BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Kuliner bukan lagi dianggap dunianya chef yang mengukir buah dan
sayuran untuk hiasan makanan, atau sekelompok ibu-ibu yang gemar memasak makanan, tapi sudah menjadi sebuah gerakan bisnis yang di dalamna diperlukan strategi bisnis, manajerial produk dan pemasaran yang tepat agar bisnis ini lebih berkembang. Tak dapat dipungkiri usaha kuliner ini tetap hidup meski digerus gelombang universalisme. Bisnis yang kebanyakan tumbuh dari kaki lima ini sekarang menjadi penggerak ekonomi bangsa yang potensial. Sebuah gerakan ekonomi yang tentunya lebih mandiri karena tidak bergantung pada komponen luar negeri. Kuliner yang selalu diasosialisasikan dengan kegiatan memasak atau perdapuran, cenderung masih dikategorikan sebagai sebuah kegiatan hobi. Dalam tataran kebijakan belum masuk industri strategi yang akan dikembangkan dengan dukungan
kebijaksanaan
berupa
peraturan,
fasilitas
dan
kemudahan
mengembangkannya. Bisa jadi , karena dianggap bukan sebuah gerakan bisnis, kuliner hanya dianggap sebagian kecil para penghobi masakan. Lebih dari itu, ketika gaya hidup sendiri yang merupakan bagian dari hasil perkembangan budaya, memasak dan menghidangkan masakan, adalah bagian pola konsumsi yang tidak pernah terlepas. Sebuah bangsa yang besar, layaknya Jepang Prancis, China atau Italia, dikenal lewat kuliner yang menyebar ke seluruh dunia. Kebijaksanaan dan perlindungan berupa dukungan untuk mencintai masakan aslinya, yang tentunya banyak menggunakan bahan lokal yang ada, tentu saja ekonominya lebih maju. Perut mereka tidak di dikte oleh gelombang universal-isme, yang mencoba
http://digilib.mercubuana.ac.id/
membuat pola makan menjadi seragam, lewat perusahaan multinasional yang melintasi batas negara. Kata kuliner yang berasal dari bangsa inggris “culinary” yang didefinisikan sebagai sesuatu yang terkait dengan masakan atau dapur. Culinary lebih banyak diasosiasikan dengan tukang masak yang bertanggung jawab menyiapkan masakan agar terlihat menarik dan lezat. Institusi yang terkait dengan kuliner adalah restoran, fast food franchise, rumah sakit, perusahaan, hotel, catering dan lain sebagainya. Kuliner di dunia internasional sudah maju. Pendidikan kuliner di luar negri merupakan
penghasil
“culinarian”
yang
banyak
memberi
kontribusi
berkembangnya industri kuliner itu sendiri. Mungkin kata yang tepat untuk menggambarkan perkembangan pola konsumsi dan budaya makan adalah gastronomi. Sayang, kata itu kurang populer di sini dan mungkin cakupan bahasanya terlalu luas. Memilih kata kuliner lebih fokus yakni masakan. Kata masakan di sini akan menjadi kunci untuk menjelaskan fenomena yang berkembang. Di Indonesia, yang banyak didominasi dari kaki lima dan warung kecil yang menyediakan kebutuhan makan mereka sehari-hari. Dari kebiasaan inilah sebuah gerakan berupa permintaan akan masakan menjadi gerakan ekonomi yang bisa menghasilkan miliaran rupiah. Dalam catatan sejarah, relatif tidak ada dokumentasi yang jelas dan akurat tentang kuliner Indonesia. Meski fakta berupa masakan warisan masa lalu masih bisa di nikmati, belum ada ahli sejarah kuliner yang menulis secara lengkap. Kondisi
ini
diperburuk
dengan
kebijaksanaan
yang
tidak
mendukung
mengembangkan kuliner asli. Berkembangnya “fast food” ala barat turut memperburuk citra makanan nasional sebagai makanan pinggiran. Kehadiran korporasi multinasional dan aneka franchise luar negri memperparah keadaan. Pergi ke restoran barat dianggap gaya hidup medern, sementara makan di warung tradisional, dianggap kelas pinggir. Layak, golongan muda yang hidup di tengah perkembangan ini, otalnya sudah tercuci dengan fast food ala luar negeri.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bangsa Indonesia, terdiri dari berbagai suku. Tiap suku memiliki masakan dengan karakter dan keunikannya sendiri. Jika dijumlahkan ratusan masakan yang ada tentunya merupakan sumber kekayaan budaya yang tidak ternilai harganya. Ketika bangsa lain sibuk mengklaim beberapa masakan potensial indonesia, bangsa ini tetap tidak bergeming. Tidak menyadari betapa kuliner Indonesia sangat kaya. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis ingin membuat tugas akhir untukkepentingan kelulusan penulis dengan judul Perancangan Jelajah Kuliner Jakarta Berbasis Android Dengan Menggunakan Phonegap. 1.2
Rumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang tersebut, maka penulis menetapkan rumusan
masalah sebagai berikut: 1.
