BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan
ekonomi
yang
semakin
mantap
dan
meningkatnya
pendapatan perkapita mengakibatkan peningkatan akan konsumsi masyarakat dalam segala bidang kehidupan termasuk dalam bidang kesehatan. Di samping itu, tingkat kesadaran masyarakat yang semakin tinggi akan pentingnya kesehatan menimbulkan tuntutan masyarakat akan peningkatan dan pengembangan fasilitasfasilitas pelayanan kesehatan di bidang medik. Tingkat kemakmuran yang semakin baik di kalangan masyarakat pada umumnya, terlebih lagi dengan muncul dan berkembangnya golongan-golongan masyarakat yang lebih mampu, menimbulkan lebih lanjut diversifikasi kebutuhan atas tingkat pelayanan kesehatan yang dapat diberikan oleh klinik-klinik dan rumah sakit baik yang mencakup upaya penyembuhan (kuratif), pemulihan (rehabilitatif) maupun upaya peningkatan (promotif) dan pencegahan (preventif). Hal-hal tersebut di atas menjadi memungkinkan dikelolanya penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan dibidang medik secara komersial, di samping tetap mempertahankan fungsi sosial dalam pelayanannya sebagaimana telah ditentukan dalam Sistem Kesehatan Nasional. Guna memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat, berkembangnya upaya pelayanan kesehatan masyarakat di bidang medik, Pemerintah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor: 84/MENKES/PER/II/1990, telah mendorong keikutsertaan badan hukum swasta, termasuk Perseroan Terbatas (PT) untuk meningkatkan peran sertanya 1
2
mendirikan/menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan masyarakat di bidang medik, termasuk rumah sakit. PT. Mayapada Healthcare Group merupakan perusahaan induk (holding company) dari kelompok usaha Mayapada yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan. PT. Mayapada Healthcare Group memiliki 99,95 persen PT. Surya Cipta Inti Cemerlang. PT. Surya Cipta Inti Cemerlang merupakan unit usaha yang khusus berinvestasi pada PT. Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk. dan menjadi pengendali Perseroan. PT. Nirmala Kencana Mas adalah Entitas Anak Perseroan yang akan mengembangkan rumah sakit di daerah Jakarta Selatan. PT. Fajar Kharisma Nusantara adalah Entitas Anak Perseroan yang akan mengembangkan rumah sakit di daerah Bogor. Diagram hubungan kepemilikan antara PT. Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk. dengan pemegang saham berbentuk hukum dan entitas anak dapat digambarkan sebagai berikut: Dato’ Sri Prof. DR. Tahir, MBA
Jonathan Tahir
20%
50%
Jane Dewi Tahir
Grace Dewi Ryadi
10%
10%
Dewi Victoria Ryadi
10%
PT MAYAPADA HEALTHCARE GROUP
99,95%
0,90%
PT Surya Cipta Inti Cemerlang
Raymond
85,50%
0,90%
Windoyo Simbung
0,05%
0,90%
PT Nirmala Kencana Mas (NKM)
13,55%
Dave Akharsyah Hikarno
PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk.
99,39%
Masyarakat
95%
5%
PT Fajar Kharisma Nusantara (FKN)
Sumber : PT. Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk. Gambar 1.1 Struktur Organisasi Perusahaan
3
Dalam melaksanakan kegiatan usahanya tersebut, PT. Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk. memiliki sebuah rumah sakit bernama Mayapada Hospital (dahulu bernama RS Honoris) yang dibangun di tengah-tengah masyarakat Kota Tangerang yang terletak di Perumahan Modernland di Jalan Honoris Raya Kav 6, Kota Tangerang, Banten. Rumah sakit berlantai lima ini dilengkapi dengan 200 tempat tidur, dengan luas total bangunan kurang lebih 14.561 m2, di atas tanah seluas 21.425 m2. PT. Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk. memiliki dua anak perusahaan yaitu PT. Nirmala Kencana Mas (NKM) dan PT. Fajar Kharisma Nusantara (FKN). 1.
