1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah IAIN
Walisongo
merupakan
lembaga
perguruan
tinggi
yang
menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dengan corak khusus agama Islam, IAIN Walisongo telah mengalami masa perkembangan dan pertumbuhan, baik secara kelembagaan penyelenggaraan sistim pendidikan, jumlah dan mutu alumninya, maupun jangkauan pengabdian kepada masyarakat, bangsa, negara dan agama.1 Tujuan IAIN Walisongo adalah menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik yang profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan menciptakan ilmu pengetahuan agama Islam. Mengembangkan
dan
meyebarluaskan
ilmu
pengetahuan
agama
Islam.
Mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional.2 IAIN Walisongo dalam perkembangan kelembagaannya terbagi menjadi empat fakultas yaitu Fakultas Dakwah, Fakultas Syari’ah, Fakultas Tarbiyah dan Fakultas Ushuluddin. Namun dalam penelitian ini penulis hanya meneliti Fakultas Ushuluddin yaitu fakultas yang terdiri dari empat jurusan, jurusan Tafsir Hadist, Perbandingan Agama, Aqidah Filsafat serta Tasawuf dan Psikotrapi, dalam hal ini penulis juga hanya meneliti jurusan aqidah filsafat sebagai obyek penelitian. Aqidah adalah perkara-perkara yang dibenarkan oleh hati seseorang sampai sedemikian rupa sehingga jiwa orang itu menjadi tentram dan diikuti oleh adanya
1
Panitia Wisuda Sarjana dan Pascasarjana, Buku Kenangan Wisuda Sarjana Ke-43 dan Pascasarjana Ke-10, Iain Walisongo Semarang, 2003, hlm.1 2 Qodri Azizi, et.al., Buku Panduan Program S.1 Tahun Akademik 1999/2000, IAIN Walisongo Semarang, 1999, hlm. 43
2 keyakinan yang teguh tanpa adanya keraguan sedikitpun.3 ilmu tersebut sangat berpautan sekali dengan tema “Allah” atau yang disebut dengan ilmu teologi (theos =Allah logos = ilmu). Maksud teologi itu adalah menerangkan arti Allah, berdasarkan apa yang diwahyukan tentang-Nya, melalui Nabi-Nabi besar, yang tersimpan dalam kitab suci agama tertentu. Memang kebenaran tentang Allah itu tidak lepas dari kebenaran tentang manusia, tetapi kebenaran yang terakhir ini hanya sejauh ia terkandung dalam wahyu Allah saja, bukan dari hidup manusia sendiri.4 Filsafat, juga mempersoalkan tema Allah, tetapi dalam filsafat tema Allah tidak pernah menjadi obyek renungan secara langsung. Obyek filsafat adalah hidup manusia yang direnungkan arti dan dasarnya. Allah menjadi obyek filsafat sejauh Ia masuk dalam kehidupan manusia dan ikut menentukan arti hidupnya. Dalam hal ini filsafat berbeda dengan teologi. Karena penyelidikan filsafat tidak bersumber pada wahyu dan kitab suci, melainkan seluruhnya berakar pada akal budi manusia saja.5 Menurut kodratnya manusia cenderung untuk merenungkan kebenarankebenaran hidup. Salah satu kebenaran hidup adalah Allah, yang diakui adanya dalam iman. Maka tak heran ada orang yang mengajukan pertanyaan tentang Allah dan kepercayaan, mana isinya, artinya, dan dasarnya. Pada zaman sekarang ini keyakinan tentang adanya Allah tidak sekuat zaman dahulu, akibat perkembangan ilmu pengetahuan, yang memperlihatkan kemampuan manusia dalam mengatur hal-hal hidup. Kiranya jika keyakinan tentang adanya Allah berkurang, pemikiran tentang adanya mendapat arti yang lebih besar dalam menentukan arah hidup. Dikatakan bahwa orang harus tekun dalam percaya, bahwa pertanyaanpertanyaan tentang Allah hanya menjadi soal bagi orang yang tidak beragama. Namun kiranya pada zaman modern ini kadang-kadang adanya Allah menjadi soal 3
