1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar mengajar. Para guru dituntut agar mampu menggunakan media yang disediakan oleh sekolah serta mengembangkan media yang tersedia dan dituntut untuk dapat mengembangkan keterampilan membuat media pengajaran yang akan digunakannya
apabila
media
tersebut
belum
tersedia
sehingga
dalam
pembelajaran tidak hanya menyampaikan informasi saja, melainkan harus diupayakan pembuktian atau penemuan sendiri. Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi, dalam suatu proses komunikasi selalu melibatkan 3 komponen pokok yaitu komponen pengirim pesan (guru), komponen penerima pesan (siswa) dan komponen pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi pelajaran. Namun terkadang dalam proses pembelajaran terjadi kegagalan komunikasi, sehingga materi pelajaran atau pesan yang disampaikan guru tidak dapat diterima oleh siswa dengan optimal artinya tidak seluruh materi pelajaran dapat dipahami dengan baik oleh siswa, lebih parah lagi apabila siswa salah menanggap pesan yang disampaikan. Menurut Wina Sanjaya (2010), proses pembelajaran sangat tergantung pada guru sebagai sumber belajar, dalam kondisi semacam ini akan ada proses pembelajaran manakala ada guru, tanpa ada guru di dalam kelas sebagai sumber
2
belajar tidak mungkin ada proses pembelajaran. Pada saat ini, ketika ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat, proses pembelajaran tidak lagi di monopoli oleh adanya guru di dalam kelas. Siswa dapat belajar dimana dan kapan saja. Siswa bisa belajar apa saja sesuai dengan minat dan gaya belajar. Seorang desainer pembelajaran dituntut untuk dapat merancang pembelajaran dengan memanfaatkan berbagai jenis media dan sumber belajar yang sesuai agar proses pembelajaran berlangsung efektif dan efisien. Untuk mengatasi hal tersebut ada beberapa metode yang digunakan para guru untuk meningkatkan hasil belajar para siswanya, salah satunya ialah dengan penggunaan media pembelajaran. Penggunaan media dalam proses pembelajaran dapat
membantu
perkembangan kreatifitas guru sebagai pendidik dan murid sebagai subjek belajar. Pertama, guru dapat memikirkan berbagai cara untuk menyajikan pelajaran dengan menggunakan media pengajaran. Kedua, guru dapat menyajikan berbagai topik
pelajaran
lebih
hidup
dan
menarik
sehingga
meningkatkan
kebermaknaannya bahan terhadap subjek belajar. Melalui media pengajaran, guru dapat meningkatkan kompetensi pengajaran serta mengoptimalkan cara guru berkomunikasi dengan murid secara efektif. Pemakai media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar membawa pengaruhpengaruh psikologis terhadap siswa (Azhar Arsyad, 2013: 19). Media merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar, karena dengan dimanfaatkannya media belajar yang sesuai, diharapkan
3
proses
belajar
dapat
berlangsung
dengan
efektif
dan
menyenangkan.
Ketidakjelasan atau kerumitan materi dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai
perantara,
juga
dapat
mewakili
kekurangan
guru
dalam
mengkomunikasikan materi pelajaran. Pemilihan media belajar yang tepat akan membuat peserta didik lebih termotivasi, lebih aktif dan lebih mudah mencerna ilmu pengetahuan yang diberikan oleh gurunya selama proses pembelajaran. Media pembelajaran juga dapat memberikan pengalaman langsung dalam pembelajaran kepada siswa. Salah satu media pembelajaran sebagai alternatif utama adalah media gambar yang dapat mengarahkan perhatian mereka kepada pelajaran yang akan diterima. Dengan demikian, kemungkinan untuk memperoleh dan mengingat isi pelajaran semakin besar. Media gambar merupakan salah satu media yang dapat dijadikan pilihan karena merupakan media grafis yang tidak diproyeksikan yang mengandung materi visual dan verbal. Media gambar berdasarkan Encyclopedia of Education Research (Azhar Arsyad, 2013: 28) memiliki manfaat sebagai berikut: a) Meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berfikir, oleh karena itu mengurangi verbalisme yaitu tahu istilah tidak tahu bendanya, b) Memperbesar perhatian siswa, c) Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, oleh karena itu membuat pelajaran lebih mantap atau tidak mudah dilupakan, d) Memberikan pengalaman yang nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa, e) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu, terutama melalui gambar hidup, f) Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan kemampuan berbahasa, g) Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain dan membantu efisiensi dan keragaman yang lebih banyak dalam belajar.