NKM akan mengembangkan rumah sakit di daerah Jakarta Selatan dan saat ini, sedang melaksanakan pembangunan RS Mayapada di Jalan Lebak Bulus 1, Kelurahan Cilandak Barat, Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan. Kantor pusat NKM berlokasi di Gedung Mayapada Tower, Lantai 16 Suite 3, Jalan Jend. Sudirman, Kav.28, Kecamatan Setiabudi, Jakarta Selatan. Pemilikan saham Perseroan di NKM adalah 99,39 persen.
2.
FKN direncanakan akan mengembangkan rumah sakit di daerah Bogor. Sampai dengan saat ini FKN belum beroperasi secara komersial, karena aset yang dimiliki masih berupa lahan kosong yang berada di daerah Bogor. Pemilikan saham Perseroan di FKN adalah 95 persen. Pada tanggal 11 April 2011, PT. Sejahteraraya Anugrahjaya resmi tercatat
sebagai perseroaan publik di Bursa Efek Indonesia dengan mencatat 5.535.250.000 sahamnya. Kode PT. Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk. di BEI adalah SRAJ.
4
Saat ini, saham Perseroaan yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia berjumlah 5.535.250.000 saham. Berikut adalah harga saham SRAJ di Bursa Efek Indonesia sejak terdaftar di bursa pada tanggal 11 April 2011 sampai waktu penilaian Desember 2011.
Sumber : Yahoo Finance Grafik 1.1 Pergerakan Harga Saham Perusahaan, April 2011 - 21 Desember 2011 Seperti telah disebutkan di atas, saat ini anak perusahaan yaitu NKM sedang membangun Mayapada Hospital yang terletak di Jalan Lebak Bulus 1, Kelurahan Cilandak Barat, Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan. NKM telah
5
memulai pembangunan rumah sakit sejak akhir tahun 2010, dengan menggunakan modal sendiri dan pinjaman dari perbankan. Namun dalam pelaksanaannya, NKM mengalami kekurangan dana untuk penyelesaian pembangunan Mayapada Hospital, Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Rencana anggaran biaya keseluruhan yang diperlukan untuk pembangunan Mayapada Hospital, Lebak Bulus, Jakarta Selatan adalah sebesar Rp919,62 milyar. Realisasi biaya pembangunan sampai dengan akhir 31 Desember 2011 sudah mencapai Rp479,15 milyar dengan progres fisik sekitar 51,37 persen. Biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pembangunan Mayapada Hospital adalah sebesar Rp485,94 milyar (sudah termasuk beban bunga selama masa pembangunan sebesar Rp13,84 milyar dan modal kerja sebesar Rp31,63 milyar). Sumber pembiayaaan untuk penyelesaian pembangunan Mayapada Hospital Lebak Bulus direncakan sebagai berikut: Tabel 1.1 Sumber Pembiayaan
No.
Jenis Pembiayaan
BIAYA INVESTASI 1. Pinjaman Bank (67,05%) 2. Modal Sendiri (32,95%) Total IDC 1. Pinjaman Bank (0,00%) 2. Modal Sendiri (100,00%) Total MODAL KERJA 1. Pinjaman Bank (50,59%) 2. Modal Sendiri (49,41%) Total TOTAL 1. Pinjaman Bank (64,07%) 2. Modal Sendiri (35,93%) Total
Total (Rp. 000)
295.346.791 145.125.170 440.471.961 0 13.844.381 13.844.381 16.000.000 15.625.853 31.625.853 311.346.791 174.595.404 485.942.195
Sumber : Studi Kelayakan Usaha PT. Nirmala Kencana Mas Tahun 2012
6
Sehubungan dengan fasilitas kredit yang diajukan Perseroan kepada pihak perbankan
tidak
dapat
memenuhi
seluruh
kebutuhan
pembiayaan
atas
pembangunan rumah sakit tersebut maka dibutuhkan tambahan modal sendiri sebesar Rp174.595.404.000,- seperti yang disajikan pada Tabel 1.1.
