BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Kepulauan Mentawai terdiri dari empat pulau besar dan berpenghuni yaitu Siberut, Sipora, Pagai Utara, dan Pagai Selatan. Setelah Indonesia merdeka dan sistem pemerintahan nasional berlaku, wilayah kepulauan Mentawai ini masuk dalam Kabupaten Padang Pariaman yang dibagi dalam 4 kecamatan yaitu Kecamatan Siberut Utara, Kecamatan Siberut Selatan, Kecamatan Sipora, dan Kecamatan Pagai Utara Selatan. Pada awal pembentukannya, wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai hanya terdiri dari keempat kecamatan tersebut. Saat ini sudah dimekarkan menjadi 11 kecamatan. Kabupaten Kepulauan Mentawai yang merupakan gugusan kepulauan dengan panjang garis pantai 1.402,66 km menjadikan Kabupaten Kepulauan Mentawai daerah yang sangat potensial untuk mengembangkan industri di sektor perikanan. Masalah yang serius dihadapi oleh sektor perikanan adalah terjadinya penurunan produksi perikanan, penurunan pendapatan dan dampak sosial lainnya. Fauzi (2010: 13) hal ini akan menjadikan perhatian khusus penulis untuk mencari dampak atau faktor yang mempengaruhi nilai produksi nelayan tangkap di Kabupaten Kepulauan Mentawai. Fauzi
(2010: 27) tujuan pembangunan perikanan adalah memelihara
ekosistem yang sehat dan memperbaiki kualitas hasil tangkapan. Pembangunan perikanan bersifat multidimensi dan interaksi diantara berbagai komponen-
1
mengkaji ekonomi perikanan tidak bisa didekati dengan pendekatan ekonomi konvensial semata karena memerlukan pemahaman aspek sumber daya (biologi) dan aspek masyarakat (pelaku) yang terlibat didalamnya. 1.1.1 Produksi Perikanan Komoditi Kabupaten Kepulauan Mentawai dari sektor perikanan yang dihasilkan dari tahun 2008-2012 mengalami peningkatan. Pada produksi perikanan di Kabupaten Kepulauan Mentawai tahun 2012 total produksi perikanan laut sebesar 4.148 ton. Nilai produksi ini meningkat tajam dibandingkan pada tahun 2011 yang mana total produksi hanya 2.267 ton. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut ini: Tabel 1.1 Produksi Sektor Perikanan Laut Kabupaten Kepulauan Mentawai Tahun 1 1 2 3 4 5
2008 2009 2010 2011 2012 Sumber: BPS Mentawai diolah
Produksi per ton 2 224,00 2,471,00 328,51 2.265,75 4.148
Persentase 3 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Berdasarkan tabel di atas, hasil produksi sektor perikanan mengalami pasang surut setiap tahunnya. Pada tahun 2009, peningkatan hasil perikanan meningkat tajam dibanding tahun 2008. Peningkatan tersebut hampir 11 kali lipat dalam setahun, akan tetapi kondisi berbanding terbalik terjadi dari tahun 2009 menuju 2010. Pada tahun 2010, hasil produksi perikanan justru merosot pada jumlah 328,51 ton.
2
1.1.2 Produksi Ikan Laut Menurut Jenisnya Dilihat dari jenisnya, produksi ikan laut terbesar berasal dari jenis Kerapu, yaitu sebanyak 946 ton (25,25) persen. Dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.2 Produksi Ikan Laut Menurut Jenisnya 1 2 3 4 5 6
Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Sumber: BPS Mentawai (diolah)
Produksi per ton 260,87 225,00 2.472,00 621,31 1.602,97 3.746,20
Berdasarkan tabel di atas, produksi ikan laut menurut jenisnya mengalami pasang surut setiap tahunnya. Pada tahun 2007 produksi perikanan meningkat dari pada tahun 2008, namum setelah terjadi penurunan hasil produksi perikanan mengalami peningkatan yang drastis terjadi pada tahun 2009, yaitu 2,472,00 kemudian mengalami penyusutan yang drastis yang terjadi pada tahun 2010 yaitu hanya memperoleh 621,31 ton. 1.1.3 Jumlah Nelayan Jumlah nelayan perikanan laut di Kabupaten Kepulauan Mentawai dapat dilihat dari tabel sebagai berikut: Tabel 1.3 Jumlah Nelayan Perikanan Laut Kabupaten Kepulauan Mentawai Tahun 1 1 2008 2 2009 3 2010 4 2011 5 2012 Sumber: BPS Mentawai (diolah)
