BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Metode Scramble 1.
Pengertian metode scramble Harjasurjana dan Mulyati dalam Rahayu (2007) “Mengemukakan bahwa Istilah
“Scramble” di pinjam dari bahasa inggris yang berarti perbuatan, pertarungan, perjuangan.” Istilah ini digunakan untuk sejenis permainan kata, dimana permainan menyususn hurufhuruf yang telah diacak susunannya menjadi suatu kata yang tepat . Yang dimaksud dengan scramble adalah sebuah permainan yang dapat dilakukan oleh 2 atau 4 orang dalam satu kelompok, dalam permaiana tersebut para pemainnya harus menyusun kembali kata-kata dari huruf-huruf, kalimat dari kata-kata, dan wacana dari potongan kalimatkalimat yang susunannya telah diacak terlebih dahulu. Teknik ini digunakan untuk sejenis permainan anak-anak. Melalui permainan ini, anak-anak berlomba untuk menyusun kalimat dari kata-kata yang tersedia. Permainan ini dapat melatih anak-anak untuk aktif. Scramble berasal dari bahasa Inggris yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti perebutan, pertarungan, perjuangan. Seperti yang diungkapkan oleh Fadmawati (2009) pembelajaran metode scramble adalah pembelajaran secara berkelompok dengan mencocokkan kartu pertanyaan dan kartu jawaban yang telah disediakan sesuai dengan soal, sedangkan Soeparno (1998:60) berpendapat bahwa metode scramble adalah salah satu permainan bahasa, pada hakikatnya permainan bahasa merupakan suatu aktifitas untuk memperoleh keterampilan tertentu dengan cara menggembirakan. Scramble merupakan metode mengajar dengan membagikan lembar soal dan lembar jawaban yang disertai dengan alternatif jawaban yang disediakan. Siswa diharapkan mampu mencari jawaban dan cara penyelesaian dari soal jawaban yang ada. Dijelaskan juga oleh Daud, (2010) bahwa istilah scramble berasal dari bahasa inggris yang berarti “perebutan, pertarungan, perjuangan” scramble dipakai untuk jenis permainan anakanak yang merupakan latihan pengembangan dan peningkatan wawasan pemikiran kosakata. Sesuai dengan sifat jawabannya scramble terdiri atas bermacam-macam bentuk yakni:
4
5
a.
Scramble Kata Yakni sebuah permainan menyusun kata-kata dan huruf-huruf yang telah
dikacaukan letaknya sehingga membentuk suatu kata tertentu yang bermakna misalnya: Alpjera = Pelajar b.
Scramble Kalimat Yakni sebuah permainan menyusun kalimat dari kata-kata acak. Bentuk kalimat
hendaknya logis, bermakna, tepat, dan benar contohnya: pergi – akan – saya –ke – Bandung = Saya akan pergi ke Bandung c.
Scramble wacana Yakni sebuah permainan menyusun wacana logis berdasarkan kalimat-kalimat acak.
Hasil susunan wacana hendaknya logis, bermakna. Melalui pembelajaran metode scramble, siswa dapat dilatih berkreasi menyusun kata, kalimat, atau wacana yang acak susunannya dengan susunan yang bermakna dan mungkin lebih baik dari susunan aslinya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode scramble berbentuk permainan acak kata, kalimat, atau paragraf. Pembelajaran metode scramble adalah sebuah metode yang menggunakan penekanan latihan soal berupa permainan yang dikerjakan secara berkelompok. Dalam metode pembelajaran ini perlu adanya kerja sama antar anggota kelompok untuk saling membantu teman sekelompok untuk dapat berfikir kritis sehingga dapat lebih mudah mencari penyelesaian soal. Metode permainan ini diharapkan dapat memacu hasil belajar siswa dalam pelajaran IPS. 2.
Prosedur (langkah-langkah) Pembelajaran dengan Metode Scramble Pembelajaran metode scramble, memiliki kesamaan dengan model pembelajaran
lainnya, siswa dikelompokkan secara acak berdasarkan kemampuan tinggi, sedang, dan rendah, atau jika memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda-beda. Pernyataan ini diungkapkan oleh Lestari (2009). Seperti yang dipaparkan oleh Anitah (2010) metode pembelajaran scramble dapat dilakukan seorang guru dengan langkah-langkah berikut : a.
