N f-
Ii-.
/\,
n r' '-\ Pro~iding Prcscntasi I1miah Kcsclamatan Radiasi dan Lingkungan, 20 - 21 Agus1us 1996 ISSf\.' : OS5.t - .toss
l III
~ r I r '"
I
""I
f'11"
-f""
•
~
PENGKAJIAN DAMPAK PL TN TERHADAP LINGKUNGAN: PENGARUH KENAIKAN SUHU AIR LAUT TERHADAP POPULASI PLANKTON t-I
Poppy lntan Tjahaja, Pujadi, Pusat Standardisasi dan Penelitian Kesclamatan Radiasi-BA TAN Supriharyono, Nonna Aviati, Ruswahyuni. Hen Susono Lembaga Penelitian-UNDIP
ABSTRAK PENGKAJIAN DAMPAK PLTN TERHADAP LINGKUNGAN: PENGARUH KENAIKAN SURU AIR LAUT TERHADAP POPULASI PLANKTON. Telah dilakukan penelitian untuk mempelajari pengaruh kenaikan suhu air laut terhadap populasi plankton, untuk memprakirakan dampak PLTN terhadap lingkungan. Pl:mkton yang diambil dari perairan Jepara, Semenanjung Muria, ditumbuhkan pada medium pertumbuhan, yaitu air laut yang diperkaya dengan pupuk silikat. Pemeliharaan dilakukan pada suhu yang bervariasi dari 34 sampai 46 dan dilak."lJkanpenghitungan jumlah individu plankton dua kali sehari sampai jumlah plan1:ton berkurang 95%. Dari hasil penelitian dikelahui bahwa teIjadi pengurangan jumlah individu plankton pada medium pertumbuhan yang diberi suhu di alas suhu nonnal (34°C). Laju pengurangan jumlah individu plankton berbanding lurus dengan kenaikan suhu. Pada suhu di alas 40°C tidak ada plankton yang mampu bertahan hidup lebih dari 24 "C
"C
pm. ABSTRACT ASSESSMENT OF NUCLEAR POWER PLANT IMPACT TO THE ENVIRONMENT: EFFECT OF SEA WATER TEMPERATURE INCREASE ON PLANKTON POPULATION. Research to study the effect of sea water temperature increase on plankton population had been carried out to predict nuclear power plant impact to the envirorunent. Plankton collected from Jepara waters, Muria Peninsula, was grown on growth medium i.e. sea water enriched with silicate fertilizer. Plankton growth was maintained at temperature varied from 34 to 46°C and the amount of plankton individu was counted twice a day until it was reduced about 95%. The results showed that the reduction of amount or plankton individu occured on the medium with temperature above the ambient temperature (34°C). The rate of reduction is linear to the temperature increase. 1l1ere is no plankton survived at temperature above 40 "C !t)r more than 24 hours. '. \ / \ '.) I "C
'Ii
--
PENDAHULUAN
-, t'
Peningkatan kebutuhan listrik di Indonesia tercennin dari reneana pemerintah untuk mendirikan berbagai jenis pembangkit listrik di berbagai tempat di Indonesia. Di samping pembangkit listrik konvensional yang sudah ada, sedang atau yang akan dibangun, pemerintah juga merencanakan membangun pembangkit listrik tenaga nuklir (PL TN) untuk memenuhi kebutuhan listrik di Indonesia di masa datang. PL TN ini reneananya akan dibangun di daerah Semenanjung Muria, atau tepatnya di Ujung Lemahabang, yang terdapat di desa Salong, Keeamatan Bangsri. Kabupaten Jepara_ Jawa Tengah. PL TN yang nantinya terletak di tepi pantai ini direneanakan akan memanfaatkan sejumlah besar air laut untuk pendingin reaktor. Air taut pada jarak 10 km dari p:mtai akan dihisap kc instalasi PL TN dan akan dikcluarkan kcll1ball kc laut dalam bentl!k air
