BAB I PENGANTAR
1.1
Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan yang terletak di daerah khatulistiwa
termasuk wilayah yang sangat rentan terhadap perubahan iklim seperti perubahan pola curah hujan, kenaikan muka air laut, dan suhu udara serta peningkatan kejadian iklim ekstrim berupa banjir dan kekeringan. Perubahan pola curah hujan dapat menyebabkan berubahnya awal dan panjang musim hujan. Meningkatnya hujan pada musim hujan menyebabkan tingginya frekuensi kejadian banjir, sedangkan menurunnya hujan pada musim kemarau akan meningkatkan risiko kekeringan. Tren perubahan ini tentunya sangat berkaitan dengan sektor pertanian. Permasalahan sektor pertanian khususnya tanaman buah tidak terlepas dari adanya variabilitas iklim, terutama variabilitas curah hujan dan suhu. Kota Batu merupakan salah satu sentra penghasil apel di Indonesia. Jika dilihat dari perkembangannya tanaman apel mengalami masa kejayaan pada tahun 1980-an dan apel dijadikan sebagai maskot Kota Batu, namun setelah masa itu tanaman apel tidak lagi menjadi komoditi unggulan agribisnis bagi sebagian petani di Kota Batu. Ini terlihat pada penurunan jumlah pohon produktif, tingkat produksi, dan hasil buah/pohon secara berturut-turut sebesar 16%, 58% dan 49% antara tahun 2002 hingga tahun 2004 (Sitompul, 2007). Berdasarkan data dari Dinas Pertanian tahun 2009 menyebutkan bahwa luas lahan apel saat ini sekitar 600 hektar, dengan
1
2
jumlah pohon apel sebanyak 2.506.546. Dari jumlah itu, produksi apel hanya 24.625 ton per tahun. Banyaknya kerusakan hutan di Kota Batu telah menyebabkan kenaikan temperatur, perubahan kelembaban udara yang kemudian berdampak pada penurunan produksi tanaman apel (Dinas Pertanian Kota Batu, 2010). Menurut Sitompul (2007), beberapa hal yang menjadi alasan mengapa produktivitas tanaman apel Batu menjadi menurun yang dikaitkan dengan pengurasan unsur hara termasuk akibat erosi, penurunan bahan organik tanah, peningkatan residu bahan kimia (pestisida), kerusakan ekosistem (penggundulan hutan), dan penurunan masukan pupuk. Variabilitas iklim yang terjadi di Kota Batu juga menyebabkan penurunan kelembaban udara dan meningkatnya suhu yang mengakibatkan jumlah dan mutu produksi apel terus menurun. Penurunan kapasitas simpan air tanah dan pohon apel yang sudah tua juga dipertimbangkan sebagai faktor yang terlibat dalam produktivitas apel yang rendah. Karena itu analisis geografi wilayah menjadi sangat penting dilakukan untuk pendataan, tidak hanya aspek hamparan lahan tapi juga kendala dari sifat tanah dan hidrologi lahan disamping manajemen yang diterapkan petani. Dengan demikian, manajemen yang tepat dapat dirancang untuk setiap hamparan usaha pertanaman apel dengan memperhatikan beberapa hal seperti ketinggian tempat, suhu dan kelembaban, infiltrasi (resapan air tanah), status hara tanah, status hara tanaman, jarak tanam dan aspek spasial lahan. Permasalahan tersebut memiliki implikasi secara langsung terhadap masyarakat dimana dalam hal ini adalah petani apel di Kota Batu. Partisipasi
3
petani apel untuk mengurangi dan menghindari resiko penting dilakukan dengan cara meningkatkan kesadaran dan kapasitas petani itu sendiri (Suryanti dkk, 2010). Walaupun dampak yang sekarang dirasakan dan ke depan yang akan timbul akibat dari perubahan iklim dapat dikatakan masih berada dalam ketidakpastian, tetapi kita harus mulai menyusun suatu strategi untuk menangani isu-isu tentang variabilitas iklim dan pemahaman mengenai dampak yang didasarkan pada pengetahuan dan teknologi yang paling mutakhir dan paling baik pada saat ini (Kementerian Lingkungan Hidup, 2012). Strategi antisipasi dan teknologi adaptasi terhadap varibilitas curah hujan dan suhu merupakan aspek kunci yang harus menjadi rencana strategis pemerintah dalam rangka menyikapi variabilitas iklim. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan komoditas pertanian khususnya tanaman apel yang tahan terhadap variabilitas iklim saat ini dan mendatang. Adaptasi terhadap variabilitas curah hujan dan suhu merupakan fungsi yang terintegrasi antar instansi dan pemangku kepentingan yang terkait. Penelitian mengenai strategi adaptasi petani apel terhadap variabilitas curah hujan dan suhu penting, sehingga pada akhirnya dapat ditentukan pola strategi adaptasi petani apel yang sesuai guna mencapai produktivitas apel yang maksimal di Kota Batu.
