BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Peguasaan Kosakata 2.1.1 Pengertian Kosakata Dalam kamus arti kosakata adalah pembendaharaan kata. Sedangkan perbendaharaan kata atau kosakata adalah kumpulan kata-kata
yang dimiliki
suatu bahasa dan akan segera mengetahui makna katanya walaupun kata tersebut jarang digunakan lagi baik dalam bahasa lisan maupun tertulis. Dahidi dan Sudjianto (2004) berpendapat bahwa kosakata adalah keseluruhan kata berkenaan dengan suatu bahasa atau bidang tertentu yang ada didalamnya. Bagi anak usia dini merupakan kegiatan yang menyenangkan dapat menambah ilmu pengetahuan yang belum diketahui dan dapat menambah katakata baru. Dapat memperkaya perbendaharaan kata adalah hal yang luar biasa sehingga anak dalam menggunakan kosakata tersebut menjadi lebih terampil (Ruswandi, 2004). 2.1.2 Penguasaan Kosakata Nurgiyantoro (2001) menjelaskan bahwa penguasaan kosakata adalah kemampuan untuk menambah kata yang mudah dipahami oleh anak. Kemampuan menambah kata dapat diperoleh dengan cara membaca, menyimak, menulis, bernyanyi dan berbicara. Kosakata mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan seseorang, terutama dalam berinteraksi terhadap lingkungan. Interaksi yang dilakukan anak misalnya dalam proses pembelajaran di sekolah bersama
11
teman dan guru. Penguasaan kosakata mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan, khususnya fungsi bahasa adalah suatu sarana di dalam berkomunikasi. Pada dasarnya seorang anak tertarik untuk mengenal dan mempelajari katakata baru, apa bila anak mendengar suatu kata baru, maka akan mengulang-ulang hingga hafal. Proses penguasaan kosakata sebenarnya telah dimulai pada anak semenjak masih bayi. Kosakata dapat direspon dengan baik ketika diucapkan orang lain. Oleh karena itu kosakata yang pertama kali dikuasai anak ialah kosakata dengar, kemudian barulah menguasai kosakata bicara Margaret Lynch (dalam David Matsumoto, 2008) mengungkapkan seiring dengan tumbuh kembang anak, bahasa mereka berubah bukan sekedar karena mereka biasa lebih banyak bicara, tapi karena mereka biasa memahami dan menggunakan kata-kata yang semakin kompleks dan dengan cara yang berbedabeda. Saat anak menginjak usia tiga tahun anak mulai menggunakan kalimat yang tersusun dengan baik sesuai dengan aturan bahasa. Anak mulai menggunakan kata saya, kamu dan aku dalam berbicara. Pada usia 3 tahun anak dapat bercakap-cakap pada diri sendiri dengan bahagia, bernyanyi atau bertepuk tangan saat bermain. Secara harfiah anak usia ini mampu menggunakan ratusan kata berbeda dalam percakapannya sehari-hari (Dr. Richard C.Woolfon, 2001).
12
Ada beberapa cara peningkatan penguasaan kosakata pada anak 3 – 4 tahun yang harus dilakukan, diantaranya dengan berlatih belajar kosakata dengan teratur, mempelajari kosakata dengan kartu, mencari arti dalam lirik lagu dan merespon dengan tindakan. 2.1.3
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penguasaan Kosakata
Penguasaan kosakata pada anak dapat dipengaruhi beberapa faktor diantaranya: 1. Faktor Kesehatan Apabila anak berkembang secara sehat maka pertumbuhannya akan sehat pula, sehingga perkembangan bahasa anak akan lebih baik dan penguasaan kosakata akan betambah secara alami. 2. Faktor Intelegensi Intelegensi (daya ingat) anak usia 3 – 4 tahun merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penguasaan kosakata anak karena pada usia ini anak memang mengalami perkembangan bahasa yang sangat pesat karena apa yang dilihat dan didengarkan mudah sekali disimpan dalam pikirannya. 3. Faktor Sosial Ekonomi Keluarga Anak usia 3 – 4 tahun dalam penguasaan kosakata perlu stimulasi, sarana dan bimbingan yang baik. Keluarga yang memiliki status sosial ekonomi lebih baik akan menjadi faktor yang berpengaruh pada penguasaan kosakata anak menjadi lebih baik, dengan catatan keluarga benar-benar memperhatikan perkembangan bahasa anak. 4. Faktor Jenis kelamin dan Hubungan Keluarga
