1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Rumah sakit adalah salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang bergantung pada kualitas SDM dan memiliki peran sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat indonesia. Salah satu profesi yang mempunyai peran penting di rumah sakit adalah perawat. Jumlah perawat menurut data PPNI mencapai sekitar 60% dari total tenaga kesehatan yang ada di Indonesia. Selain profesi yang jumlahnya dominan, keperawatan adalah profesi yang berperan penting dalam upaya menjaga mutu pelayanan kesehatan rumah sakit (Aditama, 2004). Jumlah tenaga perawat yang banyak pada era saat ini belum diimbangi dengan peningkatan kualitas perawat dalam pemberian pelayanan. Di rumah sakit pelayanan keperawatan belum mencerminkan praktik pelayanan profesional yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pasien, melainkan lebih kepada pelaksanaan tugas. Hal ini dikarenakan keterbatasan jumlah perawat dan tingkat pendidikan perawat (Siswono, 2002 dalam Faizin). Menurut data dari Dirjen Bina Upaya Kesehatan (BUK) berdasarkan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS tahun 2000), sebagian besar atau 80% perawat yang bekerja di rumah sakit berpendidikan Diploma III, Diploma IV 0,5%, Sarjana (S1 keperawatan) 1%, Ners 11%, dan S2 0,4%. Sedangkan yang berpendidikan SPK sebanyak 7%. Hal ini belum sesuai dengan standar profesi keperawatan sebagai pemberi asuhan keperawatan yang profesional. Untuk dapat mewujudkan tercapainya pelayanan yang berkualitas diperlukan adanya tenaga keperawatan yang profesional, memiliki kemampuan intelektual, tehnikal dan interpersonal, bekerja berdasarkan standar praktek, memperhatikan kaidah etik dan moral (Hamid, 2000
http://digilib.unimus.ac.id
2
dalam Maulana, 2003). Kemajuan IPTEK di bidang keperawatan serta tuntutan masyarakat untuk mendapat pelayanan kesehatan khususnya dibidang keperawatan yang berkualitas juga meningkat. Untuk itu peningkatan profesionalisme kerja perawat sangat penting sebagai upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan, karena pelayanan yang diberikan perawat berdasarkan “body of knowledge” yang selalu berkembang dengan pendekatan bio-psiko-sosio-spiritual merupakan pelayanan yang unik yang dilaksanakan selama 24 jam dan berkesinambungan (Departemen Kesehatan RI, 2001). Maka pengembangan keperawatan dengan titik awal dari pendidikan keperawatan merupakan salah satu langkah yang cukup strategis.
Pengembangan
SDM
terutama
untuk
pengembangan
kemampuan intelektual dan kepribadian perlu dilaksanakan melalui pendidikan dan pelatihan berkesinambungan (Subekti, 2008). Pendidikan perawat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perawat, dari hasil penelitian Faizin dan Winarsih (2008) diperoleh hasil bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan perawat terhadap kinerja perawat. Hasil penelitian Ali, Suhartini dan Supriyadi (2006) juga menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan perawat dengan motivasi perawat dalam menerapkan komunikasi terapeutik selama fase kerja. Faktor pendidikan perawat dapat membantu seseorang dalam proses tersebut sehingga mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan dorongan eksplorasi. Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin tinggi pula pengetahuan dan sikap. Dengan adanya pengetahuan yang memadai seseorang dapat memenuhi kebutuhan dalam mengaktualisasikan diri dan menampilkan produktifitas dan kualitas kerja yang tinggi dan adanya kesempatan untuk mengembangkan dan mewujudkan kreatifitas. Menurut Arfida (2003) semakin tinggi pendidikan semakin tinggi produktifitas kerja. Perawat yang bekerja pada pelayanan merupakan karyawan rumah sakit yang memerlukan pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan produktifitas kerja. Setiap perawat dituntut agar dapat bekerja efektif,
http://digilib.unimus.ac.id
3
efisien, dan berkualitas dalam bekerja sehingga daya saing rumah sakit semakin besar. Pengembangan ini dilakukan untuk tujuan non karier maupun karier bagi perawat melalui pendidikan dan pelatihan (Hasibuan, 2005). Dan pendidikan berkelanjutan bagi perawat dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan sangat diperlukan sehingga sistem pengembangan karir perawat sebagai perawat profesional dapat terlaksana (Nurhidayah, 2005). Namun di lapangan masih banyak perawat yang belum memiliki motivasi untuk mengembangkan diri melalui pendidikan, dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2001), di Jawa Barat diperoleh hasil lebih dari separuh responden memiliki motivasi rendah untuk mengikuti pendidikan yaitu 54,0%. Dari