BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan dunia usaha, semakin banyak kebutuhan akan
auditor independen yang kompeten dan dapat dipercaya publik. Perusahaan yang go publik disebuah negara pada umumnya menyerahkan laporan keuangannya untuk diaudit oleh Kantor Akuntan Publik yang dianggap sudah kompeten dan independen sehingga dapat memberikan kualitas informasi keuangan perusahaan yang benar dan bisa dihandalkan oleh pihak internal maupun eksternal perusahaan. Tetapi dengan terjadinya kasus kegagalan audit dalam beberapa dekade belakangan ini, telah menimbulkan krisis kepercayaan masyarakat mengenai ketidakmampuan
profesi
akuntani
dalam
mengaudit
laporan
keuangan.
Munculnya krisis ini memang beralasan, karena cukup banyak laporan keuangan suatu perusahaan yang mendapat opini wajar tanpa pengecualian, tetapi justru mengalami kebangkrutan setelah opini terebut dikeluarkan. Sebagai contoh kasus yang terdapat di indonesia, salah satunya adalah laporan keuangan ganda Bank Lippo pada tahun 2002. Seperti yang ditulis oleh harian Pikiran Rakyat tanggal 18 Maret 2003, kasus Lippo bermula dari adanya tiga versi laporan keuangan yang berbeda ditemukan oleh BAPEPAM untuk periode 30 September 2002, yang masing-masing berbeda. Ketiga laporan yang berbeda itu masing-masing diberikan kepada (1) publik atau diiklankan melalui
1
2
media massa pada 28 November 2002; (2) laporan ke BEJ pada 27 Desember 2002; dan (3) akuntan publik, dalam hal ini kantor akuntan publik Prasetio, Sarwoko, dan Sandjaja dengan auditor Ruchjat Kosasih dan disampaikan kepada manajemen Bank Lippo pada 6 Januari 2003. Dari ketiga versi laporan keuangan tersebut yang benar-benar telah diaudit dan mencantumkan ”opini wajar tanpa pengecualian” adalah laporan yang disampaikan pada 6 Januari 2003. Dalam laporan itu disampaikan adanya penurunan Agunan Yang Diambil Alih (AYDA) sebesar Rp 1,42 triliun, total aktiva Rp 22,8 triliun, rugi bersih sebesar Rp 1,273 triliun dan Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 4,23%. Untuk laporan keuangan yang diiklankan pada 28 November 2002 ternyata terdapat kelalaian manajemen dengan mencantumkan kata “audit”, padahal laporan tersebut belum diaudit. Angka yang tercatat pada saat diiklankan adalah AYDA sebesar Rp 2,933 triliun, aktiva sebesar Rp 24,185 triliun, laba bersih tercatat Rp 98,77 miliar, dan CAR 24,77%. Karena itu BAPEPAM menjatuhkan sanksi denda kepada jajaran direksi PT Bank Lippo Tbk. sebesar Rp 2,5 miliar, karena pencantuman kata ”diaudit” dan ”opini wajar tanpa pengecualian” di laporan keuangan 30 September 2002 yang dipublikasikan pada 28 Nopember 2002, dan juga menjatuhkan sanksi denda sebesar Rp 3,5 juta kepada Ruchjat Kosasih selaku partner kantor akuntan publik (KAP) Prasetio, Sarwoko & Sandjaja karena keterlambatan penyampaian informasi penting mengenai penurunan AYDA Bank Lippo selama 35 hari. Dalam finance detik.com yang ditulis oleh Whery Enggo Prayogi pada sabtu 19 September 2009 menjelaskan, menteri keuangan menetapkan sanksi
3
