BAB II DEFENISI PSIKOLOGI SOSIAL, MORAL DAN NOVEL
2.1.
Psikologi Secara Umum
2.1.1. Defenisi Psikologi Secara harafiah psikologi adalah ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang gejala – gejala kejiwaan. Menurut Freud dalam Dirgagunarso (1996:124) kehidupan psikis itu pada hakikatnya tidak disadari, lagipula pengaruh – pengaruh ketidaksadaran ini memainkan peranan besar sekali. Mengenai struktur kepribadian, Freud membedakan beberapa unsur dalamkehidupan psikis yaitu, Das Es yaitu ketidaksadaran, Das Ich yang memilki unsur kesadaran, Uber Ich atau “aku ideal” yang berfungsi sebagai hati nurani, yang mengkritik dan mengontrol kehidupan sendiri. Menurut H. Abu Ahmadi (1991: 1) “psikologi” berasal dari perkataan yunani “psyche” yang artinya jiwa dan “logos” yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi secara etimologi, psikologi berarti ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai jenis gejalanya, proses, maupun latar belakangnya. Bimo Walgito (2002: 4) psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku dan dalam hal ini menyangkut tingkah laku manusia. Menurut Freud
dalam Pengantar Umum Psikoanalisis (2006:38),
kehidupan manusi dipengaruhi oleh alam ketidaksadarannya. Berbagai kelainan tingkah laku dapat disebabkan karena faktor – faktor yang terdapat dalam alam ketidaksadaran ini. Karena itu untuk mempelajari jiwa seseorang, kita harus
Universitas Sumatera Utara
menganalisa jiwa orang tesebut sampai kita dapat melihat alam ketidaksadarannya yang terletak jauh didalam jiwa orang tersebut, tertutup oleh alam kesadaran. Karena sifatnya yang menganalisa dan melihat jauh kedalam jiwa orang tersebut, maka psokologi Freud disebut juga dengan psikologi dalam. Disamping itu, Freud juga percaya bahwa faktor – faktor yang berada dalam ketidaksadaran bukan merupakan faktor yang statis melainkan masing – masing mempunyai kekuatan yang membuatnya dinamis. Jadi didalam alam ketidaksadaran, selalu terdapat pergeseran – pergeseran, gerakan – gerakan akibat saling mempengaruhi antara alam sadar dan ketidaksadaran tersebut. Karena itu alam ketidaksadaran bersifat dinamis dan dari sudut pandang ini psikologi Freud dapat juga disebut dengan psikologi dinamik. Sehubungan dengan eksperimen dan teori yang dikemukakan Freud, maka dalam psikoanalisa dikenal ada tiga aspek yaitu, psikoanalisa sebagai teori kepribadian, sebagai teknik evaluasi kepribadian, dan sebagai teknik terapi.
2.1.2 Psikologi Sosial Psikologi sosial menganalisis aspek-aspek kejiwaan manusia dalam masyarakat sampai kepada diri sendiri. Study psikologi berkaitan dengan sosiologi sastra karena kaitan psikologi sosial dengan karya sastra tersebut, maka Freud dan Milner dalam Nyoman (1992: 32 – 38) juga menghubungkan karya sastra dengan mimpi. Psikologi sosial tidak bermaksud membuktikan keabsahan teori saja, misalnya dengan menyesuaikan apa yang dilakukan oleh teks dengan apa yang dilakukan oleh pengarang. Dengan memusatkan perhatian pada tokoh-tokoh,
Universitas Sumatera Utara
maka akan dapat menganalisis konflik batin yang mungkin bertentangan dengan teori psikologi sosial. Wellek dan Warren (1962: 92 – 93) dalam sebuah karya sastra yang berhasil, psikologi sosial sudah menyatu dengan karya seni. Oleh karena itu, tugas peniliti adalah menguraikannya kembali sehingga menjadi jelas dan nyata apa yang dilakukan pada karya sastra tersebut. Menurut Shaw dan Constanzo dalam Sarwono 1987 ada 3 wilayah study psikologi sosial : 1. Study tentang pengaruh sosial terhadap proses individu 2. Study tentang proses – proses individu bersama, seperti bahasa, sikap sosial dan sebagainya. 3. Study tentang interaksi kelompok misalnya kepemimpinan, konformitas, kerjasama, persaingan, peran sosial dan sebagainya. Sementara menurut Michener dan Delamater (1999) sebagai ilmu yang perhatian utamanya pada perilaku manusia dalam konteks sosial, ada 4 fokus utama dalam psikologi sosial : 1. Pengaruh individu terhadap orang lain 2. Pengaruh kelompok pada individu – individu anggotanya 3. Pengaruh individu anggota – anggota terhadap kelompoknya sendiri 4. Pengaruh 1 kelompok terhadap kelompok lainnya. Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa minat utama psikologi sosial adalah mencari pemahaman tentang sebab – sebab atau faktor – faktor yang membentuk perilaku, pikiran atau perasaan individu dalam latar atau setting sosial.
Universitas Sumatera Utara
Sementara menurut Baron dan Byrne (1994), faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku sosial dapat dikategorikan ke dalam 5 faktor utama yaitu : 1. Aksi atau tindakan dan karakteristik dari orang lain 2. Proses kognitif dasar, seperti ingatan dan penalaran yakni proses yang mendasari pikiran, keyakinan, ide dan penilaian tentang orang lain yang dimiliki lingkungan 3. Pengaruh lingkungan secara langsung ataupun tidak langsung 4. Konteks kebudayaan dimana perilaku sosial itu terjadi
Objek Psikologi modern adalah manusia dan kegiatan – kegiatannya dalam hubungannya dengan lingkungan. Hal ini berhubungan erat dengan 3 segi utama manusia, yaitu bahwa manusia secara hakiki sekaligus merupakan : a. Manusia sebagai makhluk individual. Yang berarti manusia itu merupakan suatu keseluruhan yang tidak dapat dibagi – bagi. Manusia juga merupakan penjumlahan dari beberapa kemampuan tertentu yang masing – masing bekierja sendiri, seperti kemampuan – kemampuan vegetatif dan kemampuan intelektif. Salah seorang ahli psikologi modern Wilhelm Woundt menegaskan bahwa jiwa manusia merupakan satu kesatuan jiwa raga yang berkegiatan. Ia juga menegaskan bahwa apabila kita mengamati sesuatu, maka kita bukan hanya melihat sesuatu dengan indra mata kita tapi juga dengan seluruh minat dan perhatian yang sangat dipengaruhi oleh niat. Psikologi zaman modern ini menegaskan bahwa kegiatan jiwa manusia dalam kehidupan sehari – harinya merupakan kegiatan keseluruhan jiwa raga, dan
Universitas Sumatera Utara
bukan kegiatan alat – alat tubuh saja atau kemampuan – kemampuan jiwa satu persatu yang terlepas dari orang lain. Manusia sebagai makhluk individual tidak hanya dalam arti makhluk keseluruhan jiwa raga, tetapi juga dalam arti bahwa setiap orang itu merupakan pribadi yang khas menurut corak kepribadiannya termasuk kecakapan – kecakapan sendiri. Perkembangan manusia yang wajar harus memperhatikan segi individualitas manusia dalam arti bahwa pribadi manusia merupakan keseluruhan jiwa raga yang mempunyai struktur dan kecakapan yang khas.