PSPKR-BATAN
"1
•..... ~',
"I
f. ,-t it"
Ie
panas pada garis pantai [I]. Hal ini perlu mendapat perhatian yang eukup serius mengingat PL TN mernpunyai efisiensi tennis yang rendah bila dibandingkan dengan pembangkit listrik konvensional, yang berarti panas buangan yang dihasilkan oleh PL TN untuk setiap satuan MW daya listrik yang dihasilkan lebih besar dari pada yang dihasilkan pembangkit listrik konvensional. (1975) [2] Sebagai gambaran, Soegiarto menyebutkan bahwa pembangkit listrik dengan bahan bakar minyak dengan kapasitas I juta kW dan efisiensi 40% akan membuang air sebanyak 110 juta liter per jam dan menaikkan suhu air laut sebesar 8,3 °C, sedang PL TN dengan kapasitas sarna dengan efisiensi 30% akan membuang air sebanyak 190 juta liter per jam dan menaikkan suhu 8,3 0c. Sebagai contoh, PL TU Priok unit III dan IV yang beroperasi saat ini menyebabkan kenaikan suhu air laut di sckitar tcmpat pembuangan ali panas
317
Prosiding Presentasi I1miah Keselarnatan Radiasi dan Lingkungan. 20 - 21 Agustus 1996 ISSN : 0854 - 4085
sebesar 2 - 4°C [3], sedang PLTN di Amerika, mengakibatkan kenaikan suhu air di tempat pelepasan berkisar antara 6.3°C - 19°C [4]. Kenaikan suhu air laut yang cukup besar yang mungkin diakibatkan olch pengoperasian PLTN nantinya, diduga akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan laut di sekitar lokasi PLTN. Hal ini sangat mungkin terjadi berkaitan dengan toleransi biota laut yang hidup di dalamnya terhadap perubahan suhu lingkungan hidupnya. Biota akuatik yang hidup di daerah beriklim sedang dan ding in umumnya toleran terhadap perubahan suhu yang bcsar. Namun sebaliknya, biota akuatik yang hidup di perairan tropik yang suhu lingkungan hidupnya hampir konstan sepanjang tahun (suhu perairan pantai bcrkisar an tara 27°C dan 31°q, biasanya tidak cukup toleran terhadap perubahan suhu yang besar. Hal ini juga diperkuat dcngan keada.:1.nsuhu perairan yang relatif tinggi, yang mcnjadikan biota akuatik di daerah tropis hidup pada suhu hanya beberapa derajat di bawah batas suhu letalnya, sehingga kenaikan suhu scdikit saja sudah dapat mcnyebabkan kematian [5]. Dalam penelitian ini akan diteliti pengaruh kenaikan suhu air laut terhadap populasi plankton, untuk mengkaji dampak lcpasan air panas dari PLTN yang dircncanakan akan dibangun terhadap lingkungan. Plankton dipilih sebagai biota air yang ditcliti karena dalam ekosistem laut plankton mcrupakan produsen primer, yang apabila kcbcradaannya terganggu akan menyebabkan terganggunya kehidupan biota lainnya yang berada di tingkat tropik di atasnya pada piramida makanan. TATA KERJA Penelitian dilakukan
di Laboratorium
Pengembangan Wilayah Pantai, Universitas Diponegoro, Jepara, dan meliputi dua kegiatan penelitian, yaitu studi kepadatan plankton di perairan Pantai Kartini, Jepara dan studi pengaruh suhu air laut terhadap populasi plankton.
