah dirasakan oleh penderita dapat terjadi secara jelas atau samar serta menyebar atau terlokalisir (Pheasant, 2001). Nyeri punggung bawah adalah salah satu gangguan musculoskeletal akibat dari posisi yang tidak ergonomis. Seringkali terjadi dari aktivitas sehari-hari, misalnya seperti melakukan pekerjan dengan posisi duduk dengan waktu yang lama atau melakukan pekerjaan rumah. Nyeri punggung bawah merupakan kelainan musculoskeletal yang paling sering terjadi akibat pekerjaan. Oregon (2000) menggambarkan presentase distribusi cidera yang terjadi pada bagian tubuh akibat kerja. Pada kondisi ini pasien akan merasakan nyeri otot yang hebat dan adanya keterbatasan gerak fungsional tubuh terutama pada saat fleksi . Pada umumnya pasien yang mengeluh nyeri pada daerah lumbal kebanyakan disebabkan karena adanya kesalahan postural (Kurniasih, 2011) sesuai dengan grafik (gambar 2.1).
9
10
Gambar 2.1 Grafik kejadian MSDs (Sumber: Oregon, 2000) Dari gambar di atas nampak jelas bahwa punggung mempunyai presentase cidera terbesar dibandingkan dengan bagian tubuh yang lain.
2.1.2
Epidemiologi NPB Non-spesifik Nyeri punggung merupakan kelainan muskuloskeletal yang paling sering terjadi. Perkiraan total biaya yang dikeluarkan untuk mengobati nyeri punggung di Inggris pada tahun 2000 menghabiskan dana sebesar 12,3 juta poundsterling. Penyakit ini menyerang satu dari lima orang dalam waktu yang bersamaan dan pada usia 30 tahun setengah populasi akan mengalami paling tidak satu episode nyeri punggung (Brayne C et al, 2011).
11
Hasil penelitian yang dilakukan Pokdi Nyeri PERDOSSI (Persatuan Dokter Saraf Seluruh Indonesia) di Poliklinik Neurologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) pada tahun 2002 menemukan prevalensi penderita NPB sebanyak 15,6%. Angka ini berada pada urutan kedua tertinggi sesudah sefalgia dan migren yang mencapai 34,8%. Dari hasil penelitian secara nasional yang dilakukan di 14 kota di Indonesia juga oleh kelompok studi Nyeri PERDOSSI tahun 2002 ditemukan 18,13% penderita NPB dengan rata-rata nilai VAS sebesar 5,46±2,56 yang berarti nyeri sedang sampai berat. Lima puluh persen diantaranya adalah penderita berumur antara 41-60 tahun (Purba, 2008). Nyeri pinggang idiopatik yaitu akibat strain (otot) dan sprain (ligament) merupakan penyebab tersering (70%) dari NPB mekanik 8090% sembuh dalam 2-6 minggu, 30 -70% akan berulang dan 5-10% menjadi kronik. Dapat mengenai usia antara 25-60 tahun dan paling sering mengenai usia 40-45 tahun. Tidak membedakan ras dan jenis kelamin. Sebagin besar penderita nyeri punggung bawah mengatasi keluhannya sendiri tanpa mencari pengobatan medis (Rahmawati, 2006).
2.1.3
Etiologi NPB Non-spesifik
Menurut Borenstein dan Wiessel (2004), faktor-faktor penyebab nyeri punggung bawah dapat diklasifikasikan menjadi 2 kategori, yaitu :
12
1. Faktor statik Faktor mekanik statik adalah deviasi sikap atau postur tubuh yang menyebabkan peningkatan sudut lumbosakral (sudut antara segmen Vertebra L5 dan Vertebra S1) yang normalnya 300-340, atau peningkatan lengkung lordotik
lumbal dalam waktu yang cukup lama, serta menyebabkan
pergeseran titik pusat berat badan (center of gravity/CoG), yang normalnya berada di garis tengah sekitar 2,5 cm di depan segmen Vertebra S2. Peningkatan sudut lumbosakral dan pergeseran CoG tersebut akan menyebabkan peregangan pada ligamen dan berkontraksinya otot-otot yang berusaha untuk mempertahankan postur tubuh yang normal, akibatnya dapat terjadi sprain atau strain pada ligamen atau otot-otot sekitar punggung bawah yang menimbulkan nyeri (Pandono, 2008). Kemungkinan faktor penyebab statik pada NPB adalah (Pandono, 2008) : a) Pergeseran titik pusat berat badan bergeser ke depan. Adapun yang dapat menimbulkan pergeseran antara lain: 1. Kebiasaan tubuh yang tidak benar 2.
