BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk yang semakin besar telah membawa akibat jumlah angkatan kerja yang semakin besar pula.Hal ini berarti semakin besar pula jumlah orang yang mencari pekerjaan atau menganggur.Dengan demikian, pembangunan ekonomi sangat diperlukan untuk memperkecil tingkat pengangguran (Subri, 2003).
Dalam hal ini Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang
menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Sukirno, 2003). Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah penyediaan lapangan kerja yang cukup untuk mengejar pertumbuhan angkatan kerja terutama bagi negara berkembang seperti indonesia yang pertumbuhan angkatan kerjanya lebih cepat dari pertumbuhan kesempatan kerja. Masalah
pengaguran
di
daerah
merupakan
masalah
yang
harus
dituntaskan.Masalah pokok pengangguran dalam pembangunan daerah terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan dengan menggunakan potensi sumberdaya manusia, kelembagaan, dan sumberdaya fisik secara lokal (daerah).Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah.Oleh karena itu, pemerintah daerah beserta partisipasi masyarakatnya dan dengan menggunakan sumberdaya-sumberdaya yang ada harus mampu menaksir
1
potensi sumber dayayang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah (Arsyad, 1999 dalam Kiki, 2012). Pengangguran adalah kegiatan seseorang yang sedang tidak bekerja dan pada saat survei orang tersebut sedang mencari pekerjaan seperti mereka yang belum pernah bekerja dan sedang berusaha untuk mendapatkan pekerjaan, mereka yang sudah pernah bekerja, karena sesuatu hal berhenti atau diberhentikan bekerja dan sedang berusaha untuk mendapatkan pekerjaan (Badan Pusat Statistik, 2008). Terjadinya gejala ketimpangan antara pertambahan persediaan tenaga kerja dengan struktur kesempatan kerja menurut jenjang pendidikan, menunjukkan terjadinya gejala, semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin besar angka pengangguran potensialnya (Suryadi dalam Supratikno, 2011). Pengangguran
terdidik
di
negara-negara
berkembang
adalah
sebagaikonsekuensi dari berperannya faktor penawaran “Supply Factors” (Bloom dalam Elfindri dan Bachtiar, 2004).Proses bergesernya kelompok umur penduduk yang lahir dua puluh sampai tiga puluh tahun sebelumnya dan mereka itu secara potensial memasuki pasar kerja, baik setelah menyelesaikan jenjang pendidikan menengah atau terhenti (Oshima dalam Elfindri dan Bachtiar, 2004). Selain itu, proses pendidikan di negara-negara sedang berkembang telah menghasilkan berbagai dilema, upaya yang dilakukan untuk memperluas fasilitas pendidikan guna pencapaian pemerataan hasil-hasil pendidikan ternyata tidak diiringi dengan peningkatan kualitas tamatannya.Efek ganda dari dilemma tersebut adalah semakin banyaknya pencari kerja berusia muda dan berpendidikan (Elfindri danBachtiar, 2004).
2
Menurut BPS (2003), tingkat pengangguran terdidik merupakan rasio jumlah pencari kerja yang berpendidikan SLTA ke atas (sebagai kelompok terdidik) terhadap besarnya angkatan kerja pada kelompok tersebut. Selain itu menurut Elwin Tobing 2003 (dalam Supratikno 2011), Pengangguran tenaga terdidik yaitu angkatan kerja yang berpendidikan menengah ke atas (SMA, Akademi dan Sarjana) dan tidak bekerja.Sementara menurut (Sutomo dkk dalam azhar dan herniwati, 2013) Pengangguran tenaga terdidik hanya terjadi selama lulusan mengalami masa tunggu (job search periode) yang dikenal sebagai pengangguran friksional.Lama masa tunggu itu juga bervariasi menurut tingkat pendidikan. Terdapat kecenderungan bahwa semakin tinggi pendidikan angkatan kerja semakin lama masa tunggunya.Untuk itu perluasan kesempatan kerja merupakan usaha mengembangkan sektor penampungan kesempatan kerja yang berproduksi rendah.Usaha perluasan kesempatan kerja tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, seperti perkembangan jumlah penduduk dan angkatan kerja, pertumbuhan ekonomi, tingkat produktivitas tenaga kerja dan kebijaksanaan mengenai perluasan kesempatan kerja itu sendiri.