1. Kepadatan plankton di perairan Pantai Kartini, Jepara Studi kcpad:1t:1n plankton dilakukan dcngan mengambil s:1mpcl plankton di perairan Pantai Kartini, Jcp:1I~L dcngan mcnggunakan PSPKR-BA TAN
jaring plankton yang dilengkapi dengan "flow meter" untuk mengetahui volume aIr laut yang melewati jaring. Plankton yang tersaring kemudian dihitung dan diidentifikasi jenisnya (genera) dengan bantuan mikroskop binokuler dan gelas objek "sagewitch" bervolume 1 ml (1000 kotak). Pengambilan sampcI dilakukan 4 kali pada bulan November dan Desember 1995. 2. Pengaruh kenaikan suhu air laut terhadap populasi plankton Dari sampel plankton yang tersaring, diambil sebanyak 25 ml dan diinokulasikan ke dalam labu kultur dengan volume 1000 ml yang telah berisi air laut dan diletakkan di dalam '\vater bath" dengan suhu 34°C (sebagai kontrol), 36°C, 38°C, 40°C, 42°C, dan 46°C. Sebagai nutrien digunakan pupuk siIikat. Populasi plankton diamati setiap hari yaitu pagi dan sore sampai jumlah populasinya menu run sebanyak 95% dari populasi semula. Plankton yang akan diamtai diambil dari labu kultur sebanyak I ml, kcmudian dihitung jumlahnya dengan bantuan miroskop binokuler dan gelas objek "segewitch". Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap karena keterbatasan alat, tahap pertama adalah perlakuan dengan variasi suhu 34°C sampai 40°C dan tahap berikutnya dari 40°C sampai 46°C. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil pengamatan sampel plankton di perairan Jepara pada bulan November 1995 teramti ada 30 jenis plankton, seperti yang didaftar dalam Tabel I. Kepadatan plankton di perairan tempat pengambilan sampel bervariasi menurut waktu pengambilan sampel. Hal ini berkaitan dengan jumlah curah hujan. Dalam Tabel 2 diperlihatkan vanasl kepadatan plankton berdasarkan waktu pengambilan sampel, jumlah curah hujan, salinitas dan pH. Suhu air laut pada saat pengambilan sampel tidak berubah, yaitu 34°C. Banyaknya jumlah curah hujan pada tanggal 14 Desembcr 1995 (82 mm) telah mengakibatkan teIjadinya pengenceran air laut di lokasi tempat pcngambilan sampel, yang mengakibatkan trjadin\'a pcnurunan salinitas. pH, dan kepadatan pbnkton. 31:-;
Prosiding Prescnta..,i Ilmiah Kcsclamatan Radiasi dan Lingkungan. 20 - 21 Agustus 1996 ISSN : 0854 - 4085
Tabcl I. Jenis plankton yang ditemui di lokasi pcngambilan sampcl di pantai Kartini, Jepara, pada bulan November 1995. Volvox 30. Rhizosolenia Prorocentrum Pleurotaeniu/11 Netrium Nodularia Glenodium Gloeotrichia Scenedesmus Schroederia Skletonema 25. 24. 28. 29. 23. 22. Coccus Cosci Nostoc Oscillatoria 20. 21. 19. Chaetoceros Ch Nitschia lorenodiscus lIa 18. 17. 26. 27. 16. Genera Genera No. Eupodiscus Mougeotia Nephrocytium Holopedium Spirogyra Spirulina Synedra Euglena Dactyliosolen Chrysococcus GY/1/nodium No. Aulacantha
Hasil pcnelitian pengaruh kenaikan suhu tcrhadap populasi plankton ditampilkan dalam Tabel 3. Dari Tabcl 3 terlihat bahwa dalam kondisi suhu normal jumlah plankton relatifkonstan sampai 57 jam setelah plankton diinokulasikan ke dalam medium percobaan, dan jumlahnya terlihat berkurang pada jam kc 72. Berkurangnya jumlah plankton pada medium kontrol mungkin disebabkan karena umur plankton relatif pendek dan keterbatasan unsur hara dalam medium pertumbuhan, sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup plankton untuk berkembang biak. Jumlah plankton dalam medium pertumbuhan dengan suhu 36°C sampai 46°C, mengalami penurunan dengan beIjalannya waktu. Perbandingan kecepatan penurunan jumlah individu plankton pada medium pertumbuhan dengan variasi suhu dapat dilihat pada Gambar I.