Muslim Ahmad Kadir, Teologi Islam Modern, Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo, Semarang, 1986, hlm. 11 4 Theo Huijbers, Mencari Allah Pengantar Kedalam Filsafat Ketuhanan, Kanisius, Yogyakarta, 1992, hlm.12 5 Loc. cit
3 juga bagi orang-orang yang benar-benar percaya dan memeluk suatu agama. Kita semua telah mengalami pengaruh dunia modern pada bidang kepercayaan, sehingga kadang-kadang kita bertanya juga, apakah yang saya pelajari dahulu sungguhsungguh benar ataukah dongeng belaka. Rasulullah adalah seorang khalifah yang adil, ketika di Mekkah, ia berhadapan dengan orang-orang Qurais, Beliau menjabat sebagai pemuka agama, sedangkan di Yastrib (Madinatu an-Nabi), Ia selain sebagai pemuka agama juga sebagai pendiri pemerintahan Madinah, yaitu yang ketika itu terjadi perselisihan antara Suku al-Kharaj dan Suku Aus (dua suku yang ada di Madinah ). Kedamaian dan ketentraman dalam kehidupan sangat sempurna, ketika beliau mendirikan pemerintahan yaitu yang fungsinya menyelesaikan persoalam-persolan yang terjadi dalam suatu negara.6 Ketika Rasulullah, meninggal yang menggantikannya adalah sahabatnya yang tertua yaitu Abu Bakar, kemudian Umar dan Ustman, ketika pemerintahan dipegang oleh Ustman terjadi perubahan yang sangat radikal, yaitu dengan merekonstruksi struktur pemerintahan yang telah dibentuk oleh Khalifah Umar serta menganti pejabat-pejabat pemerintahan dengan saudara-saudara dekatnya, sehingga terjadi kecemburuan sosial, yang mengakibatkan terjadinya pemberontakan, ini semua disebabkan oleh tindakan politiknya yang kurang tepat, sehingga menyebabkan khalifah Ustman meninggal.7 Dengan meninggalnya Ustman digantikan oleh sahabat Ali bin Abi Thalib, dalam pemerintahan Ali terjadi beberapa pemberontakan yang disebabkan karena tuduhan atas dirinya, karena telah membunuh Ustman sahabatnya sendiri demi kekuasaan, yang didukung oleh putri Raulullah Aisyah. Tetapi semua itu berakhir dengan kematian dua orang provokator dalam pemberontakan tersebut yaitu Tolhah dan Zubair. Aisyah mengajak berunding dengan al-Qur’an sebagai simbol 6
Mohammad Husain Haikal, Sejarah Hidup Muhammad, terj. Ali Audah, Litera Antar Nusa, Jakarta, 2002, hlm. 192 7 Harun Nasutiaon, Teologi Islam, Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, UI Press, Jakarta, 1986, hlm.3
