perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II DESKRIPSI PROSES
II.1
Spesifikasi Bahan Baku, Bahan Pendukung, dan Produk Spesifikasi Bahan Baku 1. Metanol a.
Bentuk
: Cair
b.
Warna
: Tidak berwarna
c.
Densitas
: 789-799 kg/m3
d.
Viskositas
: 0,0541 Ns/m2
e.
Kemurnian
: 99,5%
f.
Impuritas (H2O)
: 0,5% (PT. Kaltim Methanol Industri)
2. Isobutilena a.
Bentuk
: Cair
b.
Warna
: Tidak berwarna
c.
Densitas
: 589 kg/m3
d.
Viskositas
: 0,0179 Ns/m2
e.
Kemurnian
: 99,9%
f.
Impuritas
: - N-butana
0,05%
- Butena
0,05%
commit to user
11
(Linan Euro-China Co. Ltd)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Spesifikasi Bahan Pendukung (Katalis) 1. Amberlyst 15 a.
Bentuk
: Pellet
a.
Diameter
: 0,00074 m
b.
Porositas (ε)
: 0,32
c.
Bulk density
: 1012 kg/m3 (PT. Dow Chemical)
Spesifikasi Produk 1. Metil Tersier Butil Eter a.
Bentuk
: Cair
b.
Warna
: Tidak berwarna
c.
Densitas
: 743-746 kg/m3
d.
Viskositas
: 0,0310 Ns/m2
e.
Kemurnian
: 99%
f.
Impuritas
: - Isobutilena - Metanol
0,05% 0,05%
(Lyondellbasell Industries N.V.)
commit to user
12
perpustakaan.uns.ac.id
II.2.
digilib.uns.ac.id
Konsep Proses Dasar Reaksi Pembuatan Metil Tersier Butil Eter dengan bahan baku Metanol dan
Isobutilena merupakan reaksi eterifikasi. Reaksinya adalah sebagai berikut :
+
Methanol
Isobutilena
Metil Tersier Butil Eter
Reaksi berlangsung dalam fase cair - cair dengan katalis padat. Oleh karena itu reaktor yang dipilih adalah reaktor fixed bed. Katalis yang digunakan pada reaksi eterifikasi metanol dengan isobutilen menjadi MTBE adalah Amberlyst 15. Reaksi bersifat eksotermis, tetapi panas yang dihasilkan reaktor relatif kecil maka tidak memerlukan sistem khusus pemindahan panas. Reaksi ini dijalankan pada suhu 333,15 K dan tekanan 6,06 bar (Ziyang, 2001). Mekanisme Reaksi Reaksi pembentukan Metil Tersier Butil Eter termasuk reaksi heterogen yang melibatkan dua fase yaitu reaktan dalam fase cair dan katalis dalam fase padat. Reaktan berfase cair berupa metanol dan isobutilena bersifat saling melarutkan karena alkohol merupakan salah satu pelarut isobutilena (Matheson Tri-Gas Inc., 2008). Oleh karena itu, mekanisme yang terjadi mengikuti mekanisme reaksi fase gas dengan katalis padat. Maka mekanisme yang terjadi
commitberikut to user: pada reaksi secara umum adalah sebagai
13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Adsorpsi reaktan A ke permukaan, kemudian molekul reaktan A berikatan dengan sisi aktif katalis. 2. Reaksi dipermukaan antara reaktan A dan B menghasilkan produk. 3. Desorpsi produk dari permukaan aktif katalis. Kondisi Operasi Reaksi berlangsung dalam reaktor fixed bed yang dioperasikan pada suhu sekitar 333,15-338,43 K dan tekanan 6,06 bar. Pada kondisi tersebut, konversi isobutilena menjadi metil tersier butil eter mencapai 95%. Suhu dan tekanan yang digunakan pada perancangan ini adalah 333,15 K dan 6,06 bar. Pemilihan suhu dan tekanan tersebut mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut: 1.
Reaksi pembuatan metil tersier butil eter merupakan reaksi reversible, pemilihan suhu operasi pada suhu 333,15 K karena merupakan suhu yang menghasilkan konversi maksimal.
2.
