BAB I PERBANDINGAN STANDAR AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL DENGAN BASIS KAS MENUJU AKRUAL A. UMUM Pada tahun 2010, pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) untuk meningkatkan
kualitas
pertanggungjawaban
kinerja
pemerintah.
Perubahan yang sangat nyata dari SAP sebelumnya yang diatur oleh Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 adalah diwajibkannya penggunaan akuntansi berbasis akrual (accrual) oleh pemerintah, termasuk pemerintah daerah, dari yang sebelumnya menggunakan akuntansi berbasis kas menuju akrual (cash toward accrual). Perubahan basis akuntansi ini tidak serta merta muncul karena sebenarnya sudah disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan sebelumnya yaitu pada pasal 1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 dijelaskan bahwa: 1. Pendapatan negara/daerah adalah hak pemerintah pusat/daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih. 2. Belanja negara/daerah adalah kewajiban pemerintah pusat/daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. Dari penjelasan tersebut diatas dijelaskan bahwa pendapatan dan belanja sebenarnya sudah berbasis akrual yang akan mempengaruhi kekayaan bersih di neraca. Jadi sebenarnya dari tahun 2003, pencatatan dan penyajian laporan keuangan sudah diarahkan untuk berbasis akrual. Namun demikian ada masa transisi untuk menuju akrual penuh yang dijelaskan pada pasal 36 ayat (1) di Undang-Undang yang sama bahwa, ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual dilaksanakan selambat-lambatnya dalam 5 (lima) tahun.
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
1
Pada pasal 70 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 ditegaskan mulai kapan pelaksanaan akrual dimulai yaitu, ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual dilaksanakan selambat-lambatnya tahun anggaran 2008. B. PENYUSUNAN SAP BERBASIS AKRUAL 1. SAP Akrual berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 dikembangkan dari SAP yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 dengan mengacu pada International Public Sector Accounting Standards (IPSAS) dan memperhatikan peraturan perundangan serta kondisi Indonesia. Beberapa negara sebenarnya kesulitan menerapkan akuntansi berbasis akrual. Namun Indonesia tetap menerapkan akuntansi berbasis akrual ini dengan beberapa pertimbangan yaitu: a. SAP Berbasis Akrual adalah SAP yang mengakui pendapatan, beban, aset, utang, dan ekuitas dalam pelaporan finansial berbasis akrual, serta mengakui pendapatan, belanja dan pembiayaan dalam pelaporan
pelaksanaan
anggaran
berdasarkan
basis
yang
ditetapkan dalam APBD. b. SAP sebelumnya yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 berbasis ”Kas Menuju Akrual” sebagian besar telah mengacu pada praktik akuntansi berbasis akrual. Neraca yang disusun sebenarnya sudah berbasis akrual, walaupun Laporan Realisasi Anggaran masih berbasis kas. c. Para pengguna yang sudah terbiasa dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 dapat melihat kesinambungannya. Artinya, sebenarnya pengguna tinggal selangkah lagi untuk melaksanakan basis akrual secara penuh.
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
2
2. Lingkup Pengaturan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 ini meliputi SAP Berbasis Akrual dan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual yang terdiri dari 3 lampiran yaitu: a. SAP Berbasis Akrual terdapat pada Lampiran I dan berlaku sejak tanggal ditetapkan dan dapat segera diterapkan oleh setiap entitas b. SAP Berbasis Kas Menuju Akrual pada Lampiran II berlaku selama masa transisi bagi entitas yang belum siap untuk menerapkan SAP Berbasis Akrual c. Proses Penyusunan SAP Berbasis Akrual pada Lampiran III 3. Penerapan Basis Akrual Penerapan akuntansi berbasis akrual di pemerintah diatur dalam pasal
7
Peraturan
Pemerintah
Nomor
71
Tahun
2010
yang
menjelaskan bahwa: a. Penerapan
SAP
Berbasis
Akrual
dapat
dilaksanakan
secara
bertahap dari penerapan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual menjadi penerapan SAP Berbasis Akrual b. Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan SAP Berbasis Akrual secara bertahap pada pemerintah pusat diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan c. Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan SAP Berbasis Akrual secara bertahap pada pemerintah daerah diatur dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Pada tahun 2013 terbitlah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan SAP Berbasis Akrual di Pemerintah Daerah. Peraturan Menteri ini menjadi pedoman bagi pemerintah daerah dalam melaksanakan akuntansi berbasis akrual secara penuh paling lambat tahun anggaran 2015.
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
3
4. Struktur SAP Berbasis Akrual Penjelasan lengkap SAP Berbasis Akrual dijelaskan pada Lampiran I Peraturan
Pemerintah
Nomor
71
Tahun
2010
yang
disusun
berdasarkan struktur penulisan sebagai berikut: a. Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan b. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP): 1) PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan; 2) PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran; 3) PSAP Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas; 4) PSAP Nomor 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan; 5) PSAP Nomor 05 tentang Akuntansi Persediaan; 6) PSAP Nomor 06 tentang Akuntansi Investasi; 7) PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap; 8) PSAP
Nomor
08
tentang
Akuntansi
Konstruksi
Dalam
Pengerjaan; 9) PSAP Nomor 09 tentang Akuntansi Kewajiban; 10) PSAP
Nomor
10
tentang
Koreksi
Kesalahan,
Perubahan
Kebijakan Akuntansi, dan Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Operasi yang Tidak Dilanjutkan; 11) PSAP Nomor 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian; 12) PSAP Nomor 12 tentang Laporan Operasional. 5. Manfaat Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual Dalam Study Nomor 14 yang diterbitkan oleh International Public Sector
Accounting
Standards
Board (2011),
mengatakan
bahwa
informasi yang disajikan pada akuntansi berbasis akrual dalam pelaporan
keuangan
memungkinkan
pemangku
kepentingan
(stakeholder) dalam rangka: a. Menilai akuntabilitas pengelolaan seluruh sumber daya entitas serta penyebaran sumber daya tersebut. b. Menilai kinerja, posisi keuangan dan arus kas dari suatu entitas.
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
4
c. Pengambilan keputusan mengenai penyediaan sumber daya, atau melakukan bisnis dengan suatu entitas. Selanjutnya,
pada
level
yang
lebih
detil
dalam Study
Nomor
14 tersebut dinyatakan bahwa pelaporan dengan basis akrual akan dapat: a. menunjukkan
bagaimana
pemerintah
membiayai
aktivitas-
aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan dananya; b. memungkinkan
pengguna
laporan
untuk
mengevaluasi
kemampuan pemerintah saat ini untuk membiayai aktivitasaktivitasnya
dan
untuk
memenuhi
kewajiban-kewajian
dan
komitmen-komitmennya; c. menunjukkan posisi keuangan pemerintah dan perubahan posisi keuangannya; d. memberikan kesempatan pada pemerintah untuk menunjukkan keberhasilan pengelolaan sumber daya yang dikelolanya; e. bermanfaat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi dan efektifivitas penggunaan sumber daya. C. POKOK-POKOK SAP BERBASIS AKRUAL Laporan keuangan yang baik adalah yang disusun berdasarkan SAP. Pokok-pokok SAP berbasis akrual tercakup dalam kerangka konseptual dan penyajian laporan keuangan (PSAP Nomor 01). Beberapa pokok SAP tersebut yang perlu diketahui untuk menyusun laporan keuangan berbasis akuntansi: 1. Entitas Akuntansi dan Pelaporan Pada paragraf 21 Kerangka Konseptual Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 terdapat penjelasan mengenai Entitas Akuntansi disamping Entitas Pelaporan. Pada paragraf tersebut dijelaskan bahwa entitas akuntansi merupakan unit pada pemerintahan yang
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
5
mengelola
anggaran,
kekayaan,
dan
kewajiban
yang
menyelenggarakan akuntansi dan menyajikan laporan keuangan atas dasar akuntansi yang diselenggarakannya sesuai dengan SOTK Pemerintah Daerah masing-masing antara lain: a. Sekretariat Daerah; b. Sekretariat Dewan; c. Dinas; d. Badan; e. Kantor; f. Kecamatan; dan g. Kelurahan Kemudian Entitas Pelaporan merupakan unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan
pertanggungjawaban,
berupa
wajib
laporan
menyajikan
keuangan
laporan
yang bertujuan
umum dalam konteks pemerintah daerah entitas pelaporan, terdiri dari: a. Pemerintah Daerah; dan b. Satuan organisasi di lingkungan pemerintah daerah atau organisasi lainnya, jika menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan misalnya BLUD. 2. Peranan Laporan Keuangan Pada paragraf 25 Kerangka Konseptual Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, dijelaskan bahwa pelaporan diperlukan untuk kepentingan: a. Akuntabilitas; b. Manajemen; c. Transparansi; d. Keseimbangan antar generasi; dan e. Evaluasi Kinerja
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
6
Pelaporan untuk kepentingan evaluasi kinerja ini sebelumnya tidak dijelaskan pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005. 3. Komponen Laporan Keuangan Pada dasarnya semua pernyataan standar akuntansi pemerintah merupakan standar untuk menyusun komponen-komponen laporan keuangan
pemerintah,
dijelaskan
pada
dimana
paragraf
28
komponen-komponen Kerangka
Konseptual
tersebut Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 sebagai berikut: a. Laporan Realisasi Anggaran; b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL); c. Neraca; d. Laporan Arus Kas; e. Laporan Operasional; f. Laporan Perubahan Ekuitas; dan g. Catatan atas Laporan Keuangan. Berikut adalah tabel perbandingan komponen laporan keuangan pada basis cash towards accrual (CTA) yang diatur kerangka konseptual Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 dengan basis accrual yang diatur oleh kerangka konseptual Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010: PP 24/2005 : CTA Paragraf 25 Kerangka
PP 71/2010 : ACCRUAL Paragraf 28 Kerangka Konseptual:
Konseptual: Laporan Keuangan Pokok -
Laporan Realisasi
Laporan Keuangan Pokok -
Anggaran (LRA)
Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
-
Neraca
-
Laporan Arus Kas (LAK)
-
Catatan atas Laporan
-
Neraca
Keuangan (CaLK)
-
Laporan Operasional (LO)
-
Laporan Perubahan SAL (LP SAL)
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
7
-
Laporan Arus Kas (LAK)
-
Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
-
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)
Paragraf 26 Kerangka Konseptual: Laporan yang Bersifat optional -Laporan Kinerja Keuangan (LKK) -Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) Pada Paragraf 15 di PSAP 01 Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010
tentang
Penyajian
Laporan
Keuangan
dijelaskan
bahwa
komponen-komponen laporan keuangan tersebut disajikan oleh setiap entitas pelaporan, kecuali: a. Laporan Arus Kas yang hanya disajikan oleh entitas yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum; dan b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih yang hanya disajikan oleh
Bendahara
Umum
Negara
dan
entitas
pelaporan
yang
menyusun laporan keuangan konsolidasiannya. Kemudian pada paragraf 16 pada PSAP yang sama dijelaskan bahwa unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum adalah unit yang ditetapkan
sebagai
bendahara
umum
negara/daerah
dan/atau
sebagai kuasa bendahara umum negara/daerah. 4. Basis Akuntansi Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 menetapkan bahwa SAP disusun dengan berbasis akrual, ini dijelaskan dalam: a. Paragraf 42 Kerangka Konseptual menyatakan Basis akrual untuk pengakuan pendapatan-LO, beban, aset, kewajiban, dan ekuitas;
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
8
b. Paragraf
5
PSAP
01
tentang
Penyajian
Laporan
Keuangan
menyatakan basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah yaitu basis akrual, kemudian pada paragraf 6 dinyatakan bahwa entitas pelaporan menyelenggarakan akuntansi dan penyajian laporan keuangan dengan menggunakan basis akrual baik dalam pengakuan pendapatan dan beban, maupun pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas. Pada paragraf-paragraf tersebut diatas sangat jelas apa yang menjadi basis akrual pada pelaporan keuangan di pemerintah. Namun pencatatan dan penyajian dalam basis kas masih dibutuhkan dalam beberapa laporan, khususnya terkait anggaran. Perlakuan pelaporan keuangan terhadap anggaran dijelaskan pada paragraf 44 Kerangka Konseptual menyatakan dalam hal anggaran disusun dan dilaksanakan berdasar basis kas, maka LRA disusun berdasarkan basis kas. Bilamana anggaran disusun dan dilaksanakan berdasarkan basis akrual, maka LRA disusun berdasarkan basis akrual. Selanjutnya pada paragraf 7 dinyatakan bahwa entitas pelaporan
yang
menyelenggarakan
akuntansi
berbasis
akrual,
menyajikan Laporan Realisasi Anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan tentang anggaran. Kenyataannya, sampai saat ini pemerintah masih melaksanakan penganggaran dengan basis kas. Maka, bila anggaran yang disusun dan dilaksanakan berdasar basis kas, LRA pun disusun berdasarkan basis kas. Berikut adalah tabel perbandingan penjelasan basis akuntansi pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010:
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
9
PP 24/2005 : CTA
PP 71/2010 : ACCRUAL
Basis Akuntansi
Basis Akuntansi
Basis
Akuntansi
pada Basis
Kerangka Konseptual:
Akuntansi
belanja
akrual
untuk
dan pendapatan-LO,
pembiayaan dalam LRA Basis
Kerangka
Konseptual:
Basis kas untuk pengakuan Basis pendapatan,
pada
pengakuan
beban,
aset,
kewajiban, dan ekuitas (Paragraf 42)
akrual
untuk Dalam hal anggaran disusun dan
pengakuan aset, kewajiban, dilaksanakan berdasar basis kas, dan
ekuitas
dalam
Neraca maka
(Paragraf 39)
LRA
disusun
berdasarkan
basis kas. Bilamana anggaran disusun dan dilaksanakan akrual,
berdasarkan
maka
LRA
basis
disusun
berdasarkan basis akrual. (Paragraf 44) PP 24/2005 : CTA
PP 71/2010 : ACCRUAL
Basis Akuntansi pada PSAP Basis Akuntansi pada PSAP 01: 01:
Basis akuntansi yang digunakan
Basis
akuntansi
digunakan keuangan
dalam
yang dalam laporan pemerintah
pemerintah
laporan yaitu
keuangan basis
akrual
yaitu (Paragraf 5)
basis kas untuk pengakuan pos-pos pendapatan, belanja, dan pembiayaan dan basis akrual untuk pengakuan pospos
aset,
kewajiban,
dan
ekuitas dana. (Paragraf 5) Penggunaan sepenuhnya basis akrual bersifat optional (Paragraf 6)
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
10
5. Informasi Laporan Keuangan Paragraf 11 PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan menjelaskan
bahwa
untuk
memenuhi
tujuan
umum,
laporan
keuangan menyediakan informasi mengenai entitas pelaporan dalam hal: a. aset; b. kewajiban; c. ekuitas; d. pendapatan-LRA; e. belanja; f. transfer; g. pembiayaan; h. saldo anggaran lebih; i. pendapatan-LO; j. beban; dan k. arus kas. Berikut adalah tabel perbandingan penjelasan informasi keuangan pada PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan baik di Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 maupun Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010: PP 24/2005 : CTA
PP 71/2010 : ACCRUAL
Informasi Laporan Keuangan Laporan keuangan menyediakan informasi mengenai entitas pelaporan dalam hal: - Aset; - Kewajiban; - Ekuitas dana; - Pendapatan; - Belanja; - Transfer; - Pembiayaan; dan - Arus kas.
Informasi Laporan Keuangan Laporan keuangan menyediakan informasi mengenai entitas pelaporan dalam hal: - Aset; - Kewajiban; - Ekuitas; - Pendapatan-LRA; - Belanja; - Transfer; - Pembiayaan; - Saldo anggaran lebih - Pendapatan-LO; - Beban; dan - Arus kas. (Paragraf 11)
(Paragraf 11)
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
11
6. Unsur Laporan Keuangan Pada paragraf 60 Kerangka Konseptual dijelaskan bahwa laporan keuangan pemerintah terdiri dari laporan pelaksanaan anggaran (budgetary reports), laporan finansial, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan pelaksanaan anggaran terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan Perubahan SAL. Laporan finansial terdiri dari Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Laporan Arus Kas. Catatan atas Laporan Keuangan merupakan laporan yang merinci atau menjelaskan lebih lanjut atas pos-pos laporan pelaksanaan anggaran maupun laporan finansial dan merupakan laporan yang tidak terpisahkan dari laporan pelaksanaan anggaran maupun laporan finansial. Berikut adalah tabel penjelasan unsur laporan keuangan berdasarkan kategorinya: KATEGORI
LAPORAN KEUANGAN
Laporan Pelaksanaan Anggaran Laporan Realisasi Anggaran (LRA) (budgetary reports)
Laporan Perubahan SAL (LPSAL)
Laporan Finansial
Laporan Operasional (LO) Neraca Laporan Arus Kas (LAK) Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
Catatan atas Laporan Keuangan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)
Untuk memahami lebih jauh unsur-unsur laporan keuangan tersebut maka berikut ini akan dijelaskan lebih rinci masing-masing dari unsur laporan keuangan tersebut.
