7
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) 2.1.1. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Inisiasi Menyusu Dini atau disingkat sebagai IMD merupakan program yang sedang gencar dianjurkan pemerintah. Menyusu dan bukan menyusui merupakan gambaran bahwa IMD bukan program ibu menyusui bayi tetapi bayi yang harus aktif menemukan sendiri putting susu ibu. Program ini dilakukan dengan cara langsung meletakkan bayi yang baru lahir di dada ibunya dan membiarkan bayi ini merayap untuk menemukan puting susu ibu untuk menyusu. IMD harus dilakukan langsung saat lahir, tanpa boleh ditunda dengan kegiatan menimbang atau mengukur bayi. Bayi juga tidak boleh dibersihkan, hanya dikeringkan kecuali tangannya. Proses ini harus berlangsung skin to skin antara bayi dan ibu (Sitti, 2011). Inisiasi Menyusu Dini adalah proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan, di mana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak disodorkan ke puting susu). Inisiasi Menyusu Dini akan sangat membantu dalam keberlangsungan pemberian ASI eksklusif (ASI saja) dan lama menyusui. 2.1.2. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) 1) Memberi kehangatan Bayi baru lahir yang langsung ditempelkan pada kulit ibunya memiliki temperatur tubuh yang lebih stabil dari pada bayi baru lahir yang langsung dibungkus kain. Tubuh ibu merupakan sumber kehangatan terbaik bagi bayi
8
yang baru lahir. Ini juga berarti, dengan IMD risiko hipotermia (penurunan suhu badan) pada bayi baru lahir yang dapat menimbulkan kematian bisa dikurangi. 2) Memberi kenyamanan Penelitian membuktikan, bayi baru lahir yang langsung diletakkan di dada ibu menangis lebih singkat ketimbang bayi baru lahir yang langsung dibungkus kain dan diletakkan di sisi ibunya selama 90 menit. Bayi yang berada di dada ibu merasa nyaman karena masih merasakan suasana rahim. 3) Adaptasi metabolis Penelitian juga membuktikan, bayi yang berada dalam posisi breast crawl memiliki tingkat gula darah lebih baik ketimbang bayi baru lahir yang langsung dipisahkan dari ibunya dan dibungkus kain. 4) Melatih posisi mulut bayi saat menyusu Dari 17 bayi baru lahir yang melakukan IMD, 16 di antaranya mampu langsung menyusu dengan posisi mulut yang benar. Ini akan mengurangi kesulitan posisi menyusu yang sering dikeluhkan para ibu baru. 5) Membantu pelepasan plasenta dan mengurangi pendarahan Proses menyusu yang dilakukan bayi mungil menghasilkan hormon oksitosin yang mengalir dari kelenjar susu ke aliran darah ibu. Hormon ini membantu proses kontraksi rahim setelah persalinan guna mengeluarkan plasenta dan menutup pembuluh-pembuluh darah di dalam rahim. Hasilnya, pendarahan pasca melahirkan dapat dikurangi. Ini berarti mencegah anemia yang sering diderita para ibu (Arif, 2011).
9
Inisiasi menyusu dini memiliki manfaat : Untuk ibu : a. Meningkatkan hubungan khusus ibu dan bayi b. Merangsang kontraksi otot rahim sehingga mengurangi ririko perdarahan sesudah melahirkan c. Memperbesar peluang ibu untuk memantapkan dan melanjutkan kegiatan menyusui selama masa bayi d. Mengurangi stress Ibu setelah melahirkan Untuk bayi : a. Mempertahankan suhu bayi tetap hangat b. Menenangkan ibu dan bayi serta meregulasi pernapasan dan detak jantung c. Kolonisasi bakterial di kulit dan usus bayi dengan bakteri badan ibu yang normal d. Mengurangi bayi menangis sehingga mengurangi stres dan tenaga yang dipakai bayi e. Memungkinkan bayi untuk menemukan sendiri payudara Ibu untuk mulai menyusu. f. Mengatur tingkat kadar gula dalam darah, dan biokimia lain dalam tubuh bayi. g. Mempercepat keluarnya meconium (kotoran bayi berwarna hijau agak kehitaman yang pertama keluar dari bayi karena meminum air ketuban). h. Bayi akan terlatih motoriknya saat menyusu, sehingga mengurangi kesulitan menyusu.