Untuk
memenuhi tambahan modal tersebut, SRAJ berencana mengajukan pinjaman kepada induk perusahaan dalam hal ini PT. Surya Cipta Inti Cemerlang (“SCIC”) untuk kemudian dipinjamkan ke anak perusahaan (NKM) selaku penyelenggara dan pengelola Mayapada Hospital di Jakarta Selatan sebesar Rp175 milyar. Karena rencana transaksi tergolong transaksi afliasi dan transaksi material (transaksi melebihi 20 persen dari nilai ekuitas perseroan), maka peraturan IX.E.1 Bapepam–LK tentang transaksi afilasi dan IX.E.2 Bapepam–LK tentang transaksi material dan perubahan kegiatan usaha, perlu dilibatkan penasehat keuangan yang independen di pasar modal guna mengetahui dampak atas rencana transaksi tersebut terhadap para pemegang saham. Sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Bapepam LK No. IX.E.1, Perseroan akan menerima fasilitas pinjaman sebesar Rp175.000.000.000,- (Seratus tujuh puluh lima milyar rupiah) dari pemegang saham utama , “SCIC”, dengan kepemilikan saham 81,71 persen di Perseroan atau setara dengan 4.522.750.000 lembar saham Perseroan, maka rencana menerima fasilitas pinjaman tergolong dalam transaksi afiliasi. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Bapepam No IX. E.2, nilai transaksi yang melebihi nilai 20 persen (dua puluh persen) tetapi kurang dari 50 persen (lima puluh persen) ekuitas adalah termasuk dalam kategori transaksi material. Dengan mengacu ke Peraturan ini maka rencana transaksi ini termasuk dalam
7
katagori
transaksi
material
karena
rencana
nilai
transaksi
sebesar
Rp175.000.000.000,- (seratus tujuh puluh lima milyar rupiah) melebihi nilai 20 persen (duapuluh persen) dari ekuitas Perseroan. Adapun ekuitas Perseroan berdasarkan Laporan keuangan per 31 Desember 2011 yang diaudit oleh Paul Hadiwinata, Hidajat, Arsono, Ade Fatma dan Rekan
tercatat sebesar
Rp646.424.134.085,- (Enam ratus empat puluh enam milyar empat ratus dua puluh empat juta seratus tiga puluh empat ribu delapan puluh lima rupiah). Dalam rangka pelaksanaan rencana transaksi dan untuk memenuhi ketentuan-ketentuan yang diatur dalam peraturan bapepam dan LK No. XI.E.1 dan No. IX.E.2, maka perlu dilakukan penelitian mengenai kewajaran atas transaksi tersebut. Dari hasil penelitian tersebut akan digunakan oleh Badan Pengawas Pasar Modal atau para pemegang saham untuk memastikan apakah transaksi tersebut merupakan pilihan yang tepat dan aman bagi para pemegang saham. 1.1.1 Perumusan masalah Pendapat kewajaran atau fairness opnion adalah pendapat yang diberikan oleh seorang penasehat keuangan independen yang berkaitan dengan kewajaran atas transaksi korporasi yang terjadi pada pasar corporate control tersebut, umumnya untuk transaksi yang memiliki kendali (control transaction) atau transaksi dengan afiliasi (Ruky, 2010: 3). Clements (2005: 12), mengatakan bahwa pendapat kewajaran adalah suatu pendapat atau pertimbangan dari ahli (expert judgment), bukan pernyataan tentang fakta (statement of facts). Pendapat kewajaran untuk melihat nilai dari suatu kepentingan bisnis (business interest) yang diterima dibandingkan dengan nilai yang dilepaskan atau sebaliknya, dan ini terkait dengan suatu transaksi.