Guru menyiapkan sebuah wacana, kemudian keluarkan kalimat-kalimat yang terdapat dalam wacana tersebut ke dalam kartu-karu kalimat.
6
b.
Guru membuat kartu soal beserta kartu jawaban yang diacak nomornya sesuai materi bahan ajar teks yang telah dibagikan sebelumnya dan membagikan kartu soal tersebut.
c.
Siswa dalam kelompok masing-masing mengerjakan soal dan mencari kartu soal untuk jawaban yang cocok, sebelumnya jawaban telah di acak sedemikian rupa.
d.
Siswa di haruskan dapat menyusun kata jawaban yang telah tersedia dalam waktu yang telah ditentukan. Setelah selesai mengerjakan soal, hasil pekerjaan siswa dikumpulkan dan dilakukan pemeriksaan. Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
pembelajaran metode scramble ini adalah model pembelajaran kelompok yang membutuhkan kreativitas serta kerjasama siswa dalam kelompok. Metode ini memberi sedikit sentuhan permainan acak kata, dengan harapan dapat menarik perhatian siswa. 3.
Kekurangan dan kelebihan metode Scramble
a)
Kelebihan Metode Scramble
1)
Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya, setiap anggota kelompok harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama, setiap anggota kelompok harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya, setiap anggota kelompok akan dikenai evaluasi, setiap anggota kelompok berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya, dan setiap anggota kelompok akan diminta pertanggung jawaban secara individual materi yang ditangan dalam kelompok, sehingga dalam teknik ini setiap siswa tidak ada yang diam karena setiap individu di kelompok diberi tanggung jawab akan keberhasilan kelompoknya.
2)
Metode pembelajaran ini akan memungkinkan siswa untuk belajar sambil bermain. Mereka dapat berekreasi sekaligus belajar dan berfikir, mempelajari sesuatu secara santai dan tidak membuatnya stres atau tertekan.
3)
Selain untuk menimbulkan kegembiraan dan melatih keterampilan tertentu, metode scramble juga dapat memupuk rasa solidaritas dalam kelompok.
4)
Materi yang diberikan melalui salah satu metode permainan ini biasanya mengesankan dan sulit untuk dilupakan.
7
5)
Sifat kompetitif dalam metode ini dapat mendorong siswa berlomba-lomba untuk maju.
b)
Kekurangan metode sramble antara lain:
1)
Pembelajaran ini terkadang sulit dalam merencanakannya, oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
2)
Terkadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
3)
Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka pembelajaran ini akan sulit di implementasikan oleh guru.
4)
Metode permainan seperti ini biasanya menimbulkan suara gaduh. Hal tersebut jelas akan menggangu kelas yang berdekatan.
2.1.2 Hasil Belajar 1.
Pengertian Belajar Pengertian belajar dapat ditemukan dalam berbagai sumber atau literature. Meskipun
kita melihat ada perbedaan-perbedan di dalam rumusan pengertian belajar tersebut dari masing-masing ahli, namun secara prinsip kita menemukan kesamaan-kesamaannya. Burton, dalam sebuah buku “The Guidance of Learning Avtivities”, merumuskan pengertian belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam buku Educational Psychology, H.C. Witherington, mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian atau suatu pengertian. Dalam sebuah situs tentang pengertian belajar, Abdillah (2002) mengidentifikasi sejumlah pengertian belajar yang bersumber dari para ahli pendidikan/pembelajaran. James O. Whittaker mengemukakan belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya. Dalam kesimpulan yang dikemukakan Abdillah (2002), belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan
8
tingkahan laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu. Dari beberapa pengertian tentang belajar yang dikemukakan oleh beberapa ahli pada intinya bahwa belajar merupakan suatu proses yang dilakukan oleh seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya dan terjadinya perubahan perilaku yang ditunjukkan dari hasil belajar itu. Tetapi proses usaha itu harus dilakukan secara sengaja dan sadar karena terdapat perubahan tingkahlaku seseorang yang bukan dari hasil peristiwa yang disengaja. oleh karna itu tidak setiap perubahan dalam individu merupakan berubahan dalam arti belajar. 2.
