BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mengungkapkan gagasan dengan tepat dan jelas diperlukan diksi atau pemilihan kata yang tepat guna menciptakan saling kesepahaman antar penutur. Oleh karena itu, sebelum membuat kalimat diperlukan pemahaman makna yang memadai pada setiap kata yang akan dipakai. Dengan memahami makna, komunikasi baik lisan maupun tertulis akan menjadi lebih jelas dan akan mengurangi kerancuan dalam bertutur. Terlebih lagi dalam bertutur menggunakan bahasa asing seperti bahasa Inggris, mengingat bahasa Inggris dianggap sebagai bahasa global yang banyak dipelajari di berbagai negara. Menurut Crystal (2003) bahasa Inggris sekarang menjadi bahasa yang paling banyak dipelajari sebagai bahasa asing. Lebih dari 100 negara mempelajarinya seperti (Cina, Rusia, Jerman, Spanyol, Mesir, Brazil) dan sering dijadikan mata pelajaran wajib bahkan menggantikan mata pelajaran bahasa setempat. Oleh karena itu, tidak dipungkiri jika kita pergi ke berbagai tempat akan ada banyak negara yang menggunakan papan petunjuk yang ditulis dalam dua bahasa yakni bahasa Inggris dan bahasa resmi daerah setempat. Di Indonesia sendiri, bahasa Inggris dipakai untuk berbagai kepentingan namun tidak menjadikannya sebagai bahasa dominan dalam komunikasi sehari-hari. Meskipun demikian, negara Indonesia juga banyak mencantumkan petunjuk pemakaian produk dengan menggunakan dua bahasa yakni bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Menurut APEC pada situs hrd.apec.org bahasa
1
2
Inggris adalah bahasa utama dalam diplomasi internasional, bisnis dan perdagangan, teknologi dan ilmu pengetahuan alam dan industri pariwisata. Dengan mencantumkan bahasa Inggris, informasi dapat diakses oleh kalangan pembaca yang lebih luas. Adapun contoh petunjuk yang menggunakan dua bahasa dapat dilihat dalam petunjuk yang tertera dalam kemasan produk pembersih berikut ini. (1) Milk Cleanser for taking care oily skin, contains cucumber Extract that helps to reduce excess oil. Cleanses dirt, oil, and make-up residu maximally. (susu pembersih untuk merawat kulit berminyak mengandung Ekstrak ketimun yang membantu mengurangi minyak berlebih. Membersihkan wajah serta leher dari kotoran, minyak, dan sisa make up dengan maksimal). (Sumber: Milk Cleanser Cucumber Viva Cosmetic) (2) Apply onto face, massage gently and rinse perlahan dan bersihkan). (Sumber: Sari Ayu)
(usapkan pada wajah, urut
Dari contoh di atas, terlihat ada beberapa perusahaan yang memilih untuk memberi petunjuk dengan menggunakan dua bahasa pada kemasan produknya. Yang menjadi perhatian peneliti dari contoh tersebut adalah adanya dua kata dalam bahasa Inggris yakni cleanse dan rinse yang sama-sama dimaknakan membersihkan dalam bahasa Indonesia. Meskipun dua kata tersebut dapat dipakai guna merujuk makna membersihkan bukan berarti kedua kata tersebut memiliki makna yang sama persis atau saling menggantikan. Hal ini dibuktikan pada perbedaan pemakaian dalam kalimat. Kata cleanse dipakai dengan menggunakan sabun (saat pemakaian produk) sedangkan rinse merupakan pembersihan akhir setelah dilakukan pencucian. Dengan demikian, keduanya memiliki perbedaan tertentu jika dipakai dalam kalimat meskipun keduanya merujuk makna yang sama yakni membersihkan.
3
Selain kata cleanse dan rinse, masih terdapat banyak kata lain yang mengandung makna membersihkan dalam bahasa Inggris. Hal ini penting diketahui, agar masyarakat mengetahui aktivitas membersihkan apa saja yang ada dalam bahasa Inggris beserta deskripsinya. Sehingga, jika kata tersebut tertera pada papan petunjuk pemakaian produk, masyarakat dapat memahaminya dengan baik. Mengingat petunjuk adalah hal yang sangat penting agar mengetahui tata cara, kontra indikasi yang mungkin timbul, waktu pemakaian dan lain sebagainya. Seperti contoh di atas, dua kata yakni rinse dan cleanse sama-sama didefinisikan membersihkan. Hal ini mungkin tidak menimbulkan masalah berarti, namun jika ini terjadi pada kata yang mengandung aktivitas membersihkan lain yang mungkin membahayakan kerancuan ini akan menimbulkan masalah yang cukup signifikan. Dengan pertimbangan tersebut, peneliti mencoba menginventarisir beberapa kata lain yang bermakna aktivitas membersihkan dalam bahasa Inggris seperti wash, launder, scrub, scour.