8
Menurut Howard (2005) kata kunci dari pendapat kewajaran adalah “Are the shareholder or beneficiaries better off with or without the proposed transaction”. Sekarang ini, pendapat tersebut digunakan oleh Bapepam-LK yang menyatakan bahwa untuk sampai pada kewajaran transaksi, juga harus dilihat apakah transaksi memberikan nilai tambah (value added) bagi pemegang saham yang melakukan transaksi korporasi dan ini dilakukan antara lain melalui analisis inkremental (Ruky, 2010: 6). Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan dilakukannya pendapat kewajaran atas suatu transaksi korporasi adalah untuk menjamin keamanan para pemegang dan menjaga nilai dari korporasi agar atas transaksinya dapat memberikan nilai tambah. Menurut Ruky (2010: 76), di dalam kewajaran transaksi perlu dilakukan analisis baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Analisis kualitatif meliputi: identifikasi dan hubungan pihak-pihak yang terlibat, alasan transaksi, prosedur, syarat-syarat transaksi, dan keuntungan dan kerugian. Analisis kuantitatif meliputi: 1) analisis harga (riwayat dan kinerja masa lalu, makro ekonomi dan industri, rasio keuangan, proyeksi arus kas, biaya kapital, dan perkiraan nilai), 2) analisis inkremental (nilai tambah dan dampak keuangan) seperti pada Gambar 1.2.
9
Identifikasi dan hubungan pihak-pihak terlibat Alasan transaksi
ANALISIS KUALITATIF
Prosedur
Syarat-syarat transaksi
Keuntungan dan Kerugian
PENDAPAT KEWAJARAN
ANALISIS KUANTITATIF
ANALISIS HARGA A. Penilaian NPW: - Riwayat dan kinerja masa lalu - makro ekonomi dan industri - Rasio Keuangan - Proyeksi arus kas - Biaya kapital - Perkiraan nilai B. Harga vs NPW ANALISIS INKREMENTAL - Nilai tambah - Dampak Keuangan
Sumber : Ruky (2010 : 76) Gambar 1.2 Bagan Analisis Kewajaran Transaksi Menurut Ruky (2010: 162), dalam mengkuantifikasi nilai tambah dari suatu transaksi korporasi dapat dilakukan melalui berbagai cara, misalnya dalam kasus debt equity swap dan akuisisi, melalui uji neraca (balance sheet test), membandingkan rasio-rasio posisi keuangan sebelum dan sesudah transaksi, dalam kasus akuisisi kepemilikan saham yang bersifat integrasi vertikal, bisa juga melalui penurunan biaya (decremental cost), integrasi horisontal dalam bentuk penambahan pangsa pasar, dalam kasus pemberian pinjaman kepada afiliasi dalam bentuk perbedaan tingkat bunga dan jangka waktu, dan sebagainya.
10
Dalam rangka pembangunan Mayapada Hospital (investasi oleh anak perusahaan) yang dalam pelaksanaanya mengalami kesulitan dana, SRAJ mempunyai dua skenario; pertama, dengan skenario tidak melanjutkan pembangunan Mayapada Hospital, kedua dengan melanjutkan pembangunan Mayapada Hospital. Dengan skenario pembangunan Mayapada Hospital tidak dilanjutkan maka perusahaan akan kehilangan potensi pendapatan bahkan menanggung tambahan beban operasi, di sisi lain apabila pembangunan Mayapada Hospital dilanjutkan maka SRAJ akan memiliki potensi pendapatan, namun untuk menyelesaikan pembangunan SRAJ harus menyediakan dana tambahan. Dari uraian di atas, PT. Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk. dalam rangka memperoleh pinjaman dari induk perusahaan dalam hal ini PT. Surya Cipta Inti Cemerlang (“SCIC”) untuk kemudian dipinjamkan ke anak perusahaan (NKM) adalah merupakan transaksi afliasi dan transaksi yang bersifat material. Hal ini cukup penting untuk dilakukan penelitian mengenai ada atau tidaknya penambahan nilai (analisis inkremental) sebagaimana disyaratkan oleh Bapepam-LK, terutama mengenai nilai saham (sebagai nilai tambah) yang saat ini belum dilakukan oleh pihak manajemen. Oleh karena itu, analisis ini diperlukan untuk menentukan apakah terjadi peningkatan nilai (increasing), atau bahkan penurunan nilai (decreasing) sebelum dan sesudah transaksi. Dengan demikian hasil penilaian ini akan bermanfaat bagi para pemegang saham dan Bapepem-LK sebagai bahan pertimbangan apakah transaksi yang telah dilakukan oleh manajemen adalah keputusan yang tepat dan aman.