13
Jenis kelamin berpengaruh dalam penguasaan kosakata anak. Anak lakilaki cenderung memiliki kosakata lebih sedikit dibanding perempuan karena anak laki-laki lebih tertutup sedangkan anak perempuan lebih aktif berbicara. Penguasaan kosakata yang baik bagi anak adalah faktor lingkungan keluarga dimana anak itu berada, anak berada didalam lingkungan yang positif dan bebas dari tekanan, menunjukkan sikap dan minat yang tulus pada anak dan melibatkan anak dalam komunikasi (Syamsu Yusuf, 2007). 5. Faktor Lingkungan Sekitar Bayi saat dilahirkan, belum mengetahui apa-apa tentang diri dan lingkungannya. Apa dan bagaimana dia belajar, banyak sekali di pengaruhi oleh lingkungan sosial dimana anak tersebut dilahirkan. Walau begitu, bayi tersebut memiliki potensi untuk mempelajari diri dan lingkungannya. Seorang anak dapat berbicara bahasa Indonesia karena lingkungan sekitar anak menggunakan bahasa Indonesia. Apabila di lingkungan anak menggunakan bahasa Jawa maka otomatis anak tersebut dapat berbahasa jawa. Begitu pula dengan kebiasaan-kebiasaan lain yang dilakukan oleh anak. Anak melakukan kebiasaan-kebiasaan seperti doa sebelum tidur, cuci tangan sebelum makan dan kegiatan yang lainnya dikerenakan lingkungannya juga melakukan kegiatan yang sama.
6. Faktor Masukan
14
Dalam pemerolehan kosa kata, masukan merupakan faktor yang sangat penting. Manusia tidak akan dapat menguasai bahasa bila tidak ada masukan kebahasaan pada anak. Untuk itu, masukan memberikan rangsangan kepada seseorang untuk selajutnya dapat berbahasa. Elemen bahasa yang dikuasai terlebih dahulu oleh anak sebelum anak bisa memproduksi apa pun yang bermakna telah banyak dinyatakan oleh para ahli. Altman (dalam Soenjono, 2000) menyatakan bahwa sejak tujuh bulan dalam kandungan, janin memiliki sistem pendengaran yang telah berfungsi. Setelah bayi lahir akan mendapatkan masukan dari orang-orang sekitar, dia mengembangkan komprehensinya terlebih dahulu. Bahkan komprehensi ini dikatakan lima kali lipat daripada produksinya (Soenjono, 2000). Gorys Kraft (2004) menguraikan tingkat penguasaan kosakata pada anak lebih ditekankan khususnya kesanggupan untuk nominasi gagasan yang konkrit maksudnya anak hanya memerlukan istilah untuk menyebutkan kata-kata secara terlepas dan juga ingin mengetahui semua yang dilihat, didengar dan dirasakan setiap hari. Faktor peranan orang tua, sanak saudara, teman bermain dan guru sangat penting dalam penguasaan kosakata dasar anak.
15
2.2. Metode Bernyanyi 2.2.1 Pengertian Bernyanyi Bernyanyi berasal dari kata “nyanyi”. “Nyanyi” dalam kamus bahasa Indonesia berarti membawakan sebuah lagu, mendendangkan sebuah lagu. Asti (2007) mengemukakan bahwa bernyanyi bagi anak merupakan kegiatan yang menggunakan instrument suara yang dapat menambah pembendaharaan kata serta wawasan mengenai hal-hal yang belum diketahui. Dengan bernyanyi anak-anak akan banyak belajar kosakata baru, yang dapat memperkaya perbendaharaan kosakata dan lebih terampil dalam mempergunakannya. Lain halnya pendapat Widia (2008) yang menyatakan bahwa bernyanyi adalah kegiatan musikal yang pengekspresiannya sangat pribadi karena menggunakan alat musik yang ada pada tubuh manusia serta bersifat langsung dan juga bernyanyi adalah ekspresi natural yang artistik. Pengertian bernyanyi secara keseluruhan dapat diartikan sebagai suatu aktifitas yang mengekspresikan rasa yang ada dalam diri manusia melalui nada,kata-kata dan gerak.
