23
BAB II DOSEN WALI DAN KEBERHASILAN BELAJAR MAHASISWA
Bab ini memuat teori-teori tentang variabel besar yang diteliti, penulis berusaha menguraikan secara lengkap dan konsisten dengan permasalahan yang diajukan serta menghindari melebar serta meluasnya pembahasan dalam penelitian ini. Adapun yang ingin penulis uraikan meliputi teori tentang dosen wali, keberhasilan belajar, dan mahasiswa. A. Dosen Wali 1. Pengertian Dosen Wali Dosen wali adalah staf pengajar tetap suatu Perguruan Tinggi yang paling tepat untuk menjadi sumber bantuan nasehat akademik agar para mahasiswa dapat menyelesaikan tugasnya sebagai mahasiswa. Dosen wali merupakan nama lain dari Penasehat Akademik. Salah satu peran atau tugas dosen wali adalah memberikan bimbingan kepada mahasiswa, menampung masalah akademik yang dihadapi mahasiswa bimbingannya dan turut berusaha mencari solusinya.1 Jadi dapat disimpulkan bahwa dosen wali adalah dosen tetap yang ditunjuk oleh ketua di suatu Perguruan Tinggi yang berperan penting untuk membimbing dan mengarahkan mahasiswa dalam perkembangan belajarnya sehingga dapat mengantarkan mahasiswa untuk menjadi yang terbaik.
1
Tim Penyusun, Pedoman Pendidikan STAIN Pekalongan Tahun Akademik 2013 / 2014, (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2013), hlm. 43.
23
24
2. Tujuan Program Kepenasehatan Akademik Berdasarkan bahwa
(The
tujuan utama
National
Academic
kepenasehatan
Advising
akademik
adalah:
Association) “to
assist
students in the development of meaningful educational plans that are compatible with their life goals. Academic advising should be viewed as a continuous process of clarification and evaluation”. Artinya bahwa
kepenasehatan
akademik diharapkan
mampu
membantu
mahasiswa dalam membuat rencana pendidikan yang bermakna, bahkan diharapkan dapat dikaitkan dengan tujuan hidupnya. 2 Dosen wali adalah staf pengajar tetap suatu Perguruan Tinggi yang paling tepat untuk menjadi sumber bantuan nasehat akademik agar para mahasiswa dapat menyelesaikan tugasnya sebagai mahasiswa. Sebagai dosen wali harus menguasai seluruh seluk beluk kurikulum fakultasnya dan juga menguasai teknik-teknik bimbingan akademik. Tujuan bimbingan akademik secara umum adalah: a. Membantu perguruan tinggi dalam mencapai tujuan pendidikan. b. Membantu mahasiswa menyelesaikan studi agar tepat waktu dengan cara yang efektif dan efisien. c. Meningkatkan pencegahan agar mahasiswa terhindar dari kesulitan yang menghambat studinya.
2
Rochmat Wahab, “Meningkatkan Efektivitas Kepenasehatan Akademik”, Makalah disampaikan dalam Workshop Peningkatan Sistem Pembimbingan Dosen Wali/ Pembimbing Akademik (DPA) mahasiswa ftsp uii Pada 27 Juni 2007.
25
Tujuan bimbingan akademik secara khusus adalah: a. Membantu mahasiswa dalam memilih menyusun dan merencanakan program studi jangka pendek maupun jangka panjang. b. Memberikan gambaran tentang kemungkinan, alternatif dan peluang yang dapat dipilih mahasiswa dalam merencanakan kegiatan studi serta konsekuensinya, khususnya tentang beban studi suatu semester tertentu dan mata kuliah yang akan ditempuhnya. c. Membantu mengembangkan tehnik belajar sesuai ketentuan belajar mengajar di perguruan tinggi baik secara mandiri maupun kelompok. d. Membantu memahami dan mengamalkan peraturan yang berlaku di perguruan tinggi. e. Memantau perkembangan mahasiswa khususnya yang menyangkut kemajuan studinya, dan memberi gambaran adanya keadaan bahaya dan juga mendeteksi mahasiswa yang bermasalah. 3 Menyadari akan tujuan tersebut, kiranya PA memiliki tanggung jawab yang penuh dalam membimbing mahasiswa untuk membuat keputusan yang penting berkenaan dengan tujuan hidup dan rencana pendidikannya. Jika memperhatikan tanggung jawab PA yang relatif berat,
maka
PA
seharusnya mengikuti terus perjalanan pendidikan
mahasiswa bimbingannya. 4
3
Pusat Pengembangan dan Peningkatan Pembelajaran Elektronik. “Peranan Dosen Wali Bagi Mahasiswa”. http://stieekuitas.wordpress.com/2013/05/30/peranan-dosen-wali-bagi-mahasiswa/. (30 Mei 2013). Diakses, 14 Oktober 2013. 4 Rochmat Wahab, op. cit., mahasiswa ftsp uii Pada 27 Juni 2007.