4 perdamaian (Arbitrase), tetapi hal ini mengakibatkan terjadinya perpecahan diantara umat Islam sendiri. Kelompok yang tidak setuju dengan sikap Ali dalam perundingan tersebut keluar dari golongan Ali dan membuat golongan sendiri yaitu yang disebut dengan Khawarij.8 Golongan Khawarij keluar dari golongan Ali, disebabkan karena mereka memandang Ali telah berbuat salah dengan menerima perdamaian tersebut, maka mereka melawan Ali. Ali sekarang mengahadapi dua musuh, yaitu, Muawiyah satu pihak dan Khawarij diphihak lain. Ali dalam hal ini selalu mendapat serangan dari pihak kedua, maka ia berusaha untuk menghancurkannya, tetapi setelah mereka kalah, tentara Ali sudah terlalu capai dan membiarkan Muawiyah menguasai Damaskus. Ali memperoleh pengakuan sebagai khalifah umat Islam di tahun 661 M, yaitu setelah wafatnya.. Persoalan-persoalan yang terjadi dalam lapangan politik sebagaimana yang digambarkan di atas inilah, akhirnya membawa kepada timbulnya persoalan-persolan teologi. Timbullah persoalan siapa yang kafir dan siapa yang bukan kafir dalam artian siapa yang telah keluar dalam Islam dan masih tetap dalam Islam. Tiga aliran yang timbul pada waktu itu adalah Khawarij, yang mengatakan bahwa orang yang berbuat dosa adalah kafir dalam arti keluar dari Islam atau tegasnya murtad dan oleh karena itu ia wajib dibunuh. Aliran Murji’ah, yang menegaskan bahwa orang yang berbuat dosa besar tetap masih mukmin dan bukan kafir. Adapun tentang dosa yang dilakukannya terserah Allah untuk mengampuninya atau tidak mengampuninya. Kaum Mu’tazilah, aliran ini lebih mengutamakan rasio daripada al-Qur’an dan Asunnah, sehingga ia lebih banyak menerjemahkan bukubuku Yunani. Dengan berpendapat bahwa orang yang berbuat dosa besar bukan kafir juga bukan mu’min, tetapi berada diantara posisi kafir dan mu’min (Almanzilah Baina al-Manzilatain) Pada waktu khalifah al-Makmun, Mu’tazilah menjadi mazhab yang sah.
8
Ibid, hlm.6
5 Pada waktu itu timbul pula dua aliran teologi yaitu Qodariyah dan Jabariyah. Menurut Qodariyah manusia mempunyai kemerdekaan dalam kehendak dan perbuatannya (Free Will dan Free Act). Tetapi Jabariyah berpendapat sebaliknya, bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam kehendak dan perbuatannya, manusia dengan segala tingkah lakunya bertindak dengan paksaan dari Tuhan, segala gerak gerik manusia ditentukan oleh Tuhan (Predestination atau Fatalisme). Selanjutnya, golongan Mu’tazilah, dengan menerjemahkan buku-buku filsafat dari Yunani, ke dalam bahasa Arab. Ia lebih bersifat liberal, yaitu dengan kepercayaan akalnya, ia mampu membawanya ke dalam persoalan-persoalan teologi Islam, dalam arti bahwa sekalipun ia lebih banyak menggunakan rasio tetapi ia tidak pernah meninggalkan wahyu. Sehingga ketika zaman Khalifah al-Ma’mun ia ditetapkan sebagai madhab resmi negara. Tetapi tidak lama kemudian aliran Mu’tazilah mendapatkan tantangan dari beberapa aliran, yaitu golongan Hambali. Perlawanan ini kemudian mengambil bentuk aliran teologi tradisional yang disusun oleh Abu al-Hasan al-As’ari. As’ari sendiri pada mulanya adalah seorang Mu’tazilah, tetapi kemudian ia keluar dari Mu’tazilah karena ketidak sepakatannya, dan kemudian menurut riwayat ia juga pernah bermimpi ketemu Rasulullah, ketika itu Rasulullah mengatakan bahwa ajaran Mu’tazilah adalah ajaran yang sesat, As’ari meninggalkan ajaran ini dan kemudian membentuk ajaran-ajaran baru yang disebut dengan teologi As’ariyah. Selain As’ariyah muncul juga golongan Maturidiyah yang didirikan oleh Abu Mansur