BAB II ELECTRONIC BOOK BERFORMAT PDF DAN FLASH DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI PADA KONSEP SISTEM EKSKRESI
A. Belajar Menurut Gagne (Dahar, 1996), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Munir (2008) mendefinisikan bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan. Perubahan perilaku yang dimaksud meliputi aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor). Hasil belajar pada aspek kognitif adalah penguasaan konsep siswa seperti dari asalnya tidak tahu menjadi tahu, pada aspek afektif misalnya perubahan dari tidak mau menjadi mau dan pada aspek psikomotor misalnya saja dari tidak mampu menjadi mampu. Penguasaan konsep merupakan kemampuan siswa dalam memahami konsepkonsep setelah kegiatan pembelajaran. Penguasaan konsep dapat diartikan sebagai kemampuan siswa dalam memahami makna secara ilmiah, baik konsep secara teori maupun penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (Dahar, 1996). Keberhasilan suatu program pengajaran diukur berdasarkan perbedaan tingkat berpikir sebelum dan sesudah memperoleh pengalaman belajar. Penguasaan konsep merupakan bagian dari hasil dalam komponen pembelajaran. Konsep, prinsip, struktur pengetahuan dan pemecahan masalah merupakan hasil belajar yang penting pada ranah kognitif. Dengan demikian penguasaan konsep merupakan bagian dari hasil belajar pada ranah kognitif.
9
10
Klausmeiner (Dahar, 1996) mengungkapkan bahwa tingkat pencapaian konsep meliputi tingkat konkret, tingkat identitas, tingkat klasifikasi, dan tingkat formal. Tingkat konkret dicapai siswa apabila siswa telah mengenal benda tersebut sebelumnya kemudian mengamati dan mampu membedakan benda tersebut dari stimulus-stimulus sekitarnya. Tingkat identitas akan dicapai siswa apabila tiga tingkat konkret yaitu kemampuan mengamati, membedakan dan mengingat dikuasai oleh siswa yang selanjutnya digunakan sebagai landasan untuk membuat generalisasi. Tingkat klasifikasi akan dicapai apabila siswa mampu mengenal dua contoh yang berbeda dari kelas yang sama. Tingkat formal, sebagai tingkat paling tinggi pada tingkat pencapaian konsep, tingkat ini akan diperoleh siswa apabila ketiga tingkat di atas sudah dikuasai oleh siswa. Konsep sangat penting untuk memenuhi kemampuan kognitif siswa, khususnya konsep-konsep biologi yang tidak hanya mengacu pada metode belajar konsep menghapal. Menurut revisi taksonomi Bloom (Anderson, 2001) penguasaan konsep untuk aspek kognitif terdiri dari: 1. Remember (mengingat) yang meliputi: recognizing (mengenali), recalling (mengingat); 2. Understand (mengerti/memahami) yang meliputi: interpreting (menafsirkan), exemplifying
(memberikan
contoh),
classifying
(mengklasifikasikan),
comparing (membandingkan), explaining (menjelaskan); 3. Apply (menerapkan) yang meliputi: executing (melaksanakan/menjalankan), implementing (menerapkan);
11
4. Analyze
(menganalisa)
yang
meliputi:
differentiating
(membedakan),
organizing (menyusun/mengorganisasikan), attributing (menghubungkan) 5. Evaluate (mengevaluasi) yang meliputi: checking (mencek), criticuing (mengkritik) 6. Create
(menciptakan)
(membangkitkan/menghasilkan),
yang planning
meliputi:
generating
(merencanakan),
producing
(menghasilkan) Penguasaan konsep dapat diperoleh dari pengalaman dan proses belajar. Seseorang dikatakan menguasai konsep apabila orang tersebut mengerti benar konsep yang dipelajarinya sehingga mampu menjelaskan dengan menggunakan kata-kata sendiri sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya, tetapi tidak mengubah makna yang ada didalamnya. Diharapkan pembelajaran dengan menggunakan e-book dapat mengefektifkan proses belajar mengajar dan dapat meningkatkan penguasaan konsep.
B. Pembelajaran Konstruktivisme 1. Teori Konstruktivisme Teori konstruktivisme lahir dari ide Piaget dan Vigotsky. Konstruktivisme adalah suatu paham bahwa siswa membina sendiri pengetahuan atau konsep secara
aktif
berasaskan
pengetahuan
dan
pengalaman.
Konstruktivisme
merupakan aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan yang didapat merupakan hasil konstruksi pembelajar sendiri.