10
i. Membantu perkembangan persyarafan bayi (nervous system). j. Memperoleh kolostrum yang sangat bermanfaat bagi sistem kekebalan bayi. k. Mencegah terlewatnya puncak „refleks mengisap‟ pada bayi yang terjadi 20-30 menit setelah lahir. Jika bayi tidak disusui, refleks akan berkurang cepat, dan hanya akan muncul kembali dalam kadar secukupnya 40 jam kemudian. 2.1.3. Langkah-langkah Inisiasi Menyusu Dini Langkah-langkah inisiasi menyusu dini yang dianjurkan adalah sebagai berikut: 1. Begitu lahir, bayi diletakkan diperut ibu yang sudah dialasi kain kering. 2. Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya, kecuali kedua tangannya. 3. Tali pusat dipotong, lalu diikat 4. Vernix (zat lemak putih) yang melekat di tubuh bayi sebaiknya tidak dibersihkan karena zat ini membuat nyaman kulit bayi. 5. Tanpa dibedong, bayi langsung ditengkurapkan di dada atau perut ibu dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu. Ibu dan bayi diselimuti bersama-sama. Jika perlu, bayi diberi topi untuk mengurangi pengeluaran panas dari kepalanya. Tahap-tahap dalam inisiasi menyusui dini yakni : a.
Dalam
proses
melahirkan,
ibu
disarankan
untuk
mengurangi/tidak
menggunakan obat kimiawi. Jika ibu menggunakan obat kimiawi terlalu banyak, dikhawatirkan akan terbawa ASI ke bayi yang nantinya akan menyusu dalam proses inisiasi menyusu dini.
11
b.
Para petugas kesehatan yang membantu Ibu menjalani proses melahirkan, akan melakukan kegiatan penanganan kelahiran seperti biasanya. Begitu pula jika ibu harus menjalani operasi caesar.
c.
Setelah lahir, bayi secepatnya dikeringkan seperlunya tanpa menghilangkan vernix (kulit putih). Vernix (kulit putih) menyamankan kulit bayi.
d.
Bayi kemudian ditengkurapkan di dada atau perut ibu, dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Untuk mencegah bayi kedinginan, kepala bayi dapat dipakaikan topi. Kemudian jika perlu bayi dan ibu diselimuti.
e.
Bayi yang ditengkurapkan di dada atau perut ibu, dibiarkan untuk mencari sendiri puting susu ibunya (bayi tidak dipaksakan ke puting susu). Pada dasarnya, bayi memiliki naluri yang kuat untuk mencari puting susu ibunya.
f.
Saat bayi dibiarkan untuk mencari puting susu ibunya, Ibu perlu didukung dan dibantu untuk mengenali perilaku bayi sebelum menyusu. Posisi ibu yang berbaring mungkin tidak dapat mengamati dengan jelas apa yang dilakukan oleh bayi.
g.
Bayi dibiarkan tetap dalam posisi kulitnya bersentuhan dengan kulit ibu sampai proses menyusu pertama selesai.
h.
Setelah selesai menyusu awal, bayi baru dipisahkan untuk ditimbang, diukur, dicap, diberi vitamin K dan tetes mata.
i.
Ibu
dan
bayi
tetap
bersama
dan
dirawat-gabung.