pembekuan atas izin usaha atas 8 Akuntan Publik (AP) dan Kantor Akuntan Publik (KAP). Atas dasar peraturan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008. Sebagian dari mereka terkena sanksi karena belum mematuhi Standar Auditing (SA) - Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP). Ada beragam alasan yang menyebabkan Depkeu mencabut izin delapan AP dan KAP. Seperti pada AP Drs. Basyiruddin Nur, AP Drs. Hans Burhanuddin Makarao, yang dibekukan selama 3 bulan karena belum memenuhi Standar Auditing (SA), Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) atas laporan keuangan klien mereka. Sebab lain yang menjadikan beberapa AP dan KAP dicabut izinnya oleh Menkeu adalah tidak menyampaikan laporan tahunan KAP tahun takwin. Ini terjadi pada KAP Drs. Dadi Muchidin, yang tidak menyampaikan laporan tahunan KAP tahun takwin 2008. Alasan serupa juga terjadi pada
KAP Matias Zakaria yang tidak
menyampaikan laporan tahunan KAP tahun takwin 2007 dan 2008. Tidak melapornya KAP atas tahun takwin, dengan jangka waktu yang lebih lama, terjadi pada KAP Drs. Soejono, yaitu sejak 2005 - 2008. KAP lain yang terkena saksi karena tidak menyampaikan laporan tahunan KAP tahun takwin adalah KAP Drs. Abdul Azis B., KAP Drs. M. Isjwara, dan KAP Drs. M. Isjwara. Para KAP ini dicabut izin pembekuan selama 3 bulan, setelah sebelumnya dikenakan peringatan sebanyak 3 kali dalam jangka waktu 48 bulan terakhir dan sampai saat ini.
4
Contoh lain terjadinya kegagalan audit di indonesia dapat di kemukakan pada kasus PT Kimia Farma seperti yang ditulis oleh harian Pikiran Rakyat oleh Yura Syahrul tahun 2002. Kasus yang dialami PT Kimia Farma ditemukan adanya salah saji dalam laporan keuangan yang mengakibatkan lebih saji (overstatement) laba bersih untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2001 sebesar Rp 32,7 miliar yang merupakan 2,3 % dari penjualan dan 24,7% dari laba bersih. Salah saji ini terjadi dengan cara melebih sajikan penjualan dan persediaan pada 3 unit usaha, dan dilakukan dengan menggelembungkan harga persediaan yang telah diotorisasi oleh Direktur Produksi untuk menentukan nilai persediaan pada unit distribusi PT KF per 31 Desember 2001. Selain itu manajemen PT KF melakukan pencatatan ganda atas penjualan pada 2 unit usaha. Pencatatan ganda itu dilakukan pada unitunit yang tidak disampling oleh auditor eksternal. Terhadap auditor eksternal yang mengaudit laporan keuangan PT KF per 31 Desember 2001,Bapepam menyimpulkan auditor eksternal telah melakukan prosedur audit sampling yang telah diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik, dan tidak ditemukan adanya unsur kesengajaan membantu manajemen PT KF menggelembungkan keuntungan. Bapepam mengemukakan proses audit tersebut tidak berhasil mengatasi resiko audit dalam mendeteksi adanya penggelembungan laba yang dilakukan PT KF.Atas temuan ini, kepada PT KF Bapepam memberikan sanksi administratif sebesar Rp 500 juta, Rp 1 milyar terhadap direksi lama PT KF dan Rp 100 juta kepada auditor eksternal Untuk mencegah terjadinya kasus kegagalan audit, auditor dituntut untuk bersikap profesional. Sikap profesionalisme telah menjadi isu yang kritis untuk
5
profesi akuntan karena dapat menggambarkan kinerja akuntan tersebut. Sikap profesionalisme auditor dapat dicerminkan oleh ketepatan auditor dalam membuat judgement dalam penugasan auditnya. Dalam Standar Pekerjaan Lapangan No.1 telah disebutkan bahwa pekerjaan harus direncanakan sebaikbaiknya. Dimana pekerjaan audit yang dilaksanakan baik dalam tahap perencanaan maupun dalam
tahap
suvervisi
harus
melibatkan
professional
judgement.