12
Ide dari teori ini, siswa aktif membangun pengetahuannya sendiri. Pikiran siswa dianggap sebagai mediator yang menerima masukan dari dunia luar dan menentukan apa yang akan dipelajari. Paham konstruktivisme menawarkan paradigma baru dalam dunia pendidikan. Sebagai landasan paradigma pembelajaran, konstruktivisme menyerukan perlunya partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran, perlunya pengembangan siswa belajar mandiri, dan perlunya siswa memiliki kemampun untuk mengembangkan pengetahuannya sendiri. Paham konstruktivisme berdampak terhadap landasan teori belajar pendidikan di Indonesia. Para pakar pendidikan di Indonesia banyak yang menyerukan agar landasan teori belajar mengaju pada aliran konstruktivisme. Akibatnya, orientasi pembelajaran di kelas mengalami pergeseran. Orentasi pembelajaran bergeser dari yang asalnya berpusat pada guru mengajar menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Hal ini sejalan dengan definisi pembelajaran menurut Munir (2008) menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses pencarian ilmu pengetahuan secara aktif bukan pengungkapan ilmu semata. Rustaman (2003) mengemukakan bahwa pembelajaran dan persepektif kontruktivisme mengandung empat kegiatan inti. Pertama, pembelajaran konstruktivisme berkaitan dengan pengetahuan awal siswa. Kedua, pembelajaran konstruktivisme mengandung kegiatan pembelajaran nyata. Ketiga, dalam pembelajaran konstruktivisme terjadi interaksi sosial. Keempat, pembelajaran konstruktivisme membentuk kepekaan siswa terhadap lingkungan. Widodo (2004), mengelompokkan konstruktivisme berdasarkan tempat terjadinya menjadi konstruksi (individual atau sosial) dan berdasarkan tingkat
13
objektivitas hasil pengkonstruksian (objek atau relatif). Konstruktivisme individual berpendapat bahwa pengetahuan bersifat individual, setiap individu mengkonstruk pengetahuannya sendiri. Sedangkan konstruktivisme sosial menyatakan bahwa pengetahuan adalah konstruksi bersama, oleh karena itu pengetahuan selalu terpengaruh oleh kekuatan sosial dimana pengetahuan dibentuk. 2. Pandangan Konstruktivisme tentang Pengetahuan Salah satu permasalahan yang mendasar dalam konstruktivisme adalah pandangan tentang ilmu. Menurut Widodo (2007) terdapat tiga prinsip konstruktivisme tentang pengetahuan yakni: a. Pengetahuan adalah konstruksi manusia Pengetahuan merupakan hasil konstruksi manusia dan bukan sepenuhnya representasi suatu fenomena atau benda. Pengetahuan bukanlah representasi objektif fenomena alam, akan tetapi pengetahuan merupakan konstruksi manusia. Fenomena atau objek memang bersifat objektif, namun observasi dan interpretasi terhadap suatu fenomena dipengaruhi subjektifitas pengamat. b. Pengetahuan adalah konstruksi sosial Pengetahuan terbentuk dalam konteks sosial. Oleh karena itu pengetahuan terpengaruh kekuatan sosial (ideoloogi, agama, politik, kepentingan suatu kelompok, dsb) dimana pengetahuan itu terbentuk. c. Pengetahuan bersifat tentatif Sebagai konstruksi manusia, kebenaran pengetahuan tidaklah mutlak, tetapi bersifat tentatif dan senantiasa berubah. Sejarah sains telah membuktikan
14
bahwa sesuatu yang diyakini ”benar” pada suatu masa ternyata ”salah” di masa selanjutnya. 3. Pandangan Konstruktivisme tentang Belajar dan Mengajar Selain pandangan konstruktivisme tentang pengetahuan, kontruktivisme juga mempunyai
pandangan
tentang
belajar
dan
mengajar.
Widodo
(2004)
mengemukakan lima hal penting yang berkaitan dengan belajar mengajar konstruktivisme. Lima hal penting tersebut diantaranya: a. Pembelajar telah memiliki pengetahuan awal. Tidak ada pembelajar yang otaknya benar-benar kosong. Pengetahuan awal yang dimilki pembelajar memainkan peran penting pada saat dia belajar tentang suatu hal yang ada kaitannya dengan apa yang telah diketahui. b. Belajar merupakan proses pengkonstruksian suatu pengetahuan berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki. Pembelajar sendirilah yang mengkonstruk pengetahuan. c. Belajar adalah perubahan konsepsi pembelajar. Karena pembelajar telah memiliki pengetahuan awal, maka belajar adalah proses mengubah pengetahuan awal siswa sesuai dengan konsep yang diyakini ”benar” atau agar penetahuan awal bisa berkembang menjadi suatu konstruk pengetahuan yang lebih besar. d. Proses pengkonstruksian pengetahuan berlangsung dalam suatu konteks sosial tertentu. Sekalipun proses pengkonstruksian pengetahuan berlangsung dalam otak masing-masing individu, namun sosial memainkan peran penting dalam proses tersebut sebab individu tidak terpisah dari individu lainnya.
15
e. Pembelajar bertanggung jawab terhadap proses belajarnya. Guru sebagai siapapun tidak dapat memaksa siswa untuk belajar sebab tidak ada seorang pun yang bisa mengatur proses berpikir orang lain. Guru hanyalah menyiapkan kondisi yang memungkinkan siswa belajar, namun siswa benarbenar belajar tergantung sepenuhnya pada diri pembelajar sendiri. 4. Lingkungan Pembelajaran yang Konstruktivis Banyak pakar yang mengemukakan kriteria lingkungan yang konstruktivisme. Taylor dan Fraser (1991) dan Aldrige et al. (Widodo, 2007) menyatakan bahwa lingkungan pembelajaran yang konstruktivis mempunyai lima ciri, yaitu 1). Autonomi (keterlibatan siswa dalam mengontrol belajarnya); 2). Pengetahuan awal (pemanfaatan pengetahuan awal siswa dalam pembelajaran); 3). Negosiasi (peran siswa dalam penetuan tujuan dan konsensus lainnya); 4). Keberpusatan pada siswa (keterkaitan antara pengalaman belajar dengan kepentingan siswa); 5). Ketidakpastian (penilaian kritis siswa terhadap pembelajaran). Banyaknya variasi konstruktivisme menyebabkan berbedanya kriteria lingkungan pembelajar konstruktivisme. Menurut Widodo (2004) pada dasarnya ada lima unsur penting mengenai lingkungan pembelajaran yang konstruktivis, diantaranya: a. Memperhatikan dan memanfaatkan pengetahuan awal siswa. Kegiatan pembelajaran ditujukan hanya untuk membatu siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan. Siswa didorong untuk mengkonstruksi pengetahuan baru dengan memanfaatkan pengetahuan awal yang dimilikinya. Oleh karena itu pembelajaran
harus
memperhatikan
pengetahuan
awal
siswa
dan
