ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Penggunaan televisi sebagai media hiburan bagi anak-anak mengalami peningkatan. Salah satu penyebab peningkatan ini adalah kesibukan orangtua terhadap aktivitas masing-masing, sehingga anak-anak cenderung menggunakan waktunya untuk mencari hiburan melalui televisi. Menurut Surbakti (2008:50-51), anak-anak perlu mendapatkan perlindungan dari berbagai tayangan media televisi, karena tidak semua program televisi layak disaksikan oleh anak-anak. Langkah ini penting mengingat kekuatan media televisi mampu menguasai kesadaran dan jalan pikiran penontonnya, terlebih pada kelompok anak-anak. Tayangan yang berbau mistik, pornografi, kebebasan seks, brutalisme, sadisme, kekerasan, dan emosi berlebihan tidak mengajarkan anakanak untuk berpikir logis dan rasional. Sebaliknya, malah lebih banyak menghadirkan ilusi, angan-angan, fantasi, khayalan sehingga tidak akan meningkatkan kecerdasan anak. Namun, tidak semua tayangan televisi dapat merusak perkembangan jiwa anak, masih banyak tayangan televisi yang mendidik anak, di antaranya adalah kuis-kuis cerdas cermat atau tayangan-tayangan di TVeducation. Hal tersebut senada dengan apa yang diungkapkan oleh pakar psikologi, Paul D. Meier (dalam Surbakti, 2008:51), bahwa “Televisi dapat menjadi alat yang bermanfaat, namun dapat juga merupakan penghalang kedewasaan emosi dan rohani anak”.
I-1 Skripsi
EFEK MENONTON TAYANGAN ...
ANGGA PRADANA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Nielson pada awal tahun 2011 menunjukkan bahwa dalam enam bulan terakhir, jumlah pemirsa anak (5-14 tahun) meningkat 17%, terutama sejak bulan Februari 2011. Potensi penonton anak yang sebesar 12% (atau sekitar 1,2 juta anak) di bulan Februari 2011 bertambah menjadi 13,4% (atau sekitar 1,4 juta anak) di bulan Juni 2011 seiring dimulainya liburan sekolah. Dengan tingginya efektivitas program anak dalam menjangkau anak-anak, anak-anak pun paling loyal terhadap program anak. Di antara ragam program TV, sebanyak 66% dari total penonton anak menonton program anak minimal setengah dari total durasi program. Loyalitas anak-anak terhadap program anak lebih tinggi dibandingkan terhadap program serial (Nielson Newsletter, Edisi 18, 30 Juni 2011). Program anak itu sendiri terdiri atas beragam format, seperti berita, kuis, variety show, film kartun, sinetron, tayangan olahraga, musik, dan lain sebagainya. Sebagaimana dijelaskan oleh Goonasekera (dalam Sunarto, 2009:96) bahwa yang dimaksud program televisi untuk anak-anak adalah program yang khusus dibuat untuk anak-anak, baik dalam bentuk sandiwara anak, kartun, tarian dan lagu anak, permainan anak, dongeng, boneka, majalah udara, dan sebagainya. Salah satu program acara anak-anak yang banyak ditayangkan oleh televisi adalah film kartun. Film kartun sudah sangat dikenal oleh anak-anak dan telah menjadi primadona pada beberapa stasiun televisi dengan menjadi jenis tayangan yang paling banyak frekuensi dan durasinya. Hampir setiap hari pula anak-anak melihat tayangan film kartun, karena semakin banyak rumah tangga di Indonesia yang
I-2 Skripsi
EFEK MENONTON TAYANGAN ...
ANGGA PRADANA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
memiliki televisi saat ini. Di negara berkembang disebutkan bahwa 72,4 persen rumah tangga memiliki televisi, sementara di negara maju, 98 persen rumah tangga memiliki televisi (Tempo co., 1 November 2011). Sementara itu, dengan banyaknya stasiun televisi, anak-anak juga semakin banyak memiliki pilihan mengenai program film kartun. Pada stasiun televisi RCTI, misalnya, hampir setiap hari mulai dari pukul 08.00 hingga pukul 10.00 tayangannya didominasi oleh program acara film kartun. Salah satu film kartun yang banyak diminati oleh anak-anak adalah film kartun Crayon ShinChan. Film kartun Crayon ShinChan awalnya merupakan komik dari Jepang yang difilmkan. Cerita yang dibuat film ini bermula dari komik terkenal Crayon Shinchan yang dibuat oleh Yoshito Usui dari Jepang. Dari 10 tokoh yang sering muncul antara lain Crayon Shinchan, Hiroshi Nohara (ayah Shinchan), Misae (ibu Shinchan), Ziro (anjing kesayangannya), Yoshinaga (ibu guru), kepala sekolah dan temantemannya, tokoh Crayon Shinchan yang ditonjolkan sebagai anak TK berusia 5 tahun yang sangat nakal dan konyol. Kenakalannya melebihi anak-anak seusianya, sehingga sering membuat masalah pada orang-orang di sekitarnya termasuk keluarga, guru dan teman-temannya. Tokoh Crayon Shinchan sendiri adalah tokoh yang anti sosial, cenderung melawan apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang anak. Film kartun yang seharusnya untuk konsumsi anak usia 15 tahun ke atas, telah bergeser menjadi tontonan segala usia termasuk juga anak-anak di bawah usia tersebut. Penayangan film kartun Crayon ShinChan dengan karakter anak yang lucu tersebut menghadirkan opini pro dan kontra, di mana sebagian mendukung
I-3 Skripsi
EFEK MENONTON TAYANGAN ...