Reaksi pembentukan metil tersier butil eter bersifat eksotermis dimana akan terjadi kenaikan suhu pada saat reaksi berlangsung sehingga suhu perlu dijaga agar tetap pada rentang yang ditentukan. Tinjauan Kinetika Persamaan kecepatan reaksi eterifikasi isobutilena dengan metanol
menghasilkan metil tersier butil eter (MTBE) seperti berikut: CH 3OH (CH3)2 C CH 2 (CH3 )3 C O CH 3
commit to user
14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada umumnya, model kinetika pada reaksi antara isobutilen dan metanol reaksi yang paling menentukan adalah reaksi permukaan sehingga persamaan reaksi dapat dituliskan sebagai berikut -r =
Dengan nilai,
=
dan
Sehingga persamaan dapat diubah menjadi seperti berikut
dimana, =
, kecepatan pembentukan MTBE , konstanta kesetimbangan / min 130.147 J/mol = -56,4444 J/(mol.K) = 24.418 J/mol
, kecepatan pembentukan MTBE pada 25oC , energi aktivasi , perubahan entropy pada reaksi , enthalpy adsorbsi (Ziyang,2001)
Tinjauan Termodinamika Tinjauan secara termodinamika ditujukan guna mengetahui sifat reaksi (endotermis/eksotermis) dan arah reaksi (reversible/ irreversible).
Penentuan
panas reaksi berjalan secara eksotermis atau endotermis dapat dihitung dengan commit to user perhitungan panas pembentukan standart (Hfo) pada P= 1,01 bar dan T= 15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
298,15oK. Pada proses pembentukan Metil Tersier Butil Eter terjadi reaksi sebagai berikut: Ditinjau dari segi termodinamika dengan harga-harga ΔHf masing-masing komponen pada suhu 25 °C (298,15 K) dapat dilihat pada Tabel II.1 Tabel II.1 Harga ΔH°f Masing-masing Komponen Komponen
Harga ΔH°f (J/mol)
CH3OH
-201.170
C4H8
-16.900
C5H12O
-292.880 (Yaws,1999)
Maka, ΔHR(298,15K)
= ΣΔHof produk – ΣΔHof reaktan = ( ΔHof C5H12O ) – ( ΔHof CH3OH + ΔHof C4H8 ) = (-292.880) – ( (-201.170) – (-16.900) ) J/mol = -108.610 J/mol
Karena harga ΔHR
298,15 K
bernilai negatif, maka reaksi bersifat eksotermis.
Sifat reaksi kimia yang reversible atau irreversible dapat diketahui dari harga konstanta kesetimbangan. Data energi Gibbs pada 298,15 K dapat dilihat pada Tabel II.2 Tabel II.2 Harga ΔG°f Masing-masing Komponen Komponen
Harga ΔG°f (J/mol)
CH3OH
-162.510
C4H8
58.070
C5H12O
-125.440
commit to user
16
(Yaws,1999)
perpustakaan.uns.ac.id
ΔGof (298,15K)
digilib.uns.ac.id
= Σ ΔGof produk – Σ ΔGof reaktan = (ΔGof C5H12O ) – (ΔGof CH3OH + ΔGof C4H8 ) = (-125.440) – ( (-162.510) + (58.070) ) J/mol = -21.000 J/mol
II.3.
Diagram Alir Proses dan Tahapan Proses Proses pembuatan Metil Tersier Butil Eter dari metanol dan isobutilena
dengan proses eterifikasi menggunakan katalis Amberlyst 15 dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu: 1. Tahap Persiapan Bahan Baku Tahap ini bertujuan menyiapkan metanol dan isobutilena sebelum direaksikan di dalam reaktor. Isobutilena dari tangki penyimpanan (T-01) yang bersuhu 303,15 K dan tekanan 4,05 bar dialirkan dan bertemu dengan isobutilena recycle dari menara distilasi 1 (MD-01). Kemudian cairan dinaikkan tekanannya mencapai 6,06 bar. Metanol dari tangki penyimpanan (T-02) yang bersuhu 303,5 K dan tekanan 1 atm dinaikkan tekanannya mencapai 6,06 bar. Kemudian metanol dan isobutilena bertemu pada Tee 1 sebelum masuk heater (HE01). Heater berfungsi menaikkan suhu sampai 333,15 K agar sesuai dengan kondisi operasi reaktor (R-01). 2. Tahap Pembentukan Produk Metanol dan isobutilena dialirkan ke reaktor agar bereaksi menghasilkan metil tersier butil eter. Tahap reaksi terjadi dalam reaktor commit to user
17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Fixed Bed Singletube, reaksi berlangsung pada suhu 333,15 K dan tekanan 6,06 bar. Reaksi yang terjadi sebagai berikut: CH3OH + CH2=C(CH3)2
CH3OC(CH3)3