Muhammad al-Maturidi yang terkenal dengan teologi Maturidiyah, dalam tubuh Maturidiyah sendiri terbagi menjadi dua golongan yaitu Maturidi Samarkand yang lebih bersifat liberal dan Maturidi Bukhara yang lebih bersifat tradisional.9 Dengan demikian aliran-aliran penting yang timbul dalam Islam ialah aliran Khawarij, Murjiah, Mu’tazilah, As’ariyah dan Maturidiah. Aliran Khawarij, Murjiah, dan Mu’tazilah tak mempunyai wujud lagi kecuali dalam sejarah. Yang masih ada 9
Imam Muhammad Abu Zahrah, Aliran Politik dan Aqidah Dalam Islam, terj, Abd Rahman Dahlan dan Ahmad Qorib, Logos Publishing House, Jakarta, 1996, hlm.189
6 sampai sekarang adalah aliran-aliran As’ariyah dan Maturidiyah yang keduanya disebut dengan Ahl Sunnah wa al-Jama’ah. Aliran Maturidiyah banyak dianut oleh umat Islam yang bermazhab Hanafi, sedangakan aliran As’ariyah pada umumnya dipakai oleh umat Islam sunni lainnya. Dengan masuknya faham rasionalisme ke dunia Islam, yang kalau dahulu masuknya dimulai dari menterjemahkan buku-buku Yunani klasik akan tetapi sekarang melalui kebudayaan Barat Modern. Maka ajaranajaran Mu’tazilah mulai tumbuh kembali, terutama sekali dikalangan kaum intelegensia Islam yang mendapat pendidikan Barat. Kata neo-Mu’tazilah mulai dipakai dalam tulisan-tulisan mengenai Islam. Kalau kita kritisi, beberapa uraian tentang corak teologi yang ada dalam Islam, maka IAIN Walisongo Semarang fakultas Ushuluddin jurusan Aqidah Filsafat adalah salah satu jurusan yang banyak menerima dan mencerna pendidikan teologi Islam. Tetapi kita tidak mengetahui perkembangan corak teologi dari mahasiswa jurusan Aqidah Filsafat; apakah dari tahun ke tahun corak teologinya berbeda atau sama diantara satu jurusan aqidah filsafat. Untuk itu sangat penting mengetahui corak teologi mahasiswa Ushuluddin jurusan Aqidah Filsafat, karena diantara mereka mempunyai latarbelakang yang berbeda diantara satu dengan lainnya. Ada diantara mereka yang berlatarbelakang pendidikan pesantren, sekolah umum, dan ada juga yang berlatarbelakang pesantren dan sekolah umum. Fakultas Ushuluddin adalah sebagai pengembang teologi yang mereka miliki ketika sebelum masuk ke dalam Fakultas Ushuluddin. Perlu diketahui tiga hal dari peran IAIN sebagai lembaga pendidikan tinggi Islam. Pertama, IAIN merupakan salah satu jalur terbesar bagi mobilitas pendidikan kaum santri. Kedua, IAIN memberikan perspektif modern dan liberal dalam kajian-kajian keislaman. Ketiga, banyaknya alumni IAIN yang menjadi guru atau kyai di pesantren.10 Hal inilah yang mendasari penulis untuk meneliti corak teologi mahasiswa Ushuluddin jurusan Aqidah Filsafat. 10
Fuad Jabali dan Jamhari, IAIN Modernisasi Islam di Indonesia, Logos, Jakarta, 2002,
hlm.108
7 Sebagaimana Karen Armstrong dalam menganalisis corak teologi keagamaan masyarakat dunia dengan karyanya “Sejarah Tuhan (A History Of God) “, yang menyingkap berbagai macam konsepsi teologis yang penuh dengan misteri dan tanda Tanya: benarkah Tuhan itu satu? Bukankah sejak dulu kala manusia telah meyakini adanya Tuhan Yang Maha Esa, namun mengapa setiap agama, bahkan setiap kaum, memiliki Tuhan masing-masing? Bagaimana ketiga agama Monotheis, Yudaisme, Kristen dan Islam dalam membangun konsepsi mereka tentang Tuhan yang melalui gerakan-gerakan
