4
BAB II DASAR TEORI
2.1 Sejarah Singkat Berdirinya Hotel Pan Pacific Nirwana Bali Resort 2.1.1 Gambaran Umum Hotel Hotel Pan Pacific Nirwana Bali Resort merupakan hotel bintang lima di Kabupaten Tabanan yang terletak di Jln. Raya Tanah Lot Tabanan Bali berjarak 45 menit berkendara dari Bandara Internasional Ngurah Rai di Denpasar. Awal bulan april lalu, Pan Pacific Hotels Group resmi menjadi pengelola baru di Nirwana Bali Resort, resor milik PT Bali Nirwana Resort. Resor yang termasuk dalam kelompok properti PT Bakrieland Development Tbk yang sebelumnya dikelola Meridien SAS. Pergantian pengelola ini sekaligus mengganti nama Nirwana Bali Resort dari yang sebelumnya Le Meridien Nirwana Bali Resort menjadi Pan Pacific Nirwana Bali Resort. Pergantian pengelola ini merupakan kesepakatan di antara Meridien dan Bali Nirwana. Hotel Pan Pacific Nirwana Bali Resort dibangun di atas lahan 103 hektar yang subur dan memiliki lokasi yang sempurna baik bagi tamu bisnis yang berlibur ke Bali. Hotel Pan Pacific Nirwana Bali Resort menawarkan berbagai pilihan kamar dan rekreasi yang luar biasa dan fasilitas perjamuan. Masing-masing kamar dilengkapi dengan AC,kamar mandi, pengering rambut, papan setrika, kotak penyimpanan dalam-kamar, televisi. Akomodasi Bali ini menampilkan berbagai fasilitas di lokasi seperti layanan kamar 24 jam, lift, bar/pub, layanan laundry/dry cleaning, fasilitas rapat , restoran. Fasilitas olahraga dan rekreasi tersedia di properti hotel terdiri dari pijat, kolam (anak), klub anak, fasilitas golf (lokasi bisnis), gym/fasilitas kebugaran, sauna, lapangan tenis dan spa.
5
2.1.2 Fasilitas Hotel Pan Pacific Nirwana Bali Resort Fasilitas layanan Hotel Pan Pacific Nirwana Bali Resort antara lain sebagai berikut :
Ruangan bebas rokok
Penyejuk udara
Koran harian
Pengering rambut
Akses internet nirkabel
Layanan kamar 24 jam
Toko
Bar/pub
Fasilitas rapat
Restoran
Kotak penyimpanan
Pijat
Kolam (anak)
Klub anak
Fasilitas golf
Fasilitas kebugaran Tingkat hunian hotel bervariasi, tergantung pada event tertentu dimana
tingkat hunian ini berkisar antara 50% hingga 80%. Tingkat hunian tertinggi biasanya terjadi saat hari besar keagamaan, atau hari raya lainnya.
2.1.3 Sistem Kerja Peralatan Pendukung Operasional Hotel Pan Pacific Nirwana Bali Resort Sebagai sebuah gedung dengan tingkat fungsionalitas yang tinggi, Hotel Pan Pacific Nirwana Bali Resort memiliki jaringan sistem kerja dari peralatan peralatan utama, antara lain : 1. Sistem kelistrikan dual power yaitu dari PLN dan pembangkit listrik diesel.
6
2. Sistem transportasi antar lantai yaitu dengan (lift) di samping tangga darurat. Lift memiliki kapasitas 15 orang (1000 kg) yaitu empat buah lift digunakan untuk lobby (khusus tamu), dan dua buah lift digunakan untuk service. 3. Sistem perpipaan yang meliputi a. Sistem perpipaan penyediaan air bersih yang meliputi air dingin dan air panas. b. Sistem perpipaan air buangan, yang disalurkan menuju sewage treatment plant sebelum dibuang ke riool kota. c. Sistem perpipaan pemadam kebakaran (fire hydrant). 4. Sistem sirkulasi udara (air conditioning). 5. MATV (Master Antena Television) dan CCTV (Close Circuit Television). 6. Telepon Sentral.
2.1.4 Fasilitas Kelengkapan Peralatan Utama Hotel Sebagai sebuah hotel yang berbintang lima, gedung bangunan Hotel Pan Pacific Nirwana Bali Resort dilengkapi dengan peralatan-peralatan utama yang sangat diperlukan untuk menunjang pelayanan. Peralatan utama yang ada yang menunjang sistem kerja pada hotel antara lain : 1. Gen-set Peralatan ini merupakan bagian dari sistem kelistrikan hotel yang memakai sistem dual power yaitu dari PLN sebesar 2180 kVA dan Gen-Set yang memiliki kapasitas 1800 kVA, sehingga untuk penyediaan tenaga listrik walaupun terjadi gangguan dari PLN, maka hal itu tidak akan menjadi masalah karena secara otomatis apabila listrik mati, maka Gen-Set akan hidup. 2. Chiller Peralatan ini merupakan bagian dari sistem penyediaan udara bersih dan segar. Di Hotel Pan Pacific Nirwana Bali Resort terdapat sebuah Chiller yang beroperasi untuk senantiasa memberikan dan menyediakan udara bersih dan segar kepada setiap penghuni di hotel. 3. AHU dan FCU Peralatan ini juga merupakan bagian dari sistem pengkondisian udara di Hotel Pan Pacific Nirwana Bali Resort, dimana peralatan ini difungsikan untuk
7
memastikan bahwa udara yang telah diproses sehingga menjadi segar dan bersih ini dapat terdistribusi merata sehingga para penghuni hotel dapat merasa nyaman ketika di dalam hotel. Untuk AHU di Hotel Pan Pacific Nirwana
Bali
Resort
ada
15
buah
AHU
yang
berfungsi
untuk
mendistribusikan udara segar dan bersih ke ruangan hotel yang telah ditentukan instalasinya. Untuk FCU ada 12 buah hampir merata di ruanganruangan yang lebih kecil terutama ruangan yang terkait dengan aktifitas para tamu dan penghuni hotel lainnya. 4. Boiller Peralatan ini merupakan salah satu bagian dari sistem penyediaan air bersih dan air panas yang sangat diperlukan untuk pelayanan para tamu hotel selain itu juga untuk konsumsi di bagian laundry dan spa. 5. Fire Pump Peralatan ini merupakan salah satu bagian dari sistem keamanan hotel terutama dari bahaya kebakaran. Untuk sistem pengamanan kebakaran sendiri selain dari fire pump ini, juga ditunjang dengan adanya Fire-Stairs (tangga kebakaran) dan juga sistem hidran yang terpasang rapi dan siap digunakan setiap saat dan ditambah dengan tabung-tabung gas pemadam kebakaran yang disediakan di titik-titik tertentu. 6. Water Treatment Sebagai hotel yang besar, Hotel Pan Pacific Nirwana Bali Resort juga menerapkan kerja yang berwawasan lingkungan sehingga untuk limbah terutama yang berkaitan dengan air, disediakan suatu sistem pengolah limbah. Hal ini bertujuan agar limbah yang di keluarkan hotel benar-benar sudah bisa diterima dan diserap lingkungan serta tidak mengganggu masyarakat sekitar.
8
2.1.5 Struktur Organisasi Hotel Pan Pacific Nirwana Bali Resort Struktur organisasi merupakan mekanisme formal dengan nama organisasi yang dikelola dengan berbagi tingkatan yaitu : 1. Tingkat Managerial yaitu seorang General Manager 2. Tingkat Division Head 3. Tingkat Departement Head 4. Tingkat Manager 5. Tingkat Assistant Manager, sesuai dengan tingkatan di atas 6. Tingkat supervisor dengan berbagai spesifikasi bidang kerjanya. 7. Tingkat R/F
2.2 Efisiensi Energi Pada Hotel Hotel adalah salah satu pengguna energi terbesar. Seiring dengan meningkatnya biaya energi, untuk memberikan kualitas pelayanan yang terbaik, biaya oprasional dimana hingga 30% diantaranya adalah komponen pembelian energi juga meningkat dengan signifikan. Dengan melakukan efisiensi energi, hotel dapat mengambil keuntungan tanpa harus mengurangi mutu pelayanan bagi para tamunya. Efisiensi energi adalah kemampuan untuk menggunakan lebih sedikit energi untuk menjalankan fungsi dan kinerja yang sama. Hal tersebut dapat dicapai melalui berbagai cara antara lain dengan meningkatkan perawatan dan penggunaan peralatan hemat energi. Dengan menerapkan program efisiensi energi, paling tidak hotel – hotel di seluruh dunia dapat menghemat biaya penggunaan energi hingga 25%. Efisiensi energi menjadi semakin penting, mengingat kenaikan harga bahan bakar minyak di Indonesia. Harga bahan bakar minyak secara terus menerus telah naik dalam tahun – tahun terakhir, dan telah menyebabkan kenaikan yang cukup besar dalam pengeluaran hotel untuk biaya energi. Sebuah survey menemukan bahwa sebelum krisis ekonomi pada tahun 1997, komponen biaya energi di perhotelan hanya mencapai 10% dari total biaya rutin, tetapi sekarang biaya tersebut naik hingga mencapai 30%. Selain menekan biaya penggunaan energi, efisiensi energi juga memberikan solusi yang sangat
9
menguntungkan untuk upaya peningkatan kenyamanan. Ketika menghemat biaya energi dalam periode tertentu, akan tersedia dana yang cukup untuk melakukan perbaikan fasilitas hotel. Secara otomatis upaya efisiensi energi akan mampu meningkatkan daya saing pada hotel. Banyak cara untuk mampu menerapkan tindakan – tindakan penghematan dengan sukses dalam sebuah hotel. Tanpa harus mengurangi kualitas pelayanan yang diberikan kepada para tamu. Dalam hal ini yang berperan penting adalah para manager hotel, staf teknik dan yang lainnya yang bertugas memelihara bangunan hotel, dan menyediakan informasi yang lengkap tentang langkah – langkah yang perlu dilakukan untuk melaksanakan penghematan energi dalam sebuah hotel, yang meliputi audit energi, tips – tips sistem penerangan, AC, dan boiler, housekeeping yang baik dan juga cara untuk memotivasi seluruh staf.
