BAB II DZIKIR, KETENANGAN BATIN DAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM
2.1.Dzikir 2.1.1. Pengertian Dzikir Kata dzikir berasal dari bahasa Arab dzikr yang artinya mengandung pengertian sesuatu yang dituturkan lsidah dan hati mengenai Allah SWT (Abdillah, dkk., 1992: 420). Dzikir menurut (Khan, 2000: 17), bahwa dhikr, meaning remembrance, that is, remembrance of God, is one of the basic teachings of Islam. The opposife state, That of forgetfulness of God, is unpardonable negligence.” Bahwa dzikir berarti ingat, yaitu ingat Kepada Allah, yaitu satu dari dasar ajaran dalam Islam. Berhadapan dengan keadaan, bahwa kelalaian kepada Allah, adalah kelalaian yang tidak diampuni. Sedangkan dzikir menurut Arifin (tt: 13), Dzikir adalah perkataan kalimat dzikir yang tidak mengakui semua Tuhan-tuhan dan menetapkan pengakuan kepada Allah; Allah yang maha Esa, adalah dzikir yang paling utama dan bermanfaat dan dapat membekas pada diri manusia yaitu kalimat Laailaahaillallah artinya tidak ada tuha selain Allah. Menurut Ash-Shidhieqy (1997: 36), dalam bukunya yang berjudul pedoman dzikir. Dzikir adalah menyebut nama Allah SWT dengan
membaca
tasbih 20
(subhanallah)
membaca
tahlil
21
(laailaahaillallah) membaca hasbalah (hasiyallah) membaca tahmid (alhamdulillah) membaca takbir (allahu akhar) membaca haukolah (la haula
wala
quwwata
illa
billah)
membaca
basmalah
(bismillahrrahmanirrohim) membaca la-Qur’an, dan membaca do’ado’a yang maktsur yaitu do’a yang diterima dari Nabi Saw. Karena dzikir dapat membawa kita pada perubahan psikis, dan untuk mendekatkan diri kepada Allah agar mendapaatkan ridho-Nya demi mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Dzikir merupakan upaya untuk menghubungkan diri secara langsung dengan Allah, baik dengan lisan maupun dengan kalbu atau dengan memadukan keduannya secara simponi demi mendapatkan ketenangan pada dirinya (Qomaruddin, 2000: 26). Yaitu jalan, metode, atau cara yang dilakukan para manusia guna menyucikan jiwa, mendekatkan diri kepada Allah, dan merasakan kehadiran-Nya. Menurut ajaran al-Qur’an hakikat manusia adalah makhluk yang merindukan kehadiran Allah SWT. Sebagai sumber kebaikan dan kebenaran inilah konsep fitroh dalam Islam. Dzikir juga berarti ucapan tahmid (pujian), takbir (pengagungan dengan mengucapkan Allahu Akbar), talbiyah, ibtihal (syair pujipujian), tasabbur (perenungan), tafakkur (pemikiran mendalam), dan pengagungan asma Allah. Bila ucapan itu dibaca pada saat yang tepat, dengan berserah diri sepenuhnya kepada Allah, membersihkan jiwa dan raga dari semua rayuan setan, dan tidak mengharapkan apa pun kecuali
22
Allah, insya Allah bacaan dzikir bermanfaat untuk kehidupan karena dzikir bermanfaat untuk kehidupan orang beriman. Al-Qur’an menggambarkan bahwa kalimah thoyyibah atau ungkapan dzikir itu harus tertanam secara kukuh dalam kalbu seperti sebatang pohon yang akarnya terhunjam ke dalam perut bumi. Cabang, ranting, dan dedaunannya menjulang kelangit nan tinggi, sedangkan buahnya dapat dipetik setiap saat. Sebab dzikir kepada Allah berintegrasi kedalam kesadaran kita secara mendalam dan menjiwai seluruh perilaku kita, serta bermuara pada moralitas yang tinggi (alakhlaq al-karimah). Sedang orang yang tidak merasakan kehadiran Allah dan hidupnya tidak berorientasi kepada kesadaran tentang nilainilai ketuhanan (rabbaniyyah). Sebagaimana firman Allah dalam alQur’an surat Ar-Ra’d ayat 28:
.ﺏ ﻦ ﺍﹾﻟ ﹸﻘﻠﹸﻮ ﻤِﺌ ﺗ ﹾﻄ ﻢ ِﺑ ِﺬ ﹾﻛ ِﺮ ﺍﻟﻠﱠ ِﻪ ﹶﺃ ﹶﻻ ِﺑ ِﺬ ﹾﻛ ِﺮ ﺍﻟﻠﱠ ِﻪ ﻬ ﺑﻦ ﹸﻗﻠﹸﻮ ﻤِﺌ ﺗ ﹾﻄﻭ ﻮﺍﻣﻨ ﻦ ﺁ ﺍﱠﻟﺬِﻳ
(28 :)ﺍﻟﺮﻋﺪ
Artinya: “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram” (Depag RI, 1982: 375). Sedangkan dzikir menurut Atjeh (1985: 276) bahwa dzikir adalah ucapan yang dilakukan dengan lisan dan mengingat Allah dalam hati yaitu dengan ucapan dan ingatan mensucikan Allah dari sifat-sifat yang tidak layak bagin-Nya.