4
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, bahwa dalam pembelajaran PAI di kelas yang menggunakan media gambar siswa bersikap lebih positif terhadap materi PAI yang sedang dipelajari, siswa lebih interaktif dalam mengikuti proses pembelajaran, serta kualitas hasil belajar mereka lebih tinggi karena pembelajaran disampaikan lebih menarik, baik, spesifik dan jelas. Sedangkan di kelas yang tanpa menggunakan media gambar siswa bersikap pasif, hanya mendengarkan, mencatat materi yang disampaikan dan guru mendominasi proses belajar mengajar yang berlangsung di dalam kelas. Pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dirasakan masih belum optimal, statistik menunjukkan hasil belajar mereka menunjukkan rata-rata yang tidak optimal, jauh dari harapan. Hal ini diduga kuat bahwa pada umumnya pembelajaran PAI hanya bersifat konseptual dan jarang menggunakan media dan metode yang bervariasi. Dengan demikian, media gambar merupakan salah satu media esensial dalam pembelajaran PAI terutama digunakan dalam pembelajaran yang tidak bisa dijelaskan secara konseptual. Berdasarkan pemikiran itulah penulis akan melakukan penelitian yang diarahkan pada judul penelitian: “PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA YANG MEMANFAATKAN MEDIA GAMBAR DENGAN YANG TIDAK MEMANFAATKAN MEDIA GAMBAR PADA MATA PELAJARAN PAI” (Eksperimen di Kelas VII SMPN 1 Kertasari Kabupaten Bandung).
5
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka ada beberapa rumusan masalah yang akan dikaji melalui penelitian ini, yaitu: 1.
Bagaimana hasil belajar siswa yang memanfaatkan media gambar pada mata pelajaran PAI di kelas VII SMPN 1 Kertasari Bandung?
2.
Bagaimana hasil belajar siswa yang tidak memanfaatkan media gambar pada mata pelajaran PAI di kelas VII SMPN 1 Kertasari Bandung?
3.
Bagaimana perbandingan hasil belajar siswa yang memanfaatkan media gambar dengan siswa yang tidak menmanfaatkan media gambar pada mata pelajaran PAI di kelas VII SMPN 1 Keratasari Bandung?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan pada rumusan di atas penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Hasil belajar siswa yang memanfaatkan media gambar pada mata pelajaran PAI di kelas VII SMPN 1 Kertasari Bandung. 2. Hasil belajar siswa yang tidak memanfaatkan media gambar pada mata pelajaran PAI di kelas VII SMPN 1 Kertasari Bandung. 3. Perbandingan hasil belajar siswa yang memanfaatkan media gambar dengan siswa yang tidak memanfaatkan media gambar pada mata pelajaran PAI di kelas VII SMPN 1 Kertasari Bandung.
6
D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini yaitu mendapatkan informasi mengenai peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI di kelas VII SMPN 1 Kertasari Bandung dengan menggunakan media gambar. Informasi ini dapat dijadikan dasar pengembangan pembelajaran pendidikan Agama Islam. Secara spesifik, manfaat penelitian ini: 1. Bagi siswa, melatih agar mampu meningkatkan hasil belajarnya dalam mata pelajaran PAI, terutama pokok bahasan yang tidak dapat dijelaskan secara konseptual serta diharapkan hasil belajar kognitifnya akan lebih optimal dengan pemanfaatan media gambar tersebut. 2. Bagi guru, sebagai pedoman dalam meningkatkan kualitas pembelajaran PAI di kelas VII SMPN 1 Kertasari Bandung. 3. Bagi peneliti, memotivasi dalam mengembangkan pembelajaran yang optimal berdasarkan hakikat dan peningkatan hasil belajar yang signifikan, dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dan memperluas wawasan peneliti terhadap pemanfaatan media gambar pada pembelajaran PAI serta dapat memberikan gambaran dan pengalaman bagi peneliti dalam menerapkan pemanfaatan media gambar pada pembelajaran PAI.
