BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Sektor Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi diluar domisili
melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari susasana lain. Pariwisata telah menjadi bagian penting dari kebutuhan dasar masyarakat negara maju dan sebagian
kecil
masyarakat
negara
berkembang.
Pariwisata
semakin
berkembang sejalan perubahan-perubahan sosial, budaya, ekonomi, teknologi, dan politik. Sebagai suatu aktivitas manusia, pariwisata adalah fenomena pergerakan manuasia, barang, dan jasa yang sangat kompleks. Ia terkait erat dengan organisasi, hubungan-hubungan kelembagaan dan individu, kebutuhan layanan, dan sebagainya (Damanik dan Weber, 2006). Perkembangan
dunia
wisata diharapkan
akan
berdampak
pada
peningkatan jumlah kunjungan wisatawan, hal ini perlu didukung dengan tersedianya fasilitas-fasilitas umum pendukung industri pariwisata, di samping dengan terus memperbaiki outlook dari daya tarik wisata yang ditawarkan. Upaya pengelolaan obyek-obyek daerah tujuan wisata di provinsi Sulawesi Selatan juga telah menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan, hal ini ditunjukan dengan meningkatnya permintaan wisata di Sulawesi Selatan. Kawasan wisata di Sulawesi Selatan sebagai salah satu aset pariwisata provinsi Sulawesi Selatan
perlu diperhatikan mengingat kawasan wisata ini
memiliki daya tarik alami yang tidak dimiliki oleh obyek wisata sejenis. Penanganan yang profesional atas aset pariwisata ini juga perlu ditingkatkan terutama perencanaan dan penataan yang berwawasan alam dan budaya.
1
Menurut Spillane (1987), peranan pariwisata dalam pembangunan negara pada garis besarnya berintikan tiga segi, yaitu segi ekonomis (sumber devisa, pajak-pajak), segi sosial (penciptaan lapangan kerja), dan segi kebudayaan (memperkenalkan kebudayan kita kepada wisatawan-wisatawan asing). Pengembangan pariwisata diberbagai daerah di indonesia sering menjadi masalah hal ini di pengaruhi oleh berbagai faktor dan terutama faktor yang lebih dominasi adalah faktor modal dan tenaga kerja yang professional. Hal ini diakibatkan karena kurangnya peran pemerintah dalam upaya untuk mendukung pengembangan pariwisataan ini secara professional sehingga pariwisata tidak dapat berkembang pesat. Konsumsi jasa dalam bentuk komoditas wisata bagi sebagian masyarakat negara maju dan masyarakat Indonseia telah menjadi salah satu kebutuhan sebagai akibat meningkatnya pendapatan, aspirasi dan kesejahteraannya. Preferensi dan motivasi wisatawan berkembang secara dinamis. Kecenderungan pemenuhan kebutuhan dalam bentuk menikmati obyek-obyek sepesifik seperti udara yang segar, pemandangan yang indah, pengolahan produk secara tradisional, maupun produk-produk pertanian modern dan spesifik menunjukkan peningkatan yang pesat. Dengan mendukung pengembangan pariwisata berbasis masyarakat, jenis wisata ini mampu menjual potensi-potensi yang jarang dilirik pelaku wisata lainnya. Potensi-potensi tersebut dapat berupa keunggulan khas daerahnya maupun atraksi wisata yang khas dari daerahnya yang dapat memperkaya keanekaragaman budaya. Pengembangan sektor pariwisata sebagaimana kedudukannya sekarang ini, merupakan salah satu sektor unggulan
2
(leading sector)
dalam
perekonomian Nasional yang senantiasa perlu dikembangkan dan ditingkatkan. Jika ditinjau masyarakat,
dari aspek sosial ekonomi dapat meningkatkan pendapatan perluasan
kesempatan
kerja,
meningkatkan
pendapatan
pemerintah, peningkatan penerimaan devisa meningkatkan kewirausahaan Nasional dan turut mendorong pembangunan di daerah. Selain itu, pengembangan kepariwisataan harus tetap memperhatikan jumlah penduduk. Jumlah penduduk akan menjadi salah satu modal utama dalam pembangunan kepariwisataan pada masa sekarang dan yang akan datang karena memiliki fungsi ganda, di samping sebagai aset sumber daya manusia, juga berfungsi sebagai sumber potensi wisatawan nusantara. Dari segi kebudayaan, sektor pariwisata Indonesia memperkenalkan kebudayaan Indonesia kepada wisata asing. Jadi faktor pariwisata memiliki konstribusi yang cukup besar didalam pembangunan nasional, untuk itu segala potensi yang ada di tanah air perlu dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Permintaan pariwisata akan dipengaruhi oleh keadaan wisatawan dankeadaan objek wisata tersebut. Keadaan wisatawan meliputi pendapatan, jarak ke objek wisata, dan hal lainnya. Kemudian keadaan objek wisata meliputi harga objek wisata tersebut dan objek wisata lain sebagai perbandingan, sarana dan prasarana lain yang mendukung peningkatan permintaan pariwisata, kebersihan, dan hal lainnya. Menurut
pendapat Yuwana (2010) bahwa harga suatu objek wisata
maliputi biaya perjalanan ke objek wisata tersebut, harga tiket masuk, biaya konsumsi, biaya dokumentasi, biaya membeli cindera mata, dan sebagainya. Harga suatu objek wisata ini mencerminkan seberapa besar pengorbanan yang dikeluarkan suatu individu untuk memperoleh utility pada suatu objek wisata.
3
Sedangkan
tingkat
pendapatan
mencerminkan
seberapa
besar
penghasilan yang diterima individu pada tiap bulannya, semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang keinginan untuk melakukan perjalanan wisata juga semakin tinggi dikarenakan kecenderungan seseorang dengan pendapatan tinggi yang bekerja dengan jam kerja yang juga tinggi akan memanfaatkan waktu senggang (Leissure Time) dengan melakukan perjalanan wisata (Budisosetio dalam Yuwana ,2010). Demikian pula jarak juga merupakan hal yang menjadi pertimbangan seseorang untuk melakukan aktivitas wisata. Semakin dekat jarak suatu objek wisata dengan suatu individu semakin besar pula keinginan seseorang untuk berwisata ke objek wisata tersebut (Yuwana, 2010). Potensi pengembangan sektor pariwisata di sulawesi selatan mempunyai prospek yang cukup potensial karena mempunyai berbagai jenis obyek wisata meliputi: wisata alam, wisata tirta, kekayaan khasanah sejarah keunikan seni budaya dan kekhasan cenderamata. Bertolak dari hal tersebut diatas maka penulis termotivasi untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan dunia pariwisata dan lebih menjurus kepada preferensi masyarakat terhadap permintaan wisata di provinsi sulawesi selatan. Hal ini di sebabkan di sulawesi selatan memiliki banyak tempat wisata dan rekreasi yang mendukung untuk mengembangkan wisata khususnya peninggalan sejarah yang menjadi ciri khas sulawesi selatan sekarang ini. Dengan di ketahuinya bahwa tempat pariwisata di sulawesi selatan banyak mengenakan biaya retribusi tiket terhadap para wisatawan. Sulawesi Selatan mampu menarik wisatawan domestik maupun dari mancanegara.
Berikut
adalah
Tabel
banyaknya
pengunjung
wisatawan
mancanegara dan domestik di Sulawesi Selatan pada tahun 2005 – 2010
4
Tabel 1.1 Banyaknya Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Domestik di Sulawesi Selatan, 2005 - 2010 Tahun
Wisatawan Nusantara
Wisatawan Mancanegara
Domestic Tourist
Foreign Tourist
2005
783 088
16 172
2006
1 120 895
22 249
2007
1 212 982
24 531
2008
2 032 021
31 215
2009
2 715 715
35 712
2010
3 768 252
42 371
Year
sumber : Badan Pusat Statistik provinsi Sulawesi Selatan Tabel 1.1 menggambarkan bahwa provinsi Sulawesi Selatan mampu menarik wisatawan – wisatawan dari mancanegara dan domestik, dapat dilihat dari kenaikan jumlah pengunjung setiap tahun naik dari jumlah pengunjung terendah di tahun 2005 yaitu untuk pengunjung domestik 783.088 pengunjung dan mancanegara dengan jumlah pengunjung 16.172 orang. Dan di tahun 2006 jumlah pengunjung domestik mengalami kenaikan yaitu berjumlah 1.120.895 wisatawan domestik dan 22.249 mancanegara. Di tahun 2007 walaupun hanya naik 92.087 saja menjadi 1.212.982 setidaknya setiap tahun jumlah pengunjung
5
di Sulawesi Selatan meningkat, sedangkan untuk wisatawan mancanegara mengalami penambahan 2.282 menjadi 24.531 pengunjung. Wisatawan domestik di provinsi Sulawesi Selatan tahun 2008 mengalami peningkatan dengan jumlah kunjungan 2.032.021 pengunjung dan pengunjung mancanegara yaitu 31.215 orang. Di tahun 2009 jumlah kunjungan naik lagi dengan total pengunjungnya yaitu 2.715.715 orang dan untuk wisatawan mancanegara berjumlah 35.712 pengunjung, lalu di tahun 2010 mengalami peningkatan yang tinggi yaitu dengan jumlah kunjungan 3.768.252 orang dan pengunjung mancanegara 42.371 wisatawan. Wisatawan hanya akan berkunjung ke
tempat tertentu jika di tempat
tersebut terdapat kondisi yang sesuai dengan motif wisata. Kondisi yang sesuai dengan motif wisata itu akan menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk mengunjungi tempat-tempat tersebut.
Orang yang mengadakan perjalanan
diasumsikan pasti mempunyai alasan atau motif untuk mengadakan perjalanan (Soekadijo, 2000) dalam (Fachrunnisa, 2011). Tempat wisata di Sulawesi Selatan memiliki keindahan alam dan air terjun, pantai, tempat bermain
banyak dikunjungi oleh masyarakat umum,
wisatawan nusantara dan wisatawan luar negeri, demi kenyamanan dan keamanan tempat ini terus dibenahi oleh pemerintah setempat. Baik dalam hal menjaga kelestarian alamnya, maupun meningkatkan layanan bagi para pengunjungnya. Oleh karena itu maka di pilihlah sektor pariwisata sebagai lahan penelitian dengan tema yang diangkat adalah “ Analisis Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Masyarakat Kota Makassar Terhadap Objek Wisata di Sulawesi Selatan ”
6
1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah
ada
Kunjungan,
pengaruh
signifikan
pendapatan,
pengeluaran
harga tiket kompetitor, jumlah anggota keluarga dan
pendidikan terhadap minat wisata di sulawesi selatan? 2. Apakah ada perbedaan signifikan antara status pekerjaan dan jarak terhadap minat wisata di sulawesi selatan?
1.3 Tujuan Penelitian Berkaitan dengan permasalahan tersebut maka ada pun yang menjadi tujuan penelitian yaitu : 1. Untuk
Mengukur
dan
menganalisis
pengaruh
pendapatan,
pengeluaran kunjungan, harga tiket kompetitor, jumlah anggota keluarga dan pendidikan terhadap Minat wisata di Sulawesi Selatan. 2. Untuk mengukur dan menganalisis perbedaan status pekerjaan dan jarak terhadap minat wisata di Sulawesi Selatan.
7
1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan masukan bagi Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat dalam
meningkatkan
jumlah kunjungan domestik dan internasional 2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan pihak terkait lainnya sebagai pengambil keputusan untuk dapat membuat kebijakan yang tepat dalam perekonomian.
1.4.2 Kegunaan Praktis 1. Bagi calon peneliti, penelitian ini untuk menambahkan wawasan peneliti yang berhubungan dengan Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata Sulawesi Selatan khususnya di kota makassar. 2. Bagi calon peneliti, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi untuk melakukan penelitian sejenis lainnya.
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori dan Konsep 2.1.1 Perdebatan Teori Permintaan. Seseorang dalam usaha memenuhi kebutuhannya, pertama kali yang akan dilakukan adalah pemilihan atas berbagai barang dan jasa yang dibutuhkan. Selain itu juga dilihat apakah harganya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Jika harganya tidak sesuai, maka ia akan memilih barang dan jasa yang sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Perilaku tersebut sesuai dengan hukum permintaan (Samuelson & Nordhaus, 1992) dalam (Laij 2012), yang mengatakan bahwa bila harga suatu barang atau jasa naik, maka jumlah barang dan jasa yang diminta konsumen akan mengalami penurunan. Dan sebaliknya bila harga dari suatu barang atau jasa turun, maka jumlah barang dan jasa yang dimintai konsumen akan mengalami kenaikan (ceteris paribus). Permintaan suatu barang di pasar akan terjadi apabila konsumen mempunyai keinginan (willing) dan kemampuan (ability) untuk membeli, pada tahap konsumen hanya memiliki keinginan atau kemampuan saja maka permintaan suatu barang belum terjadi, kedua syarat willing dan ability harus ada untuk terjadinya permintaan (Turner, 1971) dalam (Salma, 2004). Teori permintaan menerangkan sifat dari permintaan pembeli pada suatu komoditas (barang dan jasa) dan juga menerangkan hubungan antara jumlah yang diminta dan harga serta pembentukan kurva permintaan (Sugiarto, 2005). Dalam teori permintaan beberapa istilah perlu diketahui seperti permintaan,
9
hukum permintaan, daftar permintaan, kurva permintaan, permintaan dan jumlah barang yang diminta dan sebagainya. Menurut Lipsey (1990) dalam (Laij, 2012) demand adalah jumlah yang diminta merupakan jumlah yang diinginkan. Jumlah ini adalah berapa banyak yang akan dibeli oleh rumah tangga pada harga tertentu suatu komoditas, harga komoditas lain, pendapatan, selera, dan lain-lain. Fungsi permintaan menunjukan hubungan antara kuantitas suatu barang yang diminta dengan semua faktor yang mempengaruhinya: harga, pendapatan, selera dan harapan-harapan untuk masa mendatang (Arsyad, 1991 : 22). Hubungan antara harga satuan komoditas (barang dan jasa) yang mau dibayar pembeli dengan jumlah komoditas tersebut dapat disusun dalam suatu tabel yaitu daftar permintaan. Data yang diperoleh dari daftar permintaan tersebut dapat digunakan pula untuk menggambarkan sifat hubungan antara harga suatu komoditas dengan jumlah komoditas tersebut yang diminta dalam suatu kurva permintaan. Perlu dibedakan antara permintaan dan jumlah barang yang diminta. Permintaan adalah keseluruhan daripada kurva permintaan sedangkan jumlah barang yang diminta adalah banyaknya permintaan pada suatu tingkat harga tertentu (Sugiarto, 2005). Elastisitas
permintaan
merupakan
suatu
ukuran
kuantitatif
yang
menunjukkan besarnya pengaruh perubahan harga atau faktor-faktor lainnya terhadap perubahan permintaan suatu komoditas. Secara umum elastisitas permintaan dapat dibedakan menjadi elastisitas permintaan terhadap harga (price elasticity of demand), elastisitas permintaan terhadap pendapatan (income elasticity of demand), dan elastisitas permintaan silang (cross price elasticity of demand).