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
12
a. Laporan Realisasi Anggaran Paragraf 61 Kerangka Konseptual SAP menjelaskan bahwa Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian sumber daya keuangan yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah,
yang
menggambarkan
perbandingan
antara
anggaran dan realisasinya dalam satu periode pelaporan. Kemudian pada Paragraf 62 dijelaskan cakupan unsur-unsur yang dicakup secara langsung oleh Laporan Realisasi Anggaran yang terdiri dari pendapatan-LRA, belanja, transfer, dan pembiayaan. Masing-masing unsur dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Pendapatan-LRA adalah penerimaan oleh Bendahara Umum Negara/Bendahara Umum Daerah atau oleh entitas pemerintah lainnya yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun
anggaran
yang
bersangkutan
yang
menjadi
hak
pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah. Pendapatan-LRA termasuk transfer penerimaan dari entitas pelaporan lain misalnya dana perimbangan dan dana bagi hasil. 2) Belanja adalah semua pengeluaran oleh Bendahara Umum Negara/Bendahara Umum Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang
tidak
akan
diperoleh
pembayarannya
kembali
oleh
pemerintah. 3) Transfer pengeluaran adalah pengeluaran uang oleh suatu entitas pelaporan kepada entitas pelaporan lainnya misalnya bagi hasil pajak provinsi ke kabupaten/kota (dan sebaliknya), kabupaten/kota ke desa (dan sebaliknya), bantuan keuangan dari provinsi ke kabupaten/kota, dan kabupaten ke desa. 4) Pembiayaan (financing) adalah setiap penerimaan/pengeluaran yang tidak berpengaruh pada kekayaan bersih entitas yang perlu dibayar kembali dan/atau akan diterima kembali, baik
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
13
pada tahun anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah terutama
dimaksudkan
memanfaatkan
surplus
untuk anggaran.
menutup
defisit
Penerimaan
atau
pembiayaan
antara lain dapat berasal dari pinjaman dan hasil divestasi. Pengeluaran
pembiayaan
antara
lain
digunakan
untuk
pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan modal oleh pemerintah. Selain unsur-unsur Laporan Realisasi Anggaran tersebut diatas perlu juga dipahami apa itu Surplus/Defisit-LRA, Pembiayaan Neto dan Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA). Berikut adalah penjelasan atas ketiga unsur pembentuk Laporan Realisasi Anggaran tersebut: 1) Surplus/Defisit-LRA menurut paragraf 8 PSAP Nomor 01 tentang
Penyajian
Laporan
Keuangan
merupakan
selisih
lebih/kurang antara pendapatan-LRA dan belanja selama satu periode pelaporan. 2) Pembiayaan neto menurut paragraf 58 PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran adalah selisih antara penerimaan pembiayaan setelah dikurangi pengeluaran pembiayaan dalam periode tahun anggaran tertentu. 3) Sisa
Lebih/Kurang
Pembiayaan
Anggaran
(SiLPA/SiKPA)
menurut paragraf 8 PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan
adalah
pendapatan-LRA
selisih dan
lebih/kurang
belanja,
serta
antara
realisasi
penerimaan
dan
pengeluaran pembiayaan dalam APBN/APBD selama satu periode pelaporan.
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
14
Berikut adalah tabel perbandingan cakupan unsur-unsur Laporan Realisasi Anggaran pada Kerangka Konseptual SAP baik pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 maupun Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010: PP 24/2005 : CTA
PP 71/2010 : ACCRUAL
Unsur Laporan Keuangan Laporan Realisasi Anggaran (LRA) - Pendapatan - Belanja - Transfer - Pembiayaan
Unsur Laporan Keuangan Laporan Pelaksanaan Anggaran : Laporan Realisasi Anggaran (LRA) - Pendapatan-LRA - Belanja - Transfer - Pembiayaan (Paragraf 62)
(Paragraf 58) b. Laporan Perubahan SAL
Pada paragraf 63 kerangka konseptual SAP dijelaskan bahwa Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih menyajikan informasi kenaikan atau penurunan Saldo Anggaran Lebih tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Saldo Anggaran Lebih atau sering disingkat menjadi SAL sendiri, menurut paragraf 8 PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan adalah gunggungan saldo yang berasal dari akumulasi SiLPA/SiKPA tahun-tahun anggaran sebelumnya dan tahun berjalan serta penyesuaian lain yang diperkenankan. Struktur Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih dijelaskan pada paragraf 41 PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan dimana laporan ini menyajikan secara komparatif dengan periode sebelumnya pada pos-pos berikut: 1) Saldo Anggaran Lebih awal; 2) Penggunaan Saldo Anggaran Lebih; 3) Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran tahun berjalan; 4) Koreksi Kesalahan Pembukuan tahun Sebelumnya;
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
15
5) Lain-lain; dan 6) Saldo Anggaran Lebih Akhir. Laporan Perubahan Saldo Anggaran ini tidak diminta untuk disajikan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005. c. Neraca Pada paragraf 64 kerangka konseptual SAP menjelaskan bawah Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu. Unsur yang dicakup oleh neraca dijelaskan pada paragraph 65 yaitu terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas. Masing-masing unsur dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. 2) Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah. 3) Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah. Khusus untuk ekuitas, paragraf 84 PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan menjelaskan bahwa Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan
kewajiban
pemerintah
pada
tanggal
laporan.
Kemudian
paragraf 85 menjelaskan bahwa Saldo ekuitas di Neraca berasal dari saldo akhir ekuitas pada Laporan Perubahan Ekuitas. Saldo ekuitas tersebut didalamnya sudah termasuk SAL akhir.
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
16
Berikut adalah tabel perbandingan cakupan unsur-unsur Neraca pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 maupun Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, termasuk detail dari unsur-unsur ekuitas: PP 24/2005 : CTA
PP 71/2010 : ACCRUAL
Unsur Laporan Keuangan
Unsur Laporan Keuangan
Neraca
Laporan Finansial : Neraca
-
Aset
-
Aset
-
Kewajiban
-
Kewajiban
-
Ekuitas Dana
-
Ekuitas
(Paragraf Konseptual) -
59
Kerangka (Paragraf Konseptual)
Ekuitas Dana yang terbagi; •
Ekuitas Dana Lancar: selisih antara aset lancar dan kewajiban jangka pendek, termasuk sisa lebih pembiayaan anggaran/saldo anggaran lebih
•
Ekuitas Dana Investasi: mencerminkan kekayaan pemerintah yang tertanam dalam investasi jangka panjang, aset tetap, dan aset lainnya, dikurangi dengan kewajiban jangka panjang
•
Ekuitas Dana Cadangan: mencerminkan kekayaan pemerintah yang dicadangkan untuk tujuan tertentu sesuai dengan peraturan perundangundangan.
-
64
Kerangka
Ekuitas, yaitu kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah pada tanggal laporan. (Paragraf 77 PSAP Nomor 01)
(Paragraf 78-81 PSAP Nomor 01)
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
17
d. Laporan Operasional Laporan
Operasional
pemerintahan,
namun
merupakan sebenarnya
laporan sudah
baru
untuk
diperkenalkan
di
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005. Laporan ini menurut paragraf 78
kerangka konseptual SAP adalah laporan yang
menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang menambah ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah untuk kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dalam satu periode pelaporan. Unsur yang dicakup secara langsung dalam Laporan Operasional terdiri dari pendapatan-LO, beban, transfer, dan pos-pos luar biasa. Masing-masing unsur dijelaskan dalam paragraf 79 kerangka konseptual SAP sebagai berikut: 1) Pendapatan-LO adalah hak pemerintah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih. 2) Beban adalah kewajiban pemerintah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. 3) Transfer adalah hak penerimaan atau kewajiban pengeluaran uang dari/oleh suatu entitas pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil. 4) Pos Luar Biasa adalah pendapatan luar biasa atau beban luar biasa yang terjadi karena kejadian atau transaksi yang bukan merupakan operasi biasa, tidak diharapkan sering atau rutin terjadi, dan berada di luar kendali atau pengaruh entitas bersangkutan. Keempat unsur Laporan Operasional diatas pada akhirnya akan membentuk surplus/defisit-LO yang berdasarkan paragraf 84 PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan merupakan selisih antara pendapatan-LO dan beban selama satu periode pelaporan,
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
18
setelah
diperhitungkan
surplus/
defisit
dari
kegiatan
non
operasional dan pos luar biasa. Berikut adalah tabel perbandingan penjelasan Laporan Operasional pada PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 maupun Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010: PP 24/2005 : CTA
PP 71/2010 : ACCRUAL
Unsur Laporan Keuangan
Unsur Laporan Keuangan
Laporan Kinerja Keuangan
Laporan
Finansial:
Laporan
Operasional (LO) •
Bersifat optional
•
Merupakan
Laporan
Keuangan Pokok (Paragraf 20 PSAP Nomor 01) •
•
Disusun
oleh
(Paragraf 14 PSAP Nomor 01)
entitas •
Menyajikan pos-pos sebagai
pelaporan yang menyajikan
berikut:
laporan berbasis akrual
a)
Sekurang-kurangnya menyajikan pos-pos: a)
kegiatan operasional; b)
Pendapatan dari kegiatan operasional;
Beban dari kegiatan operasional ;
c)
b) Beban berdasarkan
Surplus/defisit dari Kegiatan Non
klasifikasi fungsional dan c)
Pendapatan-LO dari
Operasional, bila ada;
klasifikasi ekonomi;
d)
Pos luar biasa, bila ada;
Surplus atau defisit.
e)
Surplus/defisit-LO.
(Paragraf 95 PSAP Nomor 01)
(Paragraf 92 PSAP Nomor 01)
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
19
e. Laporan Perubahan Ekuitas Paragraf 82 kerangka konseptual SAP menjelaskan bahwa Laporan Perubahan
Ekuitas
menyajikan
informasi
kenaikan
atau
penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Laporan Perubahan Ekuitas ini berdasarkan Paragraf 101
PSAP
menyajikan
Nomor
01
tentang
Penyajian
sekurang-kurangnya
Laporan
pos-pos
Keuangan
Ekuitas
awal,
Surplus/Defisit-LO pada periode bersangkutan, dan koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas. Berikut adalah tabel perbandingan penjelasan cakupan unsur Laporan
Perubahan
Ekuitas
pada
PSAP
Nomor
01
tentang
Penyajian Laporan Keuangan pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 maupun Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010: PP 24/2005 : CTA Unsur Laporan Keuangan
PP 71/2010 : ACCRUAL Unsur Laporan Keuangan
Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) • Bersifat optional (Paragraf 20 PSAP Nomor 01)
Laporan Finansial: Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) • Merupakan Laporan Keuangan Pokok (Paragraf 14 PSAP Nomor 01)
• Sekurang-kurangnya • Sekurang-kurangnya menyajikan pos-pos: menyajikan pos-pos: a) Ekuitas awal; a) Sisa Lebih/Kurang b) Surplus/defisit-LO pada Pembiayaan Anggaran; periode bersangkutan; b) Setiap pos pendapatan dan c) Koreksi-koreksi yang belanja beserta totalnya langsung seperti diisyaratkan dalam menambah/mengurangi standar-standar lainnya, ekuitas, misalnya: koreksi yang diakui secara langsung kesalahan mendasar dari dalam ekuitas; persediaan yang terjadi c) Efek kumulatif atas pada periode-periode perubahan kebijakan sebelumnya dan akuntansi dan koreksi perubahan nilai aset tetap kesalahan yang mendasar karena revaluasi aset diatur dalam suatu standar tetap. terpisah. d) Ekuitas akhir. (Paragraf 101 PSAP Nomor 01) (Paragraf 95 PSAP Nomor 01)
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
20
f. Laporan Arus Kas Laporan Arus Kas menurut paragraf 80 Kerangka Konseptual SAP menyajikan informasi kas sehubungan dengan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris yang menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir kas pemerintah pusat/daerah selama periode tertentu. Unsur yang dicakup dalam Laporan Arus Kas berdasarkan paragraf 81, terdiri dari penerimaan dan pengeluaran kas, yang masingmasing dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Penerimaan kas adalah semua aliran kas yang masuk ke Bendahara Umum Negara/Daerah. 2) Pengeluaran kas adalah semua aliran kas yang keluar dari Bendahara Umum Negara/Daerah. Berikut adalah tabel perbandingan penjelasan cakupan unsur Laporan Arus Kas pada PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan baik pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 maupun Peraturan Pemerintah Nomor 71: PP 24/2005 : CTA
PP 71/2010 : ACCRUAL
Unsur Laporan Keuangan
Unsur Laporan Keuangan
Laporan Arus Kas
Laporan Finansial : Laporan Arus Kas
• Disajikan oleh unit yang • Disajikan oleh unit yang mempunyai fungsi mempunyai fungsi perbendaharaan (Paragraf 15 perbendaharaan umum PSAP Nomor 01) (Paragraf 15 PSAP Nomor 01) • Arus masuk dan keluar kas • Arus masuk dan keluar kas diklasifikasikan berdasarkan diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi aset aktivitas operasi, investasi, non keuangan, pembiayaan, pendanaan, dan transitoris dan non anggaran (Paragraf 86 PSAP Nomor 01)
(Paragraf 90 PSAP Nomor 01)
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
21
g. Catatan Atas Laporan Keuangan Paragraf 83 Kerangka Konseptual SAP menjelaskan bahwa Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian dari angka yang tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan SAL, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca, dan Laporan Arus Kas. Catatan atas Laporan Keuangan juga mencakup informasi tentang kebijakan akuntansi yang dipergunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan di dalam Standar Akuntansi diperlukan
Pemerintahan untuk
serta
menghasilkan
ungkapan-ungkapan penyajian
laporan
yang
keuangan
secara wajar. Catatan atas Laporan Keuangan mengungkapkan/ menyajikan/menyediakan hal-hal sebagai berikut: 1) mengungkapkan informasi Umum tentang Entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi; 2) menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomi makro; 3) menyajikan ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun pelaporan berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target; 4) menyajikan
informasi
tentang
dasar
penyusunan
laporan
keuangan dan kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk
diterapkan
atas
transaksi-transaksi
dan
kejadian-
kejadian penting lainnya; 5) menyajikan rincian dan penjelasan masing-masing pos yang disajikan pada lembar muka laporan keuangan; Berikut adalah tabel perbandingan penjelasan penyajian Catatan atas Laporan Keuangan pada PSAP 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan baik pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 maupun Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010:
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
22
PP 24/2005 : CTA
PP 71/2010 : ACCRUAL
CATATAN ATAS LAPORAN
CATATAN ATAS LAPORAN
KEUANGAN
KEUANGAN
• Disajikan
secara
sistematis. • Disajikan secara sistematis.
Setiap pos dalam LRA, Neraca,
Setiap
LAK
Laporan
harus
referensi
mempunyai
silang
informasi
terkait
Catatan
atas
pos
dalam
LRA,
Perubahan
SAL,
dengan
Neraca, LO, LAK, dan LPE
dalam
harus mempunyai referensi
Laporan
Keuangan.
silang
dengan
informasi
terkait dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
• CaLK meliputi penjelasan atau • Catatan
atas
Laporan
daftar terinci atau analisis atas
Keuangan meliputi penjelasan
nilai suatu pos yang disajikan
atau
dalam LRA, Neraca, dan LAK
analisis atas nilai suatu pos
daftar
terinci
atau
yang disajikan dalam LRA, Laporan
Perubahan
SAL,
Neraca, LO, LAK, dan LPE. (Paragraf 98 & 99 PSAP Nomor (Paragraf 01)
105
&
106
PSAP
Nomor 01)
D. HUBUNGAN ANTARA BASIS AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN Basis akuntansi memiliki hubungan dengan jenis laporan keuangan yang akan disusun. Sebelumnya telah dijelaskan bahwa meskipun Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 menghendaki penyajian laporan keuangan yang berbasis akrual, namun karena APBD disusun berdasarkan basis kas maka untuk pelaporan realisasi anggaran menggunakan
basis
kas.
Dengan
demikian,
pemerintah
akan
menerapkan 2 (dua) basis akuntansi yaitu basis akrual dan basis kas.