Obesitas dan kehamilan
3. Pemendekan tendo achiles atau terlalu sering memakai sepatu dengan tumit tingi 4.
Kelemahan otot-otot dinding perut, serta kelainan atau pemendekan otot-otot pungung
b) Pergeseran titik pusat berat badan bergeser ke samping
13
c) Terganggunya ritme lumbal-pelvis 2. Faktor dinamik Faktor mekanik dinamik atau kinetik yaitu terjadinya stress atau beban mekanik abnormal pada struktur jaringan (ligamen atau otot) di daerah punggung bawah saat melakukan gerakan. Stress atau beban mekanik tersebut melebihi kapasitas fisiologik atau toleransi otot maupun ligamen di daerah punggung bawah. Timbulnya nyeri adalah akibat kelainan pada ritme lumbal pelvis yaitu karena fungsinya tidak sempurna. Gerakan yang potensial menimbulkan nyeri punggung bawah muskuloskeletal adalah gerakan kombinasi terutama fleksi dan rotasi, dan bersifat repetitif, apalagi disertai dengan beban, misalnya ketika sedang mengangkat beban yang berat (Pandono, 2008). Menurut Bull dan Archad (2007), faktor-faktor resiko pada nyeri punggung bawah dapat dibagi menjadi 2 kelompok utama, yaitu faktor eksternal atau pekerjaan dan faktor internal. a) Faktor eksternal atau pekerjaan Faktor eksternal atau pekerjaan antara lain : (1) pekerjaan fisik yang berat, yang terutama memberikan tekanan yang cukup besar pada punggung bawah; (2) pekerjaan yang berhubungan dengan posisi statik yang berkepanjangan, misalnya berdiri atau duduk yang cukup lama, apalagi disertai dengan vibrasi atau getaran pada tubuh, misalnya mengendarai mobil, truk, atau mengoperasikan alat-alat perindustrian; (3) pekerjaan yang dilakukan dengan gerakan membungkuk atau memutar tubuh secara
14
berulang-ulang; (4) pekerjaan yang membosankan, repetitif, atau tidak memberikan kepuasan (Bull dan Archad,2007). b) Faktor internal Faktor internal berkaitan dengan individu itu sendiri, antara lain : (1) usia, dari berbagai studi epidemiologik, kejadian nyeri punggung bawah meningkat pada usia 35 tahun dan mencapai puncaknya pada usia sekitar 55 tahun; (2) antropometrik, berhubungan dengan berat badan, individu dengan obesitas mempunyai resiko yang lebih besar mengalami nyeri punggung bawah karena obesitas menyebabkan hiperlordosis lumbal sehingga terjadi pergeseran titik pusat berat badan ke depan (Bull dan Archad,2007).
2.1.4
Sistem Otot Pada Region Punggung Bawah Sistem otot / muscular pada region punggung bawah bila dilihat pada irisan transversal, dapat dikelompokkan menjadi dinding anterior, lateral dan posterior. Namun karena tidak ada batas jelas antara dinding anterior dan lateral maka lebih mudah bila memakai istilah antero-lateral. Dinding antero-lateral ini disusun oleh otot –otot abdominal dan fascia abdominals, sedangkan dinding posterior oleh otot – otot paravertebral dan columna vertebralis (Putz dan Pabst , 2006) sesuai dengan (gambar2.2) 1. Dinding Antero Lateral Otot – otot abdominal (dinding antero-lateral ) atas tiga lapisan. Lapisan pertama adalah otot oblikus eksternus abdominis, lapisan
15
kedua adalah oblikus internus sedangkan lapisan ketiga adalah otot transversus abdominis dan otot rectus abdominis. a) Otot oblikus eksternus berorigo di permukaan eksternal kosta ke 5 -12 ; insersi pada linea alba, tberkulum pubikum dan setengah bagian anterior krista iliaca; fungsi untuk fleksi dan trunk. b) Otot oblicus internus berorigodari fascia torakolumbal, 2/3 bagian anterior krista iliaka dan separuh bagial lateral ligament inguinal; insersio pada sisi posterior kosta ke 10-12, linea alba dan pekten pubis; fungsinya dalam kompresi dan penyanggan viscera abdominal serta fleksi dan rotasi trunk. c) Otot transversus abdominis berorigo dari permukaan internal kartilago kosta ke 7 -12, fascia torakolumbal, krista iliaka dan 1/3 lateral ligamen inguinal; insersio pada linea alba, krista pubikum, lapisan anterior selubung rectus dan pekten pubis, berfungsi menarik
dan
mengencangkan
dinding
abdominal,
kompresi/menekan serta menyangga viscera abdominal. d) Otot rektus abdominis berorigo pada simpisis pubis dan krista pubikum, insersio di prosesus xifoideus dan kartilogo kosta ke 5 – 7, fungsinya untuk fleksi trunk, menekan viscera abdominal dan mengontrol tilting pelvis (antilodorsis)
16
Gambar 2.2 Otot-otot abdominalis (Putz dan Pabst , 2006) Bagian Lateral abdomen terdapat otot quadratus lumborum dan otot psoas dapat dimasukkan ke dalam lapisan otot deep dari dinding lateral (Kapandji, 2010). Otot quadratus lumborum memiliki tiga jenis serabut yaitu serabut yang berjalan dari kosta 12 ke krista iliaka, serabut dari kosta 12 ke prosesus transversus vertebra lumbal dan serabut dari prosesus transversus vertebra lumbal 1-4 ke krista iliaka. Otot psoas terdiri dari psoas mayor dan psoas minor. Origo kedua otot ini adalah di sisi lateral vertebra torakal 12 – lumbal 5 dan
17
prosesus transversus vertebra lumbal, insersio psoas mayor pada trokantor minor femur dan psoas minor pada linea pektinea (Kapandji, 2010). 2. Dinding Posterior Otot-otot dinding posterior dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu otot-otot ekstrinsik dan intrinsik. a) Kelompok ekstrinsik meliputi lapisan otot-otot superficial dan intermediate yang berfungsi menghasilkan dan mengontrol gerakan ekstremitas serta respirasi. Otot ekstrinsik yang sampai ke regio punggung bawah hanyalah latissimus dorsi. Otot ini berorigo di Krista iliaka, 4 kosta terbawah, 6 vertebra torakal terbawah dan fascia torakolumbal, insersio di fossa intertuberkularis humeri. Fungsinya lebih banyak pada gerakan ekstensi sendi bahu. b) Otot-otot intrinsik terbagi menjadi tiga lapisan yaitu superficial, intermediate dan deep. Namun pada regio punggung bawah hanya terdapat lapisan intermediate dan deep. Otot-otot intrinsik berperan utama pada gerakan kolumna vertebralis dan pemeliharaan postur. Otot-otot pada regio punggung bawah sebagian besar termasuk kelompok intrinsik.