10
Elastisitas permintaan terhadap harga, mengukur seberapa besar perubahan jumlah komoditas yang diminta apabila harganya berubah. Jadi elastisitas permintaan terhadap harga adalah ukuran kepekaan perubahan jumlah komoditas yang diminta terhadap perubahan harga komoditas tersebut dengan asumsi ceteris paribus. Nilai elastisitas permintaan terhadap harga merupakan hasil bagi antara persentase perubahan harga. Nilai yang diperoleh tersebut merupakan suatu besaran yang menggambarkan sampai berapa besarkah perubahan jumlah komoditas yang diminta apabila dibandingkan dengan perubahan harga (Sugiarto, 2005). Faktor-faktor yang mempengaruhi elastisitas permintaan yaitu banyaknya barang pengganti yang tersedia, jumlah penggunaan barang tersebut, besarnya persentase pendapatan yang dibelanjakan dan jangka waktu dimana permintaan itu di analisis (kunawangsih & Antyo Pracoyo, 2006). Koefisien yang menunjukkan besarnya perubahan permintaan atas suatu komoditas sebagai akibat dari perubahan pendapatan konsumen dikenal dengan elastisitas permintaan terhadap pendapatan. Elasisitas permintaan terhadap pendapatan merupakan suatu besaran yang berguna untuk menunjukkan responsivitas konsumsi suatu komoditas terhadap perubahan pendapatan (Sugiarto, 2005). Koefisien yang menunjukkan besarnya perubahan permintaan suatu komoditas apabila terjadi perubahan harga komoditas lain dinamakan elastisitas permintaan silang. Koefisien elastisitas permintaan silang sering digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan komplemen atau substitusi diantara berbagai komoditas (Sugiarto, 2005).
11
2.1.2
Perdebatan Permintaan Pariwisata Permintaan
pariwisata
berpengaruh
terhadap
semua
sektor
perekonomian, perorangan (individu), Usaha Kecil Menengah, perusahaan swasta, dan sektor pemerintah (Sinclair dan Stabler, 1997). Sedangkan
(Morley,
1990)
dalam
(Yuwana,
2010)
mengatakan,
permintaan akan pariwisata tergantung dari ciri-ciri wisatawan atau tipe wisatawan seperti penghasilan, umur, tingkat pendidikan, motivasi, watak, kewarganegaraan, jenis kelamin dan kelompok sosial
ekonomi. Ciri-ciri ini
masing-masing akan mempengaruhi kecenderungan orang untuk berpergian dan pilihan tujuan perjalanannya. Permintaan juga ditentukan oleh sifat-sifat tempat tujuan, perjalanan, daya tariknya, harga dan efektif tidaknya kegiatan pemasaran tempat tujuan. Kebijakan pemerintah dapat menaikkan atau menurunkan permintaan akan pariwisata secara langsung dan sengaja dan secara tidak langsung melalui faktor-faktor yang penting bagi wisatawan seperti keamanan (Wahab, 1989). Permintaan pariwisata mengandalkan total anggaran yang tersedia untuk belanja dan pilihan untuk relativitas pariwisata terhadap barang dan jasa lainnya. Pada sebuah kondisi ekstrim, seseorang dapat mengalokasikan seluruh anggarannya untuk berpariwisata dan selain itu juga dapat digunakan seluruhnya untuk mengkonsumsi barang lain. Jumlah pariwisata dan barang lain yang mungkin dikonsumsi atau dinikmati tergantung pada harga relatif pariwisata dan barang lain sehingga harga pariwisata yang lebih rendah akan membuat lebih banyak konsumsi pariwisata, dan sebaliknya (Sinclair dan Stabler, 1997). Para ekonom berpendapat bahwa permintaan pariwisata terutama dipengaruhi oleh pendapatan, harga dan informasi tentang seluruh perubahan
12
permintaan dari setiap variabel tersebut juga penting bagi penyedia dan pembuat kebijakan periwisata. Pada kasus pendapatan yang naik dengan harga relatif konstan, efeknya pada jenis pariwisata dan daerah tujuan wisata kemungkinan besar
adalah
positif.
Dengan
demikian,
kenaikan
pendapatan
akan
mengakibatkan kenaikan terhadap permintaan pada kebanyakan barang dan jasa lainnya; contohnya adalah barang normal (normal good) karena permintaan akan barang tersebut secara positif berhubungan dengan pendapatan. Selain itu, pendapatan yang naik memungkinkan juga menurunkan permintaan seperti pada produk pariwisata ini adalah barang inferior (Sinclair dan Stebler, 1997). 2.1.3
Perdebatan Teori Preferensi Preferensi berasal dari bahasa inggris “ preference” yaitu something
prefered, one’s first choice, greater liking, giving of priority advantage to something (Simon dan Shister Inc, 1996), yang berarti sesuatu yang lebih diminati, suatu pilihan utama, merupakan kebutuhan prioritas dan memberikan keuntungan yang lebih baik. Secara umum, asumsi kedaulatan selera individu tidak dipersoalkan oleh para ekonom. Sejak
Vilfredo Pareto sampai sekarang, dukungan bagi
pengajaran kepentingan individu merupakan inti ekonomi kesejahteraan. Namun Hicks (1969) dalam (Petra Christian, 2005) menentang pandangan itu dengan mengungkapkan adanya tiga kelemahan dalam evaluasinya. Hal ini didukung oleh Arrow (1973) dalam (Petra Christian, 2005) yang secara meyakinkan dapat menunjukkan melui sebuah fungsi kesejahteraan yang diderivasika dari preferensi individu bahwa prinsip kedaulatan konsumen akan memunculkan pemaksaan atau kediktatoran satu individu kepada individu lainnya. Meskipun rumusan Arrow itu controversial (lihat misalnya Sen, 1979) dalam (Petra
13
Christian,2005), namun pendapatnya elah mengubah keyakinan mutlak tentang kedaulatan konsumen yang semula diagungkan. Memang sejumlah ekonom lebih suka menanggalkan sikap netral dan melacak implikasi dari suatu kebijakan berdasarkan nilai-nilai mereka sendiri, meskipun ekonom lain mempertahankannya. Hal ini antara lain terwujud berupa teori kebijakan keuangan publik yang mementingkan kepentingan umum; misalnya mereka menegaskan
bahwa pajak rata-rata (lump taxation) adalah
yang paling baik karena tagihan yang dibebankannya terhadap setiap wajib pajak relatif paling kecil, meskipun distribusinya tidak merata (pajak yang dibayarkan oleh orang kaya dan miskin tidak banyak berbeda (Atkinson dan Stiglitz, 1980). Perdebatan ini tidaklah berarti bahwa
ilmu ekonomi sejak awal sudah
demikian sarat dengan nilai. Usulan pajak rata-rata itu lebih bertolak dari sikap yang tidak terlalu mementingkan kaitan antara efisiensi dan distribusi pungutan pajak, serta sikap itu sendiri diwarnai oleh angan-angan akan adanya lembagalembaga ekonomi yang sempurna dan mampu menjangkau batas kemungkinan kepuasan (utility possibility frontier) melalui kebijakan tertentu. Ilmu ekonomi modern berusaha mencapai “kompatibilitas intensif” atau pengutamaan disain dan fungsi lembaga-lembaga ekonomi, termasuk perpajakan, di mana setiap individu dimudahkan oleh negara dalam mengejar kepentingannya (Fudenberg dan Tirole, 1991) dalam (Petra christian, 2005). Simamora (2003:87) memberikan ilustrasi tentang preferensi konsumen dengan ilustrasi sebagai berikut: “saya lebih menyukai merek ini, “ kata susan sambil menunjukkan teh siap minum merek terkenal. Preferensi merek tercermin dari kata : i prefer this brand, sebenarnya merupakan hasil proses evaluasi. Bermula dari preferensi merek ini, tinggal selangkah lagi menuju keputusan. “ saya lebih menyukai merek
14
ini “ adalah preferensi. “ saya putuskan untuk memebelinya,” inilah keputusan sebelum pembelian (prepurchase desicion). Apakah keputusan pembelian ini benar-benar dilakukan ? belum tentu. Masih ada faktor situasi dan pengaruh orang lain yang memungkinkan keputusan pembelian sebenarnya (purchase decision) berbeda dari
keputusan pembelian sebelumnya (pre-purchase
decision). Berdasarkan pendapat-pendapat yang diungkapkan tersebut, dipahami bahwa preferensi konsumen adalah gambaran-gambaran dari nilai-nilai terbaik yang dipertimbangkan konsumen dalam mentukan sebuah pilihan. Selain itu, preferensi konsumen juga mampu membentuk sebuah perilaku yang lebih mengarah pada sikap atau respon atas sebuah produk maupun jasa. 2.1.4 Perdebatan Teori Utiilty Utiliti (utility) didefinisikan sebagai tingkat kepuasan tertentu yang di peroleh seorang konsumen dari mengkonsumsi sejumlah barang-barang tertentu. Jika Y1...,Xn menunjukkan barang-barang yang dikonsumsi oleh konsumen, maka fungsi utiliti dapat dituliskan sebagai U (X1...,Xn). Dasar-dasar teorisasi utilitas ini telah muncul ke permukaan sejak tahun 1870an, yang pada saat itu dicetuskan hampir dalam waktu yang bersamaan oleh tiga orang ahli ekonomi yang bekerja dalam kemandirian masing-masing. Mereka adalah Williom Stanley Jevons dari Great Britain, Karl Menger seorang warganegara Austria dan Leon Walras ahli ekonomi berkewarganegaraan Perancis.
Kepada merekalah, perkembangan teori utilitas yang dewasa ini
banyak dibicarakan pada dasarnya berakar. Istiliah Utilitas itu sendiri sering diartikan sebagai: the satisfaction that a consumer receives from the goods and services that he or she consumes.
15
Kepuasan dalma konsumsi ini sudah barang tentu syarat nilai dan sangat subyektif yang tidak mudah dilakukan pengukuran-pengukuran.
Namun
demikian, para ekonomis telah banyak yang berikhtiar bagimana teorisasi ini bisa dilakukan untuk analisis lebih memadai terhadap perilaku konsumen, dan pada gilirannya perilaku permintaan, level individual dan pasar. Sekurang-kurangnya telah dikenal
tiga kelompok pemikiran yang
melandasi pengukuran utilitas ini: ordinalitas utilitas yang beranggapan bahwa utilitas bisa diperbandingkan akan tetapi tidak sepenuhnya bisa diukur perbandingannya dengan ukuran-ukuran yang jelas, pengukuran Cardinal yang beranggapan bahwa utilitas itu bisa diukur dan diperbandingkan dan konsep lexicographic yang melihat asumsi bahwa ordinalitas utilitas sekelompok barang atau jasa dalam konsumsi itu bisa berubah setelah suatu titik jenuh konsumsi terlampaui. Menurut Philip Kotler (1997) kepuasan pelanggan adalah “ customer satisfaction is a person’s feeling of pleasure or dissappointment resulting from comparing a product’s perceived performance (or outcome) in relation to his or her expectation “ (p.40). artinya kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja (hasil) sesuatu produk dengan harapannya. Sedangkan menurut David L.Loudon dan Albert J. Della Bitta (1993) : “ satisfaction is a kind of stepping away from an exprience and evaluating it. One could have pleasurable , it wasn’t as pleasurable as it was supposed or expected to be. Ao satisfaction or dissatisfaction isn’t the evaluating of an emotion “ (p.579). artinya kepuasan semacam langkah perbandingan antara pengalaman dengan hasil evaluasi . hal itu bisa menimbulkan sesuatu yang menimbulkan sesuatu yang nyaman secara
16
rohani bukan hanya nyaman karena dibayangkan atau diharapkan untuk itu. Jadi, puas atau tidak puas bukan hanya merupakan emosi melainkan suatu hasil evaluasi dari emosi. 2.1.5
Perdebatan Teori Pariwisata Meskipun pariwisata telah lama ada di Indonesia tapi bare sekarang ini
sedang dilaksanakan dan dikembangkan oleh pemerintah dan telah dilindungi oleh Undang-Undang Nomor 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan yang terdiri dari IX Bab dan 40 pasal, ketentuan ini mengatur tentang azas dan tujuan kepariwisataan, obyek dan daya tarik wisata, usaha pariwisata, peran serta masyarakat, pembinaan, penyerahan urusan dan ketentuan pidana. Sedangkan pelaksanaannya diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 67
Tahun 1996
tentang penyelenggaraan kepariwisataan namun dirasa kurang efisien dan kurang efektif. Akhirnya pada tahun 1999 lahirlah Undang-Undang Nomor 22 Tahun
1999 tentang Pemerintahan Daerah, maka kewenangan
dalam
penyelenggaraan kepariwisataan dilimpahkan kepada Pemerintahan Daerah. Karena mengingat peranan dari sektor minyak dan gas bumi yang semakin menurun maka pemerintah meningkatkan penerimaan dan sumber devisa dari sektor non migas yaitu sektor pariwisata, oleh karena itu pariwisata di Indonesia terutama di daerah-daerah dilestarikan dan dikembangkan.
Menurut Robert McIntosh bersama Shaskinant Gupta dalam .Yoeti (1992:8) adalah gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari interaksi wisatawan, bisnis, pemerintah tuan rumah serta masyarakat tuan rumah dalam proses menarik dan melayani wisatawan-wisatawan serta para pengunjung lainnya.
17
Pada dasarnya pariwisata itu motif kegiatannya adalah untuk mengisi waktu luang, untuk bersenang-senang, bersantai, studi, kegiatan Agama, dan mungkin untuk kegiatan olahraga. Selain itu semua kegiatan tersebut dapat memberi keuntungan bagi pelakunya baik secara fisik maupun psikis baik sementara maupun dalam jangka waktu lama
Menurut Richard Sihite dalam Marpaung dan Bahar (2000:46-47) menjelaskan definisi pariwisata sebagai berikut : Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain meninggalkan tempatnya semula, dengan suatu perencanaan dan dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang
dikunjungi,
tetapi
semata-mata untuk
menikmati
kegiatan
pertamsyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.