23
Dzikir dalam al-Qur’an berasal dari ucapan para nabi dan rasul, orang saleh, malaikat dan penduduk surga, semuanya menunjukan kedekatan diri kepada Allah. Sebagiannya diucapkkan karena penyesalan atas dosa, kegabahan dalam bertutur, bersikap dan bertindak serta untuk bertobat kepada Allah dengan tekad tidak akan mengulangi lagi kesalahan yang sama. Sebagian yang lain berisikan pengharapan, do’a, perlindungan. Sebagian lagi berisikan ketulusan hati, ketakjuban, tadabbur dan tafakkur atas kemahatinggian Allah di atas semua makhluk-Nya. Ada pula yang merupakan pengagungan atas asma Allah yang bersifat maha dalam segala hal. Allah maha esa adalah Tuhan yang mahakuasa, maha mengetahui, maha melindungi, maha pemberi rezeki, maha pengasih, maha penyayang, maha pemutus, dan seterusnya, mencakup 99 atribut Allah (Qomaruddin, 2000: 31). Maka langkah awal yang harus di lakukan oleh seorang agar dzikir itu dapat meresap sampai ke hati sehinga hati benar-benar merasakan ketenangan adalah memperbanyak dzikir dengan lisan dan hatinya semaksimal mungkin dengan konsentrasi penuh sehingga dzikir dapat meresap ke seluruh anggota badanya, urat-uratnya lalu ke hatinya. Jika klien atau manula mengukuti pelaksanaan dzikir yang sesuai dengan aturan maka akan dapat membangkitkan semangat hidup dan adanya rasa percaya diri yang tinggi terhadap klien akan menyadari jati dirinya lalu akhirnya berusaha untuk meninggalkan maksiat.
24
Dari berbagai pengertian di atas, menurut penulis dzikir adalah segala sesuatu atau tindakan dalam rangka mengingat Allah SWT, dengan mengagungkan asma-Nya dengan lafadz-lafadz, puji-pujian, bacaan al-Qur’an dan menjalankan sholat dengan lisan, diucapkan dalam hati dan perbuatan yang dilakukan dimana saja tidak terbatas pada ruang dan waktu. 2.1.2. Anjuran Berdzikir Anjuran untuk berdzikir inilah agar orang senantiasa melakukan dzikir hati/pikiran agar hati menjadi tentram, adem dan ayem dan penuh kesejukan. Perintah anjuran untuk berdzikir ini seperti dijelaskan dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 152, jika manusia mengingat Allah SWT maka Allah aakan mengingatnya. Firman-Nya:
(152 : )ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ.ﻭ ِﻥﻜ ﹸﻔﺮ ﺗ ﹾ ﻭ ﹶﻻ ﻭﺍ ﻟِﻲﺷ ﹸﻜﺮ ﺍﻢ ﻭ ﺮ ﹸﻛ ﻭﻧِﻲ ﹶﺃ ﹾﺫ ﹸﻛﻓﹶﺎ ﹾﺫ ﹸﻛﺮ Artinya: “Karena itu ingatlah kamu kepada-Ku niscaaya Aku ingat pula kepadamu dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu mengingkari nikmat-Ku”. Hanya dengan mengingat Allah SWT hati akan menjadi tentram. Firman Allah SWT dalam surat ar-Ra’d ayat 28:
(28 : )ﺍﻟﺮﻋﺪ.ﺏ ﻦ ﺍﹾﻟ ﹸﻘﻠﹸﻮ ﻤِﺌ ﺗ ﹾﻄ ﹶﺃ ﹶﻻ ِﺑ ِﺬ ﹾﻛ ِﺮ ﺍﻟﻠﱠ ِﻪ... Artinya: “Haanya dengan mengingat Allah Swt sajalah hati aakan menjadi tentram”.
25
Dzikir dapat dilakukan kapan sajah dan dimana sajah. Firman Allah dalam surat al-Ahzab ayat 41-42:
.ﻼ ﻭﹶﺃﺻِﻴ ﹰ ﺮ ﹰﺓ ﹾﻜﻩ ﺑ ﻮﺒﺤﺳ ﻭ .ﺍﺍ ﹶﻛِﺜﲑﻪ ِﺫ ﹾﻛﺮ ﻭﺍ ﺍﻟﻠﱠﻮﺍ ﺍ ﹾﺫ ﹸﻛﺮﻣﻨ ﻦ ﺁ ﺎ ﺍﱠﻟﺬِﻳﻳﻬﺎ ﹶﺃﻳ (42-41 :)ﺍﻻﺣﺰﺍﺏ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang.”.