E. Kerangka Pemikiran Hasil belajar itu pada hakikatnya bervariasi. Sardiman (2003: 26) mengungkapkan bahwa: hasil belajar yang eksplisit diupayakan melalui tindakan instruksional,
lazim
dinamakan
dengan
Instructional
Effect,
berbentuk
7
pengetahuan dan keterampilan, sedangkan hasil belajar yang lebih merupakan dampak iringan lazim diberi istilah Nurturant Effect, tercapai karena siswa menghadapi (to live in) suatu sistem lingkungan belajar tertentu seperti contohnya kemampuan berfikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis, menerima pendapat orang lain. Hasil belajar itu relatif menetap, dan tidak berubah-ubah. Perubahan tingkah laku yang yang sifatnya relatif tidak menetap, bukanlah karena proses belajar. Peserta didik setiap kali dapat berubah, perubahan-perubahan demikian tidak sama dengan perubahan-perubahan dalam belajar. Oleh karena itu, tidak semua perubahan yang ada pada diri peserta didik dianggap sebagai hasil belajar. Hanya perubahan-perubahan tertentu saja yang memenuhi syarat untuk disebut sebagai hasil belajar. Sofyanuddin (2005: 2) mengungkapkan bahwa, “untuk melihat hasil belajar yang dicapai seorang pelajar dilakukan melalui usaha menetapkan nilai, yang terdapat pada proses belajar mengajar”. Hasil belajar merupakan gambaran tingkat penguasaan peserta didik terhadap sasaran belajar pada topik bahasan yang dieksperimenkan, yang diukur berdasarkan jumlah skor jawaban yang benar pada soal yang disusun sesuai dengan sasaran belajar. Berdasarkan uraian di atas, hasil belajar merupakan proses yang sistematis dalam menentukan sejauh manakah tujuan-tujuan pembelajaran dapat dicapai peserta didik. Hasil belajar siswa erat kaitannya dengan implementasi media dalam pembelajaran. Usman mengungkapkan bahwa, “media pengajaran, Teaching Aids
8
atau Audiovisual Aids (AVA) merupakan alat-alat yang digunakan oleh guru ketika mengajar untuk membantu memperjelas materi pembelajaran yang disampaikannya kepada siswa dan mencegah terjadinya verbalisme pada diri siswa”. Dalam proses pembelajaran perlu diciptakan suasana yang kondusif, agar siswa benar-benar tertarik dan ikut aktif dalam proses tersebut. Dalam kaitannya dengan usaha menciptakan suasana yang kondusif, media merupakan salah satu faktor yang turut menentukan keberhasilan pembelajaran serta mempunyai peranan besar yang berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Hal ini dikarenakan belajar tidak selamanya hanya bersentuhan dengan hal-hal yang konkrit, baik dalam konsep maupun faktanya. Dalam realitasnya belajar seringkali bersentuhan dengan hal-hal yang bersifat kompleks, maya dan berada dibalik realitas. Media memiliki andil untuk menjelaskan hal-hal yang abstrak dan menunjukkan hal-hal yang tersembunyi. Menurut Sobry Sutikno ( 2007: 102) bahwa fungsi penggunaan media dalam proses pembelajaran, diantaranya: 1. Menarik perhatian siswa 2. Membantu untuk mempercepat pemahaman dalam proses pembelajaran 3. Memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan) 4. Mengatasi keterbatasan ruang 5. Pembelajaran lebih komunikatif dan produktif 6. Waktu pembelajaran bisa dikondisikan 7. Menghilangkan kebosanan siswa dalam belajar 8. Meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari sesuatu/ menimbulkan gairah belajar 9. Melayani gaya belajar siswa yang beraneka ragam, serta 10. Meningkatkan kadar keaktifan/ keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
9
Dilihat dari jenisnya, media dibagi kedalam 3 yaitu: (1) media audio; (2) media visual; (3) media audiovisual. Dalam hal ini media yang digunakan adalah media visual karena media gambar merupakan bagian dari media visual yang hanya mengandalkan indera penglihatan, karena pengetahuan yang dapat diingat seseorang antara lain bergantung melalui indera apa ia memperoleh pengetahunnya. Hal ini mengacu pada pernyataan (Azhar Arsyad, 2013: 13) yang menyatakan bahwa penglihatan (visual) memiliki komposisi paling besar (75%) dalam hal rata-rata jumlah informasi yang dapat diperoleh seseorang. Informasi yang diperoleh melalui penglihatan dalam pembelajaran juga dapat membawa siswa pada lingkungan belajar yang aktif, mudah ditangkap dan diingat oleh memori seseorang. Apabila media tersebut didukung oleh metode yang menyenangkan. Rata-rata jumlah informasi yang diperoleh seseorang melalui indera memiliki komposisi sebagai berikut: a.
