BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan catatan informasi keuangan perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan. Peran laporan keuangan tidak hanya penting bagi pihak internal perusahaan, melainkan juga pihak eksternal yang menggunakan laporan keuangan seperti investor dan kreditur. Manajemen harus dapat menyajikan laporan keuangan yang akurat mengenai kinerja keuangan perusahaan. Ketidaktepatan dalam pengukuran, pengakuan, dan pengklasifikasian elemenelemen laporan keuangan dapat menyebabkan hasil saji laporan keuangan menjadi overstated atau understated. Manajemen berperan penting dalam pembuatan laporan keuangan perusahaan, karena manajemen perlu mempertimbangkan berbagai hal dan kebijakan-kebijakan dalam melaporkan kinerja keuangan yang tergambar pada laporan keuangan perusahaan. Untuk beberapa jenis perusahaan seperti perusahaan dagang dan manufaktur, persediaan menjadi perhatian penting manajemen dalam pengelolaan dan pelaporannya pada laporan keuangan. Persediaan merupakan salah satu aktiva yang berperan penting dalam kegiatan operasional perusahaan. Dalam penelitiannya, Cushing dan Le Clere (1992) menyatakan bahwa sekitar 20 persen dari total aset yang dimiliki perusahaan manufaktur adalah berupa persediaan. Karena jumlah persentasenya yang cukup besar, timbul permasalahan dalam perusahaan untuk melaporkan nilai 1
persediaan akhir ke dalam neraca dan efek nya akan mempengaruhi nilai rugi dan laba, dan pajak yang harus dibayarkan. Pada teori keagenan dijelaskan jika manajemen dan pemilik perusahaan memiliki kepentingannya masing-masing. Biaya keagenan yang tinggi cenderung akan mengurangi tingkat kompensasi yang akan diterima oleh manajemen. Untuk dapat meminimalisir tingkat biaya keagenan yang tinggi, manajemen memiliki insentif untuk menyiapkan laporan keuangan yang relevan dan berkualitas untuk digunakan sebagai pengambilan keputusan bagi pemilik modal. Brealey, Myers, dan Marcus (2007) menyatakan bahwa terdapat beberapa cara yang dapat diterapkan untuk mengatasi masalah keagenan yang terjadi di perusahaan. Cara yang dapat dilakukan antara lain, (1) menunjuk dewan komisaris untuk mengangkat manajer perusahaan dan melakukan pengawasan, (2) memberikan gaji kepada manajer sesuai dengan performanya dalam bekerja ,dan (3) mengambil alih perusahaan dengan kinerja yang buruk dan mengganti anggota manajemen perusahaan yang tidak berperforma baik. PSAK No.14 (Revisi 2008) mendefinisikan persediaan sebagai aktiva yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal, dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan, atau dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses atau pemberian jasa. Sebelumnya dalam PSAK No. 14 (1994) telah ditetapkan bahwa metode penilaian persediaan yang dapat digunakan oleh perusahaan adalah FIFO (First In First Out), LIFO (Last In First Out), dan metode rata-rata. Namun setelah mengadopsi IAS 2 Inventories, dikeluarkan ketentuan baru yaitu PSAK No.14 (Revisi 2008) yang hanya
2
memperbolehkan perusahaan menggunakan salah satu dari dua metode yaitu metode FIFO dan metode rata-rata. Ketentuan PSAK No.14 (Revisi 2008) ini sejalan dengan undang-undang perpajakan No.36 Tahun 2008 yang tidak memperkenankan lagi penggunaan metode LIFO untuk digunakan sebagai metode penilaian persediaan perusahaan. Dalam konteks perpajakan, penggunaan metode LIFO sebagai penilaian persediaan dinilai dapat merugikan negara karena dengan penggunaan metode ini laba yang dihasilkan perusahaan akan lebih rendah sehingga besar pajak yang harus dibayarkan perusahaan menjadi semakin sedikit. Setiap metode penilaian persediaan yang digunakan akan memiliki implikasi masing-masing dalam penerapannya (Kukuh, 2012). Penggunaan metode FIFO sebagai metode penilaian persediaan perusahaan