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yaitu:
a)
Faktor Internal Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar.
1)
Faktor jasmaniah
(a) Faktor kesehatan Sehat berarti dalam kesdaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya/ bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. (b) Cacat tubuh Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/ badan. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu. Jika hal itu terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu. 2)
Faktor psikologis
(a) Inteligensi Menurut J.P. Chaplin inteligensi adalah: (1) The ability to meet and adapt to novel situations quickly and effectively. (2) The ability to utilize abstract concepts effectively. (3) The ability to grasp relationships and to learn quickly Jadi inteligensi itu adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif
9
mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat inteligensi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada yang mempunyai tingkat inteligensi yang rendah. (b) Perhatian Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada suatu obyek atau sekumpulan obyek. (c) Minat Hilgard merumuskan tentang minat adalah sebagai berikut: interest is persisting tendency to pay attention to and enjoy some activity or content. Minat adalah kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan dan memegang beberapa kegiatan. (d) Bakat Bakat atau aptitude menurut Hilgard adalah the capacity to learn. Dengan perkataan lain bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Orang yang berbakat mengetik, misalnya akan lebih cepat dapat mengetik dengan lancar dibandingkan dengan orang lain yang kurang/ tidak berbakat di bidang itu. Dari uraian di atas bahwa bakat itu mempengaruhi belajar. Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajarnya itu. Adalah penting untuk mengetahui bakat siswa dan menempatkan siswa belajar di sekolah yang sesuai dengan bakatnya. (e) Motif Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau padanya mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan/menunjang belajar. Motif-motif diatas dapat ditanamkan kepada diri siswa dengan cara memberikan latihan-latihan/kebiasaan-kebiasaan yang kadang-kadang juga dipengaruhi oleh keadaan lingkungan.
10
(f)
Kematangan Kematangan adalah suatu tingkat/ fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-
alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Misalnya anak dengan kakinya sudah siap untuk berjalan, tangan dengan jari-jarinya sudah siap untuk menulis, otaknya sudah siap untuk berpikir abstrak. (g) Kesiapan Kesiapan atau readiness menurut Jamies Drever adalah: preparedness to respond or react. Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi response atau beraksi. Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu di perhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik. 3)
Faktor kelelahan Kelelahan dibedakan menjadi dua yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani
(bersifat psikis). Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah gemulainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelemahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala dengan pusing-pusing sehingga sulit untuk berkonsentrasi, seolah-olah otak kehabisan daya untuk bekerja. Dari uraian diatas dapatlah dimengerti bahwa kelelahan itu mempengaruhi belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya. Sehingga perlu diusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan. b)
Faktor-faktor Ekstern Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga
faktor yaitu: 1)
Faktor Keluarga Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua
mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.
11
(a) Cara orang tua mendidik Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar anaknya. Hal ini jelas dan dipertegas oleh Sutjipto Wirowidjojo dengan pertanyaannya yang menyatakan bahwa: keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara, dan dunia. (b) Relasi antaranggota keluarga Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya atau dengan anggota keluarga yang lain pun turut mempengaruhi belajar anak. Wujud relasi itu misalnya: apakah hubungan itu penuh dengan kasih sayang dan pengertian, ataukah diliputi oleh kebencian, sikap yang terlalu keras, ataukah sikap yang acuh tak acuh. (c) Suasana rumah Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga di mana anak berada dan belajar. Suasana rumah juga merupakan faktor yang penting yang tidak termasuk faktor yang di sengaja. Suasana rumah yang gaduh atau ramai dan semeraut tidak akan memberi ketenangan kepada anak yang belajar. Suasana tersebut dapat terjadi pada keluarga yang besar yang terlalu banyak penghuninya. (d) Keadaan ekonomi keluarga Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, misal makan, pakaian, perlindungan kesehatan, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, dan buku-buku. (e) Pengertian orang tua Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah. Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberi pengertian dan mendorongnya, membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak di sekolah. Kalau perlu menghubungi guru anaknya, untuk mengetahui perkembangannya.