26
3. Tugas dan Peran Dosen Wali Sayekti (1991 dalam Sugiaryo), mengemukakan dapat mengumpulkan pendapat dari beberapa ahli tentang tugas dan peran pembimbing akademik sebagai berikut: Mulyani dan A. Nurhadi menyebutkan bahwa peran pembimbing akademik meliputi: (1) pembinaan dan penasehatan (2) pelayanan administratif (3) penyediaan konsultasi pribadi (4) layanan rekomendasi. Aryatmi Siswiharjono juga menyebutkan bahwa bimbingan akademik meliputi: (1) perencanaan studi (2) pemilihan pekerjaan (3) mengenal diri, minat dan bakat, kekuatan, kelemahan, kepribadian, hubungan dengan lingkungan (4) memecahkan masalah (5) mengenal nilainilai hidup (6) hubungan sosial dengan temannya (7) motivasi belajar (8) menggunakan fasilitas yang ada. A. Badawi menyebutkan tugas pembimbing
akademik
adalah:
(1)
menyusun
program
layanan
kepenasehatan, baik secara perorangan maupun kelompok, secara berkala, terjadwal maupun sewaktu-waktu (2) penyusunan program dan bahan belajar dan memilih mata kuliah (3) mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik (4) pemecahan masalah yang dihadapi (5) penerangan dan dorongan memanfaatkan Unit Pelayanan Bimbingan dan Konseling. Demikian pula dalam buku pedoman yang dikeluarklan oleh Depdikbud R.I. menyebutkan bahwa peran pembimbing akademik antara lain meliputi (1) mengusahakan agar setiap mahasiswa yang berada di Wilayah tanggung jawabnya memperoleh pengarahan yang tepat dalam menyusun program dan beban belajarnya serta dalam memilih mata kuliah yang akan
27
diambilnya. (2) memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk membicarakan masalah-masalah yang dialami khususnya yang berkenaan dengan pendidikan, (3) membantu mahasiswa agar dapat mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik. 5 Bahwasanya dosen wali tak bisa lepas dengan kata bimbingan akademik, karena bimbingan akademik merupakan bagian dari tugas pokok dosen wali terhadap mahasiswanya. Di setiap Perguruan Tinggi mempunyai panduan teknis bimbingan akademik yang berbeda-beda. Berdasarkan buku Pedoman Pendidikan STAIN Pekalongan Tahun Akademik 2013 / 2014, dijelaskan mengenai Penasehat Akademik/ Dosen Wali sebagai berikut: 6 a. Setiap mahasiswa dibimbing oleh seorang penasehat akademik/ dosen wali studi yang ditetapkan oleh ketua STAIN. b. Jangka waktu perwalian terjadwal sebagaimana yang telah ditentukan Sub Bagian Akademik dan Kemahasiswaan. c. Mahasiswa yang terlambat melakukan perwalian dikenakan pemotongan 2 SKS (Sistem Kredit Semester) untuk mata kuliah yang akan ditempuh pada semester tersebut. d. Penasehat akademik ditunjuk berdasarkan kesediaan yang dilampiri dengan Job descripsion, prasyarat dan ko syarat.
5
Haryani. “Peran Ideal Dosen Pembimbing”. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/tugas%20dosen%20PA0.pdf. Diakses, 14 Oktober 2013. 6 Tim Penyusun, Pedoman Pendidikan STAIN Pekalongan Tahun Akademik 2013 / 2014, (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2013), hlm. 43.
28
e. Kartu Hasil Studi (KHS) diserahkan oleh penasehat akademik kepada mahasiswa saat perwalian, sehingga diharapkan penasehat akademik dapat melaksanakan tugas dan tanggungjawab secara maksimal. f. Setelah waktu perwalian selesai, dosen menyerahkan berkas perwalian paling lambat satu bulan setelah berakhirnya perwalian ke sub bagian akademik dan kemahasiswaan. g. Tugas penasehat akademik adalah: 1) Membimbing mahasiswa dalam memilih mata kuliah yag diambil pada setiap semester. 2) Memberi pertimbangan dalam hal banyaknya kredit yang akan diambil berdasarkan IP dan mata kuliah prasyarat. 3) Mengesahkan formulir Kartu Rencana Stusi (KRS). 4) Mengarahkan kepada mahasiswa mengenai mata kuliah prasyarat dan beban Sistem Kredit Semester (SKS) yang harus diambil oleh mahasiswa dalam satu semester dan disesuaikan dengan IP sebelumnya sehingga tidak terjadi over lapping beban SKS. 5) Memantau perkembangan studi mahasiswa yang dibimbingnya. 6) Memberikan rekomendasi dan keterangan-keterangan lain tentang mahasiswa
yang
dibimbingnya
kepada
pihak-pihak
yang
memerlukan. 7) Memberikan peringatan lisan atau tertulis kepasa mahasiswa bimbingannya yang berprestasi kurang.