fundamentalisme
keagamaan,
yang
pada
akhirnya
sangat
berpengaruh pada kehidupan politik dunia?. Dengan penelitiannya ini ia menganalisis berbagai corak teologi dari berbagai kelompok, baik kelompok teologi Islam, teologi kelompok filosofis dan bahkan kelompok mistikus serta kelompok kaum reformis untuk mendapatkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelompok-kelompok tersebut dalam menentukan konsep Tuhannya masing-masing.11 Untuk itu dalam penelitian ini, penulis menganalisis corak teologi mahasiswa Aqidah Filsafat dan faktor dominan yang membentuk teologinya. B. Perumusan Masalah Berangkat dari latar belakang masalah tersebut di atas, ada beberapa masalah yang dapat penulis rumuskan. 1. Bagaimana Corak Teologi Mahasiswa Aqidah Filsafat ? 2. Apa Saja Yang Menjadi Faktor Pembentuk Teologi Mahasiswa Fakultas Ushuluddin Jurusan Aqidah Filsafat ? C. Tujuan Penelitian Setiap kali kita mengadakan kegiatan, sudah barang tentu mempunyai tujuan yang akan dicapai, baik hal tersebut merupakan tujuan yang utama maupun tujuan sampingan atau tujuan yang tidak langsung. Demikian pula halnya dengan suatu pembuatan karya penelitian.
11
Karen Armstrong, Sejarah Tuhan, terj. Sadat Ismail, Nizam Press, Jakarta, 2001, hlm. V-
XV
8 Setiap arah penelitian tidak jauh daripada tujuan penelitian. Apabila kita mengikuti
pendapat
Suharsimi
Arikunto,
tujuan
pokok
penelitian
adalah
menerangkan fenomena dalam usahanya memahami fenomena itu sendiri dan seringkali peneliti menghubungkan fenomena tersebut dengan fenomena lainnya.12 Dari uraian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan penelitian adalah; untuk menemukan dan mengembangkan serta menuju kebenaran serta pengetahuan. Disamping memperlihatkan kemampuan menghimpun peristiwaperistiwa secara teratur dan juga sebagai jawaban terhadap pengetahuan yang diperoleh. Sehingga dengan demikian tujuan penelitian haruslah sesuai dengan apa yang menjadi topik permasalahan. Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk Mengetahui Corak Teologi Jurusan Aqidah Filsafat. 2. Ingin Mengetahui Faktor Pembentuk Teologi Mahasiswa Fakultas Ushuluddin Jurusan Aqidah Filsafat. D. Manfaat Penelitian Mahasiswa Fakultas Ushuluddin jurusan Aqidah Filsafat adalah sekelompok intelektual muda yang Islami, mempunyai peranan penting didalam masyarakat, hal tersebut dapat dilihat dari alumnus yang telah mengabdikan dirinya untuk masyarakat, bangsa dan negara. Oleh sebab itu manfaat dari penelitian ini adalah; 1. Manfaat teoritis yaitu bahwa hasil dari penelitian ini akan dapat membantu dalam mengembangkan dan mengetahui corak teologi mahasiswa Fakultas Ushuluddin jurusan Aqidah Filsafat. 2. Manfaat secara praktis, terutama bagi pejabat pusat IAIN Walisongo dan Fakultas Ushuluddin khususnya, dapat dipakai sebagai prediksi atau meramalkan untuk perencanaan pembangunan mahasiswa jurusan Aqidah Filsafat di masa yang akan datang khususnya, tentang teologi Islam.
