BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Dismenore 2.1.1 Pengertian Dismenore Dismenore adalah nyeri haid yang bersifat kram dan berpusat pada perut bagian bawah. Dismenore didefinisikan sebagai nyeri haid yang sedemikian hebatnya sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidupnya sehari-hari, untuk beberapa jam atau beberapa hari (Desi Nataria, 2011). Dismenore adalah nyeri haid menjelang atau selama haid, sampai membuat wanita tersebut tidak dapat bekerja dam harus tidur (Mansjoer,2000) . Jadi dapat disimpulkan dismenore adalah menstruasi yang disertai dengan rasanyeri (kram) pada daerah perut dan terjadi pada hari pertama, yang memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan aktivitasnya sehari-hari. 2.1.2 Klasifikasi Dismenore Dismenore dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu dismenore primer dan dismenore sekunder. Dismenore primer yaitu nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada alat-alat genitalia yang nyata, sedangkan dismenore sekundernya yaitu nyeri haid yang disebabkan oleh kelainan ginekologi salpingitis kronika, endometriosis, adenomiosis uteri, dan lain-lain (Prawirohardjo & Wiknjosastro 2008). Dismenore primer adalah nyeri yang timbul dua sampai tiga tahun setelah menarche, biasanya pada bulan-bulan atau tahun-tahun pertama haid. Biasanya terjadi pada usia antara 1525 tahun dan kemudian frekuensinya menurun sesuai dengan pertambahan usia dan biasanya berhenti setelah melahirkan. Sedangkan8 dismenore sekunder terjadi setelah bertahun-tahun dari menstruasi normal dan yang menjadi penyebabnya adalah dari penyakit rahim, saluran telur,
atauindung telur. Dismenore sekunder ini jarang sekali terjadi sebelum usia 25 tahun dan jarang ditemukan diusia sebelum 30 tahun (Alfrianne, 2008). Dismenore memang merupakan permasalahan ginekologi yang banyak menyerang wanita muda, namun dismenore yang sering terjadi adalah dismenore primer (Desi Nataria, 2010). 2.1.3 Perbedaan Karakteristik Dismenore Primer Dan Dismenore Sekunder 1.Dismenore Primer a. Mengenai seseorang dengan usia lebih muda b. Timbul segera setelah siklus haid yang teratur c. Sering pada nulipara d. Nyeri sering seperti kejang uterus e. Nyeri timbul mendahului haid, dan kemudian hilang bersamaan dengan keluarnya haid f. Sering memberikan respon pada pengobatan medikamentosa g. Sering disertai mual, muntah, diare, kelelahan dan nyeri kepala. 1. Dismenore Sekunder a. Mengenai pada seseorang dengan usi lebih tua b. Timbulnya tidak menentu c. Tidak berhubungan dengan paritas d. Nyeri terus-menerus e. Nyeri mulai pada saat haid dan meningkat bersamaan dengan keluarnya haid f. Sering memerlukan tindakan operatif g. Tidak disertai mual, muntah, diare, kelelahan dan nyeri kepala. (Febri, Junizar dkk, 2009) 2.1.4 Patofisiologi Dismenore Primer
Dismenore primer adalah rasa nyeri yang terjadi selama masa menstruasi dan selalu berhubungan dengan siklus ovulasi. Hal ini disebabkan oleh kontraksi dari miometrium yang diinduksi oleh prostaglandin tanpa adanya kelainan patologis pelvis. Pada remaja dengan dismenore primer akan dijumpai peningkatan produksi prostaglandin oleh endometrium. Pelepasan prostaglandin terbanyak selama menstruasi didapati pada 48 jam pertama dan berhubungan dengan beratnya gejala yang terjadi. Beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan beratnya gejala dismenore adalah usia yang lebih muda saat terjadinya menarche, periode menstruasi yang lebih lama, banyaknya darah yang keluar selama menstruasi, perokok, riwayat keluarga dengan dismenore. Obesitas dan penggunaan alkohol juga dihubungkan dengan terjadinya dismenore primer. Prostaglandin F2α (PGF2α) adalah perantara yang paling berperan dalam terjadinya dismenore primer. Prostaglandin ini merupakan stimulan kontraksi miometrium yang kuat serta efek vasokontriksi pembuluh darah. Peningkatan PGF2α dalam endometrium diikuti dengan penurunan progesteron pada fase luteal membuat membran lisosomal menjadi tidak stabil sehingga melepaskan enzim lisosomal. Pelepasan enzim ini menyebabkan pelepasan enzim phospholipase A2 yang berperan pada konversi fosfolipid menjadi asam arakidonat. Selanjutnya menjadi PGF2α dan prostaglandin E2 (PGE2) melalui siklus endoperoxidase dengan perantara prostaglandin G2 (PGG2) dan prostaglandin H2 (PGH2). Peningkatan kadar prostaglandin ini mengakibatkan peningkatan tonus miometrium dan kontraksi uterus yang berlebihan sehingga menyebabkan nyeri pada saat menstruasi (Alfrianne , 2008). 2.1.5