1.2.
Perumusan Masalah Produksi apel sangat dipengaruhi oleh teknik budidaya, kesuburan tanah,
pengendalian hama dan penyakit tanaman, pengendalian gulma, dan kondisi iklim. Unsur iklim yang sangat berpengaruh pada produksi apel adalah temperatur
4
dan curah hujan. Adanya perubahan temperatur dan curah hujan di Kota Batu sangat berpotesi terhadap kemerosotan produktivitas apel di wilayah tersebut. Gejala-gejala variabilitas iklim yang dirasakan yaitu semakin meningkatnya suhu di Kota Batu, terjadinya perubahan siklus musim hujan dan musim kemarau serta perubahan suhu yang ekstrim dari sangat dingin kemudian menjadi sangat panas ataupun sebaliknya. Kenaikan temperatur sehingga berada di atas temperatur optimum produksi apel dapat menyebabkan leveling off (produktivitas tidak naik lagi), sedangkan peningkatan curah hujan akan menyebabkan proses pembungaan apel terganggu dan buah apel muda akan rontok sehingga menurunkan produksi apel. Hal ini juga dikaitkan dengan pengurasan unsur hara termasuk akibat erosi, penurunan bahan organik tanah, peningkatan residu bahan kimia (pestisida), kerusakan ekosistem (penggundulan hutan), dan penurunan masukan pupuk. Penurunan kapasitas simpan air tanah dan pohon apel yang sudah tua juga dipertimbangkan sebagai faktor yang terlibat dalam produktivitas apel yang rendah. Dampak tersebut kemudian menyebabkan produktivitas apel dan keuntungan usahatani menurun sehingga kesejahteraan petani apel juga menurun. Dari masalah tersebut maka timbul pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: 1. Apakah petani apel di Kota Batu mengetahui tentang variabilitas curah hujan dan suhu yang terjadi saat ini? 2. Bagaimana persepsi, peranserta dan perilaku yang dilakukan petani apel terkait variabilitas curah hujan dan suhu yang terjadi di Kota Batu? 3. Bagaimana strategi adaptasi petani apel dalam upaya menghadapi variabilitas curah hujan dan suhu di Kota Batu?
5
Dan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, perlu dilakukan penelitian mengenai kajian strategi adaptasi petani apel terhadap variabilitas curah hujan dan suhu di Kota Batu.
1.3.
Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk:
1. Mengetahui pengetahuan petani apel di Kota Batu mengenai variabilitas curah hujan dan suhu yang terjadi saat ini. 2. Mengidentifikasi persepsi, peranserta dan perilaku yang dilakukan petani apel terkait variabilitas curah hujan dan suhu yang terjadi di Kota Batu. 3. Mengkaji bentuk strategi adaptasi petani apel dalam menghadapi variabilitas curah hujan dan suhu di Kota Batu.