Pada lapisan intermediate terdapat otot paravertebral / erector spine yaitu otot iliocostalis, otot longissimus dan otot spinalis. Otot-otot ini disebut “otot panjang” punggung, merupakan otot dinamik yang menghasilkan gerakan ekstensi saat beraksi secara bilateral (Moore dan Dalley, 2004).
18
Lapisan deep disusun oleh otot-otot yang berjalan oblik, terdiri dari otot semispinalis,otot multifidus dan otot rotator. Otot-otot ini berasal dari prosesus transversus vertebra di bawah dan melekat pada prosesus spinosus vertebra di atasnya. Kerja otot-otot ini relatif inaktif pada posisi berdiri santai, namun aksinya sangat diperlukan sebagai otot postural statik untuk menjaga stabilitas columna vertebralis (Moore dan Dalley, 2004) sesuai dengan (gambar 2.3)
Gambar 2.3 Otot-otot paravertebral (Putz dan Pabst , 2006)
Kerja sinergis dari otot-otot di atas akan menghasilkan dynamic bracing yang diperlukan untuk stabilisasi vertebra lumbal. Otot-otot stabilisator utama pada lumbal disusun oleh lapisan dalam dari otot paravertebral dan otot abdominal, yaitu: otot-otot transversospinalis (otot multifidus, otot intertransversarii, dan otot rotatores ), dan otot transversus abdominis. Fungsi otot-otot ini sebagai stabilisator
19
sangat sesuai dengan jenis serabut ototnya yang memiliki karakteristik serabut otot tipe I atau tipe tonik (Knudsen, 2003). 2.1.5
Patofisiologi NPB Non-spesifik NPB non-spesifik sering terjadi karena postur yang buruk, oleh karena itu
NPB non-spesifik bisanya terjadi pada individu yang duduk untuk waktu yang lama, membungkuk untuk waktu yang lama atau sering membungkuk saat bekerja, mengangkat benda yang berat, berdiri, posisi tidur dan berbaring yang jelek. Stres postural yang lama menyebabkan overstretch pada ligamen dan jaringan lunak lainnya yang mempertahankan vertebra. Ketika sendi diantara kedua tulang berada dalam posisi yang menghasilkan overstretch dan kelelahan pada jaringan lunak sekitar sendi, nyeri sering dihasilkan (McKenzie, 2000). Penyebab nyeri lainnya adalah ischemia, dimana ischemia dapat menebabkan akumulasi asam laktat dengan jumlah yang besar di dalam jaringan, yang terbentuk sebagai konsekuensi dari metabolisme anaerobik. Kemungkinan juga adalah keterlibatan unsur-unsur kimiawi lainnya seperti bradykinin dan enzim proteolytic yang terbentuk di dalam jaringan karena adanya kerusakan sel. Keterlibatan kedua enzim dan akumulasi asam laktat di dalam jaringan dapat merangsang ujung-ujung saraf nyeri (reseptor nyeri). Disamping itu, muscle spasm juga penyebab umum dari nyeri. Nyeri dapat berasal dari efek langsung dari muscle spasm yang merangsang reseptor nyeri mechanosensitive, tetapi dapat juga berasal dari efek tidak langsung dari muscle spasm yang mengompresi pembuluh darah sehingga menyebabkan ischemia. Hal ini akan menciptakan pelepasan subtansi kimiawi penyebab nyeri (Guyton, 2006).