12
(f)
Latar belakang kebudayaan Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak
dalam belajar. Perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak untuk belajar. 2)
Faktor Sekolah Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar,
kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pembelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. a)
Metode mengajar Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui di dalam mengajar.
Mengajar itu sendiri menurut Ulih Bukit Karo-Karo adalah menyajikan bahan pelajaran oleh orang lain kepada orang lain agar orang lain itu menerima, menguasai dan mengembangkannya. Di dalam pendidikan, orang lain yang disebut di atas disebut sebagai murid atau siswa dan mahasiswa, yang dalam proses belajar agar dapat menerima, menguasai dan lebih-lebih mengembangkan bahan pelajaran itu, maka cara-cara mengajar haruslah setepat tepatnya dan seefisien serta seefektif mungkin. Dari uraian di atas jelaslah bahwa metode mengajar itu menpengaruhi belajar. Metode mengajar guru yang kurang baik akan menpengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula.Metode mengajar yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan kekurangan menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa dan atau terhadap mata pelajaran itu sendiri tidak baik,sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya. Akibatnya siswa malas untuk belajar. b)
Kurikulum Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa.
Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Jelas lah bahan pelajaran itu pengaruhi belajar siswa. Kurikulum yang kurang baik berpengaruh tidak baik terhadap belajar. Kurikulum yang tidak baik itu misalnya kurikulum yang terlalu padat, di atas kemampuan siswa, tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatian siswa. Perlu diingat
13
bahwa sistem instruksional sekarang menghendaki proses belajar-mengajar yang mementingkan kebutuhan siswa. Guru perlu mendalami siswa dengan baik, harus mempunyai perencanaan yang mendetil, agar dapat melayani siswa belajar secara individual. Kurikulum sekarang belum dapat memberikan pedoman perencanaan yang demikian. c)
Relasi Guru dengan Siswa Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Proses tersebut juga
dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam proses itu sendiri. Jadi cara belajar siswa juga dipengaruhi oleh relasinya dengan guru. Di dalam relasi (guru dengan siswa) yang baik, siswa akan menyukai mata pelajaran yang diberikan sehingga siswa berusaha mempelajari sebaik-baiknya. d)
Relasi Siswa dengan Guru Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana, tidak akan melihat bahwa
di dalam kelas ada grup yang saling bersaing secara tidak sehat. Siswa yang mempunyai sifat-sifat atau tingkah laku yang kurang menyenangkan teman lain, mempunyi rasa rendah diri atau sedang mengalami tekanan-tekanan batin, akan diasingkan dari kelompok. Akibatnya makin parah masalahnya dan akan menggangu belajarnya. e)
Disiplin Sekolah Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan
juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan melaksanakan tata tertib, kedisiplinan pegawi atau karyawan dalam pekerjaan administrasi dan kebersihan atau keteraturan kelas,gedung sekolah,halaman dan lainlain,kedisiplinan kepala sekolah dalam mengelola seluruh staf beserta siswa-siswanya,dan kedisiplinan tim BP dalam pelayanannya kepada siswa.Seluruh staf sekolah yang mengikuti tata tertib dan bekerja dengan disiplin membuat siswa menjadi disiplin pula,selain itu juga member pengaruh yang positif terhada belajarnya. f)
Alat Pelajaran Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat pelajaran
yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu, alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan mempelancar
14
penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih giat dan lebih maju. g)
Waktu Sekolah Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar mengajar di sekolah, waktu itu
dapat pagi hari, siang, sore atau malam hari. Waktu sekolah juga mempengaruhi belajar siswa. Jika terjadi siswa terpaksa masuk sekolah di sore hari, sebenarnya kurang dapat dipertangungjawabkan. Di mana siswa beristirahat, tetapi terpaksa masuk sekolah, sehingga mereka mendengarkan pelajaran sambil mengantuk dan sebagainya. h)