Lundberg (1997), pariwisata adalah kegiatan yang mencakup orang-orang yang melakukan perjalanan pergi dari rumahnya, dan perusahaan-perusahaan yang melayani mereka dengan cara memperlancar atau mempermudah perjalanan mereka atau membuatnya lebih menyenangkan. Menurut Pendit (1990:30) pariwisata adalah gabungan gejala
dan
hubungan yang timbul dari interaksi wisatawan, bisnis pemerintah tuan rumah, serta masyarakat tuan rumah dalam proses menarik dan melayani wisatawan serta pengunjung lainnya. Institute of Tourism in Britain mendelinisikan pariwisata sebagai kepergian orang-orang untuk sementara dalam jangka waktu pendek ke tempat-tempat tujuan diluar tempat tinggal dan tempat bekerja sehari-hari, serta kegiatan-kegiatan mereka selama ditempat tujuan tersebut. Menurut pendapat
18
Soekadijo (1997:8), Pariwisata ialah segala kegiatan dalam masyarakat yang berhubungan dengan wisatawan.
Definisi yang dikemukakan oleh Prof. Salah Wahab dalam Yoeti (1994) Pariwisata adalah suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapat pelayanan secara bergantian diantara orang-orang dalam suatu Negara itu sendiri/ diluar negeri, meliputi pendiaman orang-orang dari daerah lain untuk sementara waktu mencari kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialaminya, dimana ia memperoleh pekerjaan tetap.
Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah suatu perjakman untuk memenuhi rasa ingin tahu dari individu untuk mengetahui daya tarik dari suatu obyek wisata yang dikunjunginya.
2.2 Hubungan Antar Variabel 2.2.1 Pengaruh Pendapatan terhadap Minat Wisata Pendapatan merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan corak
permintaan
terhadap
berbagai
jasa
dan
pelayanan.
Perubahan
pendapatan selalu menimbulkan perubahan terhadap permintaan berbagai jenis barang. Ada hubungan (asosiasi) antara tingginya pendapatan dengan besarnya permintaan akan rekreasi. Jika pendapatan meningkat maka garis pendapatan akan bergeser kekanan sehingga jumlah barang dan jasa pariwisata meningkat (Soekarno, 2006). Kerangka teori yang mendasari penelitian ini adalah teori konsumsi yaitu Menurut Keynes (dalam Sulistiawati, 2010), pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh sektor rumah tangga dalam perekonomian tergantung dari
19
besarnya pendapatan. Perbandingan antara besarnya konsumsi dengan jumlah pendapatan disebut kecondongan mengkonsumsi (MPC = Marginal Propensity to Consume). Semakin besar MPC semakin besar pula pendapatan yang digunakan untuk kegiatan konsumsi dan sebaliknya. Konsumsi Menurut Dumairy (1996 : 114) “konsumsi adalah Bagian dari pendapatan yang dibelanjakan”. Sedangkan menurut Samuelson dan William D. Nourdhaus (1995:123) “ konsumsi adalah pembelian dari barang dan jasa guna mendapat kepuasan ataupun memenuhi kebutuhannya”.
2.2.2 Pengaruh Pengeluaran Kunjungan terhadap jumlah minat wisata.
Total pengeluaran yang dikeluarkan sesuatu hal yang patut diperhatikan saat ingin berkunjung di tempat wisata. Total pengeluaran sebagai budget untuk di pakai saat sedang dalam perjalanan dan pembayaran retribusi tiket. Tujuan pariwisata Tidak untuk mencari nafkah di tempat tujuan, bahkan keberadaannya dapat memberikan kontribusi pendapatan bagi masyarakat atau daerah yang dikunjungi, karena uang yang di belanjakannya dibawa dari tempat asal (Suyitno : 2001).
2.2.3 Pengaruh Jumlah Anggota Keluarga terhadap Minat wisata Jumlah anggota keluarga sebagai pendorong suatu keinginan untuk melakukan rekreasi, yaitu untuk memperhitungkan pengeluaran yang akan di keluarkan selama berwisata.
Faktor-faktor yang mempengaruhi elastisitas
permintaan
barang
penggunaan
yaitu
banyaknya
barang
tersebut,
pengganti
besarnya
yang
persentase
tersedia, pendapatan
jumlah yang
dibelanjakan dan jangka waktu dimana permintaan itu di analisis ( kunawangsih & Antyo Pracoyo, 2006).
20
Dengan Jumlah anggota keluarga yang sedikit akan mendorong tingginya tingkat kunjungan sedangkan bila jumlah anggota keluarga keluarganya banyak Tingkat kunjungan ke tempat wisata akan sedikit, Permintaan pariwisata mengandalkan total anggaran yang tersedia untuk belanja dan pilihan untuk relativitas pariwisata terhadap barang dan jasa lainnya. Pada sebuah kondisi ekstrim,
seseorang
berpariwisata
dan
dapat selain
mengalokasikan itu
juga
dapat
seluruh digunakan
anggarannya
untuk
seluruhnya
untuk
mengkonsumsi barang lain. Jumlah pariwisata dan barang lain yang mungkin dikonsumsi atau dinikmati tergantung pada harga relatif pariwisata dan barang lain sehingga harga pariwisata yang lebih rendah akan membuat lebih banyak konsumsi pariwisata, dan sebaliknya (Sinclair dan Stabler, 1997).
2.2.4 Pengaruh Harga Tiket Kompetitor terhadap Minat Wisata
Harga Tiket Kompetitor merupakan harga tiket pada Objek Wisata lain sebagai perbandingan harga tiket di tempat lain. Dalam teori konsumen, yang kita ketahui di dalam teori konsumen terdapat sebuah pendekatan ordinal, yang dimana pendekatan tersebut di pakai untuk mengetahui kegunaan dari suatu barang dan dapat menjadi suatu pilihan bagi konsumen dalam memilih barang. Pendekatan ordinal ini didalamnya meliputi metode Subtitution effect Hick dan Slutsky ( Rina,2011).
Harga berperan dalam menentukan permintaan terhadap jasa pariwisata. Biaya atau harga yang dikeluarkan selama perjalanan dengan permintaan jasa transportasi dan objek wisata
berpengaruh negatif.
Meningkatnya harga
mungkin akan lebih mengurangi permintaan dari kelompok yang berpendapatan
21
rendah dibanding dengan kelompok yang berpendapatan tinggi (Santerre & Neun, 2000; Mills & Gilson, 1990).
2.2.5 Pengaruh Pendidikan terhadap Minat wisata Faktor sosial dan budaya akan mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap kebutuhan untuk berrekreasi ke tempat wisata. Apabila
Seseorang
dengan pendidikan tinggi cenderung mempunyai demand yang lebih tinggi. Pendidikan yang lebih tinggi cenderung untuk meningkatkan kesadaran untuk bersantai sejenak dan menikmati leysure time yang dimilikinya masyarakat yang berpendidikan lebih tinggi menganggap penting berwisata sehingga akan mengkonsumsi jasa pariwisata lebih banyak dibandingkan masyarakat yang pendidikan dan pengetahuannya lebih rendah (Faisal, 2005).
Status pendidikan seseorang berpengaruh terhadap pemanfaatan jasa pariwisata,
karena
status
pendidikan
mempengaruhi
kesadaran
dan
pengetahuan seseorang tentang wisata. Hal yang sering menjadi penghambat bagi pemanfaatan jasa pelayanan tersebut adalah kurangnya kesadaran dan pengetahuan seseorang tentang hal-hal yang berkaitan dengan perilaku wisatawan.
Kurangnya
kesadaran
dan
pengetahuan
seseorang
sangat
bervariasi, mulai dari tidak mengetahui tempat jasa pelayanan pariwisata yang tersedia hingga kurangnya pemahaman tentang manfaat pelayanan seperti Tour Guide dan Tiket online yang memberikan jasa pembelian tiket murah dan paketpaket Liburan dengan harga terjangkau (Faisal, 2005).
22
2.2.6 Pengaruh Pekerjaan terhadap Minat Wisata
Dengan adanya pekerjaan maka seseorang mampu untuk pergi berwisata, karena sudah memiliki pendapatan. Kerangka teori yang mendasari variabel ini adalah teori ketenagakerjaan yang dimana Masalah tenaga kerja adalah masalah yang sangat kompleks dan besar. Kondisi kerja yang baik, kualitas output yang tinggi, upah yang layak serta kualitas sumber daya manusia adalah persoalan yang selalu muncul dalam pembahasan tentang tenaga kerja disamping masalah hubungan industrial antara pekerja dengan dunia usaha. Dapat dikatakan ketenagakerjaan di Indonesia hingga kini masih menghadapi beberapa ketidakseimbangan baik struktural ataupun sektoral (sholeh, 2006).
Permintaan dalam konteks ekonomi didefinisikan sebagai jumlah maksimum/suatu barang atau jasa yang dikehendaki seorang pembeli untuk dibelinya pada setiap kemungkinan harga dalam jangka waktu tertentu (Sudarsono, 1990).
Menurut G.S Becker (1976), Kepuasan individu bisa diperoleh melalui konsumsi atau menikmati waktu luang (leisure time). Sedang kendala yang dihadapi individu adalah tingkat pendapatan dan waktu. Bekerja sebagai kontrofersi dari leisure menimbulkan penderitaan, sehingga orang hanya mau melakukan kalau memperoleh kompensasi dalam bentuk pendapatan, sehingga solusi dari permasalahan individu ini adalah jumlah jam kerja yang ingin ditawarkan pada tingkat upah dan harga yang diinginkan.
23
Dalam pekerjaan berpengaruh terhadap permintaan wisata karena dengan adanya pendapatan seseorang dan kesibukan yang dimiliki pekerja selama bekerja tetap memiliki leisure time untuk berwisata.
2.2.7 Pengaruh Jarak Tempat Tinggal terhadap Minat wisata
Ada hubungan jarak tempat tinggal terhadap permintaan wisata terutama tempat wisata tersebut memiliki jarak yang jauh. Perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain meninggalkan tempatnya semula, dengan suatu perencanaan dan dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati kegiatan pertamsyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam (Richard Sihite dalam Marpaung dan Bahar (2000)).
Kerangka teori yang mendasari penelitian ini adalah teori pariwisata dan teori objek wisata yang Menurut Yoeti (2008) jarak antara tempat/daerah asal wisatawan dan daerah tempat wisata juga mempengaruhi permintaan untuk melakukan kunjungan wisata.
Menurut pendapat Anonymous (1986) Pariwisata adalah kegiatan seseorang dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan perbedaan pada waktu kunjungan dan motivasi kunjungan. Jadi setiap orang memiliki perbedaan jarak dengan tempat kunjungan wisata.
24
2.3 Tinjauan Empirik Igunawati, Diana (2010) dengan Judul Analisis Permintaan Objek Wisata Tirta Waduk Cacaban kab. Tegal. Yang dalam penelitiannya menyatakan bahwa kunjungan ke objek wisata Tirta Waduk Cacaban dipengaruhi oleh variabel biaya perjalanan menuju objek wisata Tirta Waduk Cacaban, variabel jarak dan variabel pengalaman. Variabel biaya perjalanan menuju objek wisata Tirta Waduk Cacaban dan variabel jarak menunjukkan pengaruh yang negatif terhadap jumlah permintaan pariwisata ke objek wisata Tirta Waduk Cacaban. Sedangkan variabel pengalaman menunjukkan pengaruh yang positif terhadap jumlah permintaan pariwisata ke Tirta Waduk Cacaban. Variabel biaya perjalanan ke objek wisata lain yang dalam hal ini diwakili oleh objek wisata Guci tidak signifikan terhadap jumlah permintaan wisata ke Tirta Waduk Cacaban karena ketidak identikan antara kedua objek wisata, yang masing-masing mempunyai ciri dan daya tarik tersendiri Variabel umur, variabel waktu kerja dan variabel pendapatan individu tidak signifikan terhadap jumlah permintaan wisata ke Tirta Wadu Cacaban dimungkinkan karena bervariasinya umur, pendapatan dan waktu kerja pengunjung objek wisata Tirta Waduk Cacaban. Berdasarkan hasil perhitungan maka diketahui nilai ekonomi wisata Tirta Waduk Cacaban dengan pendekatan biaya perjalanan individu sebesar Rp 2.859.263.348 per tahun. Dewi, Triana Dhita (2010) dengan judul Analisis Kunjungan Objek Wisata Water Blaster Kota Semarang. Dalam penelitiannya menyatakan bahwa Dari ke lima variabel yang dianalisis terdapat empat variabel yang signifikan yaitu variabel fasilitas, variabel permainan, variabel penghasilan rata-rata per bulan dan variabel jarak, sedangkan variabel harga tiket di obyek wisata lain yang
25
sejenis dinyatakan tidak berpengaruh terhadap frekuensi jumlah kunjungan ke obyek wisata Water Blaster, dan memiliki tanda negatif dikarenakan wisatawan menganggap tempat wisata yang berbeda sebagai bagian pelengkap dari pengalaman wisatanya. Dari hasil perhitungan regresi diketahui bahwa variabel harga tiket di obyek wisata lain yang sejenis dan variabel jarak menunjukkan hubungan yang negatif terhadap jumlah kunjungan ke obyek wisata Water Blaster,
sedangkan
penghasilan
variabel
rata-rata
per
fasilitas, bulan
variabel
permainan
menunjukkan
hubungan
dan yang
variabel positif.
Berdasarkan nilai koefisien variabel penghasilan rata-rata per bulan yang positif dapat disimpulkan bahwa obyek wisata Water Blaster merupakan barang normal. Akan tetapi karena nilainya yang terlalu kecil maka obyek wisata Water Blaster merupakan yang cenderung inferior, dimana semakin tinggi penghasilan rata-rata per bulan pengunjung maka akan memilih tempat wisata lain yang memiliki tingkat prestise yang lebih tinggi. Faisal
Abdullah
(2005)
dalam penelitian
yang
berjudul
Analisis
Permintaan Objek Wisata Candi Gedong Songo Kabupaten Semarang menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan objek wisata Candi Gedong Songo. Alat analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan menggunakan jumlah kunjungan objek wisata Candi Gedong Songo sebagai variabel
dependen
dan variabel
independennya
adalah umur,
pendidikan, penghasilan, biaya perjalanan menuju Candi Gedong Songo, biaya perjalanan menuju tempat lain, lama perjalanan dan jarak. Dari hasil perhitungan regresi diketahui bahwa daritujuh variabel yang digunakan dalam model hanya dua variabel yang signifikan atau berpengaruh terhadap model yaitu variabel biaya perjalanan menuju Candi Gedong Songo dan jarak.