Rawat-gabung
memungkinkan ibu menyusui bayinya kapan saja si bayi menginginkannya, karena kegiatan menyusu tidak boleh dijadwal. Rawat-gabung juga akan meningkatkan ikatan batin antara ibu dengan bayinya, bayi jadi jarang
12
menangis karena selalu merasa dekat dengan ibu, dan selain itu dapat memudahkan ibu untuk beristirahat dan menyusui. 2.1.4. Proses Inisisasi Menyusu Dini 1. Sesaat setelah lahiran sehabis ari-ari dipotong, bayi langsung diletakan di dada si ibu tanpa membersihkan si bayi kecuali tangannya, kulit bertemu kulit. Ternyata suhu badan ibu yang habis melahirkan 1 derajat lebih tinggi. Namun jika si bayi itu kedinginan, otomatis suhu badan si ibu jadi naik 2 derajat, dan jika si bayi kepanasan, suhu badan ibu akan turun 1 derajat. Jadi Tuhan sudah mengatur bahwa si ibu yang akan membawa si bayi beradaptasi dengan kehidupan barunya. Setelah diletakkan di dada si ibu, biasanya si bayi hanya akan diam selama 20-30 menit, dan ternyata hal ini terjadi karena si bayi sedang menetralisir keadaannya setelah trauma melahirkan. 2. Setelah si bayi merasa lebih tenang, maka secara otomatis kaki si bayi akan mulai bergerak-gerak seperti hendak merangkak. Ternyata gerakan ini pun bukanlah gerakan tanpa makna karena ternyata kaki si bayi itu pasti hanya akan menginjak-injak perut ibunya di atas rahim. Gerakan ini bertujuan untuk menghentikan pendarahan si ibu. Lama dari proses ini tergantung dari si bayi. 3. Setelah melakukan gerakan kaki tersebut, bayi akan melanjutkan dengan mencium tangannya, ternyata bau tangan si bayi sama dengan bau air ketuban. Dan juga ternyata wilayah sekitar puting si ibu itu juga memiliki bau yang sama, jadi dengan mencium bau tangannya, si bayi membantu untuk mengarahkan kemana dia akan bergerak. Dia akan mulai bergerak mendekati puting ibu. Ketika sudah mendekati puting si ibu, si bayi itu akan menjilat-jilat
13
dada si ibu. Ternyata jilatan ini berfungsi untuk membersihkan dada si ibu dari bakteri-bakteri jahat dan begitu masuk ke tubuh si bayi akan diubah menjadi bakteri yang baik dalam tubuhnya. Lamanya kegiatan ini juga tergantung dari si bayi karena hanya si bayi yang tahu seberapa banyak dia harus membersihkan dada si ibu. 4. Setelah itu, si bayi akan mulai meremas-remas puting susu si ibu, yang bertujuan untuk merangsang supaya Air Susu Ibu (ASI) segera berproduksi dan bisa keluar. Lamanya kegiatan ini juga tergantung dari si bayi itu 5. 'Bonding' (ikatan kasih sayang) antara ibu-bayi akan lebih baik karena pada 12 jam pertama, bayi dalam keadaan siaga. Setelah itu, biasanya bayi tidur dalam waktu yang lama 6. Terakhir baru mulailah si bayi itu menyusu (Mulyasetya, 2010). 2.2. Tinjauan umum tentang Manajemen Laktasi 2.2.1. Pengertian ASI Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang paling cocok bagi bayi serta mempunyai nilai yang paling tinggi dibandingkan dengan makanan bayi yang dibuat manusia. Hanya dengan diber ASI saja tanpa makanan tambahan lain,bayi mampu tumbuh dan berkembang baik sampai usia 6 bulan (Suhardjo, 2007). 2.2.2. Komposisi ASI 1. Kolostrum Setelah melahirkan air susu ibu yang keluar berwarna kekuning-kuningan, kental, dan agak lengket. Air susu ini disebut kolostrum dan ini diproduksi
14
dalam masa kira-kira seminggu pertama. Kolostrum berbeda dengan air susu ibu yang berwarna putih dalam hal kandungan (Suhardjo, 2007): a. Lebih banyak protein b. Lebih banyak immunoglobulin A dan laktoferin dan juga sel darah putih yang berperan penting dalam mencegah timbulnya infeksi penyakit. c. Kurang dalam hal lemak dan lactose d. Lebih banyak vitamin A 2. Taurin Taurin adalah sejenis asam amino kedua terbanyak terdapat dalam ASI dan tidak terdapat dalam susu sapi. Taurin berfungsi sebagai neurotransmitter dan berperan penting dalam proses maturasi sel otak. 3. Decosahexanoid acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA) adalah asam lemak tak jenuh rantai panjang yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal. DHA dan AA terdapat dalam ASI jumlahnya sangat mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak dikemudian hari. 2.2.3. Manfaat ASI Manfaat air susu ibu (ASI) kepada bayi yakni sebagai berikut (Arini H, 2012) : 1. ASI sebagai nutrisi 2. Makanan terlengkap untuk bayi, terdiri dari proporsi yang seimbang dan cukup karena mengandung zat gizi yang diperlukan untuk 6 bulan pertama. 3. Mengandung antibody (terutama kolostrum) yang melindungi terhadap penyakit, terutama diare dan gangguan pernapasan.