Jika melihat maknanya dalam kamus
dwibahasa (Inggris-Indonesia) (1998) yang disusun oleh John M. Echols dan Hasan Sadily definisi butir leksikal tersebut adalah sebagai berikut. (3) Scour ‘menggosok’ (4) Scrub ’menggosok’ (5) Wash ‘mencuci’ (6) Launder ‘mencuci’ Dari keempat contoh di atas, ditemukan adanya kesamaan definisi yakni scour dan scrub serta wash dan launder. Hal ini berarti leksem scour dan scrub ataupun wash dan launder dapat saling menggantikan satu dengan yang lainnya. Akan tetapi kamus tersebut tidak memberikan informasi yang memadai untuk
4
menjelaskan mengapa leksem-leksem tersebut memiliki kesamaan definisi antara satu dengan yang lainnya. Jika merujuk pada Oxford Dictionary Advanced Learner’s Eight Edition (2010) definisi dari masing-masing leksem tersebut adalah sebagai berikut. wash: to make something or somebody clean using water and usually soap ‘membuat sesuatu atau seseorang menjadi bersih dengan menggunakan air dan biasanya menggunakan sabun’ (8) launder: to wash, dry and iron clothes ‘mencuci, mengeringkan dan menyetrika baju. (9) scour: to clean something by rubbing its surface hard with rough material ‘membersihkan sesuatu dengan cara menggosok permukaannya dengan keras dengan menggunakan material kasar’ (10) scub: to clean something by rubbing it hard, perhaps with a brush and usually with soap and water ‘membersihkan sesuatu dengan menggosok dengan keras, mungkin menggunakan sikat dan biasanya menggunakan sabun dan air’
(7)
Berdararkan definisi dari Oxford di atas, ternyata masing-masing leksem yakni wash dan launder serta scour dan scrub memiliki perbedaan. Wash dan launder memiliki perbedaan pada objek sasaran yakni wash dilakukan untuk benda tak hidup dan hidup sedangkan launder digunakan pada benda tak hidup lebih spesifik berupa baju. Sementara leksem scour dan scrub memiliki perbedaan pada alat yang digunakan yakni scour menggunakan alat berpermukaan kasar sedangkan scrub menggunakan sabun dan air bahkan sikat. Dengan demikian, definisi yang diberikan pada kamus Inggris-Indonesia Echols dan Sadily (1998) masih kurang lengkap. Setiap bahasa mengandung banyak butir leksikal tidak terkecuali bahasa Inggris. Kamuslah yang berfungsi untuk mendaftar butir-butir tersebut dan memberikan informasi atau deskripsi yang diperlukan. Untuk mempermudah
5
pemahaman makna, hendaknya kamus dilengkapi pendeskripsian makna yang informatif, tepat dan akurat terutama kata pada bahasa asing seperti bahasa Inggris bagi penutur yang berbahasa Indonesia. Hal ini sejalan dengan pemikiran Leech (1974: 247) yang menyatakan bahwa wujud informasi yang diberikan mengenai satu butir dapat disebut entri leksikal dan barangkali memang benar bahwa bagian yang paling penting adalah entri leksikal, sejauh yang menjadi perhatian pemakaian kamus sehari-hari adalah bagian semantik darinya yaitu definisi. Pendefinisian yang belum optimal dalam kamus terhadap leksem yang mengandung makna aktivitas membersihkan cleaning dalam bahasa Inggris selanjutnya akan menjadi konsentrasi utama dalam penelitian ini dengan menggunakan analisis komponen makna. Analisis komponen makna merupakan suatu analisis yang bertujuan untuk menemukan dan menguraikan komponen semantik dari sebuah kata sehingga dapat diketahui perbedaan antara satu kata dengan kata yang lain (Nida, 1975:229). Sebagai contoh analisis komponen makna yang dilakukan pada leksem scour dan scrub berikut ini.
Komponen Diagnostik Sasaran No
1 2
Cara
Leksem
scrub scour
Benda Hidup
Tak Hidup
+
-
Menggeraka n alat dua arah + +
Keadaan Kotoran Mencuci -
Melekat sangat Kuat +
Alat Bantu
Melekat Kuat
air
permukaan kasar
Sabun
sikat
+ -
+ -
+
+ -
±
Tabel 1 Komponen Makna Berdasarkan hasil analisis komponen makna pada contoh tabel di atas, dapat diperoleh deskripsi yang lebih rinci pada masing-masing leksem, yakni:
-
6
(5) scrub: aktivitas membersihkan yang dengan cara menggerakan alat dua arah yang dilakukan pada benda hidup maupun benda tak hidup dengan menggunakan air dan sabun serta mungkin menggunakan sikat. (6) scour: aktivitas membersihkan kotoran yang melekat kuat pada benda mati dengan cara menggerakan alat dua arah dengan menggunakan benda berpermukaan kasar. Dari contoh di atas, terlihat bahwa komponen diagnostik yang ditemukan pada analisis komponen makna dapat membantu mengetahui ciri-ciri khusus dari masing-masing leksem. Kedua leksem tersebut memang memiliki kesamaan dari sudut pandang cara yakni menngerakkan alat dua arah akan tetapi jika dilihat dari sudut pandang alat bantu, objek sasaran, dan keadaan kotoran kedua leksem tersebut menunjukan perbedaan. Dengan demikian, adanya analisis komponen makna diharapkan dapat membantu penutur bahasa Indonesia yang belajar bahasa Inggris dalam memahami leksem yang bermakna membersihkan cleaning dalam bahasa Inggris yang lainnya dan sekaligus dapat menyempurnakan definisi pada kamus terutama kamus dwibahasa Inggris-Indonesia. Masing-masing leksem bermakna aktivitas membersihkan cleaning ternyata memiliki banyak variasi makna sehingga penelitian ini tidak hanya berhenti pada pengamatan banyaknya kosa kata dan perbedaan dan persamaan satu dengan yang lainnya. Selain untuk membedakan leksem yang berdekatan maknanya, komponen makna yang dimiliki juga dapat menuntun pada analisis makna lain yang terkandung pada masing-masing leksem. Seperti misalnya yang terjadi dalam kalimat berikut ini:
7
(11) When he moved to Alaska, he'd needed to cleanse himself of the dirty feeling of defending clients he knew damn well were guilty ‘Ketika dia pindah ke Alaska, dia telah membersihkan dirinya dari perasaan bersalah karena telah membela klien yang dia tahu persis sebenarnya bersalah’ (12) I have given the floor a good scrub ‘Saya telah memberi gosokan yang baik terhadap lantai itu’ Dari kalimat di atas terlihat bahwa cleanse dapat digunakan untuk membersihkan perasaan bersalah. Leksem cleanse yang semula bermakna to clean your skin or a wound ‘membersihkan kulit dan luka’ yakni membersihkan hal-hal yang memang nyata dapat dibersihkan mengalami penyimpangan yakni digunakan untuk membersihkan perasaan bersalah. Leksem cleanse dalam kalimat ini memiliki makna lain yang dikelompokan pada makna figuratif. Berbeda halnya yang terjadi pada leksem scrub terjadi perubahan dari bentuk verba to clean something by rubbing it hard, perhaps with a brush and usually with soap and water (membersihkan sesuatu dengan menggosok dengan keras, mungkin menggunakan sikat dan biasanya menggunakan sabun dan air) menjadi bentuk nomina yakni an act of scrubbing something (sebuah tindakan menggosok sesuatu). Dengan demikian makna lain dari leksem scrub mengalami perubahan derivasi. Dari fakta tersebut, terlihat bahwa ada kemungkinan terdapatnya hubungan antarmakna dari leksem yang mengandung makna membersihkan cleaning pada bahasa Inggris. Untuk membuktikan hal tersebut perlu dilakukan penelitian ini. Selain yang telah dipaparkan tersebut, sejauh yang penulis ketahui leksem yang mengandung makna aktivitas membersihkan cleaning di dalam bahasa Inggris belum pernah menjadi objek penelitian. Dengan demikian, leksem
8
yang mengandung makna aktivitas membersihkan cleaning dalam bahasa Inggris dapat dikembangkan menjadi landasan pada rumusan masalah penelitian ini. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan fenomena yang telah dijelaskan pada bagian latar belakang, terdapat tiga rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apa sajakah leksem yang mengandung makna aktivitas membersihkan ‘cleaning’ dalam bahasa Inggris? 2. Bagaimanakah komponen sematis pada leksem yang mengandung makna aktivitas membersihkan ‘cleaning’ dalam bahasa Inggris? 3. Bagaimanakah hubungan antarmakna pada tiap leksem yang mengandung makna aktivitas membersihkan ‘cleaning’ dalam bahasa Inggris? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Menyebutkan leksem yang mengandung makna aktivitas membersihkan ‘cleaning’ dalam bahasa Inggris. 2. Mendeskripsikan komponen semantis pada leksem yang mengandung makna aktivitas membersihkan ‘cleaning’ dalam bahasa Inggris. 3. Mendeskripsikan
hubungan
antarmakna
pada
tiap
leksem
yang
mengandung makna aktivitas membersihkan ‘cleaning’ dalam bahasa Inggris.