Nelayan Penuh waktu 2 1.965 1.920 1.169 34 1.049
Nelayan Sambilan 3 540 540 767 1.994 1.157
Jumlah 4 1.650 2.460 1.936 2.028 2.206
3
Tabel 1.3 menjelaskan bahwa peningkatan jumlah nelayan mengalami pasang surut, nelayan penuh waktu terjadi penurunan yaitu pada tahun 2008 menuju 2009, 2010 menuju 2011 pada tahun 2011 ini terjadi penurunan nelayan tangkap yang sangat drastis. Dari 2011 menuju 2012 mengalami peningkatan yang sangat tajam yaitu sebanyak 1.049 dari 34 nelayan. Berbeda pada nelayan sambilan pada tahun 2008 menuju 2009 jumlah nelayan tetap yaitu sebanyak 540 nelayan, pada tahun 2010 mengalami peningkatan yaitu sebanyak 767 dan pada tahun 2010 mengalami peningkatan yang tajam 1.994 nelayan namun pada tahun 2012 terjadi penurunan yaitu 1.157. 1.1.4 Alat Tangkap Ikan Alat penangkap ikan laut di Kabupaten Kepulauan Mentawai dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.4 Alat Penangkap Ikan Laut Tahun
1 2 3 4 5
Pukat Payang Tepi 1 2 3 2008 18 0 2009 11 2010 10 0 2011 0 0 2012 Sumber: BPS Mentawai (diolah)
Jaring Insang 4 293 420 167 0 580
Bagan 5 0 0 0 -
Pancing Tondo 6 25 0 0 15
Lainlain 7 0 1.916 1.573 0 -
Pada tabel di atas menunjukan bahwa alat tangkap ikan laut di Kabupaten Kepulauan Mentawai masih sangat terbatas. Pada tahun 2008-2010 nelayan masih menggunakan pukat tepi, namun pada tahun 2011-2012 pukat tepi kosong. Payang dari tahun 2008-2012 kosong, jaring insang selain pada tahun 2011 nelayan tangkap laut tetap dipakai, penggunaan jaring insang meningkat tajam pada tahun 2012 yaitu sebanyak 580 set. Bagan dari tahun 2008-2012 kosong, pancing tondo
4
hanya ada pada tahun 2008 yaitu sebanyak 25 pancing tondo dan tahun 2012 sebanyak 15 pancing tondo. 1.1.5 Sarana Penangkap Ikan Sarana penangkapan ikan laut yang digunakan di Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah 2.086 perahu tanpa motor (terdiri dari 1.073 perahu kecil, dan 1.013 perahu sedang), sebanyak 798 motor tempel dan terakhir 7 buah kapal motor. Untuk lebih rinci dapat dilihat dari tabel berikut ini: Tabel 1.5 Sarana Penangkap Ikan Laut di Kabupaten Kepulauan Mentawai
1 2 3 4 5
Tahun
RTP
1
2
Perahu Tanpa Motor Kecil
2008 1.376 2009 1.038 2010 1.434 2011 1.994 2012 1.079 Sumber: BPS Mentawai (diolah)
Sedang
Jumlah
541 1.133 484 289 840
1.917 2171 1918 2283 1.919
Motor Tempel /Motor Boad 343 492 273 358 784
Kapal Motor 26 16 56 44 7
Tabel di atas menunjukkan bahwa, sarana penangkap ikan laut di Kabupaten Kepulauan Mentawai masih terbatas. Perahu tanpa motor, digunakan bukan hanya menangkap ikan tetapi dipakai untuk pergi ke ladang ke hulu maupun pulau-pulau kecil. Perahu tanpa motor digerakkan oleh pendayung dan layar. Perahu tanpa motor kecil bermuatan 100 kg atau untuk 1 orang dan Perahu tanpa motor sedang bermuatan 300 kg atau untuk 3 orang. Perahu kecil dan sedang digunakan oleh nelayan sambilan untuk menangkap ikan dalam jumlah kecil. Perahu tanpa motor kecil minimum 1.038 pada tahun 2009 maksimum 1.994 pada tahun 2011, perahu tanpa motor sedang turun dari jumlah 1.133 pada tahun 2009 menjadi 289 pada tahun 2011
5