15
4. Menunjang perkembangan motorik sehingga bayi yang diberikan ASI eksklusif akan lebih cepat bisa jalan. 5. Meningkatkan jalinan kasih saying. 6. Selalu siap tersedia dan dalam suhu yang sesuai. 7. Mudah dicerna dan zat gizi mudah diserap. 8. Melindungi terhadap alergi karena tidak mengandung zat yang dapat menimbulkan alergi. 9. Mengandung cairan yang cukup untuk kebutuhan bayi dalam 6 bulan pertama (87 % ASI adalah air) 10. Mengandung asam lemak yang diperlukan untuk pertumbuhan otak sehingga bayi ASI eksklusif potensial lebih pandai. 2.3. Tinjauan Umum Paritas 2.3.1. Pengertian Paritas Kata paritas berasal dari bahasa Latin, pario, yang berarti menghasilkan. Secara umum, paritas didefinisikan sebagai keadaan melahirkan anak baik hidup ataupun mati, tetapi bukan aborsi, tanpa melihat jumlah anaknya. Dengan demikian, kelahiran kembar hanya dihitung sebagai satu kali paritas (Stedman, 1998). Jumlah paritas merupakan salah satu komponen dari status paritas yang sering dituliskan dengan notasi G-P-Ab, dimana G menyatakan jumlah kehamilan (gestasi), P menyatakan jumlah paritas, dan Ab menyatakan jumlah abortus. Sebagai contoh, seorang wanita dengan status paritas G3P1Ab1, berarti wanita
16
tersebut telah pernah mengandung sebanyak dua kali, dengan satu kali paritas dan satu kali abortus, dan saat ini tengah mengandung untuk yang ketiga kalinya. 2.3.2. Klasifikasi Paritas Berdasarkan jumlahnya, maka paritas seorang wanita dapat dibedakan menjadi (Manuaba, 2008): 1) Primipara adalah wanita yang telah melahirkan bayi aterm sebanyak satu kali. 2) Multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi viabel (hidup) beberapa kali. 3) Grandemultipara adalah wanita yang telah mela hirkan 5 orang anak atau lebih dan biasanya mengalami penyulit dalam kehamilan dan persalinan. 2.4. Tinjauan Umum tentang Pengetahuan 2.4.1. Pengertian Pengetahuan Menurut Notoatmodjo, (2003), Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni : indra penglihatan, penginderaan, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). Menurut Rogers (1974 dalam Notoatmodjo, (2003), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berprilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :
17
a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus. b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai timbul. c. Evaluasi (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. d. Trial, Dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuai apa yang dikehendaki oleh stimulus. e. Adoption, dimana subjek telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. 2.4.2. Tingkatan Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2003), Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni : 1. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari
antara
lain:
menyebutkan,
menguraikan,
mengidentifikasikan,
menyatakan dan sebagainya. Contoh: dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak balita.