Standar Pelajaran di Atas Ukuran Guru berpendirian untuk mempertahankan wibawanya, perlu memberi pelajaran di
atas ukuran standar. Akibatnya siswa merasa kurang mampu dan takut kepada guru. Bila banyak siswa yang tidak berhasil dalam mempelajari mata pelajarannya, guru semacam itu merasa senang. Tapi berdasarkan teori belajar, yang meningkat perkembangan psikis dan kepribadian siswa yang berbeda-beda, hal tersebut tidak boleh terjadi. i)
Keadaan Gedung Dengan jumlah siswa yang banyak serta variasi karakteristik mereka masing-masing
menuntut keadaan gedung dewasa ini harus memadai di dalam setiap kelas. Bagaimana mungkin mereka dapat belajar dengan enak, kalau kelas itu tidak memadai bagi setiap siswa. j)
Metode belajar Banyak siswa melaksanakan cara belajar yang salah. Dalam hal ini perlu pembinaan
dari guru. Dengan cara belajar yang tepat akan efektif pula hasil belajar siswa. Juga dalam pembagian waktu untuk belajar. Kadan-kadang siswa belajar tidak teratur, atau terus menerus, karena besok akan tes. Dengan belajar demikian siswa akan kurang beristirahat, bahkan dapat jatuh sakit. Maka perlu belajar secara teratur setiap hari dengan pembagian waktu yang baik, memilih cara belajar yang tepat dan cukup istirahat akan meningkatkan hasil belajar. k)
Tugas rumah Waktu belajar terutama adalah di sekolah, disamping untuk belajar waktu di rumah
biarlah digunakan untuk kegiatan-kegiatan lain. Maka diharapkan guru jangan terlalu
15
banyak memberi tugas yang harus dikerjakan di rumah, sehingga anak tidak mempunyai waktu lagi untuk kegiatan yang lain. 3)
Faktor Masyarakat
a)
Kegiatan siswa dalam masyarakat Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan
pribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagian dalam kegiatan masyarakat yang terlalu banyak, misalnya: berorganisasi, kegiatan-kegiatan sosial, keagaman maka belajarnya akan terganggu, lebih-lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur waktunya. b)
Mass media Yang termasuk dalam mass media adalah bioskop, radio, TV, surat kabar, majalah,
buku-buku, komik. Semuanya itu ada dan beredar dalam masyarakat. Mass media yang baik memberi pengaruh yang baik terhadap siswa dan juga terhadap belajarnya. Sebaliknya mass media yang jelek juga berpengaruh jelek terhadap siswa. Maka perlulah kiranya siswa mendapatkan bimbingan dan kontrol yang cukup bijaksana dari pihak orang tua dan pendidik, baik di dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat. c)
Teman bergaul Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam jiwanya
daripada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang buruk pasti mempengaruhi yang bersifat buruk juga. d)
Bentuk kehidupan masyarakat Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh terhadap belajar siswa.
Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi, suka mencuri dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik, akan berpengaruh jelek kepada anak (siswa) yang berada disitu. Anak/siswa tertarik untuk ikut berbuat seperti yang dilakukan orang-orang di sekitarnya. Sebaliknya jika lingkungan anak adalah orang-orang yang terpelajar, yang baik-baik maka anak akan berbuat baik seperti orang-orang yang ada di lingkungannya. Berdasarkan kajian teori tentang hasil belajar yang telah diuraikan, maka penulis dapat merarik kesimpulan bahwa hasil belajar adalah gambaran tingkat penguasaan siswa terhadap sasaran belajar pada topik bahasan yang dipelajari berupa perubahan perilaku belajar siswa. Perubahan tingkah laku ini meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor,
16
dan dalam meningkatkan daya serap, hasil balajar dapat dipengaruhi faktor internal dan eksternal. 2.1.3 Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Nama Ilmu Pengetahuan Sosial dalam dunia pendidikan dasar dan menengah di negara kita muncul bersamaan dengan berlakunya kurikulum SD, SMP, dan SMA tahun 1975. Dilihat pada sisi ini maka bidang studi Ilmu Pengetahuan Sosial masih “baru” karena bahan yang dikaji sebetulnya bukanlah baru. Namun cara pandang yang dianutnya memang dapat dianggap baru. Ada beberapa pendapat tentang pengertian IPS: 1.