Ini
mengharuskan para auditor untuk senantiasa menggunakan profesional judgement mereka dalam segala proses audit. Dalam menjalankan proses audit seorang auditor akan memberikan pendapat dengan judgment berdasarkan kejadian-kejadian yang dialami oleh suatu kesatuan usaha tersebut pada masa lalu, masa kini, dan di masa yang akan datang nantinya.
Audit
judgment
atas
kemampuan
kesatuan
usaha
dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya, harus berdasarkan pada ada tidaknya kesangsian dalam diri auditor itu sendiri terhadap kemampuan suatu kesatuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode satu tahun sejak tanggal laporan keungan auditan. Hal ini disebutkan dalam Standar Professional Akuntan Publik (SPAP) pada seksi 341. Audit judgment dibutuhkan dimana auditor mengumpulkan bukti dalam waktu yang berbeda dan mengintegrasikan informasi dari bukti tersebut. Audit judgment merupakan suatu pertimbangan yang mempengaruhi dokumentasi bukti dan keputusan pendapat yang dibuat oleh auditor Iskandar and Zuraidah, (2011: 34) . Karenanya judgment memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
6
kesimpulan akhir, sehingga secara tidak langsung juga akan mempengaruhi tepat atau tidaknya keputusan yang akan diambil oleh pihak luar perusahaan. Profesionalisme menjadi aspek penting yang terkait dengan integritas profesi seseorang. Menurut Muntoro (2006:43), seorang profesional akan memenuhi standar yang dituntut oleh profesi, apakah itu adalah standar yang berhubungan dengan kompetensi atau kemampuan yang berkaitan dengan perilaku yang diharapkan bagi seseorang yang mengaku sebagai anggota profesi. Seorang akuntan publik tentu akan menghadapi banyak situasi selama keterlibatan dengan klien. Scutellaro (2009 : 14) menemukan bahwa judgement menjadi hal yang sangat penting yang akan dihadapi oleh akuntan publik bersertifikat dalam kehidupan profesionalnya. Faktor lain yang mempengaruhi audit judgment adalah kompleksitas tugas. Semakin kompleks suatu tugas maka auditor harus memikirkan banyak hal. Bonner (1994 : 221) menyatakan bahwa semakin kompleks tugas yang dihadapi oleh seorang auditor maka akan semakin sulit baginya untuk memberikan penilaian yang cepat dan akurat. Ada 3 alasan yang dikemukakan Bonner (1994 : 220) yang cukup mendasar mengapa pengujian terhadap kompleksitas tugas untuk sebuah situasi audit perlu dilakukan. Pertama, Kompleksitas tugas ini diduga berpengaruh signifikan terhadap kinerja seorang auditor. Kedua, sarana dan teknik pembuatan keputusan dan latihan tertentu diduga telah dikondisikan sedemikian rupa ketika para peneliti memahami keganjilan pada kompleksitas tugas audit. Ketiga, pemahaman
7
terhadap komplesitas dari sebuah tugas dapat membantu tim manajemen audit perusahaan mnemukan solusi terbaik bagi staf audit dan tugas audit. Pengalaman kerja telah dipandang sebagai suatu faktor penting dalam memprediksi kinerja akuntan publik, sehingga pengalaman dimasukkan sebagai salah satu persyaratan dalam memperoleh ijin menjadi akuntan publik (SK Menkeu No. 43/KMK.017/1997). Hal ini berarti bahwa kualitas audit dapat dicapai jika auditor memiliki kompetensi yang baik, kompetensi tersebut terdiri dari dua dimensi yaitu pengalaman dan pengetahuan. Beberapa penelitian yang belum memberikan keseragaman hasil pada variabel kompleksitas tugas yaitu penelitian Chung dan Monroe (2001), Zulaikha (2006), Puspitasari (2011) menyatakan kompleksitas tugas berpengaruh signifikan terhadap audit judgment sedangkan penelitian Nadhiroh (2010) menyatakan bahwa kompleksitas tugas tidak berpengaruh signifikan terhadap audit judgment. Penelitian ini dimotivasi oleh penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Siti Jamilah, dkk (2007) tentang pengaruh gender, tekanan ketaatan, dan kompleksitas tugas terhadap audit judgement, dengan menambah variabel penelitian pengalaman auditor dan profesionalisme auditor. Dan penelitian ini tidak menghipotesiskan gender dan tekanan ketaatan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi audit judgement yang diambil oleh auditor. Penelitian ini juga dilakukankarena adanya ketidak konsistensian dari hasil penelitian sebelumnya yang memerlukan bukti empiris untuk menguji konsistensi tersebut.Alasan peneliti menambah variabel pengalaman yang dimiliki oleh auditor adalah karena pengalaman dan keahlian audit merupakan faktor penting