29
8) Membantu dan mengarahkan mahasiswa salam merencanakan dan melaksanakan kegiatan ekstra kurikuler dan mengevaluasinya. 9) Untuk mahasiswa yang sudah tidak mengambil mata kuliah selain skripsi
tetap
diwajibkan
untuk
melakukan
perwalian
dan
mengumpulkan KRS ke Sub bagian Akademik dan Kemahasiswaan. 10) Menampung
masalah
akademik
yang
dihadapi
mahasiswa
bimbingannya dan turut berusaha mencari solusinya. 11) Mengadakan
pertemuan
konsultatif
dengan
mahasiswa
bimbingannya secara periodeik yang waktunya disepakati bersama. 12) Memberikan pengesahan atau persetujuan judul Skripsi atau Tugas akhir mahasiswa yang dibimbingnya. 13) Penasehat akademik studi bertanggung jawab kepada ketua STAIN. 14) Masa tugas penasehat akademik sama dengan masa studi mahasiswa yang bersangkutan. h. Kewajiban mahasiswa terhadap penasehat akademik adalah: 1) Memahami dan menghayati akan pentingnya penasehat akademik dalam rangka kelancaran studinya di perguruan tinggi. 2) Mengadakan komunikasi dan konsultasi secara aktif dengan dosen wali tentang kegiatan studi dan permasalahannya. 3) Mentaati hasil konsultasi dengan penasehat akademik. Jadi, dapat disimpulkan bahwa seorang dosen harus memainkan perannya ketika membantu mahasiswa. Pemahaman ini dapat membantu dosen yang banyak bekerja kepada mahasiswa untuk memainkan peran-
30
perannya, meletakkan dirinya pada posisi tertentu, dan mengetahui hak dan kewajibannya yang seharusnya dilakukan pada posisi tersebut. Ketika menghadapi mahasiswa yang mempunyai karakter mandiri, dosen seyogyanya memainkan peran sebagai seorang fasilitator, narasumber, manajer, model, dan mentor. Ketika menghadapi mahasiswa yang mempunyai karakter ketergantungan yang tinggi kepada orang lain, khususnya di bidang keilmuannya, dosen seyogyanya memainkan peran sebagai seorang ahli dan perencana. Dengan kata lain, seorang dosen harus memahami dirinya dan memahami mahasiswanya dalam upaya memberikan pelayanan, khususnya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pendek kata, seorang dosen harus tepat memainkan perannya ketika membantu mahasiswa. 7 Berkaitan dengan dosen wali, perannya dapat disimpulkan hanya menggunakan peran sebagai konselor, fasilitator, motivator, dan evaluator. Karena dianggap bahwa peran tersebut sudah mewakili dari peran dosen yang lain. a. Peran sebagai konselor Konselor memiliki tugas, tanggung jawab, dan wewenang dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan terhadap peserta didik. Tugas konselor berhubungan dengan pengembangan diri peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan, potensi, minat, bakat, dan kepribadian mereka.8 Tugas
7
Bermawy Munthe, Desain Pembelajaran, (Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani, 2009), hlm. 71. 8 Jamal Ma’mur Asmani, Panduan Efektif Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jogjakarta: Diva Press, 2010), hlm. 197.
31
konselor juga harus menyusun program secara menyeluruh yang berkesinambungan dari waktu ke waktu.9 Sehingga dengan adanya tugas seorang konselor, diharapkan klien itu mampu memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap dirinya, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu mengarahkan dirinya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki ke arah perkembangan yang optimal. 10 Dalam buku Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah Berbasis Integrasi, Tohirin mengatakan bahwa: Program bimbingan merupakan suatu rancangan atau rencana kegiatan yang akan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu. Rancangan atau rencana kegiatan tersebut disusun secara sistematis, terorganisasi dan terkoordinasi dalam jangka waktu tertentu. 11 Berdasarkan uraian di atas dapat dimengerti bahwa dosen harus mampu membantu mahasiswanya dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan akademik maupun non akademik, karena sifat dari seorang konselor adalah hanya sekedar membantu mengarahkan permasalahan saja. b. Peran sebagai fasilitator Menurut Wina Sanjaya bahwa bahwa “sebagai fasilitator, guru berperan memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran” 12
9
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah Berbasis Integrasi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), hlm. 29. 10 Hallen A., Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), hlm. 11. 11 Tohirin, op.cit., hlm. 259. 12 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), hlm. 23.