2.3 Program Efisiensi Energi Pada Hotel Program efisiensi energi harus dimulai oleh manajemen puncak harus memahami dengan
jelas konsep analisa Cost – benefit dari sebuah program
efisiensi energi. Oleh karena itu, otomatis langkah awal harus menggunakan pendekatan top-down. Namun dalam pelaksanaannya, rincian program haruslah disertai masukan dari manajemen di bawahnya. Masukan dari staf sangat penting bagi suksesnya sebuah program efisiensi energi. Komitmen
dari
manajemen
puncak
harus
direalisasikan.
Untuk
merealisasikan program langkah awal adalah dengan melakukan audit energi. Langkah ini penting guna mencari tahu potensi penghematan sebagai dasar penyusunan target penghematan. Target tersebut akan dituangkan ke dalam suatu rencana aksi yang harus disusun bersama. Dalam menerapkan rencana aksi tersebut proses monitoring yang rutin harus dilakukan. Setelah masa implementasi selesai lakukan evaluasi untuk melihat apakah target penghematan sudah dicapai.
10
Bagan alur di bawah ini dan bagian berikutnya akan menjelaskan dengan lebih rinci langkah – langkah menyusun program efisiensi energi. Partisipasi staf
Sosialisasi
Rekomendasi Efisiensi Energi
YA
Komitmen Manajemen Puncak
Audit energi
Target hemat
Rencana Aksi
Target Rasional
YA
Buat rencana aksi
Implementasi
TIDAK
TIDAK
Evaluasi Target
Pendekatan ke pihak manajemen
YA Efisien
TIDAK Evaluasi implementasi
Gambar 2.1 Grafik Alur Program Efisiensi Energi Sumber : Buku Panduan Efisiensi Pada Hotel, 2005
2.3.1
Audit Energi Untuk menghasilkan program efisiensi energi yang sukses audit energi
mutlak dilaksanakan. Proses audit energi juga merupakan langkah awal dalam mengidentisifikasi potensi – potensi penghematan energi. Audit ini akan menghasilkan data – data penggunaan energi yang dapat digunakan sebagai acuan dalam program efisiensi energi. Secara otomatis, hasil audit juga akan memberikan informasi mengenai langkah – langkah yang tepat untuk menjalankan program efisiensi energi. Proses ini juga menjadi acuan dalam penyusunan rencana aksi yang akan berisi berbagai rekomendasi penghematan energi. Dengan melihat kajian secara historis, dapat ditetapkan dasar untuk mengidentisifikasi sektor-sektor yang tinggi penggunaan energinya serta pengaruhnya terhadap peta penggunaan energi. Informasi ini berguna untuk menentukan prioritas penghematan energi juga untuk memberikan gambaran pola penggunaan energi di hotel. Karena lebih dari 75% pengeluaran energi hotel dalam wujud listrik, maka pendekatan analisa dalam hal ini lebih menekankan
Hitung penghematan
11
pada listrik. Berikut ini adalah langkah – langkah kunci dalam melakukan audit energi . 1. Pengumpulan data Langkah awal dalam audit energi adalah pengumpulan data penggunaan energi berserta biayanya dalam jangka waktu paling sedikit satu tahun terakhir. Dengan demikian gambaran dari pola penggunaan energi dapat terlihat dengan jelas. Data – data yang harus dikumpulkan adalah sebagai berikut: a. Data – data pengeluaran energi Sumber energi bagi hotel dapat bermacam – macam. Paling tidak, data yang harus dikumpulkan mencakup data penggunaan listrik, minyak solar, gas (LPG). Data yang dikumpulkan harus dalam satuan energi berdasarkan jenisnya, dan bukan dalam rupiah. Misal, satuan untuk listrik adalah kWH; gas adalah kg; solar adalah liter. b. Konsumsi energi per tipe ruangan Catat data penggunaan energi untuk tiap jenis ruangan, seperti kamar tamu, dapur, lobby, meeting room, dan lain-lain. Penggunaan energi antar ruangan akan bervariasi karena adanya peralatan yang berbeda. Jika hotel memiliki data yang detail mengenai alat – alat yang menggunakan energi pada tiap jenis ruangan tersebut, maka konsumsi energi per m2 di dalam sebuah ruangan dapat teridentifikasi. Konsumsi energi per m2 pada sebuah ruangan dapat didefinisikan sebagai intensitas energi. Indonesia telah mengeluarkan standar nasional intensitas energi pada hotel. Dengan membandingkan intensitas hotel dengan standart ini, maka kita bisa menentukan tingkat efisiensinya. c. Data alat dengan konsumsi energi yang tinggi Hampir seluruh pelayanan yang diberikan oleh hotel mempergunakan peralatan – peralatan yang menggunakan energi secara tinggi, seperti boiller, chiller, lift, pompa air, dan lain – lain. Dengan membuat sebuah data base penggunaan energi dan mendata seluruh peralatan, akan didapat gambaran yang jelas dari proporsi energi yang digunakan oleh masing – masing peralatan.
12
d. Data hunian Data tingkat hunian pada sebuah hotel harus dikumpulkan untuk mengidentisifikasikan
tingkat
penggunaan
energi.
Hubungan
tingkat
penggunaan energi dengan tingkat hunian berbeda antara hotel melati dengan hotel berbintang. Untuk hotel melati, tingkat hunian akan berbanding lurus dengan tingkat penggunaan energi. Dengan membadingkan data tingkat hunian dengan penggunaan dan intensitas energi, kondisi efisiensi energinya sudah dapat ditentukan. Artinya, jika tingkat hunian rendah, maka tingkat penggunaan energi otomatis harus rendah. Sehingga jika ternyata tidak demikian maka hotel otomatis boros energi. Namun tidak demikian dengan hotel bintang. Tingkat hunian yang rendah tidak selalu menghasilkan tingkat penggunaan energi yang rendah pula. Hotel bintang menggunakan lebih banyak peralatan yang konsumsi energinya tinggi, seperti sistem udara central, generator, dan boiler. 2. Pengukuran dan Obsevasi Pengumpulan data yang telah dilakukan akan memberikan gambaran penggunaan energi di hotel. Namun, terutama untuk mendapatkan data penggunaan listrik yang lebih akurat, harus dilakukan pengukuran dengan menggunakan alat pengukur online yang dipasang pada peralatan – peralatan listrik. Analisa – analisa lebih lanjut mengenai faktor daya yang merupakan perbandingan antara daya sebenarnya yang digunakan (dalam satuan watt atau kilowatt) dengan daya yang diambil dari sumber (daya yang dari PLN, yang satunya volt amper atau kilovolt-amper) angka faktor daya yang tinggi mengidentifikasikan distribusi listrik yang baik. Umumnya hotel besar memasang bank kapasitor untuk meningkatkan faktor daya. Faktor kebutuhan merupakan perbandingan antara permintaan maksimum pada sistem pembangkit dan distribusi sistem listrik dengan total beban yang terpasang biasanya dalam satuan persen. Faktor kebutuhan menunjukkan proporsi listrik yang digunakan dari total daya yang tersedia. Bila angka ini rendah ada kemungkinan kontrak daya dengan PLN terlalu tinggi dan bisa dikurangi mendekati kondisi ideal. Tindakan ini akan megurangi biaya perlangganan bulanan.