75% melalui penglihatan (visual)
b.
13% melalui pendengaran (audio)
c.
6% melalui sentuhan
d.
6% melalui penciuman dan pengecap
Secara umum fungsi media gambar menurut Basuki dan Farida (2001: 42) yaitu: (1) Mengembangkan kemampuan visual, (2) Mengembangkan imajinasi anak, (3) Membantu meningkatkan kemampuan anak terhadap hal-hal yang abstrak atau peristiwa yang tidak mungkin dihadirkan di dalam kelas, (4) Meningkatkan kreativitas anak.
10
Sementara itu menurut Levie dan Lentz dalam bukunya Azhar Arsyad (2013: 20) menyatakan bahwa “Media pembelajaran, khususnya media visual (gambar) mempunyai 4 fungsi yaitu (a) fungsi atensi, (b) fungsi kognitif, (c) afektif serta (d) fungsi kompentsatoris”. Media visual (gambar) dalam proses belajar mengajar dapat mengembangkan kemampuan visual, mengembangkan imajinasi anak, membantu meningkatkan penguasaan anak terhadap hal-hal yang abstrak atau peristiwa yang tidak mungkin dihadirkan dikelas. Secara singkat dapat dikatakan bahwa media gambar dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Adapun hasil belajar merupakan hasil nyata upaya lembaga pendidikan yang dapat dinyatakan dalam bentuk angka yang diperoleh pada umumnya melalui tes atau hasil yang diperhatikan siswa, baik dalam pengetahuan (ingatan), sikap siswa maupun keterampilan setelah siswa mengalami berbagi kegiatan salah satu untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam sistem pendidikan rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional mengguakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar mambaginya menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor (Uzer Usman, 2003: 34) Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yang kemudian dijadikan sebagai indikator hasil belajar, yaitu: (1). Pengetahuan atau ingatan, (2). Pemahaman, (3). Aplikasi, (4). Analisis, (5). Sintesis, (6). Evaluasi (Nana Sudjana, 2005: 50-52). Hasil belajar yang diteliti dalam penelitian adalah aspek kognitif yang meliputi pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan aplikasi (C3).
11
Setelah mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan media gambar diharapkan siswa lebih mudah memahami pelajaran PAI. Hal ini dapat memacu percepatan dan peningkatan mutu sebuah pembelajaran, juga akan membangun suasana belajar yang lebih efektif, efisien dan lebih menyenangkan. Untuk melihat perbandingan hasil belajar siswa yang memanfaatkan media gambar dengan yang tidak memanfaatkan media gambar pada mata pelajaran PAI, dilakukan penelitian yang terdiri dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, kemudian akan dianalisa dengan membandingkan kedua hasil tersebut.
12
Kerangka pemikiran tersebut secara sistematis dapat digambarkan sebagai berukit:
Siswa
Kelompok
Kelompok
Eksperimen
Kontrol
eae
eae
Proses Pembelajaran
Proses Pembelajaran
Menggunakan Media
tidak
Gambar
Media Gambar
Menggunakan
Hasil Belajar Kognitif Siswa (X1)
Hasil Belajar Kognitif Siswa (X2)
C1 = Pengetahuan
C1 = Pengetahuan
C2 = Pemahaman
C2 = Pemahaman
C3 = Aplikasi
C3 = Aplikasi
Dibandingkan X1 > X2
13
F. Hipotesis Sesuai dengan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah “ kemampuan siswa yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan media gambar lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran dengan tidak menggunakan media gambar.” Hipotesis statistiknya dapat dijelaskan sebagai berikut: Ho: (X1 = X2) dan Ha: (X1 > X2). Penelitian ini memiliki dua variabel yakni variabel X dan Y. Pengujian hipotesis menggunakan taraf signifikan 95%. Jika Ha diterima maka Ho ditolak artinya benar bahwa kemampuan siswa yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan media gambar lebih baik dibandingkan siswa yang memperoleh pembelajaran dengan tidak menggunakan media gambar. Tetapi bila Ho yang diterima, maka kemampuan siswa yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan media gambar tidak lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran dengan tidak menggunakan media gambar.