1.4.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi ilmu
pengetahuan dan untuk kepentingan praktis bagi semua pihak terutama kepada penulis, petani dan pemerintah. 1. Pengembangan ilmu pengetahuan Manfaat
bagi
pengembangan
ilmu
pengetahuan,
diharapkan
dapat
memberikan sumbangan untuk pengembangan teori dan konsep-konsep yang berhubungan dengan ilmu lingkungan, terutama mengenai variabilitas curah hujan dan suhu dan strategi adaptasi dalam mengatasi adanya fenomena variabilitas iklim.
6
2. Petani Manfaat penelitian ini bagi petani adalah memberikan informasi dan pemahaman kepada petani usahatani apel mengenai strategi adaptasi terhadap variabilitas curah hujan dan suhu yang mempengaruhi produktivitas apel di Kota Batu. 3. Pemerintah Hasil penelitian yang diperoleh dapat digunakan untuk membantu pemerintah dalam menentukan kebijakan mengenai strategi adaptasi terhadap variabilitas curah hujan dan suhu dalam pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman apel sehingga memberikan masukan untuk mengantisipasi penurunan produksi apel di Kota Batu. Salah satunya adalah dengan mengintensifkan teknik budidaya apel yang berorientasi pada pertanian yang berkelanjutan dan mampu beradaptasi dengan variabilitas iklim, terutama perubahan temperatur dan curah hujan.
1.5.
Keaslian Penelitian Penelitian dengan tema strategi adaptasi telah banyak dilakukan oleh
peneliti-peneliti
sebelumnya, dan
penelitian tersebut
digunakan
sebagai
pendukung diskusi dalam penelitian ini. Berdasarkan penelusuran dari berbagai penelitian yang telah dilakukan sebelumnya diketahui bahwa terdapat beberapa penelitian mengenai strategi adaptasi masyarakat. Namun, penelitian mengenai strategi adaptasi petani apel terhadap variabilitas curah hujan dan suhu belum ada yang meneliti secara khusus. Secara umum hasil penelitian sebelumnya berbeda
7
judul, tujuan maupun lokasinya. Dengan demikian judul penelitian yang saya ajukan tersebut mempunyai kriteria keaslian dan perlu dilakukan. Secara lebih jelas perbedaan penelitian yang terdahulu dengan penelitian yang dilakukan ini dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Daftar penelitian relevan dengan judul yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. No 1.
Nama Peneliti Ruminta dan Handoko, 2012
Judul
Tujuan
Metode
Hasil
Dampak perubahan iklim pada produksi apel Batu
Menganalisis model hubungan produktivitas apel dan faktor-faktor iklim di Kota Batu.
Survey
Hubungan produktivitas dan produksi dengan curah hujan bernilai negatif, hal ini menunjukkan bahwa makin tinggi curah hujan menyebabkan penurunan produktivitas tanaman apel di Kota Batu. Sumber pengetahuan responden akan adanya perubahan iklim yang terbesar adalah dari televisi dan dari pengalaman berusahatani. Petani apel merasakan perubahan iklim dari intensitas hujan yang meningkat serta kenaikan suhu. Hasil uji beda rata-rata menunjukkan bahwa terdapat perbedaan produksi usahatani apel rata-rata tahun 2009 sebesar 9.163 kg dan rata-rata produksi tahun 2010 sebesar 6.292 kg, sehingga selisihnya sebesar 2.871 kg. Strategi adaptasi ekologis yang dilakukan masyarakat kecamatan tepus sebagai bentuk inovasi dalam mengatasi bencana kekringan adalah dengan melakukan pola pengelolaan sumberdaya alam, melakukan pola pemanfaatn air dalam pemenuhan kebutuhan rumahtangga dan ternak, an melakukan strategi dalam pemenuhan ekonomi rumahtangga
2.
Fahriyah, Heru Santoso, Sherley Sabita, 2011
Dampak perubahan iklim 1. Bagaimana pengetahuan dan sikap petani apel di terhadap produksi dan Desa Tulungrejo terhadap perubahan ikllim. pendapatan usahatani apel 2. Apakah dampak perubahan iklim yang terjadi (Malus sylvestris L.) mempengaruhi produksi usahatani apel di Desa Tulungrejo. 3. Apakah dampak perubahan iklim juga mempengaruhi pendapatan usahatani apel di Desa Tulungrejo.