Lagu mempunyai tujuan yang sangat penting,
diantaranya: 1. Untuk merangsang kognitif anak 2. Untuk menidurkan 3. Untuk menghibur pada saat sedih 4. Untuk menciptakan suasana yang menyenangkan, misalnya: pada saat bermain atau saat perayaan ulang tahun. 5. Untuk meningkatkan penguasaan kosakata pada anak.
16
Salah satu cara yang paling efektif dalam menumbuhkan rasa emosional anak adalah dengan nyanyian. Sebab nyanyian merupakan salah satu perwujudan dari bentuk pernyataan atau pesan yang memiliki kekuatan menegakkan hati,wawasan, keindahan, dan rasa estetika hingga dapat membantu anak menumbuh kembangkan segi emosionalnya (Fathur Rasyid, 2010). Bernyanyi adalah kegiatan yang dapat mengeluarkan bunyi secara beraturan dan dengan memperhatikan irama tertentu baik diiringi oleh musik maupun tidak diiringi oleh musik. Menyanyi tanpa diiringi musik berperan melatih kekuatan emosional anak dalam mengembangkan kemampuannya sekaligus mendengarkan musik dalam dirinya (Fathur Rasyid, 2010). Dengan bernyanyi anak akan mengekspresikan perasaan gembira, sedih, bersemangat dan sendu sesuai dengan lirik dalam sebuah nyanyian. 1.2.2 Metode Bernyanyi Pengertian metode menutut kamus adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Metode juga menjadi penentu apakah pengajaran akan berhasil atau bahkan gagal. Oleh karena itu, metode harus benar-benar dikuasai oleh guru. Jika metode pengajaran berhasil diterapkan akan mengantarkan anak untuk mencapai tujuan selanjutnya anak akan mampu meningkatkan kemahirannya sendiri dalam mencapai tujuan yang lebih tinggi. Anak usia dini akan belajar banyak kosakata baru sehingga dari waktu ke waktu dapat memperkaya perbendaharaan kosakata dan lebih terampil dalam berbahasa. Metode bernyanyi adalah suatu metode yang melafalkan suatu kata
17
atau kalimat yang dinyanyikan (Tantranuradi, 2008). Otib Satibi (2005) berpendapat bahwa metode bernyanyi adalah suatu metode yang melakukan pendekatan pembelajaran secara nyata dan mampu membuat anak senang dan gembira melalui ungkapan kata atau nada. Hal ini menekankan pada kata-kata yang dilagukan dengan suasana yang menyenangkan sehingga menciptakan suasana yang menyenangkan pula. Sedangkan manfaat metode bernyanyi yaitu anak menjadi aktif bergerak, meningkatkan rasa percaya diri dan kebanggan pada diri anak, menjalin kedekatan anak dengan pendidik, membantu daya ingat anak khususnya kosakata yang terdapat dalam nyanyian dan merangsang perkembangan otak. Langkah-langkah yang dilakukan dalam metode bernyanyi adalah guru mengetahui pokok materi yang diajarkan, memilih lagu yang mendidik sesuai dengan usia anak, supaya nyanyian lebih disukai anak ciptakan gerakan sesuai dengan nyanyian, lakukanlah nyanyian secara berulang-ulang, mengajukan pertanyaan seputar materi ajar untuk mengukur apakah anak sudah menguasai kosakata dalam nyanyian tersebut. 1.2.3
Jenis-Jenis Nyanyian
Nyanyian yang didengarkan kepada anak usia 3 – 4 tahun sebaiknya memiliki komposisi lagu yang sederhana namun elemen musiknya sangat kaya (nada, ritme, warna suara). Jenis-jenisnya meliputi lagu Folk, trasidonal dan lagu klasik ringan merupakan pilihan yang tepat untuk anak usia ini (Fathur rasyid, 2010). Jenisjenis nyanyian yang diberikan kepada anak cara pembawaannya bisa dilakukan bervariasi misalnya jenis lagu gembira dengan tepuk tangan, membentuk
18
lingkaran, menepuk lutut/ paha. Contoh lahu gembira yang dinyanyikan membentuk lingkaran adalah: Mari Kawan bermain dalam lingkaran Bermain binatang yang ada dihutan Binatang apakah itu..? binatang apakah itu..? (badannya besar, telinganya lebar, belalainya panjang binatang apa namanya..?) Gajah..gajah namanya... Beginilah jalannya... beginilah jalannya... Untuk jenis lagu religi bisa dibawakan saat berdoa misalnya lagu “Bismillah” Bismilah sudah kuucapkan Bila aku mulai kerjakan Setiap amal dan perbuatan Itulah kawan Nabi ajarkan Jenis- jenis nyanyian yang bisa diperdengarkan pada anak banyak sumbernya misalnya dari buku, VCD/ CD, media TV maupun ciptaan dan kreasi guru. Kemampuan guru untuk mengajak anak-anak bernyanyi harus pandai memilih jenis lagu karena ada jenis lagu anak yang justru merusak kemampuan berfikir logis matematis anak. Tidak semua nyanyian cocok bagi perkembangan kecerdasan psikologis anak karena daya kerja otaknya masih terbatas.