Apabila t hitung > dari t tabel, maka hipotesis nol (Ho) ditolak.
Apabila t hitung < dari t tabel, maka hipotesis nol (Ho) diterima.
G. Langkah-langkah Penelitian 1. Metode penelitian Pada penelitian ini, yang digunakan adalah metode quasi experimental. Jenis eksperimen in hampir sama dengan true experimental, yakni terdapat dua kelompok yang diberika pretest untuk mengetahui keadaan awal, hanya saja
14
sampel tidak dipilih secara random. Quasi eksperimen hampir mirip dengan eksperimen sebenarnya, perbedaannya terletak pada penggunaan subjek. Pada quasi eksperimen sampel tidak dipiih secara random, melainkan dengan menggunakan kelompok yang telah ada. 2. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimental monequivalent control group design. Terdapat dua kelompok yakni kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang diberikan pretest untuk mengetahui keadaan awal dan sampel tidak dipilh secara random, melainkan dengan menggunakan kelompok yang telah ada. Setelah diberikan pretest, kelompok eksperimen akan diberikan perlakuan seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, yakni penggunaan media gambar pada mata pelajaran PAI. Berbeda dengan kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan oleh peneliti, dengan kata lain pembelajaran dilaksanakan secara biasa. Setelah proses pembelajaran pada kedua kelompok tersebut selesai sesuai dengan prosedur pembelajaran yang telah direncanakan maka dilaksanakan posttest yang bertjuan untuk mengukur efektifitas penggunaan media gambar pada mata pelajaran PAI debandingkan dengan efektifitas metode pembelajaran yang biasa dipergunakan. Untuk lebih jelasnya, desain penelitian digambarkan sebagai berikut: Desain Penelitian Kelompok Kelas Eksperimen (PBM dengan menggunakan media gambar) Kelas Kontrol (PBM tidak menggunakan media gambar)
Pretest
Variabel Bebas
Posttest
01
X
02
01
02
15
Keterangan: 01
: Pemberian soal test awal
02
: Pemberian soal test akhir
X
: Perlakuan (berupa penggunaan media gambar) 3. Populasi dan Sampel Penelitian a. Populasi Menurut Sugiyono (2011: 117) populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan
oleh
peneliti
untuk
dipelajari
dan
kemudian
ditarik
kesimpulannya. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMPN 1 Kertasari Bandung yang terdiri dari 8 kelas yang berjumlah 240 siswa. b. Sampel Penelitian Sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel atau mengangkat kesimpulan penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi populasi (Suharsimi Arikunto, 2006: 131) Penelitian ini tidak akan dilakukan terhadap seluruh jumlah populasi, karena mengacu kepada pendapat Suharsimi Arikunto (2006: 134) bahwa “apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya lebih dari 100 dapat diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih”.