2.1.3. Fungsi Dzikir Dengan kemajuan zaman yang begitu pesat sering membuat orang menjadi kering hatinya dari mengingat Allah SWT karena manusia telah disibukkan oleh berbagai urusan dunia yang tiada habishabisnya. Dengan melihat fenomena di atas kiranya perlu adanya pelita penenang agar mereka selalu senantiasa bias mengalihkan pandangan mereka dari sifat-sifat materialisme, hedonisme, dan sifat-sifat lain yang dapat membuat hati menjadi tidak tentram hatinya. Kembali ke jalan Allah SWT yaitu dengan berdzikir kepada Allah SWT. Karena hanya dengan dzikir yang meresap dan menyentuh hati, maka hati akan menjadi tenang (QS. Ar-Ra’d: 28). Dan dalam hadist Rasul dijelaskan:
ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ:ﻭﻋﻦ ﺍﰉ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﺭﺿﻰ ﺍﷲ ﻗﺎﻝ ﻣﺎ ﺟﻠﺴﻢ ﻗﻮﻡ ﳎﻠﻴﺴﺎ ﻳﺬﻛﺮﻭﻥ ﺍﷲ ﻓﻴﻪ ﺍﻻ ﺣﻔﺘﻬﻢ ﺍﳌﻼﺋﻜﺔ ﻭﻏﺸﻴﺘﻬﻢ ( )ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ.ﺍﻟﺮﲪﺔ ﻭﺫﻛﺮ ﻫﻢ ﺍﷲ ﻓﻴﻤﻦ ﻋﻨﺪﻩ
26
Artinya: dari Abu Hurairah RA. Berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Suatu kaum tidak duduk dalam suatu tempat untuk berdzikir kepada Allah SWT, kecuali mereka dikelilingi oleh para malaikat dan diliputi rahmat. Dan Allah SWT menyebut mereka termasuk orang-orang yang ada didekatnya” (HR. Muslim) (Al-Asqalaniy, 773: 310).
Maka langkah awal yang harus dilakukan oleh seorang agar dzikir itu benar-benar meresap sampai ke hati sehingga hati benar-benar merasakan kelezatan berdzikir dan hati bias menjadi tenang adalah memperbanyak dzikir dengan lisan dan hatinya semaksimal mungkin berkonsentrasi penuh, sehingga dzikir dapat meresap kesemua badannya, keurat-uratnya lalu pindah ke hatinya. Ketika dzikir itu sampai ke hati dengan penuh, maka hati benar-benar merasakan ketentraman (Sarqawi, tt: 56).
2.2.Ketenangan Batin 2.2.1. Pengertian Ketenangan Batin Ketenangan batin skap yang tenang dalam menghadapi masalah apa saja, baik baik yang terjadi itu sesuatu yang menyedihkan atau menyenangkan baik dating dari fisik atau psikis (Nasution, 2002: 85). Menurut Darajat (1983: 17) bahwa tenang jiwanya merupakan manusia yang dapat merasakan kebahagian dalam hidupnya. Ia menyadari bahwa dirinya berguna, berharga dan mampu menggunakan potensi dan bakat yang membuat dirinya dan orang lain bahagia. Dengan kata lain orang yang tenang jiwanya tidak akan ambisi memberi kecintaan dunia yang akhirnya melupakan tempat ia akan
27
dikembalikan, merasa sombong, tinggi hati dan bersifat apatis. Ia selalu menghargai orang lain, percaya diri dan segala perbuatanya mengarah kepada kebaikan diri dan orang lain, ilmu yang dimiliki senantiasa diamalkan, baik bagi dirinyaaa maupun orang lain. Hal ini sesuai dengan firman Allah yang berbunyi:
ﺤﺐ ِ ﻳ ﹶﻻﺍﻟﻠﱠﻪﻢ ﻭ ﺎ ﹸﻛﺎ ﺁﺗﻮﺍ ِﺑﻤﺮﺣ ﺗ ﹾﻔ ﻭ ﹶﻻ ﻢ ﺗ ﹸﻜﺎ ﻓﹶﺎﻋﻠﹶﻰ ﻣ ﺍﺳﻮ ﺗ ﹾﺄ ﻲ ﹶﻻ ِﻟ ﹶﻜ (23 : )ﺍﳊﺪﻳﺪ.ﺎ ٍﻝﺨﺘ ﻣ ﹸﻛ ﱠﻞ Artinya: “Kami jelaskan yang demikian itu supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikanNya kepadamu”. (QS. Al-Hadiid: 23) (Depag RI, 1992: 541). 2.2.2. Faktor Yang Mempengaruhi Ketenangan Batin Ada dua tipologi ketenangan pada manusia yaitu manusia yang tenang jiwanya dan manusia yang tidak tenag jiwanya. a. Manusia yang tenang jiwanya merupakan manusia yang dapat merasakan kebahagian dalam hidupnya. Ia menyadari bahwa dirinya berguna, berharga dan mampu menggunakan potensi dan bakat yang membuat dirinya dan orang lain bahagia. Dengan kata lain orang yang tenang jiwanya tidak akan ambisi memberi kecintaan dunia yang akhirnya melupakan tempat ia akan dikembalikan, merasa sombong, tinggi hati dan bersifat apatis. Ia selalu menghargai orang lain, percaya diri dan segala perbuatanya
28
mengarah kepada kebaikan diri dan orang lain, ilmu yang dimiliki senantiasa diamalkan, baik bagi dirinya maupun orang lain. b. Manusia yang tidak tenang jiwanya merupakan tingkatan tipologi manusia yang paling ringan sampai yang paling parah dan dari orang yang merasa terganggu ketenangannya sampai pada orang yang mendapat kegilaan. Menurut Zakiyah Darajat (1983: 17-23) dapat dilihat dari beberapa segi yaitu: 1) Dari segi perasaan di antara gangguan perasaan yang disebabkan karena tegangnya mental adalah rasa cemas, gelisah, iri hati, sedih, merasa rendah diri, pemarah, bimbang dan ragu. 2) Dari segi pikiran gejala yang dapat dilihat yaitu sering lupa, tidak bisa berkonsentrasi, kemampuan berfikir menurun sehingga seolah-olah tidak cerdas lagi pikiranya buntu. 3) Dari segi kelakuan gejala yang ditampakan adalah aadanya penyimpangan-penyimpangan
yang
dilakukan
sehingga
menyebabkan orang lain menderita. Setelah mengetahui adanya dua tipologi manusia di atas, maka faktorfaktor yang mempengaruhi ketenangan batin itu secara garis besar ada dua: 1) Faktor Intern Faktor ini meliputi faktor fiksik dan psikis pada diri seseorang seperti keimanan dan ketaqwaan, sikap dalam menghadapi problem hidup, keseimbangan dalam berdzikir, kondisi jiwa seseoarang dan sebagainya.