16
memanfaatkan teknik-teknik untuk mendorong agar terjadi perubahan konsepsi pada diri diri siswa. b. Pengalaman belajar yang autentik dan bermakna. Segala kegiatan yang terdapat dalam pembelajaran haruslah dirancang sedemikian rupa sehingga bermakna bagi siswa. Oleh karena itu minat, sikap, dan kebutuhan belajar siswa benar-benar dijadikan bahan pertimbangan dalam merancang dan melakukan pembelajaran. Hal ini dapat terlihat dari usaha-usaha untuk mengaitkan pelajaran dengan kehidupan sehari-hari, pengguna sumber daya dari kehidupan sehari-hari, juga penerapan konsep. c. Adanya lingkungan sosial yang kondusif. Siswa diberi kesempatan untuk bisa berinteraksi secara produktif dengan sesama siswa maupun dengan guru. Selain itu juga ada kesempatan bagi siswa untuk bekerja dalam konteks sosial lain sehingga akan muncul lingkungan pembelajaran yang kondusif. d. Pada saat pembelajaran siswa hendaknya dilatih dan diberi kesempatan untuk melakukan refleksi dan mengatur kegiatan belajarnya. e. Adanya usaha untuk mengenalkan siswa tentang dunia ilmiah. Sains bukan hanya produk (fakta, konsep, prinsip, teori) namun juga mencakup proses dan sikap. Oleh karena itu sains juga harus bisa melatih dan memperkenalkan siswa tentang kehidupan ilmuwan. Untuk mengukur lingkungan pembelajaran yang konstruktivis dapat digunakan angket yang telah baku yaitu CLES (Contructivist Learning Environment Survey) yang dikembangkan oleh Taylor et al. yang mengandung lima aspek lingkungan pembelajaran berdasarkan prinsip konstruktivisme, yaitu
17
relevansi pribadi (personal relevance), ketidakpastian (uncertaninty involves), kritik (critical voice), keterlibatan siswa (shared control), negosiasi siswa (student negotiation). Kelima aspek tersebut beserta penjelasannya dapat dilihat dalam Tabel 2.1 berikut ini:
No.
Tabel 2.1 Lima Aspek Lingkungan Pembelajaran Berdasarkan Prinsip Konstruktivisme Aspek Penjelasan Contoh pertanyaan
1.
relevansi pribadi (personal relevance)
2.
ketidakpastian Kesempatan siswa untuk Saya belajar bahwa sains (uncertaninty memperoleh pengalaman tidak dapat memberi involves) belajar tentang sains jawaban yang sempurna untuk masalah yang ada. kritik (critical Hak untuk mengeluarkan Saat pelajaran biologi, voice) pendapat pada guru saya boleh: Bertanya pada mengenai pelajaran guru, ” untuk apa kita mempelajari materi ini?” Keterlibatan Keikutsertaan siswa dalam Saat pelajaran biologi, siswa (shared merencanakan, membuat, bersama guru saya ikut control) dan menilai pembelajaran serta dalam: Merencakan apa yang akan dipelajari
3.
4.
5.
Keterkaitan pelajaran Saya belajar tentang dengan kehidupan sehari- kehidupan sehari-hari hari siswa
negosiasi Kesempatan untuk saling Saat pelajaran biologi: siswa (student mengeluarkan pendapat Saya punya kesempatan negotiation) atau berdiskusi untuk berbicara dengan teman yang lain
C. Sumber Belajar Menurut Association for Educational and Technology (AECT) ”Sumber belajar mencakup apa saja yang dapat digunakan untuk membantu tiap orang untuk belajar dan menampilkan kompetensinya. Sumber belajar meliputi, pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan latar.”
18
Menurut Dirjen Dikti (Karwono, 2007), sumber belajar adalah segala sesuatu dan dengan mana seseorang mempelajari sesuatu. Degeng (Karwono, 2007) menyebutkan sumber belajar mencakup semua sumber yang mungkin dapat dipergunakan oleh si-belajar agar terjadi perilaku belajar. ”Sumber belajar adalah bahan-bahan yang dapat dimanfaatkan dan diperlukan untuk membantu pengajar maupun peserta didik dalam proses pembelajaran” (Munir, 2008: 131). Menurut Sudjana dan Rivai (2003) ”sumber belajar adalah segala daya yang dapat dimanfaatkan guna memberikan kemudahan kepada seseorang dalam belajarnya”. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sumber belajar memiliki cakupan yang sangat luas. Artinya, tidak terbatas pada sarana yang dirancang, seperti buku-buku pelajaran atau bahan-bahan cetakan lainnya, melainkan semua yang dapat dimanfaatkan oleh seseorang, dalam hal ini siswa. Sumber belajar dipilih berdasarkan kompetensi, materi pelajaran, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi dasar. Penggunaan sumber belajar yang tepat akan menunjang keefektifan proses pembelajaran (Munir, 2008). Association for Educational and Technology (AECT), membedakan enam jenis sumber belajar yang dapat digunakan dalam proses belajar. Enam jenis sumber belajar tersebut diantaranya 1). Pesan, yang merangkum kurikulum dan segala jenis perangkatnya; 2). Orang, yang meliputi praktisi pendidikan; 3). Bahan, yaitu suatu format yang digunakan untuk menyimpan pesan pembelajaran seperti buku paket, alat peraga, animasi, multimedia dan lain-lain; 4). Alat, yang dimaksud adalah piranti keras yang digunakan untuk menampilkan bahan pembelajaran; 5). Teknik, yang dimaksudkan kepada metode, strategi dan
19
pendekatan dalam pembelajaran dan 6). Latar atau lingkungan pembelajaran, baik itu di dalam atau di luar kelas. Agar sumber belajar yang ada dapat berfungsi dalam pembelajaran harus dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Menurut Munir (2008: 132), sumber belajar berfungsi untuk : 1. Pengembangan bahan ajar secara ilmiah dan objektif. 2. Mendukung terlaksananya program pembelajaran yang sistematis. 3. Membantu pengajaran dalam mengefisienkan waktu pembelajaran dan menghasilkan pembelajaran yang efektif. 4. Meringankan tugas pengajar dalam menyajikan informasi atau materi pembelajaran sehingga pengajar dapat lebih banyak memberikan dorongan dan motivasi belajar kepada peserta didik. 5. Meningkatkan keberhasilan pembelajaran karena peserta didik dapat belajar lebih cepat dan menunjang penguasaan materi pembelajaran. 6. Mempermudah peserta didik untuk mendapatkan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik sehingga peran pengajar tidak dominan dan menciptakan kondisi atau lingkungan belajar yang memungkinkan siswa belajar. 7. Peserta didik belajar sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, bakat dan minatnya. 8. Memberikan informasi atau pengetahuan yang lebih luas tidak terbatas, ruang, waktu dan keterbatasan indera.