Bagaimana membuat aplikasi pada smartphone berbasis android dengan phonegap?
2.
Bagaimana menarik minat masyarakat untuk mengetahuai tentang kuliner yang ada di Jakarta dengan aplikasi berbasis smartphone andorid?
3.
Bagaimana membangun aplikasi pengetahuan tentang kuliner yang ada di Jakarta yang menarik dan user friendly.
1.3
Batasan Masalah Adapun batasan masalah dalam membuat laporan tugas akhir ini, penulis
memberikan batasan-batasan masalah sebagai berikut: 1. Aplikasi ini dibuat dengan bahasa pemrograman HTML5 dan Javascript. 2. Aplikasi ini terdiri dari 5 jenis kategori wilayah yang ada di Jakarta. 3. Aplikasi ini dibuat untuk semua kalangan yang ingin mencari tahu tentang kuliner yang ada di Jakarta . 4. Aplikasi ini hanya dibuat untuk perangkat keras smarthphone berbasisandroid dengan minimal versi 4.0 (Ice Cream Sandwich). 5. Aplikasi tidak menggunakan database.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
1.4
Tujuan dan Manfaat Adapun tujuan penulis membuat aplikasi ini adalah Membuat aplikasi
untuk mengetahui tentang kuliner yang ada di Jakarta. Dan adapapun manfaat yang diharapkan penulis adalah menambah pengetahuan tentang kuliner yang ada di Jakarta. 1.5
Metodologi Penelitian Dalam penyusunan tugas akhir ini diperlukan data, informasi dan metode
dalam penyelesaiannya. Metodologi yang penulis pakai adalah Luther. Pengembangan metode ini dilakukan berdasarkan enam tahap, yaitu concept (pengonsepan), design (pendesignan), material collecting (pengumpulan materi), assembly (pembuatan), testing (pengujian), dan distribution (pendistribusian). Keenam tahap ini tidak harus berurutan dalam praktiknya, tahap-tahap tersebut dapat saling bertukar posisi. Meskipun begitu, tahap concept memang harus menjadi
hal
yang
pertama
kali
dikerjakan
(Luther,
1994).
pengembangannya dapat dilihat seperti pada Gambar 1.
Gambar 1.Tahap pengembangan multimedia (Luther 2004)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Tahap
1.5.1
Concept Tahap concept (konsep) adalah tahap untuk menentukan tujuan dan siapa
pengguna program (identifikasi audience). Selain ini menentukan macam aplikasi (presentasi, interaktif, dll) dan tujuan aplikasi (hiburan, pelatihan, pembelajaran, dll). 1.5.2
Design Design (perancangan) adalah tahap membuat spesifikasi mengenai
arsitektur program, gaya, tampilan dan kebutuhan material/bahan untuk program. 1.5.3
Material Collecting Material Collecting adalah tahap dimana pengumpulan bahan yang sesuai
dengan kebutuhan dilakukan. Tahap ini dapat dikerjakan paralel dengan tahap assembly. Pada beberap kasus, tahap Material Collecting dan tahap assemblyakan dikerjakan secara linear tidak paralel. 1.5.4
Assembly Tahap assembly (pembuatan) adalah tahap dimana semua objek atau bahan
multimedia dibuat. Pembuatan aplikasi didasarkan pada tahap design. 1.5.5
Testing Dilakukan
setelah
selesai
tahap
pembuatan
(assembly)
dengan
menjalankan aplikasi/program dan dilihat apakah ada kesalahan atau tidak. Tahap ini disebut juga sebagai tahap pengujian alpha (alpha test) dimana pengujian dilakukan oleh pembuat atau lingkungan pembuatnya sendiri. 1.5.6
Distribution Tahapan dimana aplikasi disimpan dalam suatu media penyimpanan. Pada
tahap jika media penyimpanan tidak cukup untuk menampung aplikasinya, maka dilakukan kompresi terhadap aplikasi tersebut. 1.6
Sistematika Penulisan Pada laporan penelitian ini, peneliti membagi kedalam bab-bab yang
masing-masing ababnya menguraikan materi seperti yang dijelaskan di bawah ini:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
1.6.1 BAB I: PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat, metodologi penelitian tentang penelitian si peneliti.
1.6.2 BAB II:LANDASAN TEORI Bab ini berisi tentang teori teori pendukung yang dibutuhkan dalam membuat penelitiannya. 1.6.3 BAB III:ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM Bab ini membahas mengenai pola pikir dan analisa sistem yang digunakan sebagai dasar pembuatan sistem aplikasi. 1.6.4 BAB IV:IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN Bab ini membahas tentang implementasi dan pengujian aplikasi, apakah sudah berjalan dengan baik. 1.6.5 BAB V:KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari hasil laporan tugas akhir yang telah dibahas.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
7
http://digilib.mercubuana.ac.id/