11
1.2 Keaslian Penelitian Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penilaian perusahaan atau penilaian saham perusahaan, diantaranya sebagai berikut. 1.
Fernandez
(2002)
melakukan
penelitian
dengan
mencoba
untuk
mengumpulkan semua metoda yang digunakan untuk menilai perusahaan dengan menggunakan model discounted cash flow (DCF). Dari hasil penelitiannya terdapat 10 metoda DCF yang dapat digunakan untuk menilai perusahaan. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa metoda yang sering digunakan tersebut selalu memberikan nilai yang sama. Hasil ini secara logika dapat diterima karena menganalisis kondisi yang sama dengan hipotesa yang sama pula. Perbedaannya hanya pada aliran cash flow yang digunakan sebagai titik awal. 2.
Jing, Nissim, dan Thomas (2002), melakukan penelitian untuk menilai penyertaan modal di perusahaan dengan menggunakan multiples (angka pengganda). Penelitian ini menggunakan data yang berasal dari harga, analisa peramalan dari para analisis dan earning per share dari saham-saham yang ada di IBES selama tahun 1982 sampai dengan 1999. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa multiples (angka pengganda) yang berdasarkan proyeksi earning
dapat menjelaskan harga yang wajar dari seluruh sampel data.
Setelah itu earning berdasarkan data historis berada di tempat kedua sementara itu aliran kas dan book value di urutan selanjutnya serta yang paling akhir adalah multiple yang berasal dari penjualan. 3.
Jennergen, Petter, March (2006) melakukan penelitian dalam penggunaan continuing value atau nilai terminal di dalam menilai perusahaan dengan
12
menggunakan model discounted cash flow (DCF). Penelitian ini bertujuan untuk meneliti komponen dari nilai terminal khususnya yang berkaitan dengan capital expenditure dan tax saving due to depreciation property, plan and equipment. Hasil dari penelitian tersebut adalah model yang digunakan untuk menghitung nilai terminal cukup sederhana dan konsisten. 4.
Tauriesanto (2007) melakukan analisis nilai intrinsik saham PT BNI Tbk. dalam proses privatisasi pada tahun 2007. Analisis data menggunakan analisis makro ekonomi dan industri perbankan, analisis rasio keuangan serta penilaian saham dengan menggunakan pendekatan discounted cash flow dan pendekatan data pasar yang selanjutnya direkonsiliasi. Hasilnya adalah bahwa nilai intrinsik saham perusahaan mengalami undervalued terhadap nilai pasar.
5.
Utomo (2008) melakukan analisis nilai pasar wajar saham PT. Central Proteinaprima Tbk. pasca akuisi PT. Dipasena Citra Darmaja. Pemimpin Konsorsium Neptune yang memenangkan lelang penjualan aset kredit dan saham PT Dipasena Citra Darmaja. Pendekatan penilaian yang digunakan adalah pendekatan pendapatan dengan metoda discounted cash flow (DCF).
6.
Welc (2010) mengevaluasi keefektifan dari penyesuaian fundamental Price/Sales Multiple dalam membedakan antara undervalued dan overvalued saham yang tercatat di bursa efek Warsaw. Karena net sales selalu positif maka manfaat yang significant dari Price/Sales Multiple tidak berguna dalam periode yang memiliki karakteristik ekonomi yang merosot seperti pada ekonomi global saat ini. Data penelitian diambil mulai tahun 1999 hingga 2009. Analisis tingkat pengembalian tahunan memperlihatkan bahwa pada kasus bursa efek Warsaw hampir 20 persen dari pembelian saham yang
13
strategis semua saham undervalued yang diindikasikan oleh regresi linier dari Price/Sales Multiple yang telah mendongkrak rata-rata tingkat pengembalian tahunan menjadi melebihi tingkat pengembalian tahunan alternatifnya yang strategis berdasarkan multiple yang sederhana. 7.