32
Fasilitator merupakan orang yang bertugas untuk memfasilitasi, jika kita menghubungkannya dengan peran seseorang, dosen wali salah satunya, maka tugasnya adalah memfasilitasi kepentingan mahasiswa. Demikian halnya dengan pendidikan, dosen wali dituntut sebagai fasilitator. Artinya, dosen wali bertindak sebagai seorang yang memfasilitasi kepentingan mahasiswa sehingga apa yang di inginkan tercapai. Dosen wali harus dapat mengajak, merangsang, dan memberikan stimulus kepada mahasiswa agar mampu mengoptimalkan kecerdasannya dan kecakapannya secara bebas, tetapi tetap bertanggung jawab. c. Peran sebagai motivator Dalam buku Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Wina Sanjaya mengatakan bahwa: Motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat penting. Motivasi sangat erat hubungannya dengan kebutuhan, sebab memang motivasi muncul karena kebutuhan. Proses belajar akan berhasil manakala siswa mempunyai motivasi dalam belajar. Oleh sebab itu, pendidik perlu menumbuhkan motivasi belajar siswa. 13 Memberikan semangat atau motivasi itulah inti dari pekerjaan seorang dosen atau staf pengajar di perguruan tinggi. Staf pengajar lebih difungsikan sebagai motivator, bukan sekedar transformator ilmu dan pengetahuan.
13
Wina Sanjaya, Ibid., hlm. 29.
33
d. Peran sebagai evaluator Sebagai evaluator, pendidik berperan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang keberhasilan belajar yang telah dilakukan peserta didiknya.14 Tujuan evaluasi menurut bukunya Zainal Mustakim yang berjudul Strategi dan Metode Pembelajaran yaitu untuk mengetahui kemajuan peserta didik setelah ia mengalami pendidikan selama jangka waktu tertentu. 15 Dosen sebagai evaluator artinya harus mengerti, memahami dan menguasai hakekat evaluasi. Evaluasi di sini dapat dipergunakan secara tidak terbatas, meliputi beberapa aspek kehidupan, tetapi juga dapat dipergunakan untuk melihat satu aspek saja, tetapi juga prestasinya. Jadi, maju dan mundurnya belajar peserta didik dapat diketahui dari hasil evaluasi. Dari hasil evaluasi, dapat diketahui pula kedudukan mereka dalam kelompoknya dan juga dapat dipakai pula untuk mengadakan perencanaan yang realistik dalam mengarahkan dan mengembangkan masa depan mereka.
B. Keberhasilan Belajar 1. Pengertian Keberhasilan Belajar Keberhasilan belajar adalah hasil yang telah dicapai atau ditunjukkan oleh murid sebagai hasil belajar, baik berupa angka, huruf, maupun tindakan
14
Wina Sanjaya, Ibid., hlm. 30. Zainal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran, (Pekalongan: STAIN Press, 2009), hlm. 6. 15
34
yang mencerminkan hasil belajar yang dicapai anak dalam periode tertentu.16 Keberhasilan belajar mengajar pada dasarnya merupakan perubahan positif selama dan sesudah proses belajar mengajar dilaksanakan. Keberhasilan ini antara lain dapat dilihat dari keterlibatan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran dan perubahan positif yang ditimbulkan sebagai akibat dari proses belajar mengajar tersebut. Keterlibatan peserta didik tersebut bukan hanya dilihat dari segi fisiknya, melainkan yang lebih penting adalah dari segi intelektual dan emosional selama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar tersebut, dan peserta didik mengalami perubahan secara sadar atau tidak sadar setelah mengalami proses belajar mengajar tersebut. 17 Keberhasilan belajar mengajar merupakan hal yang sangat penting, karena dari seluruh komponen pendidikan seperti biaya, sarana, prasarana, guru, proses belajar mengajar dan lain sebagainya, pada akhirnya tertumpu pada tercapainya tujuan belajar mengajar. Tujuan belajar mengajar ini selanjutnya diarahkan pada tercapainya tujuan pendidikan yang pada hakikatnya perubahan-perubahan yang ingin dicapai dalam skala luas yang merupakan gabungan antara pengetahuan, keterampilan, pola-pola tingkah laku, sikap, nilai-nilai, dan kebiasaan. 18
16
Noor Suparyanti, Prinsip-Prinsip Dan Bentuk-Bentuk Belajar, (Jakarta: Dirjen Kelembagaan Agama Islam, 1998), hlm. 11. 17 Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 311. 18 Ibid., hlm. 313.