20
Nyeri pada NPB non-spesifik merupakan respon terhadap adanya kerusakan atau gangguan pada struktur vertebra lumbal yang disebabkan oleh faktor mekanikal (kesalahan biomekanik). Pada umumnya kerusakan terjadi pada serabut annulus fibrosus bagian dorsal dan atau ligamen longitudinal posterior. Adanya kerusakan menyebabkan terlepasnya zat-zat iritan seperti prostaglandin, bradykinin, dan histamin sehingga merangsang serabut saraf Aδ dan tipe C (bermylein tipis). Impuls tersebut dibawa ke ganglion dorsalis dan masuk kedalam medulla spinalis melalui cornu dorsalis, yang kemudian dibawa ke level SSP yang lebih tinggi melalui traktus spinothalamicus dan spinoreticularis. Adanya rangsangan pada ganglion dorsalis akan memicu produksi “P” substance. Produksi “P” substance akan merangsang terjadinya reaksi inflamasi (Sudaryanto, 2004). Adanya nyeri hebat menyebabkan reaksi reflekstorik pada otot-otot lumbo dorsal terutama otot erector spine sehingga terjadi peningkatan tonus yang terlokalisir (spasme) sebagai “guarding” (penjagaan) terhadap adanya gerakan. Jika spasme otot berlangsung lama maka otot akan cenderung menjadi tightness. Keadaan tightness pada otot-otot erector spine akan memperberat nyeri karena terjadi ischemic dan menyebabkan alignment spine menjadi abnormal sehingga menimbulkan beban stress/kompresi yang besar pada diskus intervertebralis yang cidera (Sudaryanto, 2004). Adanya problem utama berupa nyeri dan tightness pada otot-otot lumbo dorsal terutama erector spine maka gangguan gerak dan fungsi yang dominan adalah terhambatnya gerak fleksi lumbal, sedikit terhambat pada lateral fleksi
21
dan rotasi lumbal. Gerakan-gerakan tersebut merupakan gerakan-gerakan fungsional pada lumbal (Sudaryanto, 2004) 2.2 Konsep Dasar Nyeri 2.2.1
Definisi Nyeri Nyeri menurut The International For Study of Pain (IASP) adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak nyaman, yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau berpotensi terjadinya kerusakan jaringan atau menggambarkan adanya kerusakan jaringan. Nyeri juga merupakan suatu refleks untuk menghindari dari semacam bahaya, tetapi perasaan nyeri itu terlalu keras atau berlangsung terlalu lama akan berakibat tidak baik bagi badan (William, 2005). Nyeri dapat juga diartikan sebagai refleks untuk menghindari rangsangan dari luar badan, atau melindungi badan dari hal-hal yang membahayakan tubuh dan menjadi sinyal adanya kerusakan jaringan. Berdasarkan patofisiologinya nyeri terbagi atas (Kurniasih, 2011) : 1. Nyeri nosiseptif atau nyeri inflamasi, yaitu nyeri yang timbul akibat adanya stimulus mekanis terhadap nosiseptor 2. Nyeri neuropatik, yaitu nyeri yang timbul akibat disfungsi primer pada sistem saraf 3. Nyeri idiopatik, nyeri dimana kelainan patologi tidak dapat ditemukan 4. Nyeri psikologik, penyebab nyeri tidak dapat ditemukan kelainan organik tetapi penderita mengeluh nyeri. Dan biasanya keluhan nyeri sering berubah-ubah.
22
2.2.2
Mekanisme Timbulnya Nyeri Impuls disampaikan oleh serabut saraf yang bermyelin besar dan kecil,
aktivitas dari serabut saraf besar akan menghambat aktivitas substansia gelatinosa yang menyebabkan pintu gerbang tertutup sehingga impuls nyeri tidak sampai, sedangkan saraf yang bermyelin kecil memperlancar impuls masuk kedalam substansia gelatinosa selanjutnya naik ke otak untuk diterjemahkan sebagai nyeri. Ada empat proses dalam transmisi nyeri (Kurniasih, 2011) : 1. Proses transduksi Proses tranduksi merupakan proses dimana suatu stimulasi nyeri diubah menjadi suatu aktivitas listrik yang akan diterima oleh ujung – ujung saraf. Stimulasi ini dapat berupa stimulasi fisik mekanis (berupa tekanan), thermis (panas dan dingin), atau kimiawi (Kurniasih, 2011). 2. Proses transmisi Proses transmisi merupakan penyaluran impuls melalui saraf sensorik menyusul proses transduksi. Impuls ini akan disalurkan oleh serabut A δ dan serabut C sebagai neuron pertama, dari perifer ke medulla spinalis dimana impuls tersebut mengalami modulasi sebelum diteruskan ke thalamus oleh tractus spinothalamikus sebagai neuron kedua. Dari thalamus selanjutnya impuls disalurkan kedaerah somatosensorik diskorteks serebri melalui neuron ketiga, dimana impuls tersebut diterjemahkan dan dirasakan sebagai persepsi nyeri (Kurniasih, 2011).