Gejala Dismenore Primer Pada perempuan yang mengalami dismenore primer akan merasakan:
1. Nyeri pada perut yang timbul tidak lama sebelumnya atau bersamaan dengan awal haid, dapat berlangsung beberapa jam, 24 jam atau bahkan sampai beberapa hari . 2. Rasa nyeri kejang berjangkit-jangkit yang dirasakn di area perut bawah dan dapat menyebar ke pinggang dan paha . 3. Selain adanya rasa nyeri juga dapat terjadi rasa mual, muntah, sakit kepala, diare, iritabilitas, dan sebagainya(Prawirohardjo & Wiknjosastro 2008). 2.1.6 Faktor Resiko Dismenore Primer 1. Siklus Menstruasi Dismenore primer hanya dapat terjadi pada siklus mentruasi ovulatorik karena setelah terjadinya ovulasi , maka sel-sel folikel tua setelah ovulasi akan membentuk korpus luteum berdegenerasi karena tidak terjadi pembuahan dan impalntasi, maka kadar estrogen dan progesteron disrkulasi akan menurun drastis. Penarikan kembali kedua hormon steroid tersebut menyebabkan lapisan endometrium yang kaya akan nutrisi dan pembuluh darah itu tidak lagi ada yang mendukung secara hormonal. Penurunan kadar hormon ovarium itu juga merangsang pengeluaran prostaglandin uterus yang menyebabkan vasokontriksi pembuluh-pembuluh endometrium, serta menyebabkan kontraksi uterus. Bila kadar prostaglandin berlebih maka akan memicu dismenore. 2. Usia Menarche Kurang Dari 12 Tahun Menurut Widjanarko (2006) terdapatnya hubungan antara usia menarche cepat terhadap kejadian dismenore primer dikarenakan saat menarche alat reproduksi belum siap untuk mengalami perubahan dan masih terjadi penyempitan pada leher rahim, maka akan timbul rasa sakit saat menstruasi. 3. Riwayat Ibu atau Saudara Perempuan Kandung Yang Mengalami Dismenore Primer
Adanya riwayat keluarga dan genetik berkaitan dengan terjadinya dismenore primer yang berat. Riwayat keluarga mempunyai peran untuk terjadinya dismenore primer, sehingga disarankan bagi para wanita untuk melakukan upaya preventif terhadap dismenore primer yang sering terjadi saat wanita mengalami menstruasi terutama bagi wanitayang mempunyai riwayat keluarga positif dismenore primer. 4. Adanya Depresi Atau Anxietas Risiko untuk mengalami dismenore meningkat pada wanita yang mempunyai riwayat dismenore dan stres tinggi sebelumnnya dibandingkan dengan wanita yang tidak mempunyai riwayat stres sebelumnnya.
5. Merokok Dan Meminum Alkohol Merokok dapat meningkatkan lamanya menstruasi dan meningkatkan lamanya dismenore sedangkan alkohol merupakan racun bagi tubuh kita, dan hati bertanggungjawab terhadap penghancur estrogen untuk disekresi oleh tubuh. Fungsi hati terganggu karena adanya komsumsi alkoholyang terus menerus, maka estrogentidak bisa disekresi dari tubuh, akibatnya estrogen dalam tubuh meningkat dan dapat menimbulkan gangguan pada pelvis. 6. Seseorang Dengan Overweight Ataupun Obese Kelebihan berat badan dapat mengakibatkan dismenore primer , karena di dalam tubuh orang yang mempinyai kelebihan berat badan terdapat jaringan lemak yang berlebihan yang dapat mengakibatkan hiperplasi pembuluh darah (terdesaknnya pembuluh darah oleh jaringan lemak ) pada organ reproduksi wanita sehingga darah yang seharusnya mengalir pada proses menstruasi terganggu dan timbul dismenore primer (Widjanarko 2006). 2.1.7 Derajat Nyeri Dismenore
Nyeri yang dirasakan pada dismenore dapat diderajatkan menjadi: 0 : Tidak dismenore 1 : Nyeri dirasa ringan, aktifitas sedikit terganggu, jarang membutuhkan obat namun jika obat dikonsumsi maka dapat efektif untuk mengurangi nyeri. 2 : Nyeri dirasa hebat, mengganggu sebagian besar aktivitas, membutuhkan obat namun obat tersebut jarang efektif dalam mengurangi nyeri (Reece & Barbieri 2009).