20
D. E-book (Buku Elektronik) E-book (singkatan dari elektronik book/ buku elektronik) adalah versi elektronik dari buku. Jika buku pada umumnya terdiri dari kumpulan kertas yang dapat berisikan teks atau gambar, maka e-book berisikan informasi digital yang juga dapat berwujud teks atau gambar. Dewasa ini e-book diminati karena ukurannya yang kecil bila dibandingkan dengan buku, dan juga umumnya memiliki fitur pencarian, sehingga kata-kata dalam e-book dapat dengan cepat dicari dan ditemukan. Terdapat berbagai format e-book yang populer, antara lain adalah teks polos, pdf, jpeg, lit dan html (Wikipedia, 2010). Salah satu usaha untuk melestarikan literatur berbentuk buku yang banyak jumlahnya adalah dengan melakukan transfer dari bentuk buku ke bentuk e-book. Dalam hal ini akan banyak ruang dan juga upaya yang dihemat untuk merawat literatur-literatur tersebut. E-book memiliki beberapa manfaat (Rahardjo, 2002), diantaranya: 1. Ukuran fisik kecil. Karena e-book memiliki format digital, sehingga e-book dapat disimpan dalam penyimpan data (harddisk, CD-ROM, DVD). 2. Mudah dibawa. Beberapa buku dalam format e-book dapat dibawa dengan mudah, sementara itu membawa buku dalam format cetak sangat berat. 3. Tidak lapuk. E-book tidak menjadi lapuk layaknya buku biasa. Format digital dari e-book dapat bertahan sepanjang masa dengan kualitas yang tidak berubah. 4. Mudah diproses. Isi dari e-book dapat dilacak, di-search dengan mudah dan cepat. Hal ini sangat bermanfaat bagi orang yang melakukan studi literatur.
21
5. Dapat dimanfaatkan oleh orang yang tidak dapat membaca. Karena format ebook dapat diproses oleh komputer, maka isi dari e-book dapat “dibacakan” oleh sebuah komputer dengan menggunakan text to speech synthesizer. 6. Penggandaan (duplikasi, copying) e-book sangat mudah dan murah. 7. Mudah didistribusikan. Pendistribusian dapat menggunakan media elektronik seperti internet. 8. Dapat interaktif. E-book memudahkan menyampaikan informasi yang interaktif. Dalam e-book dapat ditampilkan ilustrasi multimedia, misalnya dengan animasi untuk menunjukkan poin yang ingin dibicarakan. E-book banyak digunakan dan sudah ada dalam berbagai macam format. Beberapa format dari e-book bisa dilihat dari Tabel 2.2 sebagai berikut: Tabel 2.2. Beberapa Format dari E-book Beserta Penjelasan dan Contoh Tampilannya Format e-book Teks polos
Penjelasan Teks polos adalah format paling sederhana yang dapat dilihat hampir dalam setiap piranti lunak menggunakan komputer personal
Contoh tampilan
22
Format e-book PDF
LIT
Penjelasan Format pdf memberikan kelebihan dalam hal format yang siap untuk dicetak. Bentuknya mirip dengan bentuk buku sebenarnya. Format ini adalah yang dipakai oleh DEPDIKNAS/KEME NDIKNAS dalam mengeluarkan ebook. Format PDF termasuk yang paling aman dan paling banyak digunakan untuk distribusi dokumen digital. Aplikasi Adobe Acrobat Reader harus tersedia untuk membaca PDF. Format LIT merupakan format dari Microsoft Reader yang memungkinkan teks dalam e-book disesuaikan dengan lebar layar divais mobil yang digunakan untuk membacanya. Format ini memiliki kelebihan bentuk huruf yang nyaman untuk dibaca.
Contoh tampilan
23
Format e-book HTML
Penjelasan
Contoh tampilan
Dalam format HTML ini gambar dan teks dapat diakomodasi. Layout tulisan dan gambar dapat diatur, akan tetapi hasil dalam layar kadang tidak sesuai apabila dicetak.