26
Tabel 2.1 Tinjauan Empirik Alat Analisis Analisis Regresi Berganda
Nama Igunawati, Diana
Judul Analisis Permintaan Objek Wisata Tirta Waduk Cacaban kabupaten Tegal
Tempat Kawasan Objek Wisata Tirta Waduk Cacaban kabupaten Tegal
Variabel Dependen: Jumlah permintaan wisata Tirta Waduk Cacaban Independen: Biaya Perjalanan ke objek wisata Tirta Waduk Cacaban, Biaya Perjalanan ke Objek wisata lain (Guci), Penghasilan individu, Jarak, Waktu kerja, Umur, dan Pengalaman berkunjung sebelumnya
Dewi, Triana Dhita
Analisis Kunjungan Objek Wisata Water Blaster Kota Semarang
Kawasan Objek Wisata Water Blaster Kota Semarang
Dependen : Analisis Jumlah Kunjungan ke Regresi Obyek Wisata Water Berganda Blaster Independen: Harga Tiket, Fasilitas, Permainan, Penghasilan rata-rata perbulan dan Jarak
Faisal Abdullah
Analisis Permintaan Objek Wisata Candi Gedong Songo Kabupaten Semarang
Kawasan Objek Wisata Candi Gedong Songo Kabupaten Semarang
Dependen : Analisis Jumlah Kunjungan Objek Regresi Wisata Candi Gedong Berganda Songo Independen : umur, pendidikan, penghasilan, biaya perjalanan menuju Candi Gedong Songo,biaya perjalanan menuju tempat lain, lama perjalanan dan jarak.
27
Hasil Ada tiga variabel yang signifikan yaitu variabel biaya perjalanan menuju objek wisata Tirta Waduk Cacaban, variabel jarak dan variabel pengalaman sedangkan keenam variabel lainnya tidak signifikan. Nilai ekonomi wisata Tirta Waduk Cacaban dengan pendekatan biaya perjalanan individu sebesar Rp 2.859.263.348 per tahun. Dari lima variabel yang dianalisis terdapat empat variabel yang signifikan yaitu variabel fasilitas, variabel permainan, variabel penghasilan rata-rata perbulan dan variabel jarak. Dari hasil perhitungan regresi diketahui bahwa daritujuh variabel yang digunakan dalam model hanya dua variabel yang signifikan atau berpengaruh terhadap model yaitu variabel biaya perjalanan menuju Candi Gedong Songo dan jarak.
2.4
Kerangka Pikir Dengan memperhatikan uraian yang telah dipaparkan terdahulu, maka
pada bagian ini akan diuraikan beberapa hal yang di jadikan penulis sebagai landasan berpikir untuk kedepannya. Landasan yang di maksud akan lebih mengarahkan untuk menemukan data dan informasi dalam penelitian ini guna memecahkan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya. Untuk itu maka penulis menguraikan landasan berpikir pada gambar di bawah ini. Pendapatan (X1) pengeluaran kunjungan (X2)
Minat Wisata (Y)
Jumlah anggota keluarga (X3) Harga tiket kompetitor( X4)
Pendidikan ( X5) Jenis Pekerjaan ( D1 ) Persepsi Jarak ( D2)
Gambar I
28
2.5
Hipotesis
Berdasarkan latar belakang, permasalahan yang ada diarahkan untuk merujuk pada dugaan sementara yaitu : 1. Diduga
pendapatan, pengeluaran kunjungan, harga tiket kompetitor dan
pendidikan berpengaruh positif signifikan terhadap minat wisata di sulawesi selatan. 2. Diduga jumlah anggota keluarga berpengaruh negatif signifikan terhadap minat wisata di Sulawesi Selatan. 3. Diduga jenis pekerjaan berpengaruh signifikan terhadap minat wisata di Sulawesi selatan. 4. Diduga persepsi jarak berpengaruh negatif signifikan terhadap minat wisata di Sulawesi Selatan.
29
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini mulai dilakukan pada bulan september sampai bulan oktober 2012. Penelitian ini dilaksanakan di Kota Makassar, ibukota dari provinsi Sulawesi Selatan. 3.2 Populasi dan Sampel Populasi yaitu sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu. Masalah populasi timbul terutama pada penelitian yang menggunakan metode survey sebagai teknik pengumpulan data. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat di kota makassar Sampel adalah bagian yang menjadi objek sesungguhnya dari suatu penelitian, dan metodologi untuk memilih dan mengambil individu-individu masuk ke dalam sampel yang representatif disebut sampling. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan metode accidental sampling yaitu pengambilan sampel secara acak. Adapun jumlah sampel yang akan diteliti sebanyak 150 responden. Accidental sampling adalah cara pengambilan sampel dengan cara mengambil sampel dimana pun didapatkan tanpa syarat pengambilan tertentu. Hasil dari sampling tersebut memiliki sifat yang objektif.
30
3.3. Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data penelitian merupakan faktor yang penting yang menjadi pertimbangan yang menentukan metode pengumpulan data. Data yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua jenis berdasarkan pada pengelompokannya yaitu : a.
Data Primer Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara
langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara). Data primer secara khusus dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian. Dalam penelitian ini data diambil berdasarkan kuesioner yang diwawancarakan kepada responden. b.
Data Sekunder Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti
secara tidak langsung melalui media perantara atau diperoleh dan dicatat oleh pihak lain. Terdiri dari data kualitatif dan kuantitatif. Sumber data kuantitatif di peroleh di kantor BPS provinsi sulawesi-selatan, BPS kota makassar, dan website yang memiliki kumpulan data tentang Teori permintaan, preferensi, utiliti, objek wisata dan pariwisata. Websiter tersebut antara lain : www.bps.go.id, www.google.com , www.yahoo.com . Sedangkan data kualitatif berupa data yang diperoleh dari literatur, laporan, atupun buku-buku acuan yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.
31
3.4 Definisi operasional Variabel
a. Minat Wisata (Y),
merupakan minat masyarakat dalam mengunjungi
tempat wisata di sulawesi selatan selama 12 bulan terakhir. Skala pengukurannya yaitu dalam frekuensi kunjungan. b. Pendapatan (X1), merupakan seluruh pendapatan yang diterima oleh keluarga pengguna jasa
pariwisata baik dari pendapatan utama,
sampingan dan lainnya, variabel ini diukur dengan rata-rata jumlah total semua pendapatan yang diterima keluarga konsumen dengan satuan rupiah tiap bulannya. c. Pengeluaran kunjungan (X2), adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan mulai dari transportasi, konsumsi, retribusi tiket dan wahana lainnya. Variabel ini diukur dengan satuan Rupiah per orang.. d. Jumlah Anggota keluarga (X3), adalah
jumlah anggota keluarga yang
datang berkunjung ditempat wisata. Variabel ini diukur dengan Skala ordinal. e. Harga Tiket Kompetitor (X4), adalah Harga tiket Tempat wisata atau objek wisata lain sebagai perbandingan harga dengan Harga tiket tempat wisata lainnya. Variabel ini diukur dengan satuan Rupiah per orang. f. Tingkat pendidikan (X5), merupakan latar belakang pendidikan pengunjung atau pendidikan terakhir yang sudah diluluskan, yang diukur dengan jumlah tahun pendidikan yang sudah ditempuh. g. Jenis Pekerjaan (D1) merupakan 1) untuk PNS , 0) untuk Non PNS. Diukur dengan variabel Dummy.
32
h. Jarak tempat tinggal (D2), merupakan Jarak rumah pengunjung dengan obyek
wisata
Bantimurung.
1)
Mempertimbangkani
,
0)
tidak
mempertimbangkan. Diukur dengan variabel Dummy. 3.5 Teknik Pengumpulan Data 1. Penelitian Lapangan Yaitu pengambilan data di
daerah/ lokasi penelitian dengan teknik
pengumpulan data sebagai berikut:
Observasi
Teknik ini digunakan untuk mendeskripsikan tentang keadaan lapangan dengan pengamatan yang dilakukan terhadap masyarakat yang senantiasa bersifat obyektif faktual. Tujuannya untuk memperoleh gambaran yang lengkap mengenai keadaan lokasi penelitian.
Interview
Untuk
mendapatkan
informasi
yang
akurat
dan
lengkap
mengenai
masyarakat, maka dilakukan wawancara terhadap narasumber dan responden yaitu masyarakat.
Kuisioner
Kuisioner digunakan untuk merekam data tentang kegiatan masyarakat. Pengisian kuisioner dilakukan secara terstruktur dengan mempergunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan. 2. Penelitian Kepustakaan Yaitu penelitian melalui beberapa buku bacaan, literatur atau keteranganketerangan ilmiah untuk memperoleh teori yang melandasi dalam menganalisa data yang diperoleh dari lokasi penelitian.
33
3.6 Intsrumen Penelitian Metode analisis yang digunakan dalam penelitian adalah analisis regresi linear berganda, yaitu untuk mengetahui hubugan dan pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen, analisis regresi merupakan suatu metode yang digunakan untuk menganalisa hubungan antar variabel.hubungan tersebut dapat diekspresikan dalam bentuk persamaan yang menghubungkan variabel depensen Y dengan satu atau lebih variabel independen. Model pendapatan asli daerah dari sektor pariwisata yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Y = f (X1, X2, X3, X4, X5, D1, D2 ) ……………………………………(1) dimana: Y
= Minat wisata
β0
= Konstanta
β1, β2, β3 β4, β5, β1, β2 = Parameter X1
= Pendapatan
X2
= Pengeluaran kunjungan
X3
= Jumlah Anggota keluarga
X4
= Harga Tiket kompetitor
X5
= Pendidikan
D1
= Jenis Pekerjaan
D2
= Persepsi Jarak
µi = Error term
34
3.7 Analisis Data 3.7.1 Analisis koefisien determinasi (R2) Analisis koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Koefisien Determinan (R2) pada intinya mengukur kebenaran model analisis regresi. Dimana analisisnya adalah apabila nilai R2 mendekati angka 1, maka variabel independen semakin mendekati hubungan dengan variabel dependen sehingga dapat dikatakan bahwa penggunaan model tersebut dapat dibenarkan. Model yang baik adalah model yang meminimumkan residual berarti variasi variabel independen dapat menerangkan variabel dependennya dengan α sebesar diatas 0,75 (Gujarati, 2003), sehingga diperoleh korelasi yang tinggi antara variabel dependen dan variabel independen. Akan tetapi ada kalanya dalam penggunaan koefisisen determinasi terjadi bias terhadap satu variabel indipenden yang dimasukkan dalam model. Setiap tambahan satu variabel indipenden akan menyebabkan peningkatan R2, tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara siginifikan terhadap varibel dependen (memiliki nilai t yang signifikan). 3.7.2 Uji Statistik F Uji ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara signifikan terhadap variabel dependen. Dimana jika Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima atau variabel independen secara bersama-sama tidak memiliki pengaruh terhadap variabel dependen (tidak signifikan) dengan kata lain perubahan yang terjadi pada variabel terikat tidak dapat dijelaskan oleh perubahan variabel independen, dimana tingkat signifikansi yang digunakan yaitu 5%.
35
3.7.3
Uji Statistik t Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel
independen secara sendiri-sendiri mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Dengan kata lain, untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen dapat menjelaskan perubahan yang terjadi pada variabel dependen secara nyata. Untuk mengkaji pengaruh variabel independen terhadap dependen secara individu dapat dilihat hipotesis berikut: H0 : ß1 = 0 : ß1 > 0
berpengaruh positif, H1 : ß1 < 0
tidak berpengaruh, H1
b erpengaruh negatif. Dimana ß1
adalah koefisien variabel independen ke-1 yaitu nilaiparameter hipotesis. Biasanya nilai ß dianggap nol, artinya tidak ada pengaruh variable X1 terhadap Y. Bila thitung > ttabel maka Ho diterima (signifikan) dan jika thitung < ttabel Ho diterima (tidak signifikan). Uji t digunakan untuk membuat keputusan apakah hipotesis terbukti atau tidak, dimana tingkat signifikan yang digunakan yaitu 5%.
36
BAB IV HASIL DAN ANALISIS
4.1.
Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1
Kota Makassar Kota Makassar sebagai ibukota Provinsi Sulawesi
Selatan juga
merupakan pintu gerbang dan pusat perdagangan Kawasan Timur Indonesia. Secara geografis Kota Makassar terletak di Pesisir Pantai Barat bagian selatan Sulawesi Selatan, pada titik koordinat 119°, 18’, 27’, 97” Bujur Timur dan 5’. 8’, 6’, 19” Lintang Selatan. Secara administratif Kota Makassar mempunyai batas-batas wilayah yaitu: Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa, Sebelah utara berbatasan
dengan
Kabupaten
Pangkajene
Kepulauan,
Sebelah
timur
berbatasan dengan Kabupaten Maros dan Sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar. Topografi pada umumnya berupa daerah pantai. Letak ketinggian Kota Makassar berkisar 0,5 – 10 meter dari permukaan laut. Kota Makassar memiliki luas wilayah 175,77 km2 yang terbagi kedalam 14 Kecamatan dan 143 Kelurahan. Selain memiliki wilayah daratan, Kota makassar juga memiliki wilayah kepulauan yang dapat dilihat sepanjang garis pantai Kota Makassar. Adapun pulau-pulau di wilayahnya merupakan bagian dari dua Kecamatan yaitu Kecamatan Ujung Pandang dan Ujung Tanah. Pulau-pulau ini merupakan gugusan pulau-pulau karang sebanyak 12 pulau, bagian dari gugusan pulau-pulau Sangkarang, atau disebut juga Pulau-pulau Pabbiring atau
37
lebih dikenal dengan nama Kepulauan Spermonde. Pulau-pulau tersebut adalah Pulau Lanjukang (terjauh), pulau Langkai, Pulau Lumu-lumu, Pulau Bone Tambung, Pulau Kodingareng, pulau Barrang Lompo, Pulau Barrang Caddi, pulau Kodingareng Keke, Pulau Samalona, Pulau Lae-Lae, Pulau Gusung, dan Pulau Kayangan (terdekat). Penduduk Kota Makassar tahun 2010 tercatat sebanyak 1.339.374 jiwa yang terdiri dari 661.379 laki-laki dan 677.995 perempuan. Sementara itu jumlah penduduk Kota Makassar tahun 2009 tercatat sebanyak 1.272.349 jiwa. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat ditunjukkan dengan rasio jenis kelamin (sex ratio).
