BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1
Kajian Teori
2.1.1 Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan pengamatan melalui langkah-langkah metode ilmiah dan proses yang dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa terhadap konsep-konsep IPA Menurut Sukarno (dalam Wisudawati & Sulistyowati, 2015), IPA diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang sebab dan akibat kejadian-kejadian yang ada di alam ini. IPA mempelajari tentang alam dari kejadian-kejadian yang sesuai dengan objek, sesuai dengan kenyataan dan pengamatan dapat diterima akal sehat dan obejektif. Menurut Susanto (2013), IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur,
dan
dijelaskan
dengan
penalaran
sehingga
mendapatkan
suatu
kesimpulan. Dalam hal ini khususnya yang mengajar IPA di sekolah dasar, diharapkan mengetahui dan mengerti hakikat pembelajaran IPA, sehingga dalam mendesain dan melaksanakan pembelajaran. Wahaya
(Trianto,
2010)
mengatakan
bahwa
IPA merupakan suatu
kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai adanya kumpulan fakta, tetapi oleh metode atau sikap ilmiah Berdasarkan uraian tesebut maka yang dimaksud dengan hakikat IPA dalam penelitian ini adalah ilmu yang mempelajari tentang alam dari kejadian-kejadian ditandai
adanya
menggunakan
fakta
sesuai
dengan
kenyataan
dan
prosedur sehingga menumbuhkan sikap
merumuskan masalah,
menarik
kesimpulan,
melalui pembelajaran IPA.
7
pengamatan
serta
ilmiah siswa dengan
sehingga mampu berpikir kritis
8
2.1.1.2 Tujuan Pembelajaran IPA Konsep
IPA di sekolah dasar merupakan konsep yang masih terpadu,
karena belum dipisahkan secara tersendiri, seperti mata pelajaran kimia, biologi, dan fisika. Adapun tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar dalam Badan Nasional Standar Pendidikan (BNSP, 2006), sebagai berikut. 1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan tereraturan alam ciptaannya. 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahan konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, kesadaran tentang adanya hubungan yang
saling memengaruhi antara IPA,
lingkungan,
teknologi,
dan
masyarakat. 4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. 5. Meningkatkan kesadaran untuk ikut berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam. 6. Meningkatkan
kesadaran
untuk
menghargai
alam
dan
segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. 7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP.
2.1.1.3 Ruang Lingkup Pembelajaran IPA Berdasarkan KTSP 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), ruang lingkup kajian IPA untuk SD/MI meliputi berbagai aspek. Aspek pada Standar Kompetensi (SK) IPA adalah mahluk hidup dan proses kehidupan, benda, sifatsifat dan kegunaannya, energi dan perubahannya, bumi dan alam semesta. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI merupakan standar minimum yang secara rasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembengan kurikulum disetiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Di sini hanya
9
berfokus pada mata pelajaran IPA. Secara rinci SK dan KD untuk mata pelajaran IPA yang ditunjukkan bagi siswa kelas 3 SD disajikan melalui Tabel 2.1. Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pembelajaran IPA Kelas 3 Semester 2 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 6. Memahami kenampakan permukaan bumi, cuaca dan pengaruhnya bagi manusia, serta hubungannya dengan cara manusia memelihara dan melestarikan alam
6.1 mendeskripsikan kenampakan permukaan bumi di lingkungan sekitar 6.2 Menjelaskan hubungan antara keadaan awan dan cuaca 6.3 Mendeskripsikan pengaruh cuaca bagi kegiatan manusia
6.4 mengidentifikasikan cara dalam memelihara dan melestarikan alam di lingkungan sekitar Sumber: Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi
2.1.2 Pendekatan Inkuiri Menurut Gulo (dalam sari 2010), pendekatan Inkuiri merupakan suatu rangkaian belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki tentang alam sekitar secara sistematis, kritis, logis dan analisis sehingga mereka dapat merumuskan penemuan dengan penuh percaya diri. Menurut Sanjaya (2011), pendekatan inkuiri adalah rangkaian pembelajaran berbasis