ANGGA PRADANA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
kelucuan Shinchan, dan sebagian lainnya mengkritisi karakter negatif dalam tokoh ShinChan. Sebagaimana disebutkan oleh Solihin (2002:55) bahwa apapun alasannya, Crayon ShinChan membahayakan perkembangan kepribadian anakanak. Tokoh Shinchan digambarkan sebagai sosok anak Taman Kanak-kanak yang nakal, bandel, juga porno. Hadirnya kelucuan dalam sosok ShinChan membuat sikap jelek dalam tokoh ShinChan menjadi tidak terlihat, sehingga banyak pemirsa yang memaafkan karakter negatif dalam tokoh ShinChan. Sunarto (2009:145) juga menjelaskan bahwa dalam beberapa episode yang diteliti, Shinchan seringkali berperan sebagai pengacau bagi teman-teman, guru, orang di sekitar, dan orang tuanya. Selain sebagai pengacau, Shinchan juga digambarkan sebagai tokoh yang sok tahu dan terobsesi dengan seksualitas wanita. Sumarno (2011) juga menyatakan bahwa dalam sebuah tulisan di Jawa Pos juga mengetengahkan keprihatinan terhadap film tersebut yang mengatakan bahwa sosok Sinchan itu tidak cocok untuk menjadi teladan bagi anak-anak. Sinchan sering bertindak kurang ajar dan kekurangajarannya itu sering mengarah ke masalah seks. Sebagai anak kecil, Sinchan sering bermimpi tentang perempuanperempuan dengan bikini dan senang sekali menyingkapkan rok ibunya. Menghadapi fakta tentang film kartun Crayon ShinChan tersebut, Sumarno (2011) mengaitkan dengan teori efek media yang di dalamnya terdapat teori belajar, di mana seseorang itu belajar melakukan sesuatu dari media. Seorang anak bisa dengan fasihnya menirukan ucapan atau lagu-lagu yang didengarnya di televisi. Anak-anak juga dengan segala kepolosan dan keluguannya sering pula menirukan segala gerak dan tingkah laku tokoh idolanya di televisi. Dengan
I-4 Skripsi
EFEK MENONTON TAYANGAN ...
ANGGA PRADANA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
demikian tidak mustahil jika anak-anak pun akan menirukan kenakalan Sinchan sebagaimana yang ditayangkan di televisi, baik dalam bentuk ucapan, dialek, maupun perilaku. Beberapa perilaku yang biasa ditirukan anak di antaranya adalah perilaku ShinChan ketika menirukan tindakan Superman ketika menumpas kejahatan dengan memukuli anak lain yang dianggapnya sebagai musuh, di mana perilaku ini bisa menjadi langkah pembenar setiap anak-anak berbuat sesuatu, yang bisa jadi melanggar norma umum yang ada di tengah masyarakat Indonesia. Perilaku lain yang bisa ditirukan adalah perilaku ShinChan yang membuka rok ibunya atau ketika ShinChan menirukan perilaku ayahnya dalam memperlakukan ibu. Dengan adanya perilaku-perilaku baik berupa ucapan ShinChan maupun tindakan yang ditirukan anak, maka akan mempengaruhi interaksi antara anak dengan orang tua. Interaksi anak dengan Orangtua itu sendiri terbentuk dari komunikasi interpersonal antara anak dengan orang tua, baik komunikasi secara verbal maupun non verbal. Hal ini, karena ketika anak menonton film ShinChan, maka anak akan memiliki kecenderungan untuk menirukan perilaku ShinChan ketika memperlakukan orang lain, termasuk ibunya. Dengan adanya perilaku anak dan kata-kata anak yang menirukan ShinChan tersebut maka akan mempengaruhi interaksi Orangtua dengan anak, seperti anak menjadi jahil dengan ibu, suka menggunakan kata-kata ShinChan, menirukan setiap kata-kata ibu atau ayah, menyingkap rok ibu, menggunakan pakaian yang dikenakan oleh ayah dan berperilaku seperti ayah, dan sebagainya.
I-5 Skripsi
EFEK MENONTON TAYANGAN ...
ANGGA PRADANA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Melihat fenomena tersebut maka dalam penelitian ini akan dianalisa mengenai pengaruh tayangan “Crayon Shinchan” terhadap perilaku anak dan orang tua. Pemilihan tayangan “Crayon Shincan” adalah karena “Crayon Shincan” merupakan tayangan yang banyak menuai protes, terutama dari para orang tua dan para pemerhati anak, namun di sisi lain tayangan ini juga merupakan tayangan yang banyak digemari oleh anak-anak, seperti yang dikemukakan oleh Murdjadi Ichsan, Humas RCTI , tayangan ini memiliki rating yang cukup tinggi, yaitu dengan rating 9 hingga 11. Hal tersebut berarti bahwa “Crayon Shincan” disaksikan oleh sembilan hingga sebelas persen dari setiap 100 penonton (http://www.oocities.org/galaxy_m318/html/shinchan.html). Selain berlandaskan fenomena di atas, penelitian ini juga dilandasi oleh beberapa penelitian terdahulu, yang menyatakan bahwa tayangan film kartun “Crayon Shincan” memilki pengaruh yang signifikan terhadap pribadi anak-anak yang menontonnya. Di antara penelitian-penelitian tersebut adalah penelitian yang dilakukan oleh Listia Natadjaja (2002), dengan judul “Pengaruh Iklan untuk Anak Dibandingkan dengan film kartun televisi terhadap Affektif Anak. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa fungsi hiburan dari film kartun tersebut telah bergeser mempengaruhi affektif anak-anak, sehingga timbul rasa tertarik dan kemudian timbul rasa ingin memiliki dan menirukan tokoh dalam film kartun tersebut, yaitu Crayon Shinchan, dan ketertarikan anak pada tokoh tersebut mampu mengalahkan tingkat ketertarikan anak pada produk yang diiklankan di sela-sela tayangan tersebut. Penelitian yang lainnya dilakukan oleh Dini Analis Dinamika (2004), yang melakukan analisa mengenai pengaruh film kartun Crayon
I-6 Skripsi
EFEK MENONTON TAYANGAN ...
ANGGA PRADANA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Shinchan terhadap perilaku anak usia 6-12 tahun pada siswa (SD) Yayasan Wisma Semen Gresik. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa ada pengaruh signifikan antara film kartun Crayon Shinchan dengan perilaku anak. Dan pengaruh tersebut sebesar 25,3 % dan pengaruh yang paling besar terhadap perubahan perilaku anak adalah faktor lain, yaitu sebesar 74,4 %. Faktor lain ini di antaranya adalah faktor keluarga, masyarakat atau lingkungan, sekolah dan lainlain. Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini akan dianalisa mengenai pengaruh tayangan Crayon Shinchan terhadap perilaku anak dengan orang tua. Dan dalam penelitian ini penulis menggunakan siswa sekolah dasar (SD) Yayasan Wisma Semen Gresik sebagai objek penelitian, yang merupakan sekolah dasar swasta yang tergolong berprestasi di wilayah Gresik dan para siswanya berasal dari keluarga dengan kelas sosial menengah dan menengah ke atas, sehingga kemungkinan kepemilikan televisi di rumah setiap siswa adalah besar.