12
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta Jakarta, 1998, hlm. 8-9
9 E. Kajian Pustaka Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan obyek penelitian mahasiswa Fakultas Ushuluddin jurusan Aqidah Filsafat, yang terpenting dalam penelitian tersebut adalah corak teologi mahasiswa jurusan Aqidah Filsafat. Yang menjadi rujukan dalam penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh saudara Asfurin pada tahun 2004 dengan judul skripsi, “Peran Mahasiswa Ushuluddin Dalam Aktivitas Keagamaan Di Kelurahan Ngaliyan, Kecamatan Ngalian”. Adapun penelitian dalam bidang teologi belum ada. Dalam kajian pustaka ini ada beberapa buku yang menurut penulis layak untuk disinggung karena merupakan informasi yang akurat, yang dapat dijadikan referensi dalam penulisan skripsi dan sekaligus dapat menunjukkan, bahwa kajian dan penelitian yang penulis lakukan merupakan penelitian murni dan baru. Diantara bukubuku yang penulis maksudkan adalah: 1. Ibnu Djarir, at.al., Buku Kenangan Lustrum V IAIN Walisongo Semarang, dalam buku tersebut dijelaskan dengan kritis, sejarah munculnya IAIN Walisongo Semarang serta perkembangannya dan juga sejarah tumbuhnya Fakultas Ushuluddin sebagai satu-satunya fakultas teologi. 2. Qodri A. Azizy, et.al., Buku Panduan Program S.1 Tahun Akademik 1999/2000, dalam buku tersebut selain di jelaskan tentang sejarah berdirinya IAIN Walisongo, juga dijelaskan tujuan didirikannya IAIN Walisongo. 3. Harun Nasution, Teologi Islam Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, UI Press, Jakarta, 1986. Isi buku tersebut berisi tentang sejarah munculnya persoalan-persoalan serta aliran-aliran teologi dalam Islam, juga menjelaskan tentang perbandingan dan pertentangan diantara aliran teologi Islam yang muncul. 4. Imam Muhammad Abu Zahrah, Aliran Politik dan Aqidah dalam Islam, Logos, Jakarta, 1996. Dalam buku tersebut menguraikan tentang aspek politik dan aqidah dalam Islam, termasuk persoalan pelik yang banyak menguras energi para pemikir dan politikus Muslim semenjak Rasulullah wafat.
10 Keduanya berkaitan erat dan saling berkorelasi, hal ini menjadi sebab dan sekaligus akibat dari lahirnya sebuah aliran atau mazhab politik dan aqidah. Pergumulan diantara berbagai aliran, menampilkan aneka corak pemikiran yang memperkaya khasanah intelektual dalam Islam. 5. Muslim A.Kadir, Teologi Islam Modern, Badan Penerbit Fakultas Ushuluddin IAIN walisongo semarang, 1986. Dalam buku tersebut menguraikan dan menjelaskan berbagai corak teologi dari pemikir Islam kontemporer, dari mulai pemikir Timur Tengah sampai Indonesia. 6. Theo Huijber, Mencari Allah, Pengantar Ke dalam Filsafat Ketuhanan, Kanisius, Yogyakarta, 1982. mencari Allah mencerminkan suatu proses yang berlangsung dalam hati seorang manusia yang berfikir tentang Allah, proses ini berawal dari bangkitnya kesadaran manusia tentang makna dan asal mula ide tentang Allah. Ide tentang Allah ternyata muncul akibat pengalaman hidup manusia yang menyeluruh. Pengalaman hidup ini membawa pengakuan bahwa Allah sungguh-sungguh ada. Oleh karena itu manusia percaya akan adanya Allah menyerahkan diri sepenuhnya kepada-Nya. Manusia berusaha meneguhkan kepercayaan itu dengan mencari alasan-alasan rasional, mengapa Allah harus diakui adanya. Alasan-alasan dan bukti-bukti rasional dicari untuk dijadikan bekal bagi orang beriman. 7. Karen Armstrong, Berperang Demi Tuhan, terj. Satrio Wahono, et.al, Mizan, Bandung, 2001. buku ini memperbincangkan fundamentalisme dalam semangat dan sudut pandang baru. Secara brilian dan simpatik. Karen Armstrong menunjukkan bagaimana dan mengapa kelompok-kelompok fundamentalis muncul, dan apa tujuan mereka sebenarnya. F. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Artinya pengkajian terhadap permasalahan penelitian akan menghasilkan data deskriptif atau dengan kata lain penelitian ini lebih mengutamakan pengumpulan data deskriptif yang dituangkan dalam bentuk laporan dan uraian. Pendekatan kualitatif dianggap sesuai untuk