kontektual,
pengetahuan
dan
keterampilan
yang
diperoleh
siswa
diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta yang sudah ada, tetapi dari hasil penemuan sendiri. Menurut Gulo (dalam Anam, 2015), pembelajaran inkuiri suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh rasa percaya diri. Menurut
Burder
&
Byrd
(Suprihatiningrum,
2014)
merupakan
pendendekatan kognitif dalam pembelajaran, yang mana guru menciptakan situasi sehingga siswa dapat belajar sendiri. Siswa belajar melalui keterlibatan aktif dengan konsep dan prinsip-prinsip. Siswa didorong agar mempunyai pengalaman
10
dan melakukan percobaan yang memungkinkan menemukan prinsip-prinsip atau pengetahuan bagi dirinya. Tujuan pembelajaran Inkuiri untuk
mendorong siswa semakin berani
berimajinasi. Dengan imajinasi, siswa dibimbing untuk menciptakan penemuanpenemuan baik penyempurnaan yang telah ada, maupun menemukan ide, gagasan, atau alat yang belum pernah ada sebelumnya. Siswa didorong bukan hanya untuk mengerti materi pelajaran tetapi juga untuk menciptakan penemuan. Berdasarkan uraian tesebut maka yang dimaksud dengan pendekatan inkuiri dalam penelitian ini adalah menempatkan siswa sebagai subjek yang aktif untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analitis. Siswa juga mampu
meningkatkan
rasa
ingin
tahu
agar
mempunyai pengalaman
dan
melakukan percobaan sehingga menemukan pengetahuan bagi dirinya. 2.1.2.1 Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Inkuiri Menurut Sanjaya (2011), kelebihan pendekatan inkuiri adalah 1. Pendekatan
yang
psikomotorik
menekankan
pada
aspek
kognitif,
afektif
dan
secara seimbang, sehingga pembelajaran dengan inkuiri
lebih bermakna 2. Dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka. 3. Merupakan pendekatan yang sesuai dengan perkembangan psikologi modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. 4. Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas ratarata, artinya siswa yang memiliki kemampuan berpikir yang bagus tidak terhambat oleh siswa yang memiliki kemampuan yang lemah dalam belajar. Menurut Anam (2015), kelebihan dari pendekatan inkuiri sebagai berikut: 1. Siswa belajar tentang hal-hal yang penting namun mudah untuk dilakukan, siswa
didorong
untuk
melakukan,
tidak
hanya
duduk
mendengarkan. 2. Tema yang digunakan tidak terbatas, bisa dari berbagai sumber.
diam dan
11
3. Siswa belajar dengan mengarahkan potensi yang mereka miliki, mulai dari kreativitas hingga imajinasi. 4. Melakukan penemuan. Dengan berbagai observasi dan eksperimen dan eksperimen. Menurut Nuryani (2010) Sedangkan kelemahan pendekatan inkuiri sebagai berikut: 1. Pembelajaran dengan inkuiri memerlukan kecerdasan siswa yang tinggi bila siswa kurang cerdas hasil pembelajaran kurang efektif. 2. Memerlukan perubahan kebiasaan cara belajar siswa yang menerima informasi dari guru apa adanya. 3. Guru dituntut mengubah kebiasaan mengajar yang umumnya sebagai pemberi informasi menjadi fasilitator, motivator dan pembimbing siswa dalam belajar. 4. Karena dilakukan secara kelompok maka kemungkinan ada anggota yang kurang aktif 5. Pembelajaran inkuiri kurang cocok untuk pada anak yang usia terlalu muda 6. Cara belajar siswa dalam metode ini menuntut bimbingan guru yang lebih baik. 7. Untuk jumlah kelas yang terlalu banyak sangat merepotkan guru. 8. Pembelajaran akan kurang efektif jika guru tidak menguasai kelas. 2.1.2.2 Langkah-langkah Pendekatan Inkuiri Menurut Susanto (2013), langkah pendekatan inkuiri pada mata pelajaran sains atau IPA di sekolah dasar dapat dikelompokan dalam lima tahap, sebagai berikut: 1. Adanya
kegiatan
merumuskan pertanyaan yang dapat diteliti melalui
percobaan sederhana. Siswa mendapatkan gambaran umum tentang materi hubungan keadaan awan dan cuaca dari guru. Kemudian guru menggali pertanyaan dan siswa menyampaikan pertanyaan-pertanyaan tentang materi hubungan keadaan
12
awan dan cuaca. Setalah menyampaikan pertanyaan guru melemparkan pertanyaan kepada siswa yang lain. 2. Perumusan hipotesis atau membuat prediksi. Siswa
menyampaikan
jawaban
sesuai
pengetahuannya.