b Manusia Sebagai Makhluk Sosial Segi utama lainnya yang perlu diperhatikan adalah bahwa manusia secara hakiki merupakan makhluk sosial. Sejak ia dilahirkan, ia membutuhkan pergaulan dengan orang lain
untuk memenuhi kebutuhan biologisnya yaitu makanan,
minuman dan lain – lain. Akan tetapi pada usia 2 bulan hubungannya dengan ib unya sudah mulain berlangsung secara psikis tidak hanya secara biologis. Munurut Freud, super – ego pribadi manusia sudah mulai dibentuk ketika ia berumur 5 – 6 tahun dan perkembangan super – ego tersebut berlangsung terus menerus selama ia hidup. super – ego yang terdiri atas hati nurani, norma – norma, dan cita –cita pribadi itu tidak mungkin terbentuk dan berkembang tanpa manusia itu bergaul dengan manusia lainnya, sehingga sudah jelas bahwa tanpa pergaulan sosial manusia tidak dapat berkembang sebagai manusia seutuhnya. Pada dasarnya, pribadi manusia tidak sanggup hidup seorang diri tanpa lingkungan psikis atau rohaniahnya walaupun secara biologis – fisiologis ia mungkin dapat mempertahankan dirinya pada tingkat kehidupan vegetatif. Segi
Universitas Sumatera Utara
sosial manusia itu terutama dipelajari dalam psikologi sosial, tetapi yang sulit dipahami dengan sewajarnya apabila dalam mempelajarinya kita melalaikan segi individualitas pribadi manusia.
c. Manusia Sebagai Makhluk Berketuhanan. Segi terakhir ini sebenarnya termasuk dalam cabang psikologi keagamaan sehingga tidak diuraikan secara khusus. Walaupun demikian segi ini dihubingkan dengan psikologi sosial karena ada pengaruhnya dalam pembicaraan ilmu pengetahuan tentang manusia. Manusia, selain makhluk individual yang sebenarnya tidak perlu dibuktikan kebenarannya, sekaligus juga merupakan makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk beketuhanan juga tidak perlu dibuktikan kebenarannya sebab manusia yang sudah dewasa dan sadar akan dirinya sudah jelas tidak dapat menolak adanya kepercayaan terhadap Tuhan, sebagai segi hakiki dalam prikehidupan manusia, dan segi ini adalah segi khas bagi manusia pada umumnya. Bahwasanya Tuhan itu sukar dibuktikan secara empiris eksperimental bagi manusia yang belum berketuhanan, tidak berarti bahwa Tuhan itu tidak ada. Orang atheis yang belum sadar akan hal ini, tanpa disadarinya sebenarnya juga sudah berkrtuhanan tetapi dalam bentuk benda – benda, orang – orang maupun gagasan – gagasan tertentu. walapun demikian secara psikologis dapat diakui bahwa segi manusia sebagai makhluk berketuhanan itu dapat pula dengan sadar atau tidak sadar ditujukan dan digerakkan oleh suatu objek yang bukan merupakan Tuhan Yang Maha Esa.
Universitas Sumatera Utara
Psikologi sosial atau ilimu jiwa sosial memerlukan sedikit pengetahuan pendahuluan agar isinya mudah dipahami. Sebagaimana psikologi, maka psikologi sosial juga merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan yang baru timbul dalam masyarakat modern.
3.
Konsep Psikologi Sosial Dan Hubungannya Dengan Moral Proses sosial sebenarnya timbul bila terjadi pertemuan antara dua orang
atau kelompok serta membentuk sistem-sistem hubungan atau terjadi perubahanperubahan bila cara hidup yang telah ada diganggu. Masyarakat dan aspek dinamikanya terdiri atas individu dan kelompok dalam interaksi. Psikologi sosial tidak bermaksud membuktikan keabsahan teori saja, misalnya dengan menyesuaikan apa yang dilakukan oleh teks dengan apa yang dilakukan oleh pengarang. Dengan memusatkan perhatian pada tokoh-tokoh, maka akan dapat menganalisis konflik batin yang mungkin bertentangan dengan teori psikologi sosial. Wellek dan Warren (1962: 92 – 93) dalam sebuah karya sastra yang berhasil, psikologi sosial sudah menyatu dengan karya seni. Psikologi sosial sangat mempengaruhi keberadaannya ditengah-tengah kehidupan bermasyarakat.
Universitas Sumatera Utara
4.
Peristiwa-peristiwa kejiwaan Yang termasuk dalam peristiwa kejiwaan (psikologi) adalah: 1 Persepsi Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera. 2. Bayangan Istilah bayangan sering disebut dengan istilah tanggapan. Dalam persepsi telah dikemukakan bahwa dengan perantara alat indera, orang dapat menyadari tentang hal-hal atau keadaan yang ada disekitarnya. 3. Fantasi Yang dimaksud dengan fantasi adalah kemampuan jiwa untuk membentuk tanggapan-tanggapan atau bayangan baru. 4. Ingatan Ingatan dipandang sebagai hubungan antara pengalaman dengan masa lampau. Dengan adanya kemampuan mengingat pada manusia, hal ini menunjukkan bahwa manusia mampu menerima, menyimpan dan menimbulkan kembali pengalaman- pengalamann yang dialaminya. 5. Berpikir Merupakan kemampuan kemampuan manusia untuk membentuk konsep atau pengertian akan sesuatu. 6. Perasaan dan emosi > Perasaan adalah keadaan atau state individu sebagai akibat dari persepsi baik external maupun internal.
Universitas Sumatera Utara
> Emosi merupakan reaksi yang kompleks yang mengandung aktivitas dalam kejasmanian serta berkaitan dengan perasaan. 7. Motif Motif berasal dari bahasa latin movere yang berarti bergerak. Karena itu motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri manusia yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
2.2. Moral 2.2.1 Defenisi moral Menurut Suseno (1989: 2-3) moral adalah suatu pengukur apa yang baik dan buruk dalam kehidupan suatu masyarakat. Sedangkan etika adalah keseluruhan norma dan penilaian yang digunakan masyarakat bersangkutan untuk mengetahui bagaimana seharusnya manusia menjalankan kehidupannya. pesan moral dapat disampaikan melalui beberapa cara antara lain : melalui perbuatan, kata-kata yang secara gamblang diungkapkan, khayalan, dan lain-lain. Zaman ini ditandai oleh perubahan pesat dalam banyak bidang kehidupan masyarakat. Perubahan itu embawa kemajuan maupun kegelisahan pada banyak orang. Yang paling mencolok adalah bahwa komunikasi dan informasi antardaerah dan antar-bangsa berkembang begitu pesat sehingga dunia terasa semakin kecil. Orang bahkan sudah kerap meliha keadaan ruang angkasa yang dahulu hanya dapat dibayangkan dan diimpikan. Salah satu hal yang menggelisahkan adalah masalah moral. Perubahan pesat dibanyak bidang menimbulkan banyak perubahan sekitar moral. Banyak orang merasa tidak pegangan lagi tentang norma kebaikan, terutama dibidang -
Universitas Sumatera Utara
bidang yang paling dilanda perubahan pesat. Norma – norma lama terasa tidak menyenangkan lagi, atau bahkan dirasa usang dan tidak dapat dijadikan pegangan sama sekali. Oang juga tidak dapat hanya lari pada hati nurani, karena hati nuranipun merasa tidak berdaya menemukan kebenaran apabila norma – norma yang biasanya dipakai sebagai landasan pertimbangan menjadi serba tidak pasti. Dalam situasi seperti itu kita harus dapat mengambil sikap. Seseorang harus bisa merumuskan kembali norma- norma tradisional di bidang norma. Bagaimana kita harus merumuskan kembali norma – norma lama maupun perkembangan – perkembangan baru untuk menemukan kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan norma yang berlaku dan dianggap benar dalm kehidupan sehari-hari. Di dalam kehidupan sehari-hari ada tiga system norma moral yang ada didalm kehidupan, adapun ketiga sistem norma moral yang secara tradisional ditawarkan, yakni norma berdasarkan keyakinan atau kewajiban mutlak, norma berdasarkan tujuan perbuatan atau norma berdasarkan hubungan – hubungan dengan orang lain. Untuk mencari kebenaran moral secara tepat, ketiga sistem nilai moral tersebut harus dipadukan. Penilaian moral atas sikap maupun perbuatan harus dilihat dari kewajiban yang muncul dari halnya sendiri, dari tujuan yang hendak dicapai, dan dari mutu hubungan – hubungan dengan sesama yang tersangkut dalam sikap atau tindakan tersebut. Dengan demikian penilaian moral menjadi teliti dan seimbang, bahkan mampu melayani hidup bersama. Hak lain yang perlu disadari sejak awal penilaian moral adalah bahwa moral yang menyangkut individu mesti dibedakan dari moral yang menyangkut hidup dan urusan orang banyak. Memang moral yang menyangkut individu pun
Universitas Sumatera Utara
punya kaitan dengan orang lain. Tetapi kaitan itu tidak sekuat pada moral sosial yang langsung menyangkut orang banyak. Salah satu contoh moralitas, masturbasi misalnya, tidak menyangkut begitu banyak orang lain bila dibandingkan dengan moralitas sistem
politik atau sistem ekonomi. Karena itu tuntutan terhadap
moralitas sistem – sistem sosial mesti lebih diperhatikan dibandingkan dengan tuntutan terhadap moral seksual individual. Untuk membicarakan masalah – masalah moral yang begitu luas, dibutuhkan pembagian perhatian langkah demi langkah menurut bidang – bidang yang berbeda. Setelah melihat dasar – dasar moral yang paling penting, kita dapat melangkah ke moral hidup, moral seksual, moral perkawinan dan akhirnya moral sosial. Dengan cara itu dapat dibicarakan banyak masalah moral tanpa tenggelam didalamnya sehingga tidak mampu lagi melihat arah pembicaraan. Yang penting ialah bahwa kita tetap sadar, pembagian perhatian itu dalam kenyataan konkret hanya berkaitan pada segi – segi saja. Sebab pada kenyataan kehidupan sehari – hari manusia mengalami semua itu bersama – sama: soal hidup, soal seks, soal perkawinan dan soal sosial. Norma moral memang harus dikembalikan sampai pada nilai – nilai yang hakiki, tidak hanya pada soal kepraktisan. Agar lebih memahami dan ikut berpikir tentang suatu masalah, maka kita harus berfikir secara rasional. Selain itu yang perlu diperhatikan adalah yang menyangkut kehendak Tuhan sendiri. Sebagai orang yang berketuhanan dan berprikemanusiaan, mau tidak mau rasionalitas kita diperkaya oleh keyakinan iman dan keyakinan tentang martabat luhur manusia. Karena itu, disana – sini beberapa masalah juga disoroti dengan landasan
Universitas Sumatera Utara
keTuhanan dan perikemanusiaan secara esplisit, terutama bila masalahnya menyangkut martabat manusia yang paling inti sebagai makhluk ciptaan Tuhan.