9
1.4 Ruang Lingkup Penelitian Pengertian leksem aktivitas membersihkan dibatasi pada pengertian clean ‘membersihkan’ dalam bahasa Inggris seperti yang dijabarkan dalam kamus serta ada beberapa catatan khusus demi kesesuaian dengan penelitian ini. Dalam kamus Inggris-Indonesia (1998) yang disusun oleh John M. Echols dan Hasan Sadily, kata clean
merupakan kata kerja transitif yang bermakna ‘membersihkan’.
Sementara menurut Oxford Dictionary New Eighth Edition (2010), kata clean yang berposisi sebagai kata kerja didefinisikan sebagai berikut. Clean /kli:n/ verb ‘kata kerja’ to make something free from dirt or dust by washing or rubbing it ‘membuat sesuatu terbebas dari kotoran, debu dengan cara mencuci atau menggosok’ to become clean ‘membuat menjadi bersih’ to remove the inside parts of a fish, chicken, etc. before you cook it ‘membuang bagian dalam dari ikan, ayam, dan lain sebagainya sebelum memasaknya’ Dengan melihat definisi di atas, peneliti berpedoman pada definisi pertama dan kedua yakni sebuah aktivitas atau tindakan menghilangkan kotoran hingga bersih. Adapun yang dimaksud dengan kotoran ‘dirt’ menurut Oxford Dictionary New Eighth Edition (2010) adalah sebagai berikut.
10
noun ‘kata benda’ any substance that make something dirty for example dust, soil, mud ‘benda atau bahan yang membuat sesuatu menjadi kotor contohnya debu, tanah, lumpur’ loose earth or soil ‘bebas dari tanah’ unpleasant or harmful information about somebody that could be used to damage their reputation, career and etc. ‘informasi yang kurang menyenangkan atau berbahaya tentang seseorang yang dapat digunakan untuk merusak reputasi ataupun karir’
Dari definisi di atas, peneliti berpedoman pada definisi pertama yakni kotoran itu adalah terdapatnya benda-benda yang membuat menjadi kotor pada suatu benda seperti tanah, lumpur dan debu. Hal ini berarti dengan aktivitas menghilangkan kotoran sebuah benda menjadi bersih ‘clean’. Sedangkan yang dimaksud dengan clean ‘bersih’ menurut Oxford Dictionary New Eighth Edition (2010) adalah sebagai berikut. adjective ‘kata sifat’ not dirty ‘tidak kotor’ having a clean appearance and clean surroundings ‘memiliki rupa yang bersih dan lingkungan yang bersih’ free from harmful or unpleasant substances ‘bebas dari zat yang berbahaya dan tidak diinginkan’ with nothing written on it ‘tidak ada tulisan di atasnya’ not offensive or referring to sex ‘tidak menghina atau tidak merujuk pada seks’
11
not doing anything that is considered immoral or bad ‘tidak melakukan apapun yang dianggap tidak bermoral atau buruk’ not showing or having any record of doing something that is againts the law ‘tidak menunjukan atau memiliki catatan melawan hukum’ not owning or carriying anything illegal such as drugs or weapons ‘tidak memiliki atau membewa apapun secara ilegal seperti obat-obatan terlarang ataupun senjata’ played or done in a fair way and within the rules ‘bermain atau bertindak secara adil dan didalam aturan’ having smooth edge, surface, or shape; simple and reguler; ‘memiliki pinggiran, permukaan atau bentu yang halus, simpel dan teratur’ done in skilful and acurate way; ‘melakukan dengan terampil dan cara yang akurat’ tasting, smelling, or looking pleasant and fresh ‘berasa, bau ataupun terlihat menyenangkan dan segar’
Berdasarkan definisi di atas, peneliti berpedoman pada definisi yang menyatakan bahwa bersih berarti memiliki rupa menyenangkan dan segar, dan terbebas dari benda-benda berbahaya. Adapun yang dimaksud dengan berbahaya menurut Oxford Advanced Learner’s Dictionary Eight Edition (2010) adalah causing damage or injury to somebody or someone, especially to a person’s health or to the environment ‘menyebabkan kerugian pada seseorang atau sesuatu khususnya pada kesehatan seseorang atau lingkungan’. Dengan demikian, berbahaya adalah terdapatnya benda-benda yang mengganggu kesehatan benda yang dilekatinya ataupun pengguna benda tersebut.
12
Berdasarkan definisi dari kamus yang telah dipaparkan di atas, peneliti membatasi makna membersihkan dalam penelitian yakni aktivitas menghilangkan atau meniadakan kotoran. Kotoran yang dimaksud adalah benda yang tidak dikehendaki karena menyebabkan benda lain menjadi berbahaya atau memiliki rupa yang tidak menyenangkan seperti kusam, tidak cerah, ataupun tidak segar. Untuk dapat memperjelas dari definisi tentang membersihkan di atas dapat dilihat dalam bagan berikut ini.