Tabel 2. Kepadatan plank'ton di lokasi pengambilan sampel di pantai Kartini, Jepara, pada bulan November dan Desember 1995 34 -8air 34 234 5hujan 82 1.555.000 25 567.000 Jumlah 6.527.000 curah 4.060.000 33 Suhu Salinitas 7,5 8,0 Kepadatan (individu (nlli1) / I)laut Waktu plankton Cloo) eC) pH
I
Tabel 3. Jumlah individu plankton per 0,0 ml media pertumbuhan -10 24 14 15 0412 18 22 17 13 659736 °C Jumlah 18 16 21 23 19 13 210 42 40°C 38°C 46°C 36 °C ml 44°C /0,01 Waktu individu 34°C
- - tidak dilakukan pengamatan
PSPKR-I) \ TAN
319
Prosiding Presentasi I1miah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, 20 - 21 Agustus 1996 ISSN : 0854 - 4085
Pada Gambar 1 tcrlihat bahwa dengan semakin tingginya suhu medium pertumbuhan, penurunan jumlah individu plankton semakin cepat. Pada medium pertumbuhan dengan suhu 36°C dan 38°C atau 2°C dan 4°C di atas suhu
tempat hidupnya lebih atau kurang dari suhu optimum untllk proses reproduksi, yang spesifik untuk setiap jenis biota, maka akan menyebabkan gangguan pada proses pertumbuhan atau reproduksi biota tersebut. Pcnelitian lapangan yang dilakukan di perairan di lokasi lepasan air pendingin reaktor di Amerika Serikat menunjukkan adanya kenaikan mortalitas phytoplankton dengan meningkatnya suhu air laut di atas normal [6]. Mortalitas phytoplankton mencapai hampir 60% pada kenaikan suhu air lallt antara 10°C dan 11°C. Dari hasil penelitian di lapangan diketahui bahwa beberapa jenis biota laut berkurang populasinya akibat terjadinya kenaikan sllhu air laut di sekitar tempat lepasan air pendingin reaktor. Sebagai contoh adalah bentos, yaitu hewan laut yang hidupnya menempel pada sllbstrat di laut. Pada saat suhu air laut di dekat reaktor di Florida, Amerika Serikat, naik sebesar 5°C sampai 7°C di musim panas, terjadi kenaikan mortalitas biota ini [5]. Biota lain yang mungkin akan terkena dampak kenaikan suhu air laut adalah ikan, seperti yang terjadi di beberapa perairan di Amerika Serikat
normal jumlah individu berkurang separuhnya setelah 72 Jam, sedang pada medium pertumbuhan dengan suhu 40°C jumlahnya berkurang separuhnya setelah 48 jam. Pada medium pertumbuhan dengan suhu lebih dari 40°C plankton tidak dapat bcrtahan hidup lebih dari 24 jam. Hanya ada bebcrapa jenis plankton yang masih ditemukan dalam medium pertumbuhan dengan suhu 40°C atau lebih, yaitu Coccus, Coscinodiscus, Nitschia, Rhizoso/enia, dan Skletonema. Meningkatnya suhu medium tempat hidup biota biasanya membawa pengaruh bagi kehidupan biota yang hidup di dalamnya. Kenaikan suhu dapat menyebabkan penurunan daya Iarut oksigen dalam air yang mengakibatkan kemampuan oksidasi air terhadap bahan-bahan organik menu run, sehingga proses pembusukan menjadi lambat. Hal ini akan mengakibatkan penurunan kualitas air. Selain itu, sccara biologik kenaikan sllhu medium tempat hidup plankton mcmpcngaruhi reproduksi dan pcrtumbuhan plankton. Apabila suhu
[6.71·
120 I
,
T = 36 C C
..
40 I20
o
I
o
10
20
--L
,
..l...
I
30
40
so
60
70
80
Waktu (j am) Gambar 1. Laju penurunan poplliasi plankton pada suhu medium bervariasi antara 34°C clan 46°C. PSPKR-BA TAN
320
Prosiding Prcscntasi I1miah Kcsclamatan Radiasi dan Lingkungan, 20 - 21 Agustus 1996 ISSN : 0854 - 4085