19
2.3 Manfaat Bernyanyi Menurut Fathur Rasyid (2010) menyanyi merupakan langkah yang paling tepat dalam pembelajaran anak usia 3 – 4 tahun karena dengan bernyanyi anak lebih mudah menguasai, mempelajari dan
mempraktekan sesuatu yang telah
dipelajarinya. Secara umum kegiatan menyanyi bagi anak-anak lebih berfungsi sebagai aktifitas bermain serta sebagai media untuk penyampaian pesan. Adapun manfaat bernyanyi sebagai berikut: 1. Mendengarkan nyanyian adalah sebagai mengungkapkan pesan yang terkandung didalam lirik tersebut melalui: nada, irama, rasa, dan gerak. Setelah anak menikmati nyanyian tersebut anak akan dapat mengekspresikan dirinya dan menambah kepekaan terhadap ritme, melodi, bunyi musik lainnya. 2. Memiliki rasa senang bernyanyi bersama yaitu lagu yang diberikan kepada anak harus mengandung pesan positif bagi perkembangan otak anak. Lebih baik lagu yang dinyanyikan anak adalah lagu ciptaan sendiri sehingga anak lebih merasa senang dan jika dilakukan secara berulang-ulang maka otaknya akan berkembang dengan baik, karena otak anak pada dasarnya membutuhkan rangsangan. 3. Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan suasana hatinya. Saat mengajarkan anak-anak bernyanyi, nyanyikan lagu-lagu yang anak-anak sukai sehingga mudah memahami lagu dengan benar dan tepat, lebih bagus lagi jika pendidik memperkenalan lagu daerah, pendidik harus menjelaskan sejarah lagu tersebut dan kapan lagu tersebut harus dinyanyikan. Dengan penjelasan pendidik tersebut menambah ilmu pengetahuan anak. Anak yang harus diberi
20
kesempatan untuk mengeskspresikan perasaannya, biasanya kebahagiaan muncul saat anak tersebut sedang bernyanyi. 4. Merasa senang bernyanyi dan belajar bagaimana mengendalikan suara. Belajar bernyanyi membuat perasaan anak senang dan dapat mengendalikan suara, misalnya saat menyanyikan lagu sedih maka suara yang dikeluarkan harus merasa sedih. 5. Nyanyian menambah perbendaharaan kosakata. Anak yang diberikan nyanyian secara terus-menerus akan menambah kosakata baru. Kosakata tersebut dapat berupa warna, binatang, bilangan, bahkan benda disekitar anak contohnya pada lagu “Pelangi”. Kata “merah, kuning, hijau dilangit yang biru” anak belajar tentang berbagai macam warna. “pelangi-pelangi ciptaan Tuhan” anak menjadi tahu bahwa yang menciptakan pelangi adalah Tuhan. Anak juga perlu didengarkan nyanyian-nyanyian religi, misalnya sebelum mulai pembelajaran anak diajak untuk mendengarkan lagu religi dan meminta supaya anak menirukan nyanyian yang didengarnya, sehingga perbendaharaan kosakata religi mereka juga dapat bertambah. Pembelajaran tersebut tidak hanya dilakukan di sekolah saja, namun keluarga juga perlu memberi pembelajaran kepada anak, misalnya mengajak anak bernyanyi saat anak tersebut bangun tidur, sebelum tidur, sebelum berangkat sekolah, menyiram tanaman, atau saat berjalan-jalan. Karena kegiatan tersebut dilakukan secara terus-menerus maka anak akan cepat menangkap isi dalam lagulagu tersebut dan dapat menambah kosakata anak.