1.2. Perumusan Masalah Masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Apa sajakah karakter penoton tayangan film karun Crayon Shinchan? 2. Bagaimana pengaruh perilaku menonton tayangan film kartun Crayon ShinChan terhadap perilaku siswa SD Yayasan Wisma Semen Gresik kepada orang tua?
I-7 Skripsi
EFEK MENONTON TAYANGAN ...
ANGGA PRADANA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui apa saja karakter penonton tayangan film kartun Crayon Shinchan. 2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh tayangan film kartun Crayon ShinChan terhadap perilaku siswa SD Yayasan Wisma Semen Gresik kepada orang tua.
1.4. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini untuk memberikan data awal mengenai ada tidaknya pengaruh film kartun Crayon ShinChan pada perilaku atau interaksi antara anak dengan orang tuanya.
1.5. Tinjauan Pustaka 1.5.1. Televisi dan Anak-Anak Televisi dan anak-anak merupakan fenomena hidup yang melanda seluruh dunia. Mereka merupakan salah satu konsumen media teleivisi yang populasinya besar sekali. Sebagai komunitas yang berjumlah besar dan heterogen, anak-anak patut mendapat perhatian serius. Pada umumnya anak-anak senang sekali menonton film-film yang menampilkan aksi atau film-film yang menampilkan gerakan-gerakan cepat disertai efek suara yang dahsyat. Itulah sebabnya mereka senang sekali menonton
I-8 Skripsi
EFEK MENONTON TAYANGAN ...
ANGGA PRADANA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
film-film kartun yang banyak menampilkan gerakan-gerakan spektakuler. Hal ini seringkali memicu perilaku agresif anak-anak (Huston, dalam Surbakti, 2008:43). Untuk menjangkau segmen penonton yang luas, semua penyelanggara siaran televisi tampaknya saling bersaing mencoba merancang berbagai program siaran yang khusus diperuntukkan bagi anak-anak. Pertimbangan sosialnya adalah komunitas anak-anak juga berhak mendapatkan hiburan atau informasi sebagaimana halnya orang dewasa. Dari sisi pertimbangan komersial, komunitas mereka merupakan pangsa pasar yang sangat potensial bagi berbagai produk dan informasi yang ditawarkan oleh media televisi. Namun, berkaitan dengan tayangan televisi, anak-anak perlu mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh dan berhati-hati mengingat penalaran mereka yang sangat terbatas, namun memiliki rasa ingin tahu yang besar. Pada usia yang sangat rentan terhadap segala sesuatu yang baru, anak-anak mudah sekali terpengaruh berbagai isu, pengajaran, dan informasi yang menyesatkan. Sebagai media komunikasi yang terus berkembang, televisi merupakan satusatunya media audio-visual yang menghadirkan suara dan sekaligus gambar sehingga
mampu
membuat
anak-anak
betah
duduk
berjam-jam
untuk
menyaksikan tayangan kesayangan mereka (Surbakti, 2008:44). Selain itu, media televisi merupakan media yang telah mendominasi dunia dan mendorong berjuta-juta anak di bawah pengaruhnya. Disadari atau tidak, media televisi telah membentuk dan dan menyebabkan ketergantungan sehingga kehadirannya seakan-akan menyemarakkan suasana. Begitu hebatnya pengaruh media televisi, tampak dari kemampuannya mengubah pola hidup keluarga,
I-9 Skripsi
EFEK MENONTON TAYANGAN ...
ANGGA PRADANA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
makan, belanja, tidur, bangun, beristirahat, berpikir, berperasaan, bahkan pola hiburan pengisi waktu. Banyak anak-anak sekolah dasar menonton televisi saat jam makan malam atau sembari mengerjakan pekerjaan rumah. Media televise, sebagaimana dikemukakan oleh Doerken (dalam Surbakti, 2008:45), sangat kuat mempengaruhi sikap dan perilaku anak-anak, misalnya, bagaimana cara berpakaian, berperasaan, berpikir, juga menyangkut kognisi, psikologi motorik, dan bidang moral. 1.5.2. Interaksi Orangtua dan Anak Interaksi Orangtua dan anak termasuk dalam interaksi sosial. Secara teoritis, sekurang-kurangnya ada dua syarat bagi terjadinya suatu interaksi sosial, yaitu terjadinya kontak sosial dan komunikasi (Narwoko, 2004:16). Terjadinya kontak sosial tidak semata-mata tergantung dari tindakan, tetapi juga tergantung karena adanya tanggapan terhadap tindakan tersebut. Sedangkan aspek terpenting dari komunikasi adalah bila seseorang memberikan tafsiran pada sesuatu atau perikelakuan orang lain. Karakteristik khusus dari komunikasi manusia adalah manusia tidak terbatas hanya menggunakan isyarat-isyarat fisik sebagaimana hal hanya dilakukan binatang. Adhim (2007:68) menyatakan bahwa interaksi orangtua bersama anak adalah perilaku sehari-hari orangtua di rumah dan di mana saja sejauh anak dapat menangkap perilaku tersebut. Dalam interaksi tersebut, anak merekam nilai-nilai dari bagaimana ibu dan bapaknya berperilaku kepada diri-misalnya bagaimana anak-anak mengelola emosi-maupun kepada orang lain, baik tetangga, orangtua, tamu, hingga pengemis. Sedangkan interaksi orang tua dengan anak mencakup
I-10 Skripsi
EFEK MENONTON TAYANGAN ...
