BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pemerintah
Kabupaten Kepulauan Mentawai
telah menetapkan visi
Terwujudnya Masyarakat Kepulauan Mentawai yang maju, sejahtera dan berkualitas. Dalam rangka mewujudkan
pembangunan
jangka
menengah
Kabupaten Kepulauan Mentawai ditetapkan lima misi yang akan dilaksanakan, yaitu: mewujudkan kehidupan yang harmonis dan berbasiskan sosial budaya, mewujudkan tata pemerintahan yang baik, bersih serta professional, mewujudkan SDM yang cerdas, sehat dan berkualitas, mewujudkan
ekonomi masyarakat
yang tangguh, produktif, berdaya saing, bercirikan wilayah kepulauan yang berbasis kerakyatan, mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan, serta berwawasan lingkungan. Strategi yang diperlukan untuk mencapai visi dan mewujudkan misi adalah sebagai berikut. 1.
Pemerataan pembangunan sosial ekonomi dan infrastruktur. Pemerataan pembangunan sosial ekonomi dan infrastruktur merupakan salah satu upaya dalam
mengurangi
ketimpangan
pembangunan
sosial
infrastruktur di Kepulauan Mentawai. Pembangunan dan infrastruktur
yang selama
ini
baru
ekonomi
sosial
terkonsentrasi
di
dan
ekonomi kawasan
ibukota-ibukota kecamatan perlu diperluas menjangkau daerah-daerah pedalaman. Pengembangan infrastruktur ke daerah pedalaman diharapkan membuat sebuah linkage antara pusat-pusat kegiatan dengan daerah
1
belakangnya. Terwujudnya keterkaitan antara pusat-pusat kegiatan yang ada di
Kabupaten
Kepulauan
Mentawai
diharapkan dapat memacu
pertumbuhan di sektor sosial dan ekonomi. Pembangunan sosial dan ekonomi Kabupaten Kepulauan Mentawai belum merata sejalan dengan masih terbatasnya fasiltas publik yang disediakan pemerintah. Sebagai
contoh,
Sekolah Menengah Atas (SMA) yang ada di Kabupaten Kepulauan Mentawai. 2.
Pengembangan
kawasan
sebagai
pusat
pertumbuhan
pembangunan.
Pengembangan kawasan menjadi strategi pilihan dalam membangun Kabupaten Kepulauan Mentawai 5 tahun yang akan datang karena potensi alam, ekonomi, dan sosial budaya yang dimiliki daerah serta masyarakat Mentawai memerlukan pengintegrasian antarsektor agar dapat mencapai tujuannya. 3.
Revitalisasi fungsi dan peran institusi pemerintah. Sebagai daerah yang baru dimekarkan, Kabupaten Kepulauan Mentawai juga berhadapan dengan masalah dalam penyelenggaraan fungsi pemerintahan. Hal ini jelas berdampak pada upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
4.
Pengembangan sosial budaya. Kondisi saat ini di Kabupaten Kepulauan Mentawai
adalah
bahwa
belum
terlalu
kuatnya
kemampuan
mengaktualisasikan nilai-nilai budaya masyarakat Kepulauan Mentawai dalam rangka menangkal akibat negatif budaya modern. 5.
Pemanfaatan ruang berbasis ekosistem. Mentawai dengan pulau-pulau yang merupakan pulau sedimentasi yang berusia relatif muda rawan terhadap erosi,
2
telah ditetapkan pengelompokan kawasan menjadi kawasan lindung dan kawasan budi daya perlu menjadi pertimbangan utama untuk melakukan kegiatan pembangunan. Potensi kekayaan alam yang terdapat di dalam dan sekitar kawasan lindung perlu diinventarisir secara seksama dan dipelajari pola pengusahaan yang menjamin pemanfaatan berkelanjutan. Kabupaten Kepulauan Mentawai merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Barat dengan posisi geografis yang terletak diantara 0o55’00”–3o21’00” Lintang Selatan dan 98o35’00”–100o32’00” Bujur Timur dengan luas wilayah sebesar 6.011,35 Km2 dan garis pantai sepanjang 1.402,66 km. Secara geografis, daratan Kabupaten Kepulauan Mentawai ini terpisahkan dari Provinsi Sumatera Barat oleh laut, yaitu dengan batas sebelah utara adalah Selat Siberut, sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia, sebelah timur berbatasan dengan Selat Mentawai, serta sebelah barat berbatasan dengan Samudera Hindia. Kabupaten Kepulauan Mentawai terdiri atas 4 pulau besar ditambah pulau-pulau kecil sebanyak 98 buah. Keempat pulau besar ini adalah Pulau Siberut, Pulau Sipora, Pulau Pagai Utara, dan Pulau Pagai Selatan. Secara geografis dan administratif, Kabupaten Kepulauan Mentawai terdiri atas 10 kecamatan, 43 desa dan 341 dusun. Tabel 1.1 menunjukkan kesepuluh kecamatan di Kabupaten Kepulauan Mentawai.