2.2.2. Jenis-jenis Moral 2.2.2.1. Moral Hidup Hidup selayaknya dilihat sebagai anugerah Tuhan yang sangat berharaga. Karena itu kita terpanggil untuk memelihara dan melindungi kehidupan sejauh mungkin. Pemeliharaan kehidupan juga merupakan salah satu bentuk rasa syukur atas anugerah tersebut. Maka manusia dalam keadaan manapun, harus kita hargai sesuai dengan martabatnya yang luhur itu. a. Awal Hidup Seorang Manusia Dewasa ini ada beberapa pendapat yang berbeda tentang saat yang tepat mulainya hidup seorang manusia. Diantara pendpat – pendapat itu ada 3 pendapat yang mempunyai argumentasi kuat, sehingga cukup sulit kita tentukan manakah pendapat yang paling sesuai dengan kebenaran. Pendapat pertama menyatakan bahwa hidup seorang manusia sudah dimulai sejak terbentuknya sel pertama hasil pertemuan sperma suami dan sel telur istri. Pendapat kedua menyatakan bahwa hidup seorang manusia barulah mulai sekitar 11 hari setelah pembuahan, yakni ketka muncul individualitas yang jelas, ketika kumpulan sel – sel itu tidak mungkin lagi terpisah menjadi beberapa anak kembar. Sedangkan pendapat ketiga menyatakan bahwa hidup khas manusia barulah muncul ketika embrio berusia sekitar 20-40 hari, yakni bila embrio itu sudah berhasil membentuk otak dalam dirinya.
Universitas Sumatera Utara
b. Pengadaan Anak Secara Buatan Kemajuan teknologi tidak hanya dimanfaatkan untuk mencegah kehamilan, melainkan juga untk mengadakan anaka secara buatan, artinya: tanpa hubungan seks antara suami dan istri. Masalah pokok dari segi moral seringkali sudah muncul pada kenyataan utama itu, apakah dapat dibenarkan bahwa manusia mengadakan anak tanpa hubungan seks suami-istri. Bukankah hubungan seks merupakan cara yang sesuai dengan kodrat yang sudah ditentukan oleh Tuhan sendiri bila Ia memanggil pria-wanita menjadi suamistri. Cara pertama untuk mengadakan anak tanpa hubungan seks adalah dengan inseminasi, yakni dengna memasukkan sperma kedalam rahim wanita ketika ia sedang subur, ketika ada sel telur yang masak didalam saluran telurnya. Cukup banyak moaralis yang tidak keberatan terhadap inseminasi buatan asal sperma diambil dari suami sendiri dan suami-istri itu memang tidak mampu memperoleh anak dengan hubungan seksual. c. Pemeliharaan Kehidupan dalam Rahim Sejak pembuahan atau paling lambat setelah embrio berhasil membentuk otak pada hari ke-20 sampai ke-40 setelah pembuahan, hidup manusia baru itu harus dilindungi sebaik mungkin. Yang paling berhak dan berkewajiban melindungi anak tersebut adalah ibunya sendiri, yang mengandungnya. Kecuali itu, ia juga harus dilindungi oleh ayahnya, oleh negara, agama, dan seluruh masyarakat. Seorang wanita hamil, seringkali tidak tahu dengan tepat cara memlihara janin yang dikandungnya. Karena itu masyarakat terutama yang
Universitas Sumatera Utara
mampu perlu membantunya. Tenaga medis misalnya, terpanggil untuk membantu para ibu agar mereka mampu memelihara kehamilan sebaik mungkin. Mereka layak dibantu untuk mengetahui dengan tepat hal – hal yang dapat membahayakan kehidupan janin misalnya merokok atau alcohol yang berlebihan, buah – buahan yang memuat zat yang keras dan dapat merusak janin, obat – obat keras yang dapat menimbulkan cacat.
d. Pemeliharan Kehidupan Sejak lahir, bahkan sudah sejak dalam kandungan manusia hanya dapat hidup dengan baik apabila ia sehat secara fisik maupun secara psikis. Karena itu perlu kita sadari bahwa rasa syukur atas anugerah kehidupan yang dihadiahkan oleh Tuhan itu harus tampak pula dalam usaha memelihara kehidupan itu. Usaha itu meliputi berbagai tingkatan yakni memelihara kesehatan, mencegah penyakit dan rasa sakit menyembuhkan penyakit dn mengurangi rasa sakit, memulihkan kesehatan sesudah mendertia sakit, dn mencegah kematian dalam bahaya maut. Kiranya Tuhan tidak akan menuntut dari manusia untuk berbuat baik melebihi kemampuannya yang senyatanya. Maka dapat kita rumuskan prinsip umum tentang batas – batas usaha memelihara kehidupan kita dan kehidupan sesama kita dengan usaha – usaha yang sesuai dengan kemampuan kita. Kita bahkan bisa tetapi tidak tdak wajib secara moral memelihara kehidupan kita atau kehidupan sesama dengan usaha
- usaha luar biasa, asala tidak
merugikan pihak ketiga.
Universitas Sumatera Utara
e. Menghayati akhir Kehidupan Betapapun orang menjaga kesehatan dan menjaga segala penyakit akhirnya ia juga akan mati. Karena keterbatasannyasebgi makhluk, manusia harus menerima kenyataan yang tidak membahagiakannya itu. Justru dari keniscayaan kematian itulah manusia menyadari diri sebagai makhluk ciptaan yang terbatas, tergantung pada kehendak Pencipta. Tuhan itulah yang berkuasa atas hidup dan kematian kita. Secara sederhana orang menyebut kematian sebagai saat orang menghembuskan nafasnya yang terakhir, atau saat jantungnya berhenti berdetak. Pernyataan sederhana itu secara ilmiah kurang tepat. Sebab orang yang berhenti bernafas dapat tetap hidup bila ia dibantu dengan pernafasan buatan, sedang orang yang jantungnya berhenti berdetakpun dapat tetap hidup dengan bantuan alat pacu jantung atau dengan transplantasi jantung. Karena itu secara ilmiah para ahli mengambil norma kematian manusia yang lebih tegas dan pasti, yakni saat berhentinya fungsi otak. Bila otak mati, orang tak mungkin hidup terus atau hidup lagi, walaupun para ahli menggunakan alat bantu yang paling canggihpun. Beberapa ahli baru mau menegaskan kematian seseoran bila seluruh otaknya sudah tidak berfungsi sama sekali. Tetapi ada juga ahli yang sudah mau menyatakan kematian seseorang apabila bagian otak yang khas manusia sudah mati, wlaupun bagianotak lainnya masih berfungsi.
