BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Saat ini sering kita jumpai klinik-klinik kecantikan maupun praktisi dokter yang menawarkan berbagai tindakan yang bertujuan untuk meningkatkan penampilan agar tetap tampil muda dan menarik, serta dapat mengatasi berbagai keluhan terutama pada wanita yang mengalami menopause. Oleh karena banyaknya penawaran-penawaran tersebut, sehingga banyak pula beredar bahanbahan yang secara awam dapat mengurangi gejala-gejala menopause, padahal tidak mempunyai dasar ilmiah sama sekali serta diedarkan atas nama anti-aging. Populasi orang lanjut usia di dunia mencapai laju yang sangat pesat terutama dalam 20 tahun terakhir (WHO, 2005). Jumlah penduduk Indonesia menurut sensus penduduk tahun 2000 mencapai 205,1 juta dan terjadi peningkatan sekitar 237,5 juta pada tahun 2010 ini (Sensus Penduduk, 2010). Usia harapan hidup wanita dengan rata-rata lebih dari 78-80 tahun dan usia menopause relatif lebih stabil sekitar usia 50-51 tahun, sehingga wanita akan menghabiskan lebih dari sepertiga hidupnya dalam masa menopause (Depkes, 2004). Sementara usia harapan hidup wanita Indonesia mencapai usia 68 tahun (Pangkahila, 2007). Di satu sisi kita patut bersyukur angka harapan hidup wanita semakin meningkat, namun di sisi lain mereka harus melewati masa tua dengan berbagai masalah kesehatan dari dampak terjadinya penurunan hormon estrogen tersebut.
1
2
Sensus memperkirakan jumlah wanita pascamenopause di dunia sekitar 467 juta jiwa pada tahun 1990, diperkirakan jumlah tersebut akan melonjak mencapai 1,2 milyar jiwa pada tahun 2030 (WHO, 2005). Dengan bertambahnya usia, kadar berbagai hormon menurun dengan pasti. Diantaranya hormon testosteron, estrogen, progesteron, GH, IGF-1, T3, DHEA, DHEAS (Morgan, 2003). Estrogen merupakan salah satu hormon pada wanita yang mengatur siklus menstruasi, kesuburan dan menopause, serta hormon yang punya andil besar dalam tubuh manusia. Sekitar 300 jaringan dan organ dalam tubuh berhubungan dengan estrogen, hal ini berarti jumlah estrogen dalam tubuh dapat memberikan efek sangat luas pada organ dan jaringan lainnya. Begitu pula jika terjadi penurunan pada estrogen (Baziad, 2003). Penurunan ini menimbulkan berbagai tanda dan keluhan, yang muncul dengan bertambahnya usia. Hal ini di perburuk dengan gaya hidup yang tidak sehat, diantaranya, kurang berolahraga, nutrisi tidak cukup, kurang tidur, efek samping obat tertentu serta keracunan karena lingkungan yang tidak sehat (Pangkahila, 2007). Salah satu dampak yang ditimbulkan, khususnya pada wanita akibat kekurangan estrogen adalah menopause, ditandai dengan gejala seperti munculnya gejolak panas (hot flushes), keringat pada malam hari, berdebar-debar, cemas, gelisah, kulit menjadi lebih tipis serta timbul banyak kerutan, payudara mengecil, fungsi seksual menurun, perlendiran vagina menurun, osteoporosis, daya memori menurun serta kadar kolesterol meningkat (Baziad, 2003). Menopause adalah penghentian daur haid (menstruasi) seorang wanita pada usia sekitar 45 sampai 50 tahun untuk selamanya (Baziad, 2003 ). Perubahan yang
3
terjadi bukan hanya sekadar menstruasi yang berhenti selamanya, melainkan juga meliputi berbagai gejala lain, yang jika dibiarkan akan mengganggu kualitas hidup (Baziad, 2003; Pangkahila, 2007). Banyak cara dilakukan untuk mengurangi gejala menopause, antara lain dengan pemberian terapi sulih hormon yang harus mempertimbangkan keuntungan dan resiko berdasarkan riwayat kesehatan. Salah satu terapi yang dikatakan mampu mengatasi gejala menopause ini adalah pemberian suntikan ekstrak plasenta dengan nama dagang (Melsmon®) seperti yang terdapat dalam brosur pengobatannya dan banyak dipakai oleh praktisi dokter serta sudah beredar secara luas. Plasenta telah lama digunakan sejak 5000 tahun yang lalu. Di China, dikenal sebagai pengobatan tradisional yang digunakan sebagai tonik untuk kesehatan dengan sebutan ‘ shikasha ‘, yang penggunaannya untuk memperbaiki ginjal, kasus-kasus infertilitas, serta mensuplai air susu saat menyusui. Begitu pula dengan Paul Niehans dari Swedia yang terkenal sebagai pioner di bidang cell therapy, yang menggunakan plasenta dari domba (black sheep) untuk berbagai terapi dibidang peremajaan kulit (skin rejuvenating). Penemuan oleh Filatov dari Rusia dengan menggunakan plasenta sebagai “ Tissue Therapy” dimana jaringan yang rusak dapat berkembang kembali setelah diberikan Tissue Therapy. Karena penemuan-penemuan diatas yang membuat plasenta memiliki banyak hal yang bermanfaat dalam dunia medis (Yoshida, 2001). Plasenta merupakan suatu organ yang terbentuk pada dinding sebelah dalam uterus segera setelah terjadi pembuahan. Zat-zat makanan dan oksigen akan di