2.1.8 Diagnosis Dismenore Primer Anamnesis yang diperlukan mencakup usia saat terjadinya menarche, keteraturan menstruasi, lamanya periode menstruasi, perkiraan perdarahan yang terjadi, perdarahan di antara siklus menstruasi dan beratnya nyeri. Disamping itu juga hubungannya dengan aktivitas fisik dan sosial, serta riwayat seksualitas sebelumnya. Nyeri yang terjadi harus dijelaskan mengenai tipe, lokasi, penjalaran, dan hubungannya dengan gejala lain. Nyeri kram di perut bawah dan menjalar ke arah paha dan daerah pinggang merupakan gejala yang tersering.Sakit kepala, mual, konstipasi atau diare, dan muntah kadang dapat terjadi. Karakteristik nyeri dijumpai pada hari pertama dari menstruasi, bersamaan dengan keluarnya darah menstruasi. Gejala puncak dalam 24 jam dan menghilang setelah 2 hari. Pemeriksaan laboratorium dan radiologis tidak dibutuhkan dalam mendiagnosis dismenore primer. Pemeriksaan yang mendetail hanya dilakukan bila dari gejala klinis disangkakan suatu dismenore sekunder (Alfrianne, 2008). 2.1.9 Penanganan 1.
Penerangan dan nasehat
Menjelaskan pada penderita bahwa dismenore primer ini adalah gangguanhaid yang tidak berbahaya bagi kesehatan secara umum atau kasekatanreproduksi secara khusus.Lalu memberikan nasehat mengenai makanan danpola hidup sehat dan bila perlu psikoterapi.
2.
Pemberian obat analgetik Obat analgetik diberikan sebagai terapi simptomatik.Obat analgetik adalahpreparat
kombinasi aspirin, fenasetin dan kefein. Obat-obat paten yang beredardipasaran antara lain movalgin, ponstan, acet-aminopen dan sebagainya. 3.
Terapi hormonal Tujuannya untuk menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat sementara, dapatdiberikan salah
satu jenis pil kombinasi kontrasepsi. 4.
Terapi
NSAIDS
(
Non-Steroid-Anti-Inflammatory
Drugs/
Obat
non-steroidanti
prostaglandin) NSAIDS ini sering digunakan dan memegang peranan penting terhadap dismenore primer. Termasuk disini nexproxen dan ibuprofen. Pengobatan hendaknya diberikan sebelum haid dimulai satu sampai tiga hari sebelum haid dan pada hari pertama haid. 5.
Dilatasi kanalis servikalis Dapat memberi keringanan kerena memudahkan pengeluaran darah haid danprostaglandin
didalamnya ( Wiknjosastro, 2007). 2.2 Menarche 2.2.1 Definisi Menarche
Menarche adalah siklus menstruasi pertama sekali yang dialami wanita, yang merupakan ciri kedewasaan seorang wanita yang sehat dan tidak hamil (Anugroho,2008). Hari mulainya perdarahan dinamakan hari pertama siklus. Menstruasi ialah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus yang disertai pelepasan endometrium. Panjang siklus menstruasi ialah jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan mulainya haid berikutnya. Panjang siklus menstruasi yang normal atau dianggap sebagai siklus menstruasi yang klasik adalah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas. Panjang siklus menstruasi dipengaruhi oleh usia seseorang. Rata-rata panjang siklus menstruasi pada gadis usia 12 tahun adalah 25,1 hari, pada wanita usia 43 tahun adalah 27,1 hari dan pada wanita usia 55 tahun adalah 51,9 hari. Panjang siklus yang biasa pada manusia adalah 25-32 hari, dan kira-kira 97% wanita yang berovulasi siklus menstruasi berkisar antara 18-42 hari. Jika siklusnya kurang dari 18 hari atau lebih dari 42 hari dan tidak teratur, biasanya siklus tersebut tidak berovulasi. Lamanya menstruasi biasanya antara 3-5 hari, ada yang 1-2 hari diikuti darah yang sedikit-sedikit kemudian, dan ada yang sampai 7-8 hari. Pada setiap wanita biasanya lama menstruasi itu tetap. Jumlah darah yang keluar rata-rata 33,2 ± 16 cc (Karis, 2011). Menurut Misaroh & Proverawati (2009), menstruasi mempunyai kisaran waktu tiap siklus sekitar 28-35 hari setiap bulannya. Siklus menstruasi terdiri dari 4 fase yaitu: a.