3
TABEL 1.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Penduduk Umur 15 Tahun Keatas Kota Medan Tahun 2008-2012 Tahun
TPAK
TPT
2008
62.58
13.08
2009
61.82
14.27
2010
61.94
13.11
2011
67.11
9.97
2012
62.65
9.03
Sumber/Source : BPS-Survei Angkatan Kerja Nasional 2008-2012 (diolah)
Pada tabel 1.1 dapat dilihat bahwa Tingkat Partisipasi angkatan kerja (TPAK) Kota Medanpada tahun 2008 sebesar 62,58% sementara Tingkat Pengangguran Terbuka(TPT) sebesar 13,08%.Pada tahun 2009-2010 TPAK mengalami penurunan sebesar 61,82% dan 61,94% dan pada TPT mengalami peningkatan di tahun 2009 sebesar 14,27% sementara ditahun 2010 terjadi penurunan sebesar 13,11%. TPAK mengalami peningkatan secara fluktuatif pada tahun 2011 yang mencapai 67,11% namun TPT menurun sebesar 9,97%. Pada tahun berikutnya yaitu tahun 2012 TPAK mengalami penurunan sangat drastis sebesar62,65% begitu pula TPT sebesar 9,03%.
4
TABEL 1.2 Persentase Angkatan Kerja Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan di Sumatera Utara Tahun 2008-2012 Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Tahun 2008 2009 2010 2011 2012
Tidak/Belm Tamat SD 10,81 14,52 13,50 10,76 10,45
SD 27,90 21,81 21,19 22,93 22,34
SLTP 23,70 23,25 24,13 24,32 23,97
SLTA 29,27 31,99 32,26 32,52 32,73
Universitas/ Akademi 6,37 6,62 7,32 7,33 8,40
Sumber/Source: BPS- Survei Angkatan Kerja Nasional2008-2012 (diolah)
Pada Tabel 1.2 dapat diketahui bahwa terdapat kecenderungan semakin tinggi tingkat pendidikan, jumlah pencari kerja relatif semakin tinggi.Pada tahun 2008-2012 berdasarkan tingkat pendidikan yang ditamatkan, kegiatan mencari kerja didominasi oleh lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Pada tahun 2008 pencari kerja didominasi lulusan sekolah lanjutan tingkat atas sebesar 29,27 jiwa dan universitas/akademi sebesar 6,37 jiwa.Pada tahun 2009 pencari kerja masih didominasi SLTA yaitu sebesar 31,99 jiwa. Pada tahun 2010 pencari kerja lulusan SLTA semakin meningkat sebesar 32,26 jiwa, begitu juga pencari kerja tamatan universitas/akademi sebesar 7,32 jiwa.Pada tahun 2011-2012 Pencari kerja lulusan SLTA juga masih didominasi yaitu sebesar 32,52 jiwa dan tahun 2012 sebesar 32,73 jiwa. Di tingakt universitas/akademi juga mengalami peningkatan sebesar 7,33 jiwa dan tahun 2012 mengalami peningkatan yang drastis sebesar 8,40 jiwa. Jumlah pencari kerja setiap tahunnya meningkat yang didominasi oleh lulusan SLTA dan universitas/akademi yang mengalami peningkatan drastis pada tahun 2008.Proporsi pencari kerja dengan tamatan
5
pendidikan SLTA dan universitas/akademi lebih banyak dari pencari kerja dengan tamatan pendidikan di bawahnya, hal ini menunjukkan bahwa pencari kerja lebih di dominasi oleh pencari kerja terdidik. Masalah pengangguran tenaga kerja terdidik sebagaimana diuraikan diatas merupakan fenomena penting yang akan dipelajari dalam penelitian ini terutama di kota Medan.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis
meneliti judul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Lama Mencari Kerja Bagi Tenaga Kerja Terdidik Di Kota Medan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah faktor umur mempengaruhi lama mencari kerja bagi tenaga kerja terdidik di Kota Medan. 2. Apakah faktor tingkat pendidikan mempengaruhi lama mencari kerja bagi tenaga kerja terdidik di Kota Medan. 3. Apakah faktor pendapatan mempengaruhi lama mencari kerja bagi tenaga kerja terdidik di Kota Medan. 4. Apakah faktor jenis kelamin mempengaruhi lama mencari kerja bagi tenaga kerja terdidik di Kota Medan.
6
1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Untukmengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi lama mencari kerja bagi tenaga kerja terdidik. 2. Manfaat Penelitian a. Bagi Pemerintah Dapat
menambah
informasi
dalam
mempertimbangkan
kebijakan
penyerapan tenaga kerja yang dapat menekan angka pengangguran di Kota Medan. b. Bagi Penulis Dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis dalam menerapkan teori yang diproleh dibangku perkuliahan.
7