13
Faktor beban merupakan perbandingan antara rata-rata load listrik dengan load maksimal dalam satu periode tertentu. Semakin rendah nilai faktor beban, semakin besar fluktuasi penggunaan listrik. Karena PLN menerapkan tarif yang berbeda untuk waktu off-peak dan peak.sebaiknya mengatur faktor beban agar menghindari beban yang tinggi pada jam-jam peak hours (18.00-22.00). ini bisa dilakukan dengan mengalihkan penggunaan alat-alat listrik pada saat off-peak. Contoh profil penggunaan energi pada bangunan hasil penelitian yang dilakukan oleh pemerintah ditunjukkan pada tabel berikut ini Tabel 2.1 Profil penggunaan energi untuk peralatan kantor
Jenis Peralatan Air Conditioning
Penggunaan Energi (%) 66
Pencahayaan
17.4
Lift
3.0
Pompa air
4.9
Lain – lain
8.7
Total
100
Tabel 2.2 Profil penggunaan energi untuk peralatan hotel/apartement
Jenis Peralatan
Penggunaan Energi (%)
Air Conditioning
48.50
Pencahayaan
16.97
Lift
8.05
Cleaning and laundry
5.32
Utilitas
18.67
Lain – lain
2.49
Total
100
14
Tabel 2.3 Profil penggunaan energi untuk peralatan rumah sakit
Jenis Peralatan
Penggunaan Energi (%)
Air Conditioning
56.60
Pencahayaan
18.99
Lift
3.46
Fasilitas medis
11.62
Utilitas
3.82
Lain – lain
5.51
Total
100
Kualitas listrik merupakan frekwensi dan besarnya deviasi daya yang masuk ke peralatan listrik. Deviasi ini bisa mempengaruhi kinerja peralatan listrik seperti komputer, tv dan peralatan sensitif lainnya. Kualitas listrik yang buruk akan mempegaruhi kinerja peralatan – peralatan listrik contohnya seperti komputer. Yang lebih merugikan dari pada
rusaknya komputer adalah hilangnya
produktifitas karena salah perhitungan dan komputer yang tidak bisa berfungsi. Kualitas listrik yang ideal di bawah 3%. Akan memberikan gambaran yang lebih dalam mengenai system kelistrikan. Untuk melakukan analisa tersebut selain dibutuhkan keahlian khusus, juga dibutuhkan peralatan – peralatan pengukuran yang tepat, umumnya konsultan auditor energi mampu memberikan analisa tersebut. Keunggulan lain adalah mereka sudah dilengkapi dengan peralatan pengukuran yang tepat. Pengukuran terhadap faktor - faktor tersebut di atas memerlukan kemampuan dan peralatan khusus. Peralatan yang diperlukan untuk melakukan pengukuran adalah: 1. Komputer dengan program pengukuran online. 2. Acquisition data diris AP model and modbus RS 485. 3. Clamp on dengan spesifikasi pengukuran AC/DC 1000A, 0.5A, 220V4wire-unbalanced 4. Portable data logger
15
Observasi juga sangat penting dilakukan untuk dilaksanakan. Langkah ini membantu mengidentifikasi hal – hal yang mendorong pemborosan energi. Observasi dapat dilakukan dengan meninjau fasilitas dan mengisi daftar masalah. 3. Analisa Langkah selanjutnya setelah melakukan observasi adalah melakukan analisa dua cara paling mudah melakukan analisa adalah sebagai berikut a.
Intensitas Konsumsi Energi Intensitas
Konsumsi
Energi
(IKE)
listrik
merupakan
istilah
yang
digunakan untuk mengetahui besarnya pemakaian energi pada suatu sistem (bangunan). Namun energi yang dimaksudkan dalam hal ini adalah energi listrik. Pada hakekatnya Intensitas Konsumsi Energi ini adalah hasil bagi antara konsumsi energi total selama periode tertentu (satu tahun) dengan luasan bangunan. Satuan IKE adalah kWH/m2 per tahun. Dan pemakaian IKE ini telah ditetapkan di berbagai negara antara lain ASEAN dan APEC. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh ASEAN-USAID pada tahun 1987 yang laporannya baru dikeluarkan tahun 1992, target besarnya Intensitas Konsumsi Energi (IKE) listrik untuk Indonesia adalah sebagai berikut : (Direktorat Pengembangan Energi) a. IKE untuk perkantoran (komersil)
: 240 kWH/m2 per tahun
b. IKE untuk pusat belanja
: 330 kWH/ m2 per tahun
c. IKE untuk hotel / apartemen
: 300 kWH/ m2 per tahun
d. IKE untuk rumah sakit
: 380 kWH/ m2 per tahun
Dalam menghitung IKE listrik pada bangunan gedung, ada beberapa istilah yang digunakan, antara lain : a. IKE listrik per satuan luas kotor (gross) gedung. b. Luas kotor (gross) = Luas total gedung yang dikondisikan (berAC) ditambah dengan luas gedung yang tidak dikondisikan. c. IKE listrik per satuan luas total gedung yang dikondisikan (net). d. IKE listrik per satuan luas ruang dari gedung yang disewakan (net product). Istilah-istilah tersebut di atas dimaksudkan sebagai alat pembanding besarnya IKE antara suatu luasan dalam bangunan terhadap luasan lain. Dan besarnya
16
target IKE di atas merupakan nilai IKE listrik per satuan luas bangunan gedung yang dikondisikan (net). Nilai intensitas konsumsi energi penting dijadikan sebagai tolak ukur seberapa besar potensi efisiensi energi yang mungkin diterapkan di tiap ruangan atau seluruh area hotel. Dengan membandingkan intensitas konsumsi energi hotel dengan standar nasional, kita bisa mengetahui apakah sebuah ruangan atau keseluruhan hotel sudah efisien. Dari tabel mengenai penggunaan energi untuk tiap tipe ruangan menghitung intensitas energi per tipe ruangan dengan menggunakan persamaan berikut :
IKE =
Total konsumsi listrik kWH ( 2 ) … … … … … … … … … … … … … … (2.1) Luas area m
Pada tabel berikut ini adalah Standar Nasional Intensitas Konsumsi Energi (IKE) di Indonesia untuk bangunan komersial, termasuk hotel. Tabel 2.4 Standar Intensitas Konsumsi Energi Indonesia (IKE) Ruangan dengan AC Ruangan tanpa AC (kWH/m2/bulan) (kWH/m2/bulan) Sangat Efisien 4,17 – 7,92 Cukup Efisien 0,84 – 1,67 Efisien 7,92 – 12,08 Cenderung Tidak Efisien 1,67 – 2,50 Cukup Efisien 12,08 – 14,58 Tidak Efisien 2,50 – 3,34 Cenderung Tidak 14,58 – 19,17 Sangat Tidak Efisien 3,34 – 4,17 Efisien 19,17 – 23,75 Tidak Efisien 23,75 – 37,50 Sangat Tidak Efisien Sumber : Buku Panduan Efisiensi Pada Hotel, 2005
b. Neraca Energi Bila diketahui bahwa penggunaan energi tidak efisien, dengan memperhatikan neraca energi, kita dapat menentukan peralatan mana yang harus diprioritaskan untuk memperoleh penghematan terbesar. Untuk mendapatkan hasil yang efisien dan tercepat. Fokuskan pada peralatan yang memiliki konsumsi energi terbesar. Walaupun disarankan untuk juga memperhatikan sektor lain untuk meningkatkan total efisiensi energi. Neraca energi dapat berupa neraca listrik, neraca gas dan lain – lain. Namun karena umumnya pengguna gas hanyalah kompor dan pengguna solar adalah
17
boiller atau gen-set, maka neraca energi yang umum dibuat adalah neraca listrik. Neraca ini dihasilkan dari komposisi penggunaan listrik pada tiap peralatan. Data yang dikumpulkan pada tabel (konsumsi energi per tipe ruangan) dan tabel (pendataan alat dengan konsumsi energi tinggi) dapat digunakan untuk menghitung perkiraan untuk energi bulanan dan di masukkan kedalam persamaan berikut : 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑙𝑖𝑠𝑡𝑟𝑖𝑘 = 𝑑𝑎𝑦𝑎 (𝑘𝑊) × 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑘𝑎𝑖𝑎𝑛 (𝑗𝑎𝑚) × 30 ℎ𝑎𝑟𝑖
Gambar 2.2 Contoh Grafik Distribusi Konsumsi Listrik Sumber : Buku Panduan Efisiensi Pada Hotel, 2005
Grafik di atas adalah contoh penggunaan energi pada hotel melati. Grafik ini akan berbeda untuk masing – masing hotel. Dengan mengetahui berapa banyak energi yang dikonsumsi oleh hotel, dapat ditentukan juga bagian mana dari hotel yang menggunakan energi paling besar. Pihak manajemen kemudian dapat mengimplementasikan rencana aksi yang menfokuskan pengurangan penggunaan energi di bagian tersebut. Analisa yang dilakuakan auditor energi professional mencakup : a. Struktur beban Kinerja dari penggunaan listrik dapat dilihat melalui kurva bebannya. Untuk pengguna komersil – mereka yang memiliki kontrak daya yang besar – biaya listrik mereka dibedakan berdasarkan penggunaan selama
18
dan di luar beban puncak (peak load). Biaya yang dikenakan semasa beban puncak akan lebih mahal. b. Faktor daya Analisa faktor daya penting untuk melihat pnggunaan daya reaktif. Sistem yang berlaku di Indonesia adalah denda dari PLN bagi pelanggan dengan faktor daya di bawah 0.85. Selain itu, analisa faktor daya digunakan untuk menilai apakah kinerja dari bank kapasitor sudah optimal. Bank kapasitor adalah alat yang digunakan untuk menaikkan faktor daya guna menghindari denda atas penggunaan yang melebihi KVARH. c. Model penilaian dari kinerja operasi beberapa sistem muatan, karakteristik beban dari tiap unit . Analisa ini digunakan untuk melihat kegunaan peralatan berdasarkan jangka waktu operasional dari tiap peralatan. Hal ini dilaksanakan untuk melihat potensi
efisiensi
dan penjadwalan
ulang operasi
untuk
menghindari biaya – biaya terutama pada waktu beban puncak. d. Mengkaji ulang sistem listrik Keseimbangan energi, kebutuhan krisis beban, keseimbangan fase, faktor kapasitas, skema beban, kapasitas kontrak. Analisa ini digunakan untuk mencari bagian – bagian dari kegunaan listrik yang dapat berguna dalam mengurangi penggunaan listrik. Ini dapat dilakukan dengan mengevaluasi beberapa parameter kesetimbangan energi, faktor beban, keseimbangan fase, faktor kapasitas, skema muatan dan kontrak daya dari PLN.