E. Aspek Multimedia dalam E-book berformat Flash Sejalan dengan perkembangan IPTEK penggunaan media, baik yang bersifat visual, audio, projected still media maupun projected motion media bisa dilakukan secara bersama dan serempak melalui satu alat saja yang disebut multimedia. Thompson (Munir,2008) mendefinisikan multimedia sebagai suatu sistem yang menggabungkan gambar, video, animasi, suara secara interaktif. Sedangkan menurut Furht (Munir, 2008) mendefinisikan multimedia sebagai gabungan antara berbagai media, teks, grafik, animasi, gambar dan video. Multimedia memiliki beberapa kelebihan yang tidak dimiliki media lain (Munir, 2009). Diantaranya kelebihan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Interaktif dengan memberikan umpan balik Proses belajar interaktif terjadi karena adanya umpan balik antara rangasangan dengan jawaban. Ada dua jenis umpan balik dalam program komputer yaitu
24
umpan balik intrinsic dan extrinsic. Umpan balik intrinsic berarti bahwa program telah menyediakan fasilitas antara pertanyaan dengan jawaban sedangkan umpan balik extrinsic adalah umpan balik terhadap data yang dimasukan kedalam program komputer karena program menyediakan fasilitas pencarian suatu kata tertentu. 2. Kebebasan menentukan topik proses belajar Siswa diharapkan mampu untuk menentukan topik pembelajaran yang sesuai dan disukainya. Kebebasan menentukan topik ini adalah salah satu karakteristik proses belajar dengan komputer. Komputer mampu menampilkan kembali bahan-bahan pelajaran dan data secara cepat dan mudah dalam pembelajaran. 3. Kemudahan kontrol yang sistematis dalam proses belajar Kontrol terhadap proses belajar sangat penting bagi perkembangan siswa karena akan membantu memperkuat rasa memiliki dan membantu perkembangan kearah kedewasaan, keilmuan dan mencerminkan pendekatan proses belajar yang akan bernilai sepanjang masa. Kontrol dalam proses ini meliputi, apa yang dipelajari, langkah-langkah belajar, arah proses belajar yang harus diambil, gaya serta strategi dari proses belajar yang digunakan. Menurut Richard E. Mayer (2005), terdapat tujuh prinsip desain multimedia yang digunakan dalam pembelajaran. Ketujuh prinsip tersebut diantaranya: 1. Multimedia principle: siswa akan belajar dengan lebih baik jika dalam multimedia tersebut disertakan gambar dan teks daripada teks saja.
25
2. Spatial Continguity principle: siswa akan belajar dengan lebih baik ketika teks disimpan dekat dengan objek atau animasi yang berhubungan daripada ketika teks tersebut disimpan berjauhan. 3. Modality principle: siswa akan belajar dengan lebih baik jika animasi yang terdapat dalam multimedia disertai narasi langsung. 4. Redundancy prinsiple: siswa akan belajar lebih baik jika multimedia disertai narasi. 5. Coherence principle: siswa akan belajar lebih baik dengan multimedia yang tidak meyertakan kata-kata, suara dan video yang sifatnya tambahan. 6. Temporal continguity: siswa akan belajar lebih baik, dengan multimedia dengan video atau animasi dan narasi yang diberikan bersamaan. 7. Personalization principle: siswa akan belajar lebih baik jika teks yang ada dalam narasi sederhana. Multimedia yang digunakan dalam pembalajaran dapat memenuhi beberapa pengalaman belajar. Pengalaman belajar menunjukkan kegiatan belajar yang dilakukan oleh peserta didik dalam berinteraksi dengan objek dan atau sumber belajar untuk mencapai penguasaan kemampuan dan materi pembelajaran. Pengalaman belajar menurut menurut Edgar Dale (Munir, 2008) terdiri dari dua belas tingkatan yang sifatnya hierarki. Pengalaman belajar tersebut diantaranya: 1.
Direct purposeful experience, yaitu pengalaman belajar secara langsung dengan objek, seperti manusia, tumbuhan dan hewan.
2. Contrived experience, yaitu pengalaman belajar tidak secara langsung dengan objek, melainkan dengan model, benda, alat atau kegiatan simulasi.
26
3.
Dramatized experience, pengalaman belajar yang diperoleh melalui suatu pertunjukan.
4. Demonstrasi, yaitu pengalaman belajar yang diperoleh dari suatu peragaan. 5. Studi wisata, yaitu pengalaman belajar yang diperoleh melalui kunjungan untuk belajar. 6.
Exhibition, yaitu pengalaman belajar yang diperoleh dari pameran.
7. Educational television, yaitu pengalaman belajar yang diperoleh melalui televisi pendidikan. 8.
Motion pictures, yaitu pengalaman belajar yang diperoleh melalui gambar hidup, film hidup, film rangkai, atau bioskop.
9.
Still pictures, yaitu pengalaman belajar yang diperoleh melalui gambar mati atau foto atau slide.
10. Radio and recording, yaitu pengalaman belajar yang diperoleh melalui siaran radio atau rekaman suara tidak ada visualnya. 11. Visual symbol, yaitu pengalaman belajar yang diperoleh melalui simbol yang dapat dilihat seperti bagan, skema, tabel atau diagram. 12. Verbal symbol, yaitu pengalaman belajar yang diperoleh melalui verbalisme atau ucapan dengan kata-kata. Multimedia dapat diintegrasikan kedalam berbagai macam produk seperti elearning, e-book, power point presentations dan masih banyak lagi produk yang dapat disisipi oleh multimedia. Dengan adanya multimedia, isi dari e-book dapat lebih ditingkatkan misalnya saja dengan disisipi dengan animasi, video dan audio. Hal tersebut dapat membuat e-book menjadi lebih menarik dan interaktif.
27
Penggunaan multimedia juga diharapkan dapat menghilangkan salah tafsir, mempermudah pemahaman materi, menghindarkan kebosanan, menarik perhatian dan minat siswa, mengatasi keterbatasan objek, memberikan umpan balik. Kelengkapan media dalam teknologi multimedia melibatkan pendayagunaan seluruh pancaindera. Pembelajaran yang melibatkan lebih dari satu indera akan lebih efektif dibandingkan hanya satu indera saja. Pembelajaran yang disampaikan pun akan diingat lebih lama. Sehingga penyisipan multimedia dalm e-book berformat flash ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran sehingga hasil belajarnya pun akan mengalami peningkatan.