dinilai dapat menghasilkan laba yang besar dan diikuti dengan biaya pajak yang besar bagi perusahaan, terutama di saat inflasi menyerang perekonomian Indonesia. Sedangkan dengan menggunakan metode rata-rata, perusahaan dapat melakukan penghematan dalam pembayaran pajak (tax saving). Taqwa (2001) menyatakan bahwa walaupun perbedaan penggunaan metode FIFO dan rata-rata tidak sebesar perbedaan antara metode FIFO dan LIFO, namun perubahan laba yang dihasilkan akan sangat berbeda ketika inflasi terjadi. Penelitian ini mencoba untuk menguji pengaruh dari variabel-variabel yang mempengaruhi perusahaan dalam memilih metode penilaian persediaan berdasarkan ketentuan PSAK No.14 (Revisi 2008). Sektor manufaktur dipilih menjadi objek penelitian karena merupakan sektor yang memiliki jumlah emiten
3
terbesar di Bursa Efek Indonesia. Adapun faktor-faktor yang akan diuji dalam penelitian ini antara lain adalah variabilitas persediaan, leverage, inventory turnover, rasio lancar, dan ukuran perusahaan. Variabel variabilitas persediaan dan inventory turnover dipilih untuk diuji dalam penelitian ini karena kedua variabel tersebut menggambarkan keadaan persediaan di perusahaan. Variabel leverage, rasio lancar, dan ukuran perusahaan dipilih karena merupakan alat ukur yang penting dalam menggambarkan kualitas finansial dan performa perusahaan. I.2. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi pemilihan metode penilaian persediaan pada perusahaan manufaktur di Indonesia?” Secara lebih spesifik, pertanyaan penelitian dijabarkan sebagai berikut : 1. Apakah variabilitas persediaan berpengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan? 2. Apakah leverage berpengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan? 3. Apakah inventory turnover berpengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan? 4. Apakah rasio lancar berpengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan?
4
5. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan? I.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki dua tujuan, yaitu : 1. Mengidentifikasi metode penilaian persediaan yang banyak dipilih oleh perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia. 2. Memberikan bukti empiris bahwa variabel variabilitas persediaan, leverage, inventory turnover, rasio lancar, dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap pemilihan metode penilaian persediaan sesuai dengan ketentuan dalam PSAK No.14 (Revisi 2008). I.4. Manfaat Penelitian 1. Membantu pengguna laporan keuangan dan investor dalam pengambilan keputusan dengan menggunakan informasi yang tersedia pada penelitian ini sebagai bahan pertimbangan. 2. Memberikan bukti empiris atas teori-teori yang sebelumnya telah dipelajari. Penelitian ini dapat menjadi referensi bagi akademisi yang tertarik untuk melakukan penelitian di bidang yang serupa. 3. Memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu akuntansi, terutama yang terkait dengan metode penilaian persediaan.
5
I.5. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini adalah sebagai berikut : BAB I
PENDAHULUAN Pendahuluan berisi latar belakang masalah, rumusan masalah dan pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan
pustaka
berisi
teori-teori
yang
terkait
dengan
permasalahan yang diteliti, tinjauan penelitian-penelitian terdahulu, model penelitian, dan pengembangan hipotesis. BAB III
METODE PENELITIAN Metode penelitian berisi uraian atas variabel penelitian dan pengukuran, populasi dan sampel, jenis dan sumber data yang digunakan, metode pengumpulan data, dan metode analisis yang digunakan dalam penelitian.
BAB IV
HASIL PENELITIAN Hasil penelitian berisi deskripsi obyek penelitian, analisis data, dan pembahasan.
6
BAB V
PENUTUP Penutup berisi kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran
7