3
Tabel 1.1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Kepulauan Mentawai, 2013 Luas Jumlah Penduduk Kepadatan Kecamatan Ibu Kota No. Km2 % Org % Jiwa/Km2 15,0 11,1 1. Pagai Selatan Malakopak 901,08 9106 10,1 2. Sikakap Sikakap 278,5 4,6 9544 11,7 34,3 3. Pagai Utara Saumanganya 5452 342,0 5,7 6,7 15,9 4. Sipora Selatan Sioban 8653 268,5 4,5 10,6 32,2 5. Sipora Utara Sido Makmur 383,1 6,4 11579 14,2 30,2 6. Siberut Selatan Muara Siberut 508,3 8,5 9296 11,4 18,3 7. Siberut Barat Daya Pasakiat Tailelu 649,1 10,8 6368 7,8 9,8 8. Siberut Tengah Saibi Samukop 739,9 12,3 6423 7,9 8,7 9. Siberut Utara Muara Sikabaluan 816,1 13,6 8507 10,4 10,4 10. Seberut Barat Suimatalu 1.124,9 18,7 6912 8,5 6,1 Jumlah /Total 6.011,4 100 81.840 100 13,6 Sumber: BPS Kabupaten Kepulauan Mentawai dalam Angka, 2013
Jumlah Desa 4 3 3 7 6 5 3 3 6 3 43
Jumlah Dusun 49 44 30 43 29 34 25 32 26 29 341
4
4
Secara topografi, permukaan wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai bervariasi antara dataran, sungai, dan berbukit-bukit, rata-rata ketinggian daerah seluruh ibukota kecamatan dari permukaan laut (DPL) adalah 2 meter. Kabupaten Kepulauan Mentawai beribukota Tuapejat yang terletak di Kecamatan Sipora Utara dengan jarak tempuh ke Kota Padang sepanjang 153 km. Untuk mencapai ibukota Provinsi Sumatera Barat ini harus ditempuh melalui jalan laut. Begitu pula halnya transportasi dari masing-masing ibukota kecamatan ke kota Padang ataupun ke ibu kota kabupaten juga harus ditempuh melalui jalur laut. Kabupaten Kepulauan Mentawai dibentuk berdasarkan UU RI No. 49 tahun 1999 dan dinamai menurut nama asli geografisnya.
Sumber: Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2010 Gambar 1.1 Peta Kabupaten Kepulauan Mentawai
5
Tabel 1.2 Data Korban Bencana Gempa Bumi dan Tsunami di Kabupaten Mentawai, 2010 No. Kecamatan Meninggal Luka-Luka Hilang Pengungsi (jiwa) 1 Sipora Selatan 23 1.248 2 Pagai Selatan 184 3 5.495 3 Pagai Utara 292 5 18 2.129 4 Sikakap 10 2.553 Total 5 509 21 11.425 Sumber: Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2010
Sumber: Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2010
Gambar 1.2 Lokasi Kejadian Gempa Bumi di Wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai Provinsi Sumatera Barat
Gempa yang terjadi melemahkan sendi-sendi kehidupan masyarakat baik dari segi ekonomi, pendapatan, pendidikan dan aspek kehidupan lain. Sebelum terjadinya bencana, masyarakat Dusun Purourogat bekerja sebagai petani dan
6
nelayan. Kehidupan masyarakat kebanyakan memanfaatkan SDA yang ada di sekitar masyarakat, sehingga mereka memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi dengan alam sekitarnya. Sebelum gempa dan tsunami, sehari-hari masyarakat mempunyai mata pencaharian utama sebagai petani, yaitu petani kelapa (kopra), pisang, keladi, cengkeh, dan coklat. Selain itu, di Dusun Purourogat juga telah tersedia beberapa sarana infrastruktur bagi masyarakatnya. Fasilitas pendidikan masih tergolong minim, hanya tersedia pendidikan tingkat dasar bagi masyarakat, sehingga untuk memperoleh tingkat pendidikan yang lebih tinggi, masyarakat Purourogat harus ke daerah lain di luar dusun tersebut. Tabel 1.3 menunjukkan statistik gempa bumi Kabupaten Kepulauan Mentawai Periode Oktober-Desember 2010 (BMKG, 2010).