Motor tempel/motor boad minimum pada tahun 2010 yaitu sebanyak 273 maksimum pada tahun 2012 yaitu sebanyak 784. Kapal motor tertinggi berada pada tahun 2010 sebanyak 56 unit jumlah sedikit berada pada tahun 2012 yaitu sebanyak 7 unit. Pada tahun yang sama yaitu 2012 motor tempel/motor boad jumlahnya meningkat, kapal motor mengalami penurunan. Dari hasil identifikasi subsektor perikanan dapat dilihat dari tabel yang menunjukan bahwa subsektor perikanan memberikan distribusi yang baik terhadap pembangunan ekonomi masyarakat Kabupaten Kepulauan Mentawai. Tabel PDRB Sektor Pertanian Kabupaten Kepulauan Mentawai Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga konstan Menurut Lapangan Usaha 2008-2012 (Jutaan Rupiah) sebagai berikut: Tabel 1.6 PDRB Atas Dasar Harga Konstan Sektor Pertanian Kabubaten Kepulauan Mentawai 2008-2012 Lapangan usaha 2008 Tanaman bahan 263.744,1 makanan Tanaman 38.991,99 perkebunan 1 Peternakan dan hasil11.148,97 hasilnya Kehutanan 115.569,8 Perikanan 61.917,71 Pertanian 263.744,1 Sumber: BPS Mentawai (diolah)
2009
2010
2011*
2012**
274.694,39
287.603,69
301.590,45
315.622,47
41.069,88
42.748,13
44.586,30
46.471,48
11.810,67
12.545,07
13.277,70
14.049,21
115.482,23 67.069,48 274.694,39
118.854,30 70.765,85 287.603,69
121.825,65 75.457,97 301.590,45
125.664,15 80.483,38 315.622,47
Pada Tabel 1.6 menunjukkan bahwa sektor pertanian dari tahun 20082012 mengalami peningkatan. Khusus pada sub-sektor perikanan juga mengalami peningkatan secara bertahap tahun 2008 sebanyak 61.917,7 juta rupiah, pada tahun 2012 meningkat menjadi 80.483,38 juta rupiah.
6
Tabel 1.7 Distribusi Persentase PDRB Sektor Pertanian Kabupaten Kepulauan Mentawai/Atas Dasar Harga konstan Menurut Lapangan Usaha, 2008-2012 Sub-lapangan usaha
2008
2009
2010
2011
2012
8,01
8,06
8,00
7,95
7,88
7,42
7,71
7,99
8,29
8,30
2,29
2,32
2,35
2,37
2,38
23,75
22,67
22,25
21,73
21,30
5 Perikanan 12,72 Pertanian 54,19 Sumber: BPS Mentawai diolah
13,17 53,93
13,25 53,83,
13,46 53,80
13,64 53,50
1 2 3 4
Tanaman bahan makanan Tanaman perkebunan Peternakan dan hasil-hasilnya Kehutanan
Sub-sektor perikanan merupakan sector potensial yang dapat memberikan distribusi terhadap PDRB di Kabupaten Kepulauan Mentawai. Tahun 2008-2012 sub-sektor perikanan mengalami peningkatan. Pada tahun 2008 lapagan usaha kehutanan memiliki nilai distribusi yang tinggi, tapi pada tahun berikutnya 20092012 distribusinya menurun, begitu juga dengan tanaman bahan makanan, tahun 2008 sebanyak 8,01 persen dan pada tahun 2012 menurun tajam menjadi 7,88 persen. Penulis menganggap bahwa sub-sektor perikanan adalah hal yang menarik untuk diteliti. Maka peneliti mencari berapa rata-rata nilai produksi nelayan tangkap di Kabupaten Kepulauan Mentawai, peneliti juga akan menganisis faktorfaktor apa saja
yang mempengaruhi nilai produksi nelayan tangkap laut di
Kabupaten Kepulauan Mentawai, melalui alat, metoda yang cocok dalam penelitian ini.
7
1.2 Keaslian Penelitian Tabel 1.8 Keaslian Penelitian No
Peneliti Gusasi 2010.
Desain Penelitian Primer dan sekunder
Jamal, 2014.
Primer dan sekunder
Mukhtar, 2008.
Primer dan sekunder
Produktivitas kapal dan variabel lainnya.
Sujarno, 2008.
Primer dan sekunder
Modal kerja, tenaga kerja, pengalaman dan jarak tempuh melaut.
1
2
Variabel
Hasil Penelitian
Manfaat ekonomi pengadaan 3 kapal ikan efektif dan layak, dimana B/C diatas 1 dan estimasi dari NPV pada tahun ke-4 (2011) positif. Modal, umur, curahan jam kerja, pengalaman kerja, harga dan hasil tangkapan.
Proyek pengadaan kapal ikan memperkuat ekonomi rakyat, sehingga dapat meningkatkan pendapatan anggota penerima bantuan kapal ikan di Kabupaten Boalemo.