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
23
Untuk basis akrual, laporan utama yang bisa dibentuk adalah Neraca dan Laporan Operasional. Laporan berikutnya dari basis akrual yang melengkapi
informasi
Laporan
Keuangan
Primer
adalah
Laporan
Perubahan Ekuitas dan Laporan Arus Kas. Terakhir untuk melengkapi pengungkapan
keempat
laporan
keuangan
sebelumnya
maka
disusunlah Catatan atas Laporan Keuangan. Untuk basis kas, laporan yang disusun adalah Laporan Realisasi Anggaran (LRA). Laporan berikutnya yang melengkapi LRA adalah Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LPSAL). Untuk lebih memahami hubungan basis akuntansi dengan jenis laporan keuangan apa saja yang akan disusun dapat dijelaskan melalui table 1 dibawah ini:
Tabel 1
Accrual
Cash
E. PENGAKUAN UNSUR LAPORAN KEUANGAN Penerapan SAP berbasis akrual perlu memperhatikan pengakuan unsurunsur laporan keuangan yang telah dijelaskan sebelumnya, karena ada perbedaan karakteristik dengan SAP berbasis CTA. Pada paragraf 84 Kerangka
Konseptual
SAP
dijelaskan
bahwa
pengakuan
dalam
akuntansi adalah proses penetapan terpenuhinya kriteria pencatatan
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
24
suatu kejadian atau peristiwa yang mengubah unsur aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan-LRA, belanja, pembiayaan, pendapatan-LO, dan beban, sebagaimana akan termuat pada laporan keuangan entitas pelaporan yang bersangkutan. Pengakuan masing-masing unsur laporan keuangan dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Pengakuan Aset Paragraf 90 Kerangka Konseptual SAP menjelaskan bahwa aset diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh oleh pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. Sejalan dengan penerapan basis akrual, Paragraf 91 menjelaskan bahwa aset dalam bentuk piutang atau beban dibayar di muka diakui ketika hak klaim untuk mendapatkan arus kas masuk atau manfaat ekonomi lainnya dari entitas lain telah atau tetap masih terpenuhi, dan nilai klaim tersebut dapat diukur atau diestimasi. Paragraf 92 Kerangka Konseptual SAP menjelaskan secara khusus tentang pengakuan kas. Paragraf tersebut menyatakan bahwa aset dalam bentuk kas yang diperoleh pemerintah antara lain bersumber dari pajak, bea masuk, cukai, penerimaan bukan pajak, retribusi, pungutan hasil pemanfaatan kekayaan negara, transfer, dan setoran lain-lain, serta penerimaan pembiayaan, seperti hasil pinjaman. Proses
pemungutan
setiap
unsur
penerimaan
tersebut
sangat
beragam dan melibatkan banyak pihak atau instansi. Dengan demikian, titik pengakuan penerimaan kas oleh pemerintah untuk mendapatkan pengakuan akuntansi memerlukan pengaturan yang lebih rinci, termasuk pengaturan mengenai batasan waktu sejak uang diterima
sampai
penyetorannya
ke
Rekening
Kas
Umum
Negara/Daerah. Aset tidak diakui jika pengeluaran telah terjadi dan manfaat ekonominya dipandang tidak mungkin diperoleh pemerintah setelah periode akuntansi berjalan.
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
25
2. Pengakuan Kewajiban Pengakuan
kewajiban
dijelaskan
oleh
paragraf
93
Kerangka
Konseptual SAP dimana kewajiban diakui jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber daya ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang ada sampai saat pelaporan, dan perubahan atas kewajiban tersebut mempunyai nilai penyelesaian yang dapat diukur dengan andal. Sejalan dengan penerapan basis akrual, Paragraf 94 menjelaskan bahwa kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima atau pada saat kewajiban timbul. 3. Pengakuan Pendapatan Pengkuan pendapatan baik pendapatan-LO maupun pendapatan-LRA dijelaskan oleh Paragraf 95 Kerangka Konseptual SAP. Pada paragraf tersebut dijelaskan bahwa pendapatan-LO diakui pada saat timbulnya hak atas pendapatan tersebut atau ada aliran masuk sumber daya ekonomi. Pendapatan-LRA diakui pada saat kas diterima di Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan. Berikut adalah tabel perbandingan penjelasan pengakuan pendapatan pada kerangka konseptual SAP baik pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 maupun Peraturan Pemerintah Nomor 71: PP 24/2005 : CTA
PP 71/2010 : ACCRUAL
Pengakuan Unsur Laporan Keuangan Pengakuan Pendapatan (Paragraf 88) Pendapatan menurut basis akrual diakui pada saat timbulnya hak atas pendapatan tersebut atau ada aliran masuk sumber daya ekonomi. Pendapatan menurut basis kas diakui pada saat kas diterima di Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan.
Pengakuan Unsur Laporan Keuangan Pengakuan Pendapatan (Paragaf 95) Pendapatan-LO diakui pada saat timbulnya hak atas pendapatan tersebut atau ada aliran masuk sumber daya ekonomi. Pendapatan-LRA diakui pada saat kas diterima di Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
26
4. Pengakuan Beban Dan Belanja Pada Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 selain unsur laporan keuangan belanja, terdapat pula unsur laporan keuangan beban. Paragraf 96 Kerangka Konseptual SAP menjelaskan bahwa beban diakui pada saat timbulnya kewajiban, terjadinya konsumsi aset, atau terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa. Sedangkan
paragraf
97
menyatakan
bahwa
belanja
berdasarkan terjadinya pengeluaran dari Rekening
diakui
Kas Umum
Negara/Daerah atau entitas pelaporan. Khusus pengeluaran melalui bendahara
pengeluaran
pengakuannya
terjadi
pada
saat
pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan. Berikut adalah tabel perbandingan penjelasan pengakuan beban dan belanja pada kerangka konseptual SAP baik pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 maupun Peraturan Pemerintah Nomor 71: PP 24/2005 : CTA Pengakuan
Unsur
PP 71/2010 : ACCRUAL Laporan Pengakuan
Unsur
Laporan
Keuangan
Keuangan
Pengakuan Belanja (Paragraf 89)
Pengakuan Belanja dan Beban
Belanja
menurut
diakui
pada
kewajiban
basis
saat
atau
akrual (Paragraf 96-97)
timbulnya Beban pada
diperoleh manfaat.
diakui
pada
saat
saat timbulnya kewajiban, terjadinya konsumsi aset, atau terjadinya
Belanjamenurut basis kas diakui penurunan
manfaat
ekonomi
pada saat terjadinya pengeluaran atau potensi jasa. dari
Rekening
Negara/Daerah pelaporan
Kas atau
Umum Belanja entitas terjadinya
diakui
berdasarkan
pengeluaran
Rekening Negara/Daerah
Kas atau
dari Umum entitas
pelaporan
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
27
F. PENGUKURAN UNSUR LAPORAN KEUANGAN Penting juga untuk memahami pengukuran unsur laporan keuangan. Paragraf 98 Kerangka Konseptual SAP menjelaskan bahwa pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakuidan memasukkan setiap pos dalam laporan keuangan. Pengukuran pos-pos dalam laporan keuangan menggunakan nilai perolehan historis. Aset dicatat sebesar pengeluaran/penggunaan sumber daya ekonomi atau sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut. Kewajiban dicatat sebesar nilai wajar sumber daya ekonomi yang digunakan pemerintah untuk memenuhi kewajiban yang bersangkutan. Paragraf 99 menegaskan
bahwa
pengukuran
pos-pos
laporan
keuangan
menggunakan mata uang rupiah. Transaksi yang menggunakan mata uang asing dikonversi terlebih dahulu dan dinyatakan dalam mata uang rupiah.
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
28
BAB II KONSEP DAN SIKLUS AKUNTANSI A. KONSEP AKUNTANSI 1. Definisi Akuntansi
didefinisikan
pencatatan,
sebagai
pengukuran,
sebuah
proses
pengklasifikasian,
identifikasi,
pengikhtisaran
atas
semua transaksi dan aktivitas keuangan, penyajian laporan, serta penginterpretasian atas hasilnya. Definisi tersebut diambil dari Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintah
yang
merupakan
acuan
dasar
dalam
pelaksanaan akuntansi di setiap instansi pemerintahan di Indonesia, termasuk di Pemerintah Daerah dan satuan kerja di dalamnya. Proses akuntansi ini akan mengolah semua transaksi dan aktivitas keuangan yang ada di setiap entitas Pemerintah Daerah. Proses tersebut kemudian menghasilkan informasi dalam bentuk laporan keuangan
yang
pengambilan
akan
digunakan
keputusan
dalam
manajerial
proses
yang
evaluasi
kemudian
dan akan
mempengaruhi pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah pada periode
berikutnya.
Jadi,
input
dari
proses
akuntansi
adalah
transaksi dan ouputnya berupa laporan keuangan. Pihak yang melaksanakan proses akuntansi ini dibagi menjadi dua entitas, yaitu entitas akuntansi dan entitas pelaporan. Entitas akuntansi merupakan satuan kerja anggaran
yang
menyajikan
berkewajiban
laporan
yang merupakan pengguna
menyelenggarakan
keuangan
atas
dasar
akuntansi akuntansi
dan yang
diselenggarakannya untuk digabungkan pada entitas pelaporan. Dalam hal ini, yang dimaksud entitas akuntansi adalah SKPD dan PPKD.
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
29
Entitas pelaporan merupakan unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyajikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan yang bertujuan umum. Dalam hal ini, yang dimaksud entitas pelaporan adalah Pemerintah Daerah. 2. Pembukuan Tunggal (Single Entry) dan Pembukuan Berpasangan (Double Entry) Sistem pembukuan tunggal (single-entry system) sering disebut juga dengan sistem tata buku tunggal atau tata buku saja. Dalam sistem ini pencatatan transaksi ekonomi dilakukan dengan mencatat secara tunggal (tidak berpasangan). Transaksi yang berakibat bertambahnya kas akan dicatat pada sisi penerimaan. Sementara transaksi yang berakibat berkurangnya kas akan dicatat pada sisi pengeluaran. a) Pembukuan Tunggal (Single Entry) Sistem pencatatan single entry sering disebut juga dengan sistem tata buku tunggal atau tata buku saja. Dalam sistem ini, pencatatan transaksi ekonomi dilakukan dengan mencatat secara tunggal
(tidak
berpasangan).
Transaksi
yang
berakibat
bertambahnya kas akan dicatat pada sisi penerimaan dan transaksi yang
berakibat
berkurangnya
kas
akan
dicatat
pada
sisi
pengeluaran. Di Pemerintah Daerah selama hampir 3 dekade, pencatatan ini dipraktikan, contohnya dalam Buku Kas Umum (BKU). Pencatatan semacam itu disebut juga pembukuan. Sistem tata buku tersebut merupakan sebagian kecil dari akuntansi. Sistem ini memiliki
beberapa
kelebihan,
yaitu
sederhana
dan
mudah
dipahami. Akan tetapi sistem ini juga memiliki kelemahan, antara lain
kurang
lengkap
unuk
pelaporan
karena
hanya
dapat
melaporkan saldo kas, dan tidak dapat melaporkan utang, piutang, dan ekuitas. Juga sulit untuk melakukan kontrol transaksi,
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
30
akibatnya sulit menelusuri kesalahan pembukuan yang terjadi. Oleh karena itu, dalam akuntansi terdapat sistem pencatatan yang lebih baik dan dapat mengatasi kelemahan diatas. Sistem ini disebut sistem double entry. Sistem pencatatan double entry inilah yang sering disebut akuntansi. Dalam sistem pembukuan berpasangan pengaruh ganda (dua sisi) dari setiap transaksi akan dicatat pada akun-akun yang tepat. Sistem ini juga menjadi satu cara untuk membuktikan keakuratan jumlah yang dicatat. Jika setiap transaksi dicatat dengan jumlah debit dan kredit yang sama, maka jumlah seluruh debit pada akun harus sama dengan jumlah seluruh kreditnya. Kesamaan antara debit
dan
kredit
menjadi
dasar
dari
sistem
pembukuan
berpasangan (double-entry system) dalam pencatatan transaksi. b) Pembukuan Berpasangan (Double Entry) Sistem pencatatan double entry juga sering disebut sistem tata buku berpasangan. Menurut sistem ini, pada dasarnya suatu transaksi akan dicatat secara berpasangan (double = berpasangan, entry = pencatatan). Pencatatan dengan sistem ini disebut dengan istilah menjurnal. Dalam pencatatan tersebut ada sisi Debit dan Kredit. Sisi Debit ada di sebelah kiri, sedangkan sisi Kredit ada di sebelah kanan. Setiap pencatatan harus menjaga keseimbangan persamaan dasar akuntansi, yaitu aset = kewajiban + ekuitas. 3. Persamaan Akuntansi Persamaan akuntansi merupakan gambaran dari posisi keuangan entitas (Neraca) dimana sisi kiri menggambarkan harta yang dimiliki oleh entitas, sedangkan sisi kanan menggambarkan hak atau klaim atas harta tersebut. Hal penting dari konsep akuntansi
adalah kategori-kategori yang
menjadi dasar pengklasifikasian peristiwa-peristiwa ekonomi. Dua unsur kategori dasar adalah apa yang dimiliki dan apa yang menjadi
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
31
kewajibannya. Aset adalah sumberdaya yang dimiliki suatu entitas. Kewajiban dan Ekuitas adalah hak atau klaim terhadap sumberdaya tersebut. Klaim terhadap aset tersebut dari yang berutang (kreditur) disebut dengan kewajiban. Klaim dari pemilik disebut sebagai ekuitas. Hubungan antara aset, kewajiban, dan ekuitas dapat dinyatakan dalam persamaan berikut ini :
a) Aset = Kewajiban + Ekuitas Aset
adalah sumberdaya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki
oleh pemerintah daerah dan diharapkan memberikan kemanfatan dimasa yang akan datang. Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah daerah. Ekuitas
merupakan
kekayaan
bersih
pemerintah
daerah
yang
merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah daerah. Selanjutnya Pendapatan yang diperoleh entitas akan menambah Ekuitas,
sedangkan
adanya
Beban
akan
mengurangi
Ekuitas.
Sehingga persamaan akuntansi diturunkan sebagai berikut :
b) Aset = Kewajiban + Ekuitas + (Pendapatan – Beban) c) Aset + Beban = Kewajiban + Ekuitas + Pendapatan Pendapatan adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali. Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya kewajiban.
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
32
Ekuitas terdiri atas kejadian/transaksi yang bersumber dari transaksi akrual dan transaksi kas yang terakumulasi dalam SAL. Sedangkan Pendapatan LRA akan menambah SAL, dan Belanja akan mengurangi SAL. Demikian Juga Penerimaan Pembiayaan akan menambah SAL, dan
Pengeluaran Pembiayaan akan mengurangi SAL. Karena SAL
merupakan bagian dari EKUITAS, maka persamaan akuntansi yang digunakan
untuk persamaan akuntansi akrual sudah termasuk
persamaan akuntansi dengan basis kas. Sehingga
untuk transaksi
akrual maupun transaksi LRA menggunakan satu persamaan yg sama.
(ASET+BEBAN) = (BELANJA+PENGELUARAN PEMBIAYAAN)
(KEWAJIBAN+EKUITAS +PENDAPATAN-LO) (PENDAPATAN LRA+PENERIMAAN PEMBIAYAAN)
Persamaan akuntansi memposisikan akun-akun sesuai dengan saldo normalnya. 4. Konsep Debit – Kredit dan Saldo Normal Saat ini istilah Debit (Debit) menunjukan sisi kiri, dan Kredit (Credit) menunjukan sisi kanan. Keduanya umum disingkat dengan Dr. untuk debit dan Cr. untuk kredit. Istilah-istilah ini berasal dari bahasa latin yang aslinya berarti “Drebere” dan “Credere”. Kini hal tersebut ditunjukkan dengan tanda; disisi sebelah mana angka akan dicatat dalam akun-T. Memasukkan jumlah disisi kiri disebut dengan mendebit (debiting) akun; memasukkan jumlah disisi kanan disebut dengan mengkredit (crediting) akun. Prosedur menempatkan debit di sisi kiri, dan kredit di sisi kanan merupakan
suatu
kebiasaan,
atau
aturan
akuntansi
(seperti
kebiasaan mengendarai kendaraan disisi sebelah kanan jalan di Indonesia). Aturan ini berlaku untuk semua akun. Ketika total kedua
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
33
sisi dibandingkan, suatu akun akan memiliki saldo debit jika total jumlah debit melebihi jumlah kredit. Suatu akun akan memiliki saldo kredit jika jumlah kredit melebihi jumlah debit. Debit berarti sisi kiri dan yang berada pada sisi kiri persamaan akuntansi adalah kelompok Aset. Dengan demikian, akun yang masuk ke dalam kelompok Aset akan dicatat di sisi debit dengan syarat nilainya positif. Apabila nilai dari kelompok Aset tersebut negatif, maka akan dicatat pada sisi lawannya, yaitu kredit. Kredit berarti sisi kanan dan yang berada pada sisi kanan persamaan akuntansi
adalah
kelompok
Kewajiban
dan
Ekuitas.