Cain dan Denis (2010), menganalisa hasil penilaian dari perusahaan target yang diungkapkan dalam Pendapat Kewajaran saat negosiasi merger antara tahun 1998 sampai 2005 di Amerika. Hasil rata-ratanya, Penasehat Keuangan/Penilai Usaha perusahaan pengakuisisi (Acquirer) memperlihatkan suatu tingkat optimisme yang lebih tinggi dalam penilaian dibandingkan Penasehat Keuangan/Penilai Usaha dari perusahaan yang diakuisisi. Reaksi harga saham saat pengumuman merger dan dibukanya Pendapat Kewajaran kepada publik berhubungan positif dengan perbedaan antara hasil penilaian perusahaan target dengan penawaran harga saham merger. Penawaran lebih tinggi daripada nilai maka nilai transaksi adalah wajar. Disimpulkan bahwa pendapat kewajaran berisi informasi yang sebelumnya tidak tersedia bagi pelaku pasar.
8.
Damodaran (2009) melakukan penelitian mengenai risk premium pada 109 negara-negara di dunia. Risk premium ini diperlukan dalam perhitungan biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) khususnya dalam perhitungan biaya ekuitas (cost of equity) sebagai salah satu komponen WACC.
9.
Damodaran (2011) dalam kertas kerjanya mengamati equity risk premium secara praktikal. Dimulai dengan mengamati determinan ekonomi termasuk meneliti investor yang berpreferensi menghindari risiko, ketersediaan informasi yang tidak pasti (uncertainty) dan persepsi dari risiko makro
14
ekonomi. Damodaran mencatat keterbatasan dalam pengamatan ini bahkan untuk pasar Amerika yang data historis jangka panjangnya tersedia, apalagi di Emerging Market dengan data yang terbatas dan volatile. Pengamatan Damodaran menggunakan 2 (dua) pendekatan untuk mengestimasi equity risk premium. Pertama, pendekatan survei di mana investor dan pimpinan perusahaan diminta untuk menilai tentang risk premium dan implikasi pendekatannya. Mereka mengestimasi forward looking dari premium dengan cara di estimasi menggunakan harga saham saat itu, dan risiko premium dari pasar non saham. Kedua, Damodaran mengamati hubungan risk premium antara pasar saham dan risk premium pasar obligasi (default spread) dan real estate (cap rates), sampai bagaimana hubungan tersebut dapat menghasilkan ekspektasi equity risk premium. Damodaran menyelesaikan kertas kerjanya dengan memeriksa mengapa pendekatan yang berbeda menghasilkan nilai yang berbeda untuk equity risk premium, dan bagaimana memilih angka yang tepat untuk digunakan dalam menganalisis nilai. Penelitian di atas mengulas mengenai metoda yang digunakan untuk menilai saham, bermacam-macam metoda dapat digunakan, namun demikian model yang sering digunakan dan sudah terbukti dapat mengestimasi nilai intrinsik atau nilai yang seharusnya dari saham adalah Discounted Cash Flow (DCF). Pada penelitian kali ini juga menggunakan pendekatan yang sama yaitu pendekatan pendapatan dengan menggunakan metoda discounted cash flow. Sebagai pembanding atau sanitary chek
digunakan pendekatan yang lain yaitu pendekatan data pasar
(relative valuation). Objek yang dijadikan penelitian yaitu mengestimasi nilai
15
intrinsik saham PT. Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk. dalam rangka investasi anak perusahaan (pembangunan Mayapada Hospital Lebak Bulus, Jakarta Selatan).