Siswa
mendengarkan penjelasan dari guru tentang materi hubungan antara keadaan awan dan cuaca. Setelah itu siswa dibentuk dalam kelompok yang terdiri 45 orang. 3. Merencanakan dan melaksanakan suatu percobaan sederhana. Siswa
dibimbing
oleh
guru melakukan percobaan dan siswa mulai
menyusun rencana sebelum melakukan percobaan menyiapkan apa saja yang akan diamati, bagaimana langkah kerjanya, alat-alat peraga yang akan digunakan dan mulai melakukan percobaan. 4. Mengomunikasikan hasil pengamatan dengan menggunakan data serta peralatan yang digunakan dalam percobaan sederhana. Siswa dibimbing oleh guru dalam menyiapkan laporan akhir pada lembar kerja siswa dan siswa mengumpulkan informasi saling bertukar pikiran dengan anggota. 5. Menyimpulkan hasil pengamatan dan eksperimen yang telah dilakukan. Setelah
selesai menyiapkan
laporan
akhir,
siswa menyimpulkan dan
perwakilan kelompok mempresentasikan di depan kelas dengan bimbingan guru. Siswa lain diberi kesempatan untuk menanggapi. Menurut Hamalik (Wisudawati & Sulistyowati (2015:82) langkah-langkah pendekatan inkuiri sebagai berikut. 1. Mengajukan pertanyaan terhadap suatu gejala alami. Guru menggali pertanyaan dan siswa mulai menyampaikan pertanyaanpertanyaan tentang materi hubungan keadaan awan dan cuaca. 2. Merumuskan masalah Siswa mulai mencari tahu apa hubungan keadaan awan dan cuaca 3. Menyusun hipotesis Siswa menyampaikan jawaban sesuai dengan pengetahuan. Setelah itu siswa dibentuk dalam kelompok.
13
4. Perancangan pendekatan investigatif dalam bentuk eksperimen Siswa menyusun rencana sebelum melakukan percobaan menyiapkan apa saja yang diamati, bagaimana langkah kerjanya dan alat-alat peraga yang digunakan 5. Melakukan eksperimen Siswa mulai melakukan percobaan menggunakan alat peraga yang telah disediakan guru. 6. Menyintesis pengetahuan Siswa mengumpulkan informasi dan saling bertukar informasi dengan anggota kelompok temuanya dalam laporan akhir. 7. Memiliki sikap ilmiah Setelah menyiapkan laporan akhir kemudian siswa menyimpulkan dan mempresntasikan di depan kelas. Siswa lain diberi kesempatam untuk menanggapi. Menurut Gulo (dalam Trianto, 2007) 1.
Mengajukan Permasalahan Siswa menyampaikan pertanyaan-pertanyan tentang materi hubungan keadaan awan dan cuaca
2.
Merumuskan hipotesis Siswa menjawab pertanyaan sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki.
3.
Melakukan pengumpulan data Kemudian siswa membentuk kelompok, mulai menyusun rencana untuk melakukan percobaan (proses terjadinya hujan, bagaimana langkahlangkahnya dan mempersiapkan alat-alat peraga yang diperlukan) dan mulai melakukan percobaan dengan bimbingan guru.
4.
Menganalisis data Setelah melakukan percobaan, kemudian siswa dan kelompok saling bertukar informasi untuk menyiapkan laporan akhir.
5.
Membuat kesimpulan Setelah menyiapkan laporan akhir, kemudian siswa mengimpulkan hasil percobaan untuk dipresentasikan.
14
Ringkasan umum
langkah-langkah
kemudian
guru
pendekatan
menggali
inkuiri siswa diberi gambaran
pertanyaan
dan
siswa
menyampaikan
pertanyaannya, menyampaikan jawaban sesuai pengetahuannya dan membagi siswa dalam kelompok, menyusun rencana sebelum melakukan percobaan, menyiapkan
laporan
akhir,
menyimpulkan
laporan
akhir
dan
mempresentasikannya. Berdasarkan uraian maka yang dimaksud langkah-langkah pendekatan inkuiri adalah merupakan kegiatan pembelajaran inkuiri yang disederhanakan berdasarkan langkah-langkah yang ada dalam pembelajaran inkuiri. Dengan langkah tersebut diharapkan pembelajaran IPA di sekolah dasar dapat terlaksana sebagaimana pembelajaran bermakna dan dapat mempengaruhi siswa dalam bersikap seperti halnya sikap ilmuan dalam pembelajaran IPA.