18
2. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat mengimplementasikan materi tersebut secara benar tentang objek yang diketahui. Misalnya: dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi. 3. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagi kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dalam konteks atau situasi yang lain. 4. Analisis (Analysis) Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Analisa dapat dilihat dari penggunaan kata; dapat menggambarkan, membedakan, mengisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. 5. Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjuk kepada sesuatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Sintesis suatu kemampuan untuk menyususun, merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan.
19
6. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suaru materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria-kriteria yang telah ada. 2.4.3. Sumber Pengetahuan Ilmu pengetahuan diperoleh seseorang dengan cara yang berbeda, ada yang melalui pengalaman langsung, bertanya kepada orang lain yang lebih paham membaca buku, atau bahkan tidak sengaja diperoleh dari pergaulan atau komunikasi yang terjalin. Kneller membagi lima tipe sumber pengetahuan yaitu : (Satori, 2011). 1. Revealed Knowledge, yaitu pengetahuan yang bersumber dari Tuhan melalui wahyu yang diturunkan kepada Rasul pilihan dan dituangkan dalam kitabkitab suci yang kebenarannya tidak diragukan lagi dan bersifat mutlak. 2. Intuitive Knowledge, yaitu pengetahuan yang diperoleh individu secara pribadi yang melibatkan intuisi dalam penghayatannya terhadap sesuatu secara mendalam. 3. Rational Knowledge, yaitu pengetahuan yang diperoleh semata-mata atas hasil observasi terhadap peristiwa-peristiwa faktual. 4. Empirikal Knowledge, yaitu pengetahuan yang dipeoleh dari hasil observasi dengan menggunakan kekuatan penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan dan peradaban terhadap realitas yang ada. 5. Authoritative Knowledge, yaitu pengetahuan yang dikokohkan oleh reputasi pencetusnya/ahlinya atau diterima berdasarkan otoritas seseorang.
20
2.4.4. Pengukuran Pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat di lakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek penelitian atau responden ke dalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau ukur yang dapat kita sesuaikan dengan tingkat pengetahuan (Notoatmodjo, 2003) Sebagian besar penelitian umumnya menggunakan kuesioner sebagai metode yang dipilih untuk mengumpulkan data. Kuesioner atau angket memang mempunyai banyak kebaikan sebagai instrument pengumpulan data. Untuk memperoleh kuesioner dengan hasil yang mantap adalah dengan uji coba. Dalam uji coba responden diberi kesempatan untuk memberikan saran-saran perbaikan bagi kuesioner yang diuji cobakan itu (Arikunto,2006). 2.5. Tinjauan umum perilaku 2.5.1. Pengertian Perilaku Skiner (1938) seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar (Notoatmodjo, 2010). Setelah psikologi berkembang luas dan dituntut mempunyai ciri-ciri sebagai suatu disiplin ilmu pengetahuan maka ilmu pengetahuan menghendaki objeknya bisa diamati, dicatat, dan diukur. Ini membawa para ahli, dipelopori oleh J.B.Watson (1878-1958), memandang psikologi sebagai “ilmu yang mempelajari perilaku”. Perilaku dianggap lebih mudah diamati, dicatat, dan diukur.