F. E-Book Berformat PDF dan Flash Dalam Penelitian Dalam penelitian yang dilakukan ada dua format e-book yang dikembangkan yakni e-book berformat PDF dan e-book berformat Flash. PDF (Portable Document Format) adalah sebuah format berkas yang dibuat oleh Adobe System pada tahun 1993 untuk keperluan pertukaran dokumen digital. Format PDF digunakan untuk merepresentasikan dokumen dua dimensi yang meliputi teks, huruf, citra dan grafik vektor dua dimensi. Dokumen PDF pada umumnya tersusun atas kombinasi teks, grafik vektor, dan grafik raster. Grafik vektor digunakan untuk menampilkan ilustrasi yang terbentuk dari garis dan kurva, sedangkan grafik raster digunakan untuk menampilkan foto dan citra. Pada perbaikan format selanjutnya, dokumen PDF juga mampu mendukung hyperlink, forms, javascript, dan berbagai kemampuan lain yang dapat didukung dengan melakukan penambahan plugin (Wikipedia, 2010). E-book berformat PDF yang
28
dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebuah buku elektronik yang dikemas dalam format PDF. Dalam e-book berformat PDF ini berisikan materi biologi mengenai konsep sistem ekskresi. Materi yang ada dalam e-book ini diadopsi dari beberapa buku sumber belajar diantaranya buku SMA Erlangga, esis, buku pengantar fisiologi hewan Jurusan Pendidikan Biologi, Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia Jurusan Pendidikan Biologi dan buku biologi karangan Campbel. Dalam e-book berformat PDF yang dikembangkan dilengkapi dengan gambar, bagan serta latihan soal. Dengan adanya gambar, diharapkan siswa dapat lebih mengkonkretkan konsep yang dianggap abstrak misalnya saja konsep mengenai struktur dari organ ekskresi. Tepat di bawah keterangan gambar, terdapat sumber gambar yang apabila pengguna e-book perangkat pembacanya tersambung dengan koneksi internet maka jika sumber gambar tersebut diklik akan langsung tersambung ke alamat dari sumber gambar tersebut. Selain gambar disediakan bagan dan latihan soal yang dapat mengatasi kejenuhan siswa akan teks yang ada di dalam e-book. Kelebihan lain dari e-book berformat PDF ini adalah adanya sistem hyperlink yang dapat membantu siswa untuk mencari materi apa yang akan dipelajari. Selain itu pada e-book berformat PDF terdapat beberapa kata yang diberi warna berbeda, dan jika kata tersebut diklik maka akan tersambung dengan glosarium yang berisikan definisi dari kata tersebut.
29
Gambar 2.1 Tampilan E-book Berformat PDF E-book kedua yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah e-book berformat flash. E-book berformat flash dalam penelitian ini adalah buku elektronik yang dikemas dalam format flash. Sama seperti e-book berformat PDF sebelumnya materi yang terdapat dalam e-book diadopsi dari beberapa sumber belajar diantaranya buku SMA Erlangga, esis, buku pengantar fisiologi hewan Jurusan Pendidikan Biologi, Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia Jurusan Pendidikan Biologi dan buku biologi karangan Campbel. E-book berformat flash yang dikembangkan dalam penelitian ini dilengkapi dengan unsur multimedia seperti animasi, video serta audio. Dengan disisipinya unsur multimedia, diharapkan siswa mendapatkan pengalaman belajar yang lebih bermakna. Dengan pengalaman belajar yang lebih bermakna diharapkan siswa dapat lebih memahami suatu konsep. Misalnya saja dengan adanya video tentang proses pembentukan urin, siswa dapat lebih memahami konsep abstrak tersebut, sehingga dengan dipahaminya konsep tersebut hasil yang didapat pun akan lebih baik. Pada e-book berformat flash ini pun dilengkapi dengan gambar beserta sumber gambarnya, selain itu pula adanya sistem hyperlink melengkapi e-book berformat flash ini.
30
Gambar 2.2 Tampilan E-book Berformat Flash
G. Sistem Pengeluaran (Ekskresi) Konsep sistem ekskresi merupakan salah satu konsep yang termasuk ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Berdasarkan KTSP (Rustaman, 2006: 456), Standar Kompetensi dalam mata pelajaran Biologi yang harus dikuasai oleh siswa kelas XI IPA semester II adalah “Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan dan/atau penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada Salingtemas”. Untuk materi sistem ekskresi, maka Kompetensi Dasar yang harus dimiliki siswa kelas XI IPA semester II (Rustaman, 2006: 456) adalah “Menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses serta kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem ekskresi pada manusia dan hewan (misalnya pada ikan dan serangga)”. Ekskresi merupakan proses pengeluaran bahan-bahan yang tidak berguna yang berasal dari sisa metabolisme (katabolisme) atau bahan yang berlebihan dari sel atau tubuh suatu organisme (Winatasasmita, 1986). Menurut Campbell (2004) sistem ekskresi merupakan hal yang pokok dalam homeostasis karena sistem
31
tersebut
membuang
limbah
metabolisme
dan
merespon
terhadap
ketidakseimbangan cairan tubuh. Tabel 2.3 Karakteristik Materi Sistem Ekskresi
Materi
Penjelasan
Sifat Materi
Struktur ginjal
1.Ginjal (ren) manusia berjumlah sepasang, terletak di rongga perut sebelah kanan depan dan kiri depan ruas-ruas tulang belakang bagian pinggang. 2.Ginjal yang dibelah secara membujur akan memperlihatkan bagian-bagian korteks, medula (sumsum ginjal), dan pelvis (rongga ginjal). 3.Satuan fungsional ginjal disebut nefron. 4.Nefron terdiri atas badan Malpighi dan tubulus kontortus. 5.Badan Malpighi terdiri atas kapsula (simpai) Bowman dan glomerulus. 6.'I'ubulus kontortus terdiri atas tubulus kontortus proksimal, tubulus kontortus distal, dan tubulus kontortus kolektivus. Diantara tubuIus kontortus proksimal dan tubulus kontortus distal terdapat gelung /lengkung Henle pars ascenden (naik) dan pars descenden (turun).