Dengan
demikian, akun yang masuk ke dalam kelompok Kewajiban dan Ekuitas akan dicatat di sisi kredit dengan syarat nilainya positif. Apabila nilai dari kelompok Kewajiban dan Ekuitas tersebut negatif, maka akan dicatat pada sisi lawannya, yaitu debit. Untuk mengetahui mana yang dicatat di debit dan mana yang dicatat di kredit, kita harus mengetahui saldo normal dari tiap akun melalui persamaan akuntansi yang sudah dijelaskan
sebelumnya. Saldo
normal akun adalah SISI, dimana kenaikan akun tersebut dicatat. Saldo normal berhubungan dengan posisi akun di dalam persamaan akuntansi.Akun yang berada di posisi kiri bersaldo normal debit. Akun yang berada di posisi kanan bersaldo normal kredit. Jadi akun aset normalnya akan menunjukkan saldo debit, dan akun kewajiban dan ekuitas akan menunjukkan saldo kredit. Saldo Normal
akun-akun yang merupakan
unsur-unsur laporan
keuangan pemda sebagai berikut :
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
34
Akun
Saldo
Bertambah
Berkurang
Aset
Debit
Kredit
Debit
Kewajiban
Kredit
Debit
Kredit
Ekuitas
Kredit
Debit
Kredit
Pendapatan LO
Kredit
Debit
Kredit
Beban
Debit
Kredit
Debit
Perubahan SAL
Normal
menyesuaikan
Pendapatan-LRA
Kredit
Debit
Kredit
Penerimaan Pembiayaan
Kredit
Debit
Kredit
Belanja
Debit
Kredit
Debit
Pengeluaran Pembiayaan
Debit
Kredit
Debit
Estimasi Pendapatan
Debit
Kredit
Debit
Estimasi Penerimaan
Debit
Kredit
Debit
Apropriasi Belanja
Kredit
Debit
Kredit
Apropriasi Pengeluaran
Kredit
Debit
Kredit
Pembiayaan
Pembiayaan Estimasi Perubahan SAL
Menyesuaikan
5. Konsep Home Office Branch Office (HOBO) Struktur hubungan entitas dalam akuntansi yang diimplementasikan di Pemda adalah struktur HOBO (Home Office & Branch Office).Dalam hal ini PPKD yang merepresentasikan Pemerintah Daerah adalah sebagai Kantor Pusat (Home Office), sedangkan SKPD adalah sebagai Kantor Cabang (Branch Office). Struktur hubungan HOBO lebih tepat untuk menggambarkan hubungan transaksi antara PPKD dan SKPD, dibandingkan dengan struktur hubungan induk dan anak (Parent & Subsidiary) dengan beberapa alasan:
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
35
a. PPKD-SKPD bukan entitas yang masing-masing berdiri sendiri, melainkan satu kesatuan; b. Antara PPKD dan SKPD tidak terjadi Transfer Income (dalam pengertian profit); c. SKPD dimiliki 100% oleh Pemerintah Daerah. Sebagai konsekuensi dari struktur akuntansi HOBO, transaksi antara PPKD dan SKPD dicatat menggunakan akun Reciprocal yaitu RKPPKD yang merupakan akun ekuitas di SKPD, dan akun RK-SKPD yang merupakan akun aset di PPKD.Dengan demikian akun Reciprocal ini adalah merupakan akun ril (real account). Akun Rekening Koran-PPKD merupakan akun ekuitas
di tingkat
SKPD. Hal ini dikarenakan SKPD merupakan cabang dari Pemerintah Daerah, sehingga sebenarnya SKPD tidak memiliki ekuitas
sendiri,
melainkan hanya menerima ekuitas dari Pemerintah Daerah, melalui mekanisme transfer. Akun “Rekening Koran-PPKD” akan bertambah bila SKPD menerima transfer aset (seperti menerima SP2D UP dan GU, menerima aset tetap dari Pemerintah Daerah), pelunasan pembayaran belanja LS
(menerima SP2D LS), dan akan berkurang
bila SKPD mentransfer aset ke Pemerintah Daerah (seperti penyetoran uang ke Pemerintah Daerah). B. SIKLUS AKUNTANSI 1. Definisi Akuntansi adalah suatu sistem. Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri atas subsistem-subsistem atau kesatuan yang lebih kecil, yang berhubungan satu sama lain dan memiliki tujuan tertentu. Suatu sistem mengolah masukan (input) menjadi keluaran (output). Input sistem
akuntansi
adalah
bukti-bukti
transaksi
dalam
bentuk
dokumen atau formulir. Output-nya adalah laporan keuangan. Di dalam proses akuntansi, terdapat beberapa catatan yang dibuat.
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
36
Catatan-catatan tersebut adalah jurnal, buku besar, dan buku pembantu. Sistem akuntansi dapat dijelaskan secara rinci melalui siklus akuntansi.
Yang
dimaksud
dengan
siklus
akuntansi
adalah
serangkaian tahapan yang harus dilalui untuk merubah input dalam bentuk dokumen transaksi keuangan sehingga menghasilkan ouput berupa
laporan
keuangan.
Siklus
akuntansi
secara
sederhana
digambarkan oleh bagan berikut. PROSES AKUNTANSI POKOK Dokumen
Catatan Ditetapkan DPRD
APBD Jenis2 transaksi keuangan Pemda Pencatatan & Penggolonga Dokumen Sumbern: - SP2D - SPJ - Bukti Memorial
Laporan
Realisasi APBD Pelaporan
Peringkasan Jurnal
Buku Besar
Buku Pembantu
Bukti Penerimaan Bukti Pengeluaran Bukti memorial
Jurnal LRA Jurnal – LO & Neraca
Kumpulan Rekening (Ringkasan & Rincian)
Laporan Keuangan
Kertas Kerja
Laporan Keuangan : LRA Lap.Perubahan SAL LO Lap.Perbhan Ekuitas (LPE) Neraca Lap.Arus Kas CALK
Kebijakan Akuntansi
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
37
Siklus akuntansi dimulai dengan tahap menganalisis transaksi. Tahapan kedua adalah menjurnal transaksi. Transaksi-transaksi pada awalnya
dicatat
secara
kronologis
didalam
jurnal
sebelum
dipindahkan ke Buku Besar akun-akun. Jadi jurnal disebut dengan buku pencatatan awal. Biasanya jurnal memiliki kolom untuk mencantumkan tanggal, nama akun, dan uraiannya, referensi dan dua kolom jumlah debit dan kredit. Tahap ketiga, transaksi yang telah dicatat dalam Jurnal kemudian diklasifikasikan ke dalam Buku Besar per akun atau kode rekening. Tahap keempat menyusun Neraca Saldo. Pada tanggal tertentu (misal akhir periode), saldo dari setiap akun atau kode rekening dari Buku Besar diikhtisarkan atau dirangkum dalam Neraca Saldo. Tahap kelima menjurnal dan memposting jurnal penyesuaian untuk transaksi
pembayaran
dimuka/pendapatan
diterima
dimuka
(prepayment) atau transaksi yang masih harus dibayar/yang masih harus diterima (accrual). Tahap keenam menyusun Neraca Saldo Disesuaikan. Tahap ketujuh menyusun laporan keuangan. Tahap kedelapan menjurnal dan dan memposting ayat jurnal penutup. Tahap kesembilan menyusun neraca saldo setelah penutupan. Langkah-langkah optional jika worksheet disusun, maka tahap ke-4, ke-5, dan ke-6 dimasukkan dalam worksheet. Jika ayat jurnal pembalik (revershing entry) disusun, maka ayat jurnal pembalik akan terjadi antara tahap 9 dan 1. Ayat jurnal koreksi, bila ada, seharusnya dibukukan sebelum ayat jurnal penutup.
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
38
2. Penjelasan Tahapan Siklus Akuntansi a. Analisis Transaksi Yang dimaksud dengan transaksi adalah peristiwa-peristiwa ekonomi dari suatu entitas yang tercatat. Tujuan dari analisis transaksi adalah pertama untuk mengidentifikasikan jenis-jenis akun yang terkait, dan kemudian untuk menentukan apakah dibutuhkan debit atau kredit pada akun tersebut. Dengan melakukan analisis ini sebelum membuat ayat jurnal akan sangat membantu
dalam
memahami
ayat-ayat
jurnal
baik
yang
sederhana maupun yang rumit. Urutan peristiwa didalam proses pencatatan dimulai dengan transaksi. Bukti transaksi adalah berupa dokumen-dokumen sumber,
misalnya
surat
ketetapan
pajak/retribusi
daerah
(SKPD/SKRD), tanda bukti penerimaan (TBP), dll. Bukti ini akan dianalisis untuk menentukan pengaruh transaksi pada akun-akun tertentu. Dengan demikian, dalam menganalisis transaksi juga dilakukan identifikasi dokumen sumber yang akan digunakan sebagai dasar pencatatan transaksi keuangan ke dalam Jurnal. Ilustrasi: Ada transaksi penetapan SKPD untuk Pajak Bumi dan Bangunan. Bukti
transaksi
adalah
SKPD-PBB.
Ditetapkan
sebesar
Rp300.000,00 untuk periode 20xx. Maka analisis yang dihasilkan adalah sebagai berikut: dengan adanya penetapan SKPD untuk PBB maka akan berpengaruh pada bertambahnya aset entitas yaitu akun PIUTANG di sisi debit, dan juga bertambahnya akun PENDAPATAN LO di sisi kredit. Bertambahnya akun piutang disisi kiri (aset), dan bertambahnya pendapatan di sisi kredit yang berarti bertambahnya ekuitas, dalam jumlah yang sama di sisi debit dan di sisi kredit, membuat persamaan akuntansi ini selalu seimbang.
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
39
ASET = KEWAJIBAN + EKUITAS Piutang (+) 50 juta
Pendapatan (+) 50 juta
Debit
Kredit
b. Jurnal Jurnal merupakan catatan kronologis dan sistematis atas seluruh transaksi keuangan sebuah entitas. Dalam melakukan pencatatan transaksi ke dalam jurnal digunakan metode double-entry dimana setiap transaksi akan dicatat di sisi debit dan sisi kredit. Dalam penulisan jurnal, terdapat beberapa aturan yang telah menjadi kesepakatan bersama dalam akuntansi, yaitu: 1) Jurnal
dicatat
secara
kronologis
berdasarkan
tanggal
terjadinya kejadian/transaksi keuangan 2) Akun yang berada di sisi debit dicatat terlebih dahulu daripada akun yang berada di sisi kredit 3) Akun yang berada di sisi kredit dicatat menjorok ke kanan 4) Pencatatan dilakukan pada saat terjadinya kejadian/transaksi keuangan. Contoh format jurnal: Tanggal
Nomor Bukti
Kode Rekening
Uraian
Debit
Kredit
Ada dua basis yang akan digunakan dalam pencatatan akuntansi di Pemerintah Daerah yaitu basis akrual dan basis kas. Dengan demikian, akan terdapat 2 (dua) jenis jurnal untuk melakukan pencatatan atas transaksi-transaksi dalam sistem akuntansi pemerintah daerah. Pertama adalah jurnal yang akan mencatat transaksi-transaksi secara akrual khususnya transaksi terkait
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
40
akun neraca dan laporan operasional. Untuk selanjutnya jurnal jenis ini akan disebut Jurnal LO dan Neraca. Kedua adalah jurnal yang akan mencatat transaksi-transaksi yang merupakan realisasi anggaran berdasarkan basis kas. Jurnal ini melengkapi jurnal LO ketika suatu transaksi yang dicatat merupakan transaksi realisasi anggaran (LRA) dan terdapat aliran kas masuk (pendapatan dan penerimaan pembiayaan) dan aliran kas keluar (belanja, transfer, dan pengeluaran pembiayaan). Untuk selanjutnya jurnal jenis ini akan disebut Jurnal LRA. Berikut ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai pencatatan transaksi Jurnal LO dan Neraca serta Jurnal LRA. 1) Jurnal LO dan Neraca Jurnal
LO
dan
Neraca
digunakan
untuk
mencatat
kejadian/transaksi keuangan terkait Aset, Kewajiban, Ekuitas, Pendapatan-LO, dan Beban. Jurnal LO dan Neraca ini akan menghasilkan Laporan Operasional (LO) dan Neraca. Contoh pencatatan transaksi dengan Jurnal LO: a) Pengakuan Pendapatan Berdasarkan Penetapan Pengakuan Hak Atas Pendapatan ketika dikeluarkan penetapan Surat Ketetapan
Pajak
Daerah
(SKPD)-PBB
sebesar
Rp50.000.000,00
ASET = KEWAJIBAN + EKUITAS Piutang (+) 50 juta debit
Pendapatan (+) 50 juta kredit
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
41
Nomor Bukti
Tanggal
Kode Rekening
12-Jan-13
1.1.3.01.15
Uraian
Debit
Piutang PBB
8.1.1.15.01
Kredit
50.000.000
Pendapatan PBB – LO
50.000.000
b) Membeli ATK untuk segera digunakan sebesar Rp 500.000,-
ASET = KEWAJIBAN + EKUITAS Kas (-) 500ribu
Beban (+) 500ribu
kredit
debit
Nomor Bukti
Tanggal
Kode Rekening
12-Jan-13
9.1.2.01.01
Uraian
Debit
Beban Persediaan ATK
1.1.1.03.01
Kredit
500.000
Kas di Bendahara Pengeluaran
500.000
2) Jurnal Anggaran Jurnal
Anggaran
adalah
langkah
opsional.
Pemda
bisa
menetapkan kebijakan akuntansi untuk mencatat transaksi penetapan anggaran atau tidak melakukannya. Jika
melaksanakan
akuntansi
anggaran,
masing-masing
entitas akan melakukan penjurnalan atas anggaran yang telah ditetapkan. Penjurnalan atas anggaran tersebut dilakukan dengan mencatat akun Estimasi Pendapatan dan Estimasi Penerimaan anggarannya, Pengeluaran anggarannya,
Pembiayaan akun
sisi
Apropriasi
Pembiayaan dan
di
akun
di
debit
Belanja sisi
dan
kredit
Estimasi
sebesar
nilai
Apropriasi
sebesar
nilai
Perubahan
SAL
pencatatannya akan menjadi penyeimbang sisi debit dan sisi kredit. Apabila anggaran surplus, maka Estimasi Perubahan SAL akan dicatat di sisi kredit. Namun, apabila anggaran
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
42
defisit, maka Estimasi Perubahan SAL akan dicatat di sisi debit. Contoh pencatatan anggaran surplus: Dalam APBD 2013 Pemerintah Kabupaten Gemah Ripah diketahui bahwa anggaran pendapatan Rp500.000.000,00 penerimaan pembiayaan Rp200.000.000,00, belanja sebesar Rp400.000.000,00
dan
pengeluaran
pembiayaan
sebesar
Rp200.000.000,00. Tanggal
Nomor Bukti
01-Jan-13
Kode Rekening
Uraian
Debit
0.1.1.00.00 Estimasi Pendapatan
500.000.000
0.1.2.00.00 Estimasi Penerimaan Pembiayaan 0.0.0.00.00 Perubahan SAL
200.000.000
Kredit
100.000.000
0.1.3.00.00
Aprosiasi Belanja
400.000.000
0.1.4.00.00
Apropriasi Pengeluaran Pembiayaan
200.000.000
Contoh pencatatan anggaran defisit: SKPD Dinas Perindustrian Pemerintah Daerah Gemah Ripah menganggarkan pendapatannya sebesar Rp40.000.000,00 dan menganggarkan belanjanya sebesar Rp50.000.000,00. Tanggal
Nomor
Kode
Bukti
Rekening
01-Jan-13
Debit
0.1.1.00.00
Estimasi Pendapatan
40.000.000
0.0.0.00.00
Perubahan SAL
10.000.000
0.1.3.00.00
Pencatatan
Uraian
atas
Apropriasi Belanja
anggaran
ini
Kredit
50.000.000
dilakukan
setelah
APBD/Perubahan APBD ditetapkan. Jika terjadi perubahan anggaran maka dilakukan pencatatan dengan jurnal yang sama dengan diatas dengan nilai sebesar selisih antara perubahan APBD dengan anggaran murni.
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
43
3) Jurnal LRA Jurnal LRA merupakan jurnal berbasis kas. Jurnal LRA digunakan untuk mengakui adanya realisasi anggaran atas Pendapatan-LRA, Penerimaan Pembiayaan, Belanja, Transfer dan Pengeluaran Pembiayaan. Jurnal LRA ini nantinya akan menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran (LRA), dan Laporan Perubahan SAL. Jurnal LRA ini digunakan untuk menjurnal realisasi anggaran selama periode berjalan. Selama periode berjalan, sebuah transaksi akan dicatat menggunakan jurnal LRA jika transaksi tersebut memenuhi dua syarat berikut: a) terdapat arus kas masuk atau arus kas keluar, dan b) merupakan realisasi anggaran bagi entitas bersangkutan. Adanya realisasi anggaran, baik realisasi Pendapatan, realisasi Penerimaan Pembiayaan, realisasi Belanja, maupun realisasi Pengeluaran Pembiayaan akan mempengaruhi nilai Perubahan SAL. Dengan demikian, setiap terjadi penjurnalaan atas realisasi
anggaran,
maka
akun
lawannya
adalah
akun
Perubahan SAL. Dengan adanya Jurnal LO dan Neraca serta Jurnal LRA, maka setiap kali terjadi transaksi atau aktivitas keuangan, Fungsi Akuntansi di setiap entitas harus mencatatatnya sehingga dapat memenuhi kebutuhan informasi untuk menyusun LO, Neraca, dan LRA. Berikut beberapa catatan penting ketika hendak melakukan pencatatan transaksi ke dalam jurnal: a) Setiap transaksi atau aktivitas keuangan pasti dicatat menggunakan Jurnal LO dan Neraca, kecuali pencatatan realisasi anggaran hanya dilakukan menggunakan Jurnal LRA.