Universitas Sumatera Utara
2.2.2.2. Moral Seksual Akhir – akhir ini, hampir diseluruh dunia, tampak kecenderungan masyarakat, terutama kaum muda untuk membebaskan diri dari norma – norma lama dibidang seksual. Mereka menganggap bahwa masalah seks bukanlah sesuatu yang tabu untuk dibicarakan dimuka umum, dan sebagian lagi bahkan merasa bahwa orang boleh saja menunjukan kemesraan ditempat ramai. Media masa pun secara gencar membebaskan diri dari kekangan – kekangan tradisional dan mulai mengekspos berbagai skandal maupun pandangan – pandangan baru dibidang seks. Karena itu perlu dicari norma baru dibidang ini, yang lebih mengutamakan isi daripada rumusan. Nilai – nilai luhur dari seks perlu tetapi dilestarikan, sedang rumusannya dapat saja dibaharui agar lebih mudah dipahami. Sebaiknya seks dan seksualitas dibedakan meskipun sangat berhubungan erat. Purwa Hadiwardoyo dalam moral dan masalahnya (1990: 42) Seks adalah alat kelamin dan hal – hal yang menyangkut alat kelamin itu. Sedangkan seksualitas adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan kepribadian sebagai pria atau sebagai wanita. Maka seksualitas jauh lebih luas daripada seks. Seks hanyalah salah satu bagian dari seksualitas. Seperti halnya kehidupan manusia seluruhnya adalah anugerah Tuhan yang layak dihayati menurut kehendakNya, demikian pula seksualitas merupakan hadiah Tuhan yang perlu kita hayati sesuai dengan maksud Tuhan ketika menciptakan seksualitas bagi kita . Sejak dalam kandungan sampai kematian, manusia adalah pria atau wanita.
Universitas Sumatera Utara
Seks juga merupakan hadiah dari Tuhan. Tanpa seks, manusia tidak dapat hidup sewajarnya, bahkan tidak dapat hidup secara sehat. Alat kelamin sudah penting peranannya sejak kita lahir. Maka layaklah bahwa manusia berusaha untuk setia pada rencana Tuhan itu. Seks dan seksualitas berguna untuk kebahagian pribadi maupun untuk kepentingan sesame, bahkan untuk seluruh
umat
manusia.
Seksualitas,
termasuk
seks
didalamnya,
dianugerahkan untuk membahagiakan sesama sebagai ungkapan kasih sayang dan untuk memungkinkan penerusangenerasi manusia. Tetapi sesuai dengan perkembangan zaman, moral manusia juga mengalami kemerosotan. Demikian juga halnya dengan seksualitas. Terutama pada saat sekarang banyak terjadi penyimpangan seks yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dalam kehidupan seseorang sebagai makhluk sosial.
2.2.2.3. Moral Perkawinan. Sebagian besar dari umat manusia sepanjang sejarah hidup dalam lembaga perkawinan. Mereka yang tidak menikah pun pada umumnya cukup lama hidup dalam keluarga. Karena itu masalah perkawinan menyangkut kepentingan semua orang. Maka moral perkawinan juga layak menjadi salah satu sasaran perhatian kita. ) Perkawinan Sebagai Lembaga Masyarakat Sudah sejak lama perkawinan menjadi lembaga masyarakat, yakni kenyataan diakui, diatur, dan dilindungi oleh masyarakat. Dahulu aturan masyarakat mungkin lebih sedikit tetapi lebih ketat. Tapi akhir – akhir ini tampak mulai melonggar. Pada umumnya aturan
Universitas Sumatera Utara
masyarakat
terhadap
lembaga
perkawinan
bercorak
dinamis.,
mengikuti perkembangan masyarakat dibidang – bidang lain. Peraturan atau ketentuan masyarakat tentang lembaga perkawinan pertama – tama menyangkut hakikat perkawinan. Masyarakat juga menentukan ciri – ciri perkawinan yang mereka anggap baik. Sebagian besar masyarakat modern lebih menghargai suami-istri yang perawinannya monogam dan tidak terputus oleh perceraiaan. Memang tetap ada kemungkinan bagi suami-istri untuk bertindak lain, tetapi kemungkinan itu juga hanya dibuka dengan syarat – syarat khusus dan seringkali dikenei sanksi khusus pula.
) Perkawinan Sebagai Lembaga Hukum Negara Mengingat pentingnya keluarga – keluarga bagi kesehjahteraan seluruh bangsa, kebanyakan negara modern mengakui perkawinan sebagai suatu lembaga hukum negara. Negara ikut mengakui, mengatur, dan melindungi lembaga perkawinan warganya. Dalam negara yang masyarakatnya bersifat majemuk, negara sering merasakan mendesaknya ketentuan – ketentuan yang agak seragam tentang perkawinan bagi semua warganya. Sebab dapat timbul kekaburan hukum, apabila warga negara hanya mengikuti ketentuan – ketentuan khas dari masing – masing suku atau agamanya. Terutama bila terjadi perkawinan berbeda suku atau berbeda agama.
Universitas Sumatera Utara
) Perkawinan Sebagai Lembaga Agama Kebanyakan agama juga telah melembagakan perkawinan. Agama – agama itu tidak hanya memberikan pedoman – pedoman moral, melainkan juga memberi hukum – hukum dibidang perkawinan. Huku – hukum itu misalnya menyangkut hal persiapan nikah, peneguhan nikah, proses perpisahan sementara, dan perkwinan kedua sesudah ada perceraian. Umat beragama seringkali bahkan tidak mampu lagi membedakan kaidah – kaidah moral dari ketentuan –ketentuan hukum dari agamanya sendiri. Apa yang dilarang hukum seringkali disamakan begitu saja dengan apa yang tidak layak secara moral. Seperti
masyarakat
maupun
negara,
agama
juga
melihat
perkawinan sebagai ikatan erat antara pria dan wanita, yang antara lain menghalalkan hidup bersama dan senggama serta mengesahkan anak anak dari keduanya. Tetapi selain itu, kebanyakan agama juga melihat nilai yang lebih luur lagi dari perkawinan, misalnya sebagai kenyataan yang suci, kenyataan yang memuat nilai sakral, kenyataan yang mendekatkan suami-istri dengan Tuhan sendiri. Karena itulah agama – agama mengenal juga adanya ibadat yang menyertai perkawinan para warganya. Perkawinan tidak hanya diteguhkan secara hukum, melainkan juga dirayakan dalam ibadat atau sekurang – kurangnya diwarnai oleh doa – doa pemimpin agama.
Universitas Sumatera Utara
) Perkawinan Sebagai Panggilan Hidup Walaupun sebagian besar dari manusia terpanggil untuk hidup berkeluarga, harus diakui pula bahwa beberpa orang terpanggil untuk hidup tanpa menikah. Hidup berkeluarga yang baik mengajukan beberapa tuntutan pada suami-istri. Tuntutan yang tampaknya paling dangkal namun begitu mutlak yaitu kemampuan untuk berhubungan seksual. Seseorang yang tidak mampu sama sekali untk berhubungan seksual harus sadar bahwa keadaannya layak ditafsirkan sebagai tanda bahwa ia tidak dipanggil untuk menikah. Sebab pernikahan bukanlah semata – mata janji untuk menjadi sahabat atau teman hidup, malainkan juga janji untuk memberikan diri seluruhnya kepada teman, termasuk pula hak atas hubungan seksual. Maka seseorang yang impotent meman layak dilarang untuk menikah secara sah.