2.3.2
Menentukan Target Efisinsi Hasil dari proses audit energi adalah target program efisiensi energi. Patut
di ingat bahwa komitmen pihak manajemen adalah kunci keberhasilan program efisiensi energi. Cara termudah untuk menentukan target efisiensi adalah melihat perbedaan intensitas energi dari standar yang berlaku. Dengan mengetahui selisih kedua nilai tersebut, untuk menghitung berapa penghematan yang bisa dicapai melalui program efisiensi energi dapat di hitung dengan menggunakan persamaan beikut:
19
Potensi penghematan =
∆IKE × total area yang dikondisikan × tarif listrik … (2.2) 12 bulan/tahun
Dimana : 𝑘𝑊𝐻
∆𝐼𝐾𝐸 adalah selisih intensitas energi hotel dengan standar nasional= ( 𝑚2 ∙𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 ) Total Area yang dikondisikan = m2 Tarif Listrik = Tarif dari PLN
2.3.3
Menyusun Rencana Aksi Langkah berikut setelah menentukan target efisiensi adalah menyusun
rencana aksi berikut jadwal pelaksanaannya. Rencana aksi ini harus disetujui dan didukung penuh oleh pihak manajemen. Rencana aksi adalah inti dari sebuah program efisiensi energi. Rencana tersebut akan mencakup rincian langkah – langkah untuk mencapai setiap target efisiensi yang akuntabel, lengkap dengan jadwal kapan dimulai dan berakhir, serta anggaran yang diperlukan. Rencana aksi akan membantu memastikan bahwa peluang penghematan energi yang sudah direncanakan benar – benar dijalankan, serta memberikan sebuah rencana untuk melakukan monitoring. Rencana aksi dapat dibuat untuk jangka waktu per 4 bulan, 6 bulan atau tahunan. Pada prakteknya, rencana aksi tidak akan disusun oleh manajemen puncak. Sehingga, apabila rencana aksi telah disusun dokumen ini kemudian harus dipresentasikan kepada pihak manajemen puncak untuk memperoleh persetujuan. Dalam rencana aksi ditekankan mengenai manfaat program efisien secara keseluruhan, seperti bahwa dalam hasil implementasi rencana aksi tersebut akan memberikan kontribusi terhadap perkembangan hotel secara keseluruhan. Faktor penting lainnya adalah melibatkan staf kunci dalam proses pembuatan rencana aksi. Keberhasilan implementasi rencana aksi bergantung pada dukungan para staf, serta pemahaman mereka akan peran dan tanggung jawab masing – masing.
Sehingga
penting
bagi
manajemen
untuk
mempertimbangkan
pengembangan kapasitas staf melalui program – program pelatihan. Hal ini
20
penting untuk memastikan implementasi yang efisien dalam mencapai target – target efisien. Sebuah rencana aksi diklasifikasikan ke dalam 3 kategori utama : 1. Rencana aksi jangka pendek Rencana ini membuat rekomendasi – rekomendasi dengan periode pengembalian investasi kurang dari 6 bulan. Hal – hal yang dicakup termasuk meningkatkan kinerja housekeeping, kalibrasi peralatan, pemeliharaan dan lain – lain. 2. Rencana aksi jangka menengah Rencana
ini
memuat
rekomendasi
–
rekomendasi
dengan
periode
pengembalian berkisar antara 6 hingga 12 bulan termasuk penggantaian lampu, pemasangan alat control otomatis, mengganti bahan bakar dan lain – lain 3. Rencana aksi jangka panjang Rencana
ini
memuat
rekomendasi
–
rekomendasi
dengan
periode
pengembalian lebih dari satu tahun. Contoh: mengganti sistem pendingin udara yang lama, kulkas, dan lain – lain dengan unit – unit yang baru yang lebih hemat energi. Rencana aksi yang sebenarnya akan berada di tiap hotel tergantung dari penggunaan energi masing – masing.
2.3.4
Pengembangan Diri dan Motifasi Partisipasi dari seluruh staf hotel sangat penting bagi keberhasilan
program efisiensi energi. Sebelum program berjalan, pelatihan mengenai keuntungan program ini harus diberikan kepada staf. Intinya bagaimana cara untuk melakukan implementasi sesuai dengan rencana aksi harus disosialisasikan melalui program pelatihan, termasuk didalamnya prinsip – prinsip good housekeeping dan praktek perawatan. Pelatihan yang harus diberikan tidak terbatas pada petunjuk teknis, namun juga pelatihan untuk meningkatkan motivasi staf. Artinya, ide program efisiensi energi harus disosialisasikan hingga level paling bawah sekalipun.
21
Hotel – hotel besar biasanya memiliki dana dan program yang jelas bagi pengembangan kapasitas dan peningkatan motivasi staf. Sehingga pelatihan dapat diberikan oleh konsultan pelatihan professional. Namun hotel kecil, karena terbatasnya anggaran dapat kreatif dengan dengan memberikan pelatihan sendiri. Materi pelatihan mengenai penghematan energi bisa di dapatkan dari berbagai sumber, mulai dari buku, Koran, majalah situs – situs internet. Keberhasilan program efisiensi energi tidak dapat diraih dengan dukungan staf . untuk itu dalam rangka memotivasi para staf, penting bagi pihak manajemen untuk mempertimbangkan pemberian insetif. Penghematan yang dicapai melalui efisiensi energi harus dibagi dengan para staf. Insetif yang lain, seperti kenaikan gaji, tunjangan kesehatan, perbaikan fasilitas staf, akan menghasilkan motivasi yang tinggi dikalangan staf. Transparansi informasi juga berlaku sebagai faktor pemotivasi. Pihak manajemen harus mengkomunikasikan seluruh biaya energi dan hasil penghematan dari program efisiensi energi. Hal ini akan membantu para staf untuk memahami pentingnya efisiensi energi dan peran mereka di dalam proses tersebut. Harap diingat : Staf yang berdedikasi adalah aset yang tidak terhingga.
2.3.5
Monitoring Dalam menjalankan rencana aksi, proses monitoring diperlukan untuk
memberikan pengawasan dalam hal implementasi. Monitoring berguna untuk mengkaji apakah rencana yang di jalankan sudah efektif atau belum. Ketika rencana aksi terbukti kurang efektif, dengan adanya proses monitoring, hal ini dapat diientifikasi lebih dini dan memungkinkan untuk melakukan modifikasi secara aksi bila dianggap perlu. Monitoring juga diperlukan untuk mengantisipasi hal – hal yang tidak diinginkan, seperti penurunan pelayanan atau kenyamanan yang mungkin muncul. Proses monitoring juga bisa memberikan jawaban untuk mengatasi situasi – situasi seperti itu. Contoh implementasi yang beresiko pada layanan dengan mempersingkat waktu kerja chiller AC menjadi 4 jam, hotel dapat menghemat hingga Rp. 5 juta perbulan. Chiller AC dapat diatur jadwal oprasinya dari yang semula beroprasi pukul 4 pagi dan mati pada pukul 2 pagi, diubah menjadi menyala pada pukul 6
22
pagi dan mati pada pukul 12 malam. Atau dengan kata lain 4 jam lebih singkat dari biasanya. Hal ini berarti bahwa saat chiller dimatikan, hanya sirkulasi udara yang terjadi. Secara teknis hal ini mungkin dilakukan mengingat perbedaan suhu pada malam hari, tidak cukup besar, sehingga suhu udara tidak terlalu panas. Namun demikian dalam implementasinya, keluhan dari tamu hotel mungkin terjadi. Perlu diadakan monitoring apakah muncul keluhan dari tamu. Dalam menjalankan program efisiensi, kenyamanan tamu tetap harus diutamakan. Monitoring juga berguna untuk menganalisa tingkat penerimaan dari staf dalam mengimplementasikan program ini. Hal ini menekankan kembali pentingnya melakukan pelatihan yang menjelaskan manfaat dari program efisiensi sehingga akan meningkatkan motivasi staf dalam implementasinya dirutinitas sehari – hari. Sehingga proses monitoring akan membantu mengidentifikasi masalah – masalah yang timbul saat implementasi, jika manajemen tidak peka terhadap gejolak yang muncul dari bahwa niscaya kecil kemungkinan program efisiensi
energi akan berhasil. Proses monitoring dapat dilakukan melalui
pertemuan rutin antara masing – masing kelompok dengan pihak manajemen. Dengan mengembangkan standar prosedur operasi program efisiensi energi yang berintegrasi dengan deskripsi pekerjaan sehari – hari, proses monitoring dapat dengan mudah dilakukan.