23
3. Proses modulasi Proses modulasi merupakan proses dimana terjadi interaksi antara sistem analgesik endogen yang dihasilkan oleh tubuh dengan input nyeri yang masuk ke cornu posterior medulla spinalis. Sistem analgesik endogen ini meliputi enkefalin, endorfin, serotinin memiliki efek yang dapat menekan impuls nyeri pada cornu posterior medulla spinalis. Cornu posterior ini dapat diibaratkan sebagai pintu yang dapat tertutup atau terbuka untuk menyalurkan impuls nyeri. Proses terbuka dan tertutupnya pintu nyeri tersebut diperankan oleh sistem analgesik endogen (Kurniasih, 2011). 4. Proses Persepsi Proses persepsi adalah hasil akhir dari proses interaksi yang kompleks yang dimulai dari proses transduksi, transmisi dan modulasi yang pada gilirannya akan menghasilkan suatu perasaan yang subjektif yang dikenal dengan persepsi nyeri (Kurniasih, 2011).
2.3 Pengukuran Nyeri Fungsional Pengukuran kondisi spesifik status kesehatan sering digunakan dalam percobaan klinis untuk perbaikan pasien. Salah satu pengukuran nyeri fungsional adalah Oswestry Low Back Pain Disability Questionnaire. Perkembangan Oswestry Low Back Pain Disability Questionnaire di prakarsai pertama kali oleh John O’Brien pada tahun 1976. Indeks tersebut dirancang sebagai ukuran untuk penilaian dan hasil (Hiagian, 2013).
24
2.3.1 Penilaian Oswestry Low Back Pain Disability Questionnaire Sampel diminta untuk mengekpresikan derajat nyeri yang dialami menggunakan Oswestry Low Back Pain Disability Questionnaire yang telah dimodifikasi untuk masyarakat Indonesia. Terdapat 10 bagian pertanyaan yang masing-masingnya membahas tentang intensitas nyeri, kebutuhan pribadi (mencuci, berpakaian, dll), mengangkat beban, berjalan, duduk, berdiri, tidur, kehidupan sosial, bepergian dan pekerjaan kantor/rumah tangga (Hiagian, 2013). Dari masing-masing pertanyaan terdapat enam pilihan pernyataan jawaban dengan nilai total 5. Apabila pernyataan jawaban pertama dipilih, maka nilainya adalah 0 sedangkan bila pernyataan jawaban kelima yang dipilih, maka nilainya adalah 5. Apabila lebih dari satu pernyataan jawaban yang pilih maka pilih yang nilainya paling tinggi. Apabila seluruh pertanyaan sudah dijawab maka nilainya dikalkulasian sebagai berikut : apabila 16 (nilai total) dari 50 (nilai total yang memungkinkan) x 100% = 32% (Hiagian, 2013). Berikut adalah interpretasi nilai dari Modified Oswestry Low Back Pain Disability Questionnaire (table 2.1) :
25
Tabel 2. 1 Interpretasi nilai Modified Oswestry Low Back Pain Disability Questionnaire (Hiagian, 2013). Hasil 0% - 20%
21% - 40%
41% - 60%
61% - 80%
Interpretasi
Minimal disability
Moderate disability
Severe disability Crippled
81%- 100%
Keterangan Pasien dapat melakukan aktivitas seharihari tapa terganggu oleh rasa nyeri. Pasien merasakan nyeri yang lebih dan mulai kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari seperti duduk, mengangkat barang, dan berdiri. Nyeri terasa sepanjang waktu dan aktivitas sehari – hari mulai terganggu karena rasa nyeri. Nyeri yang timbul menganggu seluruh aktivitas sehari – hari. Pasien sudah sangat tersiksa oleh nyeri yang timbul.