ANGGA PRADANA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
bagaimana perilaku orangtua ketika menyikapi perilaku anak, ketika berbicara kepada anak, dan ketika memberikan pendidikan sehari-hari kepada anak. Soetjiningsih (1995:10) menjelaskan bahwa interaksi anak dengan orang tua akan menimbulkan keakraban dalam keluarga. Anak akan terbuka kepada orangtua, sehingga komunikasi bisa dua arah dan segala permasalahan dapat dipecahkan bersama, karena adanya kedekatan dan kepercayaan antara orang tua dan anak. Interaksi tidak ditentukan seberapa lama orangtua bersama anak. Tetapi lebih ditentukan oleh kualitas interaksi, yaitu pemahaman terhadap kebutuhan masing-masing dan upaya optimal untuk memenuhi kebutuhan tersebut yang dilandasi oleh rasa saling menyayangi. Dengan demikian bisa dijelaskan bahwa dalam interaksi antara orangtua dengan anak akan terjalin komunikasi antara anak dengan orangtua. Interaksi tersebut akan menghasilkan keakraban antara anak dan orangtua, yang ditnjukkan dari keterbukaan dan kedekatan anak dengan orangtua.
1.5.3. Komunikasi Orangtua dan Anak Komunikasi antara orangtua dengan anak merupakan hal yang amat penting, karena anak memiliki keterbatasan kemampuan yang dapat memiliki persepsi yang salah tentang segala sesuatu yang dialaminya. Anak cenderung menangkap segala sesuatu seperti apa adanya, seperti apa yang dilihat dan dialaminya, tanpa mampu menangkap pesan yang tersembunyi (Wahyuning, 2003:33). Oleh karena itu orangtua harus mampu menjalin hubungan interpersonal yang baik dengan anak agar orangtua dan anak bisa saling mendukung (supportive) dalam
I-11 Skripsi
EFEK MENONTON TAYANGAN ...
ANGGA PRADANA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
berkomunikasi. Sebagaimana diungkapkan oleh Rakhmat (2005:129) bahwa faktor-faktor yang menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik ada tiga yaitu percaya, sikap terbuka, dan sikap suportif. Kepercayaan merupakan faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi interpersonal yang efektif, di mana kepercayaan ini akan tumbuh ketika komunikasi bersifat terbuka, maksud dan tujuan sudah jelas, dan ekspektasi sudah dinyatakan. Sikap suportif akan mengurangi sikap defensif dalam komunikasi. Sikap defensif ditunjukkan ketika seseorang tidak menerima, tidak jujur, dan tidak empatis. Dalam hal ini, komunikasi defensif akan terjadi ketika ada faktor personal dan faktor situasional yang mempengaruhinya. Faktor personal tersebut seperti ketakutan dan kecemasan (Rakhmat, 2005:129-133). Komunikasi antara orangtua dengan anak itu sendiri bisa diklasifikasikan sebagai komunikasi interpersonal. Sebagaimana dijelaskan oleh DeVito (2007:5) bahwa komunikasi interpersonal juga merupakan komunikasi yang berlangsung di antara dua orang yang mempunyai hubungan yang mantap dan jelas. Dalam hal ini, komunikasi interpersonal meliputi komunikasi antara seorang anak dengan ayahnya, pengusaha dengan karyawannya, dua bersaudara, guru dengan murid, dua kekasih, dua teman, dan sebagainya. Bentuk khusus dari komunikasi interpersonal adalah komunikasi diadik (dyadic communication) yang melibatkan hanya dua orang. Di mana karakteristik komunikasi diadik adalah bahwa: pihak-pihak yang berkomunikasi berada dalam jarak yang dekat; pihak-pihak yang berkomunikasi mengirim dan menerima pesan
I-12 Skripsi
EFEK MENONTON TAYANGAN ...
ANGGA PRADANA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
secara simultan atau spontan, baik secara verbal maupun nonverbal (Mulyana, 2004:73). Dalam komunikasi interpersonal antara anak dengan Orangtua maka akan terjadi proses komunikasi yang merefleksikan siklus natural komunikasi interpersonal, dimana komunikasi berlangsung dari orang pertama kepada orang kedua, lalu orang kedua kepada orang pertama, dan seterusnya (DeVito, 2007: 9). Model komunikasi interpersonal tersebut digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1.1. A Model of Universal Interpersonal Communication Sumber: (DeVito, 2007:12)
Model komunikasi di atas menunjukkan bahwa dari sumber pesan akan menyampaikan pesan kepada penerima pesan melalui saluran. Penerima pesan
I-13 Skripsi
EFEK MENONTON TAYANGAN ...
ANGGA PRADANA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
selanjutnya akan memberikan respon, baik berupa feedback maupun feedforward kepada sumber pesan. Gambar di atas juga menunjukkan bahwa sumber pesan bisa saja menjadi penerima pesan, demikian juga sebaliknya. Di samping itu, gambar di atas juga menunjukkan adanya gangguan (noise) dalam proses komunikasi interpersonal yang terjadi. Dengan demikian, dapat dijelaskan bahwa di dalam model proses komunikasi interpersonal melibatkan berbagai elemen yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lain.
1.5.4. Bentuk-bentuk Komunikasi Interpersonal Di dalam komunikasi, terdapat dua bentuk komunikasi yaitu komunikasi verbal dan nonverbal. Komunikasi verbal yaitu komunikasi yang menggunakan simbol atau kata-kata, baik yang dinyatakan secara oral maupun tulisan (Muhammad, 2004:95). Komunikasi nonverbal adalah penciptaan atau pertukaran pesan dengan tidak menggunakan kata-kata, seperti, menggunakan gerakan badan, sikap tubuh, kontak mata, vokal yang bukan berupa kata-kata, ekspresi muka, sentuhan, dan kedekatan (Muhammad, 2004:130). Komunikasi nonverbal (atau yang lebih dikenal dengan bahasa tubuh) seringkali menyampaikan pesan-pesan yang tidak terucapkan. Pesan bahasa tubuh sangat tepat untuk menyampaikan perasaan. Bahasa tubuh merupakan cara komunikasi
non-verbal
yang
unik,
untuk
menyampaikan
informasi,
mengekspresikan diri melalui gerakan-gerakan sadar atau bawah sadar, gerakgerik tubuh, atau ekspresi wajah (Kumar, 2004:9). Beberapa bentuk komunikasi nonverbal (Wood, 2009:138-142) antara lain adalah:
I-14 Skripsi
EFEK MENONTON TAYANGAN ...