2.1.3 Hasil Belajar Menurut Abror (dalam Arlis 2010), hasil belajar adalah perubahan keterampilan dan kecakapan,
kebiasaan
sikap,
pengertian, pengetahuan, dan
apresiasi, yang dikenal dengan istilah kognitif, afektif, dan psikomotor melalui perbuatan belajar. Menurut Majid (2014:28) hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat penilaian guru. Hasil belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak pengiringan. Kedua dampak tersebut bermakna bagi guru dan siswa. Menurut Woordworth (dalam Majid
2014), hasil belajar merupakan
perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar. Hasil belajar adalah kemampuan aktual yang diukur secara langsung. Hasil pengukuran belajar inilah akhirnya akan mengetahui seberapa jauh tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah dicapai. Menurut Sudjana (2005) hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa. Hasil
15
belajar siswa pada hakikatnya merupakan perubahan tingkah laku setelah melalui proses belajar mengajar. Menurut Reigeluth (dalam Suprihatiningrum, 2014), hasil belajar dipakai sebagai pengaruh yang memberikan suatu ukuran nilai dari metode alternatif dalam kondisi yang berbeda. Hasil belajar suatu kinerja untuk petunjuk suatu kemampuan yang telah diperoleh. Hasil belajar selalu dinyatakan dalam bentuk tujuan (khusus) perilaku (unjuk kerja). Menurut K.Brahim (dalam Susanto, 2013) Hasil belajar adalah tingkat keberhasilan
siswa
dalam
mempelajari
materi
pelajaran
disekolah
yang
dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu. Menurut Sukmadinata (2009:179), hasil belajar bukan hanya berupa penguasaan pengetahuan, tetapi juga kecakapan dan keterampilan dalam melihat, menganalisis dan memecahkan masalah, membuat rencana dan mengadakan pembagian kerja. Dengan demikian aktivitas dan produk yang dihasilkan dari aktivitas belajar ini mendapatkan penilaian. Penilaian tidak hanya dilakukan secara tertulis, tetapi juga secara lisan dan penilaian perbuatan. Menurut Damyati & Mudjiono (2013) hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam bentuk angka-angak pada setiap akhir pembelajaran. Nilai yang diperoleh siswa menjadi acuan untuk melihat penguasaan siswa dalam menerima materi pelajaran. Berdasarkan uraian maka dimaksud dengan hasil belajar dalam penelitian ini adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa sehingga pada akhirnya akan menghasilkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil belajar yang digunakan untuk guru mengukur tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah tercapai dalam bentuk angka-angka yang diperoleh dari hasil tes.
16
2.2
Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Sari (2012). Dengan
menggunakan pendekatan dalam pembelajaran dapat meningkatkan guru.
Hal
keterampilan
ini
keterampilan
dapat dilihat dari hasil pengamatan guru diperoleh jumlah skor
guru dan dapat mengetahui respon siswa dalam pembelajaran IPA.
Melalui pendekatan inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar dari persentase ketuntasan siklus I dengan persentase 33, siklus II dengan persentase 60% menjadi 75% pada siklus III. Penelitian yang dilakukan oleh Koida (2014) menggunakan pendekatan inkuiri dalam pembelajaran, dapat menyalurkan pesan dan maksud kepada siswa dan dapat merangsang pikiran, perasaan serta perhatian siswa sehingga proses pembelajaran terjadi. Penelitian tindakan kelas dilakukan dalam dua siklus. Pada siklus I persentase ketuntasan dengan 50 dan siklus II mengalami peningkatan klasikal yaitu 95%. Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Prasetyo (2010) penggunaan pendekatan
inkuiri
dapat
meningkatkan
prestasi
belajar
siswa.