16
Sampel yang di ambil peneliti adalah seluruh siswa VIIA dan VIIB SMPN 1 Kertasari Bandung, yang masing-masing berjumlah 30 orang. 4. Teknik Pengumpul Data Dalam melengkapi penelitian ini peneliti menggunakan pengumpulan data sebagai berikut: a. Observasi Bertujuan untuk memperoleh data tentang keadaan lingkungan sekolah serta proses belajar mengajar PAI di kelas. b. Tes Arikunto (2006: 150) mengungkapkan bahwa tes adalah merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tulis yang terdiri dari 30 butir soal objektif berbentuk pilihan ganda dengan empat alternatif jawaban. Pertanyaan yang diberikan tidak terlepas dari materi yang telah diberikan sebelumnya. Tes diberikan sebanyak dua kali, yaitu pretest dan posttest. Tes tersebut dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan dengan menggunakan media gambar terhadap kelas eksperimen dan tanpa media gambar pada kelas kontrol. Pretest digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol mengenai penguasaan materi sebelum dilakukan pembelajaran dengan menggunakan media gambar dan untuk kelas kontrol tidak menggunakan media gambar. Adapun posttest dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa tentang
17
penguasaan materi setelah pembelajaran menggunakan media gambar pada kelas eksperimen dan tidak menggunakan media gambar pada kelas kontrol. Selain itu digunakan pula instrumen pembelajaran, yaitu berupa RPP dengan menggunakan media gambar yang dijadikan acuan peneliti dalam proses belajar 5. Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini digunakan instrumen penelitian berupa tes tertulis. Instrumen harus mengukur/ menilai secara objektif, ini berarti bahwa nilai atau pemberian informasi oleh individu tidak dipengaruhi oleh orang yang menilai. Penggunaan instrumen jenis tes yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah tes objektif berbentuk soal pilihan ganda (multiple choice) dengan 4 pilihan yaitu a, b, c dan d sebanyak 30 soal. Bila soal dijawab dengan benar maka akan diberi skor 1 (satu) per butir soal, dan akkan diberikan skor 0 (nol) untuk jawaban salah. Tes dilakukan dua kali yaitu sebelum proses belajar mengajar dilakukan (pretest) dan setelah proses belajar mengajar dilakukan (posttest). Tabel 1.1 Format Penyusunan dan Penskoran Tes Soal
Jawaban Siswa
Skor
Butir Soal Per
Pilihan Jawaban
Benar
1
Nomor
(A, B, C, D)
Salah
0
18
Langkah-langkah dalam penyusunan instrumen yaitu sebagai berikut: 1) Membuat kisi-kisi soal Kisi-kisi atau sering disebut juga sebagai tabel spesifikasi tes, pada umumnya ditampilkan dalam bentuk matriks dengan menunjukkan proporsi aspek yang diukur dan jumlah butir soal, dengan membentuk satu perangkat tes. 2) Menyusun soal-soal Soal disusun berdasarkan kisi-kisi soal yang telah ditetapkan. 6. Teknik Pengolahan Data Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data maka langkah berikutnya adalah mengolah data atau menganalisis data yang meliputi persiapan, tabulasi dan penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian. Karena data yang diperoleh dari hasil penelitian merupakan data mentah yang belum memiliki makna yang berarti maka agar lebih bermakna dan dapat memberikan gambaran nyata mengenai permasalahan yang diteliti, data tersebut harus diolah terlebih dahulu, sehingga dapat memberikan arah untuk pengkajian lebih lanjut. Karena data dalam penelitian ini berupa data kuantitatif, maka cara pengolahannya dilakukan dengan teknik statistik. a. Perangkat Tes ( pretest, posttest dan gain) Peningkatan (gain) didapat dari selisih nilai posttest dan nilai pretest. Analisis gain bertujuan untuk menjawab hipotesis penelitian yaitu melihat apakah terdapat pengaruh signifikan dari penggunaan media gambar pada mata pelajaran PAI.