2.3.6
Menghitung Penghematan Energi Cara termudah untuk menghitung penghematan energi dan biaya yang
dihasilkan adalah dengan membandingkan pengeluaran untuk energi sebelum dan setelah implementasi langkah- langkah menghematan energi. Sebagai contoh untuk menghitung penghematan biaya dapat lakukan dengan membandingkan tagihan listrik sebelum dan setelah pelaksanaan program. Untuk, itu penting bagi pihak manajemen untuk membuat database energi termasuk konsumsi enegi dimasa sebelumnya yang dapat digunakan sebagai suatu acuan dasar (seperti yang telah dijelaskan di langkah 1) sebagai perbandingan dengan konsumsi energi setelah implementasi program. Untuk membandingkan intensitas konsumsi energi sebelum dan sesudah implementasi program efisiensi energi untuk menghitung pengematan energi.
23
Cara lain adalah dengan melakukan audit energi kedua, baik dengan menggunakan SDM hotel ataupun dengan menyewa auditor energi yang professional untuk menganalisa penggunaan energi sebelum dan setelah implementasi program. Apakah penghematan energi yang dicapai telah sesuai dengan hasil penghematan yang diharapkan dalam rencana aksi.
2.3.7
Evaluasi Evaluasi sangat penting untuk dilaksanakan terlepas apakah program
efisiensi energi sudah mencapai targetnya atau belum. Evaluasi program yang efektif tidak hanya menilai apa- apa saja yang telah dicapai tetapi juga memberikan masukan bagi para pengambil keputusan untuk mengambil langkah – langkah selanjutnya. Dengan melakukan evaluasi, maka secara tidak langsung memberikan motivasi bagi pihak manajemen. Untuk menilai apakah program efisiensi energi mendapat dukungan penuh dan dilaksanakan dengan baik oleh para staf, pihak manajemen bisa menyebarkan kuesioner kepada para staf. Secara garis besar, proses ini akan memberikan informasi dari sudut pandang staf mengenai pelaksanaan program efisiensi energi. Hal lain yang juga penting adalah dapat memperoleh masukan dari para staf. Kuesiner berikut ini dapat dijadikan contoh untuk mengetahui presepsi staf, mengenai program efisiensi energi. Evaluasi aspek teknis program efisiensi energi di hotel bisa dilakukan dengan membuat sistem pelaporan bulanan dari kepala teknisi dan manajer keuangan. Laporan ini merupakan laporan gabungan. Gunakan contoh di bawah dan sesuaikan dengan kebutuhan hotel. Dengan melihat pola konsumsi dan hasil implementasi program, disini dapat disimpulkan sejauh mana keberhasilan program. Tabel di atas terbatas pada evaluasi keberhasilan program efisiensi listrik. Jika ternyata hotel juga menjalankan program efisiensi energi gas dan solar tabel bisa dimodifikasi sesuai kebutuhan.
24
2.4 Membiayai Program Efisiensi Energi Rekomendasi untuk mengganti sejumlah titik lampu bohlam dengan lampu hemat energi, kendalanya adalah investasi awal untuk untuk biaya penggatian tersebut dalam hal ini harus ada dana untuk investasi agar mendapatkan hasil yang maksimum. Inilah hambatan terbesar dari proyek efisiensi energi yang pada akhirnya sering menimbulkan anggapan salah bahwa proyek ini adalah cost center, bukan revenue center. Hambatan ini biasanya dirasakan lebih berat oleh hotel yang relatif kecil, seperti hotel melati. Jangankan alokasi dana untuk projek efisiensi. Untuk menjaga supaya cash flow berada diposisi amanpun adalah hal yang sulit bagi hotel. Hal ini disebabkan karena pihak manajemen puncak hanya berfokus pada jumlah uang yang harus dikeluarkan sebagai investasi awal. Manajemen puncak tidak menyadari bahwa program efisiensi energi mampu mengembalikan investasi yang harus keluar tersebut dalam periode tertentu. Ketika periode tersebut telah terlampui, investasi sudah membuahkan hasil penghematan secara berkelanjutan di tahun –tahun yang mendatang. Mulailah dari yang kecil, bila biaya untuk investasi awal menjadi kendala, rekomendasi pertama adalah memulai dengan rencana aksi yang tidak membutuhkan biaya. Jangan meremehkan potensi penghematan yang dapat diperoleh dari metode tanpa biaya. Hanya dengan mematikan lampu jika tidak digunakan, membersihkan sirip-sirip kipas dari tumpukan debu, mengatur suhu AC, menghindari stand by power, sudah bisa menghemat sejumlah rupiah. Berikut adalah contoh perhitungan sederhana untuk penghematan ini: Bila tagihan listrik hotel setiap bulan rata – rata menghabiskan biaya Rp 6.000.000,- maka dengan melakukan tindakan – tindakan di atas sudah bisa menabung sebesar : 10% x Rp. 6.000.000 = Rp 600.000 /bulan. Dalam 2 bulan saja sudah bisa menggunakan dana hasil penghematan ini untuk melanjutkan ke langkah penghematan berikutnya (rendah biaya), seperti penggantian lampu-lampu TL dengan lampu hemat energi.
25
Studi yang sama juga menunjukkan bahwa 40% konsumsi listrik digunakan untuk penerangan. Bila kita asumsikan dalam sebuah hotel direncanakan untuk menggunakan semua uang hasil penghematan selama 2 bulan dengan membeli 100 lampu CFL baru yang hemat energi untuk mengganti 100 lampu bohlam dengan daya 40 watt. Inilah penghematan yang dapat terjadi. Jika harga 1 lampu CFL adalah Rp. 30.000 dengan rata – rata penggunaan sembilan jam per hari maka penghematan yang dicapai adalah : 𝑝𝑒𝑛𝑔ℎ𝑒𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛 = (40 − 11)𝑤𝑎𝑡𝑡 × 100 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑙𝑎𝑚𝑝𝑢 × 𝑘𝑊𝐻
= 26,1 ℎ𝑎𝑟𝑖 = 783
9𝑗𝑎𝑚 ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑘𝑊𝐻 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛
Jika tarif listrik adalah Rp. 500 per kWH maka listrik yang dihemat adalah Rp. 391.500 investasi awal untuk membeli 100 lampu CFL adalah Rp. 3 juta. Ini berarti periode pembayaran kembali investasinya adalah 8 bulan. Payback Periode =
𝑅𝑝 3.000.000 𝑅𝑝.391.500
= 7,66 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 = 8 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛
Jangan lupa bahwa hotel masih memiliki hasil penghematan dari metode tanpa biaya sejumlah Rp. 300.000/bulan. Sehingga, setelah masa payback periode terlewati hasil penghematan yang dapat dicapai adalah Rp. 691.500. Artinya dalam tempo satu tahun, akan terjadi akumulasi penghematan sebesar Rp. 8.298.000 Dana ini kemudian dapat dipakai sebagai modal investasi untuk metode biaya menengah hingga biaya tinggi. Ini termasuk penggantian AC, Kulkas, atau mesin cuci dengan model yang lebih energi efisien, atau memasang sistem key tag di setiap kamar. Bila tahap ini sudah terlampui, hasil penghematan bila dialokasikan untuk kesejahteraan karyawan, seperti pemberian bonus tahunan, ataupun untuk investasi penambahan fasilitas hotel. Pada akhirnya, proyek penghematan energi ini akan berujung pada peningkatan daya saing hotel, juga nertambahnya loyalitas karyawan hotel.