11 mengkaji permasalahan dalam penelitian ini karena hal-hal yang diamati terkait langsung dengan permasalahan aktual yang dihadapi saat ini.13 untuk itu ada beberapa hal yang perlu penulis uraikan dibawah ini: 1. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa Fakultas Ushuluddin jurusan Aqidah Filsafat. Sedangkan sampel yang dimaksud, adalah mahasiswa angkatan 1999, 2000, 2001. Yaitu dengan menggunakan sample proposi (sample imbangan), sample ini digunakan untuk mendapatkan imbangan dalam penelitian yang bestrata tidak sama, oleh karena itu untuk mendapatkan sample yang representatif, pengambilan subyek dari setiap strata ditentukan sebanding dan seimbang dengan banyaknya subyek dalam masing-masing strata.14Adapun jumlah mahasiswa dari angkatan 1999 sampai dengan angkatan 2001 adalah 112 dengan jumlah laki-laki 67 mahasiswa dan perempuan berjumlah 45 mahasiswa. 2. Metode Pengumpulan Data • Metode Observasi Yang dimaksud dengan metode ini adalah peneliti melakukan mengamatan dan pencatatan secara langsung atau sistematis terhadap fenomena-fenomena atau gejala yang diselidiki.15 • Metode Wawancara Yang dimaksud di sini adalah sebagai suatu proses tanya jawab lesan satu orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik dengan kesepakatan subyek penelitian dapat mengungkapkan segala pikiran maupun pendapatnya secara leluasa. Dalam usaha untuk mendapatkan data atau informasi yang benar maka pada penelitian ini peneliti melakukan wawancara dengan cara luwes, akrab, dan terbuka. Diharapkan dengan cara tersebut akan timbul suasana yang menyenangkan bagi responden dan
13
Sudarto, Metodelogi Penelitian Filsafat, Rajawali Pers, Jakarta, 1996, hlm. 62 Suharsimi Arikunto, op.cit., 127 15 Ny. Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Bina Aksara, Jakarta, 1989, 14
hlm.185
12 juga peneliti, sehingga responden akan merasa bebas dalam mengemukakan pendangannya.16 • Metode Angket Yang dimaksud Adalah metode pengumpulan data dengan cara membuat pertanyaan-pertanyaan.17 • Metode Dokumentasi Metode dokumentasi ini sebagai pelengkap data dan dokumen-dokumen yang diharapkan dapat menjadi narasumber yang dapat menjawab pertanyaanpertanyaan yang tidak dimungkinkan ditanyakan melalui wawancara atau observasi. Dalam melaksanakan metode dokumentasi ini, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis, seperti transkrip, buku, surat kabar dan sebagainya. Metode ini peneliti gunakan untuk mengumpulkan data yang bersifat dokumenter. 3. Metode Analisis Data Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sejak awal dan sepanjang proses penelitian berlangsung. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik deskriptif yang meliputi tiga prosedur yaitu; a. Reduksi Data Reduksi data merupakan proses merangkum dan memilih hal-hal yang pokok serta memfokuskan hal-hal yang penting tentang hasil pengamatan yang muncul dari catatan lapangan. Catatan lapangan disusun secara sistematis dengan menekankan pokok-pokok yang penting sehingga data mudah dikendalikan dan mudah dicari sewaktu-waktu akan dipergunakan.18