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian adalah: 1.
menghitung nilai intrinsik saham PT. Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk. per tanggal 31 Desember 2011 dengan skenario investasi anak perusahaan (pembangunan Mayapada Hospital, Lebak Bulus, Jakarta Selatan) tidak dilanjutkan;
2.
menghitung nilai intrinsik saham PT. Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk. per tanggal 31 Desember 2011 dengan skenario investasi anak perusahaan (pembangunan Mayapada Hospital, Lebak Bulus, Jakarta Selatan) dilanjutkan;
3.
melakukan analisis inkremental terhadap nilai intrinsik saham dan rasio keuangan
apakah
mengalami
kenaikan
(increasing) atau
penurunan
(decreasing) apabila investasi anak perusahaan dilanjutkan dibanding apabila investasi anak perusahaan tidak dilanjutkan. Nilai yang diperoleh dapat digunakan sebagai salah satu dasar pertimbangan bagi para pemegang saham dan Bapepam-LK untuk mengetahui apakah transaksi yang telah dilakukan oleh manajemen adalah keputusan yang tepat dan aman. 1.3.2 Manfaat penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah. 1.
Bagi Manajemen, Praktisi, Profesional dan Investor, untuk memberikan gambaran penilaian saham
perusahaan Healt Care (pelayanan kesehatan)
16
sehingga diperoleh peningkatan kualitas keterbukaan informasi terhadap pengelolaan bisnis ini di Indonesia. 2.
Bagi pemerintah khususnya Badan Pengawas Pasar Modal dapat berguna sebagai pedoman untuk melakukan penilaian atau evaluasi terhadap kinerja perusahaan dalam rangka pengawasan.
3.
Bagi Akademisi, sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan dalam bidang penilaian bisnis, terutama pendalaman dalam penilaian bisnis Health Care. Metoda yang digunakan dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya.
1.4 Sistematika Penulisan Sistematika
penulisan
dalam penelitian ini dimulai dengan BAB I
Pengantar, dimana penulis menguraikan latar belakang permasalahan penelitian yang berisi paparan singkat perihal situasi SRAJ yang bergerak dalam bidang industri Health Care, baik secara kontekstual maupun konseptual yang didukung oleh jurnal–jurnal yang berhubungan. Di dalam bagian keaslian penelitian, penulis melakukan studi terhadap beberapa penelitian terdahulu sebagai bahan referensi dan menunjukkan bahwa penelitian Health Care Business ini belum pernah dilakukan sebelumnya. Tujuan penelitian adalah memberikan informasi kepada Manajemen tentang peningkatan Nilai dari SRAJ pasca keputusan Investasi. Sementara manfaat penelitian dibagi tiga yaitu manfaat bagi pemerintah, akademisi dan praktisi. Di samping itu dipaparkan pula sistematika penulisan secara singkat.
17
BAB II menguraikan tinjauan pustaka dan alat-alat analisis, berisi uraian mengenai pembahasan lebih lanjut jurnal–jurnal yang dijadikan bahan referensi bagi penulis, berbagai landasan teori yang mendukung isi penelitian seperti teori Health Care Valuation, teori pendekatan pendapatan, teori pendekatan data pasar, teori pendekatan Aktiva dan berbagai definisi tentang terminologi penilaian bisnis seperti discounted cash flow method, adjusted net asset method, discount rate, capitalization rate dibahas pula pada bab ini. Alat analisis yang digunakan adalah discounted cash flow method dan relative valuation. BAB III membahas mengenai analisis data yang telah diperoleh selama penelitian, seperti rencana jangka panjang perusahaan, laporan keuangan perusahaan (audited), analisa ekonomi makro dan Health Care Business yang mengacu pada praktek di bursa Singapura, Malaysia, dan Bursa Efek Indonesia, Cara–cara penelitian yang dipilih oleh penulis akan disampaikan pula sebagai gambaran lebih lanjut dari proses penelitian. BAB IV merupakan kesimpulan dan saran, dimana pada akhir bab akan disampaikan kesimpulan dan saran dari penulis terhadap hasil penelitian, menjawab tentang Nilai Pasar Wajar saham SRAJ yang dipandang tepat untuk mencapai hasil penilaian yang fair.