Pada tahun 2010 ratio jenis kelamin penduduk kota
Makassar yaitu sekitar 97,55 persen, yang berarti bahwa dari setiap 100 penduduk wanita terdapat 98 penduduk laki-laki. Penyebaran Penduduk Kota Makassar dirinci menurut kecamatan, menunjukkan bahwa penduduk masih terkonsentrasi di wilayah kecamatan Tamalate, yaitu sebanyak 170.878 atau sekitar 12,76 persen dari total penduduk, disusul kecamatan Biringkanaya sebanyak 167.741 jiwa (12,52 persen). Kecamatan Rappocini sebanyak 151.091 jiwa (11,28 persen), dan yang terendah adalah kecamatan Ujung Pandang sebanyak 26.904 jiwa (2,01) persen Secara keseluruhan, rata-rata jumlah anggota rumah tangga adalah 5 orang perrumah tangga. 4.1.2. Jumlah Sarana Pariwisata di Sulawesi Selatan Perkembangan pariwisata di Sulawesi Selatan semakin berkembang dengan meningkatnya objek-objek wisata yang ada di Sulawesi Selatan. Dari data yang tersedia, terdapat 68 obyek wisata yang dapat dikunjungi Provinsi Sulawesi Selatan dan 15 obyek wisata terletak di kota Makassar .
38
Sebagian besar objek wisata terletak di Makassar sebagai ibukota dari provinsi Sulawesi Selatan. Hal tersebut dapat dilhat dari tabel 4.1 , tabel 4.2 dan tabel 4.3 yang dimana memperlihatkan objek- objek wisata yang ada di Sulawesi Selatan.
Tabel 4.1 Objek – objek Wisata yang Terdapat di Sulawesi Selatan
Makassar
Maros
Gowa
pangkep waterboom
Fort Rotterdam
Bantimurung
Makam syekh yusuf Museum Balla
Pantai Losari
Leang –Leang
Lompoa
Akkarena
Pulau Kapoposang
Masjid Tua Katangka
Tanjung Bayang
Maros Waterboom
Wisata Hutan Malino
Pulau Lae-lae Pulau Samalona Pulau Kayangan P. Kodingareng Keke Pelabuhan Poetere Bugis Water Park Gowa Water Park Makam Pahlawan Diponegoro Makam Raja-raja Tallo Trans Studio
Sumber : Dinas pariwisata dan kebudayaan sulawesi selatan 2012
39
Mattampa
Tabel 4.2 Objek – objek Wisata yang Terdapat di Sulawesi Selatan
Soppeng
Bone
Enrekang
Toraja
Coddang Citta Cave
Tanjung Palette
Buttu Kabobong
Kete Kesu
Air Panas Lejja
Bola Soba
Pantai Labombo
Londa
Permandian Alam Ompo
MuseumLlapawawoi
Batu Tumonga
Istana Raja Datu Soppeng
Lemo
Goa Mampu
Borik Pallawa
Sumber : Dinas pariwisata dan kebudayaan sulawesi selatan 2012 Tabel 4.3. Objek – objek Wisata yang Terdapat di Sulawesi Selatan
Bantaeng
Bulukumba
Takalar
Selayar
Pantai Marina Karang Batu
Barru Air Terjun Wae
Tanjung Bira
Wisata Alam Barugayya
Taka Bonerate
Sae
Bara Beach
Telaga Ko'mara
Pulau Tinabo
Pulau Dutungeng
Air Terjun Bissapu
Taman Laut Air Merasa'
Amatoa
Pantai Lamangkia
Pulau Latondu
Pantai Punaga
Pulau Ranjuni
Pantai Paria Laut
Pulau Jinatow
Pulau Sanrobengi
Pulau Pasitallu
Taman Laut Takabonerate
Pulau Kepulauan Tanakeke
Lantingiang Pulau
Pantai Gusung
Lantingiang
Wisata Pantai Sampulungang
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Sulawesi Selatan 2012
40
Panikiang
4.2
Pertumbuhan Ekonomi di Sulawesi Selatan Tabel 4.4 Jumlah Pertumbuhan Penduduk di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun
Jumlah Penduduk
Pertumbuhan
2007
7.675.839
1.054
2008
7.805.024
1.654
2009
7.908.519
1.309
2010
8.034.776
1.571
2011 8.115.638 0.996 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan 2012 Dari Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa dari tahun ke tahun pertumbuhan ekonomi memiliki peningkatan di tahun 2008 yaitu 1.654 pertumbuhan dan menurun di tahun 2009 den gan pertumbuhan 1.309 sedangkan di tahun 2010 pertumbuhan ekonomi mencapai 1.571 pertumbuhan dan menurun di tahun 2011 dengan pertumbuhan ekonomi 0.996.
4.3 Deskripsi Responden Periode pengumpulan data dilakukan 25 hari pada bulan september bulan oktober. Sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 150 responden, Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan metode accidental sampling yaitu pengambilan sampel secara acak. Responden yang menjadi sampel yaitu masyarakat di Makassar. Dari data yang terkumpul dapat dianalisa secara deskriptif maupun regresi 1. Umur Umur seseorang dapat mencerminkan kemampuan dan kondisi seseorang secara fisik, yang memungkinkan terjadi pertimbangan dalam
41
berwisata. Berdasarkan golongan umur pengunjung sangat bervariasi, hal ini diwujudkan melalui beragamnya usia responden. Dari umur 23 – 30 tahun terdapat 63 reponden sedangkan umur 31- 45 terdapat 56 responden dan umur 46 - 60 terdapat 31 responden. Sebagian besar responden yang berkunjung ke tempat wisata di Sulawesi Selatan adalah responden pada umur 23 – 30 tahun yaitu sebanyak 63 orang dan umur 31- 45 terdapat 56 responden kemudian umur 46 - 60 terdapat 31 responden . Hal ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden yang kebanyakan
memiliki minat wisata di Sulawesi Selatan adalah
responden umur 23 sampai 30 tahun. 2. Jenis kelamin Dari 150 responden berdasarkan jenis kelamin memiliki jumlah yang mendekati seimbang antara
perempuan dan laki-laki yaitu 76 orang
perempuan dan 74 orang laki-laki, Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan wisata merupakan kebutuhan semua orang tanpa membedakan jenis kelamin. 3. Status Status menikah menjadi salah satu syarat menjadi responden di penelitian ini, sehingga dari 150 responden semua berstatus menikah. 4.
Objek wisata yang dominan pernah dikunjungi di Sulawesi Selatan. Berdasarkan hasil data yang diperoleh ada 3 tempat wisata yang paling dominan dikunjungi di sulawesi selatan. Yaitu dari 150 responden memilih Bantimurung dengan responden sebanyak 35, Malino 19 responden dan Tanjung Bira terdapat 17 responden. memiliki kekayaan alam yang berlimpah dari
42
Bantimurung
indahnya petakan-petakan
sawah, tebing-tebing yang terjal, keanekaragaman kupu-kupu, air terjun yang jernih dan Gua-gua menjadi daya tarik utama dari bantimurung sehingga banyak orang yang berkunjung ke tempat wisata tersebut. Malino merupakan kawasan puncak yang memiliki panorama indah , kawasan hutan, pepohonan dan air terjun. Malino terkenal tempat yang sangat sejuk menjadi incaran masyarakat ketika weekend tiba. Sedangkan, Tanjung bira yang terletak di Bulukumba ini memberikan pesona indahnya pantai, pasir putih, dan matahari terbenam yang menjadi salah satu panorama indah di Tanjung Bira. 4.4 Hubungan Antar Variabel yang Berhubungan dengan Minat Wisata Berdasarkan penelitian lapangan yang dilakukan bahwa sebagian besar responden menggunakan jasa pariwisata
yang ada di kota sulawesi selatan
sedikit banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya pendapatan, Pengeluaran kunjungan, jumlah anggota keluarga, Harga tiket kompetitor, tingkat pendidikan, status pekerjaan dan jarak. 4.4.1 Hubungan antara Pendapatan dengan Minat Wisata di Sulawesi Selatan Pada Tabel 4.5 ini adalah distribusi responden yang dilihat dari pendapatan dengan minat wisata yang dia ambil selama 12 bulan terakhir, dalam hal ini masyarakat yang mempunyai minat wisata di Provinsi Sulawesi Selatan. Pada umumnya masyarakat yang mempunyai minat wisata di Propinsi Sulawesi Selatan maksimal sebanyak 5 kali. Berdasarkan pada Tabel 4.5 diketahui bahwa dari 150 responden masyarakat yang memiliki pendapatan antara Rp. 2.000.000.00 sampai
43
4.999.999,00 perbulan 105 responden
dimana 65 responden memiliki minat
wisata 1 – 2 kali, 40 responden minat wisata 3 – 4 kali selama ini. Adapun dari 43 responden yang memiliki pendapatan Rp. 5.000.000,00 sampai Rp. 7.999.999,00 sebanyak 6 responden memilih minat wisata 1 – 2 kali, 28 responden memiliki minat wisata 3 – 4 kali, dan 9 responden memiliki Minat wisata 5 kali. Kemudian dari 2 responden yang memiliki pendapatan diatas Rp. 8.000.000,00 hanya 1 responden yang memili minat wisata 3 – 4 kali dan hanya 1 responden yang memiliki minat wisata 5 kali. Tabel 4.5. Distribusi Responden Menurut Pendapatan dengan Minat Wisata di Sulawesi Selatan Frekuensi Kunjungan per 12 Pendapatan
bulan terakhir
Total
(Ribu Rupiah) 1-2 kali
3-4 kali
5 kali
2.000 – 4.999
65
40
0
105
5.000 – 7.999
6
28
9
43
> 8.000 Total
0
1
1
71
69
10
2 150
Sumber : data primer 2012 4.4.2 Hubungan antara Pengeluaran Kunjungan dengan Minat Wisata Distribusi besarnya biaya yang dikeluarkan oleh tiap-tiap responden dalam menggunakan jasa pariwisata di Sulawsi Selatan, dapat dilihat pada Tabel 4.6 Berdasarkan pada Tabel 4.6 diketahui bahwa dari 104 responden yang memiliki biaya atau harga kunjungan di bawah Rp 25.000,00 sampai Rp. 299.999,00 sebanyak 57 responden memiliki minat wisata 1 - 2 kali dan 46
44
responden memiliki Minat Wisata sebanyak 3 - 4 kali dan hanya 1 responden yang memiliki Minat wisata 5 kali. Adapun pada level biaya atau harga kunjungan antara Rp 300.000,00 sampai Rp. 499.999,00 yang memiliki Minat wisata 1 - 2 kali sebanyak 13 responden, 23 responden memiliki Minat wisata sebanyak 3 - 4 kali dan 7 responden yang memiliki Minat wisata 5 kali. Kemudian dari 150 responden, 2 responden
di antaranya
memiliki
pengeluaran kunjungan diatas Rp 500.000,00 memiliki Minat wisata 1 - 2 kali, Hanya 1 responden memiliki Minat wisata 3 sampai 4 kali.
Tabel 4.6. Distribusi Responden Menurut Pengeluaran Kunjungan dengan Minat Wisata di Sulawesi Selatan Pengeluaran
Frekuensi Kunjungan per 12
Kunjungan
bulan terakhir
Total
( Rupiah)
1-2 kali
3-4 kali
5 kali
25.000 – 299.999
57
46
1
104
300.000 – 499.999
13
23
7
43
> 500.000
2
1
0
3
Total
72
70
8
150
Sumber : data primer 2012
4.4.3 Hubungan antara Jumlah Anggota Keluarga Dengan Minat Wisata Distribusi jumlah anggota keluarga berdasarkan
responden yang
menggunakan jasa pariwisata di Sulawesi Selatan dapat dilihat pada Tabel 4.7. Berdasarkan pada Tabel 4.7 diketahui bahwa dari 73 responden yang memiliki jumlah anggota keluarga 1 – 2 orang sebanyak 52 responden memiliki minat wisata 1 - 2 kali dan 29 responden memiliki Minat Wisata sebanyak 3 - 4
45
kali dan hanya 2 responden yang memiliki Minat wisata 5 kali. Adapun dari jumlah anggota keluarga 3 – 4 orang sebanyak 60 respoden yang memiliki Minat wisata 1 - 2 kali sebanyak 20 responden, 35 responden memiliki minat wisata sebanyak 3 - 4 kali dan 5 responden yang memiliki minat wisata 5 kali. Kemudian dari 150 responden, diketahui 7 responden di antaranya memiliki jumlah anggota keluarga diatas 5 sebanyak 3 responden memiliki Minat wisata 1 - 2 kali, 3 responden memiliki minat wisata 3 - 4 kali, dan hanya 1 responden yang memiliki minat wisata 5 kali. Tabel 4.7 Distribusi Responden Menurut Jumlah Anggota Keluarga dengan Minat Wisata di Sulawesi Selatan Frekuensi Kunjungan per 12 bulan terakhir
Jumlah anggota
Total
Keluarga (Orang)
1-2 kali
3-4 kali
5 kali
1–2
52
29
2
73
3–4
20
35
5
60
>5
3
3
1
7
Total
75
67
8
150
Sumber : data primer 2012
4.4.4 Hubungan antara Harga Tiket Kompetitor Dengan Minat Wisata Sebagian dari masyarakat di Makassar memiliki kebutuhan untuk berpariwisata di luar Sulawesi Selatan, dan inilah gambaran dari distribusi harga tiket kompetitor yang dikeluarkan oleh tiap-tiap responden dalam menggunakan jasa wisata di luar Sulawesi Selatan dan dapat dilihat pada Tabel 4.8.
46
Tabel 4.8. Distribusi Responden Menurut Harga Tiket Kompetitor dengan Minat Wisata di Sulawesi Selatan Frekuensi Kunjungan per 12 Harga Tiket Kompetitor
bulan terakhir
Total
( Rupiah) 1-2 kali
3-4 kali
3.000 – 99.999
67
65
3
135
100.000 – 199.999
2
3
3
8
200.000 – 250.000
1
5
1
7
70
73
7
150
Total
5 kali
Sumber : data primer 2012 Adapun harga tiket kompetitor dari 150 responden mengeluarkan biaya dari Rp. 3000,00 sampai Rp 99.999,00 dari 135 responden sebanyak 67 responden memiliki Minat wisata 1 – 2 kali, sebanyak 65 responden memiliki minat wisata 3 – 4 kali , dan sebanyak 3 responden memiliki minat wisata 5 kali. Kemudian dari 150 responden, diketahui mengeluarkan biaya harga tiket kompetitor
8 responden di antaranya
dari Rp. 100.000,00 sampai Rp.
199.999,00 sebanyak 2 responden memiliki Minat wisata 1 - 2 kali, 3 responden memiliki Minat wisata 3 - 4 kali, dan sebanyak 3 responden yang memiliki minat wisata 5 kali.