Benda
Kotoran
Benda
Kotoran
Aktifitas Membersihkan
Benda
Kotoran
Benda
Bagan 1 Aktivitas Membersihkan
Dihilangkan/ditiadakan n
13
1.5 Manfaat Penelitian Jawaban atas masalah-masalah yang telah dirumuskan di muka, diharapkan dapat memberikan manfaat baik manfaat teoritis maupun praktis. 1.5.1 Manfaat Teoritis Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah berkontribusi pada kajian bidang semantik. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan penjelasan dan pendeskripsian secara mendalam mengenai komponen semantis pada leksem yang bermakna aktivitas membersihkan. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan deskripsi mengenai makna lain dari masing-masing leksem yang mengandung makna membersihkan cleaning dalam bahasa Inggris. 1.5.2 Manfaat Praktis Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah untuk penyempurnaan kamus. Dengan adanya analisis komponen makna pada leksem yang bermakna aktivitas membersihkan ini akan diketahui ciri-ciri khusus dari masing-masing leksem. Sehingga pendefinisian masing-masing leksem akan lebih rinci. Dengan adanya penelitian ini akan terungkap leksem di dalam bahasa Inggris yang dapat dijadikan referensi dalam memilih leksem yang tepat untuk mengungkapkan aktivitas membersihkan. Manfaat selanjutnya adalah bagi pengajaran bahasa. Pemahaman dan penguasaan terhadap suatu kata dapat meningkatkan kemampuan memilih butir kata secara tepat dan sesuai dengan konteks. Pemilihan butir kata tersebut dapat
14
membantu meningkatkan serta memperluas pengetahuan anak didik dalam belajar terutama pembelajar bahasa Inggris di Indonesia. 1.6 Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai komponen makna telah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Penelitian-penelitian tersebut kebanyakan berkaitan dengan menganalisis hubungan antara satu leksem dengan leksem yang lain melalui analisis komponen makna. Hubungan itu dapat berupa perbedaan maupun persamaan pada sebuah leksem atau satuan lingual yang didasarkan pada komponen semantis. Sebagai contoh pengkajian semantik yang dilakukan oleh Pujiastuti (2001) dengan judul ‘Leksem-leksem yang Mengandung Makna Membawa dalam Bahasa Indonesia’. Hasil dari penelitian ini menemukan relasi semantis dan komponen makna dari aktivitas membawa dalam bahasa Indonesia. Metode yang digunakan untuk mengetahui relasi semantis yang terdapat dalam aktivitas membawa dalam bahasa Indonesia adalah metode agih dengan teknik perluasan, subtitusi, dan ‘but-test’. Makna leksem yang diidentifikasikan dengan cara membandingkannya dengan leksem-leksem lain yang mempunyai makna berdekatan atau bertentangan dalam satu medan. Ternyata relasi sematis inklusi dan relasi pertentangan mempunyai hubungan yang berkaitan pula. Makna pertentangan yang terdapat di dalam hiperoniminya ternyata bermakna ‘penyangkalan terhadap semua hiponimnya. Makna pertentangan suatu hiponim tidak selalu berarti penyangkalan terhadap semua hiperoniminya. Makna pertentangan memiliki dua alternatif (1) penyangkalan makna hiperoniminya dan (2) pembenaran makna hiperoniminya tetapi penyangkalan terhadap hiponim
15
disebutkannya.
menunjukan bahwa, ada dua jenis komponen makna yang
terdapat di dalam leksem-leksem yang mengandung makna ‘Membawa’, yaitu komponen umum dan komponen diagnostik. Di dalam penelitian ini ditemukan dua komponen makna yang selanjutnya akan disebut dengan komponen penaut dan komponen unik. Komponen penaut adalah komponen yang melintasi leksemleksem dengan kandungan makna yang bermuatan (+) dan yang lain bermuatan (). Komponen ini yang menjadi penyebab suatu leksem mempunyai hubungan pertentangan dengan leksem tertentu. Sedangkan komponen unik adalah komponen yang menentukan identitas (leksem-) leksem tetapi tidak berkaitan dengan leksem lainnya yang berada dalam satu medan. Penelitian ini memiliki kesamaan dari segi pengkajian berupa verba dengan menggunakan analisis komponen makna. Adapun perbedaannya terletak pada objek penelitian. Pada penelitian tersebut mengambil tema verba membawa sedangkan dalam penelitian ini mengambil tema membersihkan dalam bahasa Inggris. Contoh lain mengenai analisis komponen makna adalah penelitian yang dilakukan oleh Hamza Pansuri (2007) yang berjudul “Satuan lingual Verba Bermakna Menyakiti dengan Tangan dalam Bahasa Indonesia”. Penelitian ini kurang lebih membahas bentuk-bentuk verba menyakiti dengan menggunakan tangan dalam bahasa Indonesia, leksem verba yang mengandung komponen makna menyakiti dengan menggunakan tangan, dan fitur pembeda antarleksem tersebut. Dari analisis data ditemukan 35 verba bermakna menyakiti dengan tangan dalam bahasa Indonesia. Verba tersebut membentuk sembilan komponen makna. Masing-masing komponen makna membentuk komponen makna bersama
16
dan komponen makna khusus. Analisis yang telah dilakukan oleh Pansuri (2007) tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Penelitian ini memiliki kesamaan dalam pengkajian verba dengan menggunakan analisis komponen makna. Perbedaan dengan tesis ini adalah dari segi bahasa dan topik. Pada penelitian ini peneliti mengambil leksem membersihkan dalam bahasa Inggris. Sehubungan dengan penelitian makna dan verba dalam bahasa Inggris telah dilakukan oleh Pujiastuti (2014) berjudul ‘Leksem Verba Memukul dalam Bahasa Inggris’. Penelitian ini mengkaji leksem-leksem yang mendeskripsikan tindakan memukul, makna-makna yang dihasilkan oleh leksem tersebut ketika digunakan di dalam kalimat, dan perubahan makna leksem-leksem yang mendeskripsikan tindakan memukul dalam bahasa Inggris. Leksem-leksem tersebut membentuk delapan fitur semantik. Penggunaan leksem tindakan memukul di dalam kalimat menghasilkan makna baru yang berhubungan dengan fitur semantik dominan yang terdapat pada suatu leksem. Adapun hubungan makna yang terbentuk dari makna-makna yang terdapat dalam leksem tindakan memukul yaitu proses derivasi, penggunaan secara figuratif, dan pengelompokan makna sampingan. Penelitian tersebut memiliki pengkajian yang sama yakni berkaitan dengan hubungan antarmakna atau pembentukan makna baru pada sebuah leksem. Akan tetapi, penelitian ini memiliki perbedaan dalam hal objek penelitian. Penelitian tersebut mengkaji aktivitas memukul dalam bahasa Inggris tetapi penelitian ini mengkaji aktivitas membersihkan dalam bahasa Inggris.