Oari hasil pcnelitian laboratoris ini tcrlihat bahwa kcnaikan suhu air laut scbcsar 2°C san1pai 12°C tclah mempengaruhi populasi plankton mclalui rcduksi populasi plankton dengan mcningkatnya suhu. Namun demikian hal ini belum tentu terjadi dalam keadaan yang sebcnarnya di lapangan, mengingat kondisi di lapangan sangat komplek. Akibat jangka pendek dari kenaikan suhu seperti yang diperoleh dari penelitian secara laboratoris ini yang kelihatannya membahayakan, pada kenyataannya mungkin jadi kurang bcrbahaya. Hasil pcnelitian ini nantinya dimaksudkan untuk mengkaji dampak pengoperasian PL TN di Semenanjung Muria, yang dircncanakan akan berkapasitas 7200 MWe. Menurut pengalaman Amerika Serikat yang telah mcngoperasikan PL TN untuk mcmcnuhi kebutuhan listriknya, lepasan air pendingin rcaktor akan mengakibatkan kenaik-an suhu berkisar antara 6,3°C dan 19°C. Pada musim dingin dimana suhu udara rendah maka kenaikan suhu yang cukup bcsar tidak akan mcmpengaruhi kchidupan biota, bahkan di bebcrapa wilayah beriklim sedang justru akan meningkatkan produktivitas primer phytoplankton. Scbaliknya pada musim panas, kenaikan suhu badan air akan mcnycbabkan berkurangnya produktivitas phytoplankton akibat panas [4]. Dari hasil pcnclitian phytoplankton laut di selatan California [6] diketahui bahwa tidak terlihat adanya efek dari lepasan panas tcrhadap populasi algac apabila suhu normal air kurang dari 15°C. Akan tetapi jika suhu normal air laut berkisar antara 17°C dan 20°C dan teIjadi kenaikan suhu sebesar 9°C sampai 11°C, maka terlihat kenaikan yang nyata tingkat mortalitas algae. Melihat pengalaman di atas, apabila nanti PLTN di Semenanjung Muria beroperasi dan tcrjadi kenaikan suhu sebesar 10°C (kcnaikan suhu rata-rata akibat lepasan air pendingin reaktor di Amerika Serikat), yang bcrarti suhu air laut akan mencapau 44°C, maka sangatlah mungkin akan tcrjadi penurunan populasi plankton di perairan Semcnanjung Muria, mcngingat dari hasil pcrcobaan ini terlihat bahwa di atas suhu 40°C plankton tidak dapat bcrtahan hidup Icbih dari 24 jam. Penurunan populasi plankton yang dalam ekosistem laut mcrupakan produscn 'lrimar tcntunya akan mc!;gg:1J1ggu kchidupan
'lSPKR-BATAN
biota laut lain yang bcrada di tingkat tropik di atasnya, yang akhirnya dapat menyebabkan tcrganggunya ekosistem laut di tempat itu. Lcpasan air panas dari instalasi PLTN di ncgara-ncgara yang beriklim sedang mempunyai dampak positif, yaitu pada musim dingin dapat mempercepat penetasan dan pertumbuhan tclur ikan, serta dapat dimanfaatkan untuk pemanas lingkungan pantai tcmpat rckreasi pada musim dingin. Mengingat di Indonesia yang beriklim tropis dim:ma suhu udara cukup panas scpanjang tahun, kcnaikan suhu air akibat lepasan air pendingin PLTN perlu diwaspadai, karena dikhawatirkan akan menaikkan suhu air laut di sekitarnya sampai batas toleransi kchidupan biota laut, yang dari hasil penclitian ini diketahui scbcsar 40°C. Olch karena itu apabila rcneana pcmbangunan PLTN akan direalisasikan perlu dipikirkan suatu teknologi atau disain sistem pendinginan rcaktor yang air Icpasannya tidak akan mengakibatkan kenaikan suhu air laut sampai batas toleransi kehidupan biota laut di perairan Semenanjung Muria. KESIMPULAN Dari uraian di atas dikctahui bahwa kenaikan suhu medium pereobaan (air laut yang diperkaya dengan pupuk silikat) telah mcngakibatkan penurunan populasi plankton. Laju penurunan populasi ini bcrbanding lurus dcngan besarnya suhu medium, yaitu terjadi penurunan yang cepat dengan semakin tingginya suhu. Diketahui pula bahwa batas toleransi kehidupan plankton adalah pada suhu 40°C, dimana di atas suhu tcrsebut (42°C, 44°C, dan 46°C) plankton tidak dapat bertahan hidup lebih dari 24 jam. Dari Icbih kurang 30 jenis plankton yang ditemukan di perairan Jepara, hanya jenis-jenis tertentu saja yang mampu bcrtahan hidup pada suhu lebih dari 40°C. Hasil penelitian ini dipadukan dengan hasil penclitian lapangan lainnya diharapkan dapat dijadikan dasar untuk mengkaji dampak yang mungkin ditimbulkan olch pcngopcrasian PL TN di masa datang, schingga kcrusakan ckosistcm laut di sckitar Scmcnanjung Muria dapat dihindari.