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
44
b) Apabila
suatu
transaksi
atau
aktivitas
keuangan
menyebabkan arus kas masuk atau arus kas keluar dan merupakan realisasi anggaran bagi entitas bersangkutan, maka selain dicatat menggunakan Jurnal LO dicatat juga menggunakan Jurnal LRA. c. Buku Besar Proses klasifikasi transaksi dari jurnal ke buku besar dikenal dengan istilah Posting. Buku besar adalah kumpulan catatan transaksi per akun. Setiap akun memiliki satu buku besarnya masing-masing sehingga jumlah buku besar yang dimiliki sebuah entitas sama banyaknya dengan jumlah akun yang dimilikinya. Buku besar dibuat dalam sebuah format tertentu dan dengan aturan tertentu yang telah disepakati. SKPD Nama Rekening Kode Rekening Pagu APBD Pagu perubahan APBD Tanggal
Nomor
Kode
Bukti
Rekening
: : : : : Uraian
Debit
Kredit
Tiap buku besar memuat informasi nama SKPD, nama rekening, kode rekening, pagu APBD dan pagu perubahan APBD sebagai kontrol, batas maksimal transaksi untuk masing-masing akun tidak boleh melebihi pagu anggarannya terutama untuk pagu anggaran belanja dan pengeluaran pembiayaan. Pada kolom tanggal diisi dengan tanggal transaksi. Kolom Nomor Bukti diisi dengan nomor bukti transaksi. Kolom uraian diisi dengan informasi keterangan terkait transaksi. Kemudian di kolom debit atau kredit diisi nilai nominal transaksi sesuai dengan jurnal.
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
45
Kolom saldo diisi dengan akumulasi nilai transaksi-transaksi dari akun terkait. Sebelum melakukan posting, terlebih dahulu memasukkan semua saldo awal untuk akun-akun Aset, Kewajiban dan Ekuitas yang diperoleh dari Neraca Awal Tahun ke dalam buku besarnya masing-masing. Ketika transaksi periode berjalan telah dimulai, tiap transaksi yang telah dicatat dalam jurnal kemudian diposting ke buku besar. d. Neraca Saldo Setelah selesai melakukan proses klasifikasi transaksi ke dalam buku besar, tahap selanjutnya adalah menyusun neraca saldo. Neraca saldo merupakan ikhtisar buku besar. PPK-SKPD dan PPKPPKD (dalam fungsi sebagai SKPD) melakukan rekapitulasi saldosaldo buku besar menjadi neraca saldo. Angka-angka saldo dari semua akun buku besar dipindahkan ke kolom neraca saldo dalam worksheet, sesuai dengan posisi debit atau kredit dalam saldo di buku besar masing-masing. Neraca saldo merupakan sebuah daftar yang memuat nama setiap buku besar (kode rekening) dan saldonya pada tanggal tertentu. Bagan berikut akan menggambarkan proses penyusunan neraca saldo dari buku besar.
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
46
SKPD Nama Rekening Kode Rekening Pagu APBD Pagu Perubahan APBD Tanggal 1 1-Jan 9-Sep 31-Des
: SKPD R : Kendaraan Dinas 1.3.02.04.01 : Rp 250.000.000 : Rp 350.000.000 Uraian 2
Ref 3
Saldo Awal Pembelian Mobil Dinas
Debit (Rp) 4
Kredit (Rp) 5
250.000.000
Saldo (Rp) 6 125.000.000 375.000.000 375.000.000
SKPD R Neraca Saldo Setelah Penyesuaian
No. 1 2 3 4 5 6
Kode Rek. 1.1.01.02.01 1.1.01.03.01 1.1.03.01.06 1.1.06.02.02 1.1.07.01.01 1.3.02.04.01
NS Stlh Penyesuaian Debit Kredit 0 22.000.000 0 27.000.000 150.000 375.000.000
Uraian Kas di Bendahara Penerimaan Kas di Bendahara Pengeluaran Piutang pajak Sewa Dibayar Dimuka Persediaan ATK Kendaraan
e. JURNAL PENYESUAIAN Jurnal penyesuaian dibuat di akhir periode akuntansi agar pendapatan dapat dicatat pada saat dihasilkan, dan beban diakui pada saat terjadinya. Jurnal penyesuaian dibutuhkan untuk memastikan
diterapkannya
prinsip
pengakuan
pendapatan
(revenue recognation principle) dan prinsip penandingan (matching principle).
Meskipun
penandingan
ini
dalam
tidak
akuntansi
mendapat
pemerintah
penekanan
prinsip
sebagaimana
dipraktekkan dalam akuntansi komersial. Jurnal penyesuaian memungkinkan pelaporan aset, kewajiban, dan ekuitas yang tepat di Neraca, serta jumlah surplus/defisit yang tepat di Laporan Operasional untuk periode berjalan. Jenis-jenis jurnal penyesuaian. Ada 2 kelompok yaitu : beban dibayar dimuka (prepayment) dan akrual.
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
47
Pembayaran dimuka (prepayment) terdiri atas : 1) beban dibayar dimuka (prepaid expenses). Beban yang dibayar dimuka secara tunai dan dicatat sebagai aset sebelum digunakan atau dikonsumsi. Contoh : perlengkapan kantor, asuransi, dan depresiasi. 2) Pendapatan diterima dimuka atau pendapatan yang belum dihasilkan (unearned revenue). Uang tunai yang diterima dan dicatat sebagai kewajiban sebelum pendapatannya dihasilkan. Contoh: pendapatan pajak reklame, pendapatan sewa. Akrual. Terdiri atas : 1) Akrual pendapatan (accrued revenues). Akrual pendapatan pada dasarnya adalah piutang, yaitu pendapatan yang telah dihasilkan namun belum diterima uangnya atau belum dicatat. Contoh: piutang pajak. 2) Akrual beban (accrued expenses). Akrual beban pada dasarnya adalah utang, yaitu beban yang telah terjadi namun belum dibayarkan uangnya atau belum dicatat. Contoh: bunga untuk utang, sewa, pajak, gaji atau honorarium. f.
Menyusun Neraca Saldo Disesuaikan Setelah semua jurnal penyesuaian dicatat dan diposting, Neraca Saldo Setelah Penyesuaian (Adjusted Trial Balance) disusun berdasarkan akun-akun buku besar. Tujuan dari Neraca Saldo Setelah Penyesuaian (Adjusted Trial Balance) adalah membuktikan kesamaan saldo total debit dan saldo total kredit di buku besar setelah seluruh jurnal penyesuaian dibuat. Akun-akun yang terdapat di Neraca Saldo Setelah Penyesuaian (Adjusted Trial Balance)
berisikan
seluruh
data
yang
dibutuhkan
untuk
menyusun laporan keuangan.
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
48
g. Langkah Opsional Menyusun Neraca Lajur (WORKSHEET) Langkah-langkah
opsional
jika
neraca
lajur
(WORKSHEET)
disusun, maka tahap d); e); dan f) dimasukkan dalam worksheet. WORKSHEET Neraca lajur (worksheet) merupakan alat bantu yang digunakan dalam menyusun laporan keuangan. Langkah-langkah dalam penyusunan laporan keuangan sesuai dengan kertas kerja yang dibuat terdiri atas : Neraca saldo, Jurnal Penyesuaian, Neraca Saldo setelah Penyesuaian. Format dokumen kertas kerja (worksheet) adalah sebagai berikut :
BAS
1
Uraian
2
Neraca Saldo
Jurnal Penye suaian
Neraca Saldo setelah Penye suaian
Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Operasion al
Neraca
D
K
D
K
D
K
D
K
D
K
D
K
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Keterangan : D = Debit; K = Kredit
h. Menyusun Laporan Keuangan 1) Laporan keuangan dapat disusun langsung dari Neraca Saldo Setelah Penyesuaian (Adjusted Trial Balance). Neraca Saldo setelah penyesuaian yang telah dihasilkan pada tahapan
sebelumnya
menjadi
dasar
dalam
penyusunan
laporan keuangan entitas. Tiga laporan keuangan yang dapat langsung dihasilkan dari Neraca Saldo setelah penyesuaian adalah Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Operasional (LO) dan Neraca. LRA disusun dari Neraca Saldo setelah
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
49
penyesuaian kelompok kode rekening 4, 5, 6, dan 7. LO disusun dari Neraca Saldo setelah penyesuaian kelompok kode rekening 8 dan 9. Sementara Neraca disusun dari Neraca Saldo setelah penyesuaian kelompok kode rekening 1, 2, dan 3. Pengelompokan akun dalam penyusunan Laporan Keuangan digambarkan sebagaimana pada tabel dibawah ini.
Laporan Keuangan Kode Akun 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nama Akun Aset Kewajiban Ekuitas Pendapatan - LRA Belanja Transfer Pembiayaan Pendapatan - LO Beban
NERACA LRA
LO
2) Penyusunan LRA LRA disusun dengan cara memasukkan nilai saldo akun-akun Pendapatan-LRA, Belanja, Transfer, dan Pembiayaan. Total Pendapatan-LRA dikurangi total Belanja dan Transfer akan menghasilkan Surplus/Defisit-LRA. Kemudian Surplus/DefisitLRA ditambah dengan Penerimaan Pembiayaan dan dikurangi dengan Pengeluaran Pembiayaan akan menghasilkan SiLPA atau SiKPA. Perlu diperhatikan bahwa dalam format LRA sebagaimana yang diilustrasikan
dalam
SAP
berbasis
akrual
tidak
dirinci
berdasarkan kode rekening per rincian obyek sehingga perlu berhati-hati
dalam
mengelompokkan
Pendapatan-LRA,
Belanja, Transfer, dan Pembiayaan. Berikut akan disajikan contoh pengelompokan Belanja dari akun buku besar kedalam format LRA.
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
50
Potongan Neraca Saldo SKPD R - Bagian Belanja
Potongan LRA SKPD R - Bagian Belanja
SKPD R Neraca Saldo Setelah Penyesuaian No. Kode Rek.
Uraian
59 5.1.01.01.01 Belanja Gaji Pokok 60 5.1.01.01.02 Belanja Tunjangan Keluarga 61 5.1.01.01.03 Belanja Tunjangan Jabatan 62 5.1.02.01.01 Belanja ATK 63 5.1.02.09.01 Belanja Sewa Eskavator 64 5.1.02.11.02 Belanja Makan Minum Rapat 65 5.2.02.04.01 Belanja Modal Kendaraan Dinas
i.
Anggaran
NS Stlh Penyesuaian Debit Kredit 180.000.000 17.000.000 18.000.000 2.500.000 36.000.000 500.000 250.000.000
BELANJA BELANJA OPERASI Belanja Pegawai Belanja Barang dan Jasa Jumlah Belanja Operasi BELANJA MODAL Belanja Tanah Belanja Peralatan dan Mesin Belanja Gedung dan Bangunan Belanja Jalan Irigasi dan Jaringan Belanja Aset Tetap lainnya Belanja Aset lainnya Jumlah Belanja Modal JUMLAH BELANJA
Realisasi
215.000.000 39.000.000 254.000.000 0 250.000.000 0 0 0 0 250.000.000 504.000.000
Menjurnal dan Memposting Ayat Jurnal Penutup Setelah membuat LRA, langkah selanjutnya adalah membuat Jurnal Penutup LRA untuk menutup akun-akun terkait anggaran (opsi bagi yang mencatat jurnal anggaran) dan realisasinya. Jurnal penutup ini berfungsi untuk membuat saldo dari akun-akun terkait anggaran (opsional) dan realisasinya menjadi nol pada akhir periode setelah dilakukan penutupan. Cara menutup akunakun tersebut adalah dengan mencatatnya pada posisi lawannya (kebalikan dari saldo normalnya). Akun Pendapatan-LRA yang pada saat realisasi dijurnal pada sisi kredit, maka ketika ditutup akan dicatat di sisi debit. Akun Belanja yang pada saat realisasi dijurnal pada sisi debit, maka ketika ditutup akan dicatat di sisi kredit. Begitu juga dengan akun Transfer, akun Penerimaan Pembiayaan,
akun
Pengeluaran
Pendapatan, akun Apropriasi
Pembiayaan,
akun
Estimasi
Belanja dan akun Estimasi
Perubahan SAL. Jumlah sisi debit harus sama dengan sisi kredit. Berikut akan disajikan contoh Jurnal Penutup LRA.
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
51
1) Jurnal penutup untuk menutup pendapatan-LRA dan Belanja ke Surplus/Defisit di SKPD/PPKD Debit Pendapatan Pajak-LRA Pendapatan Retribusi-LRA
Kredit
800.000.000 15.000.000
Belanja
504.000.000
Surplus/Defisit LRA
311.000.000 815.000.000
815.000.000
2) Jurnal penutup untuk menutup akun penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan ke pembiayaan neto di PPKD Debit Penerimaan Pembiayaan
Kredit
200.000.000
Pengeluaran Pembiayaan
150.000.000
Pembiayaan Neto
50.000.000 200.000.000
200.000.000
3) Jurnal penutup untuk menutup Surplus/Defisit LRA dan Pembiayaan Neto ke SiLPA Debit Surplus/Defisit LRA Pembiayaan Neto
Kredit
311.000.000 50.000.000
SiLPA
361.000.000 361.000.000
361.000.000
4) Jurnal penutup untuk menutup SiLPA ke Perubahan SAL yang merupakan bagian dari Ekuitas Debit SiLPA
Kredit
361.000.000 Perubahan SAL
361.000.000 361.000.000
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
361.000.000
52
5) Jurnal penutup untuk menutup Perubahan SAL ke Ekuitas Debit Ekuitas
Kredit
361.000.000
Perubahan SAL
361.000.000 361.000.000
361.000.000
6) Buku Besar akun sementara “ PERUBAHAN SAL” Debit Dari transaksi
Kredit
Saldo
504.000.000
361.000.000
800.000.000
pendapatan pajak Dari transaksi
15.000.000
pendapatan retribusi Dari transaksi belanja
(Dr) Jurnal penutupan
361.000.000
NOL
Setelah melakukan penutupan atas akun-akun terkait anggaran (opsional) dan realisasinya, maka akan diperoleh Neraca Saldo setelah penutupan LRA dimana seluruh akun nominal akan bersaldo NOL. Setelah jurnal penutup dilakukan posting ke buku besar masing-masing. Saldo Ekuitas akan mencerminkan total ekuitas yang dibentuk dari transaksi kas yang diakumulasikan pada saldo akhir SAL dan dari transaksi akrual yang diakumulasi dari Surplus/Defisit LO. Surplus/Defisit LRA dan Pembiayaan Neto ditutup ke SiLPA yang kemudian akan ditutup ke Ekuitas SAL. Sedangkan akun sementara “PERUBAHAN SAL” akan ditutup ke “EKUITAS”. Proses penyusunan LRA yang telah dijabarkan dapat dilihat dalam bagan berikut.
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
53
Gambar 1
NERACA SALDO
Menutup Akunakun terkait Anggaran dan Realisasinya L R A
JURNAL PENUTUP NERACA SALDO setelah PENUTUPAN LRA
j.
Penyusunan LO LO disusun dengan cara memasukkan nilai saldo kelompok akun Pendapatan-LO dan Beban ke dalam format LO. Total PendapatanLO
dikurangi
dengan
Surplus/Defisit-LO.
total
Beban
Surplus/Defisit-LO
akan ini
menghasilkan nantinya
akan
mempengaruhi nilai Ekuitas dalam Neraca. Sama
seperti
format
LRA,
format
LO
sebagaimana
yang
diilustrasikan dalam SAP berbasis akrual juga tidak dirinci berdasarkan kode rekening per rincian obyek sehingga perlu berhati-hati dalam mengelompokkan Pendapatan-LO dan Beban. Berikut akan disajikan contoh pengelompokkan Beban dari Neraca Saldo ke format LO. LO disajikan dengan menyandingkan nilai Pendapatan-LO dan Beban di tahun berjalan dengan tahun sebelumnya.
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
54
Potongan Neraca Saldo SKPD R - Bagian Beban
Potongan LO SKPD R - Bagian Beban
SKPD R Neraca Saldo Setelah Penutupan LRA Tahun n No. Kode Rek. 104 105 106 107 108 109
9.1.01.01.01 9.1.01.01.02 9.1.01.01.03 9.1.02.01.01 9.1.02.02.30 9.1.02.02.38
NS Stlh Penyesuaian Debit Kredit 180.000.000 17.000.000 18.000.000 2.350.000 9.000.000 500.000
Uraian Beban Gaji Pokok Beban Tunjangan Keluarga Beban Tunjangan Jabatan Beban ATK Beban Jasa Sewa Eskavator Beban Makan Minum Rapat
BEBAN Beban Pegawai Beban Persedian Beban Jasa Beban Pemeliharaan Beban Perjalanan Dinas JUMLAH BEBAN
Tahun n-1
215.000.000 2.350.000 9.500.000 0 0 226.850.000
Setelah membuat LO, langkah selanjutnya adalah membuat Jurnal
Penutup
LO
untuk
menutup
akun-akun
terkait
Pendapatan-LO dan Beban. Jurnal penutup ini berfungsi untuk membuat saldo dari akun-akun Pendapatan-LO dan Beban menjadi nol pada akhir periode setelah dilakukan jurnal penutup. Cara menutup akun-akun tersebut adalah dengan mencatatnya pada posisi lawannya (kebalikan dari saldo normalnya). Akun Pendapatan-LO yang pada saat transaksi dijurnal pada sisi kredit, maka ketika ditutup akan dicatat di sisi debit. Akun Beban yang pada saat transaksi dijurnal pada sisi debit, maka ketika ditutup akan dicatat di sisi kredit. Selisih dari Pendapatan-LO dan Beban akan dimasukkan ke akun Surplus/Defisit-LO. Jika
Pendapatan-LO
lebih
besar
daripada
Beban,
maka
Surplus/Defisit LO akan berada di sisi kredit. Namun, jika Beban lebih besar daripada Pendapatan-LO, maka Surplus/Defisit-LO akan berada di sisi debit. Jumlah sisi debit harus sama dengan sisi kredit. Berikut akan disajikan contoh Jurnal Penutup LO untuk SKPD.