Fase Menstruasi Fase menstruasi yaitu peristiwa luruhnya sel ovum matang yang tidak dibuahi bersamaan
dengan dinding endometriumyang robek, dapat diakibatkan juga karena berhentinya sekresi hormon estrogen dan progesteron sehingga kandungan hormon dalam darah menjadi tidak ada.
b.
Fase Proliferasi atau fase Folikuler
Fase prolifersi ditandai dengan menurunnya hormon progesteron sehingga memacu kelenjar hipofisis untuk mensekresikan FSH dan merangang folikel dalam ovarium, serta dapat membuat hormon estrogen diproduksi kembali. Sel folikel berkembang menjadi folikel de Graaf yang masak dan menghasilkan hormon estrogen yang merangsang keluarnya LH dari hipofisis. Estrogen dapat menghambat sekresi FSH tetapi dapat memperbaiki dinding endometrium yang robek. c. Fase Ovulasi atau fase Luteal Fase ovulasi ditandai dengan sekresi LH yang memacu matangnya sel ovum pada hari ke-14 sesudah menstruasi 1. Sel ovum yag matang akan meninggalkan folikel dan folikel akan mengkerut dan berubah menjadi corpus luteum. Corpus luteum berfungsi untuk menghasilkan hormon progesterone yang berfungsi untuk mempertebal dinding endometrium yang kaya akan pembuluh darah. d. Fase pasca ovulasi atau fase Sekresi Fase sekesi ditandai dengan corpus luteum yang mengecil dan menghilang dan berubah menjadi corpus albicans yang berfungsi untuk menghambat sekresi hormon estrogen dan progesteron sehingga hipofisis aktif mensekesikan FSH dan LH. Sekresi progesteron yang terhenti menyebabkan penebalan dinding endometrium akan terhenti sehingga menyebabkan endometrium mongering dan robek, maka terjadi fase perdarahan atau menstruasi. 2.2.2 Usia Menarche Menarche atau menstruasi pertama dimulai saat puberitas dan kemampuan seorang wanita untuk mengandung anak atau masa reproduksi. Menstruasi dimulai antara usia 12-15 tahun, tergantung pada berbagai faktor seperti kesehatan wanita, status nutrisi dan berat tubuh relatif terhadaptinggi tubuh (Progestian, 2010).