Materi mengenai struktur ginjal termasuk kedalam materi yang abstrak. Organ tersebut sulit untuk diamati langsung. Dalam e-book yang dikembangkan baik dalam e-book yang berformat PDF maupun dalam ebook yang berformat flash dilengkapi dengan gambar yang representative yang dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada siswa. Gambar ginjal yang ada pada kedua ebook dapat diperbesar sehingga siswa dapat lebih jelas untuk melihat struktur ginjal beserta bagianbagiannya. Berbeda dengan gambar yang ada pada ebook berformat PDF yang hanya dilengkapi gambar, pada e-book berformat flash terdapat video mengenai struktur
32
Materi
Pembentukan urin
Struktur dan fungsi paruparu sebagai alat ekskresi
Penjelasan
Sifat Materi
ginjal. Selain ada video pada e-book berformat flash juga dilengkapi dengan animasi yang menunjukkan struktur ginjal. Dalam ginjal terjadi proses pembentukan urin Materi mengenai yang terdiri dari tiga proses. Proses tersebut proses diantaranya: pembentukkan urin 1.Proses-proses tersebut yaitu: filtrasi, ini termasuk reabsorpsi dan sekresi tubuler (Kurnadi, kedalam materi 2002: 126). Filtrasi terjadi di glomelurus. abstrak karena Filtrat dalam kapsula bowman mengandung proses yang terjadi zat terlarut seperti garam, glukosa, vitamin tidak bisa dilihat dan limbah bernitrogen seperti urea dan secara langsung. molekul kecil lainnya (Campbell et al, 2004). Dalam kedua eHasil dari filtrasi darah disebut filtrat book yang glomerulus atau urin primer. dikembangkan baik 2.Reabsorpsi terjadi di tubulus proksimal, e-book berformat lengkung henle dan tubulus distal. Hampir PDF maupun esemua gula, vitamin dan zat makanan book berformat organik lainnya yang ditemukan di filtrat flash, dilengkapi awal akan diserap kembali. Sebagian besar dengan gambar air filtrat itu juga diserap kembali dalam yang dapat ginjal mamalia dan burung (Campbell et al, dimengerti siswa. 2004). Sama seperti pada 3.Proses sekresi juga terjadi di tubulus konsep mengenai kontortus proksimal, lengkung henle dan struktur ginjal, pada tubulus kontortus distal. Sekresi adalah e-book berformat proses selektif yang melibatkan transfor pasif flash terdapat video maupun transpor akti (Campbel, 2004). tentang Proses augmentasi yaitu pada tubulus pembentukkan urin pengumpul masih terjadi penyerapan ion yang dapat dilihat Na+, Cl- dan urea sehingga terbentuklah urin oleh siswa. sesungguhnya. Selain berfungsi sebagai alat pernapasan, paru- Struktur dan fungsi paru juga berfungsi sebagai alat ekskresi karena paru-paru termasuk paru-paru juga mengekskresikan zat sisa kedalam materi metabolisme. Penguraian karbohidrat (glukosa) yang abstrak. Organ dan lemak kecuali menghasilkan energi akan tersebut ada dalam menghasilkan zat sisa berupa CO2 dan H2O tubuh manusia yang akan dikeluarkan lewat paru-paru. Karbon sehingga sulit dioksida dan air hasil metabolisme di jaringan diamati secara diangkut oleh darah lewat vena untuk dibawa langsung. Materi
33
Materi
Struktur dan fungsi hati sebagai alat ekskresi
Penjelasan
Sifat Materi
ke jantung, dan dari jantung akan dipompakan ke paru-paru untuk berdifusi di alveolus. Selanjutnya CO2 dan H2O dapat berdifusi atau dapat diekskresikan di alveolus paru-paru karena pada alveolus berumara banyak kapiler yang mempunyai selaput tipis (Prasetyo, 2008).
paru-paru sebelumnya telah disampaikan pada bahasan mengenai konsep sistem respirasi manusia. Sehingga pada konsep sistem ekskresi siswa hanya mengulang dan ditekankan pada fungsi paru-paru sebagai alat ekskresi saja. Pada e-book yang dikembangkan materi mengenai paru-paru sebagai alat ekskresi ini, disusun langsung membahas mengenai fungsi paru-paru sebagai alat ekskresi. Sama seperti pada materi yang lainnya pada e-book berformat PDF hanya ada materi berupa teks dan gambar saja sedangkan pada ebook berformat flash dilengkapi dengan video mengenai akibat merokok bagi tubuh seseorang. Struktur dan fungsi hati termasuk kedalam materi yang abstrak. Organ tersebut ada dalam tubuh manusia sehingga sulit diamati secara langsung. Organ
Sebagai alat eksresi hati berperan dalam pembentukan urea dari ammonia yang bersifat racun di hati. Kelenjar hati merupakan satusatunya organ yang menghasilkan enzim arginase yang berfungsi menguraikan asam amino arginin menjadi asam amino ornitin urea (Pratiwi, et. al., 2006). Sistem sirkulasi kemudian akan membawa urea ke organ ekskresi ginjal. Langkah-langkah pembentukan
34
Materi
Penjelasan urea terjadi di hati. Pembentukan urea terjadi melalui beberapa langkah yang dikenal dengan daur ornitin. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: ornitin yang dibentuk berfungsi mengikat NH3 dan CO2 yang bersifat racun. Dalam sel-sel tubuh, ornitin diubah asam amino sitrulin. Sitrulin berperan mengikat NH3 arginin yang dapat diuraikan dalam hati, sedangkan urea diangkut ke ginjal dan dikeluarkan bersama urin.