3
4
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel modal, umur, curahan jam kerja, pengalaman kerja, harga dan hasil tangkapan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan nelayan Desa Klampis. Secara bersama-sama variabel bebas (X) berpengaruh nyata terhadap peningkatan produktivitas kapal purse seine (Y). Secara sendirisendiri (parsial) variabel kekuatan mesin (X1), pemakaian BBM (X2) dan jumlah ABK (X4) berpengaruh nyata, sedangkan variabel ukuran alat tangkap (X3) tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan produktivitas kapal purse seine (Y) Dari 4 faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan ternyata modal kerja memberikan kontribusi yang lebih besar dibandingkan dengan faktor tenaga kerja, pengalaman dan jarak tempuh melaut.
8
1.3 Perumusan Masalah Hasil produksi sektor perikanan mengalami pasang surut setiap tahunnya. Pada tahun 2009, peningkatan hasil perikanan meningkat tajam dibanding tahun 2008. Peningkatan tersebut hampir 11 kali lipat dalam setahun, akan tetapi kondisi berbanding terbalik terjadi dari tahun 2009 menuju 2010. Pada tahun 2010, hasil produksi perikanan justru merosot pada jumlah 328,51 ton. Untuk itu perlu dilakukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai produksi nelayan tangkap laut di Kabupaten Kepulauan Mentawai. 1.4 Pertanyaan Penelitian Pertanyaan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah: 1.
Berapakah rata-rata nilai produksi nelayan tangkap laut di Kabupaten Kepulauan Mentawai?
2.
Apakah biaya melaut, jumlah jaring, jumlah pancing, dan PK mesin, berat perahu, mempengaruhi hasil tangkapan nelayan tangkap laut di Kabupaten Kepulauan Mentawai?
3.
Apakah waktu melaut dan jarak melaut mempengaruhi hasil tangkapan nelayan tangkap laut di Kabupaten Kepulauan Mentawai?
1.5 Tujuan penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan penelitian adalah: 1. untuk mengetahui rata-rata nilai produksi nelayan tangkap laut di Kabupaten Kepulauan Mentawai dalam rangka pembangunan ekonomi;
9
2. mengetahui apakah biaya melaut, jumlah jaring, jumlah pancing, dan PK mesin, berat perahu mempengaruhi nilai produksi nelayan tangkap laut di Kabupaten Kepulauan Mentawai; 3. mengetahui apakah waktu dan jarak melaut mempengaruhi nilai produksi nelayan tangkap laut di Kabupaten Kepulauan Mentawai; 1.6 Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta dapat mengaplikasikan dan mensosialisasikan teori dan pengetahuan yang telah diperoleh selama perkuliahan dan penelitian. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi wahana pengetahuan mengenai ekonomi pembangunan daerah khusunya pada nilai produksi nelayan tangkap laut di kabupaten Kepulauan Mentawai bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti tentang ekonomi pembangunan. 3. Bagi Lembaga Pemerintah Memberikan masukan pada Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai terutama Dinas Perikanan dan Kelautan dalam merencanakan dan membuat kebijakan pembangunan perikanan tepat pada sasarannya. 4. Bagi Masyarakat Diharapkan menghasilkan dan memberikan informasi yang dapat dijadikan bahan pertimbangan pada masyarakat nelayan tangkap laut dalam melakukan kegiatan produktivitasnya pada subsektor perikanan di Kabupaten Kepulauan
10
Mentawai dan untuk mengetahui kemungkinan peningkatan nilai produksi agar nelayan dapat mempertahankan nilai produksinya sebagai penopang kehidupan perekonomian nelayan tangkap laut di Kabupaten Kepulauan Mentawai. 1.7 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan ini mencakup: Bab I, Pendahuluan menjelaskan tentang Latar Belakang, Keaslian Penelitian, Tujuan dan Manfaat Penelitian serta Sistematika Penulisan. Bab II, Landasan Teori menjelaskan tentang Teori, Kajian Terhadap Penelitian Terdahulu. Bab III Metoda Penelitian, menguraikan tentang Desain Penelitian, Metoda Pengumpulan Data, Metoda Penyampelan, Definisi Operasional, Instrumen Penelitian dan Metoda Analisis Data. Bab IV Analisis memaparkan tentang Deskripsi Data, Uji Akurasi Instrumen, dan Pembahasan. Bab V Simpulan dan Saran meliputi uraian tentang Simpulan, Implikasi, Keterbatasan dan Saran.
11