ANGGA PRADANA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
a. Kinesics
: disebut juga bahasa tubuh, mencakup gerakangerakan tubuh dan wajah.
b. Haptics
: sentuhan. Sentuhan ini bisa menunjukkan keakraban dan rasa senang.
c. Physical appearance : Penampilan seseorang, mencakup cara berpakaian. d. Artifacts
: yaitu obyek personal di mana dengan obyek tersebut individu
menunjukkan
identitasnya,
seperti
perhiasan, dokter dengan peralatannya. e. Proxemic
: Ruangan privasi (space) di sekitar setiap manusia, yang
akan
menunjukkan
kedekatan
dengan
seseorang. Misalnya jika seseorang tidak senang dengan orang lain maka akan cenderung berjauhan. Selain itu, bentuk komunikasi nonverbal juga dibagi dalam empat bentuk yaitu sentuhan (touch), nada suara (paralinguistic), body language (bahasa tubuh), dan penggunaan personal space (jarak) atau proxemics (Andersen dan Taylor, 2007:108). Penggunaan komunikasi verbal dan nonverbal tersebut pada anak dipengaruhi oleh faktor-faktor baik yang berasal dari keluarga maupun dari luar keluarga. Di antara faktor eksternal tersebut adalah hadirnya media televisi yang banyak ditonton oleh anak, sehingga anak akan mengalami proses pembelajaran melalui media televisi.
I-15 Skripsi
EFEK MENONTON TAYANGAN ...
ANGGA PRADANA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
1.5.5. Televisi sebagai Media Pendidikan Menurut Langeveld seperti yang dikutip Natadjaja (2002) bahwa pendidikan baru dapat dimulai apabila anak sudah mengerti gezag (kewibawaaan) diperkirakan berusia 3 tahun. Yoici Nishimoto menyatakan bahwa pendidikan dapat ditempuh melalui berbagai jalur informal, formal dan nonformal. Hasil dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa proses belajar dan mengajar dengan menggunakan sarana audio visual mampu meningkatkan efisiensi pengajaran 20%-50%. Pengalaman itu dapat menambah pengetahuan, karena pengetahuan manusia 75% didapatkan melalui indera pengelihatan dan 25% didapatkan dengan indera pendengaran. Salah satu media audio visual adalah televisi. Televisi pada intinya adalah media komunikasi massa seperti halnya radio atau surat kabar. Hanya saja televisi memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh kedua media tersebut. Keunikan televisi antara lain karena merupakan media komunikasi jarak jauh yang meliputi dua unsur yaitu suara dan gambar (Tulung, 2007:66-67). Beberapa keunggulan keunggulan televisi seperti, suara, gambar, murah, warna akurat, cepat, dan tepat (Tulung, 2007:67). Keunggulan televisi tersebut didukung oleh karakteristik dari televisi sebagai berikut (Ardiyanto dan Erdiana, 2005:128): 1. Audiovisual: televisi memiliki kelebihan yakni dapat didengar sekaligus dapat dilihat (audiovisual). Jadi apabila khalayak radio siaran hanya mendengar kata-kata, musik dan efek suara, maka khalayak televisi dapat mempunyai kelebihan dengan melihat gambar yang bergerak. 2. Berpikir dalam gambar: pihak yang bertanggung jawab atas kelancaran acara
I-16 Skripsi
EFEK MENONTON TAYANGAN ...
ANGGA PRADANA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
televisi adalah pengarah acara. Bila ia membuat naskah acara atau membaca naskah acara, ia harus berpikir dalam gambar (think in picture). Ada dua tahap yang dilakukan dalam proses berpikir dalam gambar yaitu visualization dan picturization. Selain keunggulan yang dimiliki oleh televisi, televisi juga memiliki kelemahan yaitu bahwa komunikasi yang terjadi tidak dua arah. Komunikasi yang terjadi antara presenter dengan pemirsanya bersifat satu arah (one way traffic communication). Jenis komunikasi seperti ini menimbulkan beberapa kesulitan yang tidak mungkin diatasi seperti pada komunikasi tatap muka secara langsung (Tulung, 2007:67). Di samping itu, pengoperasian televisi lebih kompleks dan lebih banyak melibatkan banyak orang. Peralatan yang digunakan dalam mengoperasikan televisi lebih banyak dan lebih rumit, sehingga harus dilakukan oleh orang yang terampil dan terlatih (Ardiyanto dan Erdiana, 2005:128). Salah satu sisi positif media televisi adalah bisa menjadi sarana pendidikan yang baik. Berbagai modul pendidikan jarak jauh, dapat disiarkan melalui televisi, sehingga menolong proses pendidikan dan pembelajaran anak-anak yang tinggal di daerah-daerah terpencil, yang kemungkinan besar tidak memiliki sarana pendidikan yang memadai (Surbakti, 2008:67). FIP-UPI (2007:18) juga menyatakan bahwa pemirsa yang tidak sengaja melakukan kegiatan belajar melalui acara-acara di televisi akan menerima pesan yang disampaikan melalui media televisi sebagai peristiwa pendidikan informal. Sama seperti pemanfaatan sumber-sumber informasi yang tersedia di lingkungan lembaga atau masyarakat seperti perpustakaan, museum, papan bacaan, pameran, dan surat kabar yang
I-17 Skripsi
EFEK MENONTON TAYANGAN ...
ANGGA PRADANA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
disediakan bagi masyarakat, televisi juga dapat dijadikan sebagai sumber belajar para program pendidikan nonformal apabila hal tersebut diintegrasikan secara khusus ke dalam program pendidikan formal dan/atau program pendidikan nonformal. Televisi bisa dijadikan sebagai media pembelajaran atau media pendidikan bagi pemirsa, karena melalui media televisi, pemirsa akan mengalami proses belajar. Berdasarkan taksonominya, belajar adalah belajar untuk mengetahui (learning how to know), belajar untuk mengerjakan sesuatu (learning how to do), belajar untuk belajar (learning how to learn), belajar untuk memecahkan masalah (learning how to solve problems), belajar untuk hidup bersama (learning how to live together), dan yang paling esensial adalah belajar untuk kemajuan kehidupan diri dan lingkungannya (learning to be) (FIP-UPI, 2007:18). Semiawan (2008:23) menyatakan bahwa dalam sistem pendidikan, selain sebagai media belajar, televisi juga sebagai media hiburan yang programnya tidak selalu bersifat mendidik, karena program siarnya yang kurang bermutu. Oleh karena itu, dengan semakin banyaknya stasiun televisi dewasa ini, maka setiap stasiun televisi akan bersaing untuk memberikan yang terbaik dan menarik bagi pemirsa melalui penayangan program tayangan yang bervariasi. Beberapa program tersebut meliputi, infotainment, sport, berita, reality show, variety show, dan lain-lain. 1.5.6. Program Televisi Program diartikan sebagai segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan audiensnya. Program atau acara merupakan faktor
I-18 Skripsi
EFEK MENONTON TAYANGAN ...