Kemudian dari 7 responden mengeluarkan biaya Harga tiket
kompetitor Rp. 200.000,00 sampai Rp. 250.000,00 haya 1 responden yang memiliki minat wisata 1 -2 kali, sebanyak 5 Responden memiliki minat wisata 3 -4 kali dan hanya 1 responden memiliki minat wisata 5 kali. 4.4.5. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Minat Wisata Pendidikan ditentukan berdasarkan tingkat pendidikan terakhir yang telah ditempuh responden. Gambaran mengenai pendidikan responden dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut ini :
47
Tabel 4.9. Distribusi Responden Menurut Pendidikan dengan Minat Wisata di Sulawesi Selatan Frekuensi Kunjungan per 12 bulan terakhir
Total
Tingkat Pendidikan 1-2 kali
3-4 kali
0
0
0
0
SMP (9 tahun)
0
0
0
0
SMA (12 tahun)
2
0
0
2
D1 – S1 (14 – 16 tahun)
70
65
8
143
S2 – S3 (18 – 20 tahun)
1
4
0
5
73
69
8
150
SD
( 6 tahun)
Total
4
Kali
Sumber : data primer 2012 Berdasarkan pada Tabel 4.9. diketahui 143 reponden lainnya yang telah menempuh pendidikan selama 16 tahun, 70 responden memiliki minat wisata 1 sampai 2 kali, 65 responden memiliki minat wisata sebanyak 3 sampai 4 kali dan 8 responden yang memiliki minat wisata
sebanyak 5 kali. Kemudian dari 5
responden yang telah menempuh pendidikan selama 18 tahun terdapat 1 responden yang memiliki minat wisata 1 – 2 kali, lalu sebanyak 4 responden yang memiliki minat wisata 3 – 4 kali. Adapun dari 2 responden yang pendidikannya selama 12 tahun, sebanyak 2 responden yang memiliki minat wisata 1 - 2 kali Tingkat pendidikan berkaitan dengan kesadaran akan kebutuhan berwisata
seperti menikmati waktu luang (leisure time), mengisi waktu libur,
berkumpul dengan keluarga dan lainnya.
48
4.4.6 Hubungan antara Jenis Pekerjaan dengan Minat Wisata Pekerjaan ditentukan berdasarkan jenis pekerjaan responden. Yaitu, 0) Non PNS dan 1) PNS. Gambaran mengenai pekerjaan responden dapat dilihat pada Tabel 4.10 berikut ini. Tabel 4.10. Distribusi Responden Menurut Pekerjaan dengan Minat Wisata di Sulawesi Selatan Frekuensi Kunjungan per 12 bulan terakhir
Jenis Pekerjaan
1-2 kali
Total
3-4 kali
5 kali
PNS
35
28
3
66
Swasta
39
40
5
84
Total
74
68
8
150
Sumber : data primer 2012 Pada Tabel 4.10 diketahui bahwa dari 66 responden yang pekerjaan sebagai PNS, dokter gigi dan anggota DPR, sebanyak 35 responden memiliki minat wisata 1 - 2 kali, sebanyak 40 responden memiliki minat wisata 3 - 4 kali dan 3 responden memiliki minat wisata 5 kali. Adapun 84 reponden yang pekerja swasta (pegawai bank dan wiraswasta) sebanyak 39 responden memiliki minat wisata 1 - 2 kali, 40 responden memiliki minat wisata sebanyak 3 - 4 kali dan 5 responden yang memiliki minat wisata sebanyak 5 kali.
4.4.7 Hubungan antara jarak dengan frekuensi minat wisata Jarak ditentukan berdasarkan pengaruh jarak terhadap minat wisata responden. Yaitu, 0) Mempertimbangkan
dan 1) tidak mempertimbangkan.
Gambaran mengenai pengaruh jarak dapat dilihat pada Tabel 4.11 berikut ini.
49
Tabel 4.11. Distribusi Responden Menurut Persepsi Jarak dengan Minat Wisata di Sulawesi Selatan Frekuensi Kunjungan per
Persepsi
12 bulan terakhir
Jarak
Total
1-2 kali
3-4 kali
5 kali
Mempengaruhi
2
0
0
2
Tidak Mempengaruhi
70
70
8
148
Total
72
70
8
150
Sumber : data primer 2012 Responden menunjukkan
berdasarkan
sebanyak
bahwa
pengaruh
jarak
terhadap
148
responden
minat
menjawab
1)
wisata tidak
mempertimbangkan 4.5 Analisis Statistik Permintaan Wisata di Sulawesi selatan Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda yaitu persamaan regresi yang melibatkan 2 (dua) variabel atau lebih (Gujarati, 2003). Regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari suatu variabel dependen terhadap variabel independen. Perhitungan data dalam penelitian ini menggunakan program Eviews-3. Program Eviews-3 membantu dalam melakukan pengujian model yang telah ditentukan, mencari nilai koefisien dari tiap-tiap variabel, serta pengujian hipotesis secara parsial maupun bersama-sama.
50
4.5.1. Pengujian Hipotesis Tabel 4.12. Hasil Estimasi Pengaruh Pendapatan, Pengeluaran Kunjungan, Jumlah Anggota Keluarga, Harga Tiket Kompetitor , Pendidikan, Pekerjaan dan Jarak Terhadap Permintaan Wisata di Sulawesi Selatan
Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 11/01/12 Time: 22:12 Sample: 1 150 Included observations: 150 Variable
Coefficien t
t-Statistic
Prob.
X1 ( Pendapatan ) 2.118873 X2 ( Pengeluaran kunjungan ) 0.103028 X3 ( Jumlah anggota keluarga) -0.025616 X4 ( Harga tiket kompetitor ) -0.033263 X5 ( Pendidikan ) 0.895593 D1 ( Jenis Pekerjaan) 0.131964 D2 ( persepsi jarak ) 1.073613 C -34.76852
0.226517 9.354162 0.109228 0.943239 0.065284 -0.392379 0.060382 -0.550869 0.442994 2.021682 0.125941 1.047824 0.536252 2.002069 3.317083 -10.48165
0.0000 0.3472 0.6954 0.5826 0.0451 0.2965 0.0472 0.0000
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
2.720000 1.075162 2.273501 2.434068 25.28262 0.000000
0.554829 0.532884 0.734829 76.67630 -162.5126 1.662119
Std. Error
Sumber : Lampiran, Data diolah, 2012
4.5.1.1 Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen
51
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Dari hasil regresi pengaruh variabel pendapatan, pengeluaran kunjungan, jumlah anggota keluarga, harga tiket kompetitor, pendidikan, pekerjaan dan jarak terhadap minat wisata (Y) diperoleh nilai R2 sebesar 0.554829. Hal ini berarti variasi pendapatan, pengeluaran kunjungan, jumlah anggota keluarga, harga tiket kompetitor, pendidikan, pekerjaan dan jarak menjelaskan variasi permintaan wisata di Sulawesi Selatan 55,48 persen. Adapun sisanya variasi variabel yang lain dijelaskan diluar model sebesar 44,52 persen. Untuk R2 sebesar 0.554829 ini dinyatakan bahwa model valid sebab data yang digunakan adalah data primer. Dimana model yang valid apabila menggunakan data primer lebih dari 0,25 (R2 > 0,25). Secara terperinci hasil regresi dapat dilihat pada Tabel 4.11.
4.5.1.2. Deteksi Signifikan Simultan (Uji Statistik F) Pengujian terhadap pengaruh semua variabel independen di dalam model dapat dilakukan dengan uji simultan (uji F). Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Dari regresi pengaruh pendapatan, pengeluaran kunjungan, jumlah anggota keluarga, harga tiket kompetitor, pendidikan, status pekerjaan dan jarak terhadap minat wisata pada tempat Wisata di provinsi Sulawesi Selatan, maka diperoleh Ftabel sebesar 2,162542 (α:5% dan df :150-7=143) sedangkan F-statistik / Fhitung sebesar 25.28262 Maka dapat disimpulkan bahwa variabel independen
52
secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen (F-hitung > Ftabel).
4.5.1.3 Deteksi Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik T) Uji statistic t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh masing-masing variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Dalam regresi pengaruh pendapatan, pengeluaran kunjungan, jumlah anggota keluarga, harga tiket kompetitor, pendidikan, status pekerjaan dan jarak terhadap Minat Wisata pada tempat wisata di provinsi Sulawesi Selatan , dengan α:5% dan df = 143 (n-k =150-7), maka diperoleh nilai t-tabel sebesar 1,976692. Dari
hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
variabel
pendapatan,
pendidikan dan jarak berpengaruh positif signifikan terhadap permintaan wisata di provinsi Sulawesi Selatan. Sedangkan pengeluaran kunjungan, jumlah anggota keluarga dan harga tiket competitor tidak berpengaruh signifikan terhadap permintaan wisata. Kemudian status pekerjaan baik PNS maupun Non PNS tidak ada perbedaan signifikan terhadap permintaan wisata di Sulawesi Selatan. Variabel
Pendapatan
t-statistik
9.354162
>
t-tabel
1,976692
menunjukkan adanya signifikansi antara variabel pendapatan dengan minat wisata. Variabel pengeluaran kunjungan t-statistik 0.943239 > t-tabel 1,976692 menunjukkan tidak adanya pengaruh signifikan dengan minat wisata.
53
antara pengeluaran kunjungan
Variabel jumlah anggota keluarga t-statistik -0.392379 > t-tabel 1,976692 menunjukka tidak adanya pengaruh signifikan antara vl jumlah anggota keluarga dengan minat Wisata. Variabel harga tiket kompetitor t-statistik -0.550869 > t-tabel 1,976692 menunjukkan tidak adanya pengaruh signifikan antara
harga tiket tompetitor
dengan minat wisata. Variabel pendidikan t-statistik
2.021682 > t-tabel 1,976692 menunjukkan
adanya pengaruh signifikansi antara pendidikan dengan minat wisata. Variabel status pekerjaan t-statistik
1.047824
> t-tabel 1,976692
menunjukkan tidak adanya pengaruh signifikan antara Pekerjaan dengan minat wisata. Variabel jarak t-statistik 2.002069 > t-tabel 1,976692 menunjukkan adanya perbedaan signifikan jarak jauh dan dekat terhadap permintaan wisata.
54
4.6. Interpretasi Hasil Dalam regresi pengaruh pendapatan, pengeluaran kunjungan, jumlah anggota keluarga, harga tiket kompetitor, pendidikan, status pekerjaan dan jarak terhadap Minat Wisata pada tempat wisata di provinsi Sulawesi Selatan dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS), diperoleh nilai seperti pada Tabel 4.11 1.
Pendapatan Dari hasil regresi yang ditemukan bahwa besarnya Pendapatan
signinifikan terhadap Permintaan Wisata di provinsi Sulawesi Selatan. Hasil yang didapatkan signifikan yang berarti variabel pendapatan mempengaruhi besarnya permintaan wisata di sulawesi selatan. Jika diasumsikan variabel lain tetap maka kenaikan 1% pendapatan akan meningkatkan 2.118873% minat wisata yang telah dilakukan selama satu tahun terakhir. Hal ini sejalan dengan signifikan, hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Arshad Habibi (2009) dimana variabel penghasilan rata-rata per bulan yang diteliti juga mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah kunjungan wisatawan. Secara teori dan hipotesis dapat dibuktikan bahwa semakin tinggi penghasilan rata-rata per bulan dari para pengunjung maka frekuensi jumlah kunjungan obyek wisata Water Blaster akan semakin meningkat, sebaliknya jika penghasilan rata-rata per bulan engunjung rendah maka frekuensi jumlah kunjungannya akan semakin menurun sesuai dengan teori permintaan. 2.
Pengeluaran Kunjungan Berdasarkan hasil regresi diperoleh hasil bahwa pengeluaran kunjungan
tidak signifikan terhadap minat wisata dalam menggunakan jasa pariwisata.
55
Dari hasil penelitian yang ditemukan bahwa meskipun biaya pengeluaran kunjungan masyarakat di kota makassar ada beberapa responden tidak mementingkan biaya yang dikeluarkan saat berpariwisata, sesuai dengan pendapatan yang dimiliki para responden tidak mementingkan biaya pengeluaran kunjungan tersebut mereka mengutamakan kepuasan utilitinya. Hal ini sejalan dengan Igunawati (2010), mengenai Analisis Permintaan Objek Wisata tirta waduk cababan kabupaten Tegal
menyimpulkan bahwa
Variabel biaya perjalanan (travel cost) ke objek wisata Tirta Waduk Cacaban bahwa dengan demikian semakin tinggi biaya perjalanan ke objek wisata Tirta Waduk Cacaban maka jumlah permintaan ke objek wisata Tirta Waduk Cacaban akan semakin menurun. Pengeluaran pengunjung di lokasi obyek wisata (tiket, makan, minum dan sebagainya) bervariasi
antara pengunjung yang
satu
dengan yang
lainnya. Adanya perbedaan pengeluaran ini juga dikaren akan kebutuhan pengunjung di lokasi wisata yang berbeda. 3.
Jumlah Anggota keluarga Berdasarkan hasil regresi diperoleh hasil bahwa Jumlah Anggota
Keluarga tidak berpengaruh signifikan terhadap minat wisata dalam permintaan wisata di Sulawesi Selatan. Hal ini sejalan dengan Fachrunnisa (2011) Mengenai Analisis Faktorfaktor yang Mempengaruhi Kunjungan dan Optimasi Harga Tiket Taman Margasatwa Ragunan Jakarta, menyimpulkan bahwa Apabila wisatawan memiliki jumlah tanggungan keluarga yang banyak maka wisatawan tersebut akan cenderung menurunkan frekuensi kunjungan mengingat biaya yang harus disisihkannya untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka sehari – hari cukup
56
tinggi. Hal ini dikarenakan mayoritas responden (73%) dari total responden) bertempat tinggal di DKI Jakarta dengan biaya hidup yang relatif mahal. 2.000.000,00 per bulan. Oleh sebab itu, penambahan jumlah tanggungan keluarga akan menurunkan permintaan rekreasi wisatawan ke TMR. 4.