26
2.5 Menjalankan Program Efisiensi Energi Konsumsi energi untuk penerangan dan sistem pengaturan suhu pada umumnya mencapai lebih dari 70% dari total energi yang digunakan dalam sebuah penginapan atau hotel. Tingginya proporsi penggunaan energi, membuat alat-alat tersebut pada umumnya menjadi target utama dari program penghematan energi. Hotel dapat mengambil keuntungan secara cepat dari praktek penghematan energi, baik dengan biaya rendah ataupun bebas biaya. Bab ini membahas sistem penerangan dan pengaturan suhu serta memberikan cara – cara menghemat energi.
2.5.1
Penyejuk Udara Pengadaan suatu sistem pengkondisian udara adalah agar tercapai kondisi
temperatur, kelembaban, kebersihan, dan distribusi udara dalam ruangan dapat dipertahankan pada tingkat keadaan yang diharapkan. Suatu sistem pengkondisian udara bisa berupa sebuah sistem pemanasan, pendinginan, dan ventilasi. Untuk kondisi iklim indonesia (tropis), untuk proses pengkondisian udara yang berupa pendinginan banyak sekali digunakan. Pendingin ini berfungsi untuk menciptakan kondisi nyaman bagi beberapa aktivitas manusia. Pada bangunan besar biasanya menggunakan sistem pengkondisian udara central. Sistem tersebut mungkin terdiri dari satu atau lebih mesin pendingin air (water-chiling plants) dan mesin pemanas air (secara tradisional berupa sebuah ketel) yang diletakkan di dalam suatu ruangan mesin. Ruangan yang dikondisikan mengunakan satu atau lebih sistem saluran udara segar dan udara balik atau dapat juga dalam bentuk aliran air panas atau dingin melalui pipa ke penukar kalor (heat exchangers) yang terdapat pada ruangan tersebut. Faktor pemilihan sistem pengkondisian udara dapat dibedakan sebagai berikut : 1. Faktor kenyamanan Faktor kenyamanan dalam ruangan sangat tergantung pada beberapa parameter yang bisa diatur oleh sistem pengkondisian udara. Parameter itu antara lain meliputi temperatur bola basah dan bola kering dari udara, aliran udara, kebersihan udara, bau, kualitas ventilasi maupun tingkat kebisingannya. Semua parameter di atas diatur sesuai dengan kondisi kerja yang terjadi pada
27
ruangan yang dikondisikan. Dari sudut pandang kenyamanan, maka sistem pengkondisian udara yang baik adalah sistem yang mampu menciptakan kondisi nyaman yang merata pada semua komponen yang dikondisikan dalam ruangan. 2.
Faktor ekonomi Faktor ekonomi yang menjadi pertimbangan antara lain adalah biaya awal untuk pemasangan serta biaya operasi dan perawatan untuk sistem setelah peralatan itu difungsikan. Dari sudut pandang faktor ekonomi, suatu sistem pengkondisian udara yang baik adalah dengan biaya total serendah-rendahnya.
3.
Faktor operasi dan perawatan Faktor yang secara umum yang menjadi pertimbangan adalah faktor konstruksi yang mudah dimengerti susuanan dan cara menjalankannya. Secara lebih detail hal ini terkait dengan beberapa kontruksi yang sederhana, tingkat efisiensi yang tinggi, mudah dalam perawatan, mudah direparasi jika terjadi kerusakan, dapat melayani perubahan kondisi operasi. Untuk mencapai titik kenyamanan ini ada istilah yang disebut thermal
comfort (kenyamanan terhadap kondisi udara sekitar). Pada titik ini suhu udara sirkulasi dan kebersihan udara tidak mengurangi kinerja manusia. Standar thermal comfort untuk Negara – Negara tropis berkisar diantara 24 – 26 0C, dengan kelembapan antara 50-60%. AC bekerja dengan menghasilkan udara yang suhunya lebih rendah dari udara sekitarnya. Proses tersebut berjalan sebagai berikut: -
Kompresor menekan gas Freon, membuatnya menjadi gas yang panas dan bertekanan tinggi .
-
Gas panas ini bergerak melalui kumparan sehingga perlahan panasnya hilang dan berubah menjadi bentuk cair.
-
Freon cair tersebut bergerak melalui sebuah katup pengembang (expansion valve) dan dalam prosesnya berubah menjadi gas dingin dengan tekanan rendah.
-
Gas dingin ini bergerak melalui satu set kumparan dan ditiup keluar oleh kipas sehingga gas tersebut menyerap panas dan mendinginkan suhu di dalam gedung.
28
Freon memainkan peran yang penting dalam efisiensi sebuah AC. Karena itu, efisiensi yang lebih tinggi dapat diraih dengan menggunakan kualitas Freon yag lebih baik seperti hidrokarbon, jenis Freon ini lebih ringan karena itu membutuhkan listrik yang lebih rendah ketika AC dioprasionalkan. Berdasarkan kapasitasnya penyejuk udara di bagi 5 tipe antara lain sebagai berikut : 1. AC Window Evaporator, kondensor dan kipas dipasangan dalam satu unit. Kapasitas AC ini biasanya rendah, berkisar antara 0,5 – 1 PK.
Gambar 2.3 Ac Window Sumber : Buku Panduan Efisiensi Pada Hotel, 2005
2. AC Split Evaporator dan kipasnya dipasang di area yang akan dikondisikan sementara kompresor, kondenser, dan kipas dipasang di luar gedung. Biasanya kapasitas dari jenis ini berkisar antara 0,5 – 3 PK.
Gambar 2.4 Ac Split Sumber : Buku Panduan Efisiensi Pada Hotel, 2005
3. Chiller Water Plant Secara prinsip cara kerjanya sama, namun kondensernya didinginkan dengan air, bukan gas Freon. Secara umum AC tipe ini digunakan sebagai sistem penyejuk udara yang tersentralisasi di gedung – gedung besar. Sehingga evporatornya tidak secara langsung mengatur udara namun mendinginkan air. Udara didinginkan evaporator kemudian mengalir ke FCU dan AHU untuk mengatur suhu di gedung. AC jenis ini umumnya dilengkapi dengan sebuah kompresor yang terpisah.
29
Gambar 2.5 Chiller Water Plant Sumber : Buku Panduan Efisiensi Pada Hotel, 2005
4. Rooftop liquid chiller Serupa dengan AC floor mounted, namun pemasangan evaporatornya di plafon.
Gambar 2.6 Rooftop liquid chiller Sumber : Buku Panduan Efisiensi Pada Hotel, 2005
5. AC floor mounted Cara kerjanya serupa dengan AC split, namun kapasitasnya lebih besar berkisar antara 0,5 – 20 PK dan di tempatkan di lantai.
Gambar 2.7 AC Floor Mounted Sumber : Buku Panduan Efisiensi Pada Hotel, 2005
30
Dalam memutuskan pemasangan tipe AC biasanya yang berkapasitas kecil (window, split). Hal – hal berikut perlu dipertimbangkan : 1. Luas ruangan dan jumlah jendela. 2. Bila ada banyak jendela, seberapa besar panas yang diserap oleh jendela. 3. Apakah ada penghalang sinar matahari, seperti pepohonan. 4. Apakah udara tetap mengalir ke dalam ruangan. Harga setiap AC tergantung pada jenisnya, window atau split, dan kapasitas pendinginnya. Kapasitas pendingin ditunjukkan dalam BTU per jam atau yang biasa disebut dengan tonnage. Setiap 12.000 BTU/jam sama dengan 1 tonnage. Seringkali kapasitas AC yang dipasang lebih dari keperluan sehingga membuang energi. Berikut beberapa saran memilih ukuran AC yang tepat : 1. Tentukan total area ruangan yang ingin dikondisikan. Kemudian total area dibagi 55 untuk mencapai kebutuhan minimal tonnage. 2. Tentukan jumlah orang yang biasanya ada di ruangan. Untuk setiap 10 orang yang hadir di waktu yang bersamaan di dalam ruangan tambahkan 0,5 tonnes dari kebutuhan minimal. Bila kurang dari 10 perlu ada penambahan tonnage. 3. Berapa banyak peralatan yang menggunakan listrik atau penerangan. Untuk setiap 1500 Watt listrik yang digunakan tambahkan 0,5 tonnes. 4. Perhitungkan jumlah total tonnage banyak perusahaan pembuat AC memproduksi berbagai jenis AC. Pastikan membeli ukuran yang tepat yang sesuai dengan kebutuhan ruangan. Ada beberapa metode yang menentukan kinerja sebuah AC. Salah satunya adalah dengan menentukan koefisien kinerja, atau yang lazim dikenal dengan COP (Coefisien of performance). COP adalah rasio antara jumlah panas (dalam satuan kW)
yang di pindahkan dari evaporator untuk setiap satuan energi yang
dikonsumsi (kW). Dengan kata lain COP adalah rasio antara kapasitas dari kompresor (kW) dan setiap ton Freon yang dipanaskan (TR) yang bisa diserap oleh evaporator. Metode lain yang biasa digunakan adalah dengan menguji rasio efisiensi energi (EER). EER adalah rasio antara kapasitas panas yang digunakan untuk mendinginkan (dalam BTU) per jam dan konsumsi energi (dalam Watt).