21
Meskipun demikian, arti perilaku ini diperluas tidak hanya mencakup perilaku kasat mata seperti makan, membunuh, menangis, dan lain-lain tetapi juga mencakup perilaku tidak kasat mata seperti fantasi (Irwanto, 2002). 2.5.2. Ciri-ciri perilaku Sebagai objek studi empiris, perilaku mempunyai ciri-ciri sebagai berikut (Irwanto, 2002) : 1. Perilaku itu sendiri kasat mata, tetapi penyebabnya mungkin tidak dapat diamati langsung. 2. Perilaku mengenal berbagai tingkatan. Ada perilaku sederhana dan stereotip seperti perilaku binatang satu sel, ada juga perilaku yang kompleks seperti dalam perilaku sosial manusia. Ada perilaku yang sederhana seperti refleks, tetapi ada juga yang melibatkan proses-proses mental hingga fisiologis yang lebih tinggi. 3. Perilaku bervariasi menurut jenis-jenis tertentu yang bisa diklasifikasikan. Salah satu klasifikasi yang umum dikenal adalah kognitif, afektif dan psikomotorik, masing-masing merujuk pada yang sifatnya rasional, emosional, dan gerakan-gerakan fisik dalam berperilaku. 4. Perilaku bisa disadari dan tidak disadari. Walau sebagian besar perilaku sehari-hari kita sadari, tetapi kadang-kadang kita bertanya pada diri sendiri mengapa kita berperilaku seperti itu. 2.5.3. Pembentukan Perilaku Perilaku manusia sebagian besar ialah perilaku yang dibentuk dan dapat dipelajari. Proses terbentuknya perilaku seseorang adalah sebagai berikut :
22
1. Kebiasaan Terbentuknya perilaku karena kebiasaan yang dilakukan. Misalnya menggosok gigi sebelum tidur, bangun pagi, sarapan pagi, dan lain-lain. 2. Pengertian Terbentuknya perilaku ditempuh dengan pengertian. Misalnya bila naik motor harus memakai helm, karena untuk keamanan diri. 3. Penggunaan model Pembentukan perilaku melalui contoh atau model yang dianggap dipercaya atau dituakan. Model yang dimaksud adalah pimpinan, orang tua, tokoh panutan lainnya. 2.5.4. Domain Perilaku Perilaku seseorang adalah sangat kompleks, dan mempunyai bentangan yang sangat luas. Benyamin Bloom (1908) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2010) seorang ahli psikologi pendidikan membedakan adanya 3 area, wilayah, ranah atau domain perilaku ini, yakni kognitif (cognitive), afektif (affective), dan psikomotor (psychomotor). Kemudian oleh ahli pendidikan di Indonesia, ketiga domain ini diterjemahkan kedalam cipta (kognitif), rasa (afektif), dan karsa (psikomotor), atau pericipta, perirasa, dan peritindak. Dalam perkembangan selanjutnya, berdasarkan pembagian domain oleh Bloom ini, dan untuk kepentingan pendidikan praktis, dikembangkan menjadi 3 tingkat ranah perilaku sebagai berikut :
23
1). Pengetahuan Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang penting dalam membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan hal ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu : tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. 2). Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap adalah merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan), atau reaksi tertutup. 3). Psikomotor (Tindakan atau Praktik) Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi tindakan atau perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan dukungan dari pihak lain. Tindakan atau praktik ini dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut kualitasnya, yakni :
24
1.
Praktik terpimpin (Guided Response) Apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tapi masih tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan. Misalnya seorang ibu memeriksakan kehamilannya tetapi masih menunggu diingatkan oleh bidan atau tetangganya.
2.
Praktik secara mekanisme (Mechanism) Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktikan sesuatu hal secara otomatis maka disebut tindakan atau praktik mekanis. Misalnya seorang ibu selalu membawa anaknya ke Posyandu untuk ditimbang, tanpa harus menunggu perintah dari kader atau petugas kesehatan.
3.
Adopsi (Adoption) Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang. Artinya, apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang berkualitas. Misalnya menggosok gigi, bukan sekedar gosok gigi melainkan dengan teknik-teknik yang benar.
25
2.6. Kerangka Konsep Variabel Independen Pengetahuan Ibu Primipara
Variabel Dependen
Umur
Tindakan Ibu Tentang IMD Pendidikan
Pekerjaan
Keterangan : = --------------------
=
Variabel yang diteliti Variabel yang tidak diteliti
2.7. Hipotesis Penelitian Ada Hubungan antara pengetahuan dengan tindakan ibu primipara tentang inisiasi menyusu dini diruang kebidanan RSUD.Dr.M.M Dunda Limboto.