Harga Tiket Kompetitor Berdasarkan hasil regresi diperoleh hasil bahwa jumlah harga tiket
kompetitor tidak berpengaruh signifikan terhadap minat wisata dalam permintaan wisata di
Sulawesi Selatan. Pada dasarnya pengunjung yang menjadi
responden tersebut pernah mengunjungi obyek wisata di luar provinsi Sulawesi Selatan. Hal ini sejalan dengan Dewi (2010) mengenai Analisis Kunjungan Objek Wisata Water Blaster Kota Semarang yang menyimpulkan bahwa Variabel harga tiket di obyek wisata lain yang sejenis mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan, berarti harga tiket di obyek wisata lain tidak berpengaruh terhadap jumlah kujungan di
obyek wisata Water Blaster. Hal ini dikarenakan bahwa
selera wisatawan dalam memilih obyek wisata tidak bisa diukur dengan mahal atau tidaknya harga tiket di suatu obyek wisata dan karena wisatawan menganggap tempat wisata yang berbeda sebagai bagian pelengkap dari pengalaman wisatanya. 5.
Pendidikan Dari
hasil
regresi
yang
ditemukan
bahwa
besarnya
Pendidikan
signinifikan terhadap Permintaan Wisata di provinsi Sulawesi Selatan. Hasil yang didapatkan signifikan yang berarti variabel pendapatan mempengaruhi besarnya permintaan wisata di sulawesi selatan. Jika diasumsikan variabel lain tetap maka
57
kenaikan 1% pendapatan akan meningkatkan 0.895593 % minat wisata yang telah dilakukan selama satu tahun terakhir. Hal ini sejalan dengan Laij (2012) mengenai Analisis Permintaan Jasa Pelayanan Kesehatan di Kota Makassar yang menyimpulkan bahwa Dari hasil penelitian diperoleh bahwa tidak ada perbedaan permintaan jasa pelayanan kesehatan di Kota Makassar berdasarkan tingkat pendidikan. Dari hasil regresi ditemukan bahwa tinggi atau rendahnya tingkat pendidikan tidak berpengaruh terhadap frekuensi kunjungan dalam menggunakan jasa pelayanan kesehatan. yang menyebutkan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap penggunaan jasa pelayanan kesehatan. 6.
Status Pekerjaan Berdasarkan hasil regresi diperoleh hasil bahwa pekerjaan
tidak ada
perbedaan signifikan status pekerjaan baik PNS maupun swasta dalam hal permintaan wisata. Hal ini sejalan dengan Fachrunnisa (2011) Mengenai Analisis Faktorfaktor yang Mempengaruhi Kunjungan dan Optimasi Harga Tiket Taman margasatwa Ragunan Jakarta menyimpulkan bahwa Hasil analisis tersebut tidak sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa jika responden sudah bekerja, maka akan meningkatkan jumlah kunjungan. Namun, sesuai fakta di lapangan terkait dengan kemacetan Kota Jakarta yang membuat responden malas keluar rumah
meskipun pada hari libur. Seseorang yang sudah bekerja pasti akan
mengalami kejenuhan atas pekerjaannya sehingga lebih terdorong untuk mengisi waktu luangnya dengan istirahat di rumah
dibandingkan harus berekreasi.
Mereka juga sulit merencanakan dan menetapkan waktu terlebih dahulu untuk melakukan perjalanan wisatanya.
58
7.
Jarak Dari hasil regresi yang diperoleh bahwa ada perbedaan antara 1) tidak
mempertimbangkan dan 0) mempertimbangkan dalam hal permintaan wisata di Sulawesi Selatan. Hal ini sesuai dengan Hipotesis bahwa jarak mempengaruhi minat wisata. Hal ini sejalan dengan Dewi (2010) mengenai Analisis Kunjungan Objek Wisata Water Blaster Kota Semarang yang menyimpulkan bahwa kunjungan wisata. Variabel jarak berpengaruh negatif dan signifikan, berarti semakin jauh jarak tempat tinggal pengunjung ke obyek wisata Water Blaster maka frekuensi jumlah kunjungannya akan semakin menurun dikarenakan lama perjalanan dan biaya perjalanan yang dikeluarkan akan bertambah, semakin jauh jarak yang ditempuh maka biaya perjalanan yang dikeluarkan semakin besar. Menurut Yoeti (2008) jarak antara tempat/daerah asal wisatawan dan daerah tempat wisata juga mempengaruhi permintaan untuk melakukan kunjungan wisata.
59
BAB V PENUTUP
a. Kesimpulan Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Dari
variabel
pendapatan
yang
berpengaruh
positif
disimpulkan bahwa mempengaruhi terhadap besarnya
signifikan permintaan
wisata hal ini karena semakin tinggi penghasilan dari para responden maka minat wisata akan semakin meningkat,
sebaliknya jika
penghasilan responden rendah maka permintaan wisata akan semakin menurun. Kemudian dari variabel pendidikan yang berpengaruh positif signifikan bahwa tinggi atau rendahnya tingkat pendidikan tidak berpengaruh terhadap permintaan wisata. 2. Ada kecenderungan permintaan yang terjadi di provinsi Sulawesi Selatan
terhadap jasa pariwisata pada dasarnya berjalan cukup
maksimal. Ada beberapa aspek yang menyangkut hal tersebut seperti pengetahuan masyarakat terhadap minat wisata, kesadaran atas kondisi keuangan ,serta kepuasan masyarakat dalam menggunakan jasa pariwisata, dan faktor-faktor lainnya. 3. Permintaan dan penggunaan objek
pariwisata di provinsi Sulawesi
Selatan dipengaruhi oleh beberapa variabel diantaranya pendapatan dan pendidikan Sedangkan Pengeluaran Kunjungan, Jumlah Anggota Keluarga, Harga Tiket Kompetitor, Pekerjaan dan Jarak tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap Minat Wisata.
60
4. Uji F-statistik menunjukkan bahwa semua variabel independen dalam model regresi yaitu pengaruh pendapatan, pengeluaran kunjungan, jumlah anggota keluarga, harga tiket kompetitor, pendidikan, pekerjaan dan jarak berpengaruh secara bersama-sama mempengaruhi variabel Minat Wisata dalam penggunaan jasa pariwisata di provinsi Sulawesi Selatan.
5.2.
Keterbatasan Kelemahan dalam analisis penelitian ini adalah tidak signifikannya
pengaruh Pengeluaran Kunjungan, Jumlah Anggota Keluarga, Harga Tiket Kompetitor, dan Pekerjaan terhadap Minat Wisata padahal beberapa teori menyebutkan bahwa variabel tersebut berpengaruh terhadap penggunaan layanan kesehatan, di sisi lain ada teori yang menyebutkan bahwa permintaan harus berdasarkan kesediaan (willingness) dan kemampuan (ability) untuk membeli atau membayar sejumlah jasa pariwisata yang diperlukan, tidak selamanya kesediaan dari semua responden menjadikan variabel ini tidak signifikan dan seharusnya lebih spesifik lagi dalam proses pengukurannya.
5.3.
Saran Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian diatas, maka pada bagian ini
dikemukakan beberapa saran dan rekomendasi sebagai berikut: a. Berkaitan dengan adanya pengaruh negatif pekerjaan terhadap permintaan wisata yang berarti perlu dilakukannya upaya peningkatan kesadaran terhadap kondisi keuangan yang dimiliki oleh masyarakat di makassar terutama yang memiliki pekerjaan yang sangat padat
61
sehingga kurangnya kesadaran akan pentingnya rekreasi untuk menhilangkan
kepenatan.
Dilihat
dari
sisi
permintaan,
maka
rekomendasi yang diberikan adalah dengan meningkatkan permintaan masyarakat di kota Makassar terhadap minat wisata sehingga kedepannya bisa tercipta permintaan wisata yang seimbang. b. Berkaitan dengan adanya pengaruh positif tingkat pendidikan terhadap permintaan wisata yang berarti perlu diadakan upaya peningkatan kesadaran terhadap kondisi keuangan yang dimiliki masyarakat terutama yang berpendidikan rendah. c. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini masih terbatas pada lingkup pariwisata Sulawesi Selatan, oleh karena itu, lingkup penelitian bisa diperluas lagi untuk mendapatkan analisis yang lebih menyeluruh. Berkaitan
dengan
pengukurannya kunjungan,
metode
terutama
jumlah
yang
digunakan
variabel
anggota
keluarga,
perlu
pendapatan, harga
tiket
dikaji
lagi
pengeluaran kompetitor,
pendidikan, pekerjaan, dan jarak. Oleh karena itu, studi lanjutan perlu dilakukan sehubungan dengan saran tersebut sehingga hasilnya lebih baik lagi.
62
Daftar Pustaka
Anonymous.1986.”Pengertian Pariwisata”. Artikel : tersedia http://manadoinblog.wordpress.com/2012/03/22/definisi-pariwisata-menurutbeberapa-ahli/ (diunduh 04 mei 2012). Arsyad, Lincolin (1991). “Ikhtisar teori dan Soal Jawab Ekonomi Mikro, Edisi 1”. Yogyakarta: Penerbit BPFE. Atkinson, A.B and Stiglitz, J.E. 1980.” Lectures on public economics, maedenhead”. Jurnal : Ilmu Ekonomi. Badan Pusat Statistik.2011.”Sul-Sel Dalam Angka 2011”. Provinsi Sulawesi Selatan Becker G.S. 1976.”The Economic Approach To Human behaviour”. The university of Chicago press Ltd : Chicago dan London.artikelhttp://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/22961328.pdf Damanik, J dan Weber, H. 2006. “Perencanaan Ekowisata dari Teori ke Aplikasi”. ANDI Yogyakarta : Yogyakarta. Della Bitta,AJ. dan David L.Loudon.1993.”Consumer Behaviour”. (4th ed ). New Jersey : Prentice Hall. Artikel Dewi T. Dhita.2010.”Analisis Kunjungan Objek Wisata Water Blaster Kota Semaran”g.(skripsi) Fakultas Ekonomi : Universitas Diponegoro, semarang. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Selatan. 2011. Provinsi Sulawesi Selatan. Dumairy, Paul A.Samuelson, William Nourdhaus.”Pengertian Konsumsi”.Jurnal.Tersediahttp://repository.upi.edu/operator/upload/s_pek_0 33718_chapter2.pdf Fachrunnisa.2011.”Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kunjungan dan Optimasi Harga Tiket Taman Margasatwa Ragunan Jakarta”. (skripsi) FEM : Institut Pertanian Bogor. Faisal Abdullah .2005.”Analisis Permintaan Objek Wisata Candi Gedong Songo Kabupaten Semarang”. (skripsi).Fakultas Ekonomi : Universitas Diponegoro. Semarang Gujarati, N.Damodar.2007. “Dasar-dasar Ekonometrika”. New york, Mc Graw Hill.edisi 3. Jakarta : Erlangga. Igunawati, Diana. 2010. “Analisis Permintaan Objek Wisata Tirta Waduk Cababan kabupaten Tegal”. (skripsi).Fakultas Ekonomi : Universitas Diponegoro. Semarang
63
Kunawangsih, Tri dan Antyo Pracoyo. 2006. Aspek Dasar Ekonomi Mikro. Jakarta: PT Grasindo. Laij, Filta. 2012. “Analisis Permintaan Jasa Pelayanan Kesehatan di Kota Makassar”.Skripsi : fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin. Makassar Lipsey, Richard, Peter O. Steiner, Douglas D.Purvis, Paul N. Courant (1990), “Microeconomics”. Ninth edition. New York: Harper Collins Publishers. Lunberg E.Donald.dkk. 1997. “Ekonomi Pariwisata”. Jakarat : PT. Gramedia Pustaka Utama. Marpaung dan Bahar.2000.”Pengertian Pariwisata”. Artikel : tersedia http://manadoinblog.wordpress.com/2012/03/22/definisi-pariwisata-menurutbeberapa-ahli/ (di unduh 04 mei 2012). Nicholson, Walter .2004. “Microeconomic Theory, Basic Principles and Extensions”-edisi kelima.South Western Pendit ,Nyoman, S. 1994. “Pariwisata, Sebuah Studi, Analisa dan Informasi. Jakarta: pradya paramita. Petra christian. 2005. University Library.”Teori Preferensi Konsumen”. Online : (diUnduh 10 april 2012) Philip, Kotler. 1997. “Manajemen Pemasaran Implementasi dan Kontrol)”. Prenhalindo: Jakarta
(Analisis,
Pemasaran,
Rina.2011. “Efek Substitusi Hicks dan Efek Substitusi Slutsky dalam teori konsumen”.Artikel. (diunduh 12 mei 2012). Salma, J. 1962.”Health as An Investment. Journal of Political Economy”. Vol.70 Santere, Rexford E and Neun Stephen P. 2000. “Health Economics (Theories, Insight, and Indistry Studies) Revised Edition”. USA : Harcourt College Publisher. Sholeh, Maimun. 2006.”Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja Seserta Upah :Teori serta Beberapa Potretnya di Indonesia”. Jurnal : Universitas Negeri Yogyakarta. Simamora, Bilson .2003.”Panduan Riset Perilaku Konsumen”. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Simon dan Shister, Walter Nicholson. 1996. Webster’s new world colledge dictionary , 3rd edition. Washington, D.C.”microeconomic Theory”. Ninth Edition. South western : Thomson. Sinclair, M. Thea dan Mike Stabler. 1997.”Economics of Tourism”. Routledge London.
64
Soekadijo, R. 2001.”Anatomi Pariwisata”. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama Soekarno, Prof, Dr,TS.,Su. 2006 . “Teori Mikroekonomi”. Bandung : ANDI yogyakarta. Spillane ,J.James. 1997. “Ekonomi Pariwisata, Cetakan pertama”. Bandung : Penerbit Angkasa. Sudarsono.1990.”Tinjauan Seni sebuah Pengantar untuk Apresiasi Seni”. Yogyakarta : saku dayar sana. Sugiarto, dkk. 2005.”Ekonomi Mikro”. Jakarta : Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Sulistiawati, Rini. Keynes.2010, “perkembangan pemikiran Tentang teori Konsumsi”. : Artikel. Suyitno.2001.”Perencanaan Wisata”. Yogyakarta : kanisiu . artikel : http://repository.upi.edu/operator/upload/s_mrl_055502_bibliography.pdf Wahab, Salah. 1989.”Pemasaran pariwisata”. Jakarta : Pradya Paramita. Yoeti ,Oka A,Drs. BA. 1996. “Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata”. Jakarta : Pradya Paramita. .
.2000. “Pengantar Ilmu Pariwisata”. Bandung : pradya paramita.
Yuwana ,Deva MS .2010.”Analisis Permintaan Kunjungan Objek Wisata Kawasan Dataran Tinggi Dieng Kabupaten Banjarnegara”. (skripsi) Fakultas Ekonomi : Universitas Diponegoro.