penelitian Afriyanti (2008) dalam Jumiati (2011) perawat yang memiliki motivasi tinggi melanjutkan pendidikan sebanyak 64,6%, sedangkan yang motivasinya sedang ada 35,4%. Purwanto (2010) menyatakan motivasi merupakan dasar penting dalam proses psikologi pendidikan. Motivasi seseorang dalam mengikuti pendidikan akan meningkat jika terdapat relevansi antara aktivitas pendidikan (belajar) dengan kebutuhannya dan motivasi adalah keinginan yang terdapat pada seseorang individu yang merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan, dan hal ini sangatlah penting dimiliki oleh seorang perawat dalam upaya mengikuti pendidikan. Menurut Uno (2007) motivasi dapat diartikan sebagai dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang yang diindikasikan dengan adanya (1) hasrat dan minat untuk melakukan kegiatan, (2) dorongan dan kebutuhan untuk melakukan kegiatan, (3) harapan dan cita-cita, (4) penghargaan dan penghormatan atas diri, (5) lingkungan yang baik, serta (6) kegiatan yang menarik. Perawat profesional merupakan perawat lulusan perguruan tinggi pada jenjang sarjana, bagi perawat lulusan DIII keperawatan masih disebut sebagai perawat vokasional atau profesional pemula. Salah satu indikator makro perawat profesional adalah minimal berpendidikan sarjana yang
http://digilib.unimus.ac.id
4
dapat ditempuh melalui dua tahap pendidikan: (1) tahap akademik 8 semester untuk lulusan SMA, dan 3 semester untuk lulusan DIII keperawatan dan (2) tahap praktik profesi Ners 2 semester. Lamanya jangka waktu dan mahalnya biaya untuk menempuh pendidikan lanjutan bagi perawat yang sudah bekerja di rumah sakit, motivasi dari diri sendiri menjadi hal yang penting demi kelancaran proses menemuh pendidikan lanjut dan banyak faktor yang dapat mempengaruhi motivasi perawat untuk melanjutkan pendidikan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan faktor-faktor usia, lama kerja, status perkawinan, pendapatan keluarga, penghargaan dan dukungan atasan yang apakah berhubungan dengan motivasi perawat melanjutkan pendidikan. Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang dilakukan di rumah sakit Roemani Muhammadiyah Semarang, rumah sakit ini memiliki 197 perawat, dengan latar belakang pendidikan yang bervariasi. Perawat dengan latar belakang pendidikan SPK 3 orang, DIII keperawatan 178 orang, S1 keperawatan 16 orang. Dari hasil studi pendahuluan terhadap 10 orang perawat yang diambil secara acak dengan latar belakang pendidikan DIII keperawatan, semua beranggapan bahwa pendidikan berkelanjutan bagi perawat itu penting demi meningkatkan ilmu pengetahuan perawat, 9 dari 10 orang menyatakan bahwa mempunyai keinginan dan rencana untuk melanjutkan pendidikannya, sedangkan 1 orang tidak berniat untuk melanjutkan pendidikannya, dengan berbagai pertimbangan. Jadi, sebagian besar perawat di RS Roemani memiliki keinginan untuk melanjutkan pendidikannya. Namun dari data tahun 2010-2011 tercatat hanya ada 8 orang yang sedang menempuh pendidikan ke jenjang S1 keperawatan, dan 1 orang ke jenjang S2. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti tentang faktor-faktor
yang berhubungan
dengan
motivasi
perawat
untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 Keperawatan di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang.
http://digilib.unimus.ac.id
5
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian: “ faktor-faktor apakah yang berhubungan dengan motivasi perawat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 Keperawatan di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang?”
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi perawat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 Keperawatan di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang. 2. Tujuan khusus a. Untuk mendeskripsikan faktor usia perawat. b. Untuk mendeskripsikan faktor lama kerja perawat. c. Untuk mendeskripsikan faktor status perkawinan perawat. d. Untuk mendeskripsikan faktor pendapatan keluarga. e. Untuk mendeskripsikan faktor penghargaan. f. Untuk mendeskripsikan faktor dukungan atasan perawat. g. Untuk
mendeskripsikan
tingkat
motivasi
perawat
untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 Keperawatan. h. Untuk menganalisa hubungan faktor usia perawat dengan motivasi perawat melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 Keperawatan. i. Untuk menganalisa hubungan faktor lama kerja perawat dengan motivasi
perawat
melanjutkan
pendidikan
ke
jenjang
S1
Keperawatan. j. Untuk menganalisa hubungan faktor status perkawinan perawat dengan motivasi perawat melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 Keperawatan.