2.4 Konsep Dasar Core Exercise 2.4.1. Definisi Core exercise `
Core exercises merupakan model latihan yang digunakan dengan tujuan
untuk meningkatkan kekuatan dan stabilitas pusat/batang tubuh. Core exercise mengacu pada kemampuan tubuh untuk mempertahakan posisi dan gerakan pada pusat tubuh. Pusat tubuh tersusun atas beberapa otot yakni, transversus abdominus, multividus, diaphragm, pelvic floor muscle. Otot - otot tersebut bekerja bersama untuk menghasilkan keseimbangan yang sempurna pada abdominal dan lumbal. Core exercises bertujuan untuk meningkatkan kekuatan dari sekelompok otot tersebut. Core exercises memiliki banyak manfaat bagi tubuh. Selain dapat digunakan untuk pencegahan cedera akibat posisi postur yang buruk dan rehabilitasi pasca cedera,
26
program ini juga bermanfaat untuk meningkatkan prestasi atlet. Latihan ini terdiri dari dua bentuk latihan, yakni latihan kelentukan dan latihan kekuatan. Demi hasil yang maksimal, program kekuatan dilakukan sebanyak 3 kali dalam satu minggu (Princeton, 2014). Pada pelatihan core exercises dikenal yang disebut dengan kinetik chain yang bekerja pada saat : a) Kontrol secara optimal b) Mendistribusikan tekanan yang merata c) Mengefisienkan semua gerakan secara optimal d) Tanpa latihan yang berlebihan e) Tanpa melakukan gerakan yang berlebihan f)
Sendi dalam keadaan stabil
2.4.2. Mekanisme Core exercise Terhadap Penurunan Nyeri Punggung Prinsip dalam core exercises adalah mengaktifkan kerja dari pada core muscle yang merupakan deep muscle yang pada pasien NPB non-spesifik mengalami kelemahan. Teraktivasinya core muscle ini akan meningkatkan stabilitas tulang belakang, karena core muscle yang aktif akan meningkatkan tekanan intra abdominal dan hal tersebut akan membentuk abdominal brace yang akan meningkatkan stabilitas dari tulang belakang (Kisner dan Colby, 2011). Menurut Panjabi (2000), peningkatan aktivitas dan aktivitas antagonis otot trunk dapat meningkatkan control tulang belakang pada individu NPB hal tersebut mendorong pemeliharaan dari posisi lumbopelvic agar stabil. Pemberian terapi latihan dengan berupa core exercise pada
27
terapi yang dilakukan dengan benar dapat memberikan peningkatan kekuatan otot yang mengalami kelemahan sekaligus dapat mengurangi rasa nyeri dan meningkatkan aktivitas fungsional. Stabilitas yang lebih baik diperlukam pada pasien NPB non-spesifik daripada mobilitas, karena permasalahan pada NPB non-spesifik adalah berkurangnya stabilitas pada punggung bawah (Panjabi,2000). Teraktivasinya core muscle akan membuat otot penyusun vertebra berkontraksi secara bersama – sama. Ketika grup otot penggerak vertebra berkontraksi maka dengan demikian didapatkan stabilitas tulang belakang yang baik dan posisi tulang belakang dalam keaadan netral (Kisner,2011). Stabilitas tulang belakang yang baik seseorang akan lebih mudah dalam melakukan aktivitas fungsional. Berkurangnya tekanan intradiskal akan membuat pasien lebih mudah dalam melakukan aktivitas fungsional, antara lain pasien kan lebih mudah dalam melakukan aktivitas mengangkat, berjalan, duduk, berdiri dan saat melakukan aktivitas rekreasi (Kisner,2011).
2.4.3. Keunggulan Core Exercise Latihan Core Exercises biasanya di pakai pada pasien yang sakit pinggang dan
atlet
untuk
meningkatkan
keseimbangan
tubuhnya
(Brandon
dan
Raphael,2009). Berikut adalah manfaat dari latihan core exercises : 1. Meningkatkan keseimbangan Latihan core exercise berfokus pada kekuatan otot-otot core yaitu transversus abdominus, multividus, diaphragm, pelvic floor muscle. Otot core yang kuat
28
dapat meningkatkan keseimbangan tubuh secara menyeluruh. Banyak atlet yang melakukan core exercise untuk menunjang kebugaran mereka saat bertanding. 2. Meningkatkan kekuatan otot Latihan ini adalah latihan yang baik untuk meningkatkan kekuatan tubuh keseluruhan terutama otot-otot core. 3. Mengurangi Nyeri Jika menderita sakit pinggang, akan menemukan bahwa gerakan saat berlatih core exercises akan membantu mengurangi rasa sakit. Karena kontraksi kekuatan dari otot core secara bersamaan mengarah pada perbaikan postur tubuh, sekaligus menghilangkan ketegangan.
2.4.4. Prosedur latihan 1. Supine Abdominal Draw In Berbaring terlentang di atas matras, dengan kedua lutut di fleksikan, tarik dan dorong punggung bagian bawah. Ulang gerakan ini sebanyak 20 kali, seperti dengan (gambar 2.4).
Gambar 2.4: Supine Abdominal Draw In (Princeton, 2014)
29
2. Supine Twist Berbaring letakkan punggung diatas matras, fleksi lutut 90 derajat, Tarik otot abdominal secara perlahan, kemudian putas pinggang, ke satu sisi, dengan punggung tetap berada di lantai. Ulang gerakan ini sebanyak 20 kali seperti dengan (gambar 2.5).
Gambar 2.5: Supine Twist (Princeton, 2014)
3. Supine Butt Lift Berbaring terlentang diatas matras, lalu flkesi lutut 90 derajat, angkat punggung bawah ketas, letakkan tangan diatas lantai, lalu tahan selama 10 detik. Ulang gerakan ini sampai 20 kali, seperti dengan (gambar 2.6).
Gambar 2.6 : Supine Butt Lift (Princeton, 2014)
30
4. Supine Single Leg Butt Lift Berbaring terlentang di atas matras, lalu flkesi lutut 90 derajat, angkat punggung bawah keatas secara bersamaan mengangkat paha dan kaki letakkan tangan diatas lantai, lalu tahan selama 10 detik. Ulang gerakan ini sampai 20 kali, seperti dengan (gambar 2.7).