29
Seseorang yang memiliki keimanan dan ketaqwaan yang tinggi akan memperoleh ketenangan dan kedamaian pada batinya dalam hidup. Bila menghadapi problematika hidup ia akan menghadapi dengan sabar dan tidak mudah putus asa, sehingga mampu secara luwes menyiapkan diri dan menciptakan hubungan antara pribadi yang bermanfaat dan menyenangkan. Dengan demikian iamn dan taqwa seseorang yang merupakan faktor penting yang dapat membimbing jiwanya. Keimanan merupakan titik pokok yang menjadi sumber kehidupan manusia, iman itulah pengendali sikap, ucapan, tindakan dan perbuatan seorang. Keimanan kepada Allah akan membuat jiwa seorang menjadi tenang dan tentram hatinya. Hal ini disebabkan iman kepada Allah, dapat memberikan pengaruh yang sangat besar pada jiwa seorang karena diyakininya dengan maha segala-galanya. Tempat orang menumpahkan segala rasa, baik cinta maupun kekecewaan yang dialaminya. 2) Faktor Ekstern Merupakan faktor yang berasal dari luar seorang seperti kondisi lingkungan, pendidikan dan keadaan ekonomi, sosial serta faktor yang lain. Sebagaimana pendapat Zakiyah Darajat (1983: 25) menyatakan bahwa sesungguhnya ketenagan hidup, ketenagan jiwa atau kebahagian batin itu banyak tergantung pada faktor-faktor dari luar seperti keadaan sosial, ekonomi, politik, adat kebiasaan dan sebagainya. Akan tetapi lebih tergantung pada cara dan sikap mengahadapi faktor tersebut.
30
Jika melihat pendapat toko di atas dapat diambil kesimpulan bahwa faktor intern itu lebih dominan pengaruhnya dari faktor ekstern. Dengan alasan walaupun ketenangan hidup dan ketenangan jiwa itu tergantung pada faktor-faktor dari luar, namun lebih tergantung dari bagaimana cara dan sikap untuk mewujudkan ketenagan batin dalam kehidupan seharihari. 2.3.Bimbingan Konseling Islam 2.3.1. Pengertian Bimbingan Konseling Islam Bimbingan Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar menyadari kembali akan eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat (Musnamar, tt: 5). Sedangkan menurut Adz-Dzakiy (2001: 137), dalam bukunya yang berjudul psiko terapi konseling Islam. Bahwa suatu aktivitas memberikan bimbingan pelajaran dan pedoman kepada individu yang meminta bimbingan (klien). Dalam hal ini bagaimana seharusnya seorang klien dapat mengembangkan potensi akan pikiran, jiwanya, keimanannya dan keyakinannya dengan baik dan benar. Secara mandiri yang berparadigma pada al-Qur’an dan sunnah Rasul. Sedangkan menurut Hellean (2001: 120), menyatakan bahwa bimbingan konseling Islam adalah suatu usaha membantu individu dalam menanggulangi penyimpangan perkembangan fitroh agama
31
yang dimilikinya, sehingga ia menyadari kembali peranannya sebagai khalifah dimuka bumi dan berfungsi untuk menyembah atau mengabdi kepada Allah SWT sehingga akhirnya tercipta kembali hubungan yang baik dengan Allah SWT dan dengan manusia dan alam semesta. Sedangkan bimbingan konseling Islam menurut penulis adalah proses pemberian bantuan yang berupa bimbingan karena orang yang dibimbing terlanjur berada dalam suatu kesalahan dan mereka sendiri tidak tahu ke arah mana dan harus berbuat apa sehingga memerlukan seoarang
pembimbing
dengan
dasar
petunjuk-petunjuk
yang
berdasarkan al-Qur’an dan al-Hadits. 2.3.2. Landasan Bimbingan Konseling Islam Landasan bimbingan konseling Islam adalah al-Qur’an dan alHadits di mana kedua ini adalah sebagai pedoman manusia agar manusia senantiasa berjalan pada jalan yang lurus selalu berada dalam petunjuk Allah SWT. Al-Qur’an dan sunah Rasul dapat diistilahkan sebagai landasan ideal dan konseptual bimbingan konseling Islam dari al-qur’an dan sunnah rasul itulah gagasan, tujuan dan konsep-konsep (pengertian makna hakiki) bimbingan konseling Islam bersumber pada keduanya (Arifin, 2001: 6).