65
LAMPIRAN
66
KUESIONER PENELITIAN TENTANG ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN WISATA DI SULAWESI SELATAN ( STUDI KASUS : MASYARAKAT DI KOTA MAKASSAR)
Tanggal ………………………………………………………………………….. Nama Responden ………………………………………………………………… Posisi dalam keluarga............................................................................................... Alamat...................................................................................................................... Sosial Ekonomi 01. Umur………………………………………………...………………(tahun) 02. Jenis Kelamin :
1. Laki-Laki 2. Perempuan
03. Status
1. Sudah Menikah 2. Belum Menikah
:
04. berapa Jumlah Tanggungan ?...................................................................(mohon diisi) 05. Pendidikan Terakhir 1. SD/MI/Sederajat, kelas ………………………………………………… 2. SLTP/MTS/Sederajat, kelas …………………………………………… 3. SLTA/MA/Sederajat, kelas …………………………………………… 4. Perguruan Tinggi (Mahasiswa), semester …………………………….. 5. Lainnya …………………………..……………………….(mohon diisi) 06. Pekerjaan responden 1. PNS / TNI / POLRI
3. Wiraswasta ( Usaha Sendiri)
2. Pegawai Swasta
4. Lainnya..........................................(mohon
diisi)
07. Pendapatan responden 1. Kurang dari Rp 1.500.000 Nominal : Rp ……………...……………… 2. Rp 1.500.000 – Rp 2.500.000 Nominal : Rp …………………………… 3. Rp 2.500.000 – Rp 3.500.000 Nominal : Rp …………………………… 4. Rp 3.500.000 – Rp 4.500.000 Nominal Rp…………………………….
67
5. Lebih dari Rp 4.500.000 Nominal Rp…………………………………. 08. Obyek wisata yang pernah anda kunjungi di Sulawesi Selatan ? 1. Akkarena
6. Malino
2. tanjung bayang
7. airmerasa
3. Bugis water park
8. Tanjung Bira
4. Discovery water park
9. Bantimurung
5. Trans studio
10. Lainnya................................................(
mohon diisi) Sudah berapa kali anda kesana ?.......................................................................................... 09. Objek wisata yang sedang dikunjungi................................................................................... 10. Berapa biaya kunjungan yang di keluarkan di objek wisata tersebut?................................. 11. berapa harga tiket yang dikeluarkan di objek wisata tersebut?.............................................. 12. Berapa Jumlah Tiket yang di bayarkan pada saat Kunjungan di objek wisata tersebut?
.................................................................................................................................... .. 13. Objek wisata yang pernah di kunjungi diluar wilayah Sulawesi Selatan?
.................................................................................................................................... ..... 14. kalau Ya , Tahun berapa anda berkunjung di objek wisata tersebut ?................................... 15.Berapa biaya Kunjungan yang anda keluarkan untuk objek wisata diluar sulawesi selatan tersebut ?............................................................................................................................. ....
68
16.Berapa harga Tiket di objek wisata diluar Sulawesi Selatan tersebut ?.................................. 17. Jarak tempat tinggal dengan Tempat wisata ……………………...…......................…(km) 18. apakah Jarak mempengaruhi minat wisata anda? 1. YA
2. TIDAK
19. Sudah berapa kali anda datang ke sini dalam 12 bulan terakhir? ....................(kali) 20. Apakah tujuan/motivasi anda datang ke sini ? 1. Rekreasi 2. Olah raga 3. Lainnya …………….............................................................. 21. Bersama siapa anda datang ke sini ? 1. Sendiri 2. Keluarga
3. Teman 4. Rombongan
22. Alat transportasi yang digunakan untuk datang ke Tempat Wisata ? 1. Mobil pribadi 3. Kendaraan umum 2. Motor 4. Lainnya ……………………….... 23. Bagaimana penilaian Anda, terhadap harga tiket yang Anda keluarkan di obyek wisata di sulawesi selatan? 1. Mahal, alasan…………………………………………………………........................... 2. Murah, alasan……………………………………………………………....................... 24. selain tempat wisata , Spot week-endnya kemana ? .............................................................. Kalau YA , berapa biaya yang di keluarkan ?.......................................................................
69
HASIL OLAHAN DATA
“ Analisis Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata Sulawesi Selatan (Studi kasus : Masyarakat di Kota Makassar )”
HASIL REKAP DATA RESPONDEN Biaya (X2)
Jumlah ang.keluarga (X3)
harga tiket kompetitor (X4)
pendidikan (X5)
pekerjaan (D1)
jarak (D2)
4.000.000
300.000
2
3.500
16
0
1
2
3.000.000
25.000
2
10.000
16
0
1
3
2
3000000
45.000
2
7.000
16
1
1
4
4
5000000
120.000
4
5.500
18
0
1
5
2
5000000
75.000
5
5.000
16
1
0
6
2
5000000
55.000
5
20.000
16
1
1
7
3
5000000
500.000
4
250.000
16
1
1
8
2
5000000
450.000
6
10.000
12
1
1
9
2
3000000
400.000
4
100.000
12
1
1
10
2
3000000
345.000
6
5.000
16
0
1
11
3
3000000
350.000
4
3.000
16
1
1
12
4
5000000
370.000
3
50.000
16
1
1
13
2
3000000
400.000
4
4.500
16
0
1
14
2
3000000
150.000
3
5.000
16
1
1
15
2
3000000
200.000
2
10.000
16
1
1
16
3
3000000
270.000
3
15.000
16
0
1
17 18 19
2 2 3
3000000 3000000 3000000
120.000 75.000
3 2 2
3.500 5.000
16 16 16
0 1 1
1 1 1
No.
frek (Y)
1
3
2
Pendapatan (X1)
70
100.000
7.500
20
2
3000000
280.000
3
20.000
16
1
1
21
4
5000000
300.000
4
45.000
16
1
1
22
2
3000000
150.000
3
20.000
16
0
1
23
2
3000000
170.000
3
10.000
16
1
1
24
2
3000000
150.000
4
12.500
16
0
1
25
4
5000000
100.000
3
10.000
16
1
1
26
2
3000000
170.000
2
10.000
16
0
1
27
2
3000000
100.000
3
10.000
16
1
1
28
3
3000000
140.000
4
17.500
16
0
1
29
4
5000000
400.000
5
7.500
16
1
1
30
3
4000000
200.000
6
25.000
16
1
1
31
2
3000000
55.000
2
20.000
16
1
1
32
2
3000000
180.000
3
180.000
16
1
1
33
2
3000000
300.000
4
35.000
16
0
1
34
5
5000000
340.000
6
10.000
16
1
1
35
2
3000000
150.000
4
3.500
16
0
1
36
2
2000000
50.000
2
4.000
16
1
1
37
2
2000000
150.000
2
10.000
16
1
1
38
4
5000000
280.000
2
50.000
16
0
1
39
5
5000000
360.000
3
250.000
16
1
1
40
3
4000000
300.000
3
30.000
16
1
1
41 42
4 5
4000000 5000000
5 4
15.000 5.000
16 16
0 1
1 1
390.000 350.000
71
43
3
4000000
150.000
5
35.000
16
0
1
44
4
5000000
150.000
7
180.000
16
1
1
45
2
3000000
100.000
3
20.000
16
1
1
46
2
3000000
300.000
2
10.000
16
0
1
47
4
5000000
300.000
4
10.000
16
1
1
48
5
5000000
420.000
4
3.500
16
1
1
49
2
4000000
200.000
6
150.000
16
0
1
50
2
3000000
150.000
2
5.000
16
1
1
51
2
2000000
200.000
3
25.000
16
1
1
52
2
4000000
140.000
3
15.000
16
1
1
53
4
5000000
400.000
5
10.000
16
1
1
54
2
2000000
50.000
2
12.500
16
1
1
55
3
2000000
75.000
3
10.000
16
1
1
56
2
2000000
65.000
3
25.000
16
1
1
57
3
3000000
200.000
2
10.000
16
0
1
58
4
4000000
55.000
2
50.000
16
1
1
59
2
2000000
125.000
2
3.500
16
1
0
60
2
3000000
62.000
3
45.000
16
1
1
61
4
5000000
300.000
4
200.000
16
1
1
62
2
2000000
200.000
4
10.000
16
0
1
63
3
2000000
125.000
3
10.000
16
0
1
64
2
2000000
50.000
3
25.000
16
0
1
65
2
2000000
125.000
2
10.000
16
1
1
72
66
3
3000000
62.000
3
35.000
16
1
1
67
3
2000000
50.000
2
4.000
16
1
1
68
3
4000000
300.000
2
3.500
16
0
1
69
5
5000000
300.000
4
10.000
16
1
1
70
2
2000000
300.000
3
200.000
16
1
1
71
3
4000000
50.000
3
10.000
16
1
1
72
4
4000000
100.000
5
10.000
16
1
1
73
2
2000000
300.000
3
20.000
16
1
1
74
2
2000000
500.000
2
10.000
16
1
1
75
2
2000000
300.000
3
10.000
16
0
1
76
3
2000000
150.000
3
10.000
16
0
1
77
2
2000000
175.000
3
25.000
16
0
1
78
3
3000000
250.000
4
10.000
16
1
1
79
4
5000000
200.000
5
180.000
16
1
1
80
3
3000000
150.000
3
15.000
16
0
1
81
3
2000000
100.000
3
25.000
16
0
1
82
2
3000000
350.000
4
10.000
16
1
1
83
2
2000000
50.000
2
15.000
16
1
1
84
4
3000000
100.000
3
25.000
16
1
1
85
3
4000000
270.000
3
15.000
16
1
1
86
2
3000000
95.000
4
25.000
16
1
1
87
3
3000000
250.000
4
10.000
16
0
1
88 89
2 4
2000000 5000000
200.000
3 4
10.000
16 16
0 0
1 1
73
400.000 90
2
3000000
91
3
3000000
92
2
93
250.000
250.000 2
10.000
16
0
1
100.000
4
12.500
16
0
1
2000000
57.000
2
4.000
16
1
1
2
3000000
750.000
3
3.500
16
1
1
94
3
3000000
240.000
4
35.000
16
0
1
95
2
3000000
300.000
3
17.500
16
0
1
96
2
3000000
200.000
2
20.000
16
0
1
97
2
2000000
120.000
3
10.000
16
1
1
98
4
5000000
250.000
3
25.000
16
1
1
99
2
2000000
50.000
3
3.000
16
1
1
100
3
5000000
375.000
4
50.000
16
1
1
101
2
3500000
75.000
4
50.000
16
0
1
102
2
4000000
375.000
4
25.000
16
0
1
103
4
7500000
1.300.000
7
15.000
16
0
1
104
3
5700000
400.000
5
20.000
16
1
1
105
2
4500000
275.000
3
45.000
16
1
1
106
4
5500000
300.000
4
35.000
16
0
1
107
2
2700000
80.000
3
12.500
16
0
1
108
3
3600000
200.000
4
20.000
16
1
1
109
3
3400000
75.000
3
30.000
16
0
1
110
2
2500000
100.000
3
45.000
16
1
1
111
2
2800000
150.000
3
15.000
16
1
1
112
2
3750000
200.000
3
50.000
16
0
1
74
113 114
2 3
4000000 5500000
150.000 200.000
3 3
50.000 45.000
16 16
0 1
1 1
115
4
5000000
175.000
4
25.000
16
1
1
116
5
8500000
350.000
4
180.000
16
0
1
117
2
3500000
120.000
3
65.000
16
0
1
118
2
2500000
200.000
3
25.000
16
1
1
119
3
6700000
250.000
3
55.000
16
1
1
120
4
8500000
360.000
5
75.000
16
1
1
121
3
3800000
170.000
3
10.000
16
0
1
122
2
2500000
120.000
3
5.500
16
0
1
123
4
6800000
200.000
3
250.000
16
1
1
124
3
4700000
180.000
3
50.000
16
0
1
125
1
2500000
100.000
3
80.000
16
0
1
126
4
5500000
250.000
3
45.000
16
1
1
127
4
5000000
400.000
4
250.000
16
1
1
128
3
3000000
170.000
3
12.500
16
0
1
129
3
3500000
150.000
4
15.000
16
1
1
130
2
2500000
100.000
3
10.000
16
1
1
131
2
2700000
150.000
3
25.000
16
0
1
132
3
3500000
300.000
4
30.000
16
1
1
133
4
5700000
420.000
3
55.000
16
0
1
134
3
4000000
220.000
5
150.000
16
0
1
135
5
7000000
200.000
3
180.000
16
0
1
136
4
4600000
16
1
1
3
75
170.000
17.000
137 138
3 3
3400000 4800000
225.000 250.000
4 4
35.000 25.000
16 16
1 1
1 1
139
4
5500000
270.000
4
55.000
16
0
1
140
3
4500000
300.000
3
75.000
16
1
1
141
5
6000000
340.000
4
180.000
16
0
1
142
2
3500000
220.000
3
200.000
16
1
1
143
3
4000000
140.000
3
20.000
16
1
1
144
2
2700000
180.000
4
15.000
16
0
1
145
4
5000000
250.000
4
25.000
16
1
1
146
4
6500000
280.000
7
35.000
16
1
1
147
2
2500000
150.000
3
27.000
16
0
1
148
4
6700000
400.000
4
250.000
16
0
1
149
2
3500000
200.000
5
40.000
16
1
1
150
3
5500000
250.000
4
55.000
16
1
1
76
Hasil Estimasi Pengaruh Pendapatan, Pengeluaran Kunjungan, Jumlah Anggota Keluarga, Harga Tiket Kompetitor , Pendidikan, Pekerjaan dan Jarak Terhadap Permintaan Wisata di Sulawesi Selatan
Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 11/01/12 Time: 22:12 Sample: 1 150 Included observations: 150 Variable
Coefficien t
t-Statistic
Prob.
X1 ( Pendapatan ) 2.118873 X2 ( Pengeluaran kunjungan ) 0.103028 X3 ( Jumlah anggota keluarga) -0.025616 X4 ( Harga tiket kompetitor ) -0.033263 X5 ( Pendidikan ) 0.895593 D1 ( Jenis Pekerjaan) 0.131964 D2 ( persepsi jarak ) 1.073613 C -34.76852
0.226517 9.354162 0.109228 0.943239 0.065284 -0.392379 0.060382 -0.550869 0.442994 2.021682 0.125941 1.047824 0.536252 2.002069 3.317083 -10.48165
0.0000 0.3472 0.6954 0.5826 0.0451 0.2965 0.0472 0.0000
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
2.720000 1.075162 2.273501 2.434068 25.28262 0.000000
0.554829 0.532884 0.734829 76.67630 -162.5126 1.662119
Std. Error
Sumber : Lampiran, Data diolah, 2012
77