BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses yang dinamis dalam mengembangkan segenap potensi yang ada pada diri manusia, tingkat pendidikan suatu bangsa merupakan cermin kesejahteraan kehidupan bangsa tersebut. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki masyarakat menunjukkan tingkat kelayakan kesejahteraan hidupnya. Masyarakat yang berpendidikan akan mampu mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dan mampu untuk bereksperimen serta melakukan penemuan-penemuan baru. Pendidikan adalah sebuah proses pembentukan manusia dengan mewujudkan sebuah sikap dan perilaku untuk mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki. Melalui pendidikan individu memperoleh informasi dan pengetahuan yang dapat dipergunakan untuk mengembangkan diri sesuai dengan kebutuhan dan kesempatan
yang
ada.Pendidikan harus memberikan dampak positif bagi kehidupan masyarakat dan kebudayaan nasional (Depdikbud, 2003:149). Tujuan pendidikan nasional menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah: Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi perkerti luhur, memiliki pengentahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta bertanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan RI. Dalam penyelengaraan pendidikan di sekolah ada berbagai peraturan yang diterapkan.Peraturan-peraturan yang diterapkan sudah sewajarnya ditaati oleh setiap
peserta didik.Dengan menaati peraturan-peraturan yang diterapkan di sekolah, peserta didik dapat mengatur diri, mengendalikan diri, dan berperilaku yang baik. Pada umumnya untuk mengatasi banyak masalah seperti konflik internal dan konflik eksternal, ada yang bersifat tersembunyi dan tertutup, ini akan berdampak pada pola tingkah laku yang terkadang menyimpang dari norma-norma umum, dengan jalan berbuat semau sendiri untuk kepentingan dan pribadi. Oleh karena itu, baik konflik berbentuk kekerasaan fisik, maupun konflik yang bersifat kekerasaan verbal. Di tempat-tempat umum banyak terjadi aksi-aksi kekerasan yang dilakukan secara individual, secara kelompok, di lingkungan keluarga, di lingkungan sekolah, maupun di lingkungan masyarakat. Kekerasan bisa dilakukan oleh siapa saja dan korbannya orang lain. Adanya korban yang merupakan sasaran dari perilaku agresif. Ada banyak orang yang sebenarnya memiliki perasaan inferior kemudian berusaha
menekan perasaan inferiornya dengan melakukan berbagai usaha untuk menonjolkan dirinya seperti bertindak dan sikap yang terkadang aneh dan bahkan bertentangan dengan etika dan moral. Salah satunya yaitu dengan berperilaku agresif. Perilaku agresif sebenarnya adalah kompensasi dalam usaha menekan perasaan inferior, dengan melakukan tindakan agresif, ada harapan bahwa tindakannya akan mendapat pengakuan dari orang lain, misalnya dianggap orang yang berani, orang yang mampu menekan karena dengan penekanan itu individu menguasai atau mengandalkan dirinya, ia merasa bahwa semua orang telah menganggapnya hebat karena ia mampu mengendali orang lain.
Sulitnya menunjukkan keunikan pribadi ketika berada dalam pergaulan kelompok (gang) menjadi penyebab utama terpeliharanya beberapa perilaku negatif anggota kelompok khususnya perilaku agresif, andaikan ada keberanian dari salah satu anggota untuk menyatakan dengan jujur bahwa ia tidak setuju dengan perilaku agresif maka sangat mungkin perilaku agresif yang menyebabkan banyak masalah ini bisa dikurangi. Sebagai mahkluk sosial, tentunya semua orang mengimpikan bisa hidup berdampingan secara damai, dimana semua orang bergandengan tangan membangun kesejateraan hidupnya dalam semangat kebersamaan. Tetapi kenyataan berkata lain. Adanya individu yang berperilaku agresif yang kemudian berusaha menanamkan pengaruh perilaku agresifnya kepada individu lain yang menyebabkan impian itu sulit terwujud. Sebagai guru atau tenaga pendidik tentulah berusaha untuk menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif dimana semua warga sekolah merasa nyaman melakukan tugas dan tanggung jawabnya. Tentunya semua guru yang profesional mendambahkan agar semua anak didiknya adalah siswa yang sopan santun, disiplin, saling menghargai dan menghormati seorang terhadap yang lain apapun perbedaan yang ada didalamnya. Untuk mewujudkan itu maka setiap sekolah berusaha memberikan layanan budi pekerti luhur kepada siswa serta tata tertib sekolah yang berusaha membatasi dan mencegah tindakan amoral siswa. Sekolah akan berusaha menindak dengan tegas setiap siswa yang melakukan pelanggaran disiplin sekolah atau mengganggu suasana pembelajaran. Misalnya diberi sanksi-sanksi disiplin seperti surat pemanggilan orang tua/wali, diputuskan untuk sementara waktu haknya untuk mengikuti pelajaran, bahkan dikeluarkan. Bahkan harus berurusan dengan kepolisian kalau melakukan pelanggaran tindak pidana.