Statistik menunjukkan bahwa usia menarche dipengaruhi faktor keturunan, keadaan gizi, dan kesehatan umum. Semmel Weiss menyatakan bahwa 100 tahun yang lalu usia gadis-gadis Vienna pada waktu menarche berkisar antara 15-19 tahun. Sekarang usia gadis remaja pada waktu menarche bervariasi lebar, yaitu antara 10-16 tahun tetapi rata-rata 12,5 tahun. Berdasarkan hasil penelitian di Indonesia pada tahun 1932 rata-rata usia menarche adalah 15 tahun, pada tahun 1948 rata-rata usia menarche 14,63 tahun, tahun 1976 rata-rata usia menarche sebesar 13,58 tahun dan pada tahun 1992 rata-rata usia menarche adalah 12,69 tahun (Ratna ningsih , 2011). Usia menarche seorang remaja dapat diklasifikasikan menjadi: Cepat
: ≤ 12 tahun
Ideal
: antara 13-14 tahun
Terlambat
: > 14 tahun (Desi Nataria,2011)
2.2.3 Faktor yang Berhubungan dengan Usia Menarche Beberapa hasil penelitian terdahulu menunjukkan adanya penurunan usia menarche yang diduga berhubungan dengan faktor endogen yaitu genetik dan faktor eksogen, yaitu status sosial ekonomi keluarga, status gizi, keadaan keluarga, tempat tinggal, kegiatan fisik dan keterpaparan terhadap media massa orang dewasa. Lingkungan sosial budaya juga bekerja secara simultan menjadi pendukung percepatan usia menarche remaja, yaitu lingkungan rumah tangga; lingkungan pendidikan formal dan lingkungan peer group. Dalam lingkungan rumah tangga, faktor dominan yang menentukan seperti pola konsumsi nutrisi, media komunikasi dan proses sosialisasi; dalam lingkungan pendidikan formal yaitu proses sosialisasi pengetahuan formal sekolah dan non formal; sementara itu dalam lingkungan peer group pola konsumsi nutrisi, media komunikasi serta
sosialisasi dalam lingkungun peer group merupakan faktor- faktor yang mendukung ke arah percepatan usia menarche remaja (Erma, 2010). 2.3
Riwayat Penyakit Keluarga Keluarga memiliki asosiasi yang kuat dengan kesehatan dan penyakit seseorang
melaluihubungan dan dinamika kehidupannya. Keluarga memiliki banyak factor yang meliputi gen, lingkungan, serta gaya hidup. Faktor-faktor tersebut dapat memberikan kunci suatu kondisi medic yang mungkin ada dalam suatu keluarga. Dalam ilmu genetika riwayat keluarga diartikan sebagai terdapatnya factor-faktor genetic dan riwayat penyakit dalam keluarga.riwayat penyakit dalam keluarga dapat mengidentifikasi sesorang dengan resiko lebih tinggi untuk mengalami suatu penyakit yang sering terjadi. Dengan mengetahui salah satu riwayat penyakit keluarga, seseorang dapat melakukan pencegahan serta menurunkan resiko untuk mengalami suatu penyakit tertentu (Rahmawati, 2009). 2.4
Overweight/Obese Overweight dan obesitas mempunyai pengertian yang berbeda. Overweight (kelebihan
berat badan) adalah keadaan dimana BB seseorang melebihi BB normal. Sementara Obesitas (kegemukan) adalah suatu keadaan dimana terjadi penumpukan lemak tubuh yang berlebih, sehingga BB seseorang jauh diatas normal dan dapat membahayakan kesehatan. Kelebihan berat badan atau overweight adalah suatu kondisi dimana perbandingan berat badan dan tinggi badan melebihi standar yang ditentukan. Sedangkan obesitas adalah kondisi kelebihan lemak, baik di seluruh tubuh atau terlokalisasi pada bagian bagian tertentu. Obesitas merupakan peningkatan total lemak tubuh, yaitu apabila ditemukan kelebihan berat badan >20% pada pria dan >25% pada wanita karena lemak. Faktor-faktor penyebab obesitas masih terus
diteliti. Baik faktor lingkungan maupun genetik berperan dalam terjadinya obesitas. Faktor lingkungan antara lain pengaruh psikologi dan budaya. Dahulu status sosial dan ekonomi juga dikaitkan dengan obesitas.Individu yang berasal dari keluarga sosial ekonomi rendah biasanya mengalami malnutrisi. Sebaliknya, individu dari keluarga dengan status sosial ekonomi lebih tinggi biasanya menderita obesitas. Kini diketahui bahwa sejak tiga dekade terakhir, hubungan antara status sosial ekonomi dengan obesitas melemah karena prevalensi obesitas meningkat secara dramatis pada setiap kelompok status sosial ekonomi. Meningkatnya obesitas tak lepas dari berubahnya gaya hidup, seperti menurunnya aktivitas fisik, dan kebiasaan menonton televisi berjam-jam. Faktor genetik menentukan mekanisme pengaturan berat badan normal melalui pengaruh hormon dan neural. Selain itu, faktor genetik juga menentukan banyak dan ukuran sel adiposa serta distribusi regional lemak tubuh (Huriah, 2010). IMT adalah indikator yang dapat diandalkan kegemukan tubuh untuk kebanyakan anakanak dan remaja. Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah nomor yang di hitung dari berat badan anak dan tinggi badan anak. WHO mengenal pasti bahwa obesitas danberat badan berlebihan padaanak-anak telah mencapai tahap endemik di kebanyakan negara-negara industri. Indeks Massa Tubuh (IMT) berasosiasi langsung dengan tahap kegemukan, faktor resiko untuk penyakit jantung, masalah social dan psikososial sertameningkatkan faktor resiko obesitas apabila dewasa muda kelak. IMT digunakan sebagai alat penyaringan untuk mengidentifikasikanmasalah berat badan
yang
mungkin
bagi
anak-anak.