4
distribusikan dari ibu ke janinnya melalui plasenta serta membawa sisa-sisa metabolisme ke luar dari tubuh janin. Plasenta sebagian besar berasal dari bagian yang membentuk janin (fetus), dan berfungsi sebagai organ foetomaternal yang memiliki dua komponen, yaitu bagian foetal (chorion frondosum), dan bagian maternal ( deciduas basalis) (Speroff et al., 2005; Szar, 2007). Plasenta mengandung bahan enzim yaitu sitokrom P450scc, dimana enzim ini berfungsi sebgai mediasi untuk perubahan kolesterol menjadi pregnenolon, serta enzim P450c17 yang berperan untuk mengubah 17- hdroxysteroid dehydrogenase menjadi androstenedion dan testosteron . Adanya proses aromatisasi dari P450arom menyebabkan perubahan testosteron menjadi estrogen (Speroff et al., 2005). Penelitian yang dilakuan oleh tujuh organisasi kesehatan yang ada di Jepang untuk mengatasi gangguan menopause dari bulan Maret sampai Desember 1980, dengan 55 orang pasien, dimana 31 orang mendapatkan ekstrak plasenta (Melsmon®), sisanya sebanyak 24 orang mendapatkan placebo. Dosis yang diberikan 2ml, 3x per minggu, intramuskular selama 2 minggu, totalnya sebanyak 6 suntikan. Setelah 2 minggu didapatkan bahwa suntikan ekstrak plasenta sangat efektif untuk mengurangi keluhan yang terjadi pada gangguan menopause, baik keluhan fisik dan psikologik secara keseluruhan yaitu sebesar 77,4% dibandingkan plasebo 25% (Yoshida, 2001). Penelitian pemberian ekstrak plasenta juga dilakukan di Korea Selatan, dimana penelitian ini untuk mengevaluasi efek klinis Human Placenta Exctract (HPE) (JBP Plamon®) pada wanita dengan keluhan klimakterik. Dilaporkan ke-
5
17 pasien yang menjadi sampel, didapatkan penurunan keluhan klimakterik secara bermakna yang diberikan suntikan HPE sebesar 2ml selama 4 minggu (Chung et al., 2007). Sementara penelitian Kong et al. (2008) juga dilakukan di Korea, untuk melihat efek HPE (Human Placenta Exctract) pada wanita usia 40 – 60 tahun dengan gejala menopause, kelelahan kronik dan faktor resiko penyakit jantung, dimana subyek dibagi 2 kelompok. Kelompok HPE diberikan suntikan HPE di daerah perut (abdomen), sedangkan kelompok plasebo diberikan normal saline, selama 8 minggu. Ternyata dapat menurunkan gejala menopause serta kelelahan kronik, sedangkan faktor risiko penyakit jantung tidak mengalami perubahan yang berarti selama penelitian. Penelitian lainnya dengan HPE oleh Lee et al. (2009) di Korea terhadap 108 wanita dengan gejala klimakterik yang dilakukan secara random, selama 4 minggu, yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kontrol dan plasebo. Didapatkan penurunan gejala klimakterik secara bermakna, dimana hasil lebih tinggi pada kelompok kontrol dibandingkan plasebo yaitu 12,30+/- 10,44 dan 7,15+/-9,11 dengan P=0,012. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian uji klinis
untuk
membuktikan
apakah
pemberian
produk
ekstrak
plasenta
(Melsmon®) yang ada di pasaran memang benar bermanfaat meningkatkan kadar Estradiol dan FSH serta mengurangi
gejala menopause, sehingga dapat
digunakan sebagai salah satu alternatif terapi untuk menangani keluhan-keluhan yang dialami pada menopause.
6
1. 2 Rumusan Masalah Rumusan masalah yang akan dicari jawabannya melalui penelitian ini sebagai berikut: 1. Apakah pemberian ekstrak plasenta dapat meningkatkan kadar Estradiol pada menopause ? 2. Apakah pemberian ekstrak plasenta dapat meningkatkan kadar FSH pada menopause? 3. Apakah pemberian ekstrak plasenta dapat mengurangi gejala menopause?
1. 3 Tujuan Penelitian 1. 3. 1 Tujuan Umum Untuk mengetahui efek pemberian ekstrak plasenta terhadap kadar Estradiol dan FSH serta pengurangan gejala menopause. 1. 3. 2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui pemberian ekstrak plasenta dapat meningkatkan Estradiol. 2. Untuk mengetahui pemberian ekstrak plasenta dapat meningkatkan FSH. 3. Untuk mengetahui pemberian ekstrak plasenta dapat menurunkan gejala menopause.
7
1. 4 Manfaat Penelitian 1. 4. 1 Manfaat Ilmiah Diharapkan dari hasil penelitian ini didapatkan data-data ilmiah yang dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk memberikan informasi ilmiah mengenai pemberian ekstrak plasenta meningkatkan kadar Estradiol dan FSH serta mengurangi gejala menopause. 1. 4. 1 Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat luas bahwa pemberian ekstrak plasenta dapat meningkatkan kadar E2 dan FSH serta mengurangi gejala menopause sehingga dapat digunakan sebagai dasar untuk praktek sehari-hari bagi diri sendiri maupun pasien.
8