35
Dari definisi di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa keberhasilan belajar adalah prestasi belajar yang dicapai mahasiswa dalam proses kegiatan belajar mengajar dengan membawa suatu perubahan dan pembentukan tingkah laku seseorang. Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar dapat dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing-masing sejalan dengan filsafatnya. Namun untuk menyamakan persepsi sebaiknya kita berpedoman pada kurikulum yang berlaku saat ini yang telah disempurnakan, antara lain bahwa suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan intruksional khususnya dapat dicapai. 2. Indikator Keberhasilan Indikator adalah alat pemandu sesuatu yang dapat memberikan petunjuk atau keterangan. 19 Keberhasilan atau kegagalan dalam proses belajar mengajar merupakan sebuah ukuran atas proses pembelajaran. Apabila merujuk pada rumusan operasional keberhasilan belajar, maka yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar dikatakan berhasil apabila diikuti ciriciri sebagai berikut: a. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individu maupun kelompok. b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran khusus telah dicapai oleh siswa baik secara individual maupun kelompok. 19
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012), hlm. 532.
36
c. Terjadinya
proses
pemahaman
materi
yang
secara
sekuensial
mengantarkan materi yahap berikutnya. 20 Namun demikian, indikator yang banyak dipakai sebagai tolok ukur keberhasilan adalah daya serap. 21 Lebih lanjut Zaenal Arifin menyatakan bahwa indikator keberhasilan belajar dapat dilihat dari berbagai jenis perbuatan atau pembentukan tingkah laku peserta didik. Jenis tingkah laku itu di antaranya adalah: (1) kebiasaan, yaitu cara bertindak yang dimiliki peserta didik dan diperoleh melalui belajar, (2) keterampilan, yaitu perbuatan atau tingkah laku yang tampak sebagai akibat kegiatan otot dan digerakkan serta dikoordinasikan oleh sistem saraf, (3) akumulasi persepsi, yaitu berbagai persepsi yang diperoleh peserta didik melalui belajar, seperti pengenalan simbol, angka dan pengertian, (4) asosiasi dan hafalan, yaitu seperangkat ingatan mengenai seseuatu sebagai hasil dari penguatan melalui asosiasi, baik asosiasi yang disengaja atau wajar maupun asosiasi tiruan, (5) pemahaman dan konsep, yaitu jenis hasil belajar yang diperoleh melalui kegiatan belajar secara rasional, (6) sikap, yaitu pemahaman, perasaan, dan kecenderungan berperilaku peserta didik terhadap sesuatu, (7) nilai, yaitu tolak ukur untuk membedakan antara yang baik dengan yang kurang baik, serta (8) moral dan agama, moral merupakan penerapan nilai-nilai dalam kaitannya dengan
20
Pupuh Fathurrohman, Strategi Belajar Mengajar, Cet. Ke-3, (Bandung: PT Refika Aditama, 2009), hlm. 113. 21 Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, Cetakan kedua, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), hlm. 119.
37
kehidupan sesama manusia, sedangkan agama adalah penerapan nilai-nilai yang trasedental dan ghaib (konsep tuhan dan keimanan). 22 Berdasarkan uraian di atas, maka indikator keberhasilan belajar peserta didik dapat diketahui dari kemampuan daya serap peserta didik terhadap bahan pengajaran yang telah diajarkan serta dari perbuatan atau tingkah laku yang telah digariskan dalam tujuan pembelajaran telah dicapai oleh peserta didik, baik secara indvidual maupun kelompok. 3. Penilaian Keberhasilan Penilaian adalah evaluasi hasil belajar merupakan suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh anak didik. 23 Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar. Berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya, tes prestasi belajar dapat digolongkan pada beberapa jenis penilaian, yakni: a. Tes formatif Tes formatif digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar pada bahan tertentu dan dalam waktu tertentu pula.