17
Pengkajian tentang penggunaan komponen semantis guna melihat makna lain selain makna utama dilakukan oleh Setiawan (2014) yang berjudul ‘Ciri Semantik Pembeda Satuan Lingual yang Mengandung Makna dalam Bahasa Inggris’. Penelitian ini membahas fitur semantik pembeda satuan lingual yang bermakna cooking
atau aktivitas memasak dalam bahasa Inggris. Hasil dari
penelitian ini ditemukan sekurang-kurangnya dua puluh sembilan satuan lingual yang merupakan hiponim dari cooking. Dari beragamnya satuan lingual yang ditemukan, mereka diklasifikasikan menjadi tiga kelompok besar yaitu aktivitas memasak dengan konveksi air, aktivitas memasak dengan konveski dan konduksi minyak, dan aktivitas memasak dengan panas kering. Penelitian ini juga menganalisis mengenai polisemi makna dari satuan lingual aktivitas memasak dalam bahasa Inggris. Dari hasil analisis ditemukan bahwa satuan lingual yang berbentuk frasa, kata pinjaman, dan kata bentukan dari perkembangan nomina lebih sedikit memiliki keragaman makna (polisemi) dibandingkan dengan bentuk satuan lingual yang berupa satu kata dan menduduki fungsi awal. Penelitian tersebut memiliki kesamaan dengan penelitian ini dalam hal bahasa. Akan tetapi perbedaan dalam topik yang dikaji. Topik dalam penelitian tersebut merupakan verba memasak ‘cooking’ sedangkan dalam penelitian ini mengambil topik membersihkan ‘cleaning’. Dari penelitian-penelitian tersebut membuktikan bahwa sejumlah leksem dapat mengandung makna umum dan makna khusus. Dari makna umum dan makna khusus tersebut dapat dicari perbedaan dan persamaan antar leksem yang memiliki hubungan makna. Dari hasil analisis komponen semantik dapat
18
dijadikan acuan dalam meneliti hubungan antarmakna yang terkandung dalam setiap leksem. Hal ini juga yang akan dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini. Sejauh pengamatan yang telah dilakukan belum ada penelitian analisis komponen makna yang mengkaji aktivitas membersihkan dalam bahasa Inggris. Oleh karena itu, penelitian ini penting dilakukan. 1.7 Landasan Teori Harimurti (2011: 15) menyatakan bahwa ada sebuah sistem semantik bahasa yang menggambarkan bagian dari bidang kebudayaan atau realitas dalam alam semesta tertentu dan direalisasikan oleh seperangkat unsur leksikal yang maknanya berhubungan yang disebut dengan medan makna. Misalnya yang terjadi pada leksem chair, stool, bench, hassock, kata-kata tersebut memiliki makna bersama yakni perabotan atau benda yang digunakan untuk duduk. Dengan kata lain medan makna adalah seperangkat leksem yang maknanya berelasi. Dalam setiap bahasa, seringkali ditemui adanya hubungan kemaknaan atau relasi semantik antara sebuah kata atau satuan bahasa lainnya dengan kata atau satuan bahasa laiinnya. Verhaar (2010:393) menyatakan bahwa relasi makna adalah sebuah hubungan kebermaknaan antara sebuah kata atau satuan bahasa lainnya dengan kata atau satuan bahasa lainnya. Hubungan atau relasi kemaknaan mungkin menyangkut kesamaan makna (sinonimi), kebalikan makna (antonimi), kegandaan makna (polisemi dan ambiguitas), ketercakupan makna (hiponimi), kelainan makna (homonimi), kelebihan makna (redudansi), dan sebagainya. Secara umum Suwandi (2008: 101) merangkum dari beberapa pernyataan linguis dunia dan menyimpulkan bahwa ada tujuh hubungan atau relasi kemaknaan
19
satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa yang lain. Tata hubungan tersebut adalah sebagai berikut. 1. Sinonimi Verhaar (2010:394) mendefinisikan sinonim sebagai ungkapan (bisa berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya kurang lebih sama dengan makna ungkapan lain. Misalnya kata buruk dan jelek adalah dua buah kata yang bersinonim. Hubungan makna antar dua kata bersifat dua arah. Jika jelek bersinonim dengan kata buruk maka buruk juga merupakan sinonim dengan kata buruk. Definisi yang diberikan tersebut menyatakan bahwa sinonim dikatakan maknanya kurang lebih sama. Ini berarti, dua buah kata yang bersinonim kesamaannya tidak seratus persen. Sementara Palmer (1981:88) mendefinisikan sinonimi sebagai bentuk relasi makna yang menunjukkan kemiripan makna antara satuan lingual yang satu dengan satuan lingual yang lain. Adapun Nida, (1975:16) menyebut sinonim dengan istilah overlaping, yaitu leksem-leksem memiliki makna yang overlap antara satu dengan yang lainnya misalnya posses/owe, answer/reply, give/bestow. 2. Antonimi atau Oposisi Verhaar (2010: 395) mendefinisikan antonimi adalah ungkapan bisa berupa kata, tetapi juga dapat pula berbentuk frase atau kalimat yang maknanya dianggap kebalikan dari makna ungkapan lain. Misalnya dengan kata bagus adalah berantonim dengan kata buruk; kata besar berantonim dengan kata kecil; dan kata membeli berantonim dengan kata menjual. Antonim disebut juga dengan
20
istilah lawan kata, lawan makna atau oposisi. Dalam Suwandi (2008:106), berdasarkan sifatnya, antonimi atau oposisi dapat dibedakan menjadi: a. Oposisi Mutlak Dalam Parker (1986:36), oposisi atau antonimi mutlak dikenal dengan binary antonyms. Terdapat perlawanan makna yang mutlak, misalnya antara alive ‘hidup’ dengan dead ‘mati’ terdapat batas yang mutlak, sebab sesuatu yang hidup pasti tidak mati, dan sesuatu yang mati pasti tidak hidup. b. Oposisi Kutub Oposisi kutub juga dikenal dengan gradable antonyms (Parker, 1986:36). Makna kata-kata yang termasuk oposisi kutub ini pertentanganya tidak bersifat mutlak, melainkan bersifat gradasi. Dapat diartikan bahwa oposisi kutub artinya terdapat tingkat-tingkat makna pada kata-kata tersebut, misalnya kata hot ‘panas’ dan cold ‘dingin’. kaya dan miskin, terdapat tingkatan pada kata tersebut misalnya warm ‘hangat’ dan cool ‘dingin’. Kata-kata yang berasoiasi kutub ini umumnya berasal dari kelas kata adjektif, misalnya far ‘jauh’ – near ‘dekat’, long ‘panjang’ short ‘pendek’, high ‘tinggi’ low ‘rendah’, dan sebagainya. c.
Oposisi Hubungan Makna kata-kata yang beroposisi hubungan (relasional) ini bersifat saling
melengkapi. Artinya kehadiran kata yang satu karena ada kata yang lain yang menjadi oposisinya. Tanpa kehadiran keduanya maka oposisi ini tidak ada, misalnya kata menjual beroposisi dengan membeli, suami dengan istri.
21
d. Oposisi Hirerarkial Makna kata yang beroposisi hirerarkrial ini menyatakan suatu deret jenjang atau tindakan. Oleh karena itu kata-kata yang beroposisi hierarkial ini adalah kata-kata yang berupa nama satuan ukuran (berat, panjang dan isi), nama satuan hitungan dan penanggalan, nama jenjang kepangkatan dan sebagainya, misalnya meter beroposisi dengan kilometer karena berada dalam satuan yang menyatakan panjang. e. Oposisi resiprokal Oposisi resiprokal adalah sejenis antonim yang mengandung pasangan yang berlawanan atau bertentangan dalam makna tetapi secara fungsional memiliki hubungan yang sangat erat dan hubungan itu berupa hubungan timbal balik, misalnya teaching ‘mengajar’ dan learning ‘belajar’, dan sending ‘mengirim’ dan receiving ‘menerima’. 3.