19
Setelah data skor pretest dan posttest diperoleh, kemudian dilakukan uji statistik terhadap skor pretest dan posttest dan indeks gain ternormalisasi dengan rumus: Indeks Gain (g) =
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡−𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙−𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡
x 100%
Tingkat perolehan gain skor ternormalisasi dikategorikan ke dalam tiga kategori, yaitu: g- tinggi
: dengan g > 0,7
g- sedang
: dengan 0,7 > g > 0,3
g- rendah
: dengan g < 0,3
b. Uji Normalitas Data Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah data yang diuji itu berdistribusi normal atau tidak dengan menggunakan uji distribusi chi kuadrat. Adapun langkah-langkah pengolahan datanya sebagai berikut: 1) Menentukan rentang skor (r) r=H–L+1 2) Menentukan banyak kelas interval (k) k = 1 + 3,3, log n
(Subana, 2005: 39)
3) Menentukan panjang kelas interval P=
𝑟 𝑘
(Subana, 2005: 40)
4) Membuat tabel distribusi frekuensi 5) Menghitung Mean (rata-rata X) 𝑋̅ =
∑𝑓𝑖𝑥𝑖 ∑𝑓𝑖
(Subana, 2005: 65)
20
Keterangan: M
: mean (rata-rata)
Fi
: frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas Xi
Xi
: tanda kelas interval atau nilai tengah dari kelas interval
6) Menentukan simpangan baku SD = √
𝑛∑𝑓𝑖χ𝑖 2 − (∑𝑓𝑖 χ𝑖)² 𝑛 (𝑛−1)
Keterangan:
S
= simpangan baku (standar deviasi)
𝑋̅
= mean (rata-rata)
Fi
= frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas Xi
Xi
= tanda kelas interval atau nilai tengah dari kelas interval
n
= jumlah responden
7) menghitung harga baku (Z) Z=
(𝐵𝐾−𝑋)
(Subana, 2005: 97)
𝑆𝐷
Keterangan:
Z
= harga baku
BK
= batas kelas
𝑋̅
= mean (rata-rata)
S
= standar deviasi
8) menghitung luas interval (Li) Li = L1 – L2
(Subana, 2005: 125)
Keterangan: L1 = nilai peluang baris atas L2 = nilai peluang baris bawah
21
9) menghitung frekuensi ekspetasi/ harapan (ei) ei = Li . ∑fi
(Subana, 2005: 125)
10) menghitung chi- kuadrat (χ²)
χ² =
(𝑂𝑖 .𝐸𝑖)² 𝐸𝑖
keterangan: χ² = chi kuadrat hitung ei = frekuensi ekspetasi/ harapan fi = frekuensi data yang sesuai dengan tanda kelas xt Hasil perhitungan χ²
hitung
selanjutnya dibandingkan dengan χ²
tabel
dengan
ketentuan sebagai berikut: a) tingkat kepercayaan 5% b) derajat kebebasan (dk = k – 3) c) apabila χ² hitung < χ² tabel berarti data berdistribusi normal c. Uji Homogenitas Data Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui varians populasi, apakah populasi mempunyai varians yang sama atau berbeda dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Mencari nilai F F=
𝜈𝑏 𝜈𝑘
Keterangan: νb = Varians besar νk = Varians kecil
22
2) Menentukan derajat kebebasan db1 = n1 – 1 db2 = n2 -1 keterangan: db1 = derajat kebebasan pembilang db2 = derajat kebebasan penyebut n1 = ukuran sampel yang variansnya besar n2 = ukuran sampel yang variansnya kecil 3) Menentukan nilai F dari daftar 4) Penentuan homogenitas a) Jika Fhitung < Ftabel maka kedua varians tersebut homogen b) Jika Fhitung ≥ Ftabel maka kedua varians tersebut tidak homogen d. Uji t Pengujian ini dilakukan terhadap nilai rata-rata pada tes awal (pretest), tes akhir (posttest) dan gain, dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Adapun langkah-langkah pengujian rumus Uji t adalah: 1) Mencari standar deviasi gabungan denga rumus: Sgabungan = √
(𝑛−1)(𝑆₁)²+ (𝑛−1)(𝑆₂)² 𝑛₁+𝑛₂−2
2) Mencari nilai t, dengan rumus: t=
̅̅̅̅– 𝜒₂ ̅̅̅ 𝜒₁ 1
1
𝑆𝑔𝑎𝑏√𝑛₁+ 𝑛₂
23
keterangan: 𝜒₁ ̅̅̅̅ = nilai rata-rata kelas eksperimen ̅̅̅̅ = nilai rata-rata kelas kontrol 𝜒₂ S
= simpangan baku (standar deviasi)
n1 = jumlah responden kelompok eksperimen n2 = jumlah responden kelompok kontrol 3) Menentukan derajat kebebasan dk = n1 + n2 - 2 4) Menentukan nilai t dari tabel statistik. Setelah melakukan perhitungan uji t, maka selanjutnya dibandingkan dengan nilai t tabel dengan penarikan kesimpulan sebagai berikut: Jika: thitung > ttabel Ho ditolak thitung ≤ ttabel Ho diterima