21
2.4 Pembelajaran Kosakata dengan Metode Bernyanyi Anak-anak sering melakukan kegiatan yang berulang-ulang menurut irama tertentu, begitulah ketika anak mendengar sebuah nyanyian dengan sendirinya akan menirukan syair-syair yang terdapat pada nyanyian tersebut. Dunia anak adalah dunia yang penuh dengan nyanyian, maka hal ini sangat menarik untuk menjadikan nyanyian sebagai metode pengenalan kosakata baru bagi anak usia 3 – 4 tahun. Mengajarkan bernyanyi pada anak juga secara tidak langsung dapat mengasah kemampuan anak dalam membedakan bunyi huruf dengan jelas dan dapat mengingat huruf, kata bahkan kalimat. (Fathur Rasyid, 2010) Fathur Rasyid (2010) Pembelajaran kosakata yang paling efektif untuk anak usia tiga sampai empat tahun dengan menggunakan cara bernyanyi. Pada usia ini saat belajar bernyanyi anak tidak hanya mengucapkan syairnya, tetapi juga pandai bergaya sebagai bentuk pengekspresian diri. Alangkah baiknya apabila belajar bernyanyi pada usia ini diikuti dengan gerak dan ekspresi. Misalnya anak diajak menyanyikan lagu “Balonku”, anak akan mendapat beberapa kosakata, antara lain: “balonku ada lima” (anak akan mengangkat jari tangannya yang berjumlah 5), “meletus balon hijau.. door..(seketika anak akan berekspresi kaget)”. Anak diajak bernyanyi tentang alam semesta, misalnya “matahari terbenam hari mulai malam” disini anak akan mengetahui apabila matahari mulai terbenam maka hari berganti dari siang menjadi malam. Perkenalkanlah anak usia 3 - 4 tahun dengan nyanyian yang abstrak, tetapi harus dijelaskan kata kata abstrak tadi secara konkret. Misalnya, ketika anak menyanyikan lagu “tik.. tik.. tik.. bunyi hujan di atas genting” berikan penjelasan
22
dan masukkan kepada anak bahwa hujan tidak mempunyai mulut namun dapat mengeluarkan bunyi saat air hujan mengenai genting. Ini dikarenakan adanya getaran yang terjadi saat air hujan menyentuh genting (Fathur Rasyid, 2010). Permainan atau dongeng yang dilagukan baik untuk melatih keterampilan sosial dan koordinasi fisik anak serta perkembangan daya ingatnya. Dongeng yang dinyanyikan akan lebih mudah diingat dari pada diceritakan secara langsung contohnya: cerita si kancil yang nakal akan lebih menarik bagi anak apabila disampaikan dalam bentuk nyanyian. Pada saat kegiatan bernyanyi sebaiknya guru berada di tengah anak-anak untuk turut bernyanyi dan bergerak bersama. Berikanlah bantuan dan petunjuk pada anak bila diperlukan. Apabila terdapat anak yang belum bisa bernyanyi dengan baik, biarkanlah anak tersebut ikut bernyanyi sebisanya jangan sampai diam. 2.5
Kerangka Berfikir Untuk meningkatkan kemampuan kosakata bahasa anak pendidik harus
menciptakan suasana yang menyenangkan, sehingga anak merasa tertarik dalam mengikuti pembelajaran yang dilakukan dikelas dan tidak merasa terbebani. Kemampuan kosakata bahasa anak dapat dikembangkan melalui beberapa metode, namun dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan metode bernyanyi. Bernyanyi bagi anak usia 3 – 4 tahun dapat mengembangkan imajinasi, menghilangkan kecemasan, menimbulkan kepercayaan diri, memperkenalkan keterampilan membantu
dasar seperti menghitung, berbicara, menyimak yang dapat anak
meningkatkan
penguasaan
kosakata.