31
Tabel 2.5 Konversi PK ke BTU
No
Motor Kompresor
BTU/jam
1
½ PK
5000 – 6000 BTU
2
¾ PK
6000 – 9000 BTU
3
1 PK
9000 – 11000 BTU
4
1 ½ PK
16000 – 18000 BTU
5
2 PK
18000 – 21600 BTU
6
2 ½ PK
21600 – 25200 BTU
7
3 PK
25200 – 30000 BTU
Sebagai contoh: Diketahui luas ruangan 3 x 4 = 12 m2 berapakah AC yang di butuhkan ? Beban pendinginan = luas ruangan x faktor konversi / luas ruangan = 12 m2 x 0,06 TR/m2 = 0,72 TR 1 TR = 200 BTU/menit = 4,72 PK 0,72 TR = 144 BTU/menit = 8640 BTU/jam dari tabel di dapat motor kompresor yang digunakan adalah ¾ PK = 559,5 watt
Maka 𝐸𝐸𝑅 = =
𝑘𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝐵𝑇𝑈 𝐷𝑎𝑦𝑎𝑙𝑖𝑠𝑡𝑟𝑖𝑘 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑤𝑎𝑡𝑡 8640 𝐵𝑇𝑈/𝑗𝑎𝑚 559,5 𝑤𝑎𝑡𝑡
= 15,44
Nilai EER dapat digunakan sebagai patokan untuk membandingkan dengan AC merk lain. Memiliki ERR yang paling tinggi merupakan AC dengan efisiensi yang paling tinggi pula. Standar Nasional Indonesia (SNI), dengan mengacu pada Conditioning and refrigeration institute, telah memutuskan untuk menentukan batas minimum dari COP untuk setiap sistem AC. Untuk efisien sistem AC ada dua jenis metodologi berbeda yang dapat dijadikan acuan : menurunkan kapasitas pendingin atan meningkatkan kinerja dari peralatan. Pemeliharaan rutin dibutuhkan untuk memaksimalkan kinerja AC. Dalam prakteknya banyak pemilik gedung yang menggunakan layanan professional
32
untuk merawat sistem pengaturan udara, khususnya untuk pengisian Freon. Karena karakteristik dari peralatan – peralatannya mudah terbakar, pemeliharaan lebih baik dilakukan oleh tenaga professional. Namun beberapa pemeliharaan dapat dilakukan sendiri. Prinsip kerja dasar dari AC adalah pemidahan panas, ini berarti seluruh permukan AC harus bebas dari debu, tidak kotor dan lain – lain untuk mendapatkan efisiensi yang tinggi, pembersihan filter kumparan dan kipas, merupakan perawatan rutin yang biasa dilakukan sendiri.
2.5.2
Penerangan Melihat begitu pentingnya cahaya bagi manusia untuk beraktivitas, maka
tidaklah mengherankan jika perencanaan cahaya pada bangunan juga memegang peranan penting bagi keberhasilan fungsi dari bangunan tersebut. Dalam suatu bangunan, pencahayaan selalu menjadi pertimbangan bagi bangunan baik itu untuk pencahayaan alamiah siang hari (sun lighting) maupun untuk pencahayaan buatan (artificial lighting). Pada pencahayaan alamiah siang hari, sumber cahaya didapat dari sinar matahari sehingga keberadaannya sangat tergantung dari keadaan alam serta posisi suatu daerah di bumi. Sehingga pengendalian pencahayaan alamiah tidak sama antara daerah yang satu dengan daerah lainnya. Sementara itu pencahayaan buatan tidak terpengaruh oleh perbedaan waktu, tempat, maupun musim. Hal mana tidak didapat pada pencahayaan alamiah. Pada umumnya pencahayaan buatan ini dipergunakan pada saat penerangan alamiah siang hari berada pada kekuatan minimum atau kurang memenuhi syarat. Untuk memenuhi fungsi pencahayaan buatan yang pada umumnya sebagai pencahayaan untuk menutupi kekurangan pencahayaan alamiah siang hari, tentunya setiap perencanaan suatu pencahayaan buatan sangat tergantung dari kondisi perencanaan alamiah siang hari yang ada. Secara umum, sistem penerangan hotel dibuat untuk menciptakan situasi yang terang, nyaman, aman dan menyenangkan. Untuk menciptakan suasana yang nyaman bagi tamu. Kadang ini merupakan hal yang sulit. Ada kemungkinan sistem penerangan terlalu boros dan sia – sia atau justru kurang terang. Tentu saja
33
hal ini tidak diinginkan pada hotel. Tabel di bawah ini menunjukkan standar penerangan. Tabel 2.6 Standart penerangan untuk sektor perhotelan
Sumber : Buku Panduan Efisiensi Pada Hotel, 2005
Cara yang paling umum digunakan untuk merancang penerangan buatan adalah menentukan tata letak lampu yang dapat memberikan kuat cahaya pada bidang datar yang letaknya berada di sebelah bawah dari letak sumber cahaya. Metode ini membutuhkan arus cahaya (dalam lumen) yang akan digunakan untuk menentukan kuat cahaya tertentu :
E
.N .U .M A
......................................................................................... (2.3)
Dimana adalah arus cahaya (lumen) N adalah jumlah lampu yang dipasang U adalah faktor utilitas U = 0,45 untuk distribusi cahaya langsung U = 0,20 untuk distribusi cahaya tidak langsung U = 0,30 untuk distribusi cahaya ‘difuse’ M adalah faktor perawatan M = 0,9 untuk ruang dengan sistem tata udara M = 0,8 untuk ruang standar M = 0,5 untuk ruang yang selalu kotor (industri) A adalah luas bidang datar (m2) Untuk memperoleh tingkat kenyamanan dan kelancaran operasional bagi penghuni/pengguna bangunan dalam melakukan aktivitasnya, maka setiap kegiatan atau fungsi ruang mempunyai kuat penerangan yang berbeda.
34
Tabel 2.7 Rekomendasi untuk penerangan umum Aktivitas atau Area Percakapan/relaks Areal lalu lintas/selasar Ruangan (bukan dapur) Dapur Ruang makan Kamar hias Kerajinan Tangan: - Kegiatan umum - Kegiatan sulit - Kegiatan rumit/teliti Pekerjaan di dapur: - Persiapan makanan/pembersihan - Kegiatan menyajikan makanan Pekerjaan cuci pakaian Baca dan Tulis: - Tulisan tangan, duplikasi yang buruk - Buku, majalah dan surat kabar Menjahit (Tangan atau Mesin): - Bahan warna gelap - Bahan warna sedang - Bahan warna terang - Taplak meja Kantor: - Penerangan umum - Bekerja/Baca Ruangan utilitas: - Ruang boiler - Ruang genset - Ruang AHU - Ruang Pompa - Ruang Operator PABX - Gudang - Laundry - Tanda pintu darurat/’eksit’
Lux (rata-rata) 50 – 100 50 – 100 200 – 500 500 – 1000 100 – 200 200 – 500 200 – 500 500 – 1000 1000 – 2000 750 – 1000 200 – 300 100 – 300 500 – 1000 200 – 500 1000 – 2000 500 – 1000 200 – 500 200 – 300 200 500 – 1000 200 200 100 100 200 50 500 50
Misalkan : diketahui suatu kamar dengan luas 3x4 = 12m2 akan di pasang 1 titik lampu berapakah arus cahaya yang di perlukan? Jika E = 200 Lux berdasarkan data tabel 2.7 𝜙∙𝑁∙𝑈∙𝑀 𝐴 𝜙 ∙ 1 ∙ 0.20 ∙ 0.8 200 𝐿𝑢𝑥 = 12𝑚2 2400 𝜙 = 𝑙𝑢𝑚𝑒𝑛 = 15000 𝑙𝑢𝑚𝑒𝑛 0.16 𝐸=
Dimana 1 watt = 680 lumen sehingga 15000 lumen = 22,058 watt Banyak hotel masih menggunakan lampu pijar dalam sistem peneranganya. Dari segi keindahan warna yang dihasilkan oleh lampu pijar memang lebih
35
menarik. Banyak hotel masih menggunakannya di taman, kamar mandi, lampu tempat tidur dan lampu meja. Akan lebih baik bagi hotel – hotel untuk membuat sistem penerangannya serupa dengan standar yang di atas. Hal ini dapat dicapai dengan manfaat berbagai jenis lampu yang saat ini umum tersedia di pasar. Berikut adalah berbagai macam jenis lampu uang sering digunakan pada umumnya. 1. Lampu Pijar Bola lampu jenis ini hampa udara atau berisi gas, yang dapat menghentikan oksidasi dari kawat pijar tungsten, namun tidak akan menghentikan penguapan. Warna gelap bola lampu dikarenakan tungsten yang teruapkan mengembun pada permukaan lampu yang relatif dingin. Dengan adanya gas inert, akan menekan terjadinya penguapan, dan semakin besar berat molekulnya akan makin mudah menekan terjadinya penguapan. Untuk lampu biasa dengan harga yang murah, digunakan campuran argon nitrogen dengan perbandingan 9 : 1. Gas yang terdapat dalam bola pijar dapat menyalurkan panas dari kawat pijar, sehingga daya hantar yang rendah menjadi penting. Lampu yang berisi gas biasanya memadukan sekering dalam kawat timah. Gangguan kecil dapat menyebabkan pemutusan arus listrik, yang dapat menarik arus yang sangat tinggi. Jika patahnya kawat pijar merupakan akhir dari umur lampu, tetapi untuk kerusakan sekering tidak begitu halnya. Tapi perlu diperhatikan efisiensi yang rendah dari lampu ini hanya 10 – 20 lumens per watt . Ketahanan lampu ini hanya 750 jam.