Jean Jarolimek (1967): IPS adalah mengkaji manusia dalam hubungannya dengan lingkungan sosial dan fisiknya.
2.
Wesley: IPS sebagai bagian dari nilai-nilai sosial yang dipilih untuk tujuan pendidikan.
3.
Binning: IPS suatu pelajaran yang berhubungan langsung dengan perkembangan dan organisasi masyarakat manusia dan manusia sebagai anggota dari kelompok sosial (1952).
4.
Michaelis (1957): IPS dihubungkan dengan manusia dan interaksinya dengan lingkungan fisik dan sosialnya yang menyangkut hubungan kemanusiaan.
5.
Depdikbud RI. Dalam kurikulum 1975: IPS ialah bidang studi yang merupakan paduan dari sejumlah mata pelajaran sosial.
6.
Prof. Dr. D. Nasution, MA. (1975): IPS adalah Suatu program pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan, yang pada pokoknya mempersoalkan manusia dalam lingkungan fisik maupun dalam lingkungan sosialnya, dan yang bahannya diambil dari berbagai ilmu-ilmu sosial: geografi, sejarah, ekonomi, antropologi, sosiologi, politik dan psikologi sosial. Istilah pendidikan IPS dalam menyelenggarakan pendidikan di Indonesia masih
relatif baru digunakan. Pendidikan IPS merupakan padanan dari social studies dalam konteks kurikulum di Amerika Serikat. Istilah tersebut pertama kali digunakan di AS pada tahun 1913 mengadopsi nama lembaga social studies yang mengembangkan kurikulum AS (Marsh, 1980; Martoella, 1976). Kurikulum pendidikan IPS tahun 1994 sebagaimana yang dikatakan oleh Hamid Hasan (1990), merupakan fungsi dari berbagai disiplin ilmu, Martoella (1987) mengatakan
17
bahwa pembelajaran Pendidikan IPS lebih menekankan pada aspek “pendidikan” dari pada “transfer konsep”, karena dalam pembelajaran pendidikan IPS peserta didik diharapkan memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral, dan keterampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya. Dengan demikian pembelajaran pendidikan IPS harus diformulasikannya pada aspek kependidikan. Konsep IPS, yaitu: (1) interaksi, (2) saling ketergantungan, (3) kesinambungan dan perubahan, (4) keragaman/kesamaan/perbedaan, (5) konflik dan konsesus, (6) pola (patron), (7) tempat, (8) kekuasaan (power), (9) nilai kepercayaan, (10) keadilan dan pemerataan, (11) kelangkaan (scarcity), (12) kekhususan, (13) budaya (culture), dan (14) nasionalisme. Mengenai tujuan ilmu pengetahuan sosial, para ahli sering mengaitkannya dengan berbagai sudut kepentingan dan penekanan dari program pendidikan tersebut, Gross (1978) menyebutkan bahwa tujuan pendidikan IPS adalah untuk mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya di masyarakat, secara tegas ia mengatakan “to prepare students to be well functioning citizens in a democratic society”. Tujuan lain dari pendidikan IPS adalah untuk mengembangkan kemampuan peserta didik menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan setiap persoalan yang dihadapinya (Gross, 1978). Ilmu pengetahuan sosial juga membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat dimana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya. Pendidikan IPS berusaha membantu peserta didik dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi sehingga akan menjadikannya semakin mengerti dan memahami lingkungan sosial masyarakatnya (Kosasih, 1994). Pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan lingkungannya, serta berbagai bekal siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Berdasarkan pengertian dan tujuan dari pendidikan IPS, tampaknya dibutuhkan suatu pola pembelajaran yang mampu menjembatani tercapainya tujuan tersebut. Kemampuan dan keterampilan guru dalam memilih dan
18