ANGGA PRADANA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
yang membuat audiens tertarik untuk mengikuti siaran yang dipancarkan stasiun penyiaran. Dalam hal ini, program dapat dianalogikan menjadi produk atau barang (goods) atau pelayanan (services) yang dijual kepada pihak lain, dalam hal ini audiens dan pemasang iklan. Dengan demikian, program adalah produk yang dibutuhkan orang sehingga orang tersebut akan bersedia mengikutinya (Morissan, 2008:200). Berbagai jenis program dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar menurut jenisnya, yaitu (1) informasi (berita), dan (2) hiburan. Program informasi adalah segala jenis siaran yang tujuannya untuk memberikan tambahan pengetahuan (informasi) kepada khalayak audien. Daya tarik program ini adalah informasi dan informasi tersebut yang dijual kepada audiens. Program informasi dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu beita keras dan berita lunak. Sedangkan program hiburan adalah segala bentuk siaran yang bertujuan untuk menghibur audien dalam bentuk musik, lagu, cerita dan permainan. Program yang termasuk kategori hiburan adalah drama, musik, pertunjukan, dan permainan (Morissan, 2008:208). Menurut Vane-Gross: the programmers must select the appeal through which the audience will be reached (programmer harus memilih daya tarik yang merupakan cara untuk meraih audiennya) (Morissan, 2008:208). Dengan demikian, pada saat menentukan jenis program berarti menentukan atau memilih daya tarik (appeal) dari suatu program. Adapun yang dimaksud daya tarik adalah bagaimana suatu program mampu menarik audiennya untuk tetap setia menonton program di televisi.
I-19 Skripsi
EFEK MENONTON TAYANGAN ...
ANGGA PRADANA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Beberapa elemen-elemen yang dapat menentukan berhasil atau tidaknya suatu program tersebut diterima di masyarakat yang dinamakan sebagai elemen keberhasilan. Elemen-elemen tersebut antara lain (Morissan, 2008, pp.324 - 334): 1. Konflik, yaitu adanya benturan kepentingan atau benturan karakter di antara tokoh yang terlibat. Dalam hal ini, konflik bukan hanya harus ada dalam program tayangan film atau drama, tetapi hampir setiap program harus menyertakan elemen ini. Seorang programmer harus memiliki tujuan untuk membangun acara yang menyediakan adanya benturan atau konflik. Dalam program
yang berformat berita, pengelola
dituntut
untuk
berusaha
menampilkan elemen konflik dalam bentuk pandangan yang berlainan atau pandangan alternatif. Vane-Gross menjelaskan bahwa pengelola program harus berusaha untuk menawarkan pandangan yang bertentangan atau berbeda. Ini tidak hanya menjadikan program siaran tersebut menjadi lebih adil, tapi juga bagus. 2. Durasi, yaitu lama penayangan program merupakan salah satu kunci sukses dalam keberhasilan program. Dalam hal ini pengelola program dituntut untuk membuat sebuah program memiliki kemampuan untuk mempertahankan daya tariknya selama mungkin. Kata kunci untuk mempertahankan daya tarik yang lama ini adalah ide cerita, sehingga tidak menimbulkan kejenuhan bagi pemirsa. Dengan demikian ide cerita yang dibangun harus diiringi dengan inovasi dan kebaruan cerita. 3. Kesukaan, yaitu kesukaan pemirsa terhadap pembawa acara atau bintang tamu yang hadir dalam suatu program ikut menentukan keberhasilan program.
I-20 Skripsi
EFEK MENONTON TAYANGAN ...
ANGGA PRADANA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
4. Konsistensi, yaitu keberhasilan program juga ditentukan oleh konsistensi program dalam memberikan hiburan yang menarik bagi pemirsa televisi. Konsistensi dalam hal ini adalah bahwa suatu program harus konsisten terhadap tema dan karakter yang telah dibangun sejak awal, karena pada dasarnya penonton telah memiliki suatu harapan ketika menonton suatu program. 5. Energi, yaitu kekuatan program yang membuat pemirsa televisi tertarik, yang mempunyai perbedaan dengan program-program lainnya. Energi dalam hal ini adalah bahwa suatu program harus dapat menahan pemirsa untuk tidak mengalihkan perhatiannya kepada hal-hal lain. Dengan adanya energi maka perhatian penonton akan lebih focus dan pikiran penonton tidak mengembara ke mana-mana. Terdapat 3 hal yang menjadikan suatu program memiliki energi yaitu: a. Kecepatan cerita, artinya bahwa cerita yang dibangun tidak boleh berjalan lamban sehingga penonton tidak bingung dengan alur atau arah cerita yang dibangun. b. Excitement (daya tarik), yaitu kemampuan menimbulkan daya tarik atau kegairahan penonton terhadap cerita yang dibangun. Setiap bagian cerita harus dapat memancing rasa ingin tahu atau penasaran audiens setiap saat. c. Gambar yang kuat, yaitu bahwa gambar yang ditampilkan bukan hanya sekedar motion atau sekedar perpindahan gambar yang tanpa arti. 6. Timing, yaitu waktu penayangan program merupakan salah satu kunci dari keberhasilan program. Waktu penayangan dalam hal ini adalah bahwa program
I-21 Skripsi
EFEK MENONTON TAYANGAN ...