Struktur dan fungsi kulit sebagai alat ekskresi
Sifat Materi
hati sudah tidak asing lagi bagi para siswa karena organ ini sudah sedikit dibahas pada materi sistem pencernaan. Pada e-book yang dikembangkan materi mengenai hati sebagai alat ekskresi ini disusun langsung membahas mengenai fungsi hati sebagai alat ekskresi. Pada ebook ditekankan mengenai fungsi hati sebagai tempat pembentukan urea dalam tubuh yang tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh. Pada kedua e-book materi disajikan hanya dengan teks dan gambar saja. Kulit tersusun atas tiga lapisan, yaitu epidermis Materi mengenai (lapisan luar/kulit ari), dermis (lapisan struktur dan fungsi dalam/kulit jangat) dan hipodermis (jaringan kulit sebagai alat ikat bawah kulit).Lapisan epi dermis terdiri atas ekskresi termasuk stratum korneum, stratum lusidum. stratum kedalam konsep granulosum, dan stratum germinativum. Dermis yang konkret tetapi terletak di bawah epidermis. Lapisan ini ada bagian tertentu mengandung akar rambut, pembuluh darah, dari kulit yang kelenjar, dan saraf. Kelenjar yang terdapat termasuk kedalam dalam lapisan ini adalah kelenjar keringat konsep yang abstrak (glandula sudorifera) dan kelenjar minyak yakni struktur dari (glandula sebasea). Hipodermis terletak di kulit dan bawah dermis. Lapisan ini banyak mengandung mekanisme lemak. Sebagai alat ekskresi kulit berfungsi keluarnya keringat. mengeluarkan keringat. Pada e-book yang dikembangkan penjelasan mengenai struktur dan fungsi kulit
35
Materi
Sistem ekskresi pada hewan
Penjelasan
Sifat Materi
1. Sistem Ekskresi pada Invertebrata, diantaranya:(Winatasasmita, 1986) a. Sistem Ekskresi Protozoa Pengeluaran sisa-sisa metabolisme Protozoa dilakukan melalui membran sel secara difusi. Organel ekskresinya berupa vakuola berdenyut b. Sistem Ekskresi Coelenterata dan Porifera Pengeluaran sisa metabolisme Porifera dan Coelenterata berlangsung secara difusi. c. Sistem Ekskresi Cacing Pipih Pengeluaran sisa metabolisme pada cacing pipih dan cacing pita dilakukan protonefridium atau sel api. d. Sistem Ekskresi Annelida Alat ekskresi annelida khususnya pada cacing tanah yaitu metanefridium . e. Sistem Ekskresi Insekta Insekta mempunyai alat ekskresi yang disebut pembuluh Malpighi. 2. Sistem Ekskresi pada Vertebrata,
dijelaskan dengan runtun dan sederhana. Sama seperti materi yang lainnya pada penjelasan kulit di e-book berformat flash dilengkapi dengan video. Video tersebut berisikan mengenai struktur kulit. Meskipun pada ebook berformat PDF tidak dilengkapi dengan video tentang struktur kulit tetapi pada ebook berformat PDF ini dilengkapi dengan gambar yang representative yang dapat diatur ukurannya sesuai kebutuhan siswa. Materi tentang sistem ekskresi pada hewan ini termasuk kedalam materi yang abstrak karena semua alat ekskresi pada hewan terdapat dalam tubuh hewan tersebut sehingga sulit untuk diamati secara langsung. Pada e-book yang dikembangkan pembahasan mengenai sistem ekskresi pada hewan dijelaskan secara runtun dan sederhana dari hewan yang alat
36
Materi
Penjelasan diantaranya: (Winatasasmita, 1986) a. Sistem Ekskresi pada Ikan Alat ekskresi ikan berupa sepasang ginjal mesonefros. b. Sistem Ekskresi pada Amphibia Alat ekskresi amphibia berupa ginjal mesonefros. c. Sistem Ekskresi pada Reptilia Alat ekskresi pada reptilia adalah sepasang ginjal metanefros. d. Sistem Ekskresi pada Aves Alat ekskresi burung berupa sepasang ginjal metanefros. Burung tidak memiliki vesika urinaria sehingga hasil ekskresi dari ginjal disalurkan lengsung ke kloaka melalui ureter.
Kelainan Beberapa kelainan ginjal diantaranya: sistem 1.Albuminaria: penyakit pada sistem ekskresi ekskresi dimana pada urin penderita mengandung albumin. 2. Hematuria: penyakit pada sistem ekskresi terutama gangguan pada ginjal dimana pada urin penderita mengandung sel darah merah. 3.Nefrolitiasis: penyakit pada ginjal dimana ditemukan batu pada ginjal. 4.Gagal ginjal: ketidak mampuan ginjal dalam menjalankan fungsinya. 5. Nefritis: peradangan pada ginjal khususnya pada nefron dikarenakan bakteri Streptococcus. 6.Diabetes insipidus: penyakit dimana penderita mengeluarkan urin terlalu banyak. 7. Diabetes melitus: penyakit dimana ditemukan glukosa dalam urin penderita. 8.Sirosis hati: kelainan pada hati yang ditandai dengan timbulnya jaringan parut dan kerusakan sel-sel normal hati. 9.Hepatitis: radang hati yang umumnya disebabkan oleh virus. 10. Gangren: kematian jaringan lunak yang disebabkan oleh gangguan pengaliran darah ke jaringan.
Sifat Materi ekskresinya sederhana ke hewan yang ekskresinya kompleks. Selain pembahasan dengan teks, pembahasan mengenai sistem ekskresi ini dilengkapi dengan gambar yang representative sehingga siswa dapat langsung mengetahui alat ekskresinya seperti apa. Materi mengenai kelainan struktur dan fungsi ginjal termasuk kedalam materi yang abstrak proses terjadinya tetapi akibat yang ditimbulkan penyakit tersebut konkret. Untuk menjelaskan materi ini, pada e-book yang dikembangkan disediakan beberapa gambar akibat dari penyakit tersebut. Selain itu pada ebook berformat flash dilengkapi dengan video praktikum uji glukosa dan albumin yang dapat dilihat siswa diakhir bahasan materi ginjal.