) Perkawinan Sebagai Persekutuan Hidup Dengan perkawinan, pria dan wanita menjadi teman hidup untuk seumur hidup. Mereka mempersekutukan diri dengan seluruh pribadi, jiwa dan raga. Hubungan seksual tidak hany menyangkut alat kelamin, melainkan juga perasaan kemauan dan pikiran. Maka hubungan seksual harus tetap dipandang sebagai hak khusus suami-istri tanda kepastian kehendak untuk bersekutu seumur hidup. Suami-istri kemudian mempersekutukan diri dengan hidup di satu rumah.
Rumah
merupakan
perluasan
diri
seseorang.
Rumah
Universitas Sumatera Utara
membentuk
kepribadian
orang,
memberikan
ketenangan
dan
kegembiraan hidup. Maka dengan bertempat tinggal di satu rumah suami-istri secara sadar atau tidak, semakin bersekutu. Suami atau istri yang menganggap bahwa rumah adalah hanya milik mereka sendiri saja membangun dalam dirinya mentalitas yang keliru, mentalitas yang bertentangan langsung dengan maksud perkawinannya.
2.2.2.4. Moral Sosial Manusia adlah makhluk sosial, makhluk yang berkembang dengan pengaruh banyak orang lain., dan kehadirannya sendiri pun juga ikut mempengaruhi perkembangan pribadi orang lain. Perkembangan individu terjadi dalam hubungan – hubungan antarpribadi. Sebaliknya individu pun dapat berkurang mutunya karena pengaruh orang – orang lain. Karena hubungan – hubungan dalam masyarakat itu begitu kompleks, kiranya baik kalau penilaian moral terhadap hubungan – hubungan itu kita laksanakan segi demi segi. Namun harus tetap diingat bahwa segi yang satu dalam kenyataan selalu berkaitan erat dengan segi – segi yang lain. Yang biasa disebut sebagai bidang atau masalah sosial adalah bidang kemasyarakatan yang tidak termasuk secara langsung dalam bidang ideologi, politik, ekonomi, budaya, pertahanan dan keamanan. Bidang sosial misalnya menyangkut beberapa bidang sekaligus. Keadaan sosial menjadi masalah dibanyak tempat, baik dinegara maju maupun dinegara yang sedang berkembang. Dibanyak tempat dirasakan adanya kesenjangan yang besar
Universitas Sumatera Utara
antara penduduk yang menikmati kekayaan dan kekuasan, sementara penduduk lainnya menderita serba kekurangan. Biasanya ketidakadilan sosial itu bersifat struktural artinya, merupakan kenyataan yang diakibatkan oleh struktur sosial-politik-ekonomi yang berlaku., sehingga perbaikan hanya mungkin dengan perbaikan dalam sturktur yang berlaku.
2.2.3. Prinsip-Prinsip Dasar Moral Setiap orang tumbuh dalam dunia yang telah memiliki pertimbangan moral. Pertimbangan ini dilakukan setiap hari oleh setiap orang dengan memperhatikan perilaku setiap orang yang lain. Namun demikian standar moral yang dimiliki setiap orang mungkin tidak sama persis dalam semua hal dengan apa yang dimiliki orang lain. Salah satu unsur dari perkembangan moral adalah masalah kesadaran moral yaitu cara-cara seseorang menilai mengenai apa yang seharusnya dilakukan, motivasi-motivasi yang mendasari tingkah laku seseorang serta kepuasan batin yang ingin dicapai. Perbuatan yang dilakukan pada setiap tingkatnya akan menimbulkan kepuasan yang berbeda-beda secara moral. Moral dan etika memiliki hubungan yang erat dan hanya terdapat sedikit perbedaan. moral adalah suatu pengukur apa yang baik dan buruk dalam kehidupan suatu masyarakat. Sedangkan etika adalah keseluruhan norma dan penilaian yang digunakan masyarakat bersangkutan untuk mengetahui bagaimana seharusnya manusia menjalankan kehidupannya.
Universitas Sumatera Utara
Etika memiliki hubungan yang sama dengan psikologi dan praxeologi( teori umum tentang tindakan manusia). Dan sebenarnya etika itu merupakan salah satu ilmu moral. Moral, agama, hukum, adat, tata krama, dalam masyarakat primitif ada sebagai satu kesatuan yang tidak terbedakan. Yang berkembang sampai saat ini adalah bahwa moral masih sangat kuat terikat dengan akar agama, bersifat asketik, dan kuat. Aturan moral merupakan aturan yang paling kondusif bagi kerjasama sosial. Fungsi moralitas sebagaimana dikemukakan Toulmin dalam Dasar-dasar moralitas ( 2003: 162) ‘untuk menghubungkan perasaan dengan perilaku kita dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi tujuan dan keinginan setiap orang seharmonis mungkin’. Artinya untuk dapat hidup rukun dan berdampingan dengan orang lain, moral dan cara seseorang bertingkah laku menjadi hal yang sangat penting. 2.2.4.
Moral dalam Interaksi Antarmasyarakat
Interaksi sosial merupakan proses sosial yang mendasari proses- proses lain dan merupakan syarat mutlak untuk berbagai jenis aktivitas-aktivitas sosial. Jenis-jenis proses sosial yang lain hanya merupakan bentuk khusus dari interaksi sosial berbagai jenis. Menurut Purwa Hadiwardoyo dalam moral dan masalahnya (2003: 15) Yang dimaksud dengan interaksi sosial adalah hubungan yang dilakukan antara individu dengan individu lain atau dengan kelompok sosial masyarakat lain dalam ruang lingkup yang lebih besar. Tetapi walaupun tanpa ucapan sepatah katapun, tanpa menunjukkan suatu gerakan telah dimulai juga interaksi karena alat indera telah siap siaga, fikiranpun telah terarah dan telah bekerja secara otomatis. Dalam
Universitas Sumatera Utara
semua tanda ini,masing-masing saling menerima impressi dan impressi inilah yang kemudian menjadi dasar,walaupun hanya untuk sementara. Interaksi sosial timbul dalam 2 kondisi, yaitu: 1. Kontak Sosial Kata kontak bersal dari bahasa latin, con (cum) yang berarti bersama dan kata tango yang berarti menyentuh. Maka secara etimologi berarti saling bersentuhan kontak sosial merupakan fase pertama dari interaksi sosial walaupun penyentuhan fisik dalm kontak sosial bukan merupakan keharusan, perlu diperhatikan, bahwa penyentuhan fisik merupakan perangsang yang tidak sedikit artinya dalam memupuk interaksi sosial. Penyentuhan fisik itu sudah lazim dimana-mana bahkan dapat merupakan tata cara etiket kehidupan untuk melancarkan jalan-jalan menuju interaksi sosial.misalnya saling bersalaman, saling berangkulan, berciuman pipi, mencuci kaki secara simbolik, dan sebagainya. Walupun penyentuhan fisik itu merupakan hal yang lazim dan meluas dalam interaksi dengan orang lain, tetapi harus diingat bahwa hampir semua media dapat dipergunakan untuk mncapai impressi impressi sensoris. Walaupun mungkin ada kalangan masyarakat tertentu yang menolak cara berinteraksi seperti itu, namun suatu senyuman, kerlingan mata, lambaian tangan, gerakan tubuh, siulan, cubitan, siulan, dan sebagainya juga dapat digunakan untuk kontak sosial. Perlu diperhatikan bahwa pembentukan kontak itu tidak hanya mengandung inisiatif melalui suatu tanda tetapi juga dapat berrti suatu respons. Kontak sosial juga dapat dibedakan kedalam 2 jenis,yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Kontak Langsung Kontak langsung atau disebut juga primer adalah kontak face to face( berhadapan langsung). Disini terjadi impressi (kesan) timbal balik dari satu pihak yang langsung timbul pada indera pihak lain. Memberi respons dengan melihat, menyentuh, pihak lain atau dengan kelompok mana seseorang itu melakukan kontak mampu memberi jawaban kepada pihak lain tersebut.