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
55
Debit Pendapatan Pajak-LO
Kredit
1.200.000.000
Pendapatan Retribusi-LO
15.000.000
Beban
540.000.000
Surplus/Defisit-LO
675.000.000 1.215.000.000
1.215.000.000
Setelah melakukan penutupan atas akun-akun Pendapatan-LO dan Beban, maka seluruh akun nominal
akan bersaldo NOL
setelah jurnal penutup dilakukan posting ke buku besar masingmasing. Saldo Ekuitas akan mencerminkan total ekuitas yang dibentuk dari transaksi kas yang diakumulasikan pada saldo akhir SAL dan dari transaksi akrual yang diakumulasi dari Surplus/Defisit LO. Proses penyusunan LO yang telah dijabarkan dapat dilihat dalam bagan berikut.
Gambar 2 NERACA SALDO setelah PENUTUPAN LRA
Menutup Pendapatan LO dan Beban ke Surplus/Defisit LO L O
JURNAL PENUTUP NERACA SALDO setelah PENUTUPAN LO
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
56
k. Penyusunan Neraca Neraca disusun dengan cara memasukkan nilai saldo kelompok akun Aset, Kewajiban, dan Ekuitas ke dalam format Neraca. Total Aset harus sama dengan total Kewajiban ditambah dengan Ekuitas. Surplus/Defisit-LO akan menambah Ekuitas jika nilainya positif (surplus) dan akan mengurangi Ekuitas jika nilainya negatif (defisit). Saldo Ekuitas akan mencerminkan total ekuitas yang dibentuk dari transaksi kas yang diakumulasikan pada saldo akhir SAL dan dari transaksi akrual yang diakumulasi dari Surplus/Defisit LO. Sama seperti format LRA dan LO, format Neraca sebagaimana yang diilustrasikan dalam SAP berbasis akrual juga tidak dirinci berdasarkan kode rekening per rincian obyek sehingga perlu berhati-hati
dalam
mengelompokkan
Aset,
Kewajiban,
dan
Ekuitas. Berikut akan disajikan contoh pengelompokkan Aset Tetap dari Neraca Saldo ke format Neraca. Neraca disajikan dengan menyandingkan nilai Aset, Kewajiban, dan Ekuitas per akhir periode berjalan dengan periode sebelumnya.
Potongan Neraca Saldo SKPD R - Bagian Aset Tetap
Potongan Neraca SKPD R - Bagian Aset Tetap
SKPD R Neraca Saldo Setelah Penutupan LO Tahun n No. 18 19 20 21 22 23
Kode Rek. 1.3.1.11.04 1.3.1.11.05 1.3.2.04.01 1.3.2.04.02 1.3.2.16.02 1.3.2.16.02
Uraian Tanah Untuk Bangunan Tempat Kerja/Jasa Tanah Kosong Kendaraan Dinas Bermotor Perorangan Kendaraan Bermotor Penumpang Komputer Unit/Jaringan Personal Komputer
Debit 1.300.000.000 2.000.000.000 150.000.000 500.000.000 50.000.000 150.000.000
Kredit
ASET TETAP Tanah Peralatan dan Mesin Gedung dan Bangunan Jalan, Irigasi, dan Jaringan Aset Tetap Lainnya Konstruksi dalam Pengerjaan Akumulasi Penyusutan Jumlah Aset Tetap
Tahun n-1
3.300.000.000 850.000.000 2.350.000.000 0 0 0 (500.000.000) 6.000.000.000
Setelah membuat Neraca, langkah selanjutnya adalah membuat Jurnal Penutup Akhir untuk menutup Surplus/Defisit-LO. Jurnal Penutup
Akhir
ini
berfungsi
untuk
memasukkan
unsur
Surplus/Defisit-LO ke dalam Ekuitas.
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
57
Cara menutup akun-akun tersebut adalah dengan mencatatnya pada posisi lawannya. Akun Surplus/Defisit-LO jika saat Jurnal Penutup LO ada di sisi debit, maka ketika Penutup Akhir dicatat di sisi kredit. Sementara itu, jika akun Surplus/Defisit-LO saat Jurnal Penutup LO ada di sisi kredit, maka ketika Penutup Akhir dicatat di sisi debit. Untuk penyeimbang sisi debit dan kredit Jurnal Penutup Akhir adalah akun Ekuitas. Jumlah sisi debit harus sama dengan sisi kredit. Berikut akan disajikan contoh Jurnal Penutup Akhir untuk SKPD. Debit Surplus/Defisit-LO
Kredit
675.000.000
Ekuitas
675.000.000 675.000.000
675.000.000
Setelah melakukan penutupan atas Surplus/Defisit-LO, maka akan diperoleh Neraca Saldo Akhir dimana tidak terdapat lagi akun Surplus/Defisit-LO karena sudah masuk ke dalam nilai Ekuitas. Proses penyusunan Neraca yang telah dijabarkan dapat dilihat dalam bagan berikut. Gambar 3 NERACA SALDO setelah PENUTUPAN LO
Menutup Surplus/Defisit LO ke Ekuitas
NERACA
JURNAL PENUTUP NERACA AWAL TAHUN
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
58
Ini contoh posting ke Buku Besar Ekuitas setelah jurnal penutupan LO. Buku Besar Ekuitas Debit Dari jurnal penutupan LRA-
Kredit
Saldo
361.000.000
Perubahan SAL Dari jurnal penutupan LRA-
361.000.000
S/D dan Silpa Dari Jurnal penutup LO
675.000.000
675.000.000 (CR)
Dengan melihat buku besar Ekuitas ini dapat dijelaskan bahwa Ekuitas
Pememerintah
Daerah
sebesar
Rp675.000.000,00
dibentuk dari transaksi kas yang berasal dari saldo akhir SAL sebesar Rp361.000.000,00 dan dari transaksi akrual murni sebesar Rp341.000.000,00 sehingga total saldo Ekuitas adalah sebesar Rp675.000.000,00 l.
Penyusunan LPE LPE disusun dengan cara memasukkan nilai awal Ekuitas yang diperoleh dari Neraca Awal
Tahun
ke dalam format
LPE,
diakumulasi dengan Surplus/Defisit-LO tahun berjalan, Dampak Kumulatif Perubahan Kebijakan/Kesalahan Mendasar sehingga menghasilkan Ekuitas Akhir. Nilai Ekuitas Akhir yang ada di LPE harus sama dengan nilai Ekuitas yang ada di Neraca. LPE disajikan dengan menyandingkan nilai perubahan Ekuitas tahun berjalan dan tahun sebelumnya. m. Penyusunan Laporan Perubahan SAL Laporan Perubahan SAL disusun dengan cara memasukkan nilai SAL
awal
tahun
yang
merupakan
nilai
SAL
akhir
tahun
sebelumnya ke dalam format Laporan Perubahan SAL dikurangi dengan Penggunaan SAL sebagai Penerimaan Pembiayaan Tahun
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
59
Berjalan.
Hasilnya
SiLPA/SiKPA
tahun
kemudian berjalan
diakumulasikan yang
diperoleh
dari
dengan LRA,
diakumulasikan dengan Koreksi Kesalahan Pembukuan Tahun Sebelumnya serta lain-lain yang mempengaruhi nilai SAL sehingga akan diperoleh nilai SAL akhir. n. Penyusunan LAK LAK disusun dengan mengklasifikasikan arus kas masuk dan arus kas keluar ke dalam kategori aktivitas operasi, aktivitas investasi, aktivitas pendanaan, dan aktiviats transitoris. Informasi terkait arus kas masuk dan arus kas keluar dapat diperoleh dari LRA karena LRA disusun berdasarkan arus kas masuk dan keluar. Selain itu, informasi kas masuk dan keluar bisa juga diambil dari catatan BKU bendahara.
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
60
BAB III LAPORAN KEUANGAN A. Definisi Berdasarkan PSAP 1 Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010, laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas. 1. Tujuan umum Tujuan umum laporan keuangan adalah : a. menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, b. realisasi anggaran, c. saldo anggaran lebih, d. arus kas, e. hasil operasi, dan f.
perubahan ekuitas suatu entitas yang bermanfaat bagi para pengguna
dalam
membuat
dan
mengevaluasi
keputusan
mengenai alokasi sumber daya. Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas entitas atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. 2. Laporan keuangan terdiri dari: a. laporan pelaksanaan anggaran (budgetary reports) dan b. laporan finansial. 1) Laporan pelaksanaan anggaran terdiri dari : (a) Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dan (b) Laporan Perubahan SAL. 2) Sementara itu, laporan finansial terdiri dari : (a) Neraca, (b) Laporan Operasional (LO), (c) Laporan Arus Kas (LAK),
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
61
(d) Laporan Perubahan Ekuitas (LPE), dan (e) Catatan atas Laporan Keuangan. Perlu digaris bawahi bahwa untuk Laporan Perubahan SAL dan Laporan
Arus
Kas
(LAK)
hanya
disajikan
oleh
entitas
yang
mempunyai fungsi perbendaharaan umum, dalam hal ini Pemerintah daerah sebagai entitas pelaporan. Laporan keuangan disajikan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun. Dalam setiap laporan keuangan harus diidentifikasikan secara jelas, dan jika dianggap perlu, diulang pada setiap halaman laporan, informasi berikut: a. nama entitas atau sarana identifikasi lainnya; b. cakupan entitas; c. periode yang dicakup; d. mata uang pelaporan; dan e. satuan angka yang digunakan. B. LAPORAN REALISASI ANGGARAN Laporan Realisasi Anggaran (LRA) merupakan laporan pelaksanaan anggaran yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dengan realisasinya dalam satu periode pelaporan. Informasi yang terdapat dalam LRA berguna bagi para pengguna laporan dalam mengevaluasi keputusan
mengenai
alokasi
sumber-sumber
daya
ekonomi,
akuntabilitas dan ketaatan entitas terhadap anggaran. Dari LRA juga dapat dilihat tingkat penyerapan anggaran entitas yang dapat menjadi salah satu indikator produktivitas atau kinerja entitas. LRA disusun dan disajikan dengan menggunakan basis kas. Realisasi anggaran belanja dilaporkan sesuai dengan klasifikasi yang ditetapkan dalam dokumen anggaran.
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
62
Format dasar dari sebuah Laporan Realisasi Anggaran adalah sebagai berikut: Anggaran
Realisasi
xxx
xxx
(xxx)
(xxx)
(xxx)
(xxx)
Surplus/Defisit – LRA
xxx
xxx
Penerimaan Pembiayaan
xxx
xxx
xxx
xxx
(xxx)
(xxx)
xxx
xxx
Pendapatan – LRA Belanja Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan(Transfer)
Pengeluaran Pembiayaan Pembiayaan Neto SiLPA/SiKPA
C. LAPORAN OPERASIONAL Laporan Operasional menyajikan informasi keuangan terkait dengan kegiatan
operasional
entitas.
Pengguna
laporan
keuangan
dapat
menggunakan Laporan Operasional untuk memperoleh informasi: 1. mengenai besarnya beban yang harus ditanggung oleh entitas untuk menjalankan pelayanan; 2. mengenai operasi keuangan secara menyeluruh yang berguna dalam mengevaluasi kinerja entitas dalam hal efisiensi, efektivitas, dan kehematan perolehan dan penggunaan sumber daya ekonomi; 3. yang
berguna
dalam
memprediksi
pendapatan-LO
yang
akan
diterima untuk mendanai kegiatan entitas dalam periode mendatang dengan cara menyajikan laporan secara komparatif; dan 4. mengenai
penurunan
ekuitas
(bila
defisit
operasional),
dan
peningkatan ekuitas (bila surplus operasional).