Homonimi, Homofoni, dan Homograf a. Homonimi Verhaar (2010:395) mendefinisikan homonimi sebagai hubungan
diantara dua kata (atau lebih) yang yang bentuknya sama dengan ungkapan lain tetapi maknanya berbeda, misalnya bisa yang bermakna racun ular dan bisa yang bermakna sanggup. b. Homofoni Homofoni berasal dari dua kata yaitu kata homo yang bermakna sama dan fon yang bermakna bunyi, jadi homofoni adalah kata-kata yang mempunyai bentuk yang berbeda, maknanya berbeda tetapi mempunyai bunyi yang sama,
22
misalnya kata bang dengan bank. Bank adalah lembaga yang mengurus lalu lintas uang, sedangkan bang berasal dari abang yang bermakna kakak laki-laki. Dalam bahasa Inggris dicontohkan read /ri:d/ ‘membaca’ dan reed /ri:d/ ‘buluh’. c. Homografi Homografi secara etimologi berasal dari kata homo yang bermakna sama dengan graf yang bermakna tulisan, jadi homografi adalah kata-kata mempunyai tulisan yang sama tetapi bunyi dan maknanya berbeda. Dalam bahasa Indonesia, contoh dari homografi adalah seperti, apel /apəl/ yang berarti buah, sedangkan apel /apεl/ yang berarti upacara. 4.
Polisemi Polisemi lazim diartikan sebagai satuan bahasa (terutama kata, bisa juga
frase) yang memiliki makna lebih dari satu. Menurut Palmer (1981: 100) polisemi adalah satu kata yang memiliki makna yang berbeda. Beberapa arti kata tersebut masih ada hubungannya misalnya kepala dalam bahasa Indonesia memiliki makna: Bagian tubuh dari leher ke atas, seperti terdapat pada manusia dan hewan Bagian dari suatu yang terletak disebelah atas atau depan dan merupakan hal yang penting atau terutama seperti pada kepala susu, kepala meja, kepala kereta api Bagian dari suatu yang berbentuk bulat seperti kepala, seperti pada kepala paku, dan kepala jarum, Pemimpin atau ketua seperti pada kepala sekolah, kepala kantor, dan kepala stasiun
23
Jiwa atau orang seperti pada kalimat setiap kepala menerima bantuan Rp. 5000,00 Akal budi seperti dalam kalimat badannya besar tapi kepalanya kosong Permasalahan yang berkenaan dengan polisemi ini adalah dalam cara membedakan dengan bentuk-bentuk yang disebut homonimi. Perbedaan yang jelas ialah bahwa homonimi bukanlah sebuah kata, melainkan dua buah kata atau lebih yang kebetulan bentuknya sama. Tentu saja homonimi itu bukan sebuah kata karena makna maknanya pun berbeda. Makna pada bentuk homonimi tidak ada kaitannya atau hubungannya sama sekali antara yang satu dengan yang lain. Sedangkan polisemi adalah sebuah kata yang memiliki makna lebih dari satu, makna kata pada polisemi masih ada hubungannya antara makna yang satu dengan yang lain karena memang dikembangkan dari komponen-komponen makna kata-kata tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba mengamati hubungan antarmakna tersebut. Pencarian hubungan antarmakna pada penelitian ini berpedoman pada teori (Nida, 1975:121) yang menyatakan bahwa hubungan antarmakna pada sebuah leksem dapat dibagi menjadi empat jenis yaitu derivasi, substitusi, penggunaan secara figuratif, dan pengelompokan makna sampingan (peripheral clustering). Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut. a. Proses Derivasi Perbedaan makna dalam sebuah leksem dapat terbentuk dari proses derivasi atau perubahan bentuk leksem tersebut. Hubungan makna yang terdapat pada leksem yang mengalami proses derivasi dapat dilihat dari hubungan antara fitur semantik dan makna baru leksem tersebut (Nida, 1975: 123). Misalnya yang
24
terjadi pada leksem student (berasal dari study), learner (berasal dari learn), gift (berasal dari give) dan lain sebagainya. Bentuk dari derivasi ini menggambarkan dua domain yakni domain dasar dan domain derivasi. Pada contoh leksem student, domain dasarnya adalah sebuah aktivitas dan domain derivasinya adalah sebuah kesatuan (biasanya personal). Sehingga pada dua domain tersebut dapat digambarkan “seseorang yang melakukan X” (yang mana X merupakan domain dasar). Demikian halnya pula yang terjadi pada leksem learner digambarkan dengan “seseorang yang melakukan X”. Sedangkan yang terjadi pada leksem gift hubungannya adalah terkena tindakan (that which is given). Proses derivasi juga dapat terjadi pada perubahan yang tidak formal. Misalnya yang terjadi pada leksem water dalam kalimat (i) they need some water dan (ii) to water the lawn. Makna leksem water pada kalimat (i) merupakan bagian dari makna leksem water pada kalimat (ii) karena makna leksem water pada kalimat (i) diambil dari salah satu fitur semantik leksem water pada kalimat (ii). Namun, kalimat (i) dan kalimat (ii) memiliki fitur semantik yang jauh berbeda, karena pada kalimat (i) leksem water mendeskripsikan objeknya dan kalimat (ii) mendeskripsikan peristiwa yang terjadi. Hubungan dari domain dasar dan domain derivasi merupakan hubungan yang sistematik. sebenarnya hubungan tersebut menunjukan sebuah sistem yang berupa instrumenst-action (to rake the lawn), affected-action (to fish), place-action (to tree a lion), agent-action (learner, governer), action-affected (a building,a gift).
