1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Masalah Yang Diketengahkan Di Era persaingan pasar global yang sangat keras pada saat ini membuat
ilmu pengetahuan dan teknologi di berbagai bidang mengalami kemajuan pesat. Kemajuan ini memacu para pelaku dunia industri untuk terus menggali semua potensi dan peluang yang ada sehingga dapat terus meningkatkan kualitas dan daya saingnya. Kemajuan ini tentu juga berdampak kepada dunia industri perkulitan di Indonesia yang pada saat ini sedang mengalami kelesuan. Kenyataan ini seharusnya menjadi tantangan bagi generasi baru industri kulit untuk menjawabnya, sehingga masa depan industri kulit di Indonesia kembali cerah. Tentu saja tidak mudah dalam menjawab tantangan yang maha berat ini, oleh karena itu perlu terus dilakukan pengkajian terhadap teknologi perkulitan secara berkesinambungan. Perusahaan penyamakan kulit CV. Lengtat Leathers merupakan salah satu perusahaan yang masih bertahan dan mampu menghasilkan kulit jadi, dengan hasil produksi antara lain : kulit atasan sepatu Floater, CGB, Suede, Softy Nappa, Crazy Horse, Nubuck, Nappa Full Grain, dan kulit Upholstery/jok. Semua hasil produksi tersebut digunakan untuk memenuhi order yang ada seperti di wilayah Bandung, Jakarta dan lainnya. Keberadaan perusahaan kulit seperti CV. Lengtat Leathers di Indonesia sangat penting artinya bagi masa depan industri kulit. Di Indonesia kebutuhan kulit Atasan sepatu ( upper ) lebih banyak dibandingkan dengan kebutuhan akan kulit garment dan kulit glove. Sepatu penutup dan alas kaki, akan tetapi sekaligus melindungi kaki dari kondisi alam dan cuaca seperti panas, gesekan fisik dari benda tumpul maupun benda tajam, dan bahkan berfungsi sebagai aksesoris fashion. Kulit Box adalah kulit atasan sepatu ( upper leather ) dengan bahan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2
mentah dari kulit sapi, anak sapi, atau kerbau yang disamak krom, digemuk sedang dan diberi warna hitam, coklat atau warna-warna lain. Kulit Box digunakan untuk atasan sepatu biasa atau sepatu kerja, tebal kulit Box rata-rata dari 1,6 – 2,2 mm, menurut keperluan dari sifat kulit box / atasan sepatu yang baik adalah lemas, pegangan penuh, struktur kuat, nerf harus tidak lepas dan tidak mudah pecah-pecah, gambar nerf harus tidak boleh kelihatan, dan ini hanya bisa diperoleh dari kulit hewan muda ( Balai Penelitian Kulit, 1987 ). Untuk kulit atasan sepatu yang lain adalah Nappa UpperShoe. Nappa Leather adalah kulit lemas dengan rajah asli yang dibuat dari kulit domba, kambing atau sapi. Biasanya jenis kulit ini sangat lembut, tipis, dan disamak dengan bahan penyamak krom untuk atasan sepatu, busana dan kulit mebel . Kulit Nappa banyak peminatnya karena keindahan rajah dan kerataan warnanya. Rajah yang diimaksud adalah kencang ( tidak bergelombang ) untuk semua area terutama pada bagian perut dan punggung , namun tetap lembut (Anonim, 1986). Untuk membentuk karakter suatu jenis kulit, dalam hal ini seperti kulit atasan (Upper Leather) ditentukan oleh banyak faktor, salah satunya adalah peminyakan (Fatliquoring) . Peminyakan merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan karakteristik kulit jadi, baik dari sudut pandang keindahan maupun keenakan pakainya. Peminyakan memiliki efek yang cukup besar pada sifat-sifat fisik kulit jadinya seperti kepecahan, kemuluran, kelemasan, ketahanan sobek, ketahanan air dan keenakan pakai . Tujuan dari peminyakan yaitu untuk melapisi serat-serat kulitnya hingga tidak lengket satu dengan lainnya, memberikan kelemasan yang baik dan meningkatkan daya tahan terhadap air. Menurut Rohm dan Haasw (1996), Fatliquoring dilakukan untuk mengganti lemak netral yang dihilangkan sewaktu proses pengapuran. Tujuan utamanya adalah melindungi serat yang longgar setelah pengikisan protein (Batting) , serta mengikatkan minyak dengan kulit sehingga kulit menjadi kuat dan tidak mudah sobek serta mulur atau fleksibel ketika ditarik. Tujuan kedua adalah lubrikasi agar serat kulit satu dengan lainnya bergesekan dengan baik. Minyak yang digunakan antara lain : minyak hewani, minyak nabati, dan minyak mineral. Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi penetrasi minyak adalah
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3
faktor-faktor yang mengendalikan kestabilan emulsi, antara lain : 1.