Gambar 2.7: Supine Single Leg Butt Lift (Princeton, 2014) 5. Prone Cobra’s Berbaring tengkurap, letakkan perut di atas matras, letakkan tangan di atas lantai, lalu angkat dada, lalu tahan selama 10 detik. Ulang gerakan sebanyak 20 kali, seperti dengan (gambar 2.8).
Gambar 2.8 : Prone cobra’s (Princeton,2014)
31
2.5.
Konsep Dasar Pilates exercise
2.5.1. Definisi Pilates exercise Pilates (pilateiz) adalah suatu metode olahraga yang dikembangkan oleh Joseph Hubert Pilates (Joe Pilates) yang berasal dari Jerman pada awal abad ke20. Pilates awalnya merupakan paket latihan yang diciptakan oleh Joseph Hubert Pilates yang dianggap cocok untuk para penari karena dapat meningkatkan fleksibilitas tubuh (Menezes, 2010). Metode ini difokuskan untuk kelenturan serta fleksibilitas seluruh bagian tubuh. Kelenturan dan fleksibilitas gerakan dirancang untuk mendapatkan keseimbangan tubuh yang sempurna (balanced development), fokus pada otot perut serta dapat memperbaiki gangguan pada tulang belakang. Pilates lebih dari sekedar latihan fisik, melainkan juga baik untuk meningkatkan kekuatan pikiran, serta mental. Pilates dilakukan perlahan-lahan secara terkendali, menggunakan gerakan-gerakan peregangan untuk membangun kekuatan tubuh secara keseluruhan. Pilates juga menggabungkan latihan pernapasan sehingga bagus untuk menenangkan pikiran (Menezes, 2010). Olahraga yang berasal dari Jerman ini menekankan pada peningkatan keseimbangan tubuh melalui kekuatan inti, fleksibilitas, dan kesadaran untuk mendukung efisiensi gerakan. Tujuan utama pilates adalah untuk memperbaiki tulang belakang dan mengatasi masalah-masalah yang mungkin ditimbulkannya. Oleh karena itu, olahraga pilates ini dapat memperbaiki postur tubuh yang kurang
32
sempurna dan juga dapat memperbaiki masalah-masalah yang berhubungan dengan kelainan tulang belakang (Menezes, 2010). Fokus utama pilates adalah melatih otot inti (otot yang terdapat di panggul, punggung bawah, dan perut). Otot inti yang kuat akan membuat postur tubuh menjadi lebih baik, menghindarkan nyeri pada punggung, serta meningkatkan fleksibilitas. Saat kekuatan inti meningkat maka otot-otot ini akan bekerja dengan otot-otot lain yang lebih dangkal untuk melakukan gerakan-gerakan tubuh menjadi lebih baik dan ringan. Jika tulang belakang dalam posisi benar dan stabil maka dapat menahan beban dengan baik sehingga tubuh bisa bergerak dengan efisien dan bebas (Menezes, 2010). Pilates Exercise memiliki 6 prinsip utama yaitu : 1. Nafas Gerakan yang dilakukan menggunakan nafas yang benar yaitu pernapasan perut. Pernapasan perut dapat mendorong tulang belakang bersama ototototnya kembali berfungsi secara seimbang. 2. Konsentrasi Setiap gerakan dan hitungan dalam pilates harus dilakukan dengan penuh konsentrasi. 3. Pengendalian Pilates membutuhkan kontrol pikiran dan tubuh. Setiap gerakan harus direncanakan guna mengurangi risiko cedera pada tubuh.
33
4. Berpusat Perhatian harus terpusat pada tujuan berlatih pilates. Misalnya tujuannya untuk menguatkan otot perut. 5. Presisi Setiap gerakan harus dilakukan dengan perhitungan yang tepat, misalnya jika harus mengangkat kaki 90 derajat, harus tepat 90 derajat. 6. Mengalir Dalam pilates, gerakan dilakukan dengan sifat kontinyu. Maka itu, penting untuk berkonsentrasi selama latihan individual. Keenam prinsip pilates diatas adalah faktor utama dalam menentukan kualitas latihan pilates. Maka akan menemukan bahwa, tidak seperti kebanyakan sistem latihan, pilates tidak memberikan banyak pengulangan untuk setiap gerakan. Saat melakukan latihan secara penuh, dengan presisi mungkin akan memberikan hasil yang signifikan dalam waktu singkat dibandingkan repetisi seperti banyak ditemukan pada olahraga lain. Bukan hanya itu, pilates exercises pada prinsipnya menghasilkan penguatan dan penguluran, misalnya fleksi trunk otot agonisnya akan mengalami penguatan sedangkan antagonisnya mengalami penguluran (Menezes, 2010).
34
2.5.2.