16
Ibid, hlm. 182 Ibid, hlm. 180-181 18 Suharsimim Arikunto, op.cit., hlm. 244 17
13 b. Menyajikan Data Penyajian data adalah penyampaian informasi berdasar data yang diperoleh dari mahasiswa Fakultas Ushuluddin jurusan Aqidah Filsafat sesuai dengan fokus penelitian untuk disusun secara baik, runtut, sehingga mudah dilihat, dibaca dan dipahami. c. Menarik Kesimpulan atau Verifikasi Berdasarkan data-data yang diperoleh melalui penelitian dari berbagai sumber data di Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo, peneliti mengambil kesimpulan yang masih bersifat tentative. Akan tetapi, dengan bertambahnya data melalui proses verivikasi secara terus menerus, maka akan diperoleh kesimpulan yang bersifat grounded. Dengan kata lain setiap kesimpulan terus dilakukan verivikasi selama penelitian berlangsung. Kesimpulan yang diperoleh melalui analisis data tersebut dijadikan pedoman untuk menyusun rekomendasi dan implikasi.19 G. Sistematika Penulisan Agar penerapan metodelogi dapat tertuang dalam tulisan yang sistematis, berkaitan dan runtut, maka penulis membagi skripsi menjadi tiga bagian dalam lima bab sebagai berikut : 1. Bagian Muka 2. Bagian Isi Skripsi, terdiri dari Bab pertama, berisi tentang penelusuran masalah metodelogi penulisan skripsi. Untuk itu sub-sub bab bahasan dalam pendahuluan ini meliputi latar belakang, mangenai kajian corak teologi mahasiswa Fakultas Ushuluddin jurusan Aqidah Filsafat, yang masih perlu dan selalu menarik untuk dikaji secara mendalam sepanjang perkembangan zaman. Persoalan mendasar mengenai corak teologi mahasiswa Fakultas Ushuluddin jurusan Aqidah Filsafat menjadi pokok persoalan dalam skripsi, yang semuanya itu dapat mendukung penulisan skripsi.
19
Ibid, hlm. 345
14 Bab kedua, menjelaskan tentang teologi mahasiswa Fakultas Ushuluddin, yang meliputi pengertian teologi, masalah-masalah kontroversial dalam teologi Islam yaitu yang terdiri dari permasalahan al-Qodr (Ketentuan Allah), pelaku dosa besar, dan pemikiran kefilsafatan. Bab ini juga akan diterangkan beberapa madzhab dan aliran teologi dalam Islam. Bab ketiga, dalam bab ini penulis akan membahas sejarah Fakultas Ushuluddin, lingkungan sosial, proses akademik Fakultas Ushuluddin, kemudian penulis kemukakan sekilas dan subyek-obyek jurusan Aqidah Filsafat, serta profil mahasiswa Ushuluddin jurusan Aqidah Filsafat yang terdiri dari latar belakang keluarga, latar belakang pendidikan serta penulis kemukakan tentang aktivitas keberagamaan mahasiswa. Bab keempat, dalam bab ini penulis akan menganalisis corak teologi mahasiswa Fakultas Ushuluddin jurusan Aqidah Filsafat, yang meliputi diantaranya, keyakinan tentang Tuhan dan pendapat mahasiswa tentang Tuhan, pendapat mahasiswa tentang wahyu, akal dan kebebasan manusia. Dalam bab ini juga akan dikemukakan faktor pembentuk teologi Mahasiswa Fakultas Ushuluddin jurusan Aqidah Filsafat, yang meliputi diantaranya, faktor keluarga, faktor pendidikan mahasiswa, faktor proses akademik, dan faktor lingkungan sosial kampus. Sehingga penulis akan mendapatkan jawaban perumusan masalah serta tujuan penulisan yang telah disebutkan di atas dengan mendapatkan pemikiran dan ide-ide baru. Bab kelima, dalam bab ini akan penulis sampaikan hasil-hasil penelitian, berupa kesimpulan dari pembahasan sebelumnya, juga akan dikemukakan saran-saran yang diharapkan dapat memberi masukan pada data-data yang sekaligus menutup rangkaian penulisan 3. Bagian Penutup