http://digilib.unimus.ac.id
6
k. Untuk menganalisa hubungan faktor pendapatan keluarga dengan motivasi
perawat
melanjutkan
pendidikan
ke
jenjang
S1
Keperawatan. l. Untuk menganalisa hubungan faktor penghargaan dengan motivasi perawat melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 Keperawatan. m. Untuk menganalisa hubungan motivasi
perawat
melanjutkan
faktor dukungan atasan dengan pendidikan
ke
jenjang
S1
Keperawatan.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Rumah sakit a) Memberikan informasi kepada pihak manajemen rumah sakit tentang seberapa besar motivasi perawat pelaksana untuk melanjutkan pendidikan. b) Mendorong peningkatan dan pengembangan sumber daya manusia khususnya perawat dalam bentuk ketersediaan tenaga yang profesional di bidangnya guna meningkatkan pelayanan dan kepuasan pasien. 2. Bagi perawat a) Memberikan pengetahuan kepada perawat tentang pengembangan pelayanan
keperawatan
profesional
melalui
pendidikan
untuk
melanjutkan
berkelanjutan. b) Memberikan
motivasi
kepada
perawat
pendidikan ke jenjang lebih tinggi guna pengembangan diri dalam meningkatkan pelayanan kesehatan yang profesional. 3. Bagi peneliti Menambah pengetahuan dalam upaya meningkatkan kualitas personal perawat sebagai pemberi layanan profesional.
http://digilib.unimus.ac.id
7
E. Bidang Ilmu Penelitian ini merupakan lingkup bidang ilmu Manajemen Keperawatan.
F. Keaslian Penelitian 1. Yunani Sri Astuti (2001) dengan judul Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Motivasi Perawat Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Untuk Mengikuti Pendidikan: Studi Kasus di Tiga RSJP di Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan rancangan non eksperimental dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel 201 perawat dan tehnik sampling yang digunakan adalah total sampling. Sampel diambil dari 3 RSJ yang berbeda di Jawa Barat, dan subyek penelitian yaitu perawat yang belum menempuh pendidikan DIII Keperawatan. Hasilnya menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden memiliki motivasi rendah untuk mengikuti pendidikan (54,0%), sedangkan responden yang memiliki motivasi tinggi untuk mengikuti pendidikan (46,0%). Hal yang membedakan dengan penelitian ini adalah teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah proportional stratified simple random sampling, dan subyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perawat dengan tingkat pendidikan DIII Keperawatan, sedangkan uji yang digunakan oleh peneliti yaitu uji korelasi Chie-Square dan Rank Spearman Rho, serta tempat dan waktu penelitian yang berbeda. 2. Jumiati (2011) Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Motivasi Perawat untuk Melanjutkan Pendidikan Sarjana Keperawatan di RS PKU Muhammadiyah Surakarta. Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif serta rancangan penelitian adalah cross sectional. Sampel penelitian 65 perawat dengan latar belakang pendidikan
DIII Keperawatan,
dan
teknik
penentuan
sampel
proporsional random sampling. Instrument penelitian menggunakan kuesioner. Metode analisis data menggunakan uji Rank Spearman.
http://digilib.unimus.ac.id
8
Hasil penelitian menunjukkan 40 responden (61,5%) memiliki penghargaan kategori cukup. Sebanyak 42 responden (64,6%) memiliki pengembangan potensi individu kategori cukup. Sebanyak 45 responden (69,2%) menyatakan faktor gaji kategori cukup. Terdapat 56 responden (86,2%) mempunyai motivasi melanjutkan pendidikan sarjana keperawatan kategori cukup. Hasil uji hipotesis diperoleh kesimpulan ada hubungan antara penghargaan dan pengembangan potensi individu dengan motivasi melanjutkan pendidikan sarjana keperawatan. Hubungan gaji dengan motivasi melanjutkan pendidikan sarjana keperawatan diperoleh kesimpulan tidak ada hubungan gaji dengan motivasi untuk melanjutkan pendidikan sarjana keperawatan pada perawat di RS PKU Muhammadiyah Surakarta. Hal yang membedakan dengan penelitian ini adalah dari segi variabel bebas, peneliti akan meneliti variabel faktor-faktor terdiri dari umur perawat, lama kerja perawat, status perkawinan, pendapatan keluarga, penghargaan, dan dukungan atasan. Serta tempat dan waktu peneltian.
http://digilib.unimus.ac.id