Dengan
menggunakan alat peraga benda-benda nyata meningkatkan respon siswa dalam pembelajaran
sehingga
berminat
dan
siswa
juga
berperan
aktif
dalam
pembelajaran. Menurut Dalila & Koloibas (2009) hasil penelitian pembelajaran IPA menggunakan pendekatan inkuiri lebih efektif dan memberi bimbingan pada siswa. Berdasarkan
penelitian-penelitian
terdahulu,
ternyata pendekatan inkuiri
dapat meningkatkan hasil belajar siswa dari prasiklus sampai siklus III.
2.3
Kerangka Berpikir Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar suatu lingkungan belajar. Proses belajar dan mengajar IPA di SD Negeri Kebumen 01 Kecamatan Kalibiru, siswa lebih banyak pasif atau mendengarkan penjelasan guru. Pendekatan yang digunakan masih menggunakan metode konvensional yaitu guru menjelaskan di depan kelas dan siswa
17
mendengarkan
mendengarkan
penjelasan
dari
guru,
guru
menanyakankan
kesulitan siswa tidak ada yang bertanya. Kemudian siswa mengerjakan latihan. Pembelajaran seperti ini masih kurang bervariasi sehingga peran guru lebih dominan yang menyebabkan siswa kurang terlibat dalam pembelajaran. Model pembelajaran masih kurang menarik, sehingga berpengaruh pada hasil belajar siswa. Keadaan ini akan diperbaiki dengan melibatkan siswa dalam pembelajaran agar hasil belajar siswa meningkat dengan menggunakan pendekatan inkuiri. Pendekatan inkuiri merupakan suatu rangkaian belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki tentang alam sekitar secara sistematis, kritis, logis dan analisis sehingga dapat merumuskan penemuan dengan penuh percaya diri. Penerapan pendekatan pembelajaran ini dimuali dari siswa mendapat gambaran umum tentang materi, kemudian guru menggali pertanyaan dan siswa menyampaikan pertanyaanpertanyaan, guru melemparkan pertanyaan tersebut kepada siswa yang lain. Siswa menjawab
pertanyaan
sesuai pengetahuannya,
guru
memberikan
penjelasan
tentang materi, siswa dibentuk dalam kelompok. Menyusun rencana sebelum melakukan percobaan dan siswa mulai melakukan percobaan dengan alat peraga yang sudah disediakan. menyiapkan laporan akhir dalam lembar kerja siswa dan siswa saling bertukar pikiran dengan anggota kelompok. Menyimpulkan dan perwakilan kelompok mempresentasi ke depan kelas, kelompok lain diberi kesempatan memberi tanggapan. Pembelajaran dengan pendekatan inkuiri akan meningkatkan hasil belajar siswa serta mengembangkan kemampuan siswa untuk menemukan
sendiri jawaban
dari suatu
kerangka berpikir dalam bentuk Gambar 2.1.
permasalahan.
Penjelasan langkah
18 Pembelajaran Konvensional Hasil Belajar KKM ≤ 70
SK 6 Memahami kenampakan permukaan bumi, cuaca dan pengaruhnya bagi manusia, serta hubungannya dengan cara manusia memelihara dan melestarikan alam
Pendekatan inkuiri
Siswa mendapat gambaran umum tentang materi, guru menggali pertanyaan dan siswa menyampaikan pertanyaan-pertanyaan, guru melemparkan pertanya kepada siswa yang lain Siswa menyampaikan jawaban sesuai pengetahuannya, guru menjelaskan materi dan siswa dibagi dalam kelompok
menyusun rencana sebelum melakukan percobaan bagaimana langkahnya dan alat peraga dan siswa mulai melakukan percobaan dengan alat peraga yang disediakan
Menyusun bertukaran kelompok
laporan akhir dan saling informasi dengan anggota
Menyimpulkan informasi dan mempresentasikan di depan kelas, kemudian kelompok lain diberi kesempatan memberi tanggapan Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir
Pengukuran Hasil Belajar
Tes
Hasil Belajar KKM ≥ 70
19
2.4 Hipotesis Tindakan Hipotesis Tindakan yang diajukan dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar IPA diduga dapat diupayakan melalui pendekatan inkuiri siswa kelas 3 SD Negeri Kebumen 01 Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang semester II tahun pelajaran 2015/2016.