2. Kontak Tak Langssung Kontak tak langsung atau sekunder mengandung interposisi atau perantara yang berupa orang lain atau salah satu alat kebudayaan. Yang menjadi perbedaan antara kontak langsung dan kontak tak langsung ialah bahwa kontak tak langsung imprssi sensorisnya terbatas. 2. Komunikasi Kalau interaksi antarmanusia itu hanya berupa reflex atau insting saja, maka kehidupan manusia itu akan menjadi sederhana, karena suatu interaksi hanya menimbulkan suatu reaksi yang otomatis. Alat yang paling lazim digunakan dalam berkomunikasi adalah bahasa. Dengan menggunakn bahasa seseirang akan dapat saling bertukar pikiran dengan orang lain. Dalam beriteraksi dengan orang lain, moral menjadi hal yang sangat penting dalam menentukan diterima atau tidak kita ditengah-tengah kehidupan bermasyarakat. Seseoramg yang dianggap bermoral akan dihargai dan bahkan mungkin dapat menjadi teladan bagi orang lain. Namun sebaliknya, seseorang yang dianggap tidak bermoral akan dijauhi oleh masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Secara universal, patokan moral diseluruh dunia itu sebenarnya sama. Menurut Suseno (1989: 2-3) moral adalah suatu pengukur apa yang baik dan buruk dalam kehidupan suatu masyarakat. Sedangkan etika adalah keseluruhan norma dan penilaian yang digunakan masyarakat bersangkutan untuk mengetahui bagaimana seharusnya manusia menjalankan kehidupannya. pesan moral dapat disampaikan melalui beberapa cara antara lain : melalui perbuatan, kata-kata yang secara gamblang diungkapkan, khayalan, dan lain-lain.
2.2.5. Cara Penyampaian Pesan moral Dalam menyampaikan amanat atau pesan, pengarang novel atau cerita rekaan menggunakan cara penyampaian langsung dan tidak langsung. Penyampaian langsung yaitu secara langsung mendeskripsikan perwatakan tokohtokoh dalam cerita dengan “memberitahukan”. Sedangkan penyampaian tak langsung yaitu penyampaian pesan secara tersirat, terpadu dalam unsur cerita lainnya. Pembaca dituntut untuk menentukan sendiri petunjuk, petuah dan keteladanan melalui teks yang dibaca.
2.3. Novel 2.3.2. Novel Sebagai Genre Sastra Sastra menurut Luxemburg ( 1986 : 9) adalah sebuah nama yang dengan alasan tertentu diberikan kepada sejumlah hasil tertentu dalam suatu lingkungan kebudayaan. Sastra juga merupakan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya (adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya.
Universitas Sumatera Utara
Dalam kesusastraan dikenal bermacam – macam jenis sastra ( Genre). Genre sastra dari zaman ke zaman selalu mengalami perubahan, karena itu teori sastra selalu berusaha untuk mencari sebuah konvesi yang tepat sesuai dengan perkembangan sastra. Genre sastra ini terjadi karena adanya konvesi yang berlaku pada sebuah karya sehingga membentuk ciri tertentu ( Warren dan Wellek, 1995 :298). Secara umum Genre Sastra yang dikenal adalah puisi, prosa dan drama. Drama Kesusastraan mengenal prosa sebagai sal;ah satu Genre Sastra disamping Genre – genre yang lain. Prosa sering pula disebut fiksi (Fiction) yang berasal dari bahasa latin
fictio atau fictum yang berarti membentuk, membuat,
mengadakan, menciptakan (Henry Guntur, 1993 : 120). Menurut Abrams dalam Nurgiyantoro ( 1998 : 2) istilah fiksi dalam pengertiannya berarti cerita rekaan atau cerita khayalan. Hal ini disebabkan fiksi merupakan karya naratif yang isinya tidak mengarah pada kebenaran sejarah. Dengan demikian karya fiksi merupakan suatu karya yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan atau khayalan, sesuatu yang tidak ada dan tidak terjadi sungguh-sungguh sehingga tidak perlu dicari kebenarannya dalam dunia nyata. Salah satu bentuk karya fiksi yang terkenal saat ini adalah novel. Novel adalah karya sastra yang mengandung nilai-nilai keindahan dan kehidupan.nilainilai keindahan yang terdapat didalamnya memberikan kenikmatan dan manfaat bagi pembacanya. Ditinjau dari segi etimologi , novel berasal dari bahasa latin yaitu novelis atau novus yang berarti baru.
Universitas Sumatera Utara
Novel merupakan salah satu ragam dari prosa. Novel juga merupakan genre yang dapat mencerminkan kebudayaan. Novel diartikan sebagai sebuah cerita pendek dalam bentuk prosa yang bersifat fiksi, tidak panjang dan tidak terlalu pendek. Ciri novel yang khas adalah menyampaikan permasalahan yang kompleks secara penuh dan juga mampu untuk mengkreasikan sebuah dunia nyata. Dalam Semi (1993:32) novel mengungkapkan suatu konsentrasi kehidupam pada suatu saat yang tegang, dan pemusatan kehidupan yang tegas. Novel juga merupakan karya fiksi yang mengungkapkan aspek-aspek kemanusiaan yang lebih mendalam dan disajikan dengan halus. Poerwadaminta ( 1996: 694) menyatakan bahwa novel adalah karangan prosa yang panjang, mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang yang disekelilingnya dan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. Menurut HB Jassin( 1976 : 78), novel menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dari kehidupan orang luar biasa, karena kejadian ini terlahir suatu konflik, suatu pertikaian yang mengalih jurusan dalam mana seakan - akan seluruh kehidupan mereka tiba – tiba benderang terhampar dihadapan kita. Dengan pendapat yang sedikit berbeda Tarigan ( 1991 : 164) mengemukakan bahwa novel adalah suatu cerita dengan alur cukup panjang mengisi satu buku atau lebih menggarap kehidupan pria dan wanita yang bersifat imajinatif. Dalam arti yang lebih meluas Sumardjo dan Saini KM ( 1998 : 29) mengatakan bahwa novel adalah cerita dengan alur atau plot yang kompleks, karakter yang banyak, tema yang kompleks, suasana cerita yang beragam dan setting yang beragam pula.
Universitas Sumatera Utara
Novel sebagai salah satu genresastra memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1. Jumlah katanya berkisar lebih dari 35.000 kata 2. Jumlah halamannya kira-kira 100 halaman 3. Jumlah pelaku lebih dari satu orang 4. Novel menyajikan lebih dari satu efek, impresi, dan emosi 5. Novel menyajikan sesuatu secara lebih terperinci dan detail 6. Novel banyak menceritakan dan melibatkan berbagai permasalahan yang lebih kompleks
Novel juga biasanya didalamnya lebih menitikberatkan kepada tokoh manusia didalam karangannya daripada kejadiannya dan secara keseluruhannya mengambil bentuk yang dikatakan dengan ciptaan dunia berdasarkan perbedaan individu. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa novel sesuai prinsip dimana sastra itu dapat mengungkapkan sebuah atau bermacam-macam kebudayaan yang berlaku di dalam sebuah masyarakat.
2.3. Unsur-unsur dalam Novel Menurut Wellek dan Warren dalam Nurgiyantoro (1998 : 3) bahwa novel sebagai karya sastra fiksi haruslah tetap merupakan cerita yang menarik, tetapi merupakan bangunan struktur yang koheren dan tetap mempunyai tujuan yang estetik. Oleh karena itu novel dibentuk oleh unsur-unsur pembangun yang membentuk cerita yang kemudian membuat sebuah novel menjadi berwujud.
Universitas Sumatera Utara
Unsur-unsur pembangun yang membentuk sebuah novel terdiri dari : 3.
Unsur ekstrinsik
4.
Unsur instrinsik Unsur ekstrinsik adalah unsur pembangun karya sastra yang berada di luar
suatu karya sastra namun ikut mempengaruhi karya sastra tersebut. Misalnya faktor sosial ekonomi, faktor sosial politik, atau keagamaan dan faktor tata nilai yang dianut masyarakat. Sedangkan unsur instrinsik aladah unsur pembangun novel yang terdapat di dalam karya tersebut.