32
2.3.3. Fungsi Dan Tujuan Bimbingan Konseling Islam a. Fungsi Bimbingan Konseling Islam Fungsi bimbingan konseling menurut Hatcher sebagaimana yang dikutip oleh Abimanyu (1996: 17-20), meliputi 1) fungsi rehabilitatif 2) fungsi prefentif. Fungsi rehabilitatif, peran rehabilitatif pada bimbingan konseling berfokus pada penyesuaian diri, penyembuhan masalah psikologis yang dihadapi, mengembalikan kesehatan mental, dan mengatasi gangguan emosional. Agar dapat menerima bantuan dari seorang konselor, klien harus mengalami gangguan yang cukup menggelisahkan untuk bisa terdorong mencari bantuan. Fungsi Prefentif, upaya prefentif adalah suatu upaya untuk mencapai individu-individu sebelum mereka mencapai masalah kejiwaan karena kurang perhatian. Upaya prefentif adalah suatu upaya untuk melakukan intervensi mendahului kesadaran akan kebutuhan
pemberian
bantuan.
Upaya
prefentif
haruslah
mendahului munculnya kebutuhan atau masalah, bila tidak demikian
bukanlah
upaya
prefentif.
Upaya
ini
meliputi:
pengembangan strategi-strategi dan program-program yang dapat digunakan untuk mencoba mengantisipasi dan mengelakkan resiko-resiko hidup yang tidak perlu terjadi.
33
Dalam literatur keislaman, kita menemukan bahwasannya fungsi-fungsi bimbingan konseling Islam dikelompokan menjadi empat: 1) Fungsi prefentif, yakni membantu individu menjaga atau mencegah timbulnya masalah bagi dirinya. 2) Fungsi kuratif, yakni membantu individu memecahkan masalah yang sedang dihadapi atau dialaminya. 3) Fungsi preservatif, yakni membantu individu menjaga agar situasi dan kondisi yang semula tidak baik (mengandung masalah) yang telah menjadi baik (terpecahkan) itu kembali menjadi tidak baik (menimbulkan masalah kembali). 4) Fungsi developmental atau pengembangan, yakni membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak memungkinkan menjadi sebab munculnya masalah baginya (Faqih, 2001: 37). b. Tujuan Bimbingan Konseling Islam Shertzer dan Stone sebagaimana dikutip oleh Abimanyu (1996:
13-17),
mengelompokkan
tujuan-tujuan
bimbingan
konseling yang meliputi perubahan prilaku, kesehatan mental yang positif, pemecahan masalah, keefektifan pribadi dan pengambalian keputusan.
34
1) Perubahan Prilaku Tujuan bimbingan konseling Islam adalah untuk menghasilkan perubahan dalam prilaku. Perubahan prilaku sebagai tujuan bimbingan konseling bisa dipandang sebagai perubahan respon-respon khusus terhadap orang lain atau terhadap diri sendiri sehingga terbuka kemungkinan untuk hidup lebih produktif
dan
memuaskan
dengan
tidak
mengabaikan
pembatasan-pembatasan yang dituntut masyarakat. 2) Pemecahan Masalah dan Menghilangkannya Tujuan konseling kadang-kadang dianggap sebagai pemecahan masalah dalam hubungan konseling. Alas an pokok bagi eksistensi bimbingan konseling didasarkan pada fakta bahwa orang-orang yang mempunyai masalah yang mereka sendiri tidak dapat menyelesaikannya. Mereka dating kepada konselor karena mereka telah digiring untuk percaya bahwa konselor akan
memberikan
suatu
bantuan
kepadanya
dalam
memecahkan masalah. 3) Keefektifan Pribadi Tujuan meningkatkan keefektifan pribadi erat berkaitan dengan tujuan pemeliharaan mental yang sehat dan perubahan prilaku. Dalam literatur keislaman, kita menemukan bahwasannya tujuan bimbingan konseling Islam sebagaimana dikemukakan oleh Adz-Dzakiy (2001: 221), adalah sebagai berikut:
35
1) Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan dan kebersihan jiwa atau batin. Jiwa menjadi tenang, jinak dan damai (muthmainnah) bersikap lapang dada (radhiyah), dan mendapatkan pencerahan taufiq hidayah Tuhannya (mardhiyah). 2) Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan dan kesopanan tingkah laku yang dapat memberikan manfaat baik pada diri sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan kerja maupun lingkungan sosial dan alam sekitarnya. 3) Untuk menghasilakan kecerdasan rasa (emosi) pada individu sehingga muncul dan berkembang rasa toleransi, kesetiakawanan, tolong menolong, dan rasa kasih saying. 2.3.4. Asas-asas Bimbingan Konseling Islam Telah
disebutkan
bahwa
bimbingan
konseling
islam
berlandaskan al-qur’an dan hadis nabi ditambah dengan berbagai landasan filosofis dan keimanan. Berdasarkan landasan tersebut dapat diketahui berbagai asas-asas pelaksanaan bimbingan konseling islam, yang antara lain sebagai berikutss: a) Asas Kebahagiaan Dunia dan Akhirat Bimbingan konseling
islam tujuan akhirnya adalah
membantu klien atau konseling yaitu orang-orang yang dibimbing agar mereka senantiasa menyadari akan fitrahnya sebagai manusia yaitu seorang hamba yang harus mengabdi kepada tuhannya. Maka dengan demikian jika fitrah itu telah kembali maka kebahagiaan hidup didunia dan akhirat insya allah akan tercapai. Dalam firman allah swt :
ﻨ ﹰﺔﺴ ﺣ ﺮ ِﺓ ﻭﻓِﻲ ﺍﻵ ِﺧ ﻨ ﹰﺔﺴ ﺣ ﺎﻧﻴﺪ ﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟﺎ ﺁِﺗﻨﺑﻨﺭ ﻳﻘﹸﻮ ﹸﻝ ﻦ ﻣ ﻢ ﻬ ﻨﻭ ِﻣ (201 : )ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ.ﺎ ِﺭﺏ ﺍﻟﻨ ﻋﺬﹶﺍ ﺎﻭِﻗﻨ
36
Artinya: “Dan diantara mereka ada orang yang berdoa, ya tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Al-Baqarah: 201) b) Asas Fitrah Asas ini merupakan bantuan kepada klien atau konseling untuk mengenal memahami dan menghayati fitrahnya sehingga gerak tingkah laku dan tindakannya sesuai dengan fitrahnya. Firman allah :
ﺎ ﹶﻻﻴﻬﻋﹶﻠ ﺱ ﺎﺮ ﺍﻟﻨ ﺮ ﹶﺓ ﺍﻟﻠﱠ ِﻪ ﺍﱠﻟﺘِﻲ ﹶﻓ ﹶﻄ ﺣﻨِﻴﻔﹰﺎ ِﻓ ﹾﻄ ﻳ ِﻦﻚ ﻟِﻠﺪ ﻬ ﺟ ﻭ ﻢ ﹶﻓﹶﺄِﻗ ﺱ ﹶﻻ ِ ﺎﺮ ﺍﻟﻨ ﻦ ﹶﺃ ﹾﻛﹶﺜ ﻭﹶﻟ ِﻜ ﻢ ﻦ ﺍﹾﻟ ﹶﻘﻴ ﻳﻚ ﺍﻟﺪ ﺨ ﹾﻠ ِﻖ ﺍﻟﻠﱠ ِﻪ ﹶﺫِﻟ ﺒﺪِﻳ ﹶﻞ ِﻟﺗ (30 : )ﺍﻟﺮﻭﻡ.ﻮ ﹶﻥﻌﹶﻠﻤ ﻳ Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (allah); (tetaplah atas) fitrah allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrahnya itu. Tetapi tidak ada perubahan fitrah allah (itulah agama yang lurus), tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar-Rum: 30) c) Asas Lillahi Ta’ala Asas lillahi ta’ala diselanggarakan oleh konselor kepada seorang klien yang membutuhkan bimbigan dan pertolongan ini semata-mata karena Allah SWT:
.ﲔ ﺎﹶﻟ ِﻤﺏ ﺍﹾﻟﻌ ﺭ ﺎﺗِﻲ ِﻟﻠﱠ ِﻪﻣﻤ ﻭ ﻱ ﺎﺤﻴ ﻣ ﻭ ﺴﻜِﻲ ﻧﻭ ﻼﺗِﻲ ﺻﹶ ﹸﻗ ﹾﻞ ِﺇﻥﱠ
(162 :)ﺍﻷﻧﻌﺎﻡ
Artinya: “Katakanlah: sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, tuhan semesta alam.” (QS. Al-An’am: 162)
37
d) Asas Bimbingan Seumur Hidup Asas ini memberikan fasilitas bimbingan kepada seorang klien untuk selama-lamanya (seumur hidup), karena bagaimanapun juga yang namanya manusia mesti suatu saat akan terdapat dan kekhilafan, disinilah perlunya bimbingan seumur hidup.