321
Prosiding Present",i IImiah Kesdamalan ISS:'\
Radiasi dan Lingkungan, 20 . 21 Agustus 1996
: OS5~ . -tOSS
DAFTAR
PUSTAKA
I. NEWJEC, Kerangka Acuan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, 1996, 2. 2.S0EGIARTO, A. dan KASIJAN, R., Pencemaran Air Panas Terhadap Laut Periu Mendapat Perhatian Khusus Dalam Pembangunan PLTN, Prosiding Lokakarya Keselamatan Reaktor dan Segi Humasnya, BAT AN, Semarang (1976). 3. MARTONO, I. A., Kemungkinan Penccmaran Karena Pembangkitan Tenaga Listrik di JakaI1a, Publikasi Lembaga Masalah Ketenagaan 05-ER-75 (1975). 4. IAEA, Environmental Effects of Cooling Systems, Technical Report Series No.202, Vienna (1980). 5. GLASSTONE, S. and JORDAN, W. H., Nuclear Powcr and Its Environmental Effects, American Nuclear Society, Illinois (1981). 6. BRIAND, F. J. P., Effects of Power-Plant Cooling Systems on Marine Phytoplankton, Marine Biology, 33 (1975) 7. BECKER, C. D., Aquatic Bioenvironmental Studies : The Hanford Experience 1944 84, Eisvier, Amsterdam (1990).
DISKUSI
Warmo S. - BTKL' I. Mohon dijelaskan hubungan kenaikan suhu 34°C - 46°C terhadap populasi plankton baik jumlah dan jenisnya ? 2. Pada suhu berapa yang masih aman bagi plankton? 3. Apakah bisa dibuat koreksi dari kenaikan suhu (1°C, 2°C, dst.) dengan kematian plankton baik jumlah dan jenisnya ? Poppy Intan T. : I. Kenaikan suhu akan mengakibatkan daya larut O2 dalam air menu run schingga proses degradasi bahan organik terhambat akibatnya kualitas menu run dan JlImlah plankton menllrun. Kenaikan suhu juga menyebabkan terganggunya reproduksi plankton yang I11embutuhkan suhu tertentll Memang ada jenis plankton tertentu yang tahan tcrhadap suhu tinggi vang
PSPKR-BA T/\'~
dimllngkinkan plankton, seperti 2. Keniakan suhu dari 40°C). 3. Bisa dibuat kenaikan suhu plankton.
oleh struktur/bentuk sel ketebalan dinding sel. kurang dari 6 °C (kurang korelasilhubungan antara dengan jumlahlpopulasi
Gatot Sllhariyono - PSPKR : I. Bagaimana cara mengukur banyaknya plankton sebab setahu saya plankton itu kecil-kecil '1. 2 Apa dampaknya terhadap PLTN terutama buangan air pendingin ke laut (menurut USA naik 10 DC) karena menurut penelitian Saudari makin naik suhunya makin berkurang jumlah plankton? Apakah bisa disimpulkan buangan air pendingin membahayakan ekosistem air laut terutama makhluk hidup seperti plankton. ikan dll. '1. Poppy Intan T. : I. Plankton dihitung dengan bantuan mikroskop dengan perbesaran 40-100 kali. 2. Dari hasil penelitian di laboratorium. memang terlihat jumlah plankton menurun dengan bertambahnya suhu. Namun keadaan di lapangan belum tentu demikian mengingat banyak faktor-faktor lain. Di negara dengan 4 musim kenaikan suhu air laut akibat PLTN pada musim dingin justru memberi dampak positif bagi kehidupan ikan. Tetapi periu diingat bahwa di Indonesia yang suhu air lautnya tinggi kemungkinan yang timbul adalah dampak negatifuya. Rojiq Syaiflldin - PSPKR : I. Apakah yang menyebabkan berkurangnya jumlah plankton pada suhu normal (34 DC) ? 2. Dampak apa yang timbul bila jumlah plankton berkurang drastis akibat suhu naik akibat operasi PL TN? Poppy Intan T.' I. Mungkin disebabkan karcna berkurangnya jumlah nutrisi dan menurunnya kualitas air mengingat sistem yang digunakan adalah tertutup yang berbeda dengan kondisi di laut yang selalu berubah karena adanya arus. 2. Seperti diketahui plankton Illcrllpakan produscn !,rimcr dalam ekosistem lall! vallg 322