Unsur instrinsik adalah unsur pembangun novel yang terdapat di dalam karya sastra. Unsur tersebut adalah tema, alur, penokohan, sudut pandang, latar, gaya bahasa, amanat, dan lain-lain. 1. Tema Atar semi (1993 : 84) mengemukakan bahwa tema adalah ide, gagasan, pandangan hidup pengarang yang melatarbelakangi ciptaan karya sastra. Kedudukan tma dalam novel sangat penting. Tema merupakan inti cerita yang mengikat seluruh unsur-unsur intrinsik. 2. Alur Alur atau plot adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun sebagai sebuah interrelasi fungsional yang sekaligus menandai urutan bagianbagian dalam keseluruhan fiksi (Semi, 1993 : 43). Alur merupakan kerangka dasar penting yang mengatur tindakan sehingga bertalian dan berhubungan satu dengan yang lain. 3. Penokohan
Universitas Sumatera Utara
Penokohan merupakan sebuah unsur pembentuk novel. Tokoh yang terdapat di dalam novel itu mempunyai perilaku tertentu baik fisik maupun mental, dan mempunyai karakter yang kemudian menjadi tokoh yang diceritakan dan bergerak mengikuti bentuk alur cerita. 4. Sudut pandang Sudut pandang adalah posisi dan penempatan diri pengarang dalam ceritanya atau darimana dia melihat peristiwa-peristiwa yang terdapat dalam cerita itu. Menurut Abrams dalam Nurgiyantoro (1998 : 248) mengatakan bahwa sudut pandang adalah cara atau pandangan yang diguanakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca. 5. Latar Latar adalah lingkungan tempat terjadi peristiwa. Yang termasuk juga ke dalam latar adalah tempat yang dapat diamati, waktu, dan juga keadaan sekitar. Menurut Abrams dalam Nurgiyantoro (1998 : 216) latar atau setting mengarah pada pengertian tempat, hubungan waktu dan tingkah laku sosial tempat terjadinya yang diceritakan. Jadi fungsi latar adalah memberikan informasi tentang situasi umum dari sebuah karya sastra. 6. Gaya bahasa Gaya bahasa adalah tingkah laku pengarang dalam menggunakan bahasa. Cara menggunakan bahasa itu ikut menentukan bagaimana bentuk novel yang akan dibuat. 7. Amanat
Universitas Sumatera Utara
Amanat adalah pesan moral atau hikmah yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca. Dalam menyampaikan amanat atau pesan, pengarang novel atau cerita rekaan menggunakan cara penyampaian langsung dan tidak langsung. Penyampaian langsung yaitu secara langsung mendeskripsikan perwatakan tokohtokoh dalam cerita dengan “memberitahukan”. Sedangkan penyampaian tak langsung yaitu penyampaian pesan secara tersirat, terpadu dalam unsur cerita lainnya. Pembaca dituntut untuk menentukan sendiri petunjuk, petuah dan keteladanan melalui teks yang dibaca.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sebuah novel atau cerita rekaan harus memiliki kepaduan yang utuh diantara semua unsur penyusunnya agar dapat menghibur,
memberikan
kenikmatan
emosional
dan
intelektual
kepada
pembacanya.
2.4.
Riwayat pengarang Haruki murakami lahir di kyoto pada 13 januari 1949.tetapi banyak
menghabiskan masa kecilnya di kobe. Sejak kecil, murakami sangat menggemari dan menyukai karya sastra barat, terutama musik dan karya sastranya. Ia tumbuh dengan banyak membaca karya besar dari Kurt Vonnegut dan Richard Bautigan dan ia juga sering kali membeda-bedakan (mengomparasi) antara penulis Jepang dengan penulis Barat yang ia gemari. Kesusasteraan Jepang banyak menaruh tekanan pada bahasa yang indah, dimana dengan gaya bahasa itu akan menghasilkan kekakuan, komposisi yang dibatasi, sedangkan gaya haruki murakami sendiri relatif bebas, cair dan mengalir.
Universitas Sumatera Utara
Haruki murakami kuliah di Universitas Waseda, Tokyo mengambil jurusan Teater di Fakultas Seni. Di mana ia juga bertemu wanita yang kini menjadi istrinya, Yoko. Ia pertama kali bekerja di toko musik seperti yang digambarkan pada tokoh dalam karakter utama dalam Norwegian Wood, Toru Watanabe. Sebelum murakami menyelesaikan studinya ia membuka sebuah bar dengan nuansa jazz bernama “Petercat” di Kokubunji, Tokyo yang ia jalankan dari tahun 1974 sampai tahun 1982. Banyak dari karyanya kental dengan unsur musikal dan judul lagunya juga banyak yang muncul sebagai judul tulisannya. Seperti Dance, dance, dance (Steve Miller Band), Norwegian Wood (The Beatles), South of the Border, West of the Sun (Nat King Cole) yang kemudian menjadi judul dalam karyanya. Karya fiksi murakami yang sering dikritik sebagai karya sastra pop oleh penerbit Jepang, sangat surealis dicampur sedikit bumbu humor, dan pada saat yang bersamaan menggambarkan nilai esensial, pelenggangan, kesendirian dan cinta yang semu dimana karyanya itu berhasil menyentuh pembaca di Amerika dan Eropa, begitu juga dengan Asia. Pada dasarnya, gaya penulisan murakami sering kali dikritisi karena karyanya melukiskan obsesi Negara Jepang yang kapitalis. Berdasarkan karyanya ia juga dapat menangkap jiwa generasi muda yang semu dan hampa. Ia juga bisa menggali efek negatif mentalitas orang-orang yang terlalu didominasi oleh pekerjaan. Karyanya mengeritik dan membahas penurunan nilai manusia dan hilangnya hubungan antara manusia dengan manusia dalam masyarakat kapitalis Jepang. Ciri khas tulisan murakami (Burning Barn) merupakan salah satu judul cerita pendek dalam kumpulan cerita pendek murakami berjudul (The Elephant
Universitas Sumatera Utara
Vanishes). Haruki Murakami mempunyai pandangan tersendiri, suatu pandangan yang tidak bisa ditemukan pada orang biasa, pandangan yang digambarkan pengarang dengan penyimbolan terhadap sesuatu, metafora. Haruki murakami hadir dengan karyanya yang kental dan khas dengan unsur metafora, simbolis. Sehingga pembaca akan mereka-reka dan mencoba menginterpretasikan apa yang ingin disampaikan oleh penulis. Tentunya pembaca yang ingin tahu pemaknaannya ini akan membaca karyanya sampai habis karena pastinya pembaca takkan bisa memaknai apabila apa yang ingin dijelaskan penulis sebelum dibacanya sampai tuntas. Murakami seringkali menerjemahkan karya sastra Barat ke dalam Bahasa Jepang. Ciri khas murakami dalam karyanya yaitu mengetengahkan tema yang universal kepada khalayak pembaca yang menurutnya tidak terbatas. Dalam artian tema yang dihadirkan tidak hanya terpaku dan terdapat pada lingkup masyarakat Jepang saja tetapi tema yang banyak terjadi di seluruh Dunia pada umumnya. Sehingga karya yang dihasilkan bisa dinikmati bukan oleh segelintir orang tapi oleh seluruh orang. Ciri khas ini sama dengan ciri khas sastra Barat yang juga mengetengahkan tema bersifat universal dan umum.
2.5.