22
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 298. M. Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997), hlm. 10. 23
38
b. Tes sub sumatif Tes sub sumatif meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya untuk memperoleh gambaran daya serap siswa agar meningkatkan hasil prestasi belajar siswa. Hasil tes sub sumatif dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan diperhitugkan dalam menentukan nilai raport. c. Tes sumatif Tes sumatif diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester, satu atau dua tahun pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa dalam suatu periodde belajar tertentu. Hasil dari tes sumatif ini dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat atau sebagai ukuran mutu sekolah. 24 4. Tingkat Keberhasilan Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar. Masalah yang dihadapi adalah sampai di tingkat mana prestasi (hasil) belajar yang telah dicapai. Sehubungan dengan hal inilah keberhasilan proses mengajar itu dibagi atas beberapa tingkatan atau taraf. Tingkat keberhasilan tersebut adalah sebagai berikut:
24
Pupuh Fathurrohman, op.cit., hlm. 114.
39
a. Istimewa/ maksimal : Apabila seluruh bahan pelajaaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa. b. Baik sekali/ optimal : Apabila sebagian besar (76% s.d. 99%) bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa. c. Baik/ minimal
: Apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% s.d. 75% saja dikuasai oleh siswa.
d. Kurang
: Apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh siswa.
Dengan melihat data yang terdapat dalam format daya serap siswa dalam pelajaran dan persentase keberhasilan siswa dalam mencapai TIK tersebut, dapatlah diketahui keberhasilan proses belajar mengajar yang telah dilakukan siswa dan guru. 25 5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar a. Faktor tujuan Tujuan adalah pedoman dan sekaligus sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mangajar. Langkah dan kegiatan proses belajar mengajar dapat berjalan dengan pasti apabila terdapat tujuan yang akan dicapai dengan jelas dan tegas.26 b. Faktor guru Guru adalah pelaku utama yang merencanakan, mengarahkan, menggerakkan, dan melaksanakan kegiatan pembelajaran yang bertumpu 25 26
Syaiful Bahri Djamarah, op.cit., hlm. 121-122. Abuddin Nata, op.cit., hlm. 314.
40
pada upaya memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik di sekolah. Selain sebagai orang yang memiliki latar belakang pendidikan keguruan, seorang guru juga harus memiliki keterampilan dalam mengajar, pengalaman dan pengetahuan yang memadai tentang peserta didik yang diajarnya. Kemampuan guru dalam melakukan bimbingan, arahan, dan pembinaan dalam kegiatan belajar mengajar sangat mempengaruhi terhadap kegiatan belajar mengajar. Demikian pula, pandangan guru terhadap peserta didik juga sangat mempengaruhi kegiatan belajar mengajar. 27 c. Faktor anak didik Anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang
atau
sekelompok
orang
yang
menjalankan
kegiatan
pendidikan. Anak didik merupakan unsur manusiawi yang penting dalam kegiatan interaksi edukatif. Ia dijadikan sebagai pokok persoalan dalam semua gerak kegiatan pendidikan dan pengajaran. Sebagai pokok persoalan, anak didik memiliki kedudukan yang menempati posisi yang menentukan dalam sebuah interaksi. Guru tidak mempunyai arti apa-apa tanpa kehadiran anak didik sebagai subjek pembinaan. Jadi, anak didik adalah kunci yang menentukan untuk terjadinya interaksi edukatif. 28 Sebagai manusia, anak didik memiliki karakteristik. Menurut Sutari Iman Barnadib, Suwarno dan Siti Mechati sebagaimana dikutip dalam
27
Ibid., hlm. 315. Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), hlm. 51. 28
41
bukunya Syaiful Bahri Djamarah, anak didik memiliki karakteristik tertentu, yakni: 1) Belum memiliki pribadi dewasa susila sehingga masih menjadi tanggungjawab pendidik (guru). 2) Masih menyempurnakan aspek tertentu dari kedewasaannya, sehingga masih menjadi tanggungjawab pendidik. 3) Memiliki sifat-sifat dasar manusia yang sedang berkembang secara terpadu yaitu kebutuhan biologis, rohani, sosial, intelegensi, emosi, kemampuan berbicara, anggota tubuh untuk bekerja (kaki, tangan, jari), latar belakang sosial, latar belakang biologis (warna kulit, bentuk tubuh, dan lainnya), serta perbedaan individual. 29 Di lihat dari segi sifat, watak dan lainnya, peserta didik memiliki berbagai latar belakang perbedaan yang antara satu dengan lainnya tidak sama. Latar belakang perbedaan tersebut dari segi kecerdasannya, watak, tabiat, bakat, motivasi, asal usul keluarga, lingkungan sosial, kemampuan ekonomi, adat istiadat, kebudayaan, dan lain sebagainya. Demikian pula dari segi kepribadiannya ada yang pendiam, periang, suka bicara, kreatif, keras kepala, manja dan sebagainya. Berbagai perbedaan anak didik dari segi biologis, intelektual, dan psikologis ini memengaruhi kegiatan belajar mengajar. Berbagai latar belakang keadaan peserta didik tersebut harus dijadikan acuan dalam melakukan kegiatan pembelajaran serta memberikan penilaian terhadap keberhasilan kegiatan belajar mengajar.