Oleh
karena
itu
pembelajaran dengan metode bernyanyi dapat meningkatkan kosakata bahasa,
23
dimana anak usia 3 – 4 tahun memiliki kemampuan bahasa yang
dapat
berkembang dengan sangat pesat. Dengan mendengarkan nyanyian anak juga akan terstimulasi daya ingatnya sehingga anak juga akan lebih mudah mengingat apa yang dipelajarinya, selain itu perkembangan motorik anak juga dapat berkembang dengan baik karena pada umumnya anak usia 3 – 4 tahun mengekspresikan perasaannya saat bernyanyi dengan menggunakan gerakan sesuai dengan isi dan makna lagu atau alunan musik pada lagu tersebut. Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa peningkatan penguasaan kosakata anak akan terlihat apabila anak menguasai empat keterampilan bahasa seperti mendengarkan, berbicara, membaca serta menulis. Keterampilan tersebut dapat dikembangkan dengan berbagai metode, namun pada penelitian ini peneliti menggunakan metode bernyanyi.
24
Kondisi Awal (sebelum pembelajaran)
TINDAKAN 9
Guru:
Siswa:
Menggunakan metode bernyanyi tetapi lagu-lagunya sangat minim.
Kurang menguasai kosakata dalam berbahasa.
Peneliti mulai menggunakan metode bernyanyi sebagai pembelajaran.
Siklus I: Bernyanyikan lagu lagu anak secara klasikal tentang tema “alam semesta” dan sub tema “matahari”
Siklus II: KONDISI AKHIR
Penguasaan kosakata bahasa anak usia 3 – 4 tahun meningkat.
Menyanyi lagu anak dengan lengkap dilakukan secara berkelompok dengan tema “alam semesta” dengan sub tema “pelangi”.
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir pada Penelitian Tindakan Kelas
25
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir di atas diharapkan menggunakan metode bernyanyi dapat meningkatkan penguasaan kosakata anak usia 3 – 4 tahun di PAUD Terpadu KB-TK Islam Tarbiyatul Banin II Salatiga Tahun Ajaran 2013/2014. 2.6
Hipotesis Tindakan Hipotesis pada penelitian ini yaitu dengan metode bernyanyi dapat
meningkatkan penguasaan kosakata bahasa anak usia 3 – 4 tahun di PAUD Terpadu KB-TK Islam Tarbiyatul Banin II Salatiga Tahun Ajaran 2013/2014.
26
2.7 Korelasi Antara Penguasaan Kosakata Dengan Metode Bernyanyi Penguasaan kosakata
Mampu mengucapkan kosakata menjadi sebuah kalimat. Ketepatan anak dalam mengucapkan kosakata sesuai dengan lirik pada nyanyian.
Penguasaan kosakata adalah kemampuan untuk menambah kata yang mudah dipahami oleh anak. Metode bernyanyi merupakan salah satu alternatif dalam mengekspresikan apa yang dirasakan, dipikirkan dan diimpikan oleh anak dengan rasa yang menyenangkan sehingga secara tidak langsung dengan bernyanyi dapat meningkatkan penguasaan kosakata anak.
Kegiatannya: bernyanyi lagu anak secara klasikal dengan tema “alam semesta” dan sub tema “matahari” Kegiatannya: lagu anak dengan lengkap dilakukan secara berkelompok dengan tema “alam semesta” dengan sub tema “pelangi”.
Banyak lagu yang dapat dinyanyikan pada tema “alam semesta”, seperti : matahari, bintang, dll.
Metode bernyanyi
1. Anak mampu mengucapkan kosakata menjadi sebuah kalimat. 2. Anak mampu mengucapkan kosakata sesuai dengan lirik pada nyanyian. 3. Anak mampu menguasai banyak kosakata. Gambar 2.2 Bagan Korelasi antara Penggunaan Kosakata dengan Metode Bernyanyi
27
Penguasaan kosakata pada anak dengan metode bernyanyi bertujuan agar anak mampu mengucapkan kosakata menjadi kalimat,
ketepatan anak
mengucapkan kosakata sesuai lirik pada nyanyian. Metode bernyanyi merupakan salah satu alternatif dalam mengekspresikan apa yang dirasakan, difikirkan oleh anak dengan rasa yang menyenangkan sehingga secara tidak langsung bernyanyi dapat menambah kosakata pada anak. Kegiatan bernyanyi dilakukan dengan menggunakan lagu-lagu yang berhubungan dengan pembelajaran inti, sehingga ketika menyampaikan pembelajaran inti anak sudah mengerti maksud, makna dan apa yang harus dilakukan dalam pembelajaran sehingga komunikasi antara guru dan anak didik terjalin harmonis.
28