Sinopsis Cerita Kafka On The Shore
NOVEL Kafka on the Shore, Labirin Asmara Ibu dan Anak ini berawal dengan dua titik cerita berbeda yang berkembang sendiri dengan akhir saling melengkapi. Apa yang dilakukan tokoh berusia 16 tahun dengan meninggalkan (lari?) dari rumah ayahnya secara tidak langsung tertolong oleh tokoh Nakata, orang tua yang kehilangan ingatannya pada saat serangan AS ke Jepang pada
Universitas Sumatera Utara
Perang Dunia II. Kafka Tamura, tokoh belia tersebut, meninggalkan rumah dengan alasan tak begitu jelas. Ia mengalami perjalanan tak terduga oleh pertemuannya dengan seorang perempuan yang ia duga kuat kakaknya dan seorang perempuan paro baya yang ia duga ibunya. Sepanjang perjalanan, Kafka. Tamura selalu tergiang bahwa di masa kecil ayahnya berkata suatu saat nanti ia akan membunuh ayahnya dan meniduri ibunya. Memang, dalam perjalanan menjauh dari Tokyo ke arah selatan tersebut serta merta ia mendengar ayahnya terbunuh dan salah satu yang layak dijadikan saksi tak lain anaknya, Kafka Tamura. Perjalanan yang mulanya terkesan santai menjadi tak ubahnya pelarian. Sesungguhnya kabar tentang matinya sang ayah tak lain pemicu suasana menjadi tegang seperti halnya tokoh tua, Nakata, yang tak tega menyaksikan penderitaan seseorang lalu meminta Nakata membantunya mengakhiri hidupnya. Dalam keadaan tegang dan pikiran kacau balaulah kedua tokoh ini mengalami peristiwa yang berarti. Si Kafka Tamura diungsikan oleh seorang karyawan perpustakaan di sebuah hutan kecil yang kemudian mengalami peristiwa spiritual berupa kemampuan masuk dalam dunia kematian. Pengalaman spiritual yang dialami Kafka Tamura bersamaan dengan ketika tokoh Nona Saeki, pewaris perpustakaan dan diduga sebagai ibu Kafka Tamura, meninggal setelah menyerahkan catatan hariannya ke Nakata dan meminta membakarnya. Dalam hutan yang digambarkan dengan surreal untuk mengingatkan kepada pembaca bahwa kisah tersebut berada di alam gaib, Nona Saeki muncul guna memberi tahu Kafka Tamura untuk segera keluar dari hutan selagi memiliki kesempatan. Ini mengingatkan pembaca pada kisah-kisah mati
Universitas Sumatera Utara
suri yang sering terjadi, atau juga terjadi dalam pengalaman orang-orang yang paham dan percaya pada alam gaib. Berkat kedatangan Nona Saeki ini Kafka Tamura dapat kembali ke kehidupan nyata. Sesungguhnya yang menjadi inti cerita ini tak lain berbagai kemungkinan pengalaman manusia yang paling jauh dan seseorang dapat menjadikannya sesuatu yang berarti terlepas orang lain mempercayainya atau tidak. Pengalaman pada dasarnya personal. Yang mengetahui dan mampu menghayati adalah orang yang mengalaminya saja. Keintiman pengalaman ini tergambar jelas pada diri tokoh Nakata yang memahami hingga bisa berkomunikasi dengan kucing, juga kemampuannya untuk menangkap naluri yang sifatnya adi-manusiawi. Pengalaman spiritual dari tokoh Nakata dan Kafka Tamura jelas memiliki makna yang dalam saat diperhadapkan dengan persetubuhan antara Kafka Tamura dan Nona Saeki maupun hasrat seksualnya dengan seorang gadis bernama Sakura. Nona Saeki maupun gadis satu seperjalanan Kafka ini dapat diduga merupakan ibu dan kakak kandung Kafka sendiri. Tapi, teks novel ini tidak memberi penjelasan tegas kecuali ungkapan
aku paham
ketika Kafka Tamura bertanya
kepada Nona Saeki perihal status seorang ibu. Sedangkan dalam kaitannya dengan Sakura penjelasannya hanya dalam mimpi. Sesungguhnya yang menjadi persoalan bukan benar-tidaknya ibu atau kakak kandung, melainkan peristiwa yang dialami Kafka Tamura dalam usianya ke-16 dan bagaimana novel tersebut menggiring pembaca berada dalam keadaan mendua. Keadaan mendua antara benar-tidaknya status ibu-anak dalam kaitan hubungan seksual dua tokoh ini, si penulis memasukkan pengalaman spiritual. Pembaca, terutama pembaca konservatif dalam hal keyakinan, tentu terpukul dengan permainan cerita novel
Universitas Sumatera Utara
karya Murakami ini. Kebanyakan akan
tersesat
oleh labirin yang sengaja
diciptakan penulis untuk menguji ketelitian dan kecerdasan pembaca dalam berhadapan dengan medan tekstual yang rumit. Pengalaman spiritual seringkali tidak lahir dari tempat-tempat peribadatan. Pengalaman spiritual yang ekstrem pernah dicontohkan dalam novel Kuil Kencana karya Yukio Mishima berupa meletupnya hasrat seksual justru ketika berhadapan dengan seseorang yang jelek dan bukannya yang cantik, semakin mendapat tekanan dalam novel karya Hakuri Murakami ini. Rupanya pengalaman spiritual juga tidak harus muncul dari dunia entah berantah sebagaimana dalam novel Chelestine Prophecy maupun dalam Sang Alkemis. Dalam Kafka on the Shore disodorkan bagaimana pengalaman dalam dunia sehari-hari yang menjemukan juga dapat dihayati sebagai pengalaman batin. Novel ini secara sengaja memilinkan antara yang profan dan spiritual, antara yang rasional dan irasional, antara yang material dan immaterial. Posisi yang ditawarkan novel-novel karya Harumi Murakami dalam konteks Jepang masa kini menjadi jelas. Ia tidak dijangkiti chauvinisme seperti halnya Yukio Mishima dan penulis Jepang lainnya, tetapi melihat Jepang masa kini dengan mata terbuka. Jepang yang jelas-jelas berada dalam posisi negara maju dan industrialis, tentu mempengaruhi masyarakatnya bagaimana memandang nilai-nilai tradisi Jepang yang adiluhung. Daripada menangisi generasi sekarang yang lebih kenal filosof dan musik Barat daripada Jepang sendiri, Murakami justru menggambarkan secara sosiologis apa yang terjadi di masyarakat Jepang seraya pada saat yang sama memasukkan gagasan spiritualisme ke dalamnya. Sayang sekali, terjemahan novel yang bagus
Universitas Sumatera Utara
ini agak cacat oleh penggunaan subjudul
Labirin Asmara Ibu dan Anak
yang
kurang mengena, gambar kulit muka yang jauh dari isi buku, serta nomor halaman yang kacau.
2.6.
Setting Cerita Kafka On The Shore Menurut Jacob Soemardjo dan saini KM (1997: 75- 76) setting dalm
cerita bukan hanya sekedar background, artinya bukan hanya menunjukkan tempat kejadian dan kapan terjadinya tetapi juga sangat erat dengan kareakter, tema dan suasana cerita. Dalam suatu cerita yang baik, setting harus mutlak untuk menggarap tema dan karakter cerita. Jadi jelas bahwa pemilihan setting dapat membentuk tema dan plot tertentu. Setting menurut Abrams ( 1981: 175) setting atau latar yang disebut juga sebagai tumpu landas, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa yang diperlukan. Menurut ikram ( 1980: 21) latar adalah tempat ecara umum dan waktu terjadinya suatu peristiwa. Latar sosial adalah lingkungan sosial tempat tokoh itu bermain. Yang dimaksud latar sosial dlm hal ini, tidak hanya menyangkut kelas sosial dari masyarakat seperti pedagang, petani, tetapi juga lingkungan masyarakat sosial desa. Latar dalam cerita dapat dibagi dua yaitu: 1. latar tempat latar tempat menyaran pada lokasi tempat terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya sastra.
Universitas Sumatera Utara
Adapun latar tempat terjadinya peristiwa dalam novel Kafka On The Shore adalah sebagai berikut:
a. rumah b. perpustakaan c. bukit d. hotel e. lapangan
2. latar waktu menurut Burhan Nurgiyantoro( 1995: 230), latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam novel Kafka On The Shore. Masalah kapan terjadinya biasanya dapat dihubungkan dengan waktu factual, waktu yang ada kaitannya dengan peristiwa sejarah.
Universitas Sumatera Utara