Mekanisme Pilates Exercises Terhadap Penurunan Nyeri Punggung Bawah Pilates exercise dalam menurunkan nyeri adalah dengan memberikan stimulasi aktivasi golgi tendon organ. Aktivasi ini menginhibisi sistem spinal, termasuk menstimulasi reseptor pada persendian yaitu mobilitas dan artikulasi spine bersama dengan pengembangan dari (deep and superficial) abdominal muscle endurance, sehingga dengan daya tahan otot yang baik maka akan memperbaiki postur dan menurunkan nyeri. Gerakan berulang akan menghilangkan stres mekanik dan cedera otot (Levine et al, 2007). Otot perut yang terdiri dari M. Transversus Abdominis, M. Multifidus, Pelvic Floor, dan diafragma. Teknik pilates menggabungkan antara latihan kekuatan dan kelenturan yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan otototot tersebut dan peregangan lumbal. Kontraksi dari otot-otot tersebut akan menurunkan resiko terjadinya cedera pada pinggang dengan berkontraksi secara bersamaan sehingga meningkatkan stabilisasi dan mengurangi imbalance muscles (Menezes, 2010). Tekhnik pilates bertujuan untuk peregangan lumbal sehingga menurunkan kompresi sendi yang menyebabkan penurunan nyeri. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Rael Teknik Pilates bertujuan untuk peregangan lumbal sehingga menurunkan kompresi sendi yang menyebabkan penurunan nyeri (Rael, 2006).
35
2.5.3. Keunggulan Pilates Exercise Pilates exercise merupakan salah satu dari sekian banyak latihan yang berguna untuk kesehatan. Latihan ini banyak dilakukan para wanita yang menginginkan tubuh kencang dan lebih ideal. Berikut adalah manfaat yang bisa dapatkan dari Pilates exercise : 1.
Meningkatkan keseimbangan Latihan pilates berfokus pada kekuatan otot perut. Otot perut yang kuat dapat meningkatkan keseimbangan tubuh secara dan menyeluruh.
2. Meningkatkan Fleksibilitas Tulang Belakang Pilates memberikan lebih banyak keuntungan untuk tulang belakang, yaitu dengan memberikan tambahan ruang pada tulang belakang dalam setiap gerakan pilates. Ruang tambahan ini meningkatkan mobilitas dan fleksibilitas. Fleksibilitas tulang belakang yang baik dapat mengurangi risiko cedera dan membuat pergerakan jauh lebih mudah. 3. Memperbaiki postur tubuh Postur tubuh yang buruk bisa menyebabkan sakit pinggang. Menjaga agar garis tulang belakang lurus sesuai anatominya merupakan dasar dari latihan pilates. Latihan ini juga bertujuan menjaga lengkungan alami tulang belakang. 4. Meningkatkan kekuatan otot perut Otot perut adalah salah satu bagian otot yang terlatih dengan baik saat melakukan latihan pilates, termasuk otot bagian tengah tubuh yang lain seperti punggung dan dasar panggul. Meningkatnya kekuatan otot bagian
36
tengah tubuh dapat meningkatkan keseimbangan, kekuatan dan juga memperbaiki postur tubuh. 5. Meningkatkan Kesehatan Emosional Pilates memberikan manfaat bagi kesehatan emosional. Gerakan yang halus dengan pikiran yang tenang selama latihan akan menenangkan sistem saraf dan membantu meringankan stres. Ketika memperpanjang dan memperkuat otot-otot, akan melancarkan sirkulasi darah dan menghilangkan ketegangan. Setiap selesai latihan akan merasa lebih tenang, seimbang, dan jauh lebih segar (Touw, 2011).
2.5.4. Prosedur latihan a. Quadriceps Stretch Posisi tidur tengkurap, kaki fleksi, lalu Tarik punggung kaki dengan handuk, hingga tumit menyentuh bokong. Tahan regangan ini selama 30 detik dan ulang gerakan ini sebanyak 3 kali, seperti dengan (gambar 2.9).
Gambar 2.9 : Quadriceps Stretch (Wells,2013)
37
b. Hip Flexor Stretch Berlutut dengan satu lutu menyentuh di lantai, kemudian angkat tangan ke atas, hingga pinggang meregang. Tahan regangan ini sampai 30 detik dan ulang gerakan ini sebanyak 3 kali, seperti dengan (gambar 2.10).
Gambar 2.10 : Hip Flexor Stretch (Wells,2013) c. Adductor Stretch Posis berdiri tegak, tumit di letakkan diatas meja, angkat tangan kanan ke atas, lalu fleksi pinggang ke kiri. Tahan gerakan ini selama 30 detik, ulang gerakan ini sebanyak 3 kali seperti dengan (gambar 2.11).
Gambar 2.11 : Adductor Stretch (Wells,2013)
38
d. Prayer- Cat – Camel Pertama lakukan posisi awal membungkuk di atas lantai setelah itu ambil nafas yang dalam , kemudian lakukan gerakan seperti berdoa sambil menghenbuskan nafas secara perlahan, kemudian lakukan gerakan kedua seperti kecing, punggung di lengkungkan keatas, sambil mengambil nafas, lalu kembalikan punggung dengan kepala melihat keatas, sambil menghembuskan nafas secara perlahan. Ulangi gerakan ini sebanyak 5 kali, seperti dengan (Gambar 2.12).
Gambar 2.12 : Prayer- Cat – Camel (Wells,2013)