8
yang berkaitan dengan pemberian pendapat audit. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengalaman auditor memberikan kontribusi signifikan terhadap judgment yang dibuat oleh auditor. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penulisan karya ilmiah dengan judul “Pengaruh Profesionalisme, Kompleksitas Tugas, dan Pengalaman Auditor Terhadap Audit Judgment” penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi auditor dalam melakukan judgement. 1.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka yang menjadi
permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana pengaruh profesionalisme terhadap pertimbangan (judgement) yang diambil auditor. 2. Bagaimana
pengaruh
kompleksitas
tugas
terhadap
pertimbangan
(judgement) yang diambil auditor. 3. Bagaimana pengaruh pengalaman terhadap pertimbangan (judgement) yang diambil auditor. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Maksud dilakukan penelitian ini adalah untuk mempelajari, menganalisis dan menyimpulkan profesionalisme kompleksitas tugas dan pengalaman auditor terhadap audit judgment. Dan untuk memenuhi salah satu syarat untuk menempuh ujian Sarjana Ekonomi pada Program Studi Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama.
9
1.3.2 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pengaruh profesionalisme terhadap pertimbangan (judgement) auditor. 2. Untuk mengetahui pengaruh kompleksitas tugas terhadap pertimbangan (judgement) auditor. 3. Untuk mengetahui pengaruh pengalaman auditor terhadap pertimbangan (judgement) auditor. 1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Praktis Manfaat yang diharapkan dari adanya penelitian ini antara lain sebagai berikut: 1.
Memberikan informasi mengenai pengaruh profesionalisme, kompleksitas tugas, dan pengalaman terhadap auditor dapat mempengaruhi audit judgment.
2.
Memberikan tambahan gambaran tentang dinamika yang terjadi di dalam Kantor Akuntan Publik khususnya auditor dalam membuat audit judgment.
3.
Memberikan tambahan gambaran tentang dinamika yang terjadi di dalam Kantor Akuntan Publik khususnya auditor dalam membuat audit judgement.
4.
Memberikan kontribusi untuk Kantor Akuntan Publik agar menjadi lebih baik lagi dalam mengambil audit judgment yang tidak bertentangan dengan standar profesional.
10
1.4.2
Manfaat Akademis Penelitian pengaruh profesionalisme, kompleksitas tugas dan pengalaman
auditor tehadap audit judgment dapat memberikan manfaat bagi : 1. Pengembangan Ilmu Akuntansi Memberikan tambahan bukti empiris pada literatur akuntansi, khususnya mengenai pengaruh profesionalisme, kompleksitas tugas, dan pengalaman auditor terhadap auditor berkaitan dengan audit judgment. 2. Peneliti Penelitian ini dapat dijadikan sebagai uji kemampuan dalam menerapkan teori-teori yang diperoleh di perkuliahan terkait dengan profesionalisme, kompleksitas tugas, pengalaman auditor dan audit judgment. 1.5
Lokasi dan Waktu Penelitian Penulis melakukan penelitian secara langsung ke Kantor Akuntan Publik
yang menjadi objek penelitian dengan menggunakan kuesioner, yang berada di kota Bandung, Jakarta, Tangerang, Depok, dan Semarang yang tercatat di directory IAPI tahun 2013. Sedangkan waktu yang digunakan untuk menggunakan penelitian ini dimulai pada bulan September 2013 sampai dengan Februari 2014.