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
63
Format dasar dari sebuah Laporan Operasional adalah sebagai berikut: Tahun n
Tahun n-1
Pendapatan
xxx
xxx
Beban
(xxx)
(xxx)
Surplus/defisit dari operasi
xxx
xxx
xxx
xxx
Surplus/defisit sebelum pos luar biasa
xxx
xxx
Pos Luar Biasa
xxx
xxx
Surplus/Defisit-LO
xxx
xxx
Kegiatan Operasional
Kegiatan Non-Operasional Surplus/defisit dari kegiatan non operasional
Berikut adalah format LO SKPD, LO PPKD, serta LO Pemerintah Provinsi, dan LO Pemerintah Kabupaten/Kota yang diberikan oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 tahun 2013 :
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
64
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA SKPD LAPORAN OPERASIONAL UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN31 DESEMBER 20X1 dan 20X0 (Dalam Rupiah) NO 1 2 3 4 5 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
20X1
20X0
KENAIKAN/ PENURUNAN
KEGIATAN OPERASIONAL PENDAPATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH Pendapatan Pajak Daerah Pendapatan Retribusi Daerah Lain-lain PAD yang Sah JUMLAH PENDAPATAN ASLI DAERAH (4 s.d 7)
xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx
xx xx xx xx
xxx xxx xxx xxx
BEBAN BEBAN OPERASI Beban Pegawai Beban Barang/ Jasa Beban Bunga Beban Subsidi Beban Hibah Beban Bantuan Sosial Beban Penysutan Beban Lain-lain JUMLAH BEBAN (12 s.d 19) SURPLUS/ DEFISIT - LO (8 – 20)
xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx
xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx
URAIAN
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
%
65
PEMERINTAH PROVINSI............ PPKD LAPORAN OPERASIONAL UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0 (Dalam Rupiah) NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
URAIAN KEGIATAN OPERASIONAL PENDAPATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH Pendapatan Pajak Daerah Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Lain-lain PAD yang Sah Jumlah Pendapatan Asli Daerah (4 s.d 6) PENDAPATAN TRANSFER TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-DANA PERIMBANGAN Dana Bagi Hasil Pajak Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Jumlah Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat-Dana Perimbangan (11 s.d 14) TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-LAINNYA Dana Otonomi Khusus Dana penyesuaian Jumlah Pendapatan Transfer Lainnya (18 s.d 19) JUMLAH PENDAPATAN TRANSFER (15+20) LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH Pendapatan Hibah Pendapatan Lainnya Jumlah Lain0lain Pendapatan yang Sah (23 s.d 24) JUMLAH PENDAPATAN (7+21+27) BEBAN BEBAN OPERASI Beban Subsidi Beban Hibah Beban Bantuan Sosial Beban Lain-lain Jumlah Beban Operasi (32 s.d 35) BEBAN TRANSFER Beban Transfer Bagi Hasil pajak Beban Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya Beban Transfer Bantuan Keuangan ke Desa Beban Transfer Keuangan Lainnya Jumlah Beban Transfer (39 s.d 42) JUMLAH BEBAN (36+43)
20X1
20X0
KENAIKAN/ PENURUNAN
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx xxx
xxx xxx
xx xx
xxx xxx
xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx
xx xx xx xx
xxx xxx xxx xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx xxx xxx
xxx xxx xxx
xx xx xx
xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx
xx xx xx xx
xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx
xx xx xx xx
xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx
xx xx xx xx
%
SURPLUS/ DEFISIT DARI OPERASI (28 – 44)
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
66
(Dalam Rupiah) NO 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74
20X1
20X0
KENAIKAN/ PENURUNAN
xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx
xx xx xx xx
xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx
xx xx xx xx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx xxx
xxx xxx
xxx xxx
xx xx
xxx xxx
xxx xxx
xxx xxx
xx xx
JUMLAH POS LUAR BIASA (66+70)
xxx
xxx
xxx
xx
SURPLUS/ DEFISIT- LO (61 + 72)
xxx
xxx
xxx
xx
URAIAN SURPLUS/ DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL SURPLUS NON OPERASIONAL Surplus Penjualan Aset Non lancer Surplus Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang Surplus dari Kegiatan Non Operasional Lainnya Jumlah Surplus Non Operasional (49 s.d 51) DEFISIT NON OPERASIONAL Defisit Penjualan Aset Nonlancar Defisit Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang Defisit dari Kegiatan Non Operasional Lainnya Jumlah Defisit Non Operasional (55 s.d 57) JUMLAH SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL (52 +58) SURPLUS/DEFISIT SEBELUM POS LUAR BIASA (46+60) POS LUAR BIASA PENDAPATAN LUAR BIASA Pendapatan Luar Biasa Jumlah Pendapatan Luar Biasa (65) BEBAN LUAR BIASA Beban Luar Biasa Jumlah beban Luar Biasa (69)
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
%
67
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA................ PPKD LAPORAN OPERASIONAL UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0 NO 1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52
URAIAN
(Dalam Rupiah) KENAIKAN/ % PENURUNAN
20X1
20X0
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx xxx
xxx xxx
xx xx
xxx xxx
xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx
xx xx xx xx
xxx xxx xxx xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx xxx xxx
xxx xxx xxx
xx xx xx
xxx xxx xxx
xxx xxx
xxx xxx
xx xx
xxx xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx xxx xxx
xxx xxx xxx
xx xx xx
xxx xxx xxx
JUMLAH PENDAPATAN (8+27+33)
xxx
xxx
xx
xxx
BEBAN BEBAN OPERASI Beban Subsidi Beban Hibah Beban Bantuan Sosial Beban Lain-lain Jumlah Beban Operasi (39 S.D 42)
xxx xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx xx
xx xx xx xx xxx
xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx xx xx xx
xx xx xx xx xxx xxx xxx
KEGIATAN OPERASIONAL PENDAPATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH Pendapatan Pajak Daerah Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Lain-lain PAD yang Sah Jumlah Pendapatan Asli Daerah (4 s.d 7) PENDAPATAN TRANSFER TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-DANA PERIMBANGAN Dana Bagi Hasil Pajak Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Jumlah Pendapatan Transfer Dana Perimbangan (12 s.d 15) TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-LAINNYA Dana Otonomi Khusus Dana Penyesuaian Jumlah Pendapatan Transfer Lainnya (19 s.d 20) TRANSFER PEMERINTAH PROVINSI Pendapatan Bagi Hasil Pajak Pendapatan Bagi Hasil Lainnya Jumlah Pendapatan Transfer Pemerintah Provinsi (24 s.d 25) PENDAPATAN TRANSFER (16+21+26) LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH Pendapatan Hibah Pendapatan Lainnya Jumlah Lain-lain Pendapatan yang Sah (30 s.d 32)
BEBAN TRANSFER Beban Transfer Bagi Hasil pajak Beban Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya Beban Transfer Bantuan Keuangan ke Desa Beban Transfer Keuangan Lainnya Jumlah Beban Transfer (46 S.D 49) JUMLAH BEBAN (43+50) SURPLUS/ DEFISIT DARI OPERASI (35 – 51)
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
68
(Dalam Rupiah) NO 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80
20X1
20X0
KENAIKAN/ PENURUNAN
xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx
xx xx xx xx
xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx
xx xx xx xx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx xxx
xxx xxx
xxx xxx
xx xx
xxx xxx
xxx xxx
xxx xxx
xx xx
JUMLAH POS LUAR BIASA (72 s.d 76)
xxx
xxx
xxx
xx
SURPLUS/ DEFISIT- LO (67 + 78)
xxx
xxx
xxx
xx
URAIAN SURPLUS/ DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL SURPLUS NON OPERASIONAL Surplus Penjualan Aset Non lancer Surplus Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang Surplus dari Kegiatan Non Operasional Lainnya Jumlah Surplus Non Operasional (55 s.d 57) DEFISIT NON OPERASIONAL Defisit Penjualan Aset Nonlancar Defisit Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang Defisit dari Kegiatan Non Operasional Lainnya Jumlah Defisit Non Operasional (61 s.d 63) JUMLAH SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL (58 +64) SURPLUS/DEFISIT SEBELUM POS LUAR BIASA (52+66) POS LUAR BIASA PENDAPATAN LUAR BIASA Pendapatan Luar Biasa Jumlah Pendapatan Luar Biasa (71) BEBAN LUAR BIASA Beban Luar Biasa Jumlah beban Luar Biasa (75)
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
%
69
PEMERINTAH PROVINSI LAPORAN OPERASIONAL UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0 (Dalam Rupiah) NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48
URAIAN KEGIATAN OPERASIONAL PENDAPATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH Pendapatan Pajak Daerah Pendapatan Retribusi Daerah Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Lain-lain PAD yang Sah Jumlah Pendapatan Asli Daerah (4 s.d 7) PENDAPATAN TRANSFER TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-DANA PERIMBANGAN Dana Bagi Hasil Pajak Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Jumlah Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat-Dana Perimbangan (12 s.d 15) TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-LAINNYA Dana Otonomi Khusus Dana penyesuaian Jumlah Pendapatan Transfer Lainnya (19 s.d 20) JUMLAH PENDAPATAN TRANSFER (16+21) LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH Pendapatan Hibah Pendapatan Lainnya Jumlah Lain0lain Pendapatan yang Sah (26 s.d 27) JUMLAH PENDAPATAN (8+22+28) BEBAN BEBAN OPERASI Beban Subsidi Beban Hibah Beban Bantuan Sosial Beban Lain-lain Jumlah Beban Operasi (34 s.d 37) BEBAN TRANSFER Beban Transfer Bagi Hasil pajak Beban Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya Beban Transfer Bantuan Keuangan ke Desa Beban Transfer Keuangan Lainnya Jumlah Beban Transfer (41 s.d 44) JUMLAH BEBAN (38+45) SURPLUS/ DEFISIT DARI OPERASI (30 – 46)
20X1
20X0
KENAIKAN/ PENURUNAN
xxx xxx
xxx xxx
xx xx
xxx xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx xxx
xxx xxx
xx xx
xxx xxx
xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx
xx xx xx xx
xxx xxx xxx xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx xxx xxx
xxx xxx xxx
xx xx xx
xxx xxx xxx
xxx xxx xxx
xxx xxx xxx
xx xx xx
xxx xxx xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx xx
xx xx xx xx xxx
xxx xxx xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx xx xx
xx xx xx xx xxx xxx
xxx
xxx
xx
xxx
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
%
70
(Dalam Rupiah) NO 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76
20X1
20X0
KENAIKAN/ PENURUNAN
xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx
xx xx xx xx
xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx
xx xx xx xx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx xxx
xxx xxx
xxx xxx
xx xx
xxx xxx
xxx xxx
xxx xxx
xx xx
JUMLAH POS LUAR BIASA (68+72)
xxx
xxx
xxx
xx
SURPLUS/ DEFISIT- LO (63 + 74)
xxx
xxx
xxx
xx
URAIAN SURPLUS/ DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL SURPLUS NON OPERASIONAL Surplus Penjualan Aset Non lancer Surplus Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang Surplus dari Kegiatan Non Operasional Lainnya Jumlah Surplus Non Operasional (51 s.d 53) DEFISIT NON OPERASIONAL Defisit Penjualan Aset Nonlancar Defisit Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang Defisit dari Kegiatan Non Operasional Lainnya Jumlah Defisit Non Operasional (57 s.d 59) JUMLAH SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL (54 +60) SURPLUS/DEFISIT SEBELUM POS LUAR BIASA (48+62) POS LUAR BIASA PENDAPATAN LUAR BIASA Pendapatan Luar Biasa Jumlah Pendapatan Luar Biasa (67) BEBAN LUAR BIASA Beban Luar Biasa Jumlah beban Luar Biasa (71)
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
%
71
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA LAPORAN OPERASIONAL UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0 (Dalam Rupiah) NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
Anggaran 20x1
Realisasi 20x1
(%)
Realisasi 20x0
xxx xxx
xxx xxx
xx xx
xxx xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx xxx
xxx xxx
xx xx
xxx xxx
xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx
xx xx xx xx
xxx xxx xxx xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx xxx
xxx xxx
xx xx
xxx xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx xxx
xxx xxx
xx xx
xxx xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx
xx xx xx xx
xxx xxx xxx xxx
JUMLAH PENDAPATAN (7+26+32)
xxx
xxx
xx
xxx
BEBAN BEBAN OPERASI Beban Pegawai Beban Barang/ Jasa Beban Bunga Beban Subsidi Beban Hibah Beban Bantuan Sosial Beban Penysutan Beban Lain-lain Jumlah Beban Operasi (38 s.d 45)
xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx
xx xx xx xx xx xx xx xx xx
xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx
URAIAN PENDAPATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH Pendapatan pajak Daerah Pendapatan Retribusi Daerah Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaaan Daerah yang dipisahkan Lain-lain PAD yang Sah Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3 s.d 6) PENDAPATAN TRANSFER TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-DANA PERIMBANGAN Dana Bagi Hasil Pajak Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Jumlah Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat-Dana Perimbangan (11 s.d 14) TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-LAINNYA Dana Otonomi Khusus Dana penyesuaian Jumlah Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat – Lainnya (18 s.d 19) TRANSFER PEMERINTAH PROVINSI Pendapatan Bagi Hasil Pajak Pendapatan Bagi Hasil Lainnya Jumlah Pendapatan Transfer Pemerintah Provinsi (23 s.d 24) JUMLAH PENDAPATAN TRANSFER (15+20+25) LAIN-LAIN PENDPATAN YANG SAH Pendapatan Hibah Pendapatan Dana Darurat Pendapatan Lainnya Jumlah Lain-lain Pendapatan yang Sah (29 s.d 31)
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
72
(Dalam Rupiah) NO 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83
Anggaran 20x1
Realisasi 20x1
(%)
Realisasi 20x0
xxx xxx xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx xx xx
xx xx xx xx xxx xxx
SURPLUS/ DEFISIT DARI OPERASI (34 – 52)
xxx
xxx
xx
xxx
SURPLUS/ DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL SURPLUS NON OPERASIONAL Surplus Penjualan Aset Non lancar Surplus Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang Surplus dari Kegiatan Non Operasional Lainnya Jumlah Surplus Non Operasional (58 s.d 60)
xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx
xx xx xx xx
xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx
xx xx xx xx
xxx xxx xxx xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx xxx
xxx xxx
xx xx
xxx xxx
xxx xxx
xxx xxx
xx xx
xxx xxx
JUMLAH POS LUAR BIASA (75+79)
xxx
xxx
xx
xxx
SURPLUS/ DEFISIT- LO (70 + 81)
xxx
xxx
xx
xxx
URAIAN BEBAN TRANSFER Beban Transfer Bagi Hasil pajak Beban Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya Beban Transfer Bantuan Keuangan ke Desa Beban Transfer Keuangan Lainnya Jumlah Beban Transfer (48 s.d 50) JUMLAH BEBAN (46+51)
DEFISIT NON OPERASIONAL Defisit Penjualan Aset Nonlancar Defisit Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang Defisit dari Kegiatan Non Operasional Lainnya Jumlah Defisit Non Operasional (64 s.d 66) JUMLAH SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL (61 +67) SURPLUS/DEFISIT SEBELUM POS LUAR BIASA (54+69) POS LUAR BIASA PENDAPATAN LUAR BIASA Pendapatan Luar Biasa Jumlah Pendapatan Luar Biasa (74) BEBAN LUAR BIASA Beban Luar Biasa Jumlah beban Luar Biasa (78)
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
73
D. NERACA Sebuah
neraca
menggambarkan
posisi
keuangan
suatu
entitas
pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu. Neraca dapat ditampilkan dalam format T-account atau I-coloum sebagai berikut: Format Neraca T-account: Aset
Jumlah Aset
xxx
xxx
Kewajiban
xxx
Ekuitas
xxx
Jumlah Kewajiban dan Ekuitas
xxx
Format Neraca I-coloum: Tahun n
Tahun n-1
Aset Lancar
xxx
xxx
Aset Non Lancar
xxx
xxx
Jumlah Aset
xxx
xxx
Kewajiban Jangka Pendek
xxx
xxx
Kewajiban Jangka Panjang
xxx
xxx
Jumlah Kewajiban
xxx
xxx
____
xxx
xxx
____
xxx
xxx
Jumlah Ekuitas
xxx
xxx
Jumlah Kewajiban dan EKuitas
xxx
xxx
ASET
KEWAJIBAN
EKUITAS
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
74
Berikut adalah format Neraca SKPD, Neraca PPKD, serta Neraca Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota yang diberikan oleh Permendagri No.64 tahun 2013 :
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN /KOTA SKPD NERACA PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 (Dalam Rupiah) No.
Uraian
1 ASET 2 3 ASET LANCAR 4 Kas di Bendahara Pengeluaran Kas di Bendahara Penerimaan 5 Piutang Pajak Daerah 6 7 Piutang Retribusi Daerah 8 Penyisihan Piutang 9 Belanja di Bayar di muka 10 Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran 11 Bagian Lancar Tuntutan Ganti Kerugian 12 Piutang Lainnya 13 Persediaan Jumlah Aset Lancar 14 15 ASET TETAP 16 Tanah 17 Peralatan dan Mesin 18 19 Gedung dan Bangunan Jalan, Irigasi dan Jaringan 20 21 Aset Tetap Lainnya 22 Konstruksi Dalam Pengerjaan 23 Akumulasi Penyusutan Jumlah Aset Tetap 24 25 26 ASET LAINNYA 27 Tagihan Penjualan Angsuran 28 Tuntutan Ganti Kerugian 29 Kemitraan Dengan Pihak Ketiga 30 Aset Tak Berwujud 31 Aset Lain-lain 32 Jumlah Aset Lainnya 33 34 JUMLAH ASET 35 36 KEWAJIBAN 37 38 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK 39 Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK) 40 Pendapatan Diterima Dimuka Utang Belanja 41 Utang Jangka Pendek Lainnya 42 43 Jumlah Kewajiban Jangka Pendek 44 JUMLAH KEWAJIBAN 45 46 EKUITAS 47 48 EKUITAS 49 Ekuitas 50 RK RKPPKD 51 JUMLAH EKUITAS 52 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS 53
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
20X1
20X0
xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx xxx xxx
xxx
xxx
xxx xxx xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx
xxx xxx xxx
xxx
xxx
75
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN /KOTA PPKD NERACA PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 (Dalam Rupiah) No.