ANGGA PRADANA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
yang ditayangkan tersebut tidak ketinggalan zaman atau bukan masanya lagi. Setiap program harus memiliki cerita yang mencerminkan nilai-nilai sosial yang hidup dan diterima di masyarakat saat itu. 7. Trend, yaitu penayangan suatu program yang mengikuti tren di masyarakat ikut menentukan keberhasilan program. Tren ini dipengaruhi oleh: 1) perkembangan ekonomi dan teknologi, dan 2) mengikuti program yang sukses sebelumnya. Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa agar program televisi banyak diminati oleh pemirsa maka program tersebut harus memenuhi elemen-elemen pendukungnya yaitu konflik, kesukaan, durasi, konsistensi, energi, timing, dan tren. 1.5.7. Media Exposure Rosengren mengemukakan bahwa terpaan tayangan diartikan sebagai penggunaan media oleh khalayak yang meliputi jumlah waktu yang digunakan dalam berbagai media, jenis isi media, media yang dikonsumsi dan berbagai hubungan antara khalayak dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan (Rakhmat, 2004:66). Terpaan media berusaha mencari data khalayak tentang penggunaan media baik jenis media, frekuensi penggunaan maupun durasi penggunaan atau longevity. Frekuensi penggunaan media mengumpulkan data khalayak tentang berapa kali sehari seorang menggunakan media dalam satu minggu (untuk meneliti program harian), berapa kali seminggu seseorang menggunakan media dalam satu bulan (untuk program mingguan) serta berapa kali sebulan seseorang
I-22 Skripsi
EFEK MENONTON TAYANGAN ...
ANGGA PRADANA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
menggunakan media dalam satu tahun (untuk program bulanan). Untuk pengukuran variabel durasi penggunaan media menghitung berapa lama khalayak bergabung dengan suatu media (berapa jam sehari) atau berapa lama (menit) khalayak mengikuti suatu program (Ardianto & Erdinaya, 2004:164). Sedangkan hubungan antara khalayak dengan isi media meliputi attention atau perhatian. Kenneth E. Andersen mendefinisikan perhatian sebagai proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah (Rakhmat, 2005:52). Apa yang kita perhatikan memiliki sifat-sifat menonjol antara lain : 1. Gerakan. Seperti pada organisme lain, manusia secara visual tertarik pada objek-objek yang bergerak. 2. Intensitas Stimuli. Kita akan memperhatikan stimuli yang lebih menonjol dari stimuli yang lain. 3. Kebaruan. Hal-hal yang baru, yang luar biasa, yang berbeda, akan menarik perhatian. Beberapa eksperimen juga membuktikan stimuli yang luar biasa lebih mudah dipelajari atau diingat. 4. Perulangan. Hal-hal yang disajikan berkali-kali, bila disertai dengan sedikit variasi, akan menarik perhatian. Pengaruh juga mengandung unsur sugesti : mempengaruhi alam bawah sadar kita (Rakhmat, 2005:52-53).
I-23 Skripsi
EFEK MENONTON TAYANGAN ...
ANGGA PRADANA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
1.5.8. Dampak Menonton Televisi bagi Anak Menonton berarti melihat pertunjukan atau gambar hidup (Poerwodarminto, 1998:1087). Menonton acara televisi berarti melihat pertunjukan atau gambar hidup melalui siaran televisi. Menurut Kuswandi (1996:100) ada tiga dampak menonton televise yaitu: 1. Dampak kognitif, yaitu kemampuan seseorang atau pemirsa untuk menyerap dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang melahirkan pengetahuan bagi pemirsa. 2. Dampak peniruan, yaitu pemirsa dihadapkan pada trendi actual yang ditayangkan televisi. Misalnya model pakaian, model rambut dari bintang televisi yang kemudian digandrungi atau ditiru secara fisik. 3. Dampak perilaku, yaitu proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang telah ditayangkan dalam acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan pemirsa sehari-hari. Khalayak pemirsa televisi bersifat heterogen, karena tayangan televisi dapat dilihat oleh semua orang dengan latar belakang usia, pekerjaan, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan kelas social yang berbeda-beda. Anak-anak merupakan salah satu kategori khalayak pemirsa televisi. Banyaknya waktu luang anak setelah pulang sekolah menyebabkan anak sering mengisi waktunya dengan menonton televisi. Hal itu menyebabkan anak menonton apa yang bisa ditontonnya. Jadi tidak hanya program acara untuk anak-anak saja yang ditonton, melainkan program acara lainnya, salah satunya sinetron.
I-24 Skripsi
EFEK MENONTON TAYANGAN ...
ANGGA PRADANA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Ilustrasi hubungan antara tayangan televisi dengan anak bisa dilihat pada gambar berikut:
TAYANGAN TELEVISI
Membentuk Karakter
Pempengaruhi pola hidup
Membentuk Opini
Komunitas anakanak
Gambar 1.2. Ilustrasi Pengaruh Tayangan Televisi terhadap Komunitas Anak Sumber: Surbakti (2008:67)
Gambar di atas menunjukkan bahwa televisi merupakan media yang efektif dalam memberikan informasi kepada masyarakat termasuk anak-anak, karena pesan yang disampaikan melalui televisi berlangsung satu arah, membuat pesan dapat dengan mudah diterima khalayak. Selain itu, televisi juga memberikan efek kepada khalayaknya baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Data pola menonton televisi pada anak-anak menunjukkan bahwa jumlah jam menonton anak-anak melampaui batas jam menonton ideal. Angka 35 jam per minggu, berarti sama dengan 1820 jam per tahun, padahal jam belajar anak Sekolah Dasar menurut United Nations Education and Culture Organization (UNESCO) tidak melebihi 1000 jam per tahun jika melihat perbandingan jumlah jam menonton televisi dengan jumlah jam belajar di sekolah, maka dikhawatirkan I-25 Skripsi
EFEK MENONTON TAYANGAN ...