Reaksi berlangsung secara eksotermis, non-isotermal, adiabatis. Karena reaksi eksotermis, reaktor dioperasikan pada suhu rendah. Pada reaktor yang bekerja secara non isotermal akan terjadi kenaikan suhu reaksi, yang menyebabkan konversi semakin berkurang. Sehingga pada reaksi tersebut, konversi optimum yang bisa dicapai adalah 95%. Hasil reaksi berupa MTBE dan sisa isobutilen, butana, butena, metanol, dan air keluar dari reaktor (R-01) pada suhu 338,43 K dengan tekanan 5,99 bar. 3. Tahap Pemurnian dan Pemisahan Produk Tahap ini bertujuan memisahkan produk dari sisa-sisa reaktan sampai memenuhi spesifikasi produk yang ada dipasaran. Tahap pemisahan dan pemurnian produk terdiri dari : a. Produk keluaran reaktor sebagai umpan menara distilasi 1 (MD01), dipanaskan terlebih dahulu dalam heater (HE-02) sampai mencapai suhu 370,65 K dan tekanan 4,05 bar. Kemudian umpan dialirkan menuju menara distilasi 1 (MD-01) guna memisahkan MTBE dengan isobutilena. Hasil atas menara distilasi 1 berupa isobutilena, butena, butana, dan MTBE dikondensasi dalam condenser 1 (CD-01) sampai suhu 307,75 K. Dari condenser 1, cairan di pompa ke accumulator 1 (ACC-01) dimana sebagian direfluks. Sedangkan sisanya diumpankan kembali ke reaktor (Rcommit to user 01) dan sebagian disimpan dalam tangki penyimpanan (T-03). Dan 18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
hasil bawah berupa MTBE, air, metanol, isobutilena, butena, dan butana dialirkan ke menara distilasi 2 (MD-02). b. Hasil bawah keluaran menara distilasi 1 (MD-01) sebagai umpan menara distilasi 2 (MD-02), didinginkan terlebih dahulu dalam cooler (HE-03) hingga mencapai suhu 334,61 K dan tekanan 1,22 bar. Kemudian umpan dialirkan menuju menara distilasi 2 (MD02) guna memisahkan MTBE dengan metanol. Hasil atas menara distilasi 2 berupa MTBE, isobutilena, dan metanol dikondensasi dalam condenser 2 (CD-02) sampai suhu 333,89 K. Dari condenser 2, cairan di pompa ke accumulator 2 (ACC-02) dimana sebagian direfluks.
Sedangkan
sisanya
dialirkan
ke
dalam
tangki
penyimpanan (T-04) sebagai produk. Sementara hasil bawah berupa metanol, air, dan sedikit MTBE disimpan dalam tangki penyimpanan (T-05). Dari perhitungan neraca massa, dibutuhkan bahan baku isobutilena sebanyak 4926,09 kg/jam dan metanol sebanyak 2911,76 kg/jam yang menghasilkan metil tersier butil eter 7575,76 kg/jam dengan kemurnian 99,9% (w/w) sehingga dalam 1 tahun produksi metil tersier butil eter sebanyak 60.000 ton. Neraca massa dapat dilihat pada Tabel II.3. Perhitungan neraca massa dan tabel neraca massa per alat dapat dilihat pada Lampiran B. Tabel neraca panas per alat dapat dilihat pada Lampiran C.
commit to user
19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel II.3 Neraca Massa Total Masuk Komponen
Arus 1
Keluar Arus 2
Arus 8
Arus 9
Arus 11
-
-
7569,798
0,008
0,003
4921,164
-
3,785
0,000
99,916
C4H8
2,463
-
1,449
143,412
2,353
C4H10
2,463
-
0,110
0,000
1,847
CH3OH
-
2897,206
0,616
0,000
0,000
H2O
-
14,559
0,000
14,559
0,000
4926,090
2911,765
7575,758
157,978
104,119
C5H12O i-C4H8
Sub total Total
7837,855 Diagram alir terdapat tiga macam, yaitu: a. Diagram alir proses b. Diagram alir kualitatif (Gambar II.1) c. Diagram alir kuantitatif (Gambar II.2)
commit to user
20
7837,855
perpustakaan.uns.ac.id
T-01
P= 4,05 bar T= 30C
P= 6,06 bar T= 60C
Arus 1 i-C4H8 C4H8 C4H10
Arus Tee i-C4H8 C4H8 C4H10 CH3OH H2O
P= 1,22 bar T= 30C
digilib.uns.ac.id
P= 4,05 bar T= 34,6C
P= 4,05 bar T= 34,6C
Arus 8 MTBE i-C4H8 C4H8 C4H10
Arus 9 MTBE i-C4H8 C4H8 C4H10
P= 4,05 bar T= 34,6C Arus 4 MTBE i-C4H8 C4H8 C4H10
T-03 P= 1,22 bar T= 60,7C Arus 6 MTBE i-C4H8 CH3OH C4H8 C4H10
T-04
P= 4,05 bar T= 97,5C
R-01
Arus 3 MTBE i-C4H8 C4H8 C4H10 CH3OH H2O
MD-01
MD-02
T-02 Arus 2 CH3OH H2O P= 1,22 bar T= 61,1C Arus 5 MTBE i-C4H8 C4H8 C4H10 CH3OH H2O
Gambar II.1
Diagram Kualitatif
commit to user
21
P= 1,22 bar T= 72,4C T-05 Arus 7 CH3OH H2O MTBE
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar II.2
Diagram Kuantitatif
commit to user
22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
23
perpustakaan.uns.ac.id
II.4.