Jenis minyak dan emulsifier. Maksudnya adalah jenis minyak yang digunakan, apakah jenis minyak Anionik, Kationik, Amphoteric atau Non Ionik. Sebagai contoh jenis minyak yang digunakan pada peminyakan Nappa Upper Shoe di CV. Lengtat Leathers adalah jenis minyak Anionik yang berarti
minyak
dengan
gugus
bermuatan
negatif
sebagai
emulsifiernya. 2.
Jumlah minyak, air Maksudnya adalah perbandingan minyak dengan air, makin sedikit air makin banyak minyak yang terserap demikian pula sebaliknya.
3.
Ukuran partikel tetes minyak Maksudnya kekentalan jenis minyak yang digunakan.
4. Temperatur Maksudnya adalah suhu air yang digunakan saat mengemulsikan minyak. 5.
Rentang waktu pengemulsian dalam penggunaan. Maksudnya adalah jarak waktu pengemulsian dengan penggunaan jangan terlalu lama karena suhu akan turun dan mempengaruhi kestabilan minyak.
6.
pH dan kesadahan air. Maksudnya adalah pH air netral dan tidak mengandung Ca Mg bikarbonat, Ca Mg nitrat, Ca Mg chloride, Ca Mg sulfida atau kesadahan air kurang dari 10º jerman. Sebagai contoh pada penyamakan nabati bila kesadahan air lebih dari 10 jerman maka warna kulit akan menjadi tua dikarenakan adanya Calcium tannat.
7.
pH kulit dan jenis penyamakan kulit. Maksudnya adalah pH penampung kulit pada saat netralisasi dan jenis artikel kulit yang ingin dituju.
Menurut Bienkiewicz (1983), emulsi minyak dapat dibagi dua yaitu oil in water (O/W) dan water in oil (W/O). Selain itu berdasarkan muatannya minyak
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4
dapat dibagi menjadi : 1. Anionik yaitu : minyak dengan gugus bermuatan negatif sebagai emulsifiernya. 2. Kationik yaitu : minyak dengan gugus bermuatan positif sebagai emulsifiernya. 3. Amphoterik, minyak yang mempunyai dua jenis muatan akan bermuatan positif atau negatif sesuai dengan suasana muatan medianya. 4. Non ionik, yaitu minyak yang tidak terdisosiasi, mengandung gugus Hidroksil atau ethoksil. Pengikatan minyak pada kulit terjadi dengan terdisosiasinya , emulsifier minyak dan berikatan dengan muatan ionic kulit. Berdasar latar belakang tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk memilih judul “PROSES PENGOLAHAN KULIT SEPATU WET BLUE DI CV. LENGTAT LEATHERS, TANGERANG, BANTEN”. 1.2
Tujuan Laporan Kerja
1.
Mengamati, memahami dan menambah pengetahuan tentang proses peminyakan kulit atasan sepatu (upper leather) dari kulit sapi wet blue di CV. Lengtat Leathers, Tangerang, Banten.
2.
Meningkatkan keterampilan dan wawasan tentang proses peminyakan kulit atasan sepatu (upper leather) sebagai bekal pada saat terjun kelapangan kerja di industri perkulitan.
1.3.
Manfaat Laporan Kerja
1.
Untuk memberi masukan kepada pengusaha penyamakan kulit tentang pelaksanaan proses peminyakan kulit atasan sepatu (upper leather).
2.
Memberikan
referensi
bagi
civitas
akademika
mengenai
proses
peminyakan kulit sapi wet blue di CV. Lengtat Leathers, Tangerang, Banten.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
5
1.4.
Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini berisi tentang masalah yang kiketengahkan, tujuan laporan kerja, manfaat laporan kerja dan sistematika penulisan. BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Pada bab ini berisi tentang keadaan umum perusahaan berupa identitas perusahaan dan sejarah perusahaan. BAB III PROSES PRODUKSI KULIT Pada bab III ini berisi tentang proses produksi, permasalahan yang dihadapi perusahaan, data penunjang dan pemecahan masalah. BAB IV PROSES PENGOLAHAN KULIT SAPI WET BLUE Pada bab ini berisi tentang metode kerja yang meliputi tempat kerja, materi kerja, prosedur proses dan cara pengumpulan data. BAB V PENUTUP Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
http://digilib.mercubuana.ac.id/