e) Asas Kesatuan Jasmani dan Ruhaniah Asas ini berusaha membantu individu untuk hidup dalam keseimbangan jasmani dan rohani artinya jasmani yang sehat juga perlu didukung oleh rohani yang sehat demikian juga sebaliknya. f) Asas Keseimbangan Ruhaniah Asas ini berusaha menyadari keadaan kudroti manusia tersebut dengan berpijak kepada firman-firman Allah SWT dan hadis nabi membantu klien atau yang dibimbing memperoleh keseimbangan diri dalam segi mental ruhaniahnya. Firman allah :
ﺏ ﹶﻻ ﻢ ﹸﻗﻠﹸﻮ ﻬ ﺲ ﹶﻟ ِ ﻧﺍﻹﻦ ﻭ ﺠ ِ ﻦ ﺍﹾﻟ ﺍ ِﻣﻢ ﹶﻛِﺜﲑ ﻨﻬ ﺠ ﺎ ِﻟﺭﹾﺃﻧ ﺪ ﹶﺫ ﻭﹶﻟ ﹶﻘ ﻮ ﹶﻥﻤﻌ ﺴ ﻳ ﻢ ﺁﺫﹶﺍ ﹲﻥ ﹶﻻ ﻭﹶﻟﻬ ﺎﻭ ﹶﻥ ِﺑﻬﺼﺮ ِ ﺒﻳ ﻦ ﹶﻻ ﻴﻋ ﻢ ﹶﺃ ﻭﹶﻟﻬ ﺎﻮ ﹶﻥ ِﺑﻬﻳ ﹾﻔ ﹶﻘﻬ .ﺎِﻓﻠﹸﻮ ﹶﻥﻢ ﺍﹾﻟﻐ ﻫ ﻚ ﺿﻞﱡ ﺃﹸﻭﹶﻟِﺌ ﻢ ﹶﺃ ﻫ ﺑ ﹾﻞ ﺎ ِﻡﻧﻌﻚ ﻛﹶﺎﻷ ﺎ ﺃﹸﻭﹶﻟِﺌِﺑﻬ (179 :)ﺍﻻﻋﺮﺍﻑ
Artinya: “Dan sesungguhnya kami jadikan isi neraka jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayatayat allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan allab), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakan untuk mendengar (ayat-ayat allah).
38
Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai”. (QS. AlA’raf : 179) g) Asas Kemaujudan Asas ini berlangsung pada manusia menurut citra manusia memandang seorang individu merupan suatu maujud (eksistensi) tersendiri dimana individu mempunyai hak dan ada perbedaan andividu satu dengan individu yang lainnya. Individu mempunyai kemerdekaan pribadi sebagai konsekuensi dari haknya dan kemampuan fundamental potensial ruhaniahnya.
(49 : )ﺍﻟﻘﻤﺮ.ﺪ ٍﺭ ﻩ ِﺑ ﹶﻘ ﺎﺧﹶﻠ ﹾﻘﻨ ﻲ ٍﺀ ﺷ ﺎ ﹸﻛ ﱠﻞِﺇﻧ Artinya: “Sesungguhnya kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran”. (QS. Al-Qamar: 49). h) Asas Sosialisasi Manusia Manusia merupakan makhluk sosial. Hal ini diakui dalam konseling Islam, pergaulan, cinta kasih, penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain, rasa ingin memiliki dan dimiliki semuanya merupakan aspek-aspek yang diperlihatkan dalam konseling Islam karena hal itu adalah cirri hakikat manusia. i) Asas Kekhalifahan Manusia Asas ini menerangkan bahwa setiap manusia adalah khalifah walau dalam lingkup yang kecil yaitu pemimpin keluarga oleh karena itu harus ada rasa tanggung jawab manusia untuk
39
mengatur alam ini karena semuanya akan diminta pertanggung jawabannya dihadapan Allah SWT. j) Asas Keselarasan Dan Keadilan Asas ini menginginkan adanya keselarasan keseimbangan, keadilan, di dalam diri manusia. k) Asas Bimbingan Akhlakul Karimah Pada dasarnya manusia mempunyai sifat-sifat yang baik, lemah lembut, kasih saying dan lain-lain. Tetapi manusia sering terjerumus pada sifat-sifat yang tidak baik. Maka untuk mengembalikan semua ini adalah tanmggung jawab seorang konselor islami agar turut serta memberikan bimbingan akhlakul karimah kepada seorang klien. l) Asas Kasih Sayang Setiap manusia memerlukan cinta kasih dan rasa sayang dari orang lain. Bimbingan konseling Islam bersandar pada cinta dan kasih sayang. m) Asas Saling Menghargai Dan Menghormati Dalam bimbingan konseling Islam antara konselor dengan klien adalah sama kedudukannya yaitui sama-sama sebagai makhluk Allah Swt hanya saja yang menjadikan perbedaan adalah seorang konselor memberikan bimbingan kepada klien. Sedangkan klien menerima bimbingan tersebut. Hubungan konselor dengan
40
klien adalah saling menghormati sesuai dengan kedudukannya masing-masing sebagai makhluk Allah SWT:
ﻪ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﺎ ِﺇﻥﱠ ﺍﻟﻠﱠﻭﻫﺭﺩ ﻭ ﺎ ﹶﺃﻨﻬﻦ ِﻣ ﺴ ﺣ ﻮﺍ ِﺑﹶﺄﺤﻴ ﻴ ٍﺔ ﹶﻓﺤ ِ ﺘﻢ ِﺑ ﺘﻴﺣﻴ ﻭِﺇﺫﹶﺍ (86 : )ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ.ﺎﺣﺴِﻴﺒ ﻲ ٍﺀ ﺷ ﻋﻠﹶﻰ ﹸﻛﻞﱢ Artinya: “Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu”. (QS. An-Nisa’: 86). n) Asas Musyawaroah Bimbingan konseling Islam dilakukan dengan asas musyawarah artinya antara pembimbing dengan yang dibimbing terjadi dialog yang baik. Antara yang satu dengan yang lainnya tidak saling mendeskreditkan atau menonjolkan tidak ada perasaan tertekan dan keinginan untuk menekan. Sebagaimana diterangkan dalam alQur’an:
ﺐ ِ ﻆ ﺍﹾﻟ ﹶﻘ ﹾﻠ ﺎ ﹶﻏﻠِﻴ ﹶﺖ ﹶﻓﻈ ﻨﻮ ﻛﹸ ﻭﹶﻟ ﻢ ﻬ ﺖ ﹶﻟ ﻨﻦ ﺍﻟﻠﱠ ِﻪ ِﻟ ﻤ ٍﺔ ِﻣ ﺣ ﺭ ﺎﹶﻓِﺒﻤ ﻢ ﻓِﻲ ﻫ ﺭ ﺎ ِﻭﻭﺷ ﻢ ﻬ ﺮ ﹶﻟ ﻐ ِﻔ ﺘﺳ ﺍﻢ ﻭ ﻬ ﻨﻋ ﻒ ﻋ ﻚ ﻓﹶﺎ ﻮِﻟ ﺣ ﻦ ﻮﺍ ِﻣﻧ ﹶﻔﻀﻟﹶﺎ .ﲔ ﻮ ﱢﻛِﻠ ﺘ ﺍﹾﻟﻤﺤﺐ ِ ﻳ ﻪ ﻋﻠﹶﻰ ﺍﻟﻠﱠ ِﻪ ِﺇﻥﱠ ﺍﻟﻠﱠ ﻮﻛﱠ ﹾﻞ ﺘﺖ ﹶﻓ ﻣ ﺰ ﻋ ﻣ ِﺮ ﹶﻓِﺈﺫﹶﺍ ﺍ َﻷ (159 :)ﺍﻝ ﻋﻤﺮﺍﻥ Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan bagi mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan
41
tekad, maka bertawakkallah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”. (QS. Ali Imran: 159), (Depag RI, 1987: 103). o) Asas Keahlian Bimbingan konseling Islam memang harus dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai keahlian dalam bidangnya dan professional dalam tindakannya dengan tujuan bimbingan yang diberikan dapat menyelesaikan problematika yang dimiliki oleh klien. 2.3.5. Dzikir Konseling dan Ketenangan Batin Pelaksanaan dzikir penghuni Panti pada umumnya dilakukan setelah menjalankan ibadah shalat, baik itu shalat wajib mapun shalat sunnah lainnya. Dzikir ini bertujuan untuk menentramkan gejolakgejolak jiwa manula (kelayan) yang tidak stabil agar sebagai akibat dari masalah yang dihadapinya. Bimbingan dan konseling Islam sifatnya merupakan proses pemberian bantuan kepada seorang kelaya (manula) yang mempunya masalah hal ini sudah diketahui dari pengertian atau definisi konseling Islam yaitu individu yang dimaksud disini adalah orang yang dibimbing atu diberi konseling bagi orang-perorangan maupun kelompok. Untuk mewujudkan diri sebagai manusia seutuhnya sesuai dengan hakikatnya menjadi manusia selaras denganperkembangan unsur dirinya dan fungsi atau kedudukannya sebagai makhluk Allah SWT (mengabdi kepada Alla) makhluk individu, makhluk sosial yang sesuai dengan fitrah manusia. Berdasarkan definisi diatas dan tujuan
42
konseling Islam dalam membantu menyelesaikan masalah yang dihadapinya berupa pemberian layanan bimbingan. Individu yang mempunyai masalah tersebut dapat menyadari hakikat dirinya sebagai manusia
seutuhnya
untuk
kembali
ke
jalan
Tuhannya
dan
melaksanakan semua perintah-perintah dan menjauhkan laranganlarangan-Nya. Dalam tataran praktek, konseling Islam sebagai sebuah pendekatan terhadap masalah yang dihadapinya dapat terselesaikan dan dapat menjadikan kedamaian pada dirinya dan merasakan ketenangan dalam batinya untuk mencapai kebahagian hidup di dunia dan akherat dengan mendapatkan ridho-Nya (Faqih, 2001: 15). Tercapainya fungsi tersebut, secara teoritis mendukung terwujudnya tujuan bimbingan konseling Islam dalam memecahkan masalah. Di mana dengan mengadopsi pendapat Adz-Dzkiy tujuan tersebut meliputi: a. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan dan kebersihan jiwa dan mental dalam diri manula. Batin menjadi tenang, jinak dan damai (muthmainnah) bersikap lapang dada (radhiyah), dan mendapatkan pencerahan taufiq hidayah Tuhannya (mardhiyah). b. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan dan kesopanan tingkah laku yang dapat memberikan manfaat baik pada manula, lingkungan keluarganya, lingkungan sosial dan alam sekitarnya.
43
c. Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada manula sehingga muncul dan berkembang rasa toleransi, kesetia kawanan, tolong menolong, dan rasa kasih sayang. d. Untuk menghasilkan kecerdasan religius pada diri individu para manula sehingga muncul dan berkembang rasa keinginan untuk berbuat taat kepada Tuhannya, ketulusan mematuhi segala perintah-Nya serta ketabahan menerima ujian-Nya.