7
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Tabel 1.3 Statistik Gempa Bumi Kabupaten Kepulauan Mentawai, Oktober-Desember 2010 Magnitude Tanggal Waktu Lokasi Kedalaman Keterangan (SR) o 3.61 LS Barat Daya 25/10/2010 21:42:20 10 Km 7.2 SR 99.93oBT Pagai Selatan 3.55oLS Barat Daya 25/10/2010 22:21:09 22 Km 5.5 SR 99.70oBT Pagai Selatan 3.32oLS Barat Daya 25/10/2010 22:31:09 34 Km 5.0 SR 99.96oBT Pagai Selatan 3.55oLS Barat Daya 25/10/2010 22:55:56 39 Km 5.0 SR 99.61oBT Pagai Selatan 3.16oLS Barat Daya 26/10/2010 02:37:29 30 Km 6.2 SR 100.07oBT Pagai Selatan 3.16oLS Barat Daya 26/10/2010 02:57:57 22 Km 5.0 SR 100.23oBT Pagai Selatan 3.72oLS Barat Daya 26/10/2010 03:22:08 10 Km 5.1 SR 99.50oBT Pagai Selatan 2.87oLS Barat Daya 26/10/2010 05:10:02 20 Km 5.1 SR 99.92oBT Pagai Selatan 3.43oLS Barat Daya 26/10/2010 05:59:53 39 Km 6.0 SR 100.20oBT Pagai Selatan 3.42oLS Barat Daya 26/10/2010 06:12:57 15 Km 5.0 SR 99.39oBT Pagai Selatan 3.26 oLS Barat Daya 26/10/2010 10:28:33 19 Km 5.1 SR 100.26oBT Pagai Selatan 3.70oLS Barat Daya 26/10/2010 17:51:23 10 Km 5.6 SR 99.78oBT Pagai Selatan 2.59oLS Barat Daya 26/10/2010 18:33:19 13 Km 5.4SR 99.65oBT Pagai Selatan 3.74 oLS Barat Daya 27/10/2010 02:40:38 29 Km 5.2 SR 99.62oBT Pagai Selatan 3.88oLS Barat Daya 27/10/2010 06:09:41 10 Km 5.2 SR 99.31oBT Pagai Selatan 2.51oLS Barat Daya 27/10/2010 06:45:37 30 Km 5.5 SR 99.62oBT Pagai Selatan 3.74oLS Barat Daya 27/10/2010 07:03:57 15 Km 5.5 SR 99.32oBT Pagai Selatan 3.69oLS Barat Daya 27/10/2010 07:17:25 23 km 5.1 SR 99.30oBT Pagai Selatan 3.45oLS Barat Daya 27/10/2010 11:33:24 42 Km 5.1 SR 99.93oBT Pagai Selatan 3.71oLS Barat Daya 27/10/2010 22:09:38 10 Km 5.2 SR 99.34oBT Pagai Selatan 3.45oLS Barat Daya 30/10/2010 01:05:25 27 Km 5.1SR 99.42oBT Pagai Selatan 3.77oLS Barat Daya 30/10/2010 07:55:30 11 Km 5.0 SR 99.15oBT Pagai Selatan 3.59oLS Barat Daya 31/10/2010 19:23:39 40 Km 5.0 SR 99.74oBT Pagai Selatan 3.74oLS Barat Daya 7/11/2010 21:19:47 10 Km 5.1 SR 99.37oBT Pagai Selatan 3.85oLS Barat Daya 8/11/2010 21:16:20 36 Km 5.1 SR 00.39oBT Pagai Selatan
8
Selain itu, kondisi pemukiman masyarakat belum terpola dengan baik, serta bangunannya umumnya masih bersifat semi permanen. Gempa dan tsunami telah membawa perubahan besar dalam kehidupan masyarakat Mentawai yang mencakup semua aspek kehidupan seperti yang disebutkan di atas. Hal ini tentunya menjadi sesuatu hal yang perlu untuk diteliti dengan tujuan agar dapat melihat perubahan sosial ekonomi masyarakat Mentawai pascagempa dan tsunami.
1.2 Keaslian Penelitian Penelitian tentang analisis relokasi hunian tetap terhadap pendapatan masyarakat telah banyak dilakukan sebelumnya, antara lain sebagai berikut.
No
1.
2.
Peneliti
Tabel 1.4 Penelitian Terdahulu Judul Lokasi
Adaptasi Pengungsi Kabupaten Bangkalan terhadap Permukiman Baru Wahyuningsih dan faktor-faktor Kabupaten (2006) yang Bangkalan memengaruhinya.
Pha (2007)
Strategi Adaptasi yang dilakukan oleh penghuni di Barak Pengungsi Lhoong Kecamatan Raya, Kecamatan Banda Raya Banda Raya, Kota Kota Banda Banda Aceh. Aceh
Alat Analisis
DeskriptifKualitatif melalui proses eksploratif
Induktif kualitatif
Hasil Penelitian Diketahuinya adaptasi pengungsi terhadap permukiman baru dan faktor-faktor yang memengaruhinya adalah lingkungan, lahan pekerjaan, fasilitas umum. Strategi adaptasi yang dilakukan oleh penghuni di Barak Pengungsi Lhoong Raya, Kecamatan Banda Raya, Kota Banda Aceh adalah dengan bertahan atau pindah dari barak.