25
b. Substitusi Substitusi merupakan penggantian satu fitur semantik utama dengan fitur semantik lainnya tanpa pergeseran pada fitur semantik utama (Nida, 1975:125). Nida (1975:126) menambahkan bahwa proses penggantian fitur semantik ini berbeda dari proses penambahan fitur semantik. Contohnya pada leksem hen (ayam betina) dan cock (ayam jantan). Leksem tersebut memiliki fitur semantik yang sama. Fitur semantik leksem tersebut hanya mengalami substitusi pada jenis kelamin. c. Penggunaan Secara Figuratif Penggunaan leksem di dalam kalimat dapat menghasilkan makna figuratif. Makna ini dapat dilihat dari fitur-fitur sematik yang terdapat pada makna sebuah leksem berbeda pada makna figuratif tersebut telah mengalami perluasan atau interpretasi fitur semantik (Nida, 1975:126). Misalnya yang terjadi pada kalimat that guy is a dog (lelaki itu adalah anjing). Makna ‘anjing’ pada kalimat tersebut bukan jenis hewan, tetapi maknanya berhubungan dengan sifat anjing yang hina. Makna hina ini berhubungan dengan fitur semantik hina, tidak berharga, dan tercela. d. Pengelompokan Makna Sampingan (peripheral clustering) Makna-makna di dalam sebuah leksem dapat berupa pengelompokan makna sampingan. Pengelompokan makna sampingan ini berkaitan dengan adanya fitur-fitur bersama yang dimiliki oleh makna-makna yang berbeda di dalam sebuah leksem (Nida, 1975: 129-130). Contohnya pada kalimat (i) Bill put
26
on his coat (Bill memakai jaketnya), (ii) the dog has a thick coat of fur (anjing memiliki bulu pelindung yang tebal), dan (iii) the house has fresh coat of paint (rumah itu memiliki lapisan cat baru). Dari ketiga makna leksem ini, dapat diketahui adanya fitur-semantik yang sama yaitu menutupi sehingga ketiga leksem ini tergolong dalam pengelompokan makna sampingan. 5.
Hiponimi dan Hipernimi a. Hiponimi Verhaar (2010:396) hiponim adalah ungkapan biasanya berupa kata,
tetapi kiranya dapat berupa frase atau kalimat) yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna suatu ungkapan lain, misalnya mujair adalah hiponim dari ikan. Makna mujair termasuk dalam makna kata ikan. Mujair memang ikan, tetapi bukan hanya Mujair yang termasuk dalam makna ikan. Bandeng, tenggiri, salmon, mujair, cakalang, teri, mas dan sebagainya juga termasuk dalam makna ikan. Hubungan antara mujair, teri, cakalang dan ikanikan lain disebut hubungan kohiponim. Jadi mujair berkohiponim dengan tenggiri, bandeng dan sebagainya. Hubungan hiponim ini hanya bersifat satu arah, artinya hiponim dari bandeng adalah ikan, tetapi ikan tidak berhiponim dengan bandeng melainkan ikan berhipernim dengan bandeng. b. Hipernimi Konsep hipernimi adalah kebalikan dari konsep hiponimi. Konsep hiponimi dan hipernimi mengandaikan adanya kelas bawahan dan kelas atasan, adanya makna sebuah kata yang berada di bawah makna kata lainnya. Oleh karena itu, ada kemungkinan sebuah kata yang merupakan hipernim dari sebuah kata
27
merupakan hipernim dari kata lainnya, akan menjadi hiponim terhadap kata lain yang hierarkial di atasnya, misalnya kata mahluk berhipernim dengan manusia dan binatang tetapi binatang berhipernim juga dengan ikan, kambing, monyet, gajah dan sebagainya, ikan berhipernim juga dengan gurame, tongkol, bandeng dan sebagainya. Di samping istilah hiponimi dan hipernimi terdapat istilah lain yaitu meronimi. Kedua istilah ini mengadung konsep yang hampir sama. Bedanya kalau hiponimi menyatakan adanya kata (unsur leksikal) yang maknanya berada di bawah makna kata lain, sedangkan meronimi menyatakan adanya kata (unsur leksikal) yang merupakan bagian dari kata lain. Misalnya ikan mempunyai bagian-bagian tubuh, kepala, sirip, ekor, ingsang, sisik, dan sebagainya maka bisa dikatakan bahwa meronimi dari ikan adalah kepala, sirip, ekor, ingsang, sisik dan sebagainya. 6.
Ambiguitas Ambiguitas atau ketaksaan sering diartikan sebagai kata yang bermakna
ganda atau mendua arti. Menurut Wijana dan Rohmadi (2008: 74) masalah atau ikhwal yang berkaitan dengan makna ganda di dalam ilmu bahasa disebut ketaksaan (ambiguity). Pengertian ambiguitas hampir sama dengan pengertian polisemi. Perbedaannya terletak pada kegandaan makna dalam polisemi dari kata, sedangkan kegandaan makna pada ambiguitas berasal dari satuan yang lebih besar yaitu frase atau kalimat dan terjadi akibat penafsiran struktur gramatikal yang berbeda, misalnya buku sejarah baru dapat ditasfirkan sebagai (1) buku sejarah itu baru terbit atau baru dibeli dan (2) buku itu berisi sejarah zaman baru. Pengertian ambiguitas hampir sama dengan homonimi. Perbedaanya terletak pada
28
apabila homonimi dilihat sebagai bentuk yang kebetulan sama dan dengan makna yang berbeda, sedangkan ambiguitas adalah sebuah bentuk dengan makna yang berbeda sebagai akibat dari berbedanya penafsiran struktur gramatikal bentuk tersebut. Ambiguitas hanya terjadi pada tataran frasa dan kalimat sedangkan homonimi dapat terjadi pada semua satuan gramatikal. Berkaitan dengan penjelasan tata hubungan makna di atas, salah satu cara dalam menetapkan hubungan makna antara seperangkat satuan lingual (kata atau frasa) dan suatu medan adalah dengan analisis komponen makna. Analisis komponen makna pertama-tama muncul di dalam linguistik antropologi sebagai suatu teknik untuk menguraikan komponen makna kosakata dalam bidang kekerabatan (Lyons, 1978: 318). Selanjutnya analisis ini juga diadaptasi oleh para ahli bahasa kala itu untuk menganalisa semantik dan sintaksis. Metode analisis komponen makna dihubungkan dengan medan leksikal oleh adanya pembedaan antara komponen makna bersama dan komponen makna diagnostik (Lyons, 1977: 326). Nida (1975: 32-39) menambahkan bahwa analisis komponen makna memiliki tiga komponen makna yang penting, yaitu: (1) Komponen bersama (common component) yakni kom komponen yang sama-sama dimiliki oleh setiap unit leksikal, (2) Komponen diagnostik (diagnostic component), komponen ini digunakan untuk menentukan perbedaan makna kata dengan kata lain dalam domain yang sama dan (3) komponen suplemen (supplement component) adalah komponen yang berisi makna tambahan yang diturunkan dari sifat alamiah acuan dan makna tambahan yang digunakan untuk memaknakan acuan.