Uraian
1 ASET 2 ASET LANCAR 3 Kas di Kas Daerah Investasi Jangka Pendek 4 Penyisihan Piutang 5 6 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Negara 7 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Daerah 8 Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Pusat 9 Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya 10 Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran 11 Bagian lancar Tuntutan Ganti Rugi 12 Piutang Lainnya 13 RK SKPD …… Jumlah Aset Lancar 14 15 INVESTASI JANGKA PANJANG 16 Investasi Nonpermanen 17 Pinjaman Jangka Panjang 18 Investasi dalam Surat Utang Negara 19 20 Investasi dalam Proyek Pembangunan Investasi Nonpermanen Lainnya 21 Jumlah Investasi Nonpermanen 22 23 Investasi Permanen 24 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah 25 Investasi Permanen Lainnya Jumlah Investasi Permanen 26 Jumlah Investasi Jangka Panjang 27 28 29 DANA CADANGAN 30 Dana Cadangan 31 Jumlah Dana Cadangan 32 33 ASET LAINNYA 34 Tagihan Jangka Panjang 35 Kemitraan dengan Pihak Ketiga 36 Aset Tidak Berwujud 37 Aset Lain-laim 38 Jumlah Aset Lainnya 39 JUMLAH ASET 40 41 42 KEWAJIBAN 43 44 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK 45 Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK) 46 Utang Bunga 47 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang Pendapatan Diterima Dimuka 48 49 Utang Jangka Pendek Lainnya 50 Jumlah Kewajiban Jangka Pendek 51 52 KEWAJIBAN JANGKA PANJANG Utang Dalam Negeri - Sektor Perbankan 53 Utang Dalam Negeri - Obligasi 54 Premium (Diskonto) Obligasi 55 Utang Jangka Panjang Lainnya 56 57 Jumlah Kewajiban Jangka Panjang 58 59 JUMLAH KEWAJIBAN 60 61 EKUITAS 62 63 EKUITAS 64 Ekuitas 65 Jumlah Ekuitas 66 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA 67
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
20X1
20X0
xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx
xxx xxx
xxx xxx
xxx xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx xxx
xxx
xxx
xxx xxx xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx xxx
xxx
xxx
xxx xxx
xxx xxx
xxx
xxx
76
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN /KOTA NERACA PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 (Dalam Rupiah) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80
Uraian
20X1
20X0
xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx
ASET TETAP Tanah Peralatan dan Mesin Gedung dan Bangunan Jalan, Irigasi dan Jaringan Aset Tetap Lainnya Konstruksi dalam Pengerjaan Akumulasi Penyusutan Jumlah Aset Tetap
xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx
DANA CADANGAN Dana Cadangan Jumlah Dana Cadangan
xxx xxx
xxx xxx
ASET LAINNYA Tagihan Penjualan Angsuran Tuntutan Ganti Rugi Kemitraan dengan Pihak Ketiga Aset Tak Berwujud Aset Lain-laim Jumlah Aset Lainnya
xxx xxx xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx xxx xxx
xxx
xxx
xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx xxx xxx
xxx xxx
xxx xxx
ASET ASET LANCAR Kas di Kas Daerah Kas di Bendahara Pengeluaran Kas di Bendahara Penerimaan Investasi Jangka Pendek Piutang Pajak Piutang Retribusi Penyisihan Piutang Belanja Dibayar Dimuka Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Negara Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Daerah Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Pusat Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran Bagian lancar Tuntutan Ganti Rugi Piutang Lainnya Persediaan Jumlah Aset Lancar INVESTASI JANGKA PANJANG Investasi Nonpermanen Pinjaman Jangka Panjang Investasi dalam Surat Utang Negara Investasi dalam Proyek Pembangunan Investasi Nonpermanen Lainnya Jumlah Investasi Nonpermanen Investasi Permanen Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Investasi Permanen Lainnya Jumlah Investasi Permanen Jumlah Investasi Jangka Panjang
JUMLAH ASET KEWAJIBAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK) Utang Bunga Bagian Lancar Utang Jangka Panjang Pendapatan Diterima Dimuka Utang Belanja Utang Jangka Pendek Lainnya Jumlah Kewajiban Jangka Pendek KEWAJIBAN JANGKA PANJANG Utang Dalam Negeri - Sektor Perbankan Utang Dalam Negeri - Obligasi Premium (Diskonto) Obligasi Utang Jangka Panjang Lainnya Jumlah Kewajiban Jangka Panjang JUMLAH KEWAJIBAN EKUITAS Ekuitas JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
77
E. LAPORAN PERUBAHAN SAL Laporan
Perubahan
penurunan
SAL
SAL
tahun
menyajikan pelaporan
informasi
dibandingkan
kenaikan dengan
atau tahun
sebelumnya. Berikut adalah format Laporan Perubahan SAL yang diberikan oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 : PEMERINTAH PROVINSI/KABUAPTEN/KOTA...... LAPORAN PERUBAHAN SALDO ANGGARAN LEBIH PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
URAIAN Saldo Anggaran Lebih Awal Penggunaan SAL sebagai Penerimaan Pembiayaan Tahun Berjalan Sub Total (1+2) Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA) Sub Total (3+5) Koreksi Kesalahan Pembukuan Tahun Sebelumnya Lain-lain Saldo Anggaran Lebih Akhir (6+8+9)
20X1 xxx
20X0 xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx xxx
xxx xxx
F. LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) menyajikan informasi kenaikan atau penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Berikut adalah format Laporan Perubahan Ekuitas yang diberikan oleh Permendagri Nomor 64 Tahun 2013:
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
78
PEMERINTAH PROVINSI/KABUAPTEN/KOTA...... SKPD LAPORAN PERUB AHAN EKUITAS UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0
NO 1 2 3 4 5 6 7
URAIAN Ekuitas Awal Surplus/Defisit-LO Dampak kumulatif Perubahan Kebijakan/Kesalahan Mendasar : Koreksi Nilai Persediaan Swelisish Revaluasi Aset Tetap Lain-lain Ekuitas Akhir
20X1 xxx xxx
20X0 xxx xxx
xxx xxx xxx
xxx xxx xxx
PEMERINTAH PROVINSI/KABUAPTEN/KOTA PPKD LAPORAN PERUB AHAN EKUITAS UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0
NO 1 2 3 4 5 6 7
URAIAN Ekuitas Awal Surplus/Defisit-LO Dampak kumulatif Perubahan Kebijakan/Kesalahan Mendasar : Koreksi Nilai Persediaan Swelisish Revaluasi Aset Tetap Lain-lain Ekuitas Akhir
20X1 xxx xxx
20X0 xxx xxx
xxx xxx xxx
xxx xxx xxx
PEMERINTAH PROVINSI/KABUAPTEN/KOTA LAPORAN PERUB AHAN EKUITAS UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0
NO 1 2 3 4 5 6 7
URAIAN Ekuitas Awal Surplus/Defisit-LO Dampak kumulatif Perubahan Kebijakan/Kesalahan Mendasar : Koreksi Nilai Persediaan Swelisish Revaluasi Aset Tetap Lain-lain Ekuitas Akhir
20X1 xxx xxx
20X0 xxx xxx
xxx xxx xxx
xxx xxx xxx
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
79
G. LAPORAN ARUS KAS Laporan Arus Kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris yang menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir kas Pemerintah Daerah selama periode tertentu. Format dasar dari sebuah Laporan Arus Kas adalah sebagai berikut: Tahun n
Tahun n-1
Arus kas masuk
xxx
xxx
Arus kas keluar
(xxx)
(xxx)
Arus kas masuk
xxx
xxx
Arus kas keluar
(xxx)
(xxx)
Arus kas masuk
xxx
xxx
Arus kas keluar
(xxx)
(xxx)
Arus kas masuk
xxx
xxx
Arus kas keluar
(xxx)
(xxx)
Kenaikan/Penurunan kas
xxx
xxx
Saldo Awal
xxx
xxx
Saldo Akhir Kas
xxx
xxx
Arus Kas dari Aktivitas Operasi
Arus Kas dari Aktivitas Investasi
Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan
Arus Kas dari Aktivitas Transitoris
1. Aktivitas operasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang ditujukan untuk kegiatan operasional entitas selama satu periode akuntansi. Arus kas bersih aktivitas operasi merupakan indikator yang menunjukkan kemampuan operasi entitas dalam menghasilkan
kas
yang
cukup
untuk
membiayai
aktivitas
operasionalnya di masa yang akan datang tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar.
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
80
a. Arus masuk kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari: 1) Penerimaan Perpajakan; 2) Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP); 3) Penerimaan Hibah; 4) Penerimaan Bagian Laba perusahaan negara/daerah dan Investasi Lainnya; 5) Penerimaan Lain-lain/penerimaan dari pendapatan Luar Biasa; dan 6) Penerimaan Transfer. b. Arus keluar kas untuk aktivitas operasi terutama digunakan untuk: 1) Pembayaran Pegawai; 2) Pembayaran Barang; 3) Pembayaran Bunga; 4) Pembayaran Subsidi; 5) Pembayaran Hibah; 6) Pembayaran Bantuan Sosial; 7) Pembayaran Lain-lain/Kejadian Luar Biasa; dan 8) Pembayaran Transfer. 2. Aktivitas investasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang ditujukan untuk perolehan dan pelepasan aset tetap serta investasi lainnya yang tidak termasuk dalam setara kas. Arus kas dari aktivitas investasi mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas bruto dalam rangka perolehan dan pelepasan sumber daya ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan dan mendukung pelayanan pemerintah kepada masyarakat di masa yang akan datang. a. Arus masuk kas dari aktivitas investasi terdiri dari: 1) Penjualan Aset Tetap; 2) Penjualan Aset Lainnya; 3) Pencairan Dana Cadangan;
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
81
4) Penerimaan dari Divestasi; dan 5) Penjualan Investasi dalam bentuk Sekuritas. b. Arus keluar kas dari aktivitas investasi terdiri dari: 1) Perolehan Aset Tetap; 2) Perolehan Aset Lainnya; 3) Pembentukan Dana Cadangan; 4) Penyertaan Modal Pemerintah; dan 5) Pembelian Investasi dalam bentuk Sekuritas. 3. Aktivitas Pendanaan adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang yang berhubungan dengan pemberian piutang jangka panjang
dan/atau
pelunasan
utang
jangka
panjang
yang
mengakibatkan perubahan dalam jumlah dan komposisi piutang jangka panjang dan utang jangka panjang. Arus kas dari aktivitas pendanaan mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas yang berhubungan dengan perolehan atau pemberian pinjaman jangka panjang. a. Arus masuk kas dari aktivitas pendanaan antara lain: 1) Penerimaan utang luar negeri; 2) Penerimaan dari utang obligasi; 3) Penerimaan kembali pinjaman kepada pemerintah daerah; dan 4) Penerimaan kembali pinjaman kepada perusahaan negara. b. Arus keluar kas dari aktivitas pendanaan antara lain: 1) Pembayaran pokok utang luar negeri; 2) Pembayaran pokok utang obligasi; 3) Pengeluaran kas untuk dipinjamkan kepada pemerintah daerah; dan 4) Pengeluaran kas untuk dipinjamkan kepada perusahaan negara.
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
82
4. Aktivitas transitoris adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang tidak termasuk dalam aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. Arus kas dari aktivitas transitoris mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas bruto yang tidak mempengaruhi pendapatan, beban, dan pendanaan pemerintah. Arus masuk kas dari aktivitas transitoris meliputi penerimaan PFK dan penerimaan transitoris seperti kiriman uang masuk dan penerimaan kembali uang persediaan dari bendahara pengeluaran. Arus keluar kas dari aktivitas transitoris meliputi pengeluaran PFK dan pengeluaran transitoris seperti kiriman uang keluar dan pemberian uang persediaan kepada bendahara pengeluaran. PFK menggambarkan kas yang berasal dari jumlah dana yang dipotong dari Surat Perintah Membayar atau diterima secara tunai untuk pihak ketiga misalnya potongan Taspen dan Askes. Kiriman uang menggambarkan
mutasi
kas
antar
rekening
kas
umum
negara/daerah. Berikut adalah format Laporan Laporan Arus Kas yang diberikan oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 tahun 2013:
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
83
PEMERINTAH PROVINSI
LAPORAN ARUS KAS Untuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0 Metode Langsung Uraian No. 1 Arus Kas dari Aktivitas Operasi 2 Arus Masuk Kas 3 Penerimaan Pajak Daerah 4 Penerimaan Retribusi Daerah 5 Penerimaan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 6 Penerimaan Lain-lain PAD yang sah 7 Penerimaan Dana Bagi Hasil Pajak 8 Penerimaan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam 9 Penerimaan Dana Alokasi Umum 10 Penerimaan Dana Alokasi Khusus 11 Penerimaan Dana Otonomi Khusus 12 Penerimaan Dana Penyesuaian 13 Penerimaan Hibah 14 Penerimaan Dana Darurat 15 Penerimaan Lainnya 16 Penerimaan dari Pendapatan Luar Biasa 17 Jumlah Arus Masuk Kas 18 Arus Keluar Kas 19 Pembayaran Pegawai 20 Pembayaran Barang 21 Pembayaran Bunga 22 Pembayaran Subsidi 23 Pembayaran Hibah 24 Pembayaran Bantuan Sosial 25 Pembayaran Tak Terduga 26 Pembayaran Bagi Hasil Pajak ke Kabupaten/ Kota 27 Pembayaran Bagi Hasil Retribusi ke Kabupaten/ Kota 28 Pembayaran Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke Kabupaten Kota 29 Pembayaran Kejadian Luar Biasa 30 Jumlah Arus Keluar Kas 31 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi 32 Arus Kas dari Aktivitas Investasi 33 Arus Masuk Kas 34 Pencairan Dana Cadangan 35 Penjualan atas Tanah 36 Penjualan atas Peralatan dan Mesin 37 Penjualan atas Gedung dan Bangunan 38 Penjualan atas Jalan, Irigasi dan Jaringan 39 Penjualan Aset Tetap 40 Penjualan Aset Lainnya 41 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 42 Penerimaan Penjualan Investasi Non Permanen 43 Jumlah Arus Masuk Kas 44 Arus Keluar Kas 45 Pembentukan Dana Cadangan 46 Perolehan Tanah 47 Perolehan Peralatan dan Mesin 48 Perolehan Gedung dan Bangunan 49 Perolehan Jalan, Irigasi dan Jaringan 50 Perolehan Aset Tetap Lainnya 51 Perolehan Aset Lainnya 52 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah 53 Pengeluaran Pembelian Investasi Non Permanen 54 Jumlah Arus Keluar Kas 55 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi 56 Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan 57 Arus Masuk Kas 58 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat 59 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya 60 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank 61 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank 62 Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi 63 Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya 64 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara Modul 1Penerimaan – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 65 Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah 66 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya
(Dalam Rupiah) 20X1 20X0
XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX
XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX
XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX
XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX
XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX
XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX
XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX
XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX
XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX
XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX 84 XXX XXX
46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92
Perolehan Tanah Perolehan Peralatan dan Mesin Perolehan Gedung dan Bangunan Perolehan Jalan, Irigasi dan Jaringan Perolehan Aset Tetap Lainnya Perolehan Aset Lainnya Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Pengeluaran Pembelian Investasi Non Permanen Jumlah Arus Keluar Kas Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan Arus Masuk Kas Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya Jumlah Arus Masuk Kas Arus Keluar Kas Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah Pemberian Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya Jumlah Arus Keluar Kas Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pendanaan Arus Kas dari Aktivitas Transitoris Arus Masuk Kas Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga Jumlah Arus Masuk Kas Arus Keluar Kas Pengeluaran Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) Jumlah Arus Keluar Kas Arus Kas Bersih dari Aktivitas transitoris Kenaikan/Penurunan Kas Saldo Awal Kas di BUD & Kas di Bendahara Pengeluaran Saldo Akhir Kas di BUD & Kas di Bendahara Pengeluaran Saldo Akhir Kas di Bendahara Penerimaan Saldo Akhir Kas
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX
XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX
XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX
XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX
XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX
XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX
XXX XXX
XXX XXX
XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX
XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX
85
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
LAPORAN ARUS KAS Untuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0 Metode Langsung Uraian No. 1 Arus Kas dari Aktivitas Operasi 2 Arus Masuk Kas 3 Penerimaan Pajak Daerah 4 Penerimaan Retribusi Daerah 5 Penerimaan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 6 Penerimaan Lain-lain PAD yang sah 7 Penerimaan Dana Bagi Hasil Pajak 8 Penerimaan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam 9 Penerimaan Dana Alokasi Umum 10 Penerimaan Dana Alokasi Khusus 11 Penerimaan Dana Otonomi Khusus 12 Penerimaan Dana Penyesuaian 13 Penerimaan Pendapatan Bagi Hasil Pajak 14 Penerimaan Bagi Hasil Lainnya 15 Penerimaan Hibah 16 Penerimaan Dana Darurat 17 Penerimaan Lainnya 18 Penerimaan dari Pendapatan Luar Biasa 19 Jumlah Arus Masuk Kas 20 Arus Keluar Kas 21 Pembayaran Pegawai 22 Pembayaran Barang 23 Pembayaran Bunga 24 Pembayaran Subsidi 25 Pembayaran Hibah 26 Pembayaran Bantuan Sosial 27 Pembayaran Tak Terduga 28 Pembayaran Bagi Hasil Pajak 29 Pembayaran Bagi Hasil Retribusi 30 Pembayaran Bagi Hasil Pendapatan Lainnya 31 Pembayaran Kejadian Luar Biasa 32 Jumlah Arus Keluar Kas 33 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi 34 Arus Kas dari Aktivitas Investasi 35 Arus Masuk Kas 36 Pencairan Dana Cadangan 37 Penjualan atas Tanah 38 Penjualan atas Peralatan dan Mesin 39 Penjualan atas Gedung dan Bangunan 40 Penjualan atas Jalan, Irigasi dan Jaringan 41 Penjualan Aset Tetap 42 Penjualan Aset Lainnya 43 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 44 Penerimaan Penjualan Investasi Non Permanen 45 Jumlah Arus Masuk Kas 46 Arus Keluar Kas 47 Pembentukan Dana Cadangan 48 Perolehan Tanah 49 Perolehan Peralatan dan Mesin 50 Perolehan Gedung dan Bangunan 51 Perolehan Jalan, Irigasi dan Jaringan 52 Perolehan Aset Tetap Lainnya 53 Perolehan Aset Lainnya 54 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah 55 Pengeluaran Pembelian Investasi Non Permanen 56 Jumlah Arus Keluar Kas 57 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi 58 Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan 59 Arus Masuk Kas 60 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat 61 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya 62 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank 63 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank 64 Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi 65 Pinjaman Dalamdan NegeriSiklus - LainnyaAkuntansi di Pemerintah Modul 1 – Konsep 66 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara
(Dalam Rupiah) 20X1 20X0
Daerah
XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX
XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX
XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX
XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX
XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX
XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX
XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX
XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX
XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX
XXX XXX XXX XXX XXX XXX 86 XXX
49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94
Perolehan Peralatan dan Mesin Perolehan Gedung dan Bangunan Perolehan Jalan, Irigasi dan Jaringan Perolehan Aset Tetap Lainnya Perolehan Aset Lainnya Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Pengeluaran Pembelian Investasi Non Permanen Jumlah Arus Keluar Kas Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan Arus Masuk Kas Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya Jumlah Arus Masuk Kas Arus Keluar Kas Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah Pemberian Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya Jumlah Arus Keluar Kas Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pendanaan Arus Kas dari Aktivitas Transitoris Arus Masuk Kas Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga Jumlah Arus Masuk Kas Arus Keluar Kas Pengeluaran Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) Jumlah Arus Keluar Kas Arus Kas Bersih dari Aktivitas transitoris Kenaikan/Penurunan Kas Saldo Awal Kas di BUD & Kas di Bendahara Pengeluaran Saldo Akhir Kas di BUD & Kas di Bendahara Pengeluaran Saldo Akhir Kas di Bendahara Penerimaan Saldo Akhir Kas
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX
XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX
XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX
XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX
XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX
XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX
XXX XXX
XXX XXX
XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX
XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX
87
H. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN (CaLK) Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian dari angka yang tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan SAL, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca, dan Laporan Arus Kas. Catatan atas Laporan Keuangan setidaknya mengungkapkan hal-hal sebagai berikut: 1. Informasi Umum tentang Entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi; 2. Informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomi makro; 3. Ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun pelaporan berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target; 4. Informasi tentang dasar penyajian laporan keuangan dan kebijakankebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksitransaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya; 5. Rincian dan penjelasan masing-masing pos yang disajikan pada lembar muka laporan keuangan; 6. Informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka
laporan
keuangan; dan 7. Informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
88