9
3.
4.
Algazali (2007)
Syafrudin (2011)
Tabel 1.4 Lanjutan Adaptasi dan Penyesuaian (adjustmen) di Lingkungan Permukiman Baru Kota Palu Masyarakat Pesisir Pantai Talise.
PolaKerusakan Permukiman, Perubahan Kondisi Permukiman, dan Hubungan antara Pola Kerusakan Kecamatan Permukiman Cangkringan dengan Pola.
Relokasi
5.
Deduktif kualitatif dengan pemetaan tematik dan overlay peta
dan
Ageng S dan Sosialisasi dengan Cangkringan Wicaksono Pendekatan Massal Yogyakarta oleh Pemerintah (2012) Yogyakarta.
DeduktifKualitatif
Mix method
Masyarakat pesisir Pantai Talise telah dapat melakukan adaptasi dan penyesuaian di lingkungan permukiman baru. Diketahuinya pola kerusakan permukiman, perubahan kondisi permukiman, dan diketahuinya hubungan antara pola kerusakan permukiman dengan pola. Diketahuinya relokasi yang disampaikan oleh pemerintah dalam sosialisasi dengan pendekatan massal tidak efektif mendorong pengungsi untuk menerima gagasan tersebut.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah terletak pada obyek penelitian, periode waktu, jumlah sampel, dan alat analisis yang dipakai. Dengan demikian penelitian ini mengkaji tentang analisis pengaruh relokasi hunian tetap terhadap pendapatan masyarakat. Penelitian ini mempunyai tujuan yang berbeda. Analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif dengan teknik uji beda rata-rata (uji-t) Paired Sample t Test, sampel berpasangan
10
atas data primer yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner. Dengan teknik ini diharapkan, dapat diketahui apakah ada pengaruh relokasi terhadap pendapatan masyarakat atau tidak, dan dapat diketahui model kebijakan relokasi seperti yang biasa memberikan pengaruh kesejahteraan berupa pendapatan yang lebih tinggi terhadap masyarakat.
1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: relokasi masyarakat korban bencana tsunami telah terjadi pada tahun 2011 dan telah menimbulkan perubahaan sosial serta ekonomi masyarakat di Desa Malakopak, Dusun Purouruogat, Kecamatan Pagai Selatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai.
1.4. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka pertanyaan penelitian ini sebagai berikut. 1. Bagaimana kondisi masyarakat Desa Malakopak, Dusun Purouruogat, Kecamatan Pagai Selatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai ditinjau dari pekerjaan (mata pencaharian) dan pendapatan sebelum dan sesudah penempatan relokasi? 2. Apakah terdapat perbedaan tingkat pendapatan masyarakat Desa Malakopak, Dusun Purouruogat, Kecamatan Pagai Selatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai sebelum dan sesudah penempatan relokasi?
11
1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan kondisi masyarakat Desa Malakopak, Dusun Purouruogat, Kecamatan Pagai Selatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai ditinjau dari pekerjaan (mata pencaharian) dan pendapatan sebelum dan sesudah penempatan relokasi. 2. Menganalisis perbedaan tingkat pendapatan masyarakat Desa Malakopak, Dusun Purouruogat, Kecamatan Pagai Selatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai sebelum dan sesudah penempatan relokasi.
1.6 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi pemerintahan Kabupaten Kepulauan Mentawai. 2. Secara akademis, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan berharga atau referensi bagi mahasiswa dan pengembangan akademis.
1.7 Lingkup Penelitian Lokasi penelitian yang akan dilakukan di Desa Malakopak, Dusun Purouruogat Kecamatan Pagai Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai. Peneliti akan menganalisis pengaruh relokasi hunian tetap terhadap pendapatan masyarakat korban bencana Tsunami di Desa Malakopak, Dusun Purouruogat, Kecamatan Pagai Selatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai.
12
1.8 Sitematika Penulisan Penulisan tesis ini disajikan secara garis besar yang disusun menjadi 5 (lima) bab. Dengan sistematika sebagai berikut. Bab 1. Pendahuluan yang memuat latar belakang, keaslian penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, lingkup penelitian, dan sistematika penulisan. Bab 2. Tinjauan Pustaka yang memuat landasan teori, kajian penelitian terdahulu, hipotesis, dan model penelitian. Bab 3. Metode Penelitian, menguraikan tentang desain penelitian, lokasi penelitian, metode pengumpulan data, metode sampling, definisi operasional, instrumen penelitian, dan metode analisis data. Bab 4. Analisis Data dan Pembahasan, menguraikan tentang deskripsi data, uji hipotesis, dan membahasan. Bab 5. Simpulan dan Saran, memuat simpulan, implikasi, keterbatasan penelitian, dan saran.
13