29
1. 8 Metode Penelitian Metode sangat penting bukan hanya dalam penelitian bahasa, tetapi juga bagi ilmu pengetahuan empiris (Sudaryanto, 1992: 1). Penelitian ini menerapkan metode penelitian linguistik sebagaimana yang diungkapkan oleh Sudaryanto (1992: 57) bahwa setiap prosedur penelitian linguistik melewati tiga tahapan, yaitu tahap pengumpulan data, tahap pengolahan atau penganalisisan data, dan tahap pemaparan hasil analisis. 1.8.1Tahap Pengumpulan Data Data penelitian ini adalah leksem-leksem yang mengandung makna aktivitas membersihkan dalam bahasa Inggris. Sumber data penelitian ini merupakan data tertulis yang diperoleh
dari Oxford Advanced Learner’s
Dictionary Eight Edition (2010) versi cetak dan Oxford Advanced Learner’s Dictionary versi laman. Adapun alasan digunakannya sumber data berupa kamus adalah karena kamus memuat kosakata penutur sehingga dapat dijadikan sumber informasi yang memadai untuk mengumpulkan data. Kamus juga menyajikan makna kata dan pada umumnya menyajikan konteks pemakaian leksem. Menurut De Saussure (1915) dalam Basiroh (1992: 11) data yang sahih dalam penelitian bahasa secara sinkronis adalah dengan kenyataan bahasa yang tersimpan dalam langue. Leksikon langue terinventarisasi dalam kamus karena kamus diandaikan menyimpan pengetahuan tentang leksikon dari seluruh masyarakat penutur bahasa. Leksikon yang tersimpan dalam kamus tentu saja lebih luas jika dibandingkan dengan pengetahuan orang atau segolongan masyarakat.
30
Untuk melengkapi keterbatasan contoh penggunaan yang ada didalam kamus, peneliti juga menggunakan data kebahasaan yang diperoleh dari korpus yang tersedia dalam jejaring (web) http://corpus.byu.edu/coca. Adapun alasan penggunaan korpus adalah karena korpus menyediakan data kebahasaan yang alamiah dan konkret dalam penggunaan leksem di dalam kalimat sehari-hari. Penjaringan data dilakukan melalui mesin pencari dalam web tersebut berdasarkan pada tahapan-tahapan sebagai berikut. (i) Masuk ke situs http://corpus.byu.edu/coca (ii) Masukkan kata kunci leksem yang akan dianalisis, misalnya leksem cleanse. (iii) Mencari penggunaan leksem yang diinginkan (iv) Menyalin hasil pencarian leksem tersebut. (v) Data yang diperoleh kemudian disaring untuk kemudian dianalisis. Selain diambil dari korpus dan kamus, peneliti juga melakukan wawancara secara informal terhadap penutur asli bahasa Inggris baik secara langsung maupun tidak langsung. Wawancara secara langsung dilakukan dengan penutur bahasa Inggris asal Amerika bernama Sharilyn Mae Childers, B.A.. Sedangkan wawancara secara tidak langsung dilakukan dengan cara masuk pada jejaring (web) forum.wordreference.com. Hal ini dilakukan demi ditemukannya kevalidan data yang diperoleh. 1.8.4 Tahap Analisis Data Langkah-langkah analisis data guna menjawab rumusan masalah yang pertama yaitu leksem apa saja yang mendeskripsikan aktivitas membersihkan dalam bahasa Inggris dilakukan dengan cara mencari pada tiap halaman pada
31
Oxford Advanced Learner’s Dictionary pada versi cetak kemudian melakukan pengecekan pada versi laman. Pengecekan pada versi laman juga bertujuan untuk menemukan etimologi leksem aktivitas membersihkan cleaning dalam bahasa Inggris. Selain itu, peneliti juga melakukan wawancara terhadap penutur asli bahasa Inggris agar diperoleh data yang akurat. Seluruh leksem aktivitas membersihkan cleaning dalam bahasa Inggris yang telah ditemukan dipilah untuk dimasukan ke dalam kategori membersihkan yang sesuai dengan ruang lingkup penelitian. Leksem-leksem tersebut kemudian dikelompokan berdasarkan jumlah morfem yang dimiliki tiap-tiap leksem. Data yang telah ditemukan pada rumusan masalah pertama dianalisis dengan teknik analisis komponen makna guna menemukan komponen makna bersama dan komponen diagnostik atau ciri-ciri spesifik. Adapun cara menentukan komponen diagnostik dilakukan berdasarkan pada definisi kamus, data kebahasaan pada korpus dan wawancara terhadap informan. Kemudian memasukannya kedalam matriks dengan notasi (+) untuk komponen wajib yang harus ada pada leksem tersebut, (±) untuk komponen yang tidak wajib tetapi relevan dengan leksem tersebut dan (-) untuk komponen yang tidak wajib dan tidak relevan dengan leksem tersebut. Komponen semantis pada masing-masing leksem makna dapat memudahkan dalam melihat perbedaan dan persamaan dari masing-masing leksem. Dalam menentukan hubungan antarmakna, peneliti memanfaatkan Oxford Advanced Learner’s Dictionary Eight Edition dan contoh pada korpus dalam laman http://corpus.byu.edu/coca untuk melihat makna awal dan
32
keragaman makna lain dari tiap-tiap leksem. Hubungan antarmakna dari leksemleksem aktivitas membersihkan cleaning dalam bahasa Inggris dapat ditemukan dengan melihat komponen semantis pada makna awal. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk melihat komponen semantis apakah yang tetap dipertahankan dalam keragaman makna dari tiap-tiap leksem tersebut. Adapun pengelompokan hubungan antarmakna pada leksem aktivitas membersihkan dalam bahasa Inggris yang dilakukan berpedoman pada pengelompokan hubungan makna menurut Nida (1975: 121) yang menyatakan ada empat jenis hubungan makna antar leksem yaitu derivasi, substitusi, penggunaan secara figuratif, pengelompokan makna sampingan. 1.8.3 Tahap Penyajian Hasil Data Mahsun ( 2005: 123) menyebutkan dua cara dalam tahap akhir ini, yaitu dengan cara (1) perumusan hasil tersebut dengan menggunakan kata-kata biasa, termasuk penggunaan terminologi yang bersifat teknis data dan (2) perumusan dengan menggunakan tanda-tanda atau lambang. Sudaryanto (1993) juga menyatakan metode penyajian data bisa dilakukan dengan (1) metode formal, yaitu gambar dan tabel, serta (2) metode informal, yaitu menggunakan kalimat. Metode informal bisa membantu menjelaskan analisis formal sehingga penelitian menggunakan baik tabel, gambar serta kata-kata biasa yang dapat dipahami oleh pembaca.
33
1.9 Sistematika Penyajian Data Penelitian ini akan dipaparkan menjadi lima bab. Bab pertama berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab dua berisi leksem-leksem yang termasuk dalam aktivitas membersihkan dalam bahasa Inggris. Bab tiga memaparkan komponen semantis pada leksem-leksem aktivitas membersihkan cleaning dalam bahasa Inggris. Bab empat memaparkan hubungan antarmakna pada leksem aktivitas membersihkan cleaning dalam bahasa Inggris. Bab lima berisi hasil dari keseluruhan penelitian yang memuat kesimpulan dan saran.