29
Syaiful Bahri Djamarah, Ibid., hlm. 52.
42
Ukuran keberhasilan kegiatan belajar mengajar bagi anak yang cerdas, harus dibedakan degan ukuran keberhasilan belajar mengajar bagi peserta didik yang kurang cerdas. 30 Dengan demikian, dapat diyakini bahwa anak didik adalah unsur manusiawi yang mempengaruhi kegiatan belajar mengajar, dan hasil dari kegiatan tersebut adalah keberhasilan belajar mengajar. d. Faktor kegiatan pengajaran Kegiatan pengajaran merupakan proses interaksi antara guru dengan anak didik dengan bahan, media, alat, metode, pendekatan, teknik dan gaya sebagai perantaranya. Perbedaan dalam melakukan kegiatan pengajaran, termasuk dalam hal penggunaan metode, media, alat, teknik dan gaya dalam proses belajar mengajar akan mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar. 31 Ada 3 aspek yang dapat dilihat dari kegiatan pengajaran untuk keberhasilan belajar mengajar yaitu gaya mengajar guru, pendekatan guru, dan strategi penggunaan metode. 32 e. Faktor bahan dan alat evaluasi Bahan evaluasi adalah materi yang akan diujikan oleh guru kepada peserta didik yang didasarkan pada apa yang telah diajarkannya.33 Biasanya bahan dikemas dalam bentuk buku paket, untuk dikonsumsi anak didik. Bila masa evaluasi tiba, semua bahan yang sudah 30
Abuddin Nata, op.cit., hlm. 316. Ibid., hlm. 316. 32 Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), hlm. 130. 33 Abuddin Nata, op.cit., hlm. 317. 31
43
diprogramkan dan harus sudah selesai dalam jangka waktu tertentu dijadikan sebagai bahan dalam pembuatan item-item soal evaluasi. Alat evaluasi adalah item-item pertanyaan yang telah dirumuskan dengan berpedoman kepada ternik dan model yang telah disepakati.34 Alat evaluasi yang digunakan biasanya dalam bentuk tes dan non tes. Non tes bisa dalam bentuk skala bertingkat, kuesioner, daftar cocok, wawancara, pengamatan, dan riwayat hidup. Sedangkan tes hasil belajar dalam buku Evaluasi Pendidikan karangan Daryanto dapat disimpulkan, “Tes hasil belajar adalah alat ukur yang paling banyak digunakan untuk mengetahui keberhasilan seseorang dalam proses belajar mengajar atau pendidikan”. Ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur siswa, maka dibedakan menjadi tiga macam tes, yaitu tes diagnostik, tes formatif, dan tes sumatif. 35 f. Faktor suasana evaluasi Faktor suasana evaluasi merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar. Hal yang perlu diperhatikan dalam suasana evaluasi adalah: 1) Pelaksanaan evaluasi biasanya dilaksanakan di dalam kelas. 2) Semua murid dibagi menurut tingkatan masing-masing. 3) Besar sedikitnya anak didik dalam kelas. 4) Berlaku jujur, baik guru maupun anak didik selama evaluasi tersebut. 5) Sikap pengawas yang berlebihan. 34 35
Ibid., hlm. 317. Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), hlm. 28.