digilib.uns.ac.id
Lay Out Pabrik dan Peralatan Lay out Pabrik Tata letak pabrik merupakan suatu pengaturan yang optimal dari
seperangkat fasilitas-fasilitas dalam pabrik, tata letak yang tepat sangat penting agar mendapatkan efisiensi, keselamatan kerja dan proses, serta kelancaran kerja para pekerja, tata letak pabrik Metil Tersier Butil Eter dapat dilihat pada Gambar II.4. Secara garis besar lay out dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu : a.
Daerah administrasi / perkantoran, laboratorium, dan ruang kontrol Merupakan pusat kegiatan administrasi pabrik yang mengatur kelancaran operasi, Laboratorium dan ruang kontrol sebagai pusat pengendalian proses, kualitas dan kuantitas bahan yang akan diproses serta produk yang akan dijual.
b.
Daerah proses Merupakan daerah dimana alat proses diletakkan dan proses berlangsung.
c.
Daerah penyimpanan bahan baku dan produk, Merupakan daerah untuk tangki bahan baku dan produk.
d.
Daerah gudang, bengkel, dan garasi Merupakan daerah penampungan bahan-bahan yang diperlukan oleh pabrik dan keperluan perawatan peralatan proses.
e.
Daerah utilitas Merupakan daerah dimana kegiatan penyediaan bahan pendukung proses berlangsung dipusatkan. commit to user
24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
A
A
15 14
13
9
10
11
16
12
8
7
17
18 3
A
2
A
6
A
A
5
A
1
4
A
A
A
A
A
19
A
A
A
A
Pintu utama
Skala 1 : 1000 Keterangan : 1. Kantor Pusat 2. Kantor Produksi 3. Mushola 4. Laboratorium 5. Poliklinik
6. Kantin 7. Area Proses 8. Area Utilitas 9. Area Perluasan 10. Ruang Generator
11. Kantor Utilitas 12. Control room 13. Penyimpanan Batubara 14. Gudang 15. Bengkel
Gambar II.4. Tata Ruang Pabrik
commit to user
25
16. Garasi 17. Pemadam Kebakaran 18. Parkir 19. Pos Keamanan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lay out Peralatan Tata letak alat menampilkan letak alat-alat di pabrik. Penyusunan tata letak peralatan pabrik harus diperhatikan dengan baik dan mempertimbangkan ukuran, mobilitas, keamanan, serta kemampuan pengawasan. Tata letak alat ditampilkan pada Gambar II.5.
T-02
T-03
P-01 P-03 MD -01
R
CD-01 ACC-01
P-02 HE-01
HE-02
RB-01
CD-02
HE-03
MD02
ACC-02
P-04 T=04 RB-02 P-05
T-01
T-05
Skala 1 : 100
Keterangan: CD-01 CD-02 CL-01 H-01 H-02 MD-01 MD-02 P-01 P-02 P-03
P-04 P-05 R RB-01 RB-02 T-01 T-02 T-03 T-04 T-05
= Condenser 01 = Condenser 02 = Cooler 01 = Heater 01 = Heater 02 = Menara Distilasi 01 = Menara Distilasi 02 = Pompa 01 = Pompa 02 = Pompa 03
= Pompa 04 = Pompa 05 = Reaktor = Reboiler 01 = Reboiler 02 = Tangki Isobutilena = Tangki Metanol = Tangki Isobutilena Sisa = Tangki MTBE = Tangki Metanol Sisa
Gambar II.5. Tata Letak Alat Proses commit to user
26