Prosiding Prcscntasi Iltniah J-..:cschlll:1tan Radiasi d:11l Lingkllllgan. ISSN
20 - 21 Agusttls
199()
: OSS-t - -tUSS
artinya merupakan ba,han makanan bagi biota laut lainnya. Sehingga apabila populasinya bcrkurang, akan mengganggu kehidupan biota lain seperti kerang dan ikan. Arifzn S. Kusliono - l',)'J'KR : I. Berapa suhu air taut di lokasi '1. Bagaimana variasinya tcrhadap waktu misalnya pada siang dan malam hari '1 Juga variasinya tcrhadap kedalaman '1. 2. Oitinjau dari dampak termaL PLTN tentunya tidak jauh bcrbeda dcngan PLT konvensional laninnya. Saya mcngusulkan untuk mclakukan survei/pengall1atan dampak di PLT konvensional misalnya PLTU Suralaya Air pendingin tcntunya tidak langsung dibuang tetapi dialirkan dahulu supaya suhunya turun. Poppy Inlan T I. Suhu air taut di lokasi adalah 34°C. Variasi terhadap siang dan malam tentu saja ada tetapi tidak bcgitu bcsar, dCll1ikian pula kcdalaman. 2. Tcrima kasih atas usulnya. Oari aeuan yang kall1i baea, kcnaikan suhu rata-rata 10 °e adalah di !aut di tcmpat lcpasan. setclah air pcndingin dialirkan untuk mcnurunkan suhunya. Syahrir - PTPLR' Oari pcngalaman bahwa PLTN di Iuar negeri yang sudah operasi, bcrapa kcnaikan suhu dan luas pcrscbarannya. Apakah lI1i akan mcmberikan dampak yang berarti '1. Poppy Intan T : Kenaikan suhu bervariaisi yaitu berkisar antara 6-14 °e atau rata-rata 10 °e, dan luas perscbarannya mcmang hanya beberapa km dari tempat lepasan. Tctapi dari hasil survei/penelitian lapangan keadaan terscbut tctap mcmbcrikan dampak bagi ckosistcm laut di sekitar tcmpat lepasan. Tcrutama pada musim panas, tingkat mortalitas dari biota laut eukup tinggi (ada yang mcneapai 60%).
2. Apa yang mcnyebabkan jumlah plankton berkurang pada suhu nonnal '1. 3. Jika pada suhu di atas 400e semua plankton mati, bagaimana saran Anda terhadap STSK karena masalah ini akan mcnjadi penghambat pCll1bangunan PLTN ? Poppy Inlan T. : I. Penurunan plankton sampai 95% memang tidak diharuskan demikian, tetapi untuk lebih mcmastikan dan melihat laju penurunannya. 2. Sudah terjawab. 3. Oisarankan agar disain struktur pcndingin PL TN agar scdemikian rupa schingga lepasannya tidak menaikkan suhu lebih dari 6°C. Jihun Sembiring - BPTA Apa yang Anda sarankan pada pengopcrasian PLTN sehingga pcmbuangan panas oleh air pendingin ke lingkungan tidak akan mengganggu populasi plankton? Poppy Intan T. : Sudah ler/awab Abbas Ras - PAIR' I. Berapa meter dari garis pantai. air panas buangan reaktor tersebut dapat berpengaruh terhadap air Iaut '). 2. Bagaimana eara pengambilan air laut dan plankton, dalam hal ini variasi jarak dari pantai dan kedalaman '1. Poppy Inlan T. : I. Oari pengalaman negara lain yang melepaskan air pendingin di !epas pantai (beberapa km) dari garis pantai terjadi dampaklpengaruh terhadap kenaikan air laut. 2. Air taut dan plankton diambil di lepas Pada pantai ± I km dari garis pantai. kcdalaman tidak lebih dari 5 m. Plankton diambil pada pcnnukaan laut ± 20-30 em di pcm1ukaan.
5,'aha/a LlImbanraja - PI'kTN . 1. Mcngapa jumlah plankton harus bcrkurang )~%L apakah pcnclitian in, I11cllgharuskan ;;,.;miklan'1.
PS"~.R-BATAN
323