Gambar 2.8 Lampu Pijar Sumber : Buku Panduan Efisiensi Pada Hotel, 2005
36
2. Lampu fluorescent (lampu TL) Lampu fluorescent (lampu TL), 3 hingga 5 kali lebih efisien daripada lampu pijar
standar dan dapat bertahan 10 hingga 20 kali lebih awet. Dengan
melewatkan listrik melalui uap gas atau logam akan menyebabkan radiasi elektromagnetik pada panjang gelombang tertentu sesuai dengan komposisi kimia dan tekanan gasnya. Tabung neon memiliki uap merkuri bertekanan rendah, dan akan memancarkan sejumlah kecil radiasi biru/ hijau, namun kebanyakan akan berupa UV. Bagian dalam dinding kaca memiliki pelapis tipis fospor, hal ini dipilih untuk menyerap radiasi UV dan meneruskannya ke daerah nampak. Proses ini memiliki efisiensi sekitar 50%. Tabung neon merupakan lampu ‘katode panas’, sebab katode dipanaskan sebagai bagian dari proses awal. Katodenya berupa kawat pijar tungsten dengan sebuah lapisan barium karbonat. Jika dipanaskan, lapisan ini akan mengeluarkan elektron tambahan untuk membantu pelepasan. Lapisan ini tidak boleh diberi pemanasan berlebih sebab umur lampu akan berkurang. Lampu menggunakan kaca soda kapur yang merupakan pemancar UV yang buruk. Jumlah merkurinya sangat kecil, biasanya 12 mg. Lampu yang terbaru menggunakan amalgam merkuri, yang kandungannya sekitar 5 mg. Hal ini memungkinkan tekanan merkuri optimum berada pada kisaran suhu yang lebih luas. Lampu ini sangat berguna bagi pencahayaan luar ruangan karena memiliki fitting yang kompak. Belakangan ini penggunaan jenis lampu ini lebih populer dari pada lampu pijar. Lampu ini memiliki efisiensi yang tinggi dan ketahanan yang lebih lama hampir 20.000 jam, Efficacy – 80 lumens/Watt (gir HF menaikan nilai ini sebesar 10%). Sayangnya lampu ini membutuhkan alat ballasts yang memakan banyak daya . efisiensi dapat ditingkatkan dengan menggunakan ballasts elektronik.
37
Gambar 2.9 Lampu fluorescent (lampu TL) Sumber : Buku Panduan Efisiensi Pada Hotel, 2005
3. CFL Ini adalah lampu yang paling efisien yang tersedia di pasaran, dengan efisiensi tinggi sekitar 50 – 60 lpw dengan usia sampai 12.000 jam tersedia dalam ukuran yang kecil lampu ini sangat direkomendasikan untuk digunakan di hotel – hotel.
Gambar 2.10 CFL Sumber : Buku Panduan Efisiensi Pada Hotel, 2005
4. Halogen Lampu halogen adalah sejenis lampu pijar. Lampu ini memiliki kawat pijar tungsten seperti lampu pijar biasa yang digunakan di rumah, tetapi bola lampunya diisi dengan gas halogen. Atom tungsten menguap dari kawat pijar panas dan bergerak naik ke dinding pendingin bola lampu. Atom tungsten, oksigen dan halogen
bergabung pada dinding bola lampu membentuk
molekul oksihalida tungsten. Suhu dinding bola lampu menjaga molekul oksihalida tungsten dalam keadaan uap. Molekul bergerak kearah kawat pijar panas dimana suhu tinggi memecahnya menjadi terpisah-pisah. Atom tungsten disimpan kembali pada daerah pendinginan dari kawat pijar – bukan ditempat yang sama dimana atom diuapkan. Pemecahan biasanya terjadi dekat sambungan antara kawat pijar tungsten dan kawat timah molibdenum dimana suhu turun secara tajam. Ketahanan yang lebih lama sampai 3000 jam dan
38
dengan Efficacy 50 - 90 lumens/Watt. Lampu ini menghasilkan warna khusus dan umumnya digunakan di tempat – tempat dimana aktivitas membutuhkan pencahayaan yang lebih terang dan warna khusus.
Gambar 2.11 Halogen Sumber : Buku Panduan Efisiensi Pada Hotel, 2005
5. High Intensity Discharge (HID) Tipe lampu ini digunakan untuk kebutuhan luar ruangan, seperti: area parkir, jalanan, gudang, dan lain – lain ketahanan berkisr antara 10.000 hingga 25.000 jam.
Gambar 2.12 High Intensity Discharge Sumber : Buku Panduan Efisiensi Pada Hotel, 2005
Ingat watt adalah satuan daya lampu yang dikonsumsi, saat membeli lampu kita harus memperhatikan efiseinsinya dinyatakan dalam satuan lumen per Watt, lpw. Lumen per Watt adalah lumen yang dihasilkan per watt listrik yang digunakan sebuah lampu. Aturan dalam pembelian lampu adalah: semakin tinggi tingkat efisiensinya maka lebih baik. Lampu pijar memiliki 10 – 20 lpw sementara CFL memilki 50 – 60 lpw. Perbedaan efisiensi antara lampu bohlamp dengan CFL membuat CFL lebih efisien dalam hal konsumsi listrik. Sebagai contoh, untuk menghasilkan 500 lumen cahaya, lampu bohlam membutuhkan 40 Watt konsumsi listrik sementara CFL membutuhkan hanya 11 Watt. Meskipun lebih efisien orang lebih memilih untuk membeli lampu pijar dari pada CFL. Harga awal lampu pijar memang 20% lebih murah. Namun CFL tetap lebih hemat
39
Tabel 2.8 Perbandingan biaya lampu pijar dengan lampu CFL
Sumber : Buku Panduan Efisiensi Pada Hotel, 2005
Pada lampu TL daya listrik yang dikonsumsi digunakan untuk menghasilkan cahaya (lumens) dan menghidupkan ballast. Ballast adalah alat electronik yang digunakan sebagai pengatur voltase. Ada dua jenis ballast : ballast konvensional yang arus menggunakan elektromagnetik, serta dan ballast elektronik. Lampu yang menggunakan ballast konvensional bisa berkedip – kedip bahkan menghasilkan suara mendengung. Ketika suara dengungan mulai terdengar tandanya harus membeli lampu yang baru . jika hotel menggunakan banyak lampu flourestcent dan ingin mengurangi tagihan listrik, inilah saatnya untuk mengganti ballast konvensional dengan ballast elektronik. Lampu fluorescent modern dilengkapi dengan ballast elektronik yang ringan tanpa suara dan tidak berkedip – kedip. Jenis lampu ini mampu mengurangi konsumsi listrik hingga 30%. Tidak seperti ballast konvensional, lampu flourestcent dilegkapi dengan penyeimbang elektronik dan dapat dimodifikasi dengan dimmer untuk menghemat yang lebih tinggi lagi. Saat ini teknologi membantu kita megendalikan lampu. Perkembangan dan kemajuan teknologi ini seperti contoh – contoh bawah membantu penghematan energi dan pada saat yang bersamaan – memaksimalkan kegunaannya.
40
1. Timer Alat ini digunakan untuk penerangan di luar ruangan seperti kebun, lapangan parkir, gazebo dan lain – lain
Gambar 2.13 Timer Sumber : Buku Panduan Efisiensi Pada Hotel, 2005
2. Sensor Gerakan Alat ini akan secara otomatis menghidup / mematikan lampu berdasarkan gerakan manusia. ini cocok untuk lampu di sepanjang koridor.
Gambar 2.14 Sensor Gerakan Sumber : Buku Panduan Efisiensi Pada Hotel, 2005
3. Photocell Alat ini dapat mengukur atau mendeteksi cahaya alami. Ketika cahaya alami melemah alat ini akan secara otomatis menghidupkan lampu dan sebaliknya. Untuk efisiensi yang lebih tinggi kombinasikanlah alat ini dengan dimmer.
Gambar 2.15 Photocell Sumber : Buku Panduan Efisiensi Pada Hotel, 2005