CDC
dan
American
of
Pediatric
(AAP)
merekomendasikan penggunaan BMI untuk penyaringan untuk kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak mulai dari 2 tahun (Siti, 2011). Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut: IMT =
Berat Badan (kg) Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)
Tabel 2.1 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT) berdasarkan Departemen Kesehatan Republik IndonesiaKategori IMT (kg/m Status Kategori IMT (kg/m2) Kekurangan berat Kurussekali <17,0 badantingkat berat Kekurangan berat badan Kurus 17,0 -18,5 tingkat ringan Normal Normal >18,5 – 25,0 Kelebihan berat badan Gemuk/overweight >25,0 – 27,0 tingkat ringan Kelebihan berat badan Obesitas >27,0 tingkat berat 2.5
Remaja Remaja berasal dari kata latin adolescere (kata bendanya adolescentra yang berarti remaja)
yang berarti “tumbuh” atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescence , seperti yang dipergunakan saat ini mempunyai arti yang lebih luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. (Neni, 2010) Definisi remaja menurut buku-buku pediatri adalah bila seorang anak perempuan berusia 10-18 tahun dan anak laki-laki berusia 12-20 tahun. Sedangkan menurut WHO, remaja adalah bila anak (baik perempuan maupun laki-laki) telah mencapai umur 10-18 tahun. Tahap remaja adalah masa transisi antara masa anak dan dewasa. Pada tahap ini terjadi pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan terjadi perubahan psikologik serta kognitif. Untuk tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi biologiknya. Tingkat tercapainya potensi biologik seorang remaja, merupakan hasil interaksi antara faktor genetik dan lingkungan biofisikopsikososial. Pada masa praremaja pertumbuhan lebih cepat daripada masa prasekolah, ketrampilan dan intelektual makin berkembang, senang bermain berkelompok dengan teman yang sama. Anak
perempuan 2 tahun lebih cepat memasuki masa remaja bila dibandingkan dengan anak laki-laki. Pada masa remaja ini terjadi pacu tumbuh berat badan dan tinggi badan yang disebut dengan pacu tumbuh adolesen, terjadi pertumbuhan yang pesat dari alat-alat kelamin dan timbulnya tanda-tanda seks sekunder. Perubahan adalah ciri utama dari proses biologis pada remaja. Perubahan somatik pada remaja bervariasi dalam usia saat mulai dan berakhirnya, tergantung pada masing-masing individu. Terdapat ciri yang pasti dari pertumbuhan somatik pada remaja, yaitu peningkatan massa tulang, otot, massa lemak, kenaikan berat badan, dan perubahan biokimia, yang terjadi pada kedua jenis kelamin baik laki-laki maupun perempuan walaupun polanya berbeda. Pertumbuhan somatik pada remaja melibatkan interaksi antara endokrin dan sistem tulang. Banyak hormon yang mempengaruhi pertumbuhan, termasuk growth hormon, tiroksin, insulin, dan kortikosteroid, leptin, hormon paratiroid, dan kalcitonin.Kelebihan sekresi hormon-hormon ini mengakibatkan maturasi yang cepat, sedangkan defisiensi mengakibatkan maturitas terlambat(Karis, 2011). 2.6
Dampak Dismenore Pada Remaja Dismenore dapat menimbulkan dampak bagi kegiatan atau aktivitas para wanita khususnya
remaja. Menurut Prawirohardjo (2005) dismenore membuat wanita tidak bisa beraktivitas secara normal dan memerlukan resep obat. Keadaan tersebut menyebabkan menurunnya kualitas hidup wanita, sebagai contoh siswi yang mengalami dismenore primer tidak dapat berkonsentrasi dalam belajar dan motivasi belajar menurun karena nyeri yang dirasakan. Menurut Nanthan (2005) yang melaporkan dari 30-60% wanita yang mengalami dismenore primer,sebanyak 7-15% yang tidak pergi ke sekolah atau bekerja. Hal ini didukung Laszlo, et al. (2008) dari 30-90% wanita yang mengalami dismenore, sebanyak 10-20% mengeluh nyeri berat dan tidak dapat bekerja atau tidak dapat bersekolah.