44
Semua
hal
tersebut
mempengaruhi
suasana
evaluasi,
pengelompokan anak didik dalam jumlah besar, sangat mempengaruhi kenyamanan, begitu juga pengacakan nomor tempat duduk, walaupun semua itu dimaksudkan untuk kejujuran anak dalam mengikuti evaluasi, agar tidak ada kerja sama atau nyontek bersama. Pengawas yang terlalu berlebihan dalam mengawasi siswapun demikian. Akan tetapi pengawas yang membiarkan peserta didik bekerja sama dalam mengerjakan soal evaluasi, atau membiarkan siswa menyontek akan berakibat siswa malas belajar, dengan harapan dapat melakukannya lagi pada evaluasi berikutnya. 36
C. Mahasiswa 1. Pengertian mahasiswa Mahasiswa adalah orang yang belajar di Perguruan Tinggi.37 Sedangkan Perguruan Tinggi adalah tempat pendidikan dan pengajaran tingkat tinggi seperti pada sekolah tinggi, universitas, akademik.38 Biasanya misi Perguruan Tinggi bersifat umum yakni mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana diamanatkan dalam pembukaan UUD 1945.39 Mahasiswa juga disebut dengan moral force seperti yang disebutkan dalam bukunya Syahrin Harahap yang berjudul Penegakan 36
Syaiful Bahri Djamarah, op. cit., hlm. 133. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012), hlm. 856. 38 Ibid., hlm. 288. 39 Wahjoetomo, Perguruan Tinggi Pesantren: Pendidikan Alternatif Masa Depan, (Jakarta: Gema Insani, 1997), hlm. 58. 37
45
Moral Akademik di Dalam dan di Luar Kampus hampir disepakati oleh semua kalangan bahwa mahasiswa adalah penyandang moral force dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Mahasiswa adalah penggerak perubahan (agent of change). Hal itu dimungkinkan karena kemampuan dan daya banding (comparative adventage) yang mereka miliki, serta banyaknya informasi yang membuat mereka selalu melakukan dan memprakarsai perubahan dalam berbagai bidang kehidupan. 40 Dalam buku Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi karangan Hisyam Zaini, menyatakan bahwa mahasiswa adalah orang dewasa yang sudah mampu berpikir kritis dan dapat membedakan mana yang baik dan mana yang tidak untuk diri mereka. Di samping itu, mahasiswa juga dapat menggunakan kemampuan untuk mereka belajar tanpa harus dipaksa. Berdasarkan alasan tersebut seseorang dan dosen dapat menyampaikan materi perkuliahan dengan tujuan agar mahasiswa mempunyai jiwa kemandirian dalam belajar dan kalau bisa diusahakan untuk menumbuhkan daya kreatifitas sehingga mampu membuat inovasiinovasi.41 Mahasiswa juga sering dijuluki sebagai calon intelektual atau juga cendekiawan muda, merupakan suatu lapisan elite di tengah masyarakat yang seringkali sarat dengan berbagai predikat. Mereka sering dijuluki sebagai “agent of exchange” atau juga disebut sebagai “ agent of
40
Syahrin Harahap, Penegakan Moral Akademik di Dalam dan di Luar Kampus, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 22. 41 Hisyam Zain, Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi, (Yogyakarta: CTSP, 2002), hlm. 107.
46
modernization”, demikian pula kadangkala dinamai sebagai “agent of development”. 42 Predikat semacam itu sesungguhnya tidak lain merupakan gambaran tentang harapan dan sekaligus tanggung jawab kesejarahan yang dibebankan dipundak mereka, dalam kaitan peran masa depan dalam kehidupan masyarakat. Jadi mahasiswa adalah pelajar yang sedang menjalani aktifitas kegiatan belajar mengajar pada sebuah lembaga jenjang perguruan tinggu dan penyandang gelar moral force sehingga mampu mengadakan perubahan-perubahan sosial dalam kehidupan kemasyarakatan. 2. Hak dan kewajiban mahasiswa Berdasarkan buku Pedoman Pendidikan STAIN Pekalongan Tahun Akademik 2013 / 2014, dijelaskan mengenai hak mahasiswa dalam pasal 3 sebagai berikut: 43 a. Memperoleh pendidikan, pengajaran dan bimbingan dari dosen sesuai dengan bakat, minat, potensi, dan kemampuannya dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan. b. Menggunakan kebebasan mimbar akademik secara bertanggungjawab sesuai dengan peraturan yang berlaku di STAIN Pekalongan. c. Memperoleh pelayanan di bidang akademik, administrasi, dan kemahasiswaan.
42
Imron Nasri, Mahasiswa dan Masa Depan Politik Indonesia, (Yogyakarta: Bentang Offset, 1993), hlm. 107. 43 Tim Penyusun, Pedoman Pendidikan STAIN Pekalongan Tahun Akademik 2013 / 2014, (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2013), hlm. 167.
47
d. Memanfaatkan fasilitas yang dimiliki STAIN Pekalongan dalam rangka kelancaran proses belajar dan kegiatan akademik sesuai dengan ketentuan yang berlaku. e. Memperoleh penghargaan dari STAIN Pekalongan atas prestasi yang dicapai. f. Menyampaikan aspirasi berupa usul, saran dan kritik secara proporsional. Kewajiban mahasiswa STAIN Pekalongan menurut pasal 6 adalah: a. Menjunjung tinggi ajaran Agama Islam. b. Menjaga kewibawaan dan nama baik STAIN Pekalongan. c. Mentaati semua ketentuan administrasi yang berlaku. d. Saling menghormati dan bersikap sopan.