Survey
3.
Emi Dwi Suryanti, 2010
Survey
4.
Endita Prima Ari Pratiwi, 2011
Strategi adaptasi ekologis 1. Mengidentifikasi karakteristik wilayah, masyarakat di kawasan sumberdaya alam dan masyarakat di kawasan karst gunungsewu dalam karst gunungsewu. mengatasi bencana 2. Mengidentifikasi dampak kekeringan terhadap kekeringan penghidupan masyarakat. 3. Menentukan strategi adaptasi ekologis masyarakat di kawasan karst gunungsewu dalam mengatasi bencana kekeringan Kajian variabilitas curah 1. Mengetahui variabilitas khususnya trend curah hujan di kawasan lereng hujan kumulatif di kawasan lereng gunung gunung merapi merapi ditinjau dari curah hujan bulanan, musiman dan tahunan. 2. Mengetahui variabilitas khususnya trend curah hujan maksimum di kawasan lereng gunung merapi ditinjau dari hujan harian dan jam-jaman (durasi pendek).
Survey
Curah hujan bulanan mengalami peningkatan pada bulan-bulan musim peralihan musim hujan ke kemarau dan sebaliknya. Akan tetapi, curah hujan bulanan mengalami penurunan pada bulan-bulan puncak musim (baik itu musim hujan maupun kemarau). Dengan tingkat signifikansi yang sama (yakni 5%), uji mann-kendall lebih sensitive dalam mendeteksi adanya trend yang signifikan daripada uji regresi linier, dan lebih cocok digunakan untuk data yang tidak berditribusi normal.
8
5.
Ritohardoyo dkk, 2011
Strategi adaptasi masyarakat dalam menghadapi bencana banjir pasang air laut di Kota Pekalongan
6.
Yuliyanto dan Sudibyakto, 2012
Kajian dampak variabilitas curah hujan terhadap produktivitas padi sawah tadah hujan di Kabupaten Magelang
1.
Mengidentifikasi persepsi masyarakat terhadap banjir pasang air laut di desa dengan corak sosioekologi pertanian, tambak dan permukiman. 2. Mengetahui sikap masyarakat terhadap banjir pasang air laut di desa dengan corak sosioekologi pertanian, tambak dan permukiman. 3. Memahami strategi adaptasi terhadap banjir pasang air laut di desa dengan corak sosioekologi pertanian, tambak dan permukiman. Mengkaji dampak yang ditimbulkan oleh variabilitas curah hujan terhadap produktivitas padi sawah tadah hujan di Kabupaten Magelang, serta mengetahui pola adaptasi bidang pertanian yang sesuai.
Survey
Survey
Pengetahuan warga mengenai bajir pasang air laut di tiga kelurahan cukup seragam. Dari wawancara yang telah dilakukan dengan warga pemukiman kampung dan perumahan, warga petani tambak, serta warga petani sawah, mereka memiliki pemahaman mengenai banjir pasang air laut yang sama yaitu sebagai sebuah enomena alam. Adaptasi yang bekembang di masyarakat adalah adaptasi secara teknis, dimana masyarakat secara inisiatif membangun bangunan yang berfungsi untuk meminimalisir kerusakan atau kerugian yang akan mereka alami ketika banjir pasang air laut melanda. Hubungan antara curah hujan dengan produktivitas padi sawah tadah hujan di Kabupaten Magelang tergolong rendah, yaitu dengan nilai korelasi sebesar 0,34. Hal ini menyebabkan dampak variabilitas curah hujan terhadap produktivitas padi sawah tadah hujan juga dapat dikatakan rendah. Pola pertanaman padi untuk lahan sawah tadah hujan di Kabupaten Magelang yaitu dengan pola pertanaman 1 kali pertanaman padi saah atau 2 kali padi yang dimulai dengan sistem gogo rancah diikuti padi walik jerami.
9