` Dari penelitian tahun 2002 di 4 SLTA di Jakarta yang dilakukan oleh salah satu pakar kesehatan Obstetri dan Ginekologi didapatkan sekitar 74,1% siswi mengalami nyeri haid ringan sampai berat. Sekitar 50% dari wanita yang sedang haid mengalami dismenore dan 10% nya mempunyai gejala yang hebat sehingga memerlukannya istirahat di tempat tidur (Hacker, 2007). Menurut beberapa laporan internasional prevalensi dismenore sangat tinggi dan setidaknya 50% remaja putri mengalami dismenore sepanjang tahun- tahun reproduktif. Suatu studi menyatakan akibat dismenore tersebut sekitar 10% hingga 18%, dismenore adalah penyebab utama absen sekolah dan terganggu aktivitas lain. Hal ini diperkuat oleh penelitian Sulastri (2006) bahwa akibat keluhan dismenore pada remaja putri di Purworejo berdampak pada gangguan aktivitas sehari- hari sehingga menyebabkan absen sekolah < 3 hari.Hasil studi terbaru menunjukan bahwa hampir 10% remaja yang dismenore mengalami absence rate1-3 hari per bulan atau ketidakmampuan remaja dalam melakukan tugasnya sehari- hari akibat nyeri hebat. Hal ini diperkuat oleh Jarret (2006) tingkatan rasa sakit saat menstruasi adalah sakit ringan 47,7% dan sakit berat sebanyak 47%. Selanjutnya untuk menghilangkan rasa sakit, remaja tersebut menggunakan obat sendiri tanpa konsultasi dengan dokter, minum obat analgesik 32,5%, melakukan kompres dengan air panas 34% dan yang tersering melakukan istirahat sekitar 92%. Dismenore juga perlu waspadai jika nyeri haid terjadi terus menerus setiap bulannya dalam jangka waktu yang lama, karena kondisi itu merupakan salah satu gejala endometritis (penyakit kandungan yang disebabkan timbulnya jaringan otot non- kanker sejenis tumor fibroid di luar rahim)(Neni, 2010).
2.7
Kerangka Teori Dismenore didefinisikan sebagai nyeri haid yang sedemikian hebatnya sehingga memaksa
penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidupnya sehari-hari, untuk beberapa jam atau beberapa hari (Desi Nataria, 2011). Ada beberapa Faktor resiko dismenore primer : siklus menstruasi ovulasi, usia menarche, riwayat ibu/saudara perempuan dengan dismenore primer, depresi atau ansietas, merokok dan minum alkohol, overweight ataupun obese.
Dismenore
Menarche
Faktor resiko dismenore primer : 1. Siklus menstruasi ovulasi 2. Usia menarche 3. Riwayat ibu/saudara perempuan dengan dismenore primer 4. Depresi atau ansietas 5. Merokok dan minum alkohol 6. Overweight Ataupun Obese
Primer
Usia 15-25 tahun
sekunder
Usia >25 tahun
Gambar 1. Bagan Kerangka Teori (Novia 2008,dan Febri , Junizar dkk, 2009 )
2.8
Kerangka Konsep Kerangka konsep pada penelitian ini mengacu pada tujuan penelitian dengan variabel
independen riwayat ibu/saudara perempuan dengan dismenore primer, usia menarche, dan overweight ataupun obese sedangkan variabel dependen yaitu dismenore primer. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut di bawah ini:
Usia Menarche
Riwayat ibu/saudara perempuan dengan dismenore primer
Dismenore primer
Seseorang Dengan Overweight Ataupun Obese
Ket :
: Variabel Independen : Variabel Dependen Gambar 2. Bagan Kerangka Konsep
2.9
Hipotesis
1. Ada Hubungan Antara Usia Menarche Dengan Dismenore Primer 2. Ada Hubungan Antara Riwayat Ibu/Saudara Dengan Dismenore Primer 3. Ada Hubungan Antara Overweight/Obese Dengan Dismenore Primer