Ternyata tawuran, perkelahian antara siswa yang kebetulan berstatus siswa di
sekolah, serta tindak-tindak pelecehan masih terus berlangsung di sekolah-sekolah. Masih banyak orang berstatus pelajar yang tidak menghargai hak-hak orang lain. Ketika peneliti melakukan penelitian SMPK Adisucipto Kupang, ada hal yang mengejutkan peneliti, dimana ada beberapa siswa yang merasa sangat tenang ketika ia dikeluarkan dari kelas (tidak diijinkan mengikuti pelajaran) karena melakukan pelanggaran disiplin. Pemutusan sementara hak untuk mengikuti pelajaran bagi beberapa siswa bukan hukuman tetapi hadiah karena adanya hukuman seperti ini, maka mereka bisa bebas melakukan apa saja di luar. Beberapa siswa pindahan dari sekolah lain karena melakukan pelanggaraan disiplin berat di sekolah asalnya atau karena tidak naik kelas pun tidak menunjukkan perubahan perilaku. Mereka adalah siswa-siswa yang sering membuat keonaran dan berulang-ulang harus berurusan dengan kesiswaan/BK. Bukan hanya siswa saja yang menjadi korbannya, beberapa mahasiswa PPL pun harus berlinangan air mata karena mendapat serangan verbal dari siswa-siswa ini. Sudah sangat jelas bahwa perilaku agresif siswa bersifat destruktif karena
membawa dampak yang merugikan orang lain, serta siswa itu sendiri, tetapi perilaku ini sulit sekali dihilangkan. Menurut peneliti, ada beberapa alasan, yang pertama adanya kepuasan dalam diri siswa tersebut karena ia merasa diri sebagai orang yang hebat karena mampu mengendalikan siswa lain serta diperlukan untuk memberikan perlindungan kalau ada ancaman dari luar. Kedua walaupun siswa-siswa ini sering mendapat hukuman di sekolah tetapi mereka bukanlah siswa yang termasuk dalam pergaulan. Mereka memiliki
banyak teman, mereka dihargai dan wajib hukumnya untuk menegur mereka walaupun terkadang hanya penghargaan semua, karena malas atau takut berseberangan dengan mereka. Siswa agresif ini terkadang tidak berpikir sampai disana, apakah penghargaan terhadap perilakunya benar-benar tulus atau tidak, karena memang sulit mendeteksi ketulusan penghargaan seseorang. Mereka tahu bahwa penghargaan itu tulus, mereka merasa bahwa mereka memiliki daya tarik yang kuat sehingga banyak pihak yang menghargainya. Berdasarkan hasil peneliti yang melakukan penelitian, maka dapat dikatakan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan perilaku agresif dari orang itu terpelihara dan bahkan semakin kuat. Seandainya ada sikap yang perilaku agresif maka ada kemungkinan untuk memperlemah perilaku agresif seseorang. Melihat hal ini, maka peneliti sangat terdorong untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul : “Faktor – Faktor Penyebab Perilaku Agresif Siswa dan Implikasinya pada Layanan Informasi pada SMPK Adisucipto Penfui Kupang Tahun Pelajaran 2015/2016’’ B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, permasalahan dalam penelitian ini yaitu: 1. Perilaku agresif apa saja yang ditunjukkan siswa kelas VIIIA SMPK Adisucipto Penfui Kupang Tahun Pelajaran 2015/2016 ? 2. Faktor apa saja yang menimbulkan perilaku agresif siswa kelas VIIIA SMPK Adisucipto Penfui Kupang Tahun Pelajaran 2015/2016? 3. Bagaimana implikasinya bagi program layanan informasi siswa kelas VIIIA SMPK Adisupto Penfui Kupang Tahun Pelajaran 2015/2016 ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor-faktor penyebab perilaku agresif siswa dan implikasinya pada layanan informasi pada kelas VIIIA SMPK Adisucipto Penfui Kupang Tahun Pelajaran 2015/2016. 2. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang terkait, sebagai berikut: a. Bagi Kepala Sekolah Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi dalam membuat kebijakan untuk menciptakan budaya sekolah yang disiplin dengan cara bekerja sama dengan seluruh staf sekolah. b. Bagi Guru BK Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan.bagaimana menangani siswa-siswa yang berprilaku agresif. c. Bagi Siswa Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi para siswa untuk memberikan pemahaman kepada siswa bagaimana menangapi seseorang atau kelompok yang berperilaku agresif. D. Penegasan Konsep 1. Perilaku Agresif Kartono (1978:177), menyatakan perilaku agresif adalah reaksi primitif dalam bentuk kemarahan hebat dan ledakan emosi tanpa kendali, serangan, kekerasan, tingkah-
laku kegila-gilaan serta saditis.Kemarahan hebat tersebut sering mengganggu inteligensi dan kepribadian sehingga menyebabkan kekalutan batin lalu melakukan perkelahian, kekerasan, kekejaman, dan teror. Faturochman (2006: 86 ), menyatakan perilaku agresif adalah segala bentuk perilaku yang disengaja terhadap makhluk lain dengan tujuan untuk melukainya dan pihak yang dilukai tersebut berusaha untuk menghindarinya. Dari definisi tersebut terdapat empat masalah penting dalam agresi, yaitu : 1. Agresi merupakan perilaku. 2. Ada unsur kesengajaan. 3. Sasarannya adalah makhluk hidup, terutama manusia 4. Ada usaha menghindar pada diri korban. Dari kedua pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa, perilaku agresif adalah perilaku yang bertujuan untuk menyakitkan dan merugikan orang lain baik secara fisik maupun psikis. Perilaku agresif merupakan bentuk perilaku yang bersifat anti-sosial, bertentangan dengan norma-norma sosial dan norma hukum yang berlaku di lingkungannya, perilaku yang tidak dikehendaki oleh orang lain baik individu maupun masyarakat secara luas. Perilaku tersebut sangat merugikan perkembangan dirinya maupun keamanan dan kenyamanan orang lain. Dalam penelitian ini, yang dimaksudkan dengan perilaku agresif adalah, perilaku fisik atau lisan yang sengaja dengan maksud untuk menyakiti atau merugikan orang lain. 2. Layanan Informasi Layanan informasi adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) menerima dan memahami berbagi informasi, seperti informasi
pendidikan dan informasi jabatan, yang dapat digunakan bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan peserta didik (klien). Prayitno & Amti (2004:259), menyatakan bahwa layanan informasi adalah kegiatan memberikan pemahaman kepada individu-individu yang berkepentingan tentang berbagai hal yang diperlukan untuk menjalani suatu tugas atau kegiatan, atau untuk menentukan arah suatu tujuan atau rencana yang dikehendaki. Purwoko (2008:52), menyatakan bahwa penyajian informasi dalam rangka program bimbingan adalah kegiatan membantu siswa dalam mengenali lingkungannya, terutama
tentang
kesempatan-kesempatan
yang
ada
didalamnya,
yang
dapat
dimanfaatkan siswa baik untuk masa kini maupun masa yang akan datang. Dalam penelitian ini, yang dimaksudkan dengan layanan informasi yaitu usaha untuk membekali para siswa dengan pengetahuan tentang data dan fakta dibidang pendidikan sekolah, bidang pekerjaan dan perkembangan pribadi sosial, supaya mereka dengan belajar tentang lingkungan hidupnya lebih mampu mengatur dan merencanakan kehidupan sendiri. E. Ruang Lingkup Penelitian 1. Variabel penelitian ini adalah: Faktor- faktor penyebab perilaku agresif dan implikasinya pada layanan informasi, pada kelas VIIIA SMPK Adisucipto Penfui Kupang Tahun Pelajaran 2015/2016. 2. Populasi penelitian: Sampel penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIIIA SMPK Adisucipto Penfui Kupang. 3. Lokasi penelitian: penelitian ini dilaksanakan di SMPK Adisucipto yang terletak di jalan Adisucipto 44 Penfui, Kota Kupang.
4. Waktu penelitian: dilaksanakan selama bulan Maret 2016.