menggunakan berbagai model, metode dan strategi pembelajaran senantiasa terus ditingkatkan (Kosasih, 1994), agar pembelajaran Pendidikan IPS benar-benar mampu mengondisikan upaya pembekalan kemampuan dan keterampilan dasar bagi peserta didik untuk menjadi manusia dan warga negara yang baik. Hal ini dikarenakan pengkondisian iklim belajar merupakan aspek penting bagi tercapainya tujuan pendidikan (Azis Wahab, 1986). Pola pembelajaran pendidikan IPS menekankan pada unsur pendidikan dan pembekalan pada peserta didik. Penekanan pembelajarannya bukan sebatas pada upaya menjejali peserta didik dengan sejumlah konsep yang bersifat hafalan belaka, melainkan terletak pada upaya agar mereka mampu menjadikan apa yang telah dipelajarinya sebagai bekal dalam memahami dan ikut serta dalam melakoni kehidupan masyarakat lingkungannya, serta sebagai bekal bagi dirinya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Di sinilah sebenarnya penekanan misi dari pendidikan IPS. Oleh karena itu, rancangan pembelajaran guru hendaknya diarahkan dan difokuskan sesuai dengan kondisi dan perkembangan potensi siswa agar pembelajaran yang dilakukan benar-benar berguna dan bermanfaat bagi siswa (Kosasih, 1994; Hamid Hasan, 1996). 2.2. Kajian Hasil penelitian yang Relevan Beberapa penelitian yang relevan dengan metode scramble antara lain: 1.
Septyana, Dwi (2009) dalam penelitiannya tentang peningkatan pemahaman konsep matematika melalui pembelajaran scramble pokok bahasan segi empat, menyimpulkan bahwa setelah diterapkannya model ini, dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa.
2.
Sulistyowaty, Endah (2010) dalam penelitiannya tentang peningkatan motivasi siswa dalam pembelajaran matematika model pembelajaran scramble pada pokok bahasan bilangan bulat, menyimpulkan bahwa setelah diterapkannya model pembelajaran ini, motivasi siswa dalam belajar matematika meningkat, terutama pada pokok bahasan bilangan bulat.
3.
Azizah (2010) dalam penelitiannya tetang implementasi cooperative learning metode scramble sebagai usaha untuk meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran matematika, menyimpulkan bahwa setelah diterapkanya model pembelajaran ini, motivasi belajar siswa meningkat terutama dalam pembelajaran matematika.
19
Dari hasil penelitian di atas ternyata metode scramble dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika dan motivasi belajar siswa. Sehingga hal tersebut dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dari penelitian diatas, penulis menggunakan metode scramble guna meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS didalam penelitian ini. 2.3. Kerangka Berfikir Penulis pada penelitian ini ingin mengetahui pengaruh penggunaan metode scramble terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa. Penelitian akan dimulai dengan memberikan pretes terhadap dua kelas penelitian dengan soal yang sama dengan hari yang berbeda, untuk melihat tingkat penguasaan siswa terhadap mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang akan menjadi bahan penelitian. Setelah didapatkan hasil pretes peneliti akan menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol, dengan perbedaan bahwa pada kelas eksperimen penelitian dilakukan dengan menerapkan metode Scramble, dan kelas kontrol tanpa menggunakan treatmen apapun dari peneliti (pembelajaran konvensional). Kemudian setelah adanya treatmen di kelas eksperimen penulis akan melakukan postes pada siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk melihat apakah ada perbedaan hasil belajar siswa antara kedua kelas penelitian tersebut. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh penggunaan metode scramble. Untuk bagan kerangka berfikir dapat dilihat di bawah ini:
Kelas Eksperimen
Pre test
Hasil pre test tidak boleh ada perbedaan yang signifikan
Kelas kontrol
Pre test
Pembelajaran menggunakan metode scramble
Post test
Terdapat pengaruh yang signifikan dengan penggunaan metode pembelajaran scramble dimana hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol
Pembelajaran seperti biasa yang dilakukan guru (Konvensional)
Post test
20
2.4. Hipotesis Tindakan Bertitik tolak dari kerangka pemikiran yang telah di kemukakan, maka penulis mengajukan hipotesis: Ada perbedaan pengaruh penggunaan metode scramble terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas IV semester II Sekolah Dasar Negeri Sidorejo Lor 02 Salatiga tahun pelajaran 2011/2012.