ANGGA PRADANA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
proses pembentukan pola pikir, karakter, dan perilaku anak justru terbentuk melalui tayangan televisi. 1.6. Metodologi Penelitian 1.6.1. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan dengan tipe penelitian deskriptif, yaitu suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya (Sukmadinata, 2006:72). Dalam penelitian ini akan dianalisis ada tidaknya hubungan antara variabel menonton film kartun Crayon Shinchan dengan variabel interaksi anak dengan orang tuanya. Selain itu, penelitian ini bersifat kuantitatif. Dengan demikian, hasil dari penelitian ini dapat digeneralisir. 1.6.2. Operasional Variabel Operasional variabel dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. Tayangan Film Kartun Crayon ShinChan Tayangan film ShinChan merupakan variabel bebas (independent), karena variabel ini mempengaruhi variabel lain yang diamati dalam penelitian, yaitu mempengaruhi interaksi anak dengan orangtua. Variabel menonton tayangan ShinChan dioperasionalkan berdasarkan media exposure yang dialami oleh pemirsa dengan indikator sebagai berikut:
I-26 Skripsi
EFEK MENONTON TAYANGAN ...
ANGGA PRADANA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
a. Frekuensi Seberapa sering anak menonton film kartun Crayon ShinChan setiap bulan. b. Durasi Lamanya film kartun Crayon ShinChan yang ditonton oleh anak. Apakah anak menonton dari awal hingga akhir acara atau menonton dari pertengahan acara. c. Atensi Perhatian yang diberikan anak pada saat menonton film kartun Crayon ShinChan. Apa saja yang dilakukan pada saat menonton, apakah mereka hanya menonton saja atau melakukan hal lainnya juga.
2. Perilaku Anak dengan Orangtua Perilaku anak dengan orangtua merupakan variabel tetap (dependent), karena variabel ini dipengaruhi oleh variabel lain dalam penelitian, yaitu dipengaruhi oleh variabel tayangan film kartun Crayon ShinChan. Interaksi anak dengan orangtua dioperasionalkan berdasarkan dua syarat bagi terjadinya suatu interaksi sosial, yaitu terjadinya kontak sosial dan komunikasi. Pada penelitian ini lebih ditekankan pada aspek komunikasinya. Jadi, bagaimana cara anak tersebut berkomunikasi dengan orang tuanya. Bagaimana cara si anak mengungkapkan sesuatu kepada orang tuanya.
I-27 Skripsi
EFEK MENONTON TAYANGAN ...
ANGGA PRADANA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Dalam penelitian ini, interaksi anak dengan orang tua sebagai dampak dari menonton tayangan film kartun Crayon ShinChan, diukur berdasarkan indikator sebagai berikut: Tingkat keakraban antara anak dengan orang tua yang dilihat dari sering tidaknya melakukan komunikasi mengenai sesuatu yang dianggap penting. 1.6.3. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dari penelitian ini adalah siswa SD baik perempuan maupun lakilaki yang sedang dalam kisaran uisa 9-11 tahun di SD Yayasan Wisma Semen Gresik. Pemilihan SD Yayasan Wisma Semen Gresik didasarkan pada hasil survei awal peneliti bahwa SD tersebut merupakan SD Swasta yang tergolong berprestasi di wilayah Gresik dan para siswanya berasal dari keluarga yang dengan kelas sosial menengah dan menengah atas, sehingga kemungkinan kepemilikan televisi di rumah setiap siswa adalah besar. Adapun pemilihan usia anak pada kisaran usia 9-11 tahun, karena pada usia ini anak mulai mencari informasi dan kehidupan sosial di luar keluarga mereka. Pada saat ini pertemanan dan kelompok bermain memiliki pengaruh yang signifikan, dan pada usia ini pula anak mulai meminta kebebasab lebih banyak dari orang tua. (Herwibowo, 2004, p.9). Berdasarkan data siswa diketahui bahwa jumlah siswa SD adalah sebanyak 137 siswa. Sedangkan yang dijadikan sampel adalah siswa SD baik laki-laki atau perempuan yang menonton film kartun ShinChan. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive stratified random sampling dalam menentukan siswa SD yang akan dijadikan sampel dan siswa SD yang dipilih
I-28 Skripsi
EFEK MENONTON TAYANGAN ...
ANGGA PRADANA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
siswa kelas 3-5, pemilihan metode ini karena unsur populasi penelitian berkarakteristik heterogen, dan heterogenitas tersebut mempunyai arti yang signifikan pada pencapaian tujuan penelitian. Jumlah sampel minimal dalam penelitian yang diharapkan adalah 100 anak. 1.6.4. Unit Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini adalah secara deskriptif yaitu menganalisis data yang diperoleh melalui penyebaran kuisioner kepada responden yang kemudian dikelompokkan dengan menggunakan tabel frekuensi dan dihitung secara presentase pada masing-masing kelompok agar diketahui unsur-unsur, faktor-faktor yang terlibat dalam suatu gejala atau peristiwa. Di dalam penelitian ini yang akan di teliti adalah tentang karakteristik anak dan pengaruh perilaku anak terhadap orangtua terhadap tayangan film kartun Crayon Shinchan. Di mana dalam penelitian ini yang diteliti adalah anak SD Semen Gresik yang rata-rata berumur 9-11tahun.
1.6.5. Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan metode survei. Metode survei adalah riset yang diadakan untuk memperoleh fakta tentang gejala atas permasalahan yang timbul. Survei dapat membantu dalam membandingkan kondisi-kondisi yang ada dengan kriteria yang telah ditentukan (Umar, 2004:37). Dengan demikian dalam penelitian ini akan mengumpulkan data dari para siswa SD Yayasan Wisma Semen Gresik yang menjadi responden penelitian.
I-29 Skripsi
EFEK MENONTON TAYANGAN ...
ANGGA PRADANA
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Sementara itu, prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengumpulan data terstruktur (structured data collection), yaitu data dikumpulkan dengan bertanya kepada responden, dan pertanyaan-pertanyaannya dibuat terstruktur (Istijanto, 2005:54). Dalam penelitian ini, kuesioner yang telah disusun disampaikan secara langsung kepada para siswa, yang disusun meliputi pertanyaan terkait dengan media exposure dan interaksi orangtua dengan anak.
1.6.6. Teknik Analisis data Analisis data dilakukan dengan menggunakan statistik deskriprif. Statistik deskriptif merupakan deskripsi atau penggambaran sekumpulan data secara visual dapat dilakukan dalam dua bagian yaitu dalam bentuk gambar atau grafik dan dalam bentuk tulisan.
I-30 Skripsi